1. pelatihan disain struktur
DESCRIPTION
ddaTRANSCRIPT
Keterangan :
Disain Penulangan Elemen StrukturV-12
DISAIN ELEMEN STRUKTUR
BETON BERTULANG
I. PENDAHULUAN
Konstruksi Beton Bertulang : merupakan gabungan (kombinasi) dari material beton dan material baja tulangan, yang bersama-sama memikul beban-beban yang bekerja pada struktur.
Elemen-elemen struktur pada konstruksi beton bertulang :
BALOK
KOLOM
SISTEM PELAT
PONDASI
Langkah/proses analisis dan disain struktur bangunan yang umum dilakukan :
Pemodelan sistem struktur untuk analisis struktur
Preliminary disain/disain awal dimensi elemen struktur
Penetapan beban-beban yang bekerja dan kombinasi pembebanannya
Analisis struktur untuk menentukan gaya-gaya dalam yang bekerja pada setiap elemen struktur
Analisis dan disain dari setiap elemen struktur sesuai dengan kriteria disain yang diinginankan
Tujuan dari disain struktur :
Struktur harus dapat berfungsi dengan baik pada kondisi beban-beban yang bekerja selama masa layannya dan mempunyai nilai ekonomis yang bersaing, yang meliputi :
Daya layan yang baik : defleksi dan deformasi tidak terlalu besar ( < deformasi ijin)
Kekuatan yang cukup : struktur mampu menahan beban puncak (maksimum) selama usia bangunan. Struktur harus mempunyai perilaku daktail dalam memikul beban-beban luar, terutama untuk struktur yang direncanakan memikul beban gempa kuat.
Fungsi : unsur estetika dan pemanfaatan bangunan harus dipenuhi
Ekonomis : biaya konstruksi yang meliputi biaya struktur dan pondasi, arsitektur/finishing, elektrikal & mekanikal, plumbing, dll, dilakukan se-ekonomis mungkin tanpa mengabaikan aspek-aspek teknis maupun spesikasi yang disayaratkan.
II. Kriteria Disain & Pembebanan, Faktor Beban
Kriteria Disain
Analisis maupun disain yang dilakukan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam peraturan beton yang berlaku (SNI-1991).
Secara garis besar struktur bangunan harus memenuhi kriteria berikut :
Kuat (aman)
Kaku
Stabil
Keamanan Struktur
Struktur harus aman (kuat) terhadap beban atau efek beban yang bekerja selama masa layan (penggunaan) bangunan, seperti :
beban mati
beban hidup
beban gempa
beban angin, dll.Bila intensitas dan efek beban yang bekerja pada struktur diketahui dengan pasti, maka struktur dapat di-disain aman dengan cara memberikan kapasitas kekuatan yang sedikit lebih besar daripada efek beban. Tetapi intensitas beban yang bekerja tsb sangat sulit ditentukan dengan pasti (adanya ketidakpastian), spt : menetapkan besarnya beban hidup atau beban gempa yang bekerja.
Ketidakpastian juga terjadi dalam hal menentukan kekuatan elemen dari struktur yang menahan beban tsb, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal spt :
mutu material beton yang tidak seragam,
pelaksanaan yang kurang baik,
variasi dari elemen-elemen struktur.
Untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian diatas digunakanlah faktor keamanan atau angka keamanan (safety factor), dengan kekuatan struktur dibuat sama atau lebih besar dari perkalian antara angka keamanan dengan beban kerja. Angka keamanan ini digunakan untuk menjamin bahwa kapasitas struktur selalu lebih besar daripada beban yang bekerja.
Faktor Keamanan dalam SNI-1991 terbagi dalam 2 (dua) bagian yaitu :
faktor keamanan untuk beban (faktor beban) yang bekerja
faktor reduksi kekuatan dari elemen struktur
Pembebanan pada STRUKTUR :
Beban yang bekerja pada struktur dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian :
beban mati (D = dead load)
beban hidup (L = live load)
beban akibat pengaruh alam (beban angin, W; beban gempa, E)
Beban mati (D) :
merupakan beban yang intensitasnya tetap dan posisinya tidak berubah selama usia bangunan, yang berupa berat sendiri dari suatu bangunan, spt : berat dinding, lantai, balok-balok, plafond, dlsb. Beban mati dari bangunan ini dapat dihitung secara akurat berdasarkan ukuran, bentuk dan berat jenis materialnya.
Beban hidup (L) :
merupakan beban yang dapat berpindah tempat, dapat bekerja penuh atau tidak ada sama sekali, spt : beban hunian, furniture, lalu lintas orang, lalu lintas kendaraan (pada jembatan).
Besarnya beban hidup minimum yang bekerja pada struktur dapat diambil pada peraturan yang ada (NI 18 ; Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung)
Contoh :
lantai dan tangga rumah tinggal : 200 kg/m2 lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, restoran, hotel dan asrama : 250kg/m2 lantai ruang olahraga : 400 kg/m2 lantai ruang dansa : 500 kg/m2 tangga, bordes tangga : 300 kg/m2
Beban Akibat Pengaruh AlamBerupa : beban angin, beban gempa, beban tekanan tanah atau air, serta beban akibat perbedaan suhu. Besarnya beban-beban ini tergantung dari lokasi dari bangunan, spt : daerah rawan gempa (tergantung daerah gempa), daerah pantai dlsb.
a. Beban Angin (W = wind load)
Besarnya beban angin minimum adalah 25 kg/m2 (kondisi umum) dan untuk daerah pantai adalah 40 kg/m2, kecuali bila terjadi kecepatan angin yang menimbulkan tekanan lebih besar lagi.
Tekanan tiup angin dapat dihitung sbb :
[ kg/m2]
dimana : V = kecepatan angin, [ m/detik]
b. Beban Gempa (E = Earthquake)
Beban gempa disebabkan oleh terjadinya gempa bumi (tektonik atau vulkanik). Akibat gempa bumi akan terjadi percepatan tanah (ground acceleration), yang menimbulkan gaya inersia internal dengan arah horizontal. Besarnya gaya inersia horizontal ini tergantung dari : massa bangunan, tinggi bangunan, intensitas gerakan tanah, interaksi struktur thd tanah, dll.
Ada 3 (tiga) metoda yang dapat digunakan untuk analisa struktur akibat beban gempa :
Metoda Statik Ekivalen
Metoda Spektrum Respons
Metoda Riwayat Waktu
(lihat : Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung, 1983).
Faktor Beban :
Suatu struktur dapat dikatakan aman (kuat), apabila kapasitas kekuatan (kuat rencana) lebih besar daripada berbagai kombinasi efek beban yang bekerja.
Kuat rencana (design strength) : merupakan besarnya kuat nominal dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan () yang lebih kecil dari 1.
Kuat nominal : merupakan kekuatan maksimum teoritis bahan.
Kuat perlu : merupakan kekuatan suatu komponen struktur yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor dengan berbagai kombinasi efek beban.
Apabila kuat rencana kuat perlu struktur kuat (aman)
Kuat perlu, dari suatu struktur harus dihitung dengan beberapa kombinasi beban (U) yang mungkin bekerja pada struktur tersebut.
1. Untuk kondisi beban mati (D) dan beban hidup (L) : U = 1,2D + 1,6 L
( Catt : angka 1,2 dan 1,6 . disebut dengan faktor beban )
2. Bila beban angin W turut diperhitungkan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W, harus dipilih untuk menentukan nilai U terbesar : U = 0,75(1,2D + 1,5L + 1,6W)
Dengan beban hidup yang kosong turut pula diperhitungkan untuk mengantipasi kondisi paling berbahaya, sehingga : U = 0,9D + 1,3W3. Bila beban gempa E, ikut diperhitungkan : U = 1,05(D + Lr + E) atau U = 0,9 (D E)dimana : beban hidup yang telah direduksi
4. Bila tekanan tanah horizontal H turut diperhitungkan, U minimum harus sama dengan :
U = 1,2D + 1,6L + 1,6H Untuk keadaan yang pengaruh D dan L mengurangi efek dari H, nilai maksimum U ditentukan sbb : U = 0,9D + 1,6H5. Bila pengaruh struktural T seperti akibat perbedaan penurunan, rangkak, susut atau perubahan suhu, turut diperhitungkan, maka U harus diambil sbb :
U = 0,75(1,2D + 1,2T + 1,6L), dengan nilai U harus lebih besar dari : U = 1,2 (D + T)
Faktor reduksi kekuatan () :
Digunakan untuk memberikan keamanan tertentu pada struktur/elemen struktur, untuk menjaga apabila dimensi elemen struktur, kualitas material maupun kualitas pengerjaan struktur agak berbeda dengan asumsi yang diambil dalam perencanaan.
Besarnya faktor reduksi () kekuatan menurut SNI-1991, adalah sbb :
Untuk lentur, tanpa gaya aksial
Untuk aksial tarik, dan aksial tarik dengan lentur
Untuk aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur
dengan tulangan spiral
dengan tulangan sengkang ikat
Untuk Tumpuan pada beton
= 0,80
= 0,80
= 0,70
= 0,65
= 0,70
III. CONTOH DISAIN STRUKTUR 1. DATA TEKNIS STRUKTUR DAN SPESIFIKASI
Jenis Struktur
: Beton Bertulang
Jumlah Lantai
: 4 lantai dan 1 basement
Mutu Beton
: fc = 25 MPaMutu Baja
: fy = 390 MPa (U-39) untuk D >13 mm
fy = 240 MPa (U-24) untuk D 450 mm
Ketentuan ini berlaku untuk fy = 400 MPa, sedangkan untuk fy = 390 MPa (SK- SNI T-15-1991) dikali dengan faktor (0,4 + fy/700).
h > 450 . (0,4 + 390/700) .h > 430,7 mm
lebar badan balok = bw = 2/3 h = 2/3 . 430,7 = 287,14 mm
Jadi ukuran balok 300/600 ( ( memenuhi syarat )Untuk balok induk lantai 2 sampai atap direncanakan berukuran 300/600
2. Balok Anak
Untuk balok anak direncanakan berukuran 200/400
Tebal balok = ., h > 292,86 mm
Untuk fy (390 MPa) = h > 292,86 mm (0,4 + 390/700)
h > 280,31 mm ( 300 mm
Lebar balok anak (bw) = 2/3 h = 2/3 .300 = 200 mm
Jadi ukuran balok anak 200/400 (memenuhi syarat )3. Dimensi Kolom
Untuk kolom direncanakan berukuran 400/600 :
..l = 4000 mm
.b > 400 mm
Jadi ukuran kolom 400/600 ...... (memenuhi syarat )4. Dimensi Pelat
Direncanakan :
Balok Induk Arah Y: 300 / 600
Balok Induk Arah X: 300 / 600
Balok Anak : 200 / 400
1. Pemeriksaan tebal pelat berdasarkan bentang bersih balok :lnx = 375 ( 30/2 ) ( 20/2 ) = 350 cm
lny = 615 2 ( 30/2 ) = 585 cm
lnx < lny2. Untuk perhitungan dipakai lnx = ln = 350 cm
3. Nilai banding panjang terhadap lebar bentang bersih ( ( ) = 0,6
4. Pemeriksaan lendutan menggunakan persamaan :
Untuk menentukan besarnya m maka dicari dulu tebal minimum dan tebal maksimum dari pelat :
= 8,12 cm
= 9,33 cm
Berdasarkan penampang pada tulangan pelat dengan balok, dimana balok tersebut berada, sesuai dengan SK SNI T 15 1991 03 pasal 3-6-2 ayat 4, lebar efektif ( be ) diperhitungkan, maka diambil tebal pelat 12 cm.
Cek tebal Pelat :
1).
2).
(
Dipakai tebal pelat : 12 cm
Untuk lantai atap dipakai tebal plat 10 cm.
Tabel 1. Dimensi Elemen Struktur LantaiDimensi Kolom (mm)Dimensi
B. Induk (mm) Dimensi
B. Anak (mm)Dimensi Pelat (mm)
1
2
3
4
atap400 x 600
400 x 600
400 x 600
400 x 600
400 x 600300 x 600
300 x 600
300 x 600
300 x 600
300 x 600200 x 400
200 x 400
200 x 400
200 x 400
200 x 400120
120
120
120
100
3. PEMBEBANAN PADA BANGUNAN
Pembebanan yang diperhitungkan adalah beban vertikal dan beban horizontal. Beban vertikal berupa beban hidup dan beban mati sedangkan beban horizontal adalah beban gempa dan beban angin.
3.1.BEBAN VERTIKAL
Beban hidup yang dipikul oleh struktur menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, yaitu :
1. Beban hidup air hujan : 40 Kg/m
2. Beban hidup pada lantai gedung : 250 Kg/m
3. Beban hidup atap
: 100 Kg/m
Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah :
1. Berat beton bertulang
: 2400 Kg/m32. Pasangan dinding tembok bata: 250 Kg/m2
3. Spesi per cm tebal
: 21 Kg/m2
4. Keramik
: 24 Kg/m25. Plafond
: 11 Kg/m26. Penggantung plafond
: 7 Kg/m27. Instalasi listrik & Plumbing
: 15 Kg/m28. Water proofing per cm tebal
: 15 Kg/m29. Baja INP 20
: 26,3 Kg/m
10. Atap genteng seng
: 7 kg/m211. Kayu
: 660 kg/m31. Beban Vertikal
a. Pelat Lantai atap (atap dak beton)
Beban mati
Plafon + penggantung = 18 kg/m2Water proofing = 15 kg/m2Instalasi listrik & Plumbing = 15 kg/m2
q1 = 48 kg/m2
Beban hidup
Qh atap = 100 kg/m2
Qh hujan = 40 kg/m2 q2 = 140 kg/m2 x 0,75 = 105 kg/m2
Pasangan dinding 1/2 bata = (1,9 + 1)m x 250 kg/m2 = 725 kg/m
Beban ditransfer pada balok.
Untuk jendela/kusen dan pintu dianggap tidak ada (beratnya sama dengan berat dinding).
b. Pelat Lantai 1 4
Beban mati
Spesi tebal 3 cm= 3cm x 21 kg/m2/cm= 63 kg/m2Ubin tebal 2 cm= 2cm x 24 kg/m2/cm= 48 kg/m2
Plafon + penggantung
= 18 kg/m2Instalasi listrik & Plumbing
= 15 kg/m2
q1 = 432 kg/m2
Beban hidup
Qh lantai = q2 = 250 kg/m2 x 0,75 = 187,5 kg/m2
Dinding bata
Pasangan dinding 1/2 bata = 3,8 m x 250 kg/m2 = 950 kg/m
3.2. BEBAN GEMPA
Pembebanan gempa pada struktur dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis gempa statik ekivalen. Analisis gempa statik ekivalen merupakan suatu cara analisis statik struktur, dimana pengaruh beban gempa pada struktur dianggap sebagai beban-beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh gempa sesungguhnya akibat pergerakan tanah. Dasar dari penggunaan metoda ini dijabarkan sebagai berikut :
1. Gedung-gedung dengan tinggi kurang dari 40,0 m ( H < 40,0 m )
2. Gedung-gedung dengan bentuk struktur yang beraturan3. Gedung-gedung dengan loncatan bidang muka yang tidak besar4. Gedung-gedung dengan kekakuan tingkat yang seragam5. Gedung-gedung yang mempunyai bentuk, ukuran dan penggunaan yang dapat berlaku umum.Prosedur perhitungan dalam analisis ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung berat total bangunan (Wt), yang terdiri dari seluruh beban mati ( a.l : berat pelat, balok, kolom, dinding, partisi, plafon, spesi dan tegel) dan beban hidup yang telah direduksi. Berat masing-masing bagian bangunan ini dihitung dengan mengalikan berat sendiri bagian bangunan tsb dengan volumenya.
2. Menghitung waktu getar alami (T), pada arah yang ditinjau (Tx dan Ty), dihitung dengan menggunakan rumus empiris yang diberikan berdasarkan jenis struktur yang digunakan. Untuk struktur gedung beton bertulang :T = 0,06 H3/4 ; dengan H merupakan tinggi gedung.
T = 0,06 (23) 3/4 = 0,0633. Menentukan koefisien gempa dasar (C), yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa dimana bangunan tersebut berada, jenis tanah dibawah bangunan dan waktu alami gedung.
Untuk perencanaan rumah sakit ini, terletak di wilayah Jakarta (Depok) merupakan wilayah gempa 3, dengan jenis tanah lunak diperoleh C=0,07.
4. Menentukan faktor keutamaan struktur (I). Faktor keutamaan struktur bedasarkan dari fungsi bangunan tersebut. Rumah sakit merupakan fasilitas-fasilitas penting yang harus tetap berfungsi sesudah suatu gempa terjadi, mempunyai faktor keutamaan I = 1,5.
5. Menentukan faktor jenis struktur (K). Faktor jenis struktur ditentukan berdasarkan jenis struktur dan material yang digunakan. Faktor jenis struktur adalah portail daktail beton bertulang, dengan K = 1,0.
3.3. KOMBINASI PEMBEBANAN
Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03, maka perhitungan beban yang bekerja pada struktur dan komponen struktur direncanakan mempunyai kuat rencana minimum yang sama dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban gaya terfaktor. Kombinasi pembebanan tersebut adalah :
1. Beban tetap
Dimana beban yang diperhitungkan adalah beban mati D dan beban hidup L.
U = 1,2D + 1,6L2. Beban sementara
ketahanan struktur terhadap beban gempa E:
U = 1,05( D + LR + E )LR adalah beban hidup yang telah direduksi sesuai ketentuan SK-SNI-1726-1989 F, tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung .
Berdasarkan ketentuan di atas, maka kombinasi pembebanan yang digunakan dalam perhitungan struktur rumah sakit ini adalah sbb :
1. Kuat Perlu yang menahan beban mati dan beban hidup
Kombinasi 1 ( 1,2 D + 1,6 L2. Ketahanan struktur terhadap gempa arah x 100% arah y 30 %
Kombinasi 2 ( 1,05(D + 0,75 L) + Ex + 0,3Ey)
Kombinasi 3 ( 1,05(D + 0,75 L) + Ex - 0,3Ey)
Kombinasi 4 ( 1,05(D + 0,75 L) - Ex + 0,3Ey)Kombinasi 5 ( 1,05(D + 0,75 L) - Ex - 0,3Ey)3. Ketahanan struktur terhadap gempa arah y 100% arah x 30 %
Kombinasi 6 ( 1,05(D + 0,75 L) + 0,3Ex + Ey)Kombinasi 7 ( 1,05(D + 0,75 L) + 0,3Ex - Ey)Kombinasi 8 ( 1,05(D + 0,75 L) - 0,3Ex + Ey)Kombinasi 9 ( 1,05(D + 0,75 L) - 0,3Ex - Ey)
dimana :
D = Beban mati yang bekerja pada gedung
L = Beban hidup yang bekerja pada gedung
Ex = Beban gempa statik arah X
Ey = Beban gempa statik aray Y
Dari hasil masing-masing kombinasi pembebanan ini, nilai yang akan digunakan adalah nilai maksimumnya.
4. ANALISA STRUKTUR
Analisa struktur adalah prosedur penting untuk mengetahui perilaku struktur akibat gaya-gaya yang tertentu yang dialami suatu struktur. Dengan menganalisa struktur, dapat diketahui besarnya perpindahan, lendutan, reaksi perletakan, dan gaya-gaya dalam yang terjadi akibat pembebanan yang terjadi pada struktur. Hasil analisa diperlukan untuk merencanakan dimensi maupun material yang akan dipakai pada struktur tersebut.
Jenis elemen yang digunakan adalah elemen portal ruang (3D) dan elemen shell. Elemen portal ruang digunakan untuk memodelkan kolom, balok serta balok anak sedangkan elemen shell digunakan untuk memodelkan plat lantai.
Prosedur analisa yang dilakukan mencakup tahap-tahap sebagai berikut :
1. Menentukan geometri struktur
2. Menetukan material dan dimensi elemen struktur
3. Menentukan Load Case dan beban yang bekerja pada struktur
4. Menentukan diafragma tiap lantai
5. Menetukan beban dinamik
6. Running input data yang sudah didefenisikan
7. Periksa hasil analisa
8. Check desain struktur.
4.1. INPUT DATA
Pada proses input data dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Satuan yang digunakan
2. Gambarkan struktur rangka ruang 3D
3. Definisikan tipe pengekangan pada struktur (joint restraint)
4. Definisikan material yang digunakan
5. Definisikan ukuran dan bentuk penampang frame pada elemen struktur
6. Definisikan ukuran dan bentuk penampang shell pada elemen struktur
7. Definisikan jenis beban statis dan dinamis yang diberikan pada struktur
8. Kombinasi pembebanan pada struktur.
4.2. ANALISIS MODEL
Setelah semua data beban statis dan dinamik ditentukan dapat dilakukan analisis model sebagai berikut :
1. Simpan model terlebih dahulu sebelum dirunning.
2. Running model dengan analisa dinamis.
4.3. OUTPUT DATA
Output data diperoleh setelah input data dari struktur dianalisa dengan benar. Output data berupa gaya-gaya dalam yang merupakan dasar dari perencanaan dan perhitungan struktur dapat dilihat pada lampiran. 5.PERENCANAAN TULANGAN PELAT
Sistem pelat lantai yang digunakan adalah sistem pelat dan balok dengan kondisi pelat 2 arah (two way slab), yang terdiri dari pelat menerus yang ditumpu pada balok-balok monolit. Tebal pelat yang digunakan adalah 12 cm untuk pelat tipikal dan 10 cm untuk pelat atap.
Analisisnya pelat sama seperti analisis pada balok. Pembebanan disesuaikan dengan beban persatuan panjang dari lajur pelat.
Rasio luas tulangan susut minimum terhadap luas bruto penampang beton ditetapkan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.12[4]. Tetapi dalam segala hal rasio tersebut tidak boleh kurang dari 0,0014. Tulangan susut dan temperatur harus dipasang dengan jarak tidak lebih dari lima kali tebal pelat ataupun 500 mm.
Rasio minimum tulangan susut dan temperatur untuk pelat satu arah
TIPE PELATRASIO TULANGAN (()
Pelat yang menggunakan batang tulangan deform mutu 300 MPa0,0020
Pelat yang menggunakan batang tulangan deform atau jaring kawat las (polos atau deform) mutu 400 MPa0,0018
Pelat yang menggunakan batang tulangan dan tegangan leleh melebihi 400 MPa yang diukur pada regangan leleh sebesar 0,35 %0,0018 400/fy
Untuk sistem pelat dua arah, penempatan tulangannya sesuai dengan sifat beban dan kondisi tumpuannya, serta harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Luas tulangan pada masing-masing arah harus dihitung berdasarkan nilai momen pada penampang kritis, tetapi luas tulangan minimum untuk menahan susut dan temperatur harus tetap dipenuhi.
2. Jarak antara tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih besar dari tebal pelat, kecuali untuk konstruksi pelat berusuk.
3. Tulangan momen positif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak menerus, dari bentang tepi harus dilanjutkan sampai ke tepi pelat dan harus tertanam ke dalam balok sprandel, kolom atau dinding paling sedikit 150 mm.
4. Tulangan momen negatif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak menerus harus dibengkokkan, diberi kait atau jangkar ke dalam balok sprandel, kolom atau dinding agar kemampuan menahan momen dipenuhi.
DENAH BANGUNAN (PELAT LT 1 LT 4)
Perhitungan tulangan pelat
1. Penulangan 2 arah
Tipe
: FUkuran
: 3600 mm ( 6150 mm
Tebal pelat
: 120 mm
Tebal selimut
: 20 mm
Tebal efektif pelat (d): 100 mm
Mutu beton
: fc = 25 MPa
Mutu baja
: fy = 240 MPa
Perhitungan Momen
1. Analisa Pembebanan
a. Beban Mati
- Pelat
: 0,12 m x 2400 kg/m3 = 288 kg/m2
- Plafond + penggantung
= 18 kg/m2
- Instalasi listrik & plumbing
= 15 kg/m2
- Spesi
: 3 cm x 21 kg/m2/cm = 63 kg/m2
- Keramik
: 2 cm x 24 kg/m2/cm = 48 kg/m2 +
qD = 432 kg/m2 b. Beban Hidup :
qL = 250 kg/m2Beban terfaktor : qT = 1,2 qD + 1,6 qL = 1,2 x 432 + 1,6 x 250 = 918,4 kg/m2
Rasio lebar pelat :
= 1,708 < 2
Berdasarkan Tabel 4.5 buku Struktur Beton Bertulang Standar Baru SK-SNI-T-15-1991-03 Untuk Ly/Lx = 1,708 didapat persamaan momen permeter lebar sebagai berikut :
Mlx= 0,06175 qT lx2= 510,4008 kg.m
Mly= 0,02175 qT lx2= 179,7768 kg.m
Mtx = - 0,106875 qT lx2= -883,386 kg.m
Mty = - 0,077 qT lx2= -636,4512 kg.m
Mtix= Mlx =255,2004 kg.m
Mtiy= Mly = 89,8884 kg.m
2. Desain tulangan lapangan
Asumsi tulangan dengan :
b = 100 cm (1 m lebar pelat) d = 12 cm 2 cm = 10 cm
Mu = 510,4008 kg.m Mn = 510,4008 kg.m / 0,8 = 638,001 kgm = 6380010 Nmm Untuk Pelat : (PBI 1971) : Amin = 0,25% x luas penampang pelat.
SK-SNI-2002 : f min = 0,0014
= 0,053757
= 0,040318
Koefisien tahanan, Rn : ( Rn = Mn/bd2 = 6380010/(1000 x 1002 )Rn = 0,638001 N/mm2
0,638001 = 240 - 1359,3621359,362 240 + 0,638001 = 0
1 = 0,173854056 dan 2 = 0,002699616
diambil = 0,002699616
>min, maka diambil = 0,002699616 As = .b.d = 0,002699616 1000 mm 100 mm = 270 mm2
digunakan tulangan (10 - 200
Luas tulangan terpasang 471 mm2 > 270 mm2Check Momen Nominal Penampang :
(aktual = 785 / (1000 x 100 ) = 0,00785
Lengan momen dalam
a =
= 8,86588 mm
Mn = As . fy ( d a/2( = 785 mm2 x 240 MPa (100 mm 8,86588/2( = 18004833,88 Nmm= 1800,4834 kgm > Mn perlu = 638,001 kgm .Ok
2. Desain tulangan tumpuan
Asumsi tulangan dengan :
b = 100 cm
d = 12 cm 2 cm = 10 cm
Mu = 883,386 kg.m Mn = 883,386 kg.m / 0.8 = 1104,2325 kg.m = 11042325 Nmm = 0,005833
= 0,053757
= 0,040318
Koefisien tahanan, Rn ( Rn = Mn/bd2 = 11042325/(1000 x 1002)Rn = 1,1042325 N/mm2
1,1042325 = 240 - 1359,3621359,362 240 + 1,1042325 = 0
1 = 0,171826114 dan 2 = 0,004727558
diambil = 0,004727558
(min, maka diambil = min = 0,005833
As = .b.d
= 0,005833 1000 mm 100 mm = 583,3 mm2
digunakan tulangan (10-100
Luas tulangan terpasang 785 mm2 > 583,3 mm2Check Momen Nominal Penampang :
(aktual = 785 / (1000 x 100 ) = 0,00785
Lengan momen dalam
a = = 8,86588 mm
Mn = As . fy ( d a/2( = 785 mm2 x 240 MPa (100 mm 8,86588/2) = 1800,4834 kgm > Mn perlu = 11042325 kgm .Ok tulangan tumpuan = tulangan lapangan
Desain Tulangan arah Y
1. Desain tulangan tumpuan
Asumsi tulangan dengan :
b = 100 cm
d = 10 cm 2 cm = 10 cm
Mu = 636,4512 kgm Mn = 636,4512 kgm / 0,8 = 795,564 kgm = 7955640 Nmm = 0,005833
= 0,053757
= 0,040318
Koefisien tahanan, Rn
Rn = Mn/bd2 = 7955640/(1000 x 1002) ( Rn = 0,7955640 N/mm2
0,7955640 = 240 - 1359,36 21359,362 240 + 0,7955640 = 0
1 = 0,173174132 dan 2 = 0,00337954
diambil = 0,00337954
(min, maka diambil = min = 0,005833
As = .b.d = 0.005833 1000 mm 100 mm = 583,3 mm2
Digunakan tulangan (10-100
Luas tulangan terpasang 785 mm2 > 583,3 mm2Check Momen Nominal Penampang :
(aktual = 785 / (1000 x 100 )
= 0,00785
Lengan momen dalam
a = = 8,86588 mm
Mn = As . fy ( d a/2( = 785 mm2 x 240 Mpa (100 mm 8,86588/2( = 1800,4834 kgm > Mn perlu = 795,5640 kgm .Ok
Tulangan tumpuan = tulangan lapangan
6. PENULANGAN ELEMEN BALOK
6.1 Penulangan Balok terhadap Lentur
Penulangan elemen balok terhadap lentur menggunakan penulangan rangkap, dimana tulangan dipasang pada daerah tarik dan daerah tekan. Disain tulangan balok menggunakan pembatasan tulangan sebagai berikut :
s mak 0,75 (b + ) dan smin > 1,4/fydimana : b = 0,85 (1 fc/fy { 600/(600 + fy)} = rasio tulangan seimbang
= rasio tulangan tekan = As/b.ds = rasio tulangan tarik = As/b.d
Dalam perencanaan struktur dengan beban gempa, As = 0,5 As.
Rasio tulangan dapat ditentukan sebagai berikut :
Rn = Mu/ bd2 = fy (1- 0,59 fc/fy) + fy(1 dc/d)
a. Penulangan Daerah Tumpuan Balok
Bentang 6,15 m , Mu = 72,1956 kNm, Ukuran balok 200/400Tinggi efektif balok (d) = h p(selimut beton) - tulangan sengkang D tulangan utamadimana :
h= tinggi balok= 400 mm
p= penutup beton= 40 mm (SNI 1991 ayat 3.16.7 butir 1)
(= faktor reduksi= 0,8 (SNI 1991 ayat 3.2.3 butir 2)
= diameter tul. utama= 19 mm
= diameter tul. sengkang= 10 mm
1 untuk fc = 25 MPa= 0,85
d= 400 40 10 (19) = 340,5 mm
Rn= = = 3891,85 kN/m2Dari Buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (CUR jilid 4) Tabel 5.3.c :
Mutu beton fc= 25 MPa, Mutu baja fy = 390 MPa, d/d= 0,149Dengan interpolasi didapat = 0,01495
min = 1,4 /fy = 1,4 /390 = 0.00359 ( rasio tulangan minimum untuk balok)
= 0,028069
maks = 0,75 = 0,75 x 0,028069 = 0,02105syarat min < < maks
0,00359 < 0,01495 < 0,02105.OK
Luas tulangan tarik (As)
As= b d = 0,01495 x 200 x 340,5
= 1018,095 mm2 .. dipakai tulangan 4 D19 ( 1133,54 mm2 )Luas tulangan tekan ( As)
As= 0,5 . As
= 509,048 mm2 . dipakai tulangan 2 D19 ( 566,77 mm2 )
b. Penulangan Daerah Lapangan Balok
Bentang 6,15 meter
Mu = 45,4694 kNm
Ukuran Balok 200/400Tinggi efektif balok (d)= h - p - tulangan sengkang tulangan utamadimana :
h= tinggi balok= 400 mm
p= penutup beton= 40 mm (SNI 1991 ayat 3.16.7 butir 1)
(= faktor reduksi= 0,8 (SNI 1991 ayat 3.2.3 butir 2)
= diameter tul. utama= 19 mm
= diameter tul. sengkang= 8 mm
1 untuk fc = 25 => 0,85
d= 400 40 10 (19) = 340,5 mm
Rn= = = 2451,12 kN/m2
Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (CUR jilid 4) Tabel 5.3.c yaitu :
Mutu beton fc = 25 MPa, Mutu baja fy = 390 MPa, d/d = 0,149Dengan interpolasi didapat = 0,00931
min = 1,4 / fy = 1,4 / 390 = 0.00359
= 0,028069
maks = 0,75 = 0,75 x 0,028069 = 0,02105
syarat min < < maks
0,0058 < 0,00931 < 0,02105.OK
Luas tulangan tarik (As)
As= b d = 0,00931 x 200 x 340,5
= 634,011 mm2 .. dipakai tulangan 3 D19 ( 850,155 mm2 )
Luas tulangan tekan ( As)
As= 0,5 . As
= 317,001 mm2 .. . dipakai tulangan 2 D19 ( 566,77 mm2 )
.
Penulangan Daerah Lapangan Balok
6.2 PENULANGAN BALOK TERHADAP GESER
Tulangan geser balok direncanakan berdasarkan gaya geser maksimum yang dialami balok. Dalam perencanaan, kekuatan geser yang diberikan oleh baja tulangan dan beton harus lebih besar dari gaya geser yang dialami balok.
Vu < Vndimana : Vn = Vc + VsVc = kuat geser nominal yang dipikul oleh beton, Vc = 0,17 ( MPa)
Vs = kuat geser nominal yang dipikul oleh baja tulangan
Tulangan geser dihitung berdasarkan syarat sebagai berikut :
a. Jika Vu 0,5 Vc , maka balok tidak memerlukan tulangan geser.
b. Jika 0,5 Vc < Vu < Vc, maka : Avmin = dimana Av = luas tulangan geser dan s adalah jarak antar spasi sengkang.
c. Jika 0 < Vu Vc 1/3 bw.d, maka Av = (Vu Vc) x s /(fy .d) dan s 0,5dd. Untuk 1/3. .bw.d Vu Vc 2/3.bw.d
maka Av = (Vu Vc) x s/(fy .d) dan s 0,25da. Penulangan Geser Balok
a.1 Untuk L (6150/4 = 1537,5 mm)
Data : Tinggi balok= 400 mm, Lebar balok = 200 mm, Penutup beton= 40 mm
Mutu Beton fc = 25 MPa ; Mutu Baja fy= 240 MPa
Faktor Reduksi = 0,60 ; Panjang Bentang = 6,15 m
Vu = 50,332 kN
Vu pada jarak d= [(L-d)/L . (Vu Tump. Vu Lap.)] + Vu Lap.
= [{3075 340,5}/3075 . (50,332)] = 44,760 kNKapasitas Geser bagian badan balok
Vc = 0,17 . . b . d = 0,17 . . 200 . 340,5 . 10-3 = 57,885 kN
Gaya Geser Nominal yang bekerja :
Vn = Vu / = 44,760 / 0,6 = 74,60 kN
Vc = 0,6 . 57,885 = 34,731 kN
Check : Vu > Vc = 44,760 < 34,731 kNm, perlu tulangan untuk menahan sisa tegangan geser ( Vu f Vc) = Vs Vu > 0,5 Vc = 44,760 > 17,366 kNmDisarankan tulangan sengkang minimum, dicoba sengkang 10 ( As = 78,5 mm2 )
Av = 2 . 78,5 = 157 mm2, fy = 240 MPa
Jarak sengkang
s = = 471 mm
Jarak sengkang maksimum yang diizinkan adalah :
smaks = d/2 = 340,5 / 2 = 170,25 mm
Periksa daerah tanpa tulangan geser :
Vu < 0,5 Vc 0,5 Vc= 17,366 kNCheck luas tulangan minimum
Av min= (b . smaks) / 3.fy = (200 . 170,25) / 3.240 = 47,29 mm2
Av > Av min ; 157 mm2 > 47,29 mm2Jarak sengkang dipasang sepanjang 1,5375 m (L/4) dari tumpuan adalah D10-150 mm.
a.2. Untuk L (6150/2 = 3075 mm)
Vu = 25,166 kN
Kapasitas geser bagian badan balok
Vc = 0,17 . . b . d = 0,17 . . 200 . 340,5 . 10-3 = 57,885 kN
Gaya geser Nominal yang bekerja :
Vn= Vu / = 25,166 / 0,6 = 41,943 kN
Vc = 0,6 . 57,885 = 34,731 kN
Check : Vu < Vc = 25,166 < 34,731 kN Vu > 0,5 Vc = 25,166 > 17,366 kNDisarankan tulangan sengkang minimum, dicoba sengkang 10 ( As = 78,5 mm2 )Av = 2 . 78,5 = 157 mm2, fy = 240 MPa
Jarak sengkang
s = = 471 mm
Jarak sengkang maksimum yang diizinkan adalah :
smaks = d/2 = 340,5 / 2 = 170,25 mm
Periksa daerah tanpa tulangan geser :
Vu < 0,5 Vc
0,5 Vc= 26,316
Check luas tulangan minimum
Av min= (b . smaks) / 3.fy
= (200 . 170,5) / 3.240 = 47,29 mm2
Av > Av min ; 157 mm2 > 47,29 mm2Dipasang sengkang sepanjang 3,075 m (L/2) ditengah bentang adalah 10-150 mm.
6.3. PENULANGAN BALOK TERHADAP TORSI
Dalam SK SNI T15-1991-03 pasal 3.4.6.5 menentukan bahwa penampang yang dibebani torsi harus direncanakan memenuhi :
Tu ( TnTn = Tc + Tsdimana :
Tu = momen torsi terfaktor pada penampang yang ditinjau
Tn = kuat momen torsi nominal
Tc = kuat momen torsi yang disumbangkan oleh beton
Ts = kuat momen torsi yang disumbangkan oleh tulangan torsi
= faktor reduksi kekuatan = 0,60Kuat momen torsi yang disumbangkan oleh beton, Tc untuk penampang segi empat :
Tc =
Kuat momen torsi yang disumbangkan oleh tulangan torsi, ditentukan dengan rumus :
Ts = atau Ts =
dimana :
At= luas satu sengkang penahan torsi sejarak s
s= jarak dari pusat ke pusat sengakang ke arah memanjang balok
(1= suatu koefisien sebagai fungsi dari h1(y1) dan b1(x1)Jumlah tulangan torsi searah tulangan memanjang balok persegi, menurut SK SNI T15-1991-03 pasal 3.4.6.9 adalah
Karena maka, untuk luas tulangan torsi At diperoleh :
Nilai maksimum dari kuat momen torsi nominal yang disumbangkan oleh tulangan pada kondisi keruntuhan tarik (Under Reinforce) menurut SK SNI T15-1991-03 pasal 3.4.6.9.4 adalah : Ts < 4.TcPenulangan Torsi Balok
Penulangan torsi balok dihitung bedasarkan SK SNI T-15-1991-03. Penulangan torsi balok direncanakan terhadap torsi maksimum dari hasil kombinasi pembebanan. Nilai-nilai torsi maksimum dapat dilihat pada analisa struktur.
Data :
Tinggi Balok = 400 mm, Lebar Balok = 200 mm, Penutup Beton= 40 mm
Mutu Beton fc = 25 MPa, Mutu Baja fy= 240 MPa, Faktor Reduksi= 0,6
Panjang Bentang = 6,15 m
Momen Torsi (Tu)= 5,3973 kNm = 5,3973 .106 Nmm
Momen Torsi yang disumbangkan beton
(Tc = 0,6 x 5,333 .106 = 3,2 .106 Nmm
Check : (Tc < Tu
3,2 .106 < 5,3973 .106 ; diperlukan tulangan torsi
Momen Torsi yang disumbangkan baja
(Ts = Tu - (Tc = 5,3973 .106 3,2 .106 = 2,1973 .106 Nmm
4.(Tc = 4 x 3,2 .106 = 12,8 .106 Nmm
Check : (Ts < 4.(Tc
2,1973 .106 < 12,8 .106 ; memenuhi
Luas Tulangan Torsi
Untuk sengkang D10 dan penutup beton = 40 mm maka :
b1 = 200 - 2.(40 + 0,5 . 10) = 110 mm
h1 = 400 - 2.(40 + 0,5 . 10) = 310 mm
Dari grafik pada gambar 7.8 buku CUR jilid 1 diperoleh nilai (1 = 2,16
Dipakai tulangan torsi 2 D 12 ( A = 226 mm2)
7. PERENCANAAN TULANGAN KOLOM
Penulangan kolom dihitung dengan perhitungan tulangan menurut SK-SNI T-15-1991-03. Penulangan kolom direncanakan terhadap gaya aksial maksimum masing-masing lantai pada setiap kombinasi pembebanan. Gaya aksial maksimum yang digunakan dapat dilihat pada tabel.
Data yang diketahui :
Gaya Aksial Kolom (Pu) = 2423,427 kN , Momen rencana (Mu) = 522,7383 kNm
Tinggi Kolom = 4 m
Mutu Beton (fc) = 25 MPa, Mutu Baja (fy) = 400 MPa, Faktor Reduksi ()= 0,65 (untuk sengkang ikat)Luas Penampang = 400 x 600 = 240.000 mm2, Penutup Beton (d)= 50 mm
Gaya Aksial Nominal (Pn) :
Pn= Pu / = 2423,427 kN / 0,65 = 3728,35 kN
Eksentrisitas Momen Lentur (e) :
e = Mu / Pu = 522,7383 kNm / 2423,427 kN = 0,216 m
Menurut SK.SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.3.3 untuk kolom faktor reduksi kekuatan = 0,65, maka :
e / h = 0,216 / 0,600 = 0,3595
d/h= 50 / 600 = 0,083 ( r = 0,018
= 1,0 ; = r . = 0,018 .1,0 = 0,018 ( tulangan kolom : 1% - 8%)Luas Tulangan:
As = . Agr = 0,018 . 240.000 mm2 = 4320 mm2 dipakai 14 D 25 ( 6868 mm2)Untuk sengkang digunakan D10 dengan jarak tidak boleh besar dari (SNI 1991 pasal 3.14.4. butir 4.2):
a. Delapan kali diameter tulangan longitudinal
b. Seperempat ukuran kolom terkecil
c. Lebih kecil atau sama dengan 100 mm
Diambil sengkang D 10 100 mm
8.PERENCANAAN PONDASI
8.1. Daya dukung Pondasi
Dari hasil penyelidikan tanah diketahui data tanah sebagai berikut :
Dari hasil uji sondir dan boring terlihat lapisan tanah keras dijumpai pada kedalaman 3,00 m dibawah muka tanah dengan qc 150 kg/cm2. Dengan pertimbangan terhadap kondisi tanah dan beban yang dipikul maka dipilih tipe pondasi sumuran sebagai pondasi dari struktur gedung rumah sakit ini.
Daya dukung untuk pondasi sumuran, diambil daya dukung ujung saja, sedangkan daya dukung lekatan diabaikan : (Meyerhoff) :
Qu = Ap. qc
dimana : Qu = daya dukung ultimate
Ap = luas penampang sumuran
qc = rata-rata nilai konus hasil test sondir
Daya dukung yang diijinkan : Qa = Qu/FK, dimana FK : factor keamanan, FK = 3
8.2. Penurunan Pondasi ( Settlement )
Penurunan pondasi harus diperhatikan dengan baik pada bangunan. Besarnya penurunan tergantung dari jenis tanah. Bila tanah terdiri dari lapisan lempung maka penurunan yang terjadi lebih besar sedangkan pada lapisan pasir penurunan yang terjadi lebih kecil. Penurunan terbagi atas :
a. Penurunan seketika ( Immediate Settlement )
Penurunan seketika adalah penurunan yang terjadi sesudah beban bekerja, biasanya terjadi pada tanah jenis pasir. Besarnya penurunan pondasi dapat dihitung dari persaman Timoshenco dan Godier (1951) sebagai berikut :
dimana :
(H = penurunan seketika (m)
q = gaya yang bekerja
B = ukuran pondasi
Iw = faktor pengaruh yang tergantung pada bentuk pondasi dan kekuatan pondasi
Es = modulus elastisitas tanah ( ksf / MPa)
( = nilai banding poison.
b.Penurunan konsolidasi ( Consolidation Settlement )
Penurunan konsolidasi adalah penurunan yang terjadi tergantung waktu. Biasanya terjadi pada tanah lempung dan memakan waktu yang lama.
Rumus penurunan konsolidasi adalah :
dimana :
(H = penurunan konsolidasi (m)
(P = tambahan tegangan pada tengah-tengah lapisan akan berkonsolidasi
eo = rasio rongga rata-rata
Cc = indeks kompresi
Po = tekanan efektif kolom tanah penutup
H = tebal lapisan
Pada perencanaan pondasi sumuran ini, direncanakan hanya sampai kedalaman lapisan tanah pasir, maka tidak perlu ditinjau penurunan akibat konsolidasi. Jadi penurunan elastis pada penurunan langsung terjadi pada waktu bangunan sudah selesai.
Penurunan terjadi akibat :
1. Penurunan akibat elastisitas tanah digunakan rumus:
St = q . B . . Iw
dimana :
St= penurunan yang terjadi akibat elastisitas tanah
q= tekanan tanah pada tegangan kontak
B= diameter pondasi
= poisson ratio
Es= modulus elastisitas tanah
Iw= faktor pengaruh bentuk ujung pondasi
2. Penurunan akibat elastisitas beton digunakan rumus :
Sb =
dimana :
Sb= perpendekan aksial
P= gaya normal yang bekerja
L= kedalaman pondasi
A= luas penampang pondasi
Eb= Modulus elastisitas beton
8.3. Penulangan Pondasi
Penulangan pada perencanaan pondasi ini terdiri dari penulangan Poer/Pilecap dan penulangan pondasi sumuran.
a. Penulangan Pile Cap (Poer)
1. Perhitungan Tebal Pile Cap
Berat sendiri Pile Cap = 5 % . PkolomTebal poer akan dipilih sedemikian rupa agar memenuhi ketentuan SK-SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.1.1 yaitu Vu < Vc
Vc = (1+2/c) . 1/6 . . bo . d
Dimana :
= faktor reduksi kekuatan untuk geser dan torsi (pasal 3.2.3 ayat 2)
c = perbandingan antara sisi kolom terpanjang dan sisi kolom terpendek
bo = keliling penampang kritis geser.
d = tebal efektif poer
2. Penulangan Pile Cap
Tinggi efektif Poer (d)
d = h p tul. utama Rn = ; =
min = 1,4 / fy
maks = 0,75
Syarat : min < < maks
Luas tulangan tarik (As)
As= . b . d
Luas tulangan tekan (As)As= 0,5 . Asb. Penulangan Pondasi
Syarat:
H > 4D(memerlukan tulangan)
H < 4D (tidak memerlukan tulangan)
Dipakai tulangan minimum (Amin)
Amin= 0,25 % x x D2dimana :H = kedalaman Pondasi
D = diameter Pondasi
8.4. PERHITUNGAN PONDASI SUMURAN
Daya dukung ujung dianalisa dengan menggunakan rumus Meyerhoff yaitu :
Qu = Ap. qcDicoba Pondasi sumuran dengan diameter (D) = 125 cm, Ap = 12.266 cm2Pu maksimum = 439640,58 Kg = 440 tonKedalaman Pondasi (h) = 3 m
Ukuran poer = 150 cm x 150 cm
Pondasi = 125 cm
Tebal poer = 50 cm
Nilai konus pada kedalaman 3 m, qc = 150 kg/cm2Kapasitas daya dukung tanah (Qu)
Qu = 12.266 x 150 = 1.839.844 kg
Daya dukung yang diijinkan : Qa : Qu/FK
Qa = 1.839.844/3= 613.281 kg > Pu maksimum = 440 ton. OK.
Pondasi sumuran dengan D = 125 cm, dapat digunakan.Penurunan PondasiPada pembebanan sementara :
Pu = Pu + Ws + Wp + Wt = 439,64 + 11,66 + 2,7 + 3,110= 457,11 ton
= 457110 Kg
B = 125 cm
q = Pu / ((/4 . B2) = 457110/((/4. 1252) = 37,268 kg/cm2Dari Bowles edisi 2:
Tabel 2-3 (hal 35 ) Es = 1000 kg/cm(Tabel 2-4(hal 35) ..( = 0,4
Tabel 5-4 (hal 157) ..Iw = 0,88
Mutu beton yang dipakai fc = 25 MPa ( K-250) , (bk = 250 kg/cm(Eb = 6400250 = 101192,8851 kg/cm2St = q . B ((1 (()/1000). Iw = 37,268. 125. ((1 0,42)/1000).0,88= 4,447 cm
Sb = Pu. L/ ((/4.B2. Eb) = 0,074 cm
S total = St + Sb = 4,447 + 0,074 = 4,521 cm
Penurunan maksimum yang diizinkan menurut Bowles, Tabel 5 adalah 10 cm.
Jadi, S total < 10,0 cm .. OK.
Penulangan Poer
Dimensi Poer = 1,5 m x 1,5 m
Pu kolom = 439.640 kg
Estimasi tulangan utama = 22 mm, Penutup beton (dc) = 50 mm
Perhitungan tebal poer
Kuat geser beton ( Vc )
Vc = x x bo x d .SK-SNI 3.4.11 butir 2
dimana :
Vc = Kuat geser beton
c = Perbandingan antara sisi kolom terpanjang dengan sisi terpendek
= 600/400 = 1,5
d = tebal efektif poer
bo = keliling penampang tegangan geser 2 ( 2 (600 + d ))= 2400 + 4d
Vc = x x ( 2400 + 4d ) x ( d ) = 1,944 x 2400 + 4 d2
= 4666,667d + 7,778d2Vu < ( Vc
Vu = 439640 kg
439,640.104 < 0,6 (4666,667d + 7,778d2)
4,667d2 + 2800d 4396400 > 0, didapat d = 715,989 mm. (Dipakai 720 mm)
tebal poer (h) = d + p + ( tul. utama = 720 + 50 + 22 = 792 mm ( 800 mm
Diambil tebal poer = 800 mm
Check tegangan pons :
Bidang geser diperhitungkan sejarak d disekeliling kolom
Pu = 439640 kg
Berat poer = 1,5 x 1,5 x 0,8 x 2400= 4320 kg
Berat sloof = 0,6 x 0,3 x 8 x 2400= 3024 kg
Wtotal= 7344 kg
Tebal poer = 800 mm
Penutup beton = 50 mm
( tulangan utama = 22 mm
tinggi efektif poer (d) = h p (tul = 800 50 . 2 = 739 mm
bo = panjang keliling penampang kritis geser pons =2400 + 4 ( 739 ) = 5356 mm
gaya geser yang bekerja pada penampang kritis
check :
Akritis = (1,339)2 = 1,793 m2
Vu = (4396400 / 4) x (4 1,793) = 2425713,7 N
Vn = = 2425713,7 / 0,6 = 4042856,167 N
Vn < 1/3 .bo.d..SK SNI 3.4.11 butir 1
4042856,167 < 1/3 . 4556.539
4042856,167 < 4092906,667 N oke
Penulangan Poer
P = 439,64 tonM = 15283,12 Kgm
Momen yang terjadi pada titik A :
MA = ( 76,52. .2.0,7 ) + ( 4,22. 2/3.2.0,7 )= 57,502 tm = 575,02 kNm
Tinggi efektif poer ( d )
d = h p tul utama = 600 - 50 ..22 = 539 mm
Mu = 575,02/0,6 KNm
Rn = = = 164,94 kN/m2
dari tabel didapat = 0,0008
luas tulangan tarik = . b. d = 0,0008. 2000 . 539 = 948,8 mm2
dipakai tulangan 16 22 ( 6082 mm2 )
luas tulangan tekan = 0,5 . 5468,6 mm2 = 2734,3 mm2dipakai tulangan 8 22 ( 3041 mm2 )
Penulangan Pondasi Sumuran
Kedalaman pondasi = 3,0 m, Diameter sumuran D = 1,25 m
Syarat :
H > 4.D maka diperlukan tulangan.
3 > 4 x 1,25
3 > 5 .tak memenuhi, tidak diperlukan tulangan, dipakai tulangan minimum.
Luas tulangan minimum :
As = 0,25 %. .3,14 . D2 = 0,25 % . 3,14 ( 125) 2 = 3067 mm2
maka dipakai 12 22 ( 4560 mm2 ).
+
+
+
C
C
C
J
J
F
F
F
F
F
F
F
H
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
K
J
I
F
G
D
C
B
A
A
3,05 m
200/400
300/600
400/600
4,00 m
7,20 m
7,20 m
7,20 m
7,20 m
3,00 m
3,75 m
6,15 m
3,75 m
A
B
C
D
E
0
1
2
3
4
5
6
E
lx = 3,60 m
ly = 6,150 m
F
12 cm
4 D19
28 cm
2 D19
20 cm
Penulangan Daerah Tumpuan Balok
2 D19
12 cm
28 cm
3 D19
20 cm
EMBED Equation.DSMT4
PAGE Tugas Akhir Abenk & Iman
_1178447917.unknown
_1188960672.unknown
_1188995879.unknown
_1188997106.unknown
_1189059116.unknown
_1189059299.unknown
_1189184405.unknown
_1189186360.unknown
_1189412091.unknown
_1189183628.unknown
_1189059250.unknown
_1188999427.unknown
_1188999471.unknown
_1188999980.unknown
_1188999996.unknown
_1188999848.unknown
_1188999789.unknown
_1188999446.unknown
_1188999299.unknown
_1188999364.unknown
_1188998181.unknown
_1188996012.unknown
_1188996538.unknown
_1188996796.unknown
_1188996057.unknown
_1188995960.unknown
_1188995999.unknown
_1188995929.unknown
_1188994051.unknown
_1188994425.unknown
_1188994689.unknown
_1188994125.unknown
_1188961065.unknown
_1188964369.unknown
_1188965066.unknown
_1188965092.unknown
_1188964482.unknown
_1188961208.unknown
_1188960756.unknown
_1188823360.unknown
_1188823518.unknown
_1188823572.unknown
_1188823598.unknown
_1188823712.unknown
_1188823802.unknown
_1188823994.unknown
_1188823771.unknown
_1188823636.unknown
_1188823459.unknown
_1188823390.unknown
_1188822167.unknown
_1188822225.unknown
_1188822758.unknown
_1188822197.unknown
_1188821998.unknown
_1188822053.unknown
_1188821923.unknown
_1105002459.unknown
_1114735390.unknown
_1129494238.unknown
_1133755761.unknown
_1133756717.unknown
_1133797623.unknown
_1133758324.unknown
_1133756590.unknown
_1129495180.unknown
_1129185623.unknown
_1129492105.unknown
_1129448805.unknown
_1129448966.unknown
_1129185669.unknown
_1128092025.unknown
_1107353397.unknown
_1112589918.unknown
_1113592072.unknown
_1114375487.unknown
_1107428730.unknown
_1112589905.unknown
_1105002460.unknown
_1107352735.unknown
_1105002461.unknown
_1026383871.unknown
_1096199763.unknown
_1101850803.unknown
_1096198859.unknown
_1096199266.unknown
_992756523.unknown
_992757013.unknown
_992757035.unknown
_987876815.unknown