dirosah islamiyah
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika pilar islam yang pertama, yaitu akidah yang bersih dari syirik, pilar islam
yang kedua adalah ibadah yang benar, terbebas dari bid’ah. Ibadah berasal dari
kata ‘abada, ya’budu, yang berarti menghamba atau tunduk dan patuh. ‘abdun
berarti budak atau hamba sahaya, alma’bad berarti mulia dan agung, ‘abada bihi
berarti selalu mengikutinya, alma’bud berarti yang memiliki, yang dipatuhi dan
diagungkan.
Jika makna kata-kata ini diurutkan, ia akan menjadi susunan kata-kata yang logis,
yaitu: "bila seseorang menghambakan diri terhadap yang lain, ia akan mengikuti,
mengagungkan, memuliakan, mematuhi dan tunduk.Ibadah merupakan salah satu
aktivitas atau kegiatan yang ada disetiap agama yang ada di seluruh dunia. Di
dalam agama Islam juga terdapat banyak ibadah yang harus dilaksanakan dan
dipatuhi oleh setiap umatnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu
kegiatanibadah yang sangat penting dan dijadikan tiang agama dalam agamaislam
adalah shalat.
Menurut Drs. NH Rifa’i (1998, 24) Shalat menurut bahasa adalahberdoa.
Sedangkan menurut sya’ra adalah menghadapkan jiwa danraga ke hadirat Allah
SWT dalam bentuk perkataan dan perbuatan yangdimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat –syarat yang telah ditentukan.
Shalat adalah salah satu rukun atau kewajiban islam yang keduasetelah syahadat,
maka dari itu shalat merupakan kewajiban bagi setiapumat muslim. Meskipun
dalam keadaan apapun dan dimana pun beradashalat harus tetap dilaksanakan
karena bila tidak menjalankan perintah shalat ganjarannya adalah dosa.
1
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis telah membuat rumusan masalah yang
berupa pertanyaan yaitu sebagai berikut :
1. Apa pengertian ibadah dan bagaimana tujuan ibadah ?
2. Bagaimana pembagian ibadah yang baik dan benar ?
3. Bagaimana Peran Dan Fungsi Ibadah Dalam Kehidupan Sehari-Hari ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan pengetahuan secara luas mengenai fungsi ibadah dalam
kehidupan sehari-hari
2. Untuk dapat lebih mengingat kebesaran allah SWT dalam bentuk pendekatan
ibadah
3. Untuk lebih rajin dalam melaksanakan ibadah dengan tujuan untuk mendapat
kan ridho ilahi
4. Untuk mendefinisikan ibadah yang baik dan benar
5. Untuk mengetahui wujud dan bentuk ibadah
2
BAB II
PERAN, FUNGSI DAN TUJUAN IBADAH
A. Pengertian dan tujuan ibadah
Secara etimologis, kata ibadah merupakan bentuk mashdar dari kata abada yang
tersusun dari huruf ‘ain, ba, dan dal. Arti dari kata tersebut mempunyai dua makna
pokok yang kelihatan bertentangan atau bertolak belakang.
Pertama, mengandung pengertian lin wa zull (*) Kedua mengandung pengertian
syiddat wa qilazh (**).
H. Abd. Muin Salim menjelaskan bahwa, dari makna pertama diperoleh kata ‘abd
yang bermakna mamluk (yang dimiliki) dan mempunyai bentuk jamak ‘abid dan
‘ibad. Bentuk pertama menunjukkan makna budak-budak dan yang kedua untuk
makna “hamba-hamba Tuhan”. Dari makna terakhir inilah bersumber kata abada,
ya’budu,’ibadatan yang secara leksikal bermakna “tunduk merendahkan, dan
menghinakan diri kepada dan di hadapan Allah. Dalam bukunya Jalan Lurus Menuju
Hati Sejahtera dijelaskan, bahwa kata ibadah mengandung ke-mujmal-an dan
kemudahan. Ayat-ayat al-Quran yang menggunakan kata ‘abd (عبد) dan yang serupa
dan dekat maknanya adalah seperti khada’ (tunduk merendahkan diri); khasya’a
(khusyuk); atha’a (mentaati), dan zal (menghinakan diri).
M. Quraish Shihab, menyatakan ibadah adalah suatu bentuk ketundukan dan
ketaatan yang mencapai puncaknya sebagai dampak dari rasa pengagungan yang
bersemai dalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang tunduk kepadanya. Rasa itu
lahir akibat adanya keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa obyek yang ditujukan
kepadanya itu memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau hakikatnya.1
1(*) : Kelemahan dan kerendahan(**) : Kekerasan dan kekasaran
3
Ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba, pada dasarnya memiliki tujuan:
Pertama, untuk memperlihatkan perasaan hina di hadapan Allah SWT, sehingga
diharapkan muncul dalam dirinya sebuah prinsip, bahwa Allah lah satu-satunya Dzat
Yang Maha Mulia. Dan seorang hamba tidak dibenarkan untuk bersikap sombong;
karena pada dasarnya, tidak ada seorang hambapun yang paling mulia dihadapan
Allah SWT, apapun bangsanya, warna kulitnya, ataupun kedudukannya, semuanya
tidak akan menjadikannya mulia di hadapan Allah SWT, kecuali dibarengi dengan
kualitas ketakwaan yang sesungguhnya (melaksanakan perintah Allah SWT dan
menjauhi
segala larangan-Nya).
Allah SWT berfirman:
�ه� الل �د ن ع� �م� مك �ر ك أ �ن� إ ف�وا عار �ت ل �ل ائ وقب ع�وب ا ش� �م� اك �ن وجعل ى �ث ن
� وأ ر' ذك م�ن� �م� اك ق�ن ل خ �ا �ن إ �اس� الن .ها ي أ ا ي
�ير ب خ �يم1 عل �ه الل �ن� إ �م� �قاك ت أ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara
kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al-Hujuraat
(49):13)
Kedua, memperlihatkan rasa cinta yang sesungguhnya kepada Allah SWT. Rasa cinta
merupakan anugerah dari Allah SWT, oleh karenanya, harus senantiasa disyukuri dan
diarahkan atau diporsikan sesuai dengan kehendak Dzat Yang Memberikannya.
Kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya harus senantiasa dinomor-satukan;
sebab sikap seperti adalah ciri has daripada orang-orang yang beriman.
4
Ketika seorang hamba lebih mengedepan kecintaan fitrahnya daripada kecintaan
kepada Allah dan Rasul-Nya, seperti lebih mencitai harta, kedudukan, pekerjaannya
dan lain sebagainya.maka itu semua merupakan fenomena kelemahan iman. Allah
SWT berfirman:
رى ي و� ول لله� 4ا ب ح� د. ش أ �وا ءامن �ذ�ين وال الله� ح�ب8 ك ه�م� .ون ب �ح� ي نداد ا
أ الله� د�ون� م�ن �خ�ذ� ت ي من �اس� الن وم�ن
و�ن ر ي �ذ� إ م�وا ظل �ذ�ين ال
�عذاب� ال د�يد� ش الله ن� وأ جم�يع ا لله� �ق�و�ة ال ن�
أ �عذاب ال
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. Al-Baqarah (2) :165)
Ketiga, memperlihatkan rasa takut kepada Allah SWT (dari adzab-Nya), dan
memperlihatkan pengharapan yang seutuhnya kepada rahmat-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, hamba Allah SWT selalu dibarengi dengan dua
perasaan, yaitu perasaan takut dan berharap.
Bagi seorang yang beriman, tidak ada lagi yang ditakuti dalam hidupnya, kecuali
adzab Allah SWT, dan adzab itu akan menimpa disebabkan oleh perbuatan maksiat
kepada-Nya. Maka ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba, pada dasarnya
merupakan implementasi dari rasa takut akan adzab Allah SWT, dan sekaligus akan
menghantarkan hamba kepada rahmat Allah SWT yang selalu diharapkan sepanjang
hidupnya.
5
Sesungguhnya, tidak ada kebahagiaan dan kesuksesan yang hakiki, kecuali ketika
seorang hamba selalu berada dalam rahmat dan maghfirah Allah SWT yang diraih
dengan sikap istikomah dalam keimanan, perubahan ke a rah yang lebih positip dan
selalu memohon ampun ketika lalai
juga berupaya keras untuk tetap berada dijalan Allah SWT.
Allah SWT berfirman,
ح�يم1 ر غف�ور1 �ه� والل �ه� الل ح�مة ر ج�ون ر� ي �ك ئ ول� أ �ه� الل �يل� ب س ف�ي وجاهد�وا وا هاجر� �ذ�ين وال �وا آمن �ذ�ين ال �ن� .إ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad
di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah (2) :218)
Keempat, memperlihatkan rasa syukur yang mendalam terhadap semua ni’mat Allah
SWT yang telah diberikan.
Pengakuan dan kesadaran akan ni’mat Allah SWT dalam kehidupan, akan mendorong
seorang hamba untuk mengakui kelemahan dan kebutuhannya kepada Allah SWT
yang telah memberikan semua ni’mat-Nya, karena seorang hamba tidak akan bisa
terlepas dari ni’mat tersebut. Ini berarti bahwa seorang hamba akan selalu
membutuhkan Allah SWT, karena Dialah yang maha pemberi ni’mat.
Para ulama menjelaskan bahwa bersyukur yang sesungguhnya atas ni’mat adalah
menggunakan ni’mat tersebut sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT, dan
untuk membuktikannya tidak ada cara lain kecuali dengan beribadah kepada-Nya,
sehingga segala sesuatu yang telah Allah anugrahkan harus digunakan dalam rangka
meraih keridloan dan kecintaan Allah SWT untuk mendapatkan kebahagiaan hidup
diakhirat.
6
Allah SWT berfirman:
�غ� ب ت وال �ك ي �ل إ �ه� الل ن ح�س أ ما ك ح�س�ن� وأ ا �ي الد.ن م�ن ك ص�يب ن �س ن ت وال ة اآلخ�ر الد�ار �ه� الل اك آت ف�يما غ� �ت واب
ف�ي اد �فس د�ين ال �م�ف�س� ال �ح�ب. ي ال �ه الل �ن� إ األر�ض�
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.
Al-Qashshash (28) : 77
B. Peran Dan Fungsi Ibadah
Peran dan fungsi ibadah terbagi menjadi 2 yaitu :
Peran dan fungsi ibadah secara umum
Secara umum ibadah dapat berperan sebagai alat untuk menumbuhkan kesadaran pada
diri manusia bahwa ia sebagai insan diciptakan Allah khusus untuk mengabdi kepada
diri-Nya. Ini jelas disebutkan dalam Al Qur’an surat Az Zariyat ayat 56
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
(ibadah) kepada-Ku
Peran dan fungsi ibadah secara khusus
Peran dan fungsi ibadah secara khusus ini meliputi fungsi masing-masing dari jenis
ibadah. Jenis-jenis ibadah ini dapat dikelompokkan menjadi lima bagian atau biasa
disebut Rukun Islam yang terdiri dari syahadat,shalat,zakat,puasa, dan pergi haji jika
mampu.
C. Pembagian Dan Karakteristik Ibadah
7
Pembagian Ibadah
Ibadah itu sendiri bisa dikelompokkan ke dalam kategori berdasarkan beberapa
klasifikasi, antara lain:
a. Pembagian ibadah didasarkan pada umum dan khusus (khashashah dan
‘ammah)
1. Ibadah khashashah ialah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh
nash, seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
2. Ibadah ‘ammah, yakni semua pernyataan baik yang dilakukan dengan niat
yang baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan, minum, bekerja
dan lain sebagainya dengan niat melaksanakan perbuatan itu untuk
menjaga badan jasmaniah dalam rangka agar dapat beribadah kepada
Allah.
b. Pembagian ibadah dari segi hal-hal yang bertalian dengan pelaksanaannya, dibagi
menjadi tiga:
1) Ibadah jasmaniah, ruhiyah, seperti salat dan puasa.
2) Ibadah ruhiyah dan amaliyah, seperti zakat
3) Ibadah jasmaniah ruhiyah dan amaliyah, seperti mengerjakan haji.
c. Pembagian ibadah dari segi kepentingan perseorangan atau
masyarakat, dibagi dua:
1) Ibadah fardhi, seperti salat dan puasa
2) Ibadah ijtima’I seperti zakat dan haji
d. Pembagian dari segi bentuk dan sifatnya.
1. Ibadah yang berupa perkataan atau ucapan lidah, seperti membaca do’a,
membaca Al Qur’an, membaca dzikir, membaca tahmid dan mendoakan
orang yang bersin.
2. Ibadah yang berupa pekerjaan tertentu bentuknya meliputi perkataan dan
perbuatan, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.
3. Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti
menolong orang lain, berjihad, membela diri dari gangguan.
4. Ibadah yang pelaksanaannya menahan diri, seperti ihram, puasa dan
I’tikaf, dan menahan diri untuk berhubungan dengan istrinya.
8
5. Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan hutang dan
memaafkan orang yang bersalah.
Karakteristik ibadah
Ibadah memiliki karakteristik tertentu yang khas, yakni:
Pertama, ibadah bersifat tauqifiyah(***). Apa yang ditetapkan Allah melalui nash-nash
al-Qur’an dan as-Sunnah dilaksanakan sebagaimana pengertiannya tanpa disalahi.
Seorang muslim (secara bahasa artinya pasrah) melaksanakan sholat, shaum, maupun
haji dengan cara tertentu. Tidak dibenarkan seorang muslim sholat dengan
meletakkan kedua tangannya di tengkuknya, sebab tidak ada nash yang menyebut hal
itu. Juga tidak dibenarkan seorang muslim melaksanakan kewajiban haji di bulan
Ramadhan, sebab haji itu telah ditetapkan waktunya menurut sunnah Rasul yaitu di
bulan Zulhijjah.
Rasulullah Saw bersabda:
“Sholatlah kalian sebagaimana aku sholat.”
“Ambilah dariku manasik (rute perjalanan haji) kalian.”
Kedua, ibadah itu secara hukum diperintahkan oleh Allah tanpa sebab
disyari’atkannya (tanpa ilat syar’iyyah). Misalnya, disyari’atkannya wudlu bukanlah
demi kebersihan.
Diwajibkannya sholat bukanlah supaya kaum muslmin berolahraga.
Ketiga, ibadah hanya dilakukan untuk Allah semata. Hukum-hukum ibadah mengatur
hubungan seorang muslim, sebagai makhluk, dengan khaliknya. Maka tidak boleh
seorang muslim dalam ibadahnya menserikatkan Allah SWT dengan seorang pun di
antara makhluk-Nya. Diibadahi merupakan hak tunggal Allah SWT. Itulah makna
lailaha illallah, yakni la ma’buuda illallah. Artinya, tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah. 2
Allah SWT berfirman:
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain.
2(***) : Diterima apa adanya dari Dzat yang disembah
9
(Qs. al-Qashash [28]: 88).
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya. (Qs. al-Kahfi [18]: 110).
Keempat, ibadah yang diterima hanyalah yang dikerjakan dengan niat ikhlas lillahi
ta’ala. Seorang muslim yang melaksanakan sholat Maghrib tanpa niat lillahi ta’ala,
sholatnya tidak diterima, tidak mendapatkan pahala, dan belum menggugurkan
kewajiban sholat itu sendiri.
Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya amal-amal (mesti dikerjakan) dengan niat.” [HR. Bukhari].
Maksud dari amal-amal pada hadits tersebut adalah khusus amal ibadah, sebab amal
selain ibadah tak perlu disertai niat.
Kelima, ibadah kepada Allah secara langsung, tanpa perantara. Seorang muslim sholat
menghadap Allah SWT dan berkata-kata dalam bacaan sholatnya langsung kepada
Allah SWT. Ketika seorang muslim berlapar-lapar di dalam berpuasa, laparnya itu
langsung dihubungkan dan diniatkan untuk Allah SWT. Dan dengan kekuasaan Allah
SWT setiap muslim langsung mendapatkan hot line untuk bermunajat dan menga-
jukan segala keluh kesahnya kepada Allah SWT di dalam doa-doanya.
Allah SWT telah menyatakan dalam firman-Nya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat.
10
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku.
(Qs. Al-Baqarah [2]: 186).
BAB III
PENUTUP
11
A. Kesimpulan
Konsep ibadah dalam Islam adalah amat luas dan menyeluruh, merangkumi tingkah
laku dan amalan manusia seluruhnya yang dikerjakan menurut ajaran Islam. Ibadah
mempunyai kaitan yang rapat dengan akhlak. Mempelajari ibadah yang benar akan
melahirkan kelakuan yang baik bersopan dan berakhlak mulia. Nilai akhlak berpunca
daripada agama ditetapkan oleh al Qur’an dan al sunnah. Setiap amalan yang
memenuhi syarat-syarat berkenaan boleh menjadi ibadah.
ibadah itu mencakup perintah dan larangan yang datang dari syari’at, yang tercakup di
dalamnya perkataan dan perbuatan, baik perkataan yang lahir maupun yang batin.
B. Penutuptup
puji syukur kehadirat Allah SWT, yang memberikan nikmat serta hidayahnya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusun makalah ini tidaklah mustahil apabila pembaca menemukan
kesalahan dan kekurangan, untuk kritik serta saran yang membangun dari dosen
maupun rekan-rekan mahasiswa demi tercapai kesempurnaan.
Dan tak lupa juga kepada pihak yang membentuk terselesainya makalah ini kami
ucapkan terimakasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUTAKA
Anur Rahim Faqih, dkk. Islamuna, Bimbingan Shalat dan Bacaan Al Qur’an, LPPAI
UII, 2002
12
Mochammad Teguh, et.al. Latihan Kepemimpinan Islam Dasar, UII Press, 2001
http://recyclearea.wordpress.com/author/recyclearea
http://dedimansur.blogspot.com/2011/07/intensitas-ibadah-mahasiswa-stain.html
http://dedimansur.blogspot.com/2011/07/intensitas-ibadah-mahasiswa-stain.html
13