dinamisasi islam dalam bernegara
DESCRIPTION
Dinamisasi Islam Dalam BernegaraTRANSCRIPT
-
Makalah
Tema: Islam, Muslim Negarawan, dan Dinamika Sosial
Dinamisasi Islam dalam Bernegara Disusun guna memenuhi sebagian dari syarat untuk mengikuti Dauroh Marhalah 2 KAMMI
Daerah Kota Yogyakarta
Disusun Oleh:
Asep Maulana Djamil
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(The Action Group of Indonesian Moslem Students)
KAMMDA Kota Yogyakarta
Komisariat UIN Sunanan Kalijaga
Yogyakarta
2014
KONSEPSI UMMAH
-
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah
menciptakan seluruh makhluk. Dialah Yang Maha Rahman. Dialah yang telah
memberikan kepada kita semua nikmat yang tak akan pernah terhitung. Oleh karena itu,
semoga kita semua bisa menjadi hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas nikmat-
Nya.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan mulia
Rasulullah SAW. yang telah mengemban risalah dawah hingga kepada kita sebagai
ummatnya. Mudah-mudahan kita bisa menjadi ummatnya yang mendapatkan syafaat
di hari kiamat nanti.
Sudah bertahun-tahun KAMMI berdiri sebagai gerakan, kultur-kultur yang
terbangun diantaranya ketaatan, persaudaraan, militansi, dan keikhlasan dalam
menjalankan syariat agama pada para anggotanya. KAMMI adalah gerakan yang
mengalami perkembangan sangat pesat. Pergerakan yang hadir dengan visi kenabian,
membawa amanah ketauhidan yang berupaya serta melakukan usaha perbaikan.
Sejarah yang dialui umat islam saat ini bukanlah cobaan yang tidak mudah,
umat islam dihadapkan dengan berbagai problematika umat, ditambah lagi dengan
gambaran yang distortif terhadap dunia islam, pengingkaran terhadap ajaran islam
sendiri yang semakin parah, maka dirasa perlu adanya suatu pergerakan yang itu
dilakukan secara bersama atau berjamaah dalam mencapai suatu tujuan dan
mengembalikan kejayaan peradaban islam masa lampau yang sangat luar biasa.
Gerakangerakan islam yang sangat banyak dan menjamur mempunyai ciri khas
yang dan corak yang berbeda dalam berjuang. Makalah ini hadir tentunya untuk
memunculkan kembali semangat islam. Dan bagaimana realitanya ketika dihubungkan
dengan kedaan indonesia, serta pergerakan yang cocok untuk diterapkan.
-
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
A. Dinamisasi Islam dalam Bernegara ....................................................................... 3
B. Pengembangan Masyarakat Islam ......................................................................... 7
BAB III ........................................................................................................................... 10
PENUTUP ...................................................................................................................... 10
A. Simpulan .............................................................................................................. 10
B. Saran .................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterkaitan antara agama dan negara di masa lalu dan pada zaman sekarang,
bukanlah hal yang baru, apalagi hanya khas Islam. Pembicaraan hubungan antara agama
dan negara dalam Islam selalu terjadi dalam suasana yang stigmatis. Hal ini disebabkan
karena hubungan agama dan negara dalam Islam adalah yang paling mengesankan
sepanjang sejarah umat manusia, serta hubungan antara kaum Muslim dan non-Muslim
Barat adalah hubungan yang penuh ketegangan sepanjang masa (Efrinaldi.2013).
Muslim negarawan memiliki pengaruh besar dalam membangun negeri dengan
umat yang bersatu-padu. Namun ironis ketika kita mengetahui bahwa negeri merupakan
negeri yang kaya tetapi tidak layak dikatakan kaya, negeri yang mayoritas muslim tapi
tidak terlihat akhlak seorang muslim, negeri yang seharusnya bisa mandiri tapi terlihat
masih berpangku tangan dengan asing, negeri yang berpotensi memiliki para
hafidz/hafidzah yang begitu banyak karena bermayoritas muslim tapi masih kalah
jumlah hafidz/hafidzahnya dengan negara yang lebih kecil wilayahnya dan lebih sedikit
jumlah penduduknya diluar sana seperti Palestina (Asia), Mesir (Afrika), Bosnia
(Eropa) dan lain lain. Disinilah fungsi Muslim negarawan, bukan hanya
memperjuangkan nilai nilai keIslaman di masyarakat tapi mampu
mengimplementasikan nilai nilai itu dalam merenovasi negerinya.
Dalam perspektif keimanan yang dimiliki oleh muslim negarawan, perlu kiranya
para muslim negarawan belajar dari tragedi di Mesir dan dinamika Turki membangun
negeri. Ada pesan esensial mengenai apa yang dihadapi oleh para muslim negarawan di
Turki, Mesir, dan juga negeri negeri lainnya, termasuk Indonesia. Diperlukan perspektif
keimanan dalam mengahadapi segala dinamika yang ada ketika membangun negeri.
Qiyadah (pemimpin) kita yang memperjuangkan kebenaran di dalam pemerintahan
selalu mengajarkan kepada muslim negarawan bahwa sunnatullah, dimana ketika Allah
berkhendak menambahkan kemuliaan di dalam sebuah negeri, bertambah pula
tantangan yang hadir bagi para pegiatnya. Dalam sunnatullah itulah Allah akan
menghadiahkan tantangan berupa penjahat besar (Akaanira MujrimiiHa) sebagai ujian
yang mematangkan akal dan jiwa para pegiat kebaikan di negeri tersebut
(Wibowo.2013). Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan mengenai bagaimana
-
2
dinamisasi islam dalam bernegara yang sesuai dengan penerapannya dalam kehidupan
sosial.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah kali ini adalah sebagai syarat bagi peserta DM 2
KAMMI serta menambah pengetahuan. Dalam makalah ini juga sedikit dibahas
mengenai bagaimana dinamisasi islam dalam bernegara yang sesuai dengan
penerapannya dalam kehidupan sosial.
C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah dinamisasi islam dalam bernegara yang sesuai dengan
penerapannya dalam kehidupan sosial ?
-
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinamisasi Islam dalam Bernegara
Telaahan ini merefleksikan upaya mencari landasan intelektual bagi fungsi dan
peranan negara sebagai instrumen dalam perwujudan kemakmuran dan kesejah-
teraan masyarakat. Indonesia dalam babakan sejarahnya tampak bahwa hubungan
Islam dengan ketatanegaraan dalam pencarian konsep mengenai negara makmur dan
sejahtera yang dicita-citakan, tetapi menyisakan perbedaan pandangan apakah negara
bercorak religiopolitik atau nasionalis sekuler.
Upaya untuk menelusuri bagaimanakah hubungan agama dan negara dalam
suatu diskursus ketatanegaraan di Indonesia menjadi penting. Memang, dalam
paradigma politik Islam meski tidak ditentukan suatu pola baku tentang teori negara
atau sistem politik, tetapi, Islam mengandung nilai-nilai dan ajaran yang bersifat etis
mengenai aktifitas sosial dan politik umat manusia. Mabadi al-siyasy termaktub dalam
nilai-nilai substansial Islam. Ajaran-ajaran Islam ini mencakup prinsip-prinsip tentang
persamaan di hadapan hukum (al-musawah), keadilan (adalah), persaudaraan
(ukhuwah), dan kebebasan (hurriyah).
Tujuan Islam terpenting, misalnya, tampak dalam kerangka perwujudan keadilan
sosial yang terformulasi dengan tindakan menyeru kepada kebaikan dan mencegah
kejahatan (al-amr bi al-maruf wa al-nahy an al-munkar). Namun, siapa saja yang
menghendaki suatu tujuan, konsekwensinya harus mau melaksanakan cara-cara untuk
mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini Ibn Taimiyah (661 H/1263 M 728 H/1328 M)
menegaskan:
Allah mewajibkan manusia untuk melakukan perintah berlaku maruf dan nahi
munkar, keadilan, melaksanakan haji, melaksanakan shalat-shalat jemaah, dan
memerangi orang-orang yang zalim. Semuanya itu tidak akan terlaksana kecuali
dengan kekuatan (kekuasaan) dan imarah (kepemimpinan).
Keberadaan negara amat penting dalam rangka mengurus dan mengayomi umat.
Tanpa negara umat tidak akan mungkin mewujudkan cita-cita sosial-politik dan
keadilan sosial, melaksanakan hukum Islam, menciptakan sistem pendidikan Islam dan
mempertahankan kebudayaan Islam dari penyelewengan-penyelewengan, baik dari
dalam maupun seranganserangan dari luar. Negara yang tidak konstitusional dapat
-
4
menyebabkan masyarakat tidak berdaya menghadapi penguasa yang kejam. Akhirnya
Islam dianggap hanya ibadah (ritual) belaka dan ilusi semata. Selain itu, janji Islam
sebagai petunjuk bagi kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat belum dapat
dibuktikan secara optimal.
Memang, secara global di dunia Islam dewasa ini, ada tiga aliran yang
berkembang mengenai hubungan antara Islam dan negara. Pertama, aliran yang
berpendirian bahwa Islam bukanlah semata-mata agama, dalam pengertian hanya
menyangkut hubungan dengan Tuhan belaka. Islam adalah satu agama yang sempurna
dan lengkap, mencakup pengaturan bagi semua aspek kehidupan manusia, termasuk
kehidupan bernegara. Tegasnya, sistem kenegaraan harus sepenuhnya mengacu pada
Islam. Tokoh-tokoh utama aliran ini, antara lain, Hasan al-Banna, Sayyid Qutb,
Muhammad Rasyid Ridha, dan Abul Ala al-Maududi.
Kedua, aliran yang berpendapat bahwa Islam adalah agama semata-mata, yang
tidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Nabi hanya seorang Rasul semata, bukan
sebagai kepala negara. Tokoh aliran ini yang terkemuka di antaranya Ali Abd Al-Raziq
dan Thaha Husein.
Ketiga, aliran yang berpendirian bahwa dalam Islam tidak terdapat sistem ke-
negaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika dan prinsip-prinsip bagi kehi-
dupan bernegara. Di antara para tokoh aliran ini ialah Muhammad Husein Haikal.
Menurut para politikus Muslim, dalam negara seyogianya prinsip-prinsip dasar
syariah diimplementasikan. Nilai-nilai syariat Islam direalisir dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara secara harmonis dalam konteks pluralisme sosial. Karena
secara politis, syariah adalah sumber nilai yang memberi corak dari dinamika perkem-
bangan politik dan negara yang ideal yang dicita-citakan. Ini berarti suatu keharusan
membumikan syariah Islam menghendaki betapa urgennya pemerintahan dalam Islam,
yang ditegakkan dengan prinsip-prinsip syariah, yang mencakup nilai-nilai keadilan,
kebenaran, kejujuran, dan kesejahteraan masyarakat.
Negara dalam pandangan Islam merupakan otoritas syariah terhadap seluruh
manusia, baik terhadap kalangan penguasa maupun terhadap massa rakyat, yang
prinsip-prinsipnya dirumuskan oleh Allah yang disampaikan oleh Nabi kepada manusia
yang termaktub dalam Alquran dan Sunnah serta dijabarkan dalam penafsiran-
-
5
penafsiran ulama, yang secara sosiologis ditegakkan oleh kekuatan-kekuatan yang
dipercayai.
Lebih khas, bagi setiap Muslim, negara itu adalah alat (agency) untuk mereali-
sasikan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, untuk mencapai keridhaan Allah
kesejahteraan duniawi dan ukhrawi, serta menjadi rahmat bagi sesama manusia dan
alam lingkungannya. Tujuan negara itu adalah mewujudkan kesejahteraan, akan lebih
tepat dikatakan, kesejahteraan masyarakat universal di dunia dan akhirat. Sedangkan
ikatan antara penguasa dan rakyat adalah berdasarkan atas dorongan batin, yakni
keyakinan kepada Allah dan kehidupan akhirat nanti.
Tugas-tugas suatu negara dalam konsepsi Islam ada dua macam. Pertama,
berupa tugas-tugas yang hanya dimiliki secara khas oleh negara yang konstitusinya
berdasar syariah. Tugas ini dirancang agar syariah terpelihara dan tujuan-tujuannya
terlaksana apabila peraturan-peraturannya ditaati.
Misalnya, mengurus pelaksanaan salat jemaah, pendistribusian zakat, melak-
sanakan hudud, menegakkan keadilan (al-qadha), mengawasi pasar (hisbah),
menangani penyelewengan-penyelewengan di dalam timbangan, ukuran; kesusilaan dan
kesopanan masyarakat, serta melaksanakan jihad untuk memberantas kemunkaran dan
kezaliman yang meresahkan masyarakat.
Kedua, tugas-tugas yang juga dimiliki pula oleh negara pada umumnya. Secara
historis, ke dalam tugas-tugas ini tercakup tugas-tugas mengangkat kepala negara, men-
teri, panglima, hakim, dan lain sebagainya; tugas mengawasi dan mengatur lembaga-
lembaga hukum; menyelenggarakan pendidikan dan administrasi pemerintahan; tugas di
bidang perpajakan dan keuangan; dan tugas-tugas serta fungsi-fungsi lain yang diang-
gap perlu demi kepentingan masyarakat.
Kepala negara, dalam konsepsi Islam, dipilih berdasarkan kualifikasi dan
spesifikasi tertentu. Syarat-syarat dan kualifikasi pokok bagi jabatan kepala negara
tersebut, selain memiliki syarat moral dan intelektual, adalah kejujuran (amanah);
kecakapan atau mempunyai otorisasi dalam mengelola negara dengan pengawasan-
pengawasan dari kelompok pemerintahannya (quwwah); dan keadilan (adalah)seba-
gai manifestasi kesalehan.
Oleh karena itu, format suatu negara yang mengimplementasikan nilai-nilai
syariah dalam kehidupan sosial merupakan suatu bentuk tata politik dan kultural
-
6
dengan prinsip-prinsip yang permanen dan sistem yang dinamis. Umat manusia dapat
terhindar dari fluktuasi yang tak berkesudahan: dewasa, layu, hancur, dan lahir kembali.
Umat dapat menghindari perubahan-perubahan sejarah ini dengan menggunakan dan
mentaati sistem sosio-kultural Islam, termasuk subsistem politisnya.
Al-Ghazali, seorang tokoh hukum dan spiritualis Islam, misalnya dalam
teorisasi kenegaraan mengutamakan perpaduan moral (agama) dengan kekuasaan.
Negara itu, dipimpin oleh manusia biasa, tetapi harus mempunyai moral yang baik.
Unsur agama mesti diperoleh dan dipertahankan dalam negara.
Eksistensi agama dalam negara dan kaitannya dengan otoritas kepala negara di-
ibaratkan al-Ghazali sebagai anak kembar. Agama adalah suatu fondasi, sedangkan
kepala negara adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa fondasi akan mudah runtuh dan
suatu fondasi tanpa penjaga akan hilang.
Atas dasar itu, menurut al-Ghazali, asal-usul dan keberadaan negara merupakan
suatu keharusan bagi ketertiban dunia. Ketertiban dunia merupakan keharusan bagi
ketertiban agama, sedangkan ketertiban agama amat penting untuk mencapai
kesejahteraan akhirat kelak. Secara syari, pengangkatan kepala negara yang mampu
mengelola pemerintahan secara efektif merupakan suatu keharusan yang tak bisa
diabaikan. Dengan demikian, negara sangat penting artinya dalam mewujudkan
ketertiban dunia dan perdamaian. Keberadaan negara sangat urgen dalam menata
kehidupan berbangsa dan bernegara secara efektif dan merupakan suatu perangkat
untuk mensosialisasikan syariat Islam (Efrinaldi. 2013).
Pembahasan tentang sistem masyarakat manusia pada umumnya belumlah
lengkap bila Ummah tidak turut dibahas. Umat manusia telah mengenal bahkan telah
menjalani secara langsung beberapa sistem masyarakat yang dominan hingga saat ini,
tetapi mungkin telah melupakan suatu sistem masyarakat manusia yang telah berhasil
mengantarkan manusia Muslim pada posisinya yang tertinggi, yaitu Ummah.
Konsep ummah pertama kali tercantum jelas dalam Piagam Madinah, Dalam
piagam Madinah, kata ummah terulang dua kali, yaitu dalam pasal 1 dan pasal 25.
Rumusan pengertian ummat merupakan langkah Nabi untuk mempersatukan umat Islam
sesuai dengan muatan pasal 1 Piagam Madinah, yang isinya yaitu Innahum
ummatunwhidah min dni al-ns, yang artinya sesungguhnya mereka adalah umat
yang satu,tidak termasuk golongan lain (Tika, 2013).
-
7
Pilar utama penyangga dari Ummah adalah persamaan akidah. Akidah telah
menjadi tali pengikat hubungan manusia jauh melampaui batas-batas teritorial, bahkan
dapat dikatakan menjadi ikatan manusia secara universal. Akidah yang merupakan
intisari dari ajaran Islam yang telah baku menjadi pengendali utama dalam Ummah.
Demikianlah sebuah sistem masyarakat manusia yang Qur'ani, yang pernah
menjelma di muka bumi dibawah pimpinan Muhammad SAW.
Keberhasilan Muhammad SAW mewujudkan masyarakat yang Qur'ani ini menjadi
tantangan tersendiri bagi umat Islam saat ini yang juga merupakan umat Muhammad
SAW, dapatkah umat Islam kembali muncul sebagai Khairu Ummah di pentas sejarah?
Realitas ummat Islam hari ini terpilah-pilah menjadi beberapa jamaah yang menyeru
kepada Islam. Masing-masing jamaah mempunyai seorang imam yang di baiat oleh
anggota jamaah untuk memimpin mereka. Maka jamaah yang akan mencapai
penegakan khalifah adalah jamaah yang akan sampai kepadanya. Jamaah ini telah
memberikan loyalitas kepada kepemimpinannya sejak pembentukan atau sejak pentas
kepemimpinannya, tanpa memandang kepada keturunannya. Dan kaum Muslimin akan
dituntut memberikan loyalitas mereka kepadanya dan membaiatnya , baik jamaah ini
mencapai pemerintahan melalui koalisi, pemilihan,umum atau revolusi. Jawabnya
semua tergantung kepada umat Islam sendiri, terutama dalam membina hubungan antar
umat Islam sedunia dalam bingkai ajaran al-Qur'an dan Sunnah Nabi-Nya
(Ramadana,2013).
B. Pengembangan Masyarakat Islam
Pengembangan masyarakat Islam secara konseptual dapat diartikan sebagai
sistem tindakan nyata yang ditawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah
dalam bidang sosial ekonomi dan lingkungan dalam perspektif Islam. Dan secara teknik
istilah pengembangan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah
pemberdayaan, bahkan dua istilah ini dalam batas-batas tertentu bersifat interchangeable
atau dapat dipertukarkan. Berarti pengembangan perilaku individu dan kolektip dengan
titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sasaran individual
muslim dengan orientasi pada sumber daya manusia. Dan sasaran komunal adalah
kelompok atau komunitas muslim dengan orientasi pada pengembangan sistem
masyarakat.
-
8
. Pengembangan masyarakat Islam mengalami tahapan dan proses sesuai dengan
dinamika masyarakat. Apabila merujuk kepada apa yang dicontohkan Rosulullah ketika
membangun masyarakat, setidaknya harus ditempu tiga tahap atau proses
pengembangan masyarakat, yakni takwin, tanzim, dan taudi.
Takwin adalah tahap pembentukan masyarakat Islam. Kegiatan pokok tahap ini
adalah dawah bil lisan sebagai ikhtiar sosialisasi akidah, ukhuwah dan taawan. Semua
aspek tadi, ditata menjadi instrumen sosiologis dimulai dari unit terkecil dan terdekat
sampai kepada perwujudan-perwujudan kesepakatan. Sasaran tahap pertama adalah
terjadinya internalisasi Islam dalam kepribadian masyarakat, kemudian
mengekpresikannya dalam ghirah dan sikap membela keinginan dari tekanan struktur
para penindas. Pada tahap ini, Rosulullah hakikatnya sedang melaksanakan dakwah
untuk pembebasan akidah masyarakat dari sistem akidah yang menjadikan keinginan
subyektif manusia yang dipersonifikasikan dalam bentuk berhala, mungkin sekarang
bentuknya adalah gemerlapnya barang-barang di
etalase-etalase tokoh menuju sistem akidah alamiah (asli) yang hanya mengikatkan diri
dengan mengesakan Allah secara murni.
Tahap berikutnya adalah tanziim, yakni tahap pembinaan dan penataan
rnasyarakat. Pada fase ini internalisas dan eksternalisasi islam muncul dalam bentuk
konstitusional Islam muncul dalam bentuk institusional islam secara komprehensif
dalam realitas sosial. Tahap ini dimulai dengan hijrah Nabi ke Madinah. Dimana nabi
memulai dari gerakan penataan dakwah yang terberbentuk dalam kerja dakwah islami.
Yang pertama berpinjak dari mesjid dakwah nabi menata dan mengembangkan
masyarakat islam, memperluas kommunitas muslim dengan membentuk organisaasi
atau kelembagaan dan terakhirnya menciptakan landasan kehidupan politik itu
oraganisasi tersebut.
Yang selanjutnya tahap taudi yaitu tahap keterlepasan dan kemandirian. Pada
tahap ini umat telah siap menjadi masyarakat mandiri terutama secara majerial. Bila
tahap in selamat dilalui, maka masyarakat islam dapat dimunculkan dengan memiliki
kualitas yang siap dipertandingkan dengan kelompok-kelompok mayarakat lain dalam
arena pasar bebas.
Tujuan dengan adannya konsep ummah dan pengembangannya akan adanya
mayarakat yang disebut masyarakat madani. Masyarakat madani adalah model
-
9
masyarakat yang dibangun oleh Nabi Muhammad selepas hijrah ke madinah.
Masyarakat madani adalah suatu tatanan masyarakat yang menekankan pada nilai-nilai:
demokrasi, transparansi, toleransi, potensi, aspirasi, motivasi, partisipasi, konsistensi,
komparasi, koordinasi, simplifikasi, sinkronisasi, integrasi, emansipasi, dan hak asasi.
Pada dasarnya, prinsip-prinsip dasar masyarakat madani (islami) sebagaimana di
ungkapkan dalam Al-Quran dan sunah adalah meliputi:
1. Persaudaraan
2. Persamaan
3. Toleransi
4. Amar maruf-nahi munkar
5. Musyawarah
6. Keadilan
7. Keseimbangan
Allah Swt berfirman: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh pada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka;
diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik. (QS Ali Imran [3]: 110).
Dalam prinsip persaudaraan mengingatkan pada kejadian manusia yang berasal
dari sumber yang sama, baik laki-laki maupun perempuan (Q 49:10). Di ayat tersebut
dijelaskan Nabi Muhammad Saw seorang mukmin terhadap mukmin lainnyan laksana
suatu bangunan yang unsur-unsurnya saling menguatkan. Hal ini berarati bahwa suatu
masyarakat harus hidup bergotong royang, tolong menolong, dan saling membantu.
Dalam prinsip persamaan menunjukan bahwa manusia itu sama, perbedaan kebangsaan,
keturunan, jenis kelamin, kekayaan dan jabatan, tidak mengubah posisi seseorang di
hadapan Allah Swt. Perbedaan seseorang dengan yang lainnya terletak pada iman dan
taqwa (IMTAQ)nya kepada Allah SWT. (Tika,2013).
-
10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan makalah ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan
diantaranya Ketertiban dunia merupakan keharusan bagi ketertiban agama, sedangkan
ketertiban agama amat penting untuk mencapai kesejahteraan akhirat kelak. Secara
syari, pengangkatan kepala negara yang mampu mengelola pemerintahan secara
efektif merupakan suatu keharusan yang tak bisa diabaikan. Dengan demikian, negara
sangat penting artinya dalam mewujudkan ketertiban dunia dan perdamaian.
Keberadaan negara sangat urgen dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara
secara efektif dan merupakan suatu perangkat untuk mensosialisasikan syariat Islam.
Akidah yang merupakan intisari dari ajaran Islam yang telah baku menjadi pengendali
utama dalam Ummah. Demikianlah sebuah sistem masyarakat manusia yang Qur'ani,
yang pernah menjelma di muka bumi dibawah pimpinan Muhammad SAW.
Keberhasilan Muhammad SAW mewujudkan masyarakat yang Qur'ani ini menjadi
tantangan tersendiri bagi umat Islam saat ini yang juga merupakan umat Muhammad
SAW.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis buat. Menyadari bahwa penulis masih
jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
dan dapat dipercaya.
-
11
DAFTAR PUSTAKA
Efrinaldi.2013. http://www.harianhaluan.com/index.php/opini/23290-dinamisasi-islam-
dalam-bernegara- diakses pada 20 Oktober 2014 pukul 09.45 WIB
http://muhammadrizkiramadana.blogspot.com/2013/05/konsep-ummah.html
diakses pada 20 oktober 2014 pukul 09.45 WIB
Ramadana, Muhammad Rizki.2013.
Tika, Atifah.2013. http://takaatifah.blogspot.com/2013/06/12.html diakses pada 20
Oktober 2014 pukul 09.45 WIB
Wibowo, Pandu .2013.http://politik.kompasiana.com/2013/11/24/ketika-muslim-
negarawan-membangun-negeri-610770.html diakses pada 20 Oktober 2014
pukul 09.45 WIB
-
12
BIOGRAFI
Nama Lengkap : Asep Maulana Djamil
Asal : Karawang, Jawa Barat
TTL : Karawang, 05 juli 1994
Golongan darah : A
Prodi/Fak/Angk : Kimia/Saintek/2012
Universitas : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
No Hp : 085711470699
Email : [email protected]
Alamat Yogya : Jl. Deressan 3, Perum UNY, Caturtunggal, Depok, Sleman.
Riwayat Pendidikan Formal
1. SDN Lemahabang 1 (2000-2006)
2. SMPN 1 Lemahabang (2006-2009)
3. SMAN 1 Telagasari (2009-2012)
4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012-Sekarang)
Riwayat Pendidikan Informal
1. JaTaYu Computer Course (2012)
2. Rumah Inggris Jogja (2012-2013)
3. Rumah TahidzQu Jogja (2013-Sekarang)