perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perbedaan .../perbedaan...teknik terhadap kecepatan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN KOMBINASI SPRINT
DAN KOMBINASI ZIG
TENDANGAN SABIT PESILAT PUTRA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
i
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN KOMBINASI SPRINT
AN KOMBINASI ZIG–ZAG-TEKNIK TERHADAP KECEPATAN
TENDANGAN SABIT PESILAT PUTRA JPOK FKIP
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh:MUHAD FATONI
K5608018
PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN KOMBINASI SPRINT-TEKNIK
TERHADAP KECEPATAN
FKIP
SURAKARTA
PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Muhad Fatoni
NIM : K5608018
Jurusan/Program Studi : POK/Pendidikan Kepelatihan Olahraga
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PERBEDAAN PENGARUH
LATIHAN KOMBINASI SPRINT-TEKNIK DAN KOMBINASI ZIG–ZAG-
TEKNIK TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN SABIT PESILAT
PUTRA JPOK FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Muhad Fatoni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN KOMBINASI SPRINT-TEKNIK
DAN KOMBINASI ZIG–ZAG-TEKNIK TERHADAP KECEPATAN
TENDANGAN SABIT PESILAT PUTRA JPOK FKIP
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2012
Oleh:
MUHAD FATONI
K5608018
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan
untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRAK
Muhad Fatoni. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN KOMBINASI SPRINT-TEKNIK DAN ZIG-ZAG-TEKNIK TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN SABIT PESILAT PUTRA JPOK FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2012. Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan Pengaruh Latihan Kombinasi Sprint-Teknik dan Latihan Kombinasi Zig-zag-Teknik terhadap Kecepatan Tendangan Sabit Pesilat Putra JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012. (2) Latihan manakah yang lebih baik pengaruhnya antara Latihan Kombinasi Sprint-Teknik dan Latihan Kombinasi Zig-Zag Teknik terhadap Kecepatan Tendangan Sabit Pesilat Putra JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Subyek dari penelitian ini adalah pesilat putra pembinaan prestasi pencak silat JPOK Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2012 berjumlah 20 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kecepatan tendangan sabit 10 detik. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t dengan taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) Ada Perbedaan Pengaruh antara Latihan Kombinasi Sprint-Teknik dan Latihan Kombinasi Zig-Zag Teknik terhadap Kecepatan Tendangan Sabit Pesilat Putra JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2012. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung
sebesar 2.242 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan n=10 sebesar 2.228. (2) Latihan Kombinasi Zig-zag-Teknik lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan Kecepatan Tendangan Sabit daripada Latihan Kombinasi Sprint-Teknik pada Pesilat Putra JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012. Kelompok 1 (kelompok yang diberi perlakuan latihan kombinasi sprint-teknik) memiliki peningkatan 3,67% lebih kecil daripada kelompok 2 (kelompok yang diberi perlakuan latihan kombinasi zig-zag teknik) yaitu 14,40%.
Kesimpulan peneitian ini adalah sebagai berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh antara latihan kombinasi sprint-teknik dan latihan kombinasi zig-zag teknik terhadap kecepatan tendangan sabit pada pesilat putra Pembinaan Prestasi Pencak Silat JPOK Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012. (2) Latihan Kombinasi Zig-zag-Teknik lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kecepatan tendangan sabit daripada latihan kombinasi sprint-teknik pada pesilat putra Pembinaan Prestasi Pencak Silat JPOK Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Muhad Fatoni. DIFFERENCE EFFECT OF EXERCISE COMBINATION SPRINT-TECNIQUE AND ZIG-ZAG-TECNIQUE CONCERNING THE SPEED IN SABIT KICK OF THE FIGHTER JPOK FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION SURAKARTA ELEVEN MARCH IN YEARS 2012.Minithesis, University Of Surakarta Eleven March. July 2012
The purpose of research was to determine: (1) the difference effectsbetween the Exercise Sprint-Tecnique Combination and Zig-Zag-Tecnique Combination concerning the Speed in Sabit Kick of the Fighter JPOK Faculty of Teacher Training and Education Surakarta Eleven March in years 2012. (2) the better effect betwen Exercise Sprint-Tecnique Combination and Zig-Zag-Tecnique Combination concerning the Speed in Sabit Kick of the Fighter JPOK Faculty of Teacher Training and Education surakarta eleven march in years 2012.
This research use experimental methods. The subject of this study research is all fighter’s son of JPOK Faculty of Teacher Training and Education surakarta eleven march in years 2012 amounted 20 people or fighter’s. Data collection tecnique used a test and measurement of kick sabit speed in 10 second. Data analysis tecniques used by the t test with 5 % significance.
Research result is: (1) There is a Difference between the Exercise Sprint-Tecnique Combination and Zig-Zag-Tecnique Combination concerning the Speed in Sabit Kick of the Fighter JPOK Faculty of Teacher Training and EducationSurakarta Eleven March in years 2012 (tcount 2.240 > ttable 2.228) with 5 % significance. (2) The Exercise Zig-Zag-Tecnique combination have a better effect than Sprint-Tecnique Combination concerning the speed in sabit kick of the fighter JPOK Faculty of Teacher Training and Education Surakarta Eleven March in years 2012. Group 1 (the group was treated with sprint-tecnique combination) has increasing 3,67% less than group 2 (group was treated with zig-zag-tecnique combination) of 14,40%.
Conclusions of the reserch is: (1) There is a Difference between the Exercise Sprint-Tecnique Combination and Zig-Zag-Tecnique Combination concerning the Speed in Sabit Kick of the Fighter JPOK Faculty of Teacher Training and Education Surakarta Eleven March in years 2012. (2) The Exercise Zig-Zag-Tecnique combination have a better effect than Sprint-Tecnique Combination concerning the speed in sabit kick of the fighter JPOK Faculty of Teacher Training and Education Surakarta Eleven March in years 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
MOTTO
Juara adalah perjuangan dan doa (penulis)
Fastabiqul khoirot, berlomba-lombalah dalam kebaikan
Di dalam hati manusia ada kegelisahan dan tidak akan tenang dan damai
kecuali berlindung kepada Allah (Ibnu Qoyyum)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, ku persembahkan karya ini untuk :
Bapak dan IbuDoamu yang tak pernah terputus, cucuran keringat dan peluh yang tulus untuk anakmu ini, semua ini membuat anakmu ini bangga memiliki kalian. Tiada kasih sayang dan cinta yang seindah ketulusan dan ridhomu.
Sri Wahyuni , Aris Setyowati, Arin Hidayanti sekeluargaTerimaksih atas segala nasehat dan bimbinganmu dalam mengarungi hidup, memiliki kalian adalah harta yang tak usang oleh jaman.
Teman-teman RANDUBUTISegala penat dan lelah seakan lenyap ketika berjumpa dan bersua bersama kalian, terimakasih telah mengajarkanku tentang arti persahabatan dan indahnya puncak.
Shifu Nur Subekti, teman-teman PP Pencak Silat, dan UKM Tapak Suci, yang telah mendidikku dalam pencak silat
Teman teman pink house yang selalu mendukung disegala perjuangan
Ardhika, Beny, Bangga, dan teman-teman seperjuangan di kota tercinta BLITAR
Anik Yuliyani Teman hidup paling berarti yang selalu mendampingi penulis dalam suka dan duka
Teman-teman Penkepor angkatan 2008
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, kekuatan dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terimaksih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan kepelatihan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra.Ismaryati, M.Kes, selaku pembimbing I yang selalu memberikan
motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Slamet Riyadi, S.Pd, M.Or, selaku pembimbing II yang selalu memberikan
motivasi dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dosen pengampu Pembinaan Prestasi Pencak Silat yang telah memberi
kesempatan dan ijin dalam melaksanakan penelitian ini.
7. Teman-teman PP Pencak Silat JPOK UNS Tahun 2012 yang telah bersedia
menjadi subjek penelitian.
Semoga amal baik tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT, dan
semoga karya ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN........................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ ix
KATA PENGANTAR ................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 2
B. Identifikasi Masalah.................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 5
D. Rumusan Masalah .................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian...................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian.................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka............................................................ .......... 8
B. Kerangka Berpikir.......................................................... .......... 26
C. Hipotesis................................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 33
B. Rancangan Penelitian.................................................................. 33
C. Subjek Penelitian........................................................................ 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
D. Pengumpulan Data ................................................................... 35
E. Validasi Instrumen Penelitian .................................................. 35
F. Analisis Data ............................................................................ 35
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 36
A. Deskripsi Data.......................................................................... 36
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................ 37
C. Pengujian Hipotesis................................................................... 41
D. Pembahasan Hasil Analisis Data.............................................. 43
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN..................................... 46
A. Simpulan................................................................................... 46
B. Implikasi.................................................................................... 46
C. Saran......................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 48
LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Analisis Biomekanika Tendangan Sabit ................................................ 13
2 Otot-otot yang terdapat pada Tungkai Atas ........................................... 14
3a Otot Tungkai Bawah dilihat dari Depan................................................ 15
3b Otot Tungkai Bawah dilihat dari Belakang........................................... 15
4 Sistem Energi ........................................................................................ 16
5 Ilustrasi Keterkaitan Kemampuan Biomotorik ...................................... 20
6 Model Latihan Kombinasi Sprint-teknik ............................................... 23
7 Model Latihan Kombinasi Zig-zag-teknik............................................. 25
8 Skema Kerangka Pemikiran................................................................... 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Deskripsi Data Hasil Tes Awal pada Kelompok 1 dan 2....................... 36
2 Deskripsi Data Hasil Tes Akhir pada Kelompok 1 dan 2 ...................... 36
3 Hasil Uji Reliabilitas Tes ....................................................................... 37
4 Tabel Range Kategori Reliabilitas ......................................................... 37
5 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data.................................................. 38
6 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data...................................... ........ 39
7 Rangkuman Hasil Uji Beda Tes Awal
antara Kelompok 1 dan Kelompok 2...................................................... 39
8 Rangkuman Hasil Uji Beda Tes Akhir
antara Kelompok 1 dan Kelompok 2...................................................... 40
9 Rangkuman Hasil Uji Beda Presentase
Peningkatan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2................................. 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Petunjuk Pelaksanaan Tes.. .................................................................. 50
2 Program Latihan Kombinasi
Sprint-tenik dan Zig-zag-Teknik.......................................................... 52
3 Jadwal Treatment Pesilat ..................................................................... 54
5 Daftar Nama Subjek Penelitian............................................................ 55
6 Presensi Subjek Penelitian .................................................................. 56
7 Data Hasil Tes Awal ............................................................................ 58
8 Pembagian Kelompok Berdasarkan Tes Awal..................................... 59
9 Data Hasil Tes Akhir............................................................................ 60
10 Tabulasi Data Hasil Penelitian ............................................................. 61
11 Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Awal................................................. 62
12 Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Akhir ................................................ 63
13 Perhitungan Uji Normalitas ................................................................. 64
14 Perhitungan Uji Beda Tes Awal (Pretest) ............................................. 66
15 Perhitungan Uji Beda Tes Akhir (Posttes) ............................................ 67
16 Dokumentasi Penelitian (Tes Dan Treatment)...................................... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pencak silat adalah hasil budaya manusia indonesia untuk membela atau
mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan intregitasnya (manunggalnya)
terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup
guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seiring dengan
kemajuan jaman pencak silat kini telah menjadi salah satu cabang olahraga yang
ikut berkembang ke ranah olahraga prestasi, yang telah dipertandingkan di
berbagi even, baik nasional maupun internasional. Ada dua kategori pertandingan
pencak silat olahraga, kategori tersebut adalah kategori TGR (Tunggal, Ganda,
Regu), dan Kategori Tanding.
Dari dua kategori pertandingan pencak silat tersebut, kategori tanding
adalah salah satu kategori yang selalu menjadi primadona dalam setiap even
ataupun pertandingan yang diselenggarakan. Pencak silat kategori tanding adalah
pertandingan pencak silat yang mempertandingkan dua orang pesilat dari dua
kubu yang berbeda, mereka saling beradu teknik, taktik, fisik, dan mental dalam
aturan yang telah ditentukan untuk memperoleh nilai atau poin sehingga dapat
memenangkan pertandingan.
Dalam pertandingan pencak silat kategori tanding pesilat dituntut untuk
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengatasi segala sesuatu yang dapat
terjadi di dalam gelanggang. Mengingat pencak silat kategori tanding merupakan
pertandingan yang full body contact sehingga komponen dan kualitas fisik pesilat
akan sangat menentukan dalam setiap pertandingan yang dijalani. Situasi
pertandingan pencak silat berlangsung dalam intensitas tinggi, aktivitas
penampilan dalam satu gebrakan terdiri dari (1) sikap pasang, (2) pola langkah,
(3) serang bela, dan (4) kembali sikap pasang. Pertandingan terdiri dari tiga babak
dan setiap babak berlangsung dalam waktu 2 menit bersih, waktu istirahat antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
babak satu menit, menunjukkan bahwa kondisi stamina pesilat juga akan sangat
berpengaruh dalam pertandingan.
Komponen fisik yang diperlukan dalam pencak silat diantaranya adalah
kekuatan, kecepatan, power, fleksibilitas, kelincahan,dan koordinasi. Selain dari
kualitas fisik, pencak silat juga memerlukan kualitas teknik. Baiknya kemampuan
teknik tanpa ditunjang dengan kualitas fisik yang memadai, maka pesilat akan
sulit mencapai prestasi maksimal, begitu juga sebaliknya. Sehingga diantara
komponen-komponen biomotor yang satu dengan yang lainnya saling
berhubungan. Teknik dalam bertanding pencak silat secara garis besar dibedakan
menjadi dua, yaitu teknik serangan dan teknik bertahan atau belaan. Serangan
dalam pertandingan pencak silat, pada prinsipnya adalah melakukan gerakan
pukulan atau tendangan pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan belaan
dalam pencak silat pada prinsipnya adalah melakukan hindaran, elakan ataupun
tangkapan terhadap serangan lawan untuk selanjutnya melakukan balasan maupun
bantingan. Untuk itu, serangan dalam pertandingan pencak silat harus dilakukan
dengan cepat agar lawan tidak dapat melakukan elakan, hindaran, dan tangkapan.
Sebaliknya, elakan, hindaran, dan tangkapan dalam pencak silat harus dilakukan
dengan cepat pula sehingga pesilat dapat melakukan balasan maupun bantingan.
Menurut peraturan pertandingan hasil MUNAS IPSI XI (2003: 10)
serangan yang dinilai adalah serangan yang mengenai sasaran yang sah dengan
menggunakan pola langkah, tidak terhalang, mantap, bertenaga, dan tersusun
dalam koordinasi teknik serangan yang baik. Dengan demikian, dalam pencak
silat kategori tanding diperlukan kemampuan teknik yang baik sehingga pesilat
dapat meraih prestasi dan nilai teknik yang baik pula.
Dalam pertandingan pencak silat, pesilat dengan kemampuan teknik yang
baik akan lebih diuntungkan karena akan mudah dalam memperoleh nilai. Salah
satu teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai adalah tendangan sabit.
Dari penelitian yang pernah dilakukan dalam berbagai even pertandingan,
tendangan sabit menempati urutan kedua dalam teknik yang paling sering
dilakukan oleh pesilat untuk memperoleh nilai. Tendangan sabit mempunyai nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
teknik 2, lebih banyak dari serangan yang menggunakan lengan (pukulan) yang
hanya mempunyai nilai teknik 1.
Tendangan sabit dapat digunakan untuk meneyerang dan bertahan
kemudian melakukan serangan balik (counter attack) maupun serangan secara
beruntun. Karakteristik tendangan sabit yang menyerupai busur, tendangan
mengarah ke bagian medial tubuh, sehingga mudah dilakukan dan tidak
menimbulkan efek dorongan pada sasaran, memungkinkan pesilat melakukan
lebih dari satu tendangan dalam satu kali gebrakan/serangan. Untuk memperoleh
nilai sebanyak-banyaknya dari tendangan sabit dibutuhkan kemampuan fisik yang
memadai.
Teknik tendangan sabit dalam pencak silat sangat dipengaruhi oleh
kualitas fisik dan kemampuan biomotor yang dimiliki oleh pesilat. Komponen
biomotor dalam pencak silat saling terkait satu sama lain, sehingga akan
memberikan warna tersendiri dalam mendukung penampilan pesilat saat
melakukan serang bela. Komponen biomotor atlet dipengaruhi oleh faktor
genetik, atau bawaan lahir. Semakin baik komponen biomotor yang dimiliki atlet
maka akan menunjang kualitas keterampilan dan fisik atlet.
Tendangan yang baik adalah tendangan yang keras, cepat, dan lincah.
Keras tanpa disertai kecepatan maka tendangan akan mudah diantisipasi lawan,
begitu juga dengan tendangan yang cepat tanpa disertai kelincahan maka akan
sulit untuk mengenai sasaran. Mengingat pencak silat adalah olahraga yang mana
pola geraknya bersifat ke segala arah, sehingga dibutuhkan mobilitas tinggi untuk
dapat menyelesaikan sebuah pertandingan. Selain kualitas fisik dan komponen
biomotor, kemampuan tendangan sabit juga dipengaruhi oleh jenis otot yang
dimiliki oleh pesilat, terutama otot yang berada di tungkai.
JPOK FKIP UNS sendiri mempunyai pembinaan prestasi pencak silat
yang merupakan wadah dari para pesilat di JPOK untuk mengembangkan diri dan
berlatih. Pesilat dari pembinaan prestasi merupakan penyumbang prestasi yang
konsisten khususnya dalam bidang pencak silat dari Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Pesilat level 1 yang ada di pembinaan prestasi sebagian telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
memperkuat tim Pelatda Pencak Silat Jawa Tengah yang akan berlaga dalam
Pekan Olahraga Nasional (PON). Namun untuk pesilat level 2 dan 3 kemampuan
dan kematangannya masih perlu ditingkatkan, untuk itu pesilat level 2 dan 3 akan
dijadikan subjek dan pembahasan dalam penelitian ini.
Hal itu berdampak pada prestasi yang kurang maksimal, sebagai contoh
dalam setiap latihan yang dilakukan ataupun pertandingan dalam kejuaraan yang
diikuti, hasilnya belum maksimal. Dari observasi yang dilakukan pada saat
latihan, banyak pesilat putra JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
memiliki kemampuan tendangan yang kurang baik. Hal ini terbukti pada saat
melakukan tendangan pada punch box tendangan tidak menghasilkan suara yang
keras. Sedangkan pada saat pertandingan, seperti yang baru-baru ini dalam
Kejurnas PPLM, data yang diperoleh menggambarkan prestasi pesilat UNS masih
belum maksimal, hal ini salah satunya dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kurang
baiknya kemampuan biomotor pesilat. Karena itu banyak pesilat yang terjatuh
karena tendangannya mudah ditangkap dan dijatuhkan oleh lawan. Selain itu
dengan kemampuan tendangan yang kurang baik banyak serangan dari pesilat
yang mudah dibaca dan diantisipasi oleh lawan. Maka kondisi tersebut akan
merugikan atlet dan perlu mendapatakan perhatian yang lebih khususnya
peningkatan yang merujuk pada kemampuan tendangan sabit pesilat putra JPOK
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas , maka penelitian
ini mengambil judul “ Perbadaan Pengaruh Latihan Kombinasi Sprint-Teknik dan
Latihan Kombinasi Zig–Zag-Teknik terhadap Kecepatan Tendangan Sabit Pesilat
Putra JPOK FKIP UNS Tahun 2012”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Kemampuan teknik dan fisik pesilat putera JPOK FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta masih belum memenuhi harapan.
2. Kecepatan tendangan sabit pesilat putera JPOK FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta perlu ditingkatkan.
3. Belum diketahui apakah Latihan Kombinasi Sprint-Teknik dan Latihan
Kombinasi Zig-Zag-Teknik dapat meningkatkan kecepatan tendangan sabit
pesilat putera JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Belum diketahui latihan manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan
kombinasi sprint-teknik dan kombinasi zig–zag-teknik terhadap kecepatan
tendangan sabit pesilat putera JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang salah maka permasalahan dalam
penelitian ini perlu dibatasi, agar penelitian ini lebih mendalam pengkajiannya.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Belum diketahui apakah Latihan Kombinasi Sprint-Teknik dan Latihan
Kombinasi Zig-Zag-Teknik dapat meningkatkan kecepatan tendangan sabit
pesilat putera JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Belum diketahui latihan manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan
kombinasi sprint-teknik dan kombinasi zig–zag-teknik terhadap kecepatan
tendangan sabit pesilat putera JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
dikemukakan, maka dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh antara Latihan Kombinasi Sprint-Teknik dan
Latihan Kombinasi Zig-zag-Teknik terhadap kecepatan tendangan sabit
pesilat putera JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012?
2. Latihan manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan kombinasi
sprint-teknik dan kombinasi zig–zag-teknik terhadap kecepatan tendangan
sabit pesilat putera Pembinaan Prestasi Pencak Silat JPOK Universitas
Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan Kombinasi Sprint-
Teknik dan Latihan Kombinasi Zig-Zag-Teknik terhadap kecepatan
tendangan sabit pesilat putera JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta Tahun 2012.
2. Untuk mengetahui latihan yang lebih baik pengaruhnya antara latihan
kombinasi sprint-teknik dan kombinasi zig – zag-teknik terhadap kemampuan
tendangan sabit pesilat putera JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta Tahun 2012.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan yang
berarti dan berguna dalam kepelatihan olahraga khususnya pencak silat. Adapun
manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1. Dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan teknik atlet
pencak silat khususnya pada pesilat JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta Tahun 2012
2. Untuk memberikan informasi dan memperkaya pengetahuan tentang
pengaruh latihan kombinasi sprint-teknik dan kombinasi zig–zag-teknik
terhadap kemampuan tendangan sabit pesilat putra JPOK FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012.
3. Dapat digunakan sebagai bentuk latihan untuk meningkatkan kemampuan
biomotor khususnya kecepatan tendangan dalam olahraga pencak silat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pencak Silat Kategori Tanding
Pencak silat adalah seni beladiri asli indonesia yang terlahir dari budaya
luhur bangsa untuk membela diri dan memepertahankan diri dalam keadaan yang
di butuhkan. Orang yang mempelajari atau menguasai pencak silat sering disebut
dengan sebutan pesilat atau pendekar. Pencak silat adalah hasil budaya manusia
indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan
intregitasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk
mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa (PB. IPSI: 1975).
Seiring dengan kemajuan dunia olahraga maka pencak silat menjadi salah
satu cabang olahraga yang ikut berkembang ke ranah olahraga prestasi yang telah
dipertandingkan di berbagi even, baik nasional maupun internasional. Ada dua
kategori pertandingan pencak silat olahraga, kategori tersebut adalah kategori
TGR (Tunggal, Ganda, Regu), dan Kategori Tanding.
Kategori tanding adalah kategori yang menampilkan dua orang pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur-unsur pembelaan dan serangan, yaitu menangkis, mengelak, mengena, menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan, penggunaan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah pola langkah yang memanfaatkan kekayaan teknik jurus, untuk mendapatkan nilai terbanyak (Munas IPSI 2007: 3)
Keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam pencak silat memang
memiliki karakteristik yang berbeda dengan cabang beladiri lainnya. Mengingat
pencak silat merupakan budaya bangsa sehingga unsur seni dan budaya masih
terus dipertahankan sesuai dengan kategorinya. Seorang pesilat tidak akan
mendapatkan nilai dalam pertandingan pencak silat jika tidak melalui proses sikap
pasang, adanya pola langkah, kemudian melakukan serang bela dan kembali ke
sikap pasang dalam satu rangkaian yang tak terpisahkan. Jadi aspek keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dasar tersebut menjadi mutlak dikuasai oleh calon pesilat agar dalam proses
pembinaan ke tingkat yang lebih tinggi dapat berkesinambungan. Adapun
karakteristik aktivitas olahraga pencak silat kategori tanding adalah sebagai
berikut:
a) Aktivitas fisik dilakukan secara selang seling, sehingga dapat dikatakan
bahwa aktivitas tersebut terdapat waktu antara istirahat dengan waktu
gebrakan satu ke gebrakan berikutnya.
b) Aktivitas dilakukan dengan cepat dan penuh tenaga.
c) Aktivitas dilakuakan dalam beberapa gebrakan dan dilakukan secara terus
menerus dalam bentuk seri.
Selain keterampilan dasar sebagai landasan yang harus dikuasai oleh
pesilat, kualitas dari kondisi fisik pesilat juga harus dapat memenuhi standar
norma dalam pencak silat. Mengingat pencak silat adalah olahraga full body
contact, dimana pertandingan pencak silat dilakukan dalam intensitas tinggi
sehingga kemungkinan terjadinya cedera relatif besar. Pertandingan pencak silat
dilakukan dalam tiga babak, setiap babak berlangsung selama 2 menit, dan waktu
istirahat antar babak adalah 1 menit. Untuk itu jelas diperlukan kualitas kondidsi
fisik dan komponen biomotor yang baik. Komponen biomotor yang diperlukan
dalam pencak silat adalah kekuatan, kecepatan, power, fleksibilitas, kelincahan
dan koordinasi (Awan Hariono 2007: 72). Namun hal ini bukan berarti komponen
biomotor yang lain tidak diperlukan dalam pencak silat, miasalnya seperti
keseimbangan dan daya tahan. Semua itu merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dalam olahraga pencak silat. Selain itu aspek psikis atau mental
juga sangat diperlukan untuk menunjang penampilan seorang pesilat baik di
dalam gelanggang maupun di luar gelanggang.
a. Kebutuhan Fisik Pencak Silat Kategori Tanding
Pada pembinaan pencak silat, pembentukan unsur-unsur fisik antara lain
meliputi: latihan daya tahan (endurance), latihan kekuatan otot (muscle strenght),
latihan kecepatan (speed), latihan tenaga ledak (muscle explosive power), latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
ketangkasan (agility), latihan kelentukan (flexibility), latihan keseimbangan
(balance) (Joko Subroto, 1994: 22).
Tujuan utama persiapan fisik menurut Bompa (1994: 50) adalah untuk
meningkatkan potensi fungsional dan mengembangkan kemampuan biomotor ke
standar yang paling tinggi.
Di samping itu, latihan fisik bertujuan agar pesilat dalam penggunaan
teknik, taktik, dan mental dapat dilakukan dengan mudah, mantap, baik dan benar,
serta memiliki daya tahan tubuh yang baik dalam melakukan pertandingan tanpa
mengalami gangguan fisik baik anatomis maupun fisiologis (Joko Subroto 1994:
22).
Apabila kondisi fisik pesilat sudah baik maka dalam penerapan teknik-
teknik pencak silat akan dilakukan dengan reaksi cepat, lincah, bertenaga, serta
dapat dilakukan dalam tempo yang lama. Pada tes keterampilan pencak silat
komponen unsur-unsur fisik yang terlibat adalah: power, kecepatan bergerak,
daya tahan anaerobik, keseimbangan, dan koordinasi gerak. Hal ini sesuai dengan
karakteristik dan sifat dalam pertandingan pencak silat.
Dari penjelasan diatas dapat digambarkan secara kalkulatif kebutuhan fisik
olahraga pencak silat menurut Haris Nugroho (2012: 4) sebagai berikut :
Aktivitas WaktuSerang belaRecovery antar gebrakanSikap pasang dan pola langkahIn play/gebrakan1 babak1 pertandingan
4 detik8 detik10 detik22 detik3 menit
11 menit
b. Unsur-Unsur Teknik Pencak Silat Kategori Tanding
Unsur teknik yang dibutuhkan oleh pesilat kategori tanding diantaranya
adalah: teknik serangan (lengan dan kaki), dan teknik belaan (lengan, kaki, dan
jatuhan).
Menurut Muharnanto (1993: 89), teknik yang perlu dikembangkan dalam
pencak silat meliputi: (1) teknik serangan, (2) teknik jatuhan, (3) teknik kuncian,
(4) teknik belaan, (5) sikap pasang dan kembangan. Berdasarkan pendapat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
beberapa pakar pencak silat diatas, maka unsur unsur teknik pencak silat meliputi:
(1) teknik pukulan, (2) teknik tendangan, (3) teknik jatuhan, (4) teknik kuncian.
Menurut Januarno (1989: 70) unsur-unsur teknik pencak silat meliputi:
(1) serangan dengan menggunakan lengan, (2) serangan dengan menggunakan
tungkai/kaki, (3) teknik pembelaan, (4) teknik menjatuhkan, dan (5) teknik
mengunci. Hal ini sesuai dengan teknik dan taktik olahraga pencak silat antar
bangsa oleh PB IPSI (1989: 4-5) yang menyatakan:
1. Serangan dengan tangan atau pukulan dapat dilakukan dengan cara tangan mengepal, setengah mengepal, atau terbuka serta dengan siku.
2. Serangan dengan tungkai/kaki dapat dilakukan menurut bentuk dan sikap kaki seperti: tendangan depan, tendangan samping, tendangan busur/ sabit, tendangan belakang, dan lututan.
3. Teknik menjatuhkan dengan menggunakan kaki; menyapu tegak, menyapu rebah, mangait, mengungkit, dan menggunting.
4. Teknik mengunci.
Dari keempat unsur pokok teknik-teknik pencak silat tersebut, tidak
semua unsur teknik kerap kali digunakan dalam pertandingan pencak silat.
Sebagai contoh teknik kuncian dalam pertandingan olahraga pencak silat tidak
digunakan, dan hanya boleh digunakan pada aspek seni beladiri atau pertandingan
pencak silat kategori ganda (Penjelasan Peraturan Pertandingan Pencak Silat
Antara Bangsa, 1999: 20)
2. Tendangan dalam Pencak Silat
a. Peranan Tendangan Sabit dalam Pertandingan Pencak Silat
Tendangan dalam pencak silat merupakan senjata untuk meraih poin
yang baik. Dilihat dari penggunaan jenis tendangan yang digunakan dalam
pertandingan pencak silat, peneletian Haris Nugroho, menyimpulkan bahwa
tendangan sabit menempati urutan kedua (32 %) setelah tendangan depan. Hal ini
menunjukkan bahwa tendangan sabit merupakan teknik yang efektif yang sering
digunakan oleh pesilat untuk meraih poin.
Dalam melakukan tendangan akan melibatakan kualitas kerja otot-otot
tungkai. Gerakan tendangan dalam pencak silat merupakan gerakan yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
eksplosif. Menurut PB IPSI, kriteria tendangan sabit yang mnghasilkan nilai
adalah tendangan yang masuk pada daerah sasaran lawan yang mantap dan tidak
terhalang oleh tangkisan dan elakan.
Sehingga untuk menghasilkan tendangan yang baik diperlukan kekuatan
dan kecepatan gerak dari otot-otot yang terlibat dalam gerakan tendangan. Dengan
demikian kualitas kerja otot tungkai mempunyai peranan besar dalam
menghasilkan tendangan yang baik. Seorang atlet yang mempunyai kemampuan
tendangan yang baik, tingkat keberhasilan dalam melakukan tendangan untuk
meraih poin akan lebih besar jika dibandingkan dengan atlet yang mempunyai
kemampuan tendangan rendah.
Kecepatan tendangan yang dihasilkan dari jenis dan kualitas otot tungkai
merupakan faktor pendukung dalam pertandingan pencak silat. Semakin baik
kulitas otot yang mendukung kemampuan tendangan pesilat dalam hal ini otot
tungkai, maka akan semakin baik pula tendangan yang dihasilkan. Tendangan
yang dilakukan dengan lincah, cepat dan kuat dapat membuat lawan kesulitan
dalam melakukan belaan.
b. Analisis Gerakan Teknik Tendangan Sabit
Didalam pencak silat, teknik tendangan sama pentingnya dengan teknik
tangan, bahkan sebenarnya tendangan mempunyai kekuatan yang lebih besar dari
pukulan tangan. Ketika menendang, harus dirasakan bahwa seluruh kekuatan
tubuh disalurkan ke tendangan.
Seperti namanya tendangan sabit, tendangan ini berbentuk busur dengan
menggunakan punggung kaki. Pelaksanaan tendangan ini adalah dengan cara
mengangkat lutut terlebih dahulu ke arah depan kemudian meluruskan bagian
tungkai kaki disertai putaran pinggul ke arah dalam (medial tubuh) sehingga
tungkai ikut menghadap ke bagian medial. Lintasanya berbentuk busur dengan
tumpuan satu kaki (telapak kaki tumpu ikut berputar untuk memaksimalkan
putaran pinggul) dan perkenaan pada punggung kaki. Panjang garis lengkung
(seperti busur) yang dilalui kaki, kecepatan dan tenaga lentingan lutut, sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menentukan kekuatan dari tendangan. Penggunaan kekuatan otot
lutut sangat penting, sedangkan
pada pencak silat jika tendangan lebih
tendangan lebih besar dari pada kalau perkenaan lebi
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini.
Gambar 1: Analisis biomekanika tendangan sabit (Awan Hariono)
c. Aplikasi Biomekanika pada Tendangan Sabit
Upaya untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga, harus melalui
latihan yang dilakukan dengan
dalam olahraga dan kesehatan olahraga, menurut Nossek (1995:
adalah fisislogi latihan, biomekanika olahraga, paedagogi dibidang olahraga,
sosiologi olahraga, psikologi olahraga, dan kesehata
menentukan kekuatan dari tendangan. Penggunaan kekuatan otot
, sedangkan perkenaan gerakan menendang sabit atau busur
jika tendangan lebih mendekati ujung jari, maka kekuatan
tendangan lebih besar dari pada kalau perkenaan lebih dekat ke pangkal paha
jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini.
: Analisis biomekanika tendangan sabit (Awan Hariono)
Aplikasi Biomekanika pada Tendangan Sabit
Upaya untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga, harus melalui
latihan yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah terhadap ilmu-ilmu yang terkait
dalam olahraga dan kesehatan olahraga, menurut Nossek (1995:
adalah fisislogi latihan, biomekanika olahraga, paedagogi dibidang olahraga,
sosiologi olahraga, psikologi olahraga, dan kesehatan olahraga.
13
menentukan kekuatan dari tendangan. Penggunaan kekuatan otot saat meluruskan
erakan menendang sabit atau busur
mendekati ujung jari, maka kekuatan
h dekat ke pangkal paha.
: Analisis biomekanika tendangan sabit (Awan Hariono)
Upaya untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga, harus melalui
ilmu yang terkait
dalam olahraga dan kesehatan olahraga, menurut Nossek (1995: 1) antara lain
adalah fisislogi latihan, biomekanika olahraga, paedagogi dibidang olahraga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Ilmu pengetahuan yang ikut berperan dalam usaha menjelaskan tentang
tendangan adalah biomekanika. Pada umumnya analisis dalam keterampilan gerak
(olahraga) meliputi pengertian tentang:
a. Maksud dan tujuan gerakan
b. Tipe atau jenis gerakan
c. Kategori gerakan, yakni: mengenai besarnya, arahnya, titik tangkapnya, dan
interaksi gaya dan bidang tumpunya.
d. Uraian penampilan biomekanika, yakni: analisis mekanik dan analisis
anatomois.
Gerakan tendangan sabit merupakan gerakan yang menggunakan tungkai
atas, tungkai bawah dan pergelangan kaki. Dari posisi kuda kuda mengangakat
tungkai atas, lutut sanpai mendekati dada dengan gerakan fleksi, lalu meluruskan
tungkai bawah sehingga lutut menjadi lurus dengan gerakan ekstensi arahnya
vertikal. Di bawah ini gambar anatomi otot tungkai yang dapat mendukung
gerakan tendangan sabit.
Gambar 2 : otot-otot yang terdapat pada tugkai atas, dilihat dari depan(Evelyn C. Pearce, 1993:13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gambar 3a: otot tungkai bawah dilihat dari bagian depan (Evelyn C. Pearce,
1993:114-115)
Gambar 3b: otot tungkai bawah dilihat dari bagian belakang (Evelyn C. Pearce,
1993:114-115)
3. Sistem Energi dalam Pencak Silat
Agar proses latihan mencapai hasil yang optimal, maka perlu diketahui
sistem energi yang dominan yang digunakan selama dalam pertandingan, dengan
mengetahui sistem energi yang digunakan, akan mempermudah pelatih dalam
menyusun dan menentukan program latihan.
Menurut Sukadiyanto (2005: 33) ada dua macam sistem metabolisme
energi yang diperlukan dalam setiap aktivitas gerak manusia yaitu: (1) sistem
energi anaerob dan (2) sistem energi aerob. Kedua sistem tersebut tidak dapat
dipisah-pisahkan secara mutlak selama aktifitas kerja otot berlangsung. Karena
sistem energi merupakan serangkaian proses pemenuhan tenaga secara terus
menerus, berkesinambungan dan silih berganti
Seabagai rangkuman untuk memperjelas pembagian tentang sistem
energi, dapat dilihat gambar sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Alaktik ATP-PC
Anaerobik
Sistem energi Laktik LA+O2
Aerobik O2
Gambar 4: Sistem energi (Sukadiyanto, 2005: 33)
a. Sistem Energi Anaerobik
Sistem energi anaerobik adalah serentetan reaksi kimiawi yang tidak
memerlukan oksigen (O2), sistem anaerobik ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: (1) sistem energi anaerobik alaktik (2) sistem energi anaerobik laktik.
Sistem energi anaerobik alaktik disediakan oleh sistem asam laktat (Bompa, 2000:
22-23). Selama dalam proses pemenuhan kebutuhan energi, sistem energi
anaerobik alaktik dan sistem energi anaerobik laktik tidak memerlukan oksigen
(O2).
Pada setiap awal kerja otot kebutuhan energi dipenuhi oleh persediaan
ATP yang terdapat didalam sel otot (Fox, dkk, 1988: 14). Artinya: semua energi
yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP, yang hanya
mampu menopang kerja kira-kira 6 detik bila tidak ada sistem energi yang lain
(Soekarman, 1991: 29). Jumlah ATP yang disimpan didalam sel otot sangat
sedikit, sehingga olahragawaan akan kehilangan energi dengan sangat cepat,
apabila melakukan latihan fisisk dengan beban yang cukup berat. Dengan
demikian sistem energi ATP hanya dapat optimal untuk kerja jangka pendek.
Untuk itu diperlukan sistem energi yang lain agar kerja otot mampu lebih lama
lagi.
Kerja otot dapat bekerja lebih lama lagi apabila sistem enrgi ATP
ditopang dengan sistem energi yang lain, yaitu pospho creatin (PC) yang
tersimpan dalam otot. Dengan menggunakan sumber energi pospho creatin dapat
memperpanjang kerja otot lebih lama lagi, hingga mencapai kira-kira 10 detik
(Nossek, 1982: 71-72). Namun apabila kerja otot harus berlangsung lebih lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
lagi maka kebutuhan energi yang diperlukan dipenuhi oleh sistem glikolisis
anaerob yang mampu memeperpanjang kerja otot kira kira 10 detik (Mc. Ardle,
dkk, 1986: 348).
Proses terjadinya pembentukan ATP adalah dengan pemecahan creatin
dan posphat. Proses tersebut akan menghasilkan energi yang dipakai untuk
meresintesis ADP + P menjadi ATP, dan selanjutnya akan dirubah lagi menjadi
ADP+P yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi yang dibutuhkan untuk
kontraksi otot. Perubahan CP ke C+P tidak menghasilkan tenaga yang dapat
dipakai langsung untuk kontraksi otot melainkan dipakai untuk meresintesis
ADP+P menjadi ATP.
Melihat keterangan diatas dan gambaran tentang pertandingan pencak
silat dengan intensitas tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk sekali melakukan
gebrakan rata-rata 4 detik, dapat disimpulkan bahwa sistem energi anaerobik
merupakan sistem energi yang predominan dalam pertandingan pencak silat.
b. Sistem Energi Aerobik
Aerobik berarti ada bantuan oksigen (O2) sehingga metabolisme aerobik
adalah menyangkut serentetan reaksi kimiawi yang memerlukan adanya oksigen
sehingga memiliki pengaruh lebih lambat dan tidak dapat digunakan secara cepat
setelah proses pemenuhan energi berlangsung selama kira-kira 120 detik, maka
asam laktat sudah tidak dapat diresintesis lagi menjadi sumber energi. Untuk itu
diperlukan oksigen (O2) untuk membantu proses resintesis asam laktat menjadi
sumber energi kembali. Oksigen diperoleh melalui sistem pernafasan, yakni
dengan cara menghirup udara yang ada disekitar manusia.
Adapun ciri-ciri dari sistem energi aerobik menurut Sukadiyanto (2005:
37) adalah: (1) intensitas kerja sedang (2) lama kerja lebih dari 3 menit (3) lama
kerja lancar dan kontinyu (4) selama aktifitas menghasilkan karbondioksida (CO2)
dan air (H2O).
Pesilat yang memiliki kemampuan aerobik memadai akan mampu
menerima beban latihan dengan intensitas tinggi. Kebugaran aerobik diperlukan
dalam pencak silat agar pesilat mampu merekoveri dengan cepat dan mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
menerima beban latihan lebih lama tanpa adanya kelelahan. Untuk itu sistem
energi aerobik perlu diberikan pada pesilat sebagai landasan untuk melatih energi
anaerobik.
c. Sistem Energi dalam Pencak Silat Kategori Tanding
Dalam pertandingan pencak silat kategori tanding, pemenuhan energi
menjadi sangat penting karena akan menunjang penampilan pesilat di dalam
gelanggang. Menurut Awan Hariono (2006: 30) rata-rata pada waktu kerja
melakukan fight dalam pertandingan pencak silat diperlukan waktu kira-kira
selama 3-5 detik. Bila pada serangan terakhir masing-masing pesilat melakukan
empat jenis serangan dan kaki tidak dapat ditangkap lawan, maka akumulasi
waktu yang diperlukan selama proses tersebut menjadi 10 detik dengan demikian
sistem energi yang diperlukan adalah sistem energi anaerobik alaktik ATP-PC,
sebab waktu kerja hanya memerlukan waktu maksimal 10 detik. Hal ini sesuai
dengan ciri-ciri sistem energi anaerobik alaktik yaitu: (1) intensitas kerja
maksimal (2) lama kerja 10 detik, (3) irama kerja eksplosif (4) aktifitas
menghasilkan adenosin diposphat (ADP + energi) (Sukadiyanto, 2005: 35).
Sehingga energi yang dibutuhkan dalam pencak silat kategori tanding
adalah sistem energi anaerobik alaktik yang menghasilkan ATP-PC. Pertandingan
pencak silat dilakukan dalam 3 babak dengan waktu 2 menit bersih setiap babak.
Selama dalam pertandingan kurun waktu terjadi fight rata-rata 14 kali dalam satu
babak. Hal ini menyebabkan kecenderungan adanya sisa pembakaran yang tidak
dapat diresintesis menjadi energi kembali untuk itu diperlukan sistem energi
anaerobik laktik agar kerja otot dapat berlangsung lebih lama lagi. Dengan adanya
bantuan dari sistem glikolisis anaerobik akan dapat memperpanjang kerja otot
kira-kira 120 detik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4. Latihan
a. Latihan Kecepatan
Kecepatan mengandung unsur adanya jarak tempuh terhadap rangsang
yang muncul. (Awan Hariono, 2007: 72). Untuk itu kecepatan adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan gerak atau serangkaian gerak secepat mungkin
sebagai jawaban terhadap rangsang. Kecepatn merupakan pembawaan sejak lahir
(genetika), sehingga komponen kecepatan memiliki keterbatasan yaitu tergantung
pada struktur otot dan mobilitas syaraf. Sebagai akibatnya peningkatan kecepatan
juga relatif terbatas yaitu antara 20-30%. Menurut Nossek (1982: 62) gerakan-
gerakan kecepatan dilakukan dengan melawan tahanan yang berbeda (berat badan,
berat peralatan, air, dsb). Dengan demikian kecepatan secara langsung tergantung
dari pada waktu dan pengaruh kekuatan.
Arah latihan dalam pencak silat harus mencakup kesegala arah, ke depan,
belakang, samping (kanan dan kiri), dan serong (depan kanan, depan kiri,
belakang kanan, dan belakng kiri). Sedangkan jaraknya relatif pendek, yaitu
paling jauh 8 sampai 10 meter. (Awan Hariono: 2007: 73). Dalam latihan
kecepatan ada beberapa komponen biomotor yang ikut terpengaruh atau
terlatihkan, antara lain: kekuatan, power, daya tahan anaerobik, keseimbangan dan
kelincahan. Oleh karena itu beberapa latihan kecepatan memiliki bentuk yang
sama dengan latihan biomotor tersebut. Dengan demikian tanpa memiliki
komponen tersebut pesilat akan sulit dalam upaya melakukan serangan maupun
belaan dengan akurat dan cepat.
b. Dasar-dasar Latihan
Menurut Sadoso Sumosardjuno (1994:10) bahwa, “latihan harus
dikhususkan pada olahraga yang dipilihnya serta memenuhi kebutuhan khusus
dan strategi untuk olahraga yang dipilih”.
Proses latihan yang dilakukan harus menyangkut beberapa aspek
diantaranya: (1) khusus terhadap sistem energi utama yang diperlukan (2) khusus
terhadap kelompok otot yang dilatih, dan (3) khusus terhadap pola gerak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sesuai dengan keterampilan cabang olahraga yang akan dikembangkan.
Telah dikemukakan di depan bahwa komponen fisik dasar dalam pencak
silat saling berkaitan dengan demikian kelincahan dan kecepatan secara langsung
tergantung pada pengaruh kekuatan untuk menghasilkan power.
Oleh karena itu gerakan dalam latihan untuk meningkatkan kemampuan
tendangan harus dilakukan dengan tanpa mengabaikan aspek fisik yang lain yang
dibutuhkan dalam pencak silat.. Beban latihan yang diberikan dalam latihan
kemampuan tendangan harus sesuai dengan karakteristik tendangan, yaitu cepat,
kuat, dan lincah. Selain itu gerakan yang dilakukan harus bersifat dinamis dan
selaras. Karena gerakan dalam melakukan latihan bersifat cepat dan eksplosif
dengan melawan beban baik berat badan atlet maupun berat target/sasaran, maka
untuk menghindari cedera atlet harus melakukan pemanasan yang cukup.
Menurut Andri Suhendro (1993: 3-5) latihan fisik adalah latihan yang
ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi seseorang. Latihan
ini mencakup semua komponen kondisi fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan
kardiovaskuler, daya tahan otot, kelincahan, kecepatan, power, stamina,
kelentukan dan lain-lain. Keterkaitan komponen biomotor tersebut seperti yang di
gambarkan oleh Bompa dalam Ismaryati (2009: 42) dibawah ini.
Gambar 5 : Ilustrasi keterkaitan diantara kemampuan biomotorik(Bompa, 1993: 6)
streght endurance
Max strength
Muscular
endurance
power
Speed
endurance
mobilityagility
speed coordination flexibility
Erobic
endurance
Anaerobic
endurance
Max speed Perfect
coordination
Full range of
flexibility
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Kemampuan biomotor seperti kelincahan, kecepatan dan kekuatan
sangatlah penting dalam pencak silat, selain sebagai modal untuk membentuk
teknik, komponen-komponen tersebut juga akan mempengaruhi pencapaian
prestasi dalam olahraga pencak silat. Selain komponen biomotor, komponen fisik
seperti daya tahan juga diperlukan dalam pencak silat, mengingat karakteristik
pertandingan pencak silat berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu tiga
babak, dan setiap babaknya terdiri dari 2 menit bersih. Teknik yang baik tanpa
ditunjang dengan stamina yang baik maka pesilat akan sulit untuk
mempertahankan poin ataupun mengejar ketertinggalan poin dari lawan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa latihan dalam pencak silat harus mencakup kondisi fisik
dan teknik.
c. Dosis Latihan
Pemberian dosis latihan harus direncanakan, disusun dan diprogramkan
dengan baik sehingga tujuan yang direncanakan dapat tercapai. Menurut M. Sajoto
(1995: 33-55) dalam penyusunan program latihan harus memperhatikan, (a)
jumlah beban, (b) repetisi dan set, dan (c) frekuensi dan lama latihan.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan program
latihan antara lain intensitas, repetisi dan set, serta frekuensi dan lama latihan.
1) Intensitas Latihan
Intensitas latihan adalah suatu kesanggupan latihan yang harus dilakuakn
seorang atlet menurut program latihan yang ditentukan. Intensitas latihan
merupakan salah satu komponen kulitatif kerja yang dilakuakn dalam kururn
waktu yang diberikan. Menurut Bompa (1990: 58) menyatakan intensitas latihan
adalah : “fungsi dari kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan
gerakannya, variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya”.
Sedangkan menurut M. Sajoto (1995: 5) bahwa, “intensitas latihan adalah
takaran kesungguhan pengeluaran tenaga atlet dalam melakukan aktivitas
jasmani”.
Intensitas merupakan faktor penting dalam latihan. Peaksanaan yang cepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dengan usaha yang maksimal penting untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Dengan demikian latihan ini dilaksanakan dalam intensitas yang tinggi.
2) Repetisi dan Set
Menurut M. Sajoto (1995:34) bahwa, “repetisi adalah jumalah ulangan
mengangkat suatu beban, sedangkan set adalah suatu rangkaian kegiatan dari
repetisi”. Penentu jumlah repetisi dan set yang harus dilakukan dalam latihan
ditentukan dengan tepat.
Adapun aturan repetisi dan set dalam melatih kemampuan pesilat dalam
hal ini kualitas teknik pada pencak silat menurut Awan Hariono (2007: 78) adalah
sebagai berikut :
3) Frekuensi dan Lama Latihan
Frekuensi latihan dalah jumlah ulangan latiahn yang dilakukan dalam
jangka satu minggu, atau berapa kali seseorang melakukan latihan yang cukup
intensitas dalam satu minggunya.dalam menentukan frekueansi latihan harus
memperhatikan batas kemampuan individu.
Untuk mengetahui frekuensi latihan perminggunya di bawah ini
ditampilkan pendapat-pendapat dari beberapa pakar antara lain :
Fox (1988: 172-175) mengungkapakan frekuensi latihan yang
menyatakan bahawa : “latihan paling sedikit adalah 3 kali per minggu baik untk
olahraga kesehatan maupun olahraga prestasi adapun lama latihan yang
diperlukan 6 minggu atau lebih”.
Intensitas : Maksimal (kecepatan maksimal)Denyut jantung : 185 - 200 x/menitVolume : 5 - 10 repetisi/set, dan 3-5 set /sesi t. kerja : 5 - 10 detikt. recovery : 1 : 6 (denyut jantung 145-160x/menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Berdasarkan pendapat di atas maka dalam penelitian yang penulis
lakukan adalah menggunakan frekuensi latihan 3 kali perminggu yaitu setiap hari
selasa, rabu, dan jumat selama 8 minggu.
5. Latihan Kombinasi Sprint-Teknik
a. Definisi latihan kombinasi Sprint-teknik
Latihan kombinasi sprint dan teknik adalah salah satu bentuk latihan
kombinasi yang menggabungkan unsur kecepatan (sprint) dan teknik dalam hal ini
tendangan. Latihan ini drancang untuk melatih dan meningkatkan kualitas kerja
otot tungkai dan otot-otot lain yang mempengaruhi dalam melakukan tendangan
dalam pencak silat, khususnya tendangan sabit.
b. Pelaksanaan Latihan Kombinasi Sprint-teknik
Latihan kombinasi sprint-teknik dilakukan di dalam arena atau
gelanggang pencak silat, maupun ditempat lain yang mempunyai struktur rata dan
ukuran areanya menyerupai gelanggang pencak silat. Pada latihan kombinasi ini
pesilat dituntut mengeluarkan kemampuan maksimalnya dalam proses latihan,
mengingat latihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan tendangan. Sprint
dilakukan dengan tenaga maksimal, begitu juga tendangan dilakukan dengan
cepat. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar dibawah ini :
Gambar 6 : model latihan Kombinasi Sprint dan teknik(Awan Hariono, 2007: 78)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Keterangan :
: start
: finish
: Punch box
Urutan Pelaksanaan:
Dari Pesilat sprint ke arah 1
Dari 1 Pesilat melakukan tendangan pada Punch Box
setelah itu mundur ke arah A
Dari A Pesilat sprint mundur ke 2
Dari 2 melakukan tendangan pada Punch box kemudian
maju ke arah dan seterusnya
c. Pengaruh Latihan Kombinasi Sprint-teknik terhadap Kecepatan Tendangan Sabit
Latihan kombinasi sprint-teknik memerlukan kontraksi berirama dari
kelompok-kelompok otot besar dari tungkai untuk memindahkan seluruh berat
badan pada saat melakukan sprint. Setelah itu otot harus berkontraksi lagi dengan
melakukan tendangan. Tendangan harus dilakukan dengan cepat, lincah dan
ditentukan oleh kapasitas anaerobik. Siklus gerak berulang-ulang yang
berlangsung konstan pada kecepatan tinggi akan menyebabkan pola otomatisasi
proses syaraf pusat. Latihan untuk meningkatkan kemampuan tendangan
berprinsip bahwa otot itu harus berkontraksi secara berulang-ulang dengan cepat.
Koordinasi otot akan memberikan pengaruh pada peningkatan kecepatan dari
gerakan khusus dan akan memberikan sumbangan yang baik pada keterampilan
gerak, apabila atlet dapat memperbaikai efisiensi mekanika gerak. Oleh karena itu
latihan kombinasi sprint dan teknik dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan tendangan sabit.
1
2
1
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
6. Latihan Kombinasi Zig–zag-Teknik
a. Definisi Latihan Kombinasi Zig–zag-Teknik
Latihan Kombinasi Zig–zag-Teknik adalah salah satu bentuk latihan
kombinasi yang menggabungkan unsur kecepatan, kelincahan (agility) dan teknik
dalam hal ini tendangan. Agility atau kelincahan adalah gabungan dari kelentukan
dan kecepatan (Davis, 1986: 42). Latihan ini dilakukan dengan melewati
rintangan dengan gerakan kelincahan yang cepat (zig-zag). Latihan ini
memerlukan kontraksi berirama dari kelompok-kelompok otot besar dari tungkai
untuk memindahkan seluruh berat badan ke kanan dan ke kiri dengan cepat pada
saat melakukan zig-zag.
b. Pelaksanaan Latihan Kombinasi Zig-zag-teknik
Latihan kombinasi zig-zag-teknik dilakukan di dalam arena atau
gelanggang pencak silat, maupun ditempat lain yang mempunyai struktur rata dan
ukuran areanya menyerupai gelanggang pencak silat. Pada latihan kombinasi ini
pesilat dituntut mengeluarkan kemampuan maksimalnya dalam proses latihan,
mengingat latihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan tendangan. Zig-zag
dilakukan dengan tenaga maksimal, begitu juga tendangan dilakukan dengan
cepat. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar dibawah ini:
Gambar 7 : Model Latihan Kombinasi Zig-zag-Teknik(Awan Hariono, 2007: 79)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Keterangan:
: start
: finish
: punch box
: kotak atau kun
Urutan pelaksanaan:
Dari lari zig-zag diantara kotak ke B1 .
Dari B1 sprint mundur ke dan melakukan 2-4 tendangan
pada punch box
Dari sprint mundur ke arah B2, kemudian sprint ke
c. Pengaruh Latihan Kombinasi Zig–zag-teknik terhadap Kecepatan
Tendangan Sabit
Dari latihan ini akan berpengaruh pada kontraksi otot tungkai terutama
otot-otot yang mempengaruhi kelincahan selain itu latihan ini juga untuk melatih
dan meningkatkan kualitas kerja otot tungkai dan otot-otot lain yang
mempengaruhi dalam melakukan tendangan dalam pencak silat, khususnya
tendangan sabit. Secara tidak langsung otot akan mengalami pembebanan yang
berulang-ulang dengan kecepatan tinggi dan diharapkan dapat merangsang gerak
otomatisasi. Koordinasi otot akan meningkatkan kecepatan dari gerakan khusus
dan gerakan tersebut akan semakin baik bila atlrt dapat memperbaikai efisiensi
mekanika gerak. Oleh karena itu Latihan Kombinasi Zig-Zag-Teknik dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan tendangan sabit.
B. Kerangka Berpikir
Sprint dan zig-zag merupakan salah satu bentuk latihan yang berkaitan
dengan komponen fisik dalam pencak silat, khususnya kecepatan dan kelincahan.
Latihan Kombinasi Sprint-Teknik serta Latihan Kombinasi Zig–Zag-Teknik
1
1
2
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
memiliki ciri khas gerakan yang cepat dan lincah yang dikombinasikan dengan
teknik tendangan sehingga dapat merangsang kerja otot tungkai mencapai
otomatisasi. Kecepatan tendangan adalah suatu komponen teknik daalm pencak
silat yang dilakukan dengan lincah dan secepat-cepatnya pada sasaran atau target
dengan tujuan untuk memperoleh nilai teknik yang sempurna.
Pelaksanaan kedua latihan ini apabila dilaksanakan dengan tepat dan
benar akan membantu peningkatan kemampuan biomotor pesilat khususnya
kecepatan tendangan sabit, karena latihan ini telah memenuhi kriteria kekhususan
latihan yang didasarkan pada cabor pencak silat. Gerakan latihan-latihan dalam
pencak silat dilakukan pada jarak yang relatif pendek hal ini disesuaikan dengan
kondisi dan situasi pada saat pertandingan pencak silat.
Selain itu gerakan-gerakan yang dilakukan dalam pencak silat juga
menggunakan sistem energi anaerobik alaktik ATP-PC, sebab waktu kerja hanya
memerlukan waktu maksimal 10 detik. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri sistem
energi anaerobik alaktik yaitu: (1) intensitas kerja maksimal (2) lama kerja 10
detik, (3) irama kerja eksplosif (4) aktifitas menghasilkan adenosin diposphat
(ADP + energi) (Sukadiyanto, 2005: 35).
Pada kenyataannya, pencak silat membutuhkan unsur kondisi fisik yang
baik. Seperti kelincahan, kecepatan, kekuatan, power dan daya tahan. Semakin
baik komponen biomotor yang dimiliki seorang pesilat semakin besar pula
kemungkinan untuk meraih poin dan memenangkan pertandingan. Menurut PB.
IPSI (2007: 24), serangan dengan kaki yang dinilai adalah serangan yang masuk
atau mengenai sasaran, menggunakan teknik serangan dengan kaki (dalam bentuk
apapun), bertenaga dan mantap, tidak diserati tangkapan atau pegangan tanpa
terhalang oleh tangkisan atau elakan, dengan dukungan kuda-kuda atau kaki
tumpu yang baik, jarak jangkau yang tepat dan lintasan serangan yang benar.
Unsur kondisi fisik merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
pencapaian prestasi dalam cabang olahraga pencak silat. Untuk itu diperlukan
latihan secara intensif dengan metode dan bentuk yang sesuai dengan karakteristik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pencak silat. Metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan tendangan dalam pencak silat diantaranya adalah dengan latihan fisik
yang dikombinasikan dengan teknik tendangan. Bentuk latihan tersebut
diantaranya adalah latihan kombinasi sprint-teknik dan kombinasi zig–zag-
teknik.
Pelaksaan kedua latihan tersebut yaitu dengan lari sprint dan zig-zag
secepat mungkin melewati kotak atau kun yang telah disediakan. Kedua latihan
tersebut menuntut kecepatan untuk menyelesaikan materi latihan pada setiap fase,
hal ini akan berpengaruh pada peningkatan kemampuan anaerobik dan kecepatan
gerak otot tungkai, sehingga kemampun kecepatan tendangan juga akan
meningkat.
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Kombinasi Sprint-Teknik dan Kombinasi
Zig–Zag-Teknik
Latihan Kombinasi Sprint-teknik dan Kombinasi Zig–zag-teknik adalah
bentuk latihan untuk meningkatan kecepatan dalam pencak silat khususnya
kecepatan tendangan. Kedua bentuk latihan tersebut masing-masing memiliki
perbedaan dalam pelaksanaan geraknya, sehingga hal ini akan menimbulkan
pengaruh yang berbeda pula terhadap kualitas kerja otot tungkai.
Latihan Kombinasi Sprint-Teknik adalah bentuk latihan yang dilakukan
denagn cara melakukan sprint ke depan kemudian melakukan tendangan pada
punch box, kemudian mundur sprint ke belakang berputar arah dan mundur lagi
dengan sprint kemudian berbalik arah dan melakukan tendangan, kemudian yang
terakhir sprint menuju finish yang telah ditentukan. Latihan Kombinasi Sprint-
teknik mengembangkan unsur-unsur kecepatan yang dipadukan dengan teknik.
Dengan demikian latihan ini dapat meningkatkan kemampuan tendangan pada
pesilat.
Sedangkan latihan kombinasi zig–zag-teknik adalah bentuk latihan yang
dilakukan dengan cara melakukan lari zig-zag ke kanan dan ke kiri melewati
kotak atau kun yang disediakan kemudian melakukan tendangan pada punch box,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
setelah itu melakukan sprint mundur setelah sampai pada jarak yang ditentukan
berbalik arah dan melakukan sprint mundur lagi, kemudian melakukan tendangan
lagi pada punch box sebanyak 2-4 kali, berbalik badan dan sprint ke depan
melewati finish yang ditentukan. Latihan kombinasi zig–zag-teknik akan
mengembangkan unsur kelincahan yang dipadukan dengan kecepatan dan teknik,
karena selain melakukan gerakan kelincahan (zig-zag), pesilat juga dituntut untuk
melakukan sprint, baik mundur maupun ke arah depan serta melakukan teknik
tendangan. Sehingga pada latihan kombinasi zig-zag -teknik otot yang bekerja
lebih kompleks.
2. Latihan Kombinasi Zig–zag-Teknik Lebih Baik Pengaruhnya daripada Latihan Kombinasi Sprint-Teknik terhadap Kecepatan Tendangan Pesilat
Berdasarkan perbedaan bentuk gerakan latihan Kombinasi Sprint-Teknik
dan Kombinasi Lari Zig-zag-Teknik menunjukkan bahwa Latihan Kombinasi
Zig-zag-Teknik lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kecepatan
tendangan sabit pada pesilat. Walaupun kedua latihan ini sama-sama
mengembangkan unsur kecepatan dan teknik yang akan menimbulkan
peningkatan kemampuan kualitas kerja otot tungkai namun pada latihan
Kombinasi Zig–zag-Teknik mempunyai gerakan yang lebih kompleks, yang
ditunjukkan melalui gerakan zig-zag. Selain kecepatan dan teknik pada latihan
Kombinasi Zig–zag-teknik juga merangsang unsur kelincahan yang akan
membantu terhadap kulitas tendangan yang akan ditimbulkan. Dari sisi anatomis,
pada gerakan zig-zag bukan hanya otot tungkai saja yang terlatih, melainkan juga
otot-otot pada bagian pinggul. Mengingat latihan ini ditujukan untuk melatih
kemampuan tendangan sabit, maka pelatihan pada otot pinggul akan membantu
meningkatkan agility pada pesilat. Melalui kompleksitas yang baik pada latihan
Kombinasi Zig–zag-teknik akan memberi pembebanan latihan yang akan
menimbulkan rangsang yang baik pada otot-otot yang mendukung terhadap
gerakan tendangan sabit, mengingat kecepatan dan kelincahan pada pencak silat
saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian latihan Kombinasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Zig–zag-teknik lebih baik pengaruhnya daripada latihan kombinasi Sprint-teknik
terhadap peningkatan kemampuan tendangan pada pesilat.
3. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Kombinasi Sprint-teknik
Latihan kombinasi sprint-teknik dan latihan kombinasi zig–zag-teknik
adalah bentuk latihan yang digunakan untuk mengembangkan kecepatan pada
pencak silat. Kedua bentuk latihan tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan
dalam pelaksanaan geraknya, sehingga hal ini akan menimbulkan pengaruh pada
hasil dan pelaksanaannya. Pelaksanaan kedua latihan tersebut yaitu dengan
melakukan sprint dan tendangan. Kedua latihan tersebut menuntut pesilat untuk
melakukan gerakan dengan cepat, hal ini akan merangsang kualitas kerja otot
tungkai. Dengan meningkatnya kualitas kerja otot tungkai maka kualitas biomotor
juga akan meningkat, khususnya kemampuan untuk melakukan tendangan.
Ditinjau dari pelaksanaannya latihan kombinasi Sprint-teknik dapat
diidentifikasikan kelebihan dan kelemahannya. Adapun kelebihan dari latihan
kombinasi sprint dan teknik yaitu:
1) Latihan terus menerus dengan pola gerakan sprint dengan baik, akan dapat
meningkatkan kualitas kecepatan pesilat, karena latihan ini akan merangsang
kerja otot tungkai yang diberikan pembebanan untuk melakukan sprint
sehingga akan memaksa kontraksi dari otot-otot besar tungkai untuk
melakukan pemindahan berat badan dengan cepat.
2) Kacepatan gerak siklis akan lebih baik karena latihan ini menuntut pesilat
untuk melakukan sprint secara berulang-ulang.
3) Dapat meningkatkan daya tahan anaerobik, sehingga akan mendukung
penampilan pesilat dalam pertandingan pencak silat.
Kelemahan latihan kombinasi Sprint-teknik:
1) Kompleksitas latihan tidak ada, karena latihan ini hanya dilakukan dengan
sprint yang dikombinasikan dengan teknik.
2) Kurang mengena pada aspek yang dapat mendukung kecepatan, seperti
kelincahan (agility karena latihan ini berprioritas pada kcepatan saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3) Dapat menimbulkan kebosanan pada pesilat karena gerakan pada latihan ini
hanya sprint ke depan dan belakang kemudian menendang.
4) Dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
Gambar 8 : Skema Kerangka Pemikiran
Latar belakang
Pesilat putra pembinaan prestasi
pencak silat JPOK UNS Surakarta
tahun 2012
Prestasi pesilat JPOK UNS belum
maksimal
Kecepatan
tendangan pesilat
masih rendah
Kemampuan fisik dan
biomotor pesilat belum
memenuhi harapan
Saat pertandingan: saat
melakukan serangan/belaan
kaki mudah ditangakap dan
dijatuhkan lawan
Saat latihan : tendangan yang
dihasilkan kurang maksimal,
suara yang ditimbulkan pada
sasaran kurang keras
Meningkatkan kecepatan
tendangan sabit pesilatSprint-teknik : sprint
pendek di atas matras pencak silat
sepanjang 8 m dikombinasikan
dengan lari mundur dilanjutkan dengan
melakukan tendangan sabit pada
punch box.
Zig-zag-teknik : gerakan zig-zag di atas matras pencak
silat, dikombinasikan dengan sprint pendek
dengan jarak 8 m kemudian
dilanjutkan dengan melakukan
tendangan sabit pada punch box
Latihan Kombinasi
Latihan manakah yang
lebih baik pengaruhnya
untuk meningkatkan
kecepatan tendangan sabit?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut:
1) Ada perbedaan pengaruh antara Latihan Kombinasi Sprint-teknik dan Latihan
Kombinasi Zig-zag-Teknik terhadap kecepatan tendangan pesilat putra
Pembinaan Prestasi Pencak Silat JPOK Universitas Sebelas Maret Surakarta
tahun 2012.
2) Latihan Kombinasi Zig-zag-teknik mempunyai pengaruh yang lebih baik
terhadap peningkatan kecepatan tendangan pesilat putra Pembinaan Prestasi
Pencak Silat JPOK Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampus JPOK Universitas Sebelas Maret
Surakarta Jl. Menteri Supeno No. 13, Manahan Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama delapan minggu dengan frekuensi
tiga kali per-minggu, yaitu mulai tanggal 1 Mei sampai dengan 19 Juni 2012.
ACSM (American College of Sport Medicine) dalam Thomas & Nelson (2005:
305) menyebutkan olahraga untuk kebutuhan prestasi dilakukan dengan frekuensi
tiga kali atau lebih perminggu, dengan durasi 20-45 menit per-hari, dengan
intensitas 60-90 % dari denyut nadi maksimal.
B. Rancangan penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dasar dari penelitian ini
adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan kepada
subyek yang diakhiri dengan suatu tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang
telah diberikan. Sedangkan rancangan peneltiannya adalah “Pretest-Posttest
Randomized-Group Design” secara skematis gambar rancangan penelitian adalah
sebagai berikut:
Pretest Group Treatment Posttes
P0 KE1 Xa P1
P0 KE2 Xb P1
R
R
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Keterangan :: Melalui proses Random
P0 : Tes awal kecepatan tendangan sabitKE 1 : Kelompok Eksperimen 1KE 2 : Kelompok Eksperimen 2Xa : Latihan Kombinasi Sprint-TeknikXb : Latihan Kombinasi Zig-zag-TeknikP1 : Tes akhir kemampuan tendangan sabit
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada kemampuan
tendangan sabit yang diukur dengan cara tes dan pengukuran kecepatan tendangan
dalam pencak silat cara pengukurannya adalah dengan melakukan gerakan
tendangan sabit dengan sebanyak-banyaknya dan dalam waktu yang singkat, yaitu
10 detik. Pelaksanaannya adalah atlet bersiap-siap berdiri dibelakang sandsak atau
target (punch box) dengan posisi kuda-kuda, pada saat aba aba yak, atlet
melakukan tendangan dengan kaki kanan dan kiri kembali ke posisi awal dengan
menyentuh lantai yang berada dibelakang garis, secepat-cepatnya dan sebanyak-
banyaknya selam 10 detik. Pelaksanaannya dapat dilakukan tiga kali dan diambil
jumlah yang terbaik dengan ketinggian sandsak/target ±100 cm.
Setelah tes awal, kemudian hasil tes awal dirangking, kemudian subjek
yang memiliki kemampuan setara dipasang-pasangkan secara ordinal ke dalam
kelompok 1 (KE1) dan kelompok 2 (KE2). Dengan demikian kedua kelompok
yang diberi perlakuan tersebut merupakan kelompok yang sama. Apabila pada
akhirnya terdapat perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan
yang diberikan. Adapun teknik pembagian kelompok secara ordinal pairing
menurut Sutrisno Hadi (1989: 485) sebagai berikut:
1 24 35 68 79 dan seterusnya
R
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah pesilat putra Pembinaan Prestasi Pencak
Silat JPOK Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012 berjumlah 20 orang.
D. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes dan pengukuran. Tes
atau instrumen yang digunakan untuk mengukur kecepatan tendangan sabit adalah
tes kecepatan tendangan sabit 10 detik. Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.
E. Validasi Instrumen Penelitian
Agar data yang digunakan menghasilkan data yang tepat dan teliti
(valid), maka dalam penelitian ini dipilih tes yang sudah baku. Tes kecepatan
tendangan sabit yang digunakan dalam penelitian ini telah dibakukan oleh IPSI,
dengan jenis validitasnya adalah validitas isi.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif
dan statistika. Anlisis data secara statistika berupa pengujian hipotesis. Pengujian
hipotesis nol digunakan t-tes dengan taraf nyata= 0,05. Analisis diolah
menggunakan komputer dengan program SPSS-18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Berikut ini akan disajikan deskripsi data awal penelitian dan akhir minggu
ke delapan penelitian:
1. Awal penelitian
Tabel 1. Diskripsi Data Hasil Tes Awal pada Kelompok 1 dan Kelompok 2.
Kel Tes NNilaitinggi
Nilai rendah
Mean SD R L F T
1 Awal 10 27 21 24.50 2.321 0.911 0.259 1.751 0.322
2 Awal 10 27 21 24.20 1.814 0.911 0.170 1.751 0.322
2. Akhir Minggu ke delapan Penelitian
Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Tes Akhir pada Kelompok 1 dan Kelompok 2
Kel Tes NNilaitinggi
Nilai rendah
Mean SD R L F T
1 Akhir 10 28 21 25.40 2.221 0.815 0.206 2.533 2.242
2 Akhir 10 29 24 27.20 1.229 0.815 0.242 2.533 2.242
Merujuk dari tebel 1 dan tabel 2 dapat diketahui perbedaan hasil
penelitian sebelum dan sesudah dilakukan treatment. Pada tabel 1 diketahui nilai
R (reliabilitas) tes = 0.911, dengan nilai L (normalitas)hitung untuk kelompok 1 =
0.259 dan untuk kelompok 2 = 0.171, menunjukkan data pada kelompok 1 dan
kelompok 2 berdistribusi normal karena L hitung < L tabel = 0.2802. Sedangkan nilai
Fhitung pada tes awal dan tes akhir lebih kecil dari Ftabel dengan taraf signifikansi
5%. Karena Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 dan
kelompok 2 memiliki varians yang homogen. Sedangkan pada analisis statistik t-
test antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai sebesar 0.322 dan ttabel
dengan taraf signifikansi 5% dan n=10 sebesar 2.228. Karena thitung>ttabel maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima. Hal ini artinya antara kelompok
1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan tidak terdapat terdapat perbedaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Hal ini berbeda dengan analisis statistik t-test pada akhir minggu ke
delapan antara kelompok 1 dan kelompok 2 yang mana diperoleh nilai thitung
sebesar 2.242 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan n=10 sebesar 2.228.
Karena thitung > ttabel maka dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 dan kelompok 2
setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan analisis data perlu dilakukan pengujian persyaratan
analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji reliabilitas,
uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Reliabilitas
Agar data yang dianalisis adalah hasil suatu tes pengukuran yang baik,
maka perlu uji reliabilitas. Adapun hasil uji reliabilitas tes kecepatan tendangan
sabit dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Tes.
Tes Nilai Reliabilitas Kategori
Awal 0.911 Tinggi SekaliAkhir 0.815 Tinggi
Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes, digunakan tabel
koefisien korelasi dari Book Walter dalam Mulyono B (2010: 49) seperti dibawah
ini:
Tabel 4. Tabel Range Kategori Reliabilitas.
Kategori Reliabilitas
Tinggi Sekali 0.90-1.00
Tinggi 0,80-0.89
Cukup 0,60-0.79Kurang 0.40-0.59Tidak Signifikan 0.00-0.39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalannya dari data
tes awal kecepatan tendangan sabit. Uji normalitas data dalam penelitian ini
digunakan liliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes
awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data.
Tes Kelompok N Mean SD Lhitung LtabelKeterangan
Awal1 10 24.50 2.321 0.259 0.2802 Normal
2 10 24.20 1.813 0.206 0.2802 Normal
Akhir1 10 25.40 2.221 0.170 0.2802 Normal
2 10 27.20 1.229 0.242 0.2802 Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan diperoleh nilai Lhitung tes
awal pada kelompok 1 dan kelompok 2, tes akhir pada kelompok 1 dan
kelompok 2 lebih kecil dari nilai Ltabel dengan taraf signifikansi 5 %. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa data tes awal kelompok 1, kelompok 2, tes akhir
kelompok 1 dan tes akhir kelompok 2 berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari
kedua kelompok. Jika kedua kelompok memiliki perbedaan tersebut disebabkan
perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1
dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data.
Tes Kelompok N Mean SD Fhitung Ftabel Keterangan
Awal1 10 24.50 2.32
1.751 3.179 Homogen2 10 24.20 1.81
Akhir1 10 25.40 2.22
2.533 3.179 Homogen2 10 27.20 1.23
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai F hitung
pada tes awal dan tes akhir lebih kecil dari Ftabel dengan taraf signifikansi 5%.
Karena Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 dan kelompok
2 memiliki varians yang homogen.
4. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian diuji
perbedaannya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui
ketetapan anggota pada kedua kelompok tersebut. Sesudah diberi perlakuan
berangkat dari keadaan yang sama atau tidak. Hal ini artinya antara kelompok 1
dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan sebagai berikut:
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal antara keolompok 1 dan
kelompok 2 sebelum diberi perlakuan sebagai berikut:
Kelompok N Mean Thitung Ttabel` Keterangan
1 10 24.500.322 2.228 Tidak ada perbedaan
2 10 24.20
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test
antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai sebesar 0.322 dan ttabel dengan
taraf signifikansi 5% dan n=10 sebesar 2.228. Karena thitung>ttabel maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima. Hal ini artinya antara kelompok 1 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kelompok 2 sebelum diberi perlakuan tidak terdapat terdapat perbedaan yang
signifikan antara kemampuan tendangan sabit pada pencak silat.
5. Uji Perbedaan Setelah Diberi Perlakuan.
Setelah diberi perlakuan, yaitu kelompok 1 diberi perlakuan latihan
kombinasi sprint-teknik dan kelompok 2 diberi latihan kombinasi zig-zag-teknik
kemudian dilakukan uji perbedaan. Uji perbedaan yang dilakukan dalam
penelitian ini hasilnya sebagai berikut:
a. Hasil Perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 setelah diberi
perlakuan.
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara kelompok 1 dan
kelompok 2 setelah diberi perlakuan.
Kelompok n Mean Thitung ttabel Keterangan
1 10 25.402.242 2.228 Ada perbedaan
2 10 27.20
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test
antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai sebesar 2.242 dan ttabel dengan
taraf signifikan 5% dan n=10 sebesar 2.228. Karena thitung > ttabel maka dapat
disimpulkan bahwa kelompok 1 dan kelompok 2 setelah diberi perlakuan terdapat
perbedaan yang signifikan.
b. Perbedaan Persentase Peningkatan.
Kelompok mana yang memilki persentase peningkatan yang lebih baik
dapat diketahui melalui perhitungan perbedaan persentase peningkatan tiap-tiap
kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan kecepatan tendangan sabit
kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan persentase peningkatan antara
kelompok 1 dan kelompok 2 .
Kelompok nMean
Pretest
Mean
Postest
Mean
Different
Persentase
Peningkatan
1 10 24.50 25.40 0.90 3.67%
2 10 24.20 27.20 3.00 12,40%
Berdasarkan hasil perhitungan persentase peningkatan, diketahui bahwa
kelompok 1 memiliki peningkatan sebesar 3.67%. Sedangkan kelompok 2
memiliki peningkatan sebesar 12,40%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kelompok 2 memiliki prosentase peningkatan kecepatan tendangan sabit
yang lebih baik dari kelompok 1.
C. Pengujian Hipotesis
1. Ada Perbedaan Pengaruh antara Latihan Kombinasi Sprint-Teknik danLatihan Kombinasi Zig–Zag-Teknik terhadap Kecepatan TendanganSabit
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada tes akhir
antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh thitung sebesar 2.242, sedangkan
ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2.228, berdasarkan hasil tersebut daat
disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara tes kelompok 1
dan kelompok 2. Perbedaan hasil tersebut karena kedua metode latihan tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda. Latihan Kombinasi Sprint-Teknik adalah
bentuk latihan yang dilakukan denagn cara melakukan sprint ke depan kemudian
melakukan tendangan pada punch box, kemudian mundur sprint ke belakang
berputar arah dan mundur lagi dengan sprint kemudian berbalik arah dan
melakukan tendangan, kemudian yang terakhir sprint menuju finish yang telah
ditentukan. Latihan Kombinasi Sprint-teknik mengembangkan unsur-unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kecepatan yang dipadukan dengan teknik. Dengan demikian latihan ini dapat
meningkatkan kemampuan tendangan pada pesilat.
Sedangkan latihan kombinasi zig–zag-teknik adalah bentuk latihan yang
dilakukan dengan cara melakukan lari zig-zag ke kanan dan ke kiri melewati
kotak atau kun yang disediakan kemudian melakukan tendangan pada punch box,
setelah itu melakukan sprint mundur setelah sampai pada jarak yang ditentukan
berbalik arah dan melakukan sprint mundur lagi, kemudian melakukan tendangan
lagi pada punch box sebanyak 2-4 kali, berbalik badan dan sprint ke depan
melewati finish yang ditentukan. Latihan kombinasi zig–zag-teknik akan
mengembangkan unsur kelincahan yang dipadukan dengan kecepatan dan teknik,
karena selain melakukan gerakan kelincahan (zig-zag), pesilat juga dituntut untuk
melakukan sprint, baik mundur maupun ke arah depan serta melakukan teknik
tendangan. Sehingga pada latihan kombinasi zig-zag-teknik otot yang bekerja
lebih kompleks.
2. Latihan Kombinasi Zig–zag-Teknik Lebih Baik Pengaruhnya daripada Latihan Kombinasi Sprint-Teknik terhadap Kecepatan Tendangan Sabit.
Berdasarkan hasil perhitungan persentase peningkatan kecepatan
tendangan sabit pada pencak silat diketahui bahwa kelompok 1 memiliki nilai
persentase peningkatan sebesar 3,67%. Sedangkan kelompok 2 memiliki
persentase peningkatan kecepatan tendangan sabit sebesar 12,40%. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki persentase
peningkatan kecepatan tendangan sabit yang lebih besar daripada kelompok 1.
Hal ini menunjukkan bahwa Latihan Kombinasi Zig-zag-Teknik lebih baik
pengaruhnya terhadap peningkatan kecepatan tendangan sabit pada pesilat.
Walaupun kedua latihan ini sama-sama mengembangkan unsur kecepatan dan
teknik yang akan menimbulkan peningkatan kemampuan kualitas kerja otot
tungkai namun pada Latihan Kombinasi Zig–zag-Teknik mempunyai gerakan
yang lebih kompleks, yang ditunjukkan melalui gerakan zig-zag. Selain kecepatan
dan teknik pada latihan Kombinasi Zig–zag-teknik juga merangsang unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kelincahan yang akan membantu meningkatkan kualitas tendangan yang akan
ditimbulkan. Dari sisi anatomis, pada gerakan zig-zag bukan hanya otot tungkai
saja yang terlatih, melainkan juga otot-otot pada bagian pinggul. Mengingat
latihan ini ditujukan untuk melatih kemampuan tendangan sabit, maka pelatihan
pada otot pinggul akan membantu meningkatkan agility pada pesilat. Melalui
kompleksitas yang baik pada latihan Kombinasi Zig–zag-teknik akan memberi
pembebanan latihan yang akan menimbulkan rangsang yang baik pada otot-otot
yang mendukung terhadap gerakan tendangan sabit, mengingat kecepatan dan
kelincahan pada pencak silat saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Dengan
demikian latihan Kombinasi Zig–zag-teknik lebih baik pengaruhnya daripada
latihan kombinasi Sprint-teknik terhadap peningkatan kemampuan tendangan
pada pesilat.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test
antara kelompok 1 dan kelompok 2 pada tabel 7, diperoleh nilai sebesar 0.322 dan
ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan n=10 sebesar 2.228. Karena thitung>ttabel
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima. Hal ini artinya antara
kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap kecepatan tendangan sabit pesilat.
Sedangkan berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik
t-test antara kelompok 1 dan kelompok 2 paa tabel 8, diperoleh nilai sebesar 2.242
dan ttabel dengan taraf signifikan 5% dan n=10 sebesar 2.228. Karena thitung > ttabel
maka dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 dan kelompok 2 setelah diberi
perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pada
kedua kelompok terdapat perubahan kemampun setelah diberi perlakuan. Selain
itu perubahan yang bersifat fisiologis juga akan mempengaruhi penampilan pesilat
dalam melakukan tendangan sabit. Hal ini dapat disimpulkan bahwa latihan
kombinasi sprint-teknik dan zig-zag-teknik memiliki sumbangan yang berarti
dalam meningkatkan kecepatan tendangan sabit pesilat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Merujuk pada tabel 9, hasil perhitungan persentase peningkatan,
diketahui bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan sebesar 3.67%. Sedangkan
kelompok 2 memiliki peningkatan sebesar 14,40%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki persentase peningkatan kecepatan
tendangan sabit yang lebih baik dari kelompok 1. Hal ini menunjukkan bahwa
Latihan Kombinasi Zig-zag-Teknik lebih baik pengaruhnya dalam meningkatkan
kecepatan tendangan sabit pada pesilat.
Pembahasan hasil analisis data diatas menunjukkan bahwa hipotesis
terbukti, hal ini tentunya tidak terlepas dari hasil latihan yang sudah dilakukan.
Menurut Edwin (1997: 30) latihan anaerobik lebih nyata pengaruhnya pada
serabut otot cepat. Sehingga kedua latihan ini secara tidak langsung juga akan
membantu meningkatkan kualitas kecepatan tendangan sabit pesilat. Namun pada
Latihan Kombinasi Zig–zag-Teknik gerakan yang dilakukan lebih kompleks, yang
ditunjukkan melalui gerakan zig-zag. Selain kecepatan dan teknik pada latihan
Kombinasi Zig–zag-teknik juga merangsang unsur kelincahan. Menurut Davis
(1986:43) kelincahan terbentuk dari kelentukan dan kecepatan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa latihan kombinasi Zig-zag-Teknik selain memiliki pengaruh
dan peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan latihan kombinasi Sprint-
Teknik, latihan ini juga mengandung unsur kecepatan yang diperlukan dalam
melakukan tendangan sabit.
Dari sisi anatomis, pada gerakan zig-zag bukan hanya kelompok otot
tungkai saja yang terlatih, melainkan juga otot-otot pada bagian pinggul (m.
Iliopsoas, tensor fascia latae, m. Gluteus maximus dan medius). Mengingat
latihan ini ditujukan untuk melatih kecepatan tendangan sabit, maka latihan pada
otot pinggul akan sangat membantu meningkatkan kemampuan kerja otot-ototnya,
sehingga membantu meningkatkan agility pesilat. Karena latihan ini
menggunakan sistem energi anaerobik submaksimal (waktu yang pendek 8-10
detik, intensitas tinggi) maka akan menimbulkan perubahan sistem fisiologis
tubuh berupa tekanan darah, sistem kardiovaskuler, yang akan berdampak pada
sistem persyarafan otak sehingga akan membantu mempercepat otomatisasi gerak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
sehingga kualitas kecepatan tendangan sabit pesilat juga akan meningkat. Menurut
Edwin (1997: 32-34) perubahan saat latihan submaksimal, antara lain: (1)
pemakaian glikogen menurun dan pemakaian lemak meningkat, (2) penurunan
kecepatan akumulasi asam laktat atau ambang anaerobik meningkat, (3)
peningkatan stroke volume, (4) penurunan frekuensi denyut jantung, (5)
perubahan aliran darah ke otot.
Melalui kompleksitas yang baik pada latihan Kombinasi Zig–zag-teknik
akan memberi pembebanan latihan yang akan menimbulkan rangsang yang baik
pada otot-otot yang mendukung terhadap gerakan tendangan sabit, mengingat
kecepatan dan kelincahan pada pencak silat saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan. Dengan demikian latihan Kombinasi Zig–zag-teknik lebih baik
pengaruhnya daripada latihan kombinasi Sprint-teknik dalam meningkatkan
kecepatan tendangan pada pesilat, dan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan
setelah penelitian ini dapat disimpulkan berasal dari program latihan dan
perlakuan yang sudah dilaksanakan oleh subjek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan ternyata hipotesis
yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh simpulan sebagai
berikut:
1. Ada Perbedaan Pengaruh antara Latihan Kombinasi Sprint-Teknik dan Latihan
Kombinasi Zig-Zag Teknik terhadap Kecepatan Tendangan Sabit pada Pesilat
Putra JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012. (thitung
2.240 > ttabel 2.228).
2. Latihan Kombinasi Zig-zag-Teknik Lebih Baik pengaruhnya terhadap
peningkatan kecepatan tendangan sabit daripada latihan kombinasi sprint-
teknik pada pesilat putra JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
Tahun 2012. Kelompok 1 (kelompok yang diberi perlakuan latihan kombinasi
sprint-teknik) memiliki peningkatan 3,67% lebih kecil daripada kelompok 2
(kelompok yang diberi perlakuan latihan kombinasi zig-zag teknik) yaitu
14,40%.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, latihan kombinasi Zig-
zag-Teknik memiliki peningkatan yang lebih baik terhadap kecepatan tendangan
sabit. Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini adalah setiap metode latihan
memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan kecepatan tendangan sabit.
Oleh karena itu, di dalam memberikan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan
kecepatan tendangan sabit harus menggunakan latihan yang tepat. Hasil penelitian
ini juga dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih metode latihan yang tepat,
khususnya untuk meningkatkan kecepatan tendangan sabit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang
telah ditimbulkan, maka kepada para pelatih pesilat Pembinaan Prestasi Pencak
Silat JPOK UNS Surakarta disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kecepatan tendangan sabit, perlu diterapkan metode
latihan yang tepat, sehingga akan diperoleh hasil latihan yang optimal.
2. Untuk meningkatkan kecepatan tendangan sabit, pelatih atau pesilat dapat
menerapkan metode Latihan Kombinasi Sprint-Teknik dan Latihan
Kombinasi Zig-zag-Teknik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Y. & Syaifuddin, A. (1996). Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pendidikan Akademik
Davis, D., Kimmet, T., Auty, M. (1986). Phisical education: theory and practice. Hongkong: Graphicraft Typesetter Ltd.
Edwin. (1997). Pengaruh Latihan Step-Up Irama Sedang dan Irama Cepat terhadap tekanan Darah serta Elektrokardiogram. Tesis tidak Dipublikasikan, Universitas Airlangga, Surabaya.
Hariono, A. (2007). Melatih Kecepatan Pencak Silat Kategori Tanding : FIK UNY
Hatmisari, D. & Pasurney, P. (2007). Pelatihan Pelatih Fisik Level 1. Jakarta : Kemenpora RI
Harsono. (1988). Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta : Depdikbud Dirjendikti.
Hariono, A. (2006). Metode Melatih Fisik Pencak Silat. Yogyakarta : FIK UNY
Ismaryati. (2009). Tes & Pengukuran Dalam Olahraga. Surakarta: UNS Press
Lutan, R. dkk. (1992). Manusia dan Olahraga. Bandung : IKIP FPOK Bandung
Lubis, J.( 2005). Panduan Praktis Pencak Silat. Jakarta: Rajawali
Munas XII IPSI. (2007). Peraturan Pertandingan Pencak Silat IPSI. Jakarta : PB. IPSI.
Noer, A.H. (1996). Ilmu Kepelatihan Lanjut. Surakarta : UNS pers
Nugroho, H. (2011). Analisis Kebutuhan Fisik, Teknik, dan Mental Cabor Pencak Silat. Surakarta
Pyke, F.S. (1991). Better Coaching. Australia Coaching Council Incorporated
Suhendro, A. (1990). Dasar-dasar Kepelatihan. Jakarta : Universitas terbuka.
Sajoto, M. (1995). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang : Dahara
Subekti, N,. (2011). Pengaruh Latihan Plyometric Hurdle Hopping Dan Side Double Front Jump Combination terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai pada Pesilat Putra UKM Tapak Suci Universitas Sebelas Maret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Surakarta Tahun 2011. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Soekarman, R. (1991). Energi dan Sistem Energi Predominan pada Olahraga. Jakarta: KONI Pusat
Suharno, H.P. (1993). Metodologi penelitian. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Sumosardjuno, S. (1994). Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta : PT. Gramedia
Sukadiyanto.(2002). Pengantar Teori Dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK UNY
Tudor, O. B. (1994). Power Training For Sport. Antario : coaching asssocation of Canada.
Thomas, J.R. & M. Nelson J.K. , (2005). Research Methods in Physical Activity. United States : Human Kinetics