dinamisasi islam dalam bernegara

15
Makalah Tema: Islam, Muslim Negarawan, dan Dinamika Sosial Dinamisasi Islam dalam Bernegara Disusun guna memenuhi sebagian dari syarat untuk mengikuti Dauroh Marhalah 2 KAMMI Daerah Kota Yogyakarta Disusun Oleh: Asep Maulana Djamil Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (The Action Group of Indonesian Moslem Students) KAMMDA Kota Yogyakarta Komisariat UIN Sunanan Kalijaga Yogyakarta 2014 KONSEPSI UMMAH

Upload: azef-maoelana-djamil

Post on 12-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Dinamisasi Islam Dalam Bernegara

TRANSCRIPT

  • Makalah

    Tema: Islam, Muslim Negarawan, dan Dinamika Sosial

    Dinamisasi Islam dalam Bernegara Disusun guna memenuhi sebagian dari syarat untuk mengikuti Dauroh Marhalah 2 KAMMI

    Daerah Kota Yogyakarta

    Disusun Oleh:

    Asep Maulana Djamil

    Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

    (The Action Group of Indonesian Moslem Students)

    KAMMDA Kota Yogyakarta

    Komisariat UIN Sunanan Kalijaga

    Yogyakarta

    2014

    KONSEPSI UMMAH

  • i

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah

    menciptakan seluruh makhluk. Dialah Yang Maha Rahman. Dialah yang telah

    memberikan kepada kita semua nikmat yang tak akan pernah terhitung. Oleh karena itu,

    semoga kita semua bisa menjadi hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas nikmat-

    Nya.

    Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan mulia

    Rasulullah SAW. yang telah mengemban risalah dawah hingga kepada kita sebagai

    ummatnya. Mudah-mudahan kita bisa menjadi ummatnya yang mendapatkan syafaat

    di hari kiamat nanti.

    Sudah bertahun-tahun KAMMI berdiri sebagai gerakan, kultur-kultur yang

    terbangun diantaranya ketaatan, persaudaraan, militansi, dan keikhlasan dalam

    menjalankan syariat agama pada para anggotanya. KAMMI adalah gerakan yang

    mengalami perkembangan sangat pesat. Pergerakan yang hadir dengan visi kenabian,

    membawa amanah ketauhidan yang berupaya serta melakukan usaha perbaikan.

    Sejarah yang dialui umat islam saat ini bukanlah cobaan yang tidak mudah,

    umat islam dihadapkan dengan berbagai problematika umat, ditambah lagi dengan

    gambaran yang distortif terhadap dunia islam, pengingkaran terhadap ajaran islam

    sendiri yang semakin parah, maka dirasa perlu adanya suatu pergerakan yang itu

    dilakukan secara bersama atau berjamaah dalam mencapai suatu tujuan dan

    mengembalikan kejayaan peradaban islam masa lampau yang sangat luar biasa.

    Gerakangerakan islam yang sangat banyak dan menjamur mempunyai ciri khas

    yang dan corak yang berbeda dalam berjuang. Makalah ini hadir tentunya untuk

    memunculkan kembali semangat islam. Dan bagaimana realitanya ketika dihubungkan

    dengan kedaan indonesia, serta pergerakan yang cocok untuk diterapkan.

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

    DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

    BAB I ................................................................................................................................ 1

    PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

    A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

    B. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

    C. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

    BAB II .............................................................................................................................. 3

    PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

    A. Dinamisasi Islam dalam Bernegara ....................................................................... 3

    B. Pengembangan Masyarakat Islam ......................................................................... 7

    BAB III ........................................................................................................................... 10

    PENUTUP ...................................................................................................................... 10

    A. Simpulan .............................................................................................................. 10

    B. Saran .................................................................................................................... 10

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Keterkaitan antara agama dan negara di masa lalu dan pada zaman sekarang,

    bukanlah hal yang baru, apalagi hanya khas Islam. Pembicaraan hubungan antara agama

    dan negara dalam Islam selalu terjadi dalam suasana yang stigmatis. Hal ini disebabkan

    karena hubungan agama dan negara dalam Islam adalah yang paling mengesankan

    sepanjang sejarah umat manusia, serta hubungan antara kaum Muslim dan non-Muslim

    Barat adalah hubungan yang penuh ketegangan sepanjang masa (Efrinaldi.2013).

    Muslim negarawan memiliki pengaruh besar dalam membangun negeri dengan

    umat yang bersatu-padu. Namun ironis ketika kita mengetahui bahwa negeri merupakan

    negeri yang kaya tetapi tidak layak dikatakan kaya, negeri yang mayoritas muslim tapi

    tidak terlihat akhlak seorang muslim, negeri yang seharusnya bisa mandiri tapi terlihat

    masih berpangku tangan dengan asing, negeri yang berpotensi memiliki para

    hafidz/hafidzah yang begitu banyak karena bermayoritas muslim tapi masih kalah

    jumlah hafidz/hafidzahnya dengan negara yang lebih kecil wilayahnya dan lebih sedikit

    jumlah penduduknya diluar sana seperti Palestina (Asia), Mesir (Afrika), Bosnia

    (Eropa) dan lain lain. Disinilah fungsi Muslim negarawan, bukan hanya

    memperjuangkan nilai nilai keIslaman di masyarakat tapi mampu

    mengimplementasikan nilai nilai itu dalam merenovasi negerinya.

    Dalam perspektif keimanan yang dimiliki oleh muslim negarawan, perlu kiranya

    para muslim negarawan belajar dari tragedi di Mesir dan dinamika Turki membangun

    negeri. Ada pesan esensial mengenai apa yang dihadapi oleh para muslim negarawan di

    Turki, Mesir, dan juga negeri negeri lainnya, termasuk Indonesia. Diperlukan perspektif

    keimanan dalam mengahadapi segala dinamika yang ada ketika membangun negeri.

    Qiyadah (pemimpin) kita yang memperjuangkan kebenaran di dalam pemerintahan

    selalu mengajarkan kepada muslim negarawan bahwa sunnatullah, dimana ketika Allah

    berkhendak menambahkan kemuliaan di dalam sebuah negeri, bertambah pula

    tantangan yang hadir bagi para pegiatnya. Dalam sunnatullah itulah Allah akan

    menghadiahkan tantangan berupa penjahat besar (Akaanira MujrimiiHa) sebagai ujian

    yang mematangkan akal dan jiwa para pegiat kebaikan di negeri tersebut

    (Wibowo.2013). Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan mengenai bagaimana

  • 2

    dinamisasi islam dalam bernegara yang sesuai dengan penerapannya dalam kehidupan

    sosial.

    B. Tujuan Penulisan

    Tujuan penulisan makalah kali ini adalah sebagai syarat bagi peserta DM 2

    KAMMI serta menambah pengetahuan. Dalam makalah ini juga sedikit dibahas

    mengenai bagaimana dinamisasi islam dalam bernegara yang sesuai dengan

    penerapannya dalam kehidupan sosial.

    C. Rumusan Masalah

    Bagaimanakah dinamisasi islam dalam bernegara yang sesuai dengan

    penerapannya dalam kehidupan sosial ?

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Dinamisasi Islam dalam Bernegara

    Telaahan ini merefleksikan upaya mencari landasan intelektual bagi fungsi dan

    peranan negara sebagai instrumen dalam perwujudan kemakmuran dan kesejah-

    teraan masyarakat. Indonesia dalam babakan sejarahnya tampak bahwa hubungan

    Islam dengan ketatanegaraan dalam pencarian konsep mengenai negara makmur dan

    sejahtera yang dicita-citakan, tetapi menyisakan perbedaan pandangan apakah negara

    bercorak religiopolitik atau nasionalis sekuler.

    Upaya untuk menelusuri bagaimanakah hubungan agama dan negara dalam

    suatu diskursus ketatanegaraan di Indonesia menjadi penting. Memang, dalam

    paradigma politik Islam meski tidak ditentukan suatu pola baku tentang teori negara

    atau sistem politik, tetapi, Islam mengandung nilai-nilai dan ajaran yang bersifat etis

    mengenai aktifitas sosial dan politik umat manusia. Mabadi al-siyasy termaktub dalam

    nilai-nilai substansial Islam. Ajaran-ajaran Islam ini mencakup prinsip-prinsip tentang

    persamaan di hadapan hukum (al-musawah), keadilan (adalah), persaudaraan

    (ukhuwah), dan kebebasan (hurriyah).

    Tujuan Islam terpenting, misalnya, tampak dalam kerangka perwujudan keadilan

    sosial yang terformulasi dengan tindakan menyeru kepada kebaikan dan mencegah

    kejahatan (al-amr bi al-maruf wa al-nahy an al-munkar). Namun, siapa saja yang

    menghendaki suatu tujuan, konsekwensinya harus mau melaksanakan cara-cara untuk

    mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini Ibn Taimiyah (661 H/1263 M 728 H/1328 M)

    menegaskan:

    Allah mewajibkan manusia untuk melakukan perintah berlaku maruf dan nahi

    munkar, keadilan, melaksanakan haji, melaksanakan shalat-shalat jemaah, dan

    memerangi orang-orang yang zalim. Semuanya itu tidak akan terlaksana kecuali

    dengan kekuatan (kekuasaan) dan imarah (kepemimpinan).

    Keberadaan negara amat penting dalam rangka mengurus dan mengayomi umat.

    Tanpa negara umat tidak akan mungkin mewujudkan cita-cita sosial-politik dan

    keadilan sosial, melaksanakan hukum Islam, menciptakan sistem pendidikan Islam dan

    mempertahankan kebudayaan Islam dari penyelewengan-penyelewengan, baik dari

    dalam maupun seranganserangan dari luar. Negara yang tidak konstitusional dapat

  • 4

    menyebabkan masyarakat tidak berdaya menghadapi penguasa yang kejam. Akhirnya

    Islam dianggap hanya ibadah (ritual) belaka dan ilusi semata. Selain itu, janji Islam

    sebagai petunjuk bagi kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat belum dapat

    dibuktikan secara optimal.

    Memang, secara global di dunia Islam dewasa ini, ada tiga aliran yang

    berkembang mengenai hubungan antara Islam dan negara. Pertama, aliran yang

    berpendirian bahwa Islam bukanlah semata-mata agama, dalam pengertian hanya

    menyangkut hubungan dengan Tuhan belaka. Islam adalah satu agama yang sempurna

    dan lengkap, mencakup pengaturan bagi semua aspek kehidupan manusia, termasuk

    kehidupan bernegara. Tegasnya, sistem kenegaraan harus sepenuhnya mengacu pada

    Islam. Tokoh-tokoh utama aliran ini, antara lain, Hasan al-Banna, Sayyid Qutb,

    Muhammad Rasyid Ridha, dan Abul Ala al-Maududi.

    Kedua, aliran yang berpendapat bahwa Islam adalah agama semata-mata, yang

    tidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Nabi hanya seorang Rasul semata, bukan

    sebagai kepala negara. Tokoh aliran ini yang terkemuka di antaranya Ali Abd Al-Raziq

    dan Thaha Husein.

    Ketiga, aliran yang berpendirian bahwa dalam Islam tidak terdapat sistem ke-

    negaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika dan prinsip-prinsip bagi kehi-

    dupan bernegara. Di antara para tokoh aliran ini ialah Muhammad Husein Haikal.

    Menurut para politikus Muslim, dalam negara seyogianya prinsip-prinsip dasar

    syariah diimplementasikan. Nilai-nilai syariat Islam direalisir dalam kehidupan

    berbangsa dan bernegara secara harmonis dalam konteks pluralisme sosial. Karena

    secara politis, syariah adalah sumber nilai yang memberi corak dari dinamika perkem-

    bangan politik dan negara yang ideal yang dicita-citakan. Ini berarti suatu keharusan

    membumikan syariah Islam menghendaki betapa urgennya pemerintahan dalam Islam,

    yang ditegakkan dengan prinsip-prinsip syariah, yang mencakup nilai-nilai keadilan,

    kebenaran, kejujuran, dan kesejahteraan masyarakat.

    Negara dalam pandangan Islam merupakan otoritas syariah terhadap seluruh

    manusia, baik terhadap kalangan penguasa maupun terhadap massa rakyat, yang

    prinsip-prinsipnya dirumuskan oleh Allah yang disampaikan oleh Nabi kepada manusia

    yang termaktub dalam Alquran dan Sunnah serta dijabarkan dalam penafsiran-

  • 5

    penafsiran ulama, yang secara sosiologis ditegakkan oleh kekuatan-kekuatan yang

    dipercayai.

    Lebih khas, bagi setiap Muslim, negara itu adalah alat (agency) untuk mereali-

    sasikan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, untuk mencapai keridhaan Allah

    kesejahteraan duniawi dan ukhrawi, serta menjadi rahmat bagi sesama manusia dan

    alam lingkungannya. Tujuan negara itu adalah mewujudkan kesejahteraan, akan lebih

    tepat dikatakan, kesejahteraan masyarakat universal di dunia dan akhirat. Sedangkan

    ikatan antara penguasa dan rakyat adalah berdasarkan atas dorongan batin, yakni

    keyakinan kepada Allah dan kehidupan akhirat nanti.

    Tugas-tugas suatu negara dalam konsepsi Islam ada dua macam. Pertama,

    berupa tugas-tugas yang hanya dimiliki secara khas oleh negara yang konstitusinya

    berdasar syariah. Tugas ini dirancang agar syariah terpelihara dan tujuan-tujuannya

    terlaksana apabila peraturan-peraturannya ditaati.

    Misalnya, mengurus pelaksanaan salat jemaah, pendistribusian zakat, melak-

    sanakan hudud, menegakkan keadilan (al-qadha), mengawasi pasar (hisbah),

    menangani penyelewengan-penyelewengan di dalam timbangan, ukuran; kesusilaan dan

    kesopanan masyarakat, serta melaksanakan jihad untuk memberantas kemunkaran dan

    kezaliman yang meresahkan masyarakat.

    Kedua, tugas-tugas yang juga dimiliki pula oleh negara pada umumnya. Secara

    historis, ke dalam tugas-tugas ini tercakup tugas-tugas mengangkat kepala negara, men-

    teri, panglima, hakim, dan lain sebagainya; tugas mengawasi dan mengatur lembaga-

    lembaga hukum; menyelenggarakan pendidikan dan administrasi pemerintahan; tugas di

    bidang perpajakan dan keuangan; dan tugas-tugas serta fungsi-fungsi lain yang diang-

    gap perlu demi kepentingan masyarakat.

    Kepala negara, dalam konsepsi Islam, dipilih berdasarkan kualifikasi dan

    spesifikasi tertentu. Syarat-syarat dan kualifikasi pokok bagi jabatan kepala negara

    tersebut, selain memiliki syarat moral dan intelektual, adalah kejujuran (amanah);

    kecakapan atau mempunyai otorisasi dalam mengelola negara dengan pengawasan-

    pengawasan dari kelompok pemerintahannya (quwwah); dan keadilan (adalah)seba-

    gai manifestasi kesalehan.

    Oleh karena itu, format suatu negara yang mengimplementasikan nilai-nilai

    syariah dalam kehidupan sosial merupakan suatu bentuk tata politik dan kultural

  • 6

    dengan prinsip-prinsip yang permanen dan sistem yang dinamis. Umat manusia dapat

    terhindar dari fluktuasi yang tak berkesudahan: dewasa, layu, hancur, dan lahir kembali.

    Umat dapat menghindari perubahan-perubahan sejarah ini dengan menggunakan dan

    mentaati sistem sosio-kultural Islam, termasuk subsistem politisnya.

    Al-Ghazali, seorang tokoh hukum dan spiritualis Islam, misalnya dalam

    teorisasi kenegaraan mengutamakan perpaduan moral (agama) dengan kekuasaan.

    Negara itu, dipimpin oleh manusia biasa, tetapi harus mempunyai moral yang baik.

    Unsur agama mesti diperoleh dan dipertahankan dalam negara.

    Eksistensi agama dalam negara dan kaitannya dengan otoritas kepala negara di-

    ibaratkan al-Ghazali sebagai anak kembar. Agama adalah suatu fondasi, sedangkan

    kepala negara adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa fondasi akan mudah runtuh dan

    suatu fondasi tanpa penjaga akan hilang.

    Atas dasar itu, menurut al-Ghazali, asal-usul dan keberadaan negara merupakan

    suatu keharusan bagi ketertiban dunia. Ketertiban dunia merupakan keharusan bagi

    ketertiban agama, sedangkan ketertiban agama amat penting untuk mencapai

    kesejahteraan akhirat kelak. Secara syari, pengangkatan kepala negara yang mampu

    mengelola pemerintahan secara efektif merupakan suatu keharusan yang tak bisa

    diabaikan. Dengan demikian, negara sangat penting artinya dalam mewujudkan

    ketertiban dunia dan perdamaian. Keberadaan negara sangat urgen dalam menata

    kehidupan berbangsa dan bernegara secara efektif dan merupakan suatu perangkat

    untuk mensosialisasikan syariat Islam (Efrinaldi. 2013).

    Pembahasan tentang sistem masyarakat manusia pada umumnya belumlah

    lengkap bila Ummah tidak turut dibahas. Umat manusia telah mengenal bahkan telah

    menjalani secara langsung beberapa sistem masyarakat yang dominan hingga saat ini,

    tetapi mungkin telah melupakan suatu sistem masyarakat manusia yang telah berhasil

    mengantarkan manusia Muslim pada posisinya yang tertinggi, yaitu Ummah.

    Konsep ummah pertama kali tercantum jelas dalam Piagam Madinah, Dalam

    piagam Madinah, kata ummah terulang dua kali, yaitu dalam pasal 1 dan pasal 25.

    Rumusan pengertian ummat merupakan langkah Nabi untuk mempersatukan umat Islam

    sesuai dengan muatan pasal 1 Piagam Madinah, yang isinya yaitu Innahum

    ummatunwhidah min dni al-ns, yang artinya sesungguhnya mereka adalah umat

    yang satu,tidak termasuk golongan lain (Tika, 2013).

  • 7

    Pilar utama penyangga dari Ummah adalah persamaan akidah. Akidah telah

    menjadi tali pengikat hubungan manusia jauh melampaui batas-batas teritorial, bahkan

    dapat dikatakan menjadi ikatan manusia secara universal. Akidah yang merupakan

    intisari dari ajaran Islam yang telah baku menjadi pengendali utama dalam Ummah.

    Demikianlah sebuah sistem masyarakat manusia yang Qur'ani, yang pernah

    menjelma di muka bumi dibawah pimpinan Muhammad SAW.

    Keberhasilan Muhammad SAW mewujudkan masyarakat yang Qur'ani ini menjadi

    tantangan tersendiri bagi umat Islam saat ini yang juga merupakan umat Muhammad

    SAW, dapatkah umat Islam kembali muncul sebagai Khairu Ummah di pentas sejarah?

    Realitas ummat Islam hari ini terpilah-pilah menjadi beberapa jamaah yang menyeru

    kepada Islam. Masing-masing jamaah mempunyai seorang imam yang di baiat oleh

    anggota jamaah untuk memimpin mereka. Maka jamaah yang akan mencapai

    penegakan khalifah adalah jamaah yang akan sampai kepadanya. Jamaah ini telah

    memberikan loyalitas kepada kepemimpinannya sejak pembentukan atau sejak pentas

    kepemimpinannya, tanpa memandang kepada keturunannya. Dan kaum Muslimin akan

    dituntut memberikan loyalitas mereka kepadanya dan membaiatnya , baik jamaah ini

    mencapai pemerintahan melalui koalisi, pemilihan,umum atau revolusi. Jawabnya

    semua tergantung kepada umat Islam sendiri, terutama dalam membina hubungan antar

    umat Islam sedunia dalam bingkai ajaran al-Qur'an dan Sunnah Nabi-Nya

    (Ramadana,2013).

    B. Pengembangan Masyarakat Islam

    Pengembangan masyarakat Islam secara konseptual dapat diartikan sebagai

    sistem tindakan nyata yang ditawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah

    dalam bidang sosial ekonomi dan lingkungan dalam perspektif Islam. Dan secara teknik

    istilah pengembangan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah

    pemberdayaan, bahkan dua istilah ini dalam batas-batas tertentu bersifat interchangeable

    atau dapat dipertukarkan. Berarti pengembangan perilaku individu dan kolektip dengan

    titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sasaran individual

    muslim dengan orientasi pada sumber daya manusia. Dan sasaran komunal adalah

    kelompok atau komunitas muslim dengan orientasi pada pengembangan sistem

    masyarakat.

  • 8

    . Pengembangan masyarakat Islam mengalami tahapan dan proses sesuai dengan

    dinamika masyarakat. Apabila merujuk kepada apa yang dicontohkan Rosulullah ketika

    membangun masyarakat, setidaknya harus ditempu tiga tahap atau proses

    pengembangan masyarakat, yakni takwin, tanzim, dan taudi.

    Takwin adalah tahap pembentukan masyarakat Islam. Kegiatan pokok tahap ini

    adalah dawah bil lisan sebagai ikhtiar sosialisasi akidah, ukhuwah dan taawan. Semua

    aspek tadi, ditata menjadi instrumen sosiologis dimulai dari unit terkecil dan terdekat

    sampai kepada perwujudan-perwujudan kesepakatan. Sasaran tahap pertama adalah

    terjadinya internalisasi Islam dalam kepribadian masyarakat, kemudian

    mengekpresikannya dalam ghirah dan sikap membela keinginan dari tekanan struktur

    para penindas. Pada tahap ini, Rosulullah hakikatnya sedang melaksanakan dakwah

    untuk pembebasan akidah masyarakat dari sistem akidah yang menjadikan keinginan

    subyektif manusia yang dipersonifikasikan dalam bentuk berhala, mungkin sekarang

    bentuknya adalah gemerlapnya barang-barang di

    etalase-etalase tokoh menuju sistem akidah alamiah (asli) yang hanya mengikatkan diri

    dengan mengesakan Allah secara murni.

    Tahap berikutnya adalah tanziim, yakni tahap pembinaan dan penataan

    rnasyarakat. Pada fase ini internalisas dan eksternalisasi islam muncul dalam bentuk

    konstitusional Islam muncul dalam bentuk institusional islam secara komprehensif

    dalam realitas sosial. Tahap ini dimulai dengan hijrah Nabi ke Madinah. Dimana nabi

    memulai dari gerakan penataan dakwah yang terberbentuk dalam kerja dakwah islami.

    Yang pertama berpinjak dari mesjid dakwah nabi menata dan mengembangkan

    masyarakat islam, memperluas kommunitas muslim dengan membentuk organisaasi

    atau kelembagaan dan terakhirnya menciptakan landasan kehidupan politik itu

    oraganisasi tersebut.

    Yang selanjutnya tahap taudi yaitu tahap keterlepasan dan kemandirian. Pada

    tahap ini umat telah siap menjadi masyarakat mandiri terutama secara majerial. Bila

    tahap in selamat dilalui, maka masyarakat islam dapat dimunculkan dengan memiliki

    kualitas yang siap dipertandingkan dengan kelompok-kelompok mayarakat lain dalam

    arena pasar bebas.

    Tujuan dengan adannya konsep ummah dan pengembangannya akan adanya

    mayarakat yang disebut masyarakat madani. Masyarakat madani adalah model

  • 9

    masyarakat yang dibangun oleh Nabi Muhammad selepas hijrah ke madinah.

    Masyarakat madani adalah suatu tatanan masyarakat yang menekankan pada nilai-nilai:

    demokrasi, transparansi, toleransi, potensi, aspirasi, motivasi, partisipasi, konsistensi,

    komparasi, koordinasi, simplifikasi, sinkronisasi, integrasi, emansipasi, dan hak asasi.

    Pada dasarnya, prinsip-prinsip dasar masyarakat madani (islami) sebagaimana di

    ungkapkan dalam Al-Quran dan sunah adalah meliputi:

    1. Persaudaraan

    2. Persamaan

    3. Toleransi

    4. Amar maruf-nahi munkar

    5. Musyawarah

    6. Keadilan

    7. Keseimbangan

    Allah Swt berfirman: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

    manusia, menyuruh pada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

    kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka;

    diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang

    fasik. (QS Ali Imran [3]: 110).

    Dalam prinsip persaudaraan mengingatkan pada kejadian manusia yang berasal

    dari sumber yang sama, baik laki-laki maupun perempuan (Q 49:10). Di ayat tersebut

    dijelaskan Nabi Muhammad Saw seorang mukmin terhadap mukmin lainnyan laksana

    suatu bangunan yang unsur-unsurnya saling menguatkan. Hal ini berarati bahwa suatu

    masyarakat harus hidup bergotong royang, tolong menolong, dan saling membantu.

    Dalam prinsip persamaan menunjukan bahwa manusia itu sama, perbedaan kebangsaan,

    keturunan, jenis kelamin, kekayaan dan jabatan, tidak mengubah posisi seseorang di

    hadapan Allah Swt. Perbedaan seseorang dengan yang lainnya terletak pada iman dan

    taqwa (IMTAQ)nya kepada Allah SWT. (Tika,2013).

  • 10

    BAB III

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Dari pembahasan makalah ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan

    diantaranya Ketertiban dunia merupakan keharusan bagi ketertiban agama, sedangkan

    ketertiban agama amat penting untuk mencapai kesejahteraan akhirat kelak. Secara

    syari, pengangkatan kepala negara yang mampu mengelola pemerintahan secara

    efektif merupakan suatu keharusan yang tak bisa diabaikan. Dengan demikian, negara

    sangat penting artinya dalam mewujudkan ketertiban dunia dan perdamaian.

    Keberadaan negara sangat urgen dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara

    secara efektif dan merupakan suatu perangkat untuk mensosialisasikan syariat Islam.

    Akidah yang merupakan intisari dari ajaran Islam yang telah baku menjadi pengendali

    utama dalam Ummah. Demikianlah sebuah sistem masyarakat manusia yang Qur'ani,

    yang pernah menjelma di muka bumi dibawah pimpinan Muhammad SAW.

    Keberhasilan Muhammad SAW mewujudkan masyarakat yang Qur'ani ini menjadi

    tantangan tersendiri bagi umat Islam saat ini yang juga merupakan umat Muhammad

    SAW.

    B. Saran

    Demikianlah makalah yang dapat penulis buat. Menyadari bahwa penulis masih

    jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam

    menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang

    dan dapat dipercaya.

  • 11

    DAFTAR PUSTAKA

    Efrinaldi.2013. http://www.harianhaluan.com/index.php/opini/23290-dinamisasi-islam-

    dalam-bernegara- diakses pada 20 Oktober 2014 pukul 09.45 WIB

    http://muhammadrizkiramadana.blogspot.com/2013/05/konsep-ummah.html

    diakses pada 20 oktober 2014 pukul 09.45 WIB

    Ramadana, Muhammad Rizki.2013.

    Tika, Atifah.2013. http://takaatifah.blogspot.com/2013/06/12.html diakses pada 20

    Oktober 2014 pukul 09.45 WIB

    Wibowo, Pandu .2013.http://politik.kompasiana.com/2013/11/24/ketika-muslim-

    negarawan-membangun-negeri-610770.html diakses pada 20 Oktober 2014

    pukul 09.45 WIB

  • 12

    BIOGRAFI

    Nama Lengkap : Asep Maulana Djamil

    Asal : Karawang, Jawa Barat

    TTL : Karawang, 05 juli 1994

    Golongan darah : A

    Prodi/Fak/Angk : Kimia/Saintek/2012

    Universitas : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

    No Hp : 085711470699

    Email : [email protected]

    Alamat Yogya : Jl. Deressan 3, Perum UNY, Caturtunggal, Depok, Sleman.

    Riwayat Pendidikan Formal

    1. SDN Lemahabang 1 (2000-2006)

    2. SMPN 1 Lemahabang (2006-2009)

    3. SMAN 1 Telagasari (2009-2012)

    4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012-Sekarang)

    Riwayat Pendidikan Informal

    1. JaTaYu Computer Course (2012)

    2. Rumah Inggris Jogja (2012-2013)

    3. Rumah TahidzQu Jogja (2013-Sekarang)