perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengaruh model .../pengaruh... · matematika dan ilmu...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL)
TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH
DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 14 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
SISWANTO
K4308054
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Siswanto
NIM : K4308054
Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Biologi
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGARUH MODEL PROBLEM
BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN
MASALAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS
VII SMP NEGERI 14 SURAKARTA” ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta , 9 Juli 2011
Yang membuat pernyataan
Siswanto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH
DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 14 SURAKARTA
Oleh:
SISWANTO
K4308054
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 25 Juni 2012
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Maridi, M. Pd Drs. Marjono, M. Si
NIP. 195007241976031002 NIP.195301301986031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Senin
Tanggal : 9 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Bowo Sugiharto, S. Pd, M. Pd ......................
Sekretaris : Harlita, S.Si, M. Si ......................
Anggota I : Dr. Maridi, M. Pd ......................
Anggota II : Drs. Marjono, M. Si ......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
a. n. Dekan,
Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si
NIP. 196604151991031002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Siswanto. K4308054. PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL terhadap kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar kognitif biologi siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta. Model PBL merupakan model pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis atau sebagai pijakan dalam pembelajaran, dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Dengan adanya masalah siswa merasa tertantang untuk menemukan/mencari solusi suatu masalah dari dunia nyata yang dapat di selesaikan secara berkelompok ( kerja sama). Adanya kerjasama akan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran guna meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar kognitif. Penelitian ini merupakan Quasi Eksperimen atau eksperimen semu dengan menggunakan desain penelitian pretest-postest Control Group. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta dengan teknik sampling menggunakan cluster random sampling. Teknik pengumpulan data aspek kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar kognitif menggunakan tes yang dianalisis menggunakan uji statistik anakova. Hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: (1) Tidak ada pengaruh secara signifikan penerapan model PBL terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif di SMP Negeri 14 Surakarta, (2) Ada pengaruh secara signifikan penerapan model PBL terhadap kemampuan memecahkan masalah biologi di SMP Negeri 14 Surakarta. Kata Kunci : Model Problem Based Learning (PBL) , Kemampuan Memecahkan
Masalah, Hasil Belajar Kognitif Biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT Siswanto. K4308054. EFFECT OF MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TO SOLVE THE PROBLEM AND THE ABILITY OF STUDENT LEARNING COGNITIVE BIOLOGY CLASS VII SMP SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Biology Education Department of Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, July 2012. This research aims to determine the effect of PBL learning model of problem-solving skills and cognitive learning outcomes biology class VII students of Junior High School 14 Surakarta. PBL model is a model of learning by forcing students to practical problems or as a foothold in learning, in other words, students learn through the problems. Given the problems the students are challenged to find / search for a solution of real world problems can be resolved as a group (in collaboration). The cooperation will enable students in learning to improve problem-solving skills and cognitive learning outcomes. This research is a Quasi Experimental research design using a pretest-postest Control Group. Population is all students in grade VII Junior High School 14 Surakarta with cluster random sampling technique using sampling. Aspects of data collection techniques and problem-solving skills using the cognitive learning outcomes tests are analyzed using statistical tests anacova. The results of the study concluded as follows: (1) no significant effect on the results of application of the PBL model of the cognitive learning biology in Junior High School 14 Surakarta, (2) there is a significant influence on the implementation of PBL model of problem solving skills in Junior High School 14 Surakarta. Keywords: Model of Problem Based Learning (PBL), Problem Solving Ability,
Cognitive Sciences Learning Outcomes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“Ilmu akan lebih baik daripada harta. Ilmu dapat menjaga pemiliknya, sedangkan
harta memerlukan penjagaan dari pemiliknya. Harta akan habis dibelanjakan,
sedangkan ilmu bertambah jika diberikan pada orang lain”
( Ali Bin Abu Tholib)
“ Dreams, Believe, and make it happens “
( Agnes Monica )
“Saya tidak mau seperti lilin walaupun cahayanya menerangi orang lain tetapi dia
merusak dirinya sendiri. Tetapi saya ingin seperti padi yang kian berisi kian
merunduk“
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya ini untuk:
Ibunda dan Ayahanda tersayang, terima kasih atas do’a, cinta, kasih
sayang, semangat, dukungan, pengorbanan, dan harapan yang selalu
tercurah untukku.
Semua keluargaku yang selalu mendukungku
Dr. Maridi, M. Pd dan Drs. Marjono, M.Si atas bimbinganya
Harlita, S. Si, M. Si atas nasehat dan bimbinganya
Rezky Rosalinda yang senantiasa memberi semangat dan dukunganya
Teman-teman pendidikan biologi 2008
Semua temanku yang selalu membantu dan mendukungku
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu,
inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul ” PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14
SURAKARTA”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar
sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Maridi, M. Pd, selaku pembimbing I yang selalu memberikan motivasi
dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
5. Drs. Marjono, M. Si, selaku pembimbing II yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penelitian.
6. Harlita, S.Si, M.Si, selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan
nasehat dan dukunganya.
7. Kepala SMP Negeri 14 Surakarta, yang telah memberi ijin guna pengambilan
data dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Bapak dan Ibu Guru mata pelajaran biologi SMP Negeri 14 Surakarta, yang
telah memberi bimbingan dan bantuan selama penelitian.
9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Tidak ada yang dapat penulis berikan selain doa semoga amal kebaikan
Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan yang sempurna dari Allah. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena penulis yakin
tidak ada kesempurnaan itu hanya milik Allah. Oleh karena itu saran dan kritik
sangat kami harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.
Surakarta, 9 Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................
HALAMAN PENGAJUAN.............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ABSTRAK........................................................................................................
HALAMAN MOTTO.......................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................
B. Identifikasi Masalah............................................................................
C. Pembatasan Masalah............................................................................
D. Perumusan Masalah.............................................................................
E. Tujuan Penelitian.................................................................................
F. Manfaat Penelitian...............................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka..................................................................................
1. Kemampuan Memecahkan Masalah...........................................
2. Hasil Belajar................................................................................
3. Model PBL.................................................................................
4. Hasil Penelitian Relevan.............................................................
B. Kerangka Berpikir..............................................................................
C. Hipotesis ............................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
x
xii
xiv
xv
xvi
1
3
3
3
4
4
6
6
8
10
17
18
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel.........................................
C. Teknik Pengumpulan Data..................................................................
D. Rancangan Penelitian..........................................................................
E. Teknik Analisis Data...........................................................................
F. Prosedur Penelitian..............................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data..................................................................................
B. Uji Prasyarat Analisis Data...............................................................
C. Uji Hipotesis....................................................................................
D. Pembahasan Hasil Analisis Data.....................................................
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan..........................................................................................
B. Implikasi..........................................................................................
C. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
21
21
22
29
31
35
37
41
42
43
50
50
50
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah.......... 14
Tabel 2. Rangkuman Uji Validitas Hasil Uji Coba................................... 25
Tabel 3. Rangkuman Uji Reliabilitas Hasil Uji Coba Siswa..................... 26
Tabel 4. Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Uji Coba....................... 27
Tabel 5. Rangkuman Uji Daya Beda Hasil Uji Coba Siswa...................... 28
Tabel 6. Rancangan Penelitian Randomized Pretest-Posttest
Control Group Design................................................................. 29
Tabel 7. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampauan
Awal (keseimbangan)................................................................... 33
Tabel 8. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan
Awal............................................................................................. 33
Tabel 9. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampauan
Awal............................................................................................. 34
Tabel 10. Prosedur Penelitian...................................................................... 35
Tabel 11. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif......................................... 37
Tabel 12. Perbandingan Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif antara
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen........................... 38
Tabel 13. Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah pada Pembelajaran
Biologi.......................................................................................... 39
Tabel 14. Perbandingan Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah Biologi
antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen............... 40
Tabel 15. Uji Normalitas Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan
Memecahkan Masalah Berdasarkan Model Pembelajaran.......... 41
Tabel 16. Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan
Memecahkan Masalah Berdasarkan Model Pembelajaran.......... 41
Tabel 17. Rangkuman Anakova Hasil Belajar Kognitif Biologi Berdasarkan
Model Pembelajaran...................................................................... 42
Tabel 18. Rangkuman Anakova Kemampuan Memecahkan Masalah
Berdasarkan Model Pembelajaran................................................ 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir................................................................ 19
Gambar 2. Waktu Penelitian................................................................. 21
Gambar 3. Skema Paradigma Penelitian............................................... 30
Gambar 4. Histogram Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif................ 37
Gambar 5. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Biologi Kelas
Kontrol dan Eksperimen...................................................... 38
Gambar 6. Histogram Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah
Biologi................................................................................... 39
Gambar 7. Grafik Perbandingan Hasil Kemampuan Memecahkan
Masalah Kelas Kontrol dan Eksperimen............................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian......................................................... 55
Lampiran 2. Analisis Instrumen............................................................ 131
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian......................................................... 142
Lampiran 4. Uji Prasyarat...................................................................... 149
Lampiran 5. Uji Hipotesis..................................................................... 156
Lampiran 6. Dokumentasi..................................................................... 164
Lampiran 7. Perijinan............................................................................. 169
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam hal mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari
bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber Daya
Manusia yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud bukan bersifat informal
melainkan bersifat formal meliputi proses belajar mengajar yang melibatkan guru
dan siswa.
Kualitas pendidikan yang bagus akan membawa siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik. Dalam kegiatan belajar mengajar,
siswa adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Sehingga
inti dari proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam
mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran akan tercapai jika siswa
berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan siswa tidak hanya dituntut
dari segi fisik tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik siswa yang aktif
tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan
pembelajaran tidak tercapai.
Berdasarkan pengamatan serta wawancara dengan guru-guru bidang studi
biologi menunjukkan bahwa nilai rata-rata bidang studi biologi masih rendah
dibanding nilai bidang studi yang lain. Hal ini mungkin disebabkan dalam
mempelajari biologi siswa kurang menguasai konsep. Keberhasilan belajar
ditentukan dari pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Siswa dituntut aktif
dan mandiri. Proses belajar mengajar yang masih berpusat pada guru
menyebabkan siswa kurang optimal dalam belajar. Siswa pasif menerima
informasi dari guru, guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan gagasan dan ide-idenya. Siswa hanya menghafalkan materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 diberikan oleh guru. Guru menekankan penerapan suatu konsep, sedangkan
pengenalan konsep dan pengembangan konsep kurang ditekankan.
Guru merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan berhasil
atau tidaknya siswa dalam belajar biologi. Peran guru dalam pendidikan tidak
terlepas dari kemampuan guru dalam menyampaikan materi pada siswa. Dalam
proses pembelajaran guru perlu meningkatkan kemampuan mengajar guna
menjadi guru profesional. Kemampuan guru sebagai salah satu usaha
meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
yang tepat dengan tetap memperhatikan antara lain materi, waktu dan jumlah
siswa di kelas. Guru dalam kemampuan mengajar diharapkan dapat
menyampaikan materi yang dapat membangkitkan keaktifan siswa dan mudah
diterima oleh siswa.
Kemampuan pemecahan masalah perlu dilatih agar siswa menjadi
terampil dalam memecahkan setiap masalah, baik untuk keperluan jangka
pendek yang terkait langsung dengan bagaimana siswa belajar biologi maupun
untuk jangka panjang sebagai bekal untuk kehidupannya di masyarakat. Guru
diharapkan berusaha memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk
belajar melalui pemecahan masalah. Melalui pembelajaran yang dirancang
dengan baik diharapkan kemampuan tersebut dapat dengan cepat dan lebih
mudah dikuasai siswa, sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
diberikan dengan baik dan menguasai konsep.
Model-model pembelajaran hendaknya relevan dan mendukung
tercapainya tujuan pengajaran. Adapun tujuan pengajaran adalah supaya siswa
dapat berfikir aktif dan diberi kesempatan untuk mencoba kemampuan di dalam
berbagai kegiatan. Salah satu pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah
pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran
dengan model Problem Based Learning (PBL) adalah pendekatan pengajaran
yang memberikan tantangan bagi siswa untuk mencari solusi dari permasalahan
dunia nyata ( terbuka) secara induvidu maupun kelompok. Pembelajaran dengan
model Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada prinsip bahwa masalah
dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan ilmu baru. Masalah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 disajikan dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa
dalam memahami konsep yang diberikan.
Problem Based Learning (PBL) membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan intelektual dan memberi
kesempatan pada siswa untuk bertanggung jawab pada proses pembelajaran
mandiri sekaligus mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah.
Salah satu ciri khas dari Problem Based Learning (PBL) menurut Trianto (2007)
adalah adanya kerja sama antar siswa. Kerjasama akan mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut di depan, maka dilakukan penelitian
dengan judul sebagai berikut” Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Hasil
Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di depan dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Kurangnya pemahaman siswa dalam belajar Biologi.
2. Model yang digunakan guru kurang bervariasi dan bersifat monoton,
sehingga siswa akan mengalami kejenuhan.
3. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran biologi kurang.
4. Kemampuan memecahkan masalah dalam mata pelajaran biologi kurang.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat terarah dan dipahami maka perlu dibatasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII semester II SMP
Negeri I4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
2. Objek Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4 a. Pendekatan pembelajaran meliputi: Pendekatan pembelajaran konvensional
dengan ceramah bervariasi pada kelas kontrol dan penerapan model Problem
Based Learning (PBL) pada kelas eksperimen.
b. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil Belajar Kognitif pada materi
“Ekosistem” semester II kelas VII SMP Negeri I4 Surakarta tahun pelajaran
2011/2012.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan
di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada
pembelajaran Biologi di SMP Negeri 14 Surakarta terhadap kemampuan
memecahkan masalah?
2. Apakah ada pengaruh penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada
pembelajaran Biologi di SMP Negeri 14 Surakarta terhadap hasil belajar
kognitif siswa?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kognitif siswa melalui pembelajaran
dengan model Problem Based Learning (PBL) dan model Konvensional?
4. Apakah terdapat perbedaan Kemampuan Memecahkan Masalah siswa melalui
pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) dan model
Konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terhadap kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar
kognitif siswa di SMP Negeri 14 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5 a. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar kognitif
siswa dalam pembelajaran biologi.
b. Memberikan suasana belajar yang lebih kondusif dan variatif sehingga
pembelajaran tidak monoton
c. Mengajarkan siswa untuk berkerja sama dalam kelompok-kelompok,
memecahkan masalah bersama, berpendapat dan bertanggung jawab.
2. Bagi Guru
a. Menambah wawasan tentang model pembelajaran yang efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran biologi
khususnya terkait dengan hasil belajar kognitif siswa dan kemampuan
memecahkan masalah.
3. Bagi Institusi
Memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan suatu
proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah dan hasil belajar kognitif siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta
sehingga meningkatkan sumber daya pendidikan untuk menghasilkan output yang
berkualitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kemampuan Memecahkan Masalah
a. Definisi Pemecahan Masalah
Masalah (problem) adalah suatu situasi yang tak jelas jalan
pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban. Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang
harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara
kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan
dengan hasil yang maksimal. Kemampuan untuk melakukan pemecahan
masalah merupakan kemampuan memperoleh cara untuk dapat
menyelesaikan suatu masalah yang memerlukan pemikiran, yang bukan
hanya sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, tetapi memerlukan
pemakaian aktivitas intelektual. Pemecahan masalah didefinisikan sebagai
suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian yang terjadi
antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Siswa menemukan
suatu kombinasi dari pengetahuan yang berupa aturan-aturan yang sudah
diketahui sebelumnya dan merencanakan penerapan dari aturan-aturan ini
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Natawidjaja, 2010).
Pada dasarnya pemecahan masalah merupakan suatu proses bagi
siswa menemukan panduan aturan yang sebelumnya telah dipelajari,
kemudian diterapkan untuk memperoleh pemecahan masalah pada situasi
yang baru. Dalam proses pembelajaran, masalah-masalah yang sering
dihadapi siswa berupa soal-soal atau tugas dalam kehidupan sehari-
hari/nyata, sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi
pelajaran.
b. Tahap Memecahkan Masalah
Menurut Ruseffendi (2005), dalam memecahkan masalah biologi
biasanya ada 5 langkah yang harus dilakukan, yaitu : 1) Menyajikan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dalam bentuk yang lebih jelas (nyata); 2) Mengidentifikasi masalah (mencari
akar permasalahan); 3) Menyusun alternatif pemecahan masalah dan
prosedur kerja yang diperkirakan baik untuk dipergunakan dalam
memecahkan masalah itu; 4) Melaksanakan pilihan terbaik dari alternatif
pemecahan masalah; 5) Memeriksa kembali apakah hasil yang diperoleh itu
benar.
Kemampuan pemecahan masalah harus ditunjang oleh
kemampuan penalaran, yakni mengamati, bertanya, berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan lingkungan (Hamalik, 2007). Masalah yang disajikan
kepada siswa harus sesuai dengan tingkat perkembangannya. Anak-anak
belum mempunyai konsep-konsep yang banyak. Hal ini berbeda dengan
orang yang sudah dewasa. Masalah-masalah yang disajikan sesuai
dengan perkembangan anak merupakan bantuan untuk mengembangkan
kepercayaan terhadap diri-sendiri (Hamalik, 2007). Untuk mendukung
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, pemilihan materi juga
perlu diperhatikan di antaranya : 1) Bahan yang dipilih berupa masalah yang
bersifat kontroversial (perdebatan); 2) Bahan yang dipilih bersifat umum,
sehingga tidak terlalu asing bagi siswa dan memudahkan siswa dalam
menghadapi masalah; 3) Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan
pokok bahasan; 4) Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang
mengarah pada tujuan yang dikehendaki; 5) Bahan tersebut menjamin
kesinambungan pengalaman belajar siswa (Gulo, 2002).
Rintangan-rintangan terhadap pemecahan masalah cenderung
menghambat perkembangan kemampuan memecahkan masalah secara
optimal, antara lain : 1) Rote learning (menghafal). Belajar dengan
menghafal tidak mendorong pengembangan kemampuan berpikir siswa
karena siswa biasanya hanya mempelajari fakta-fakta secara terpisah dan
tidak dihubungkan dengan fakta-fakta lain atau dengan inti masalah,
sehingga membuat siswa mudah lupa terhadap materi pelajaran; 2) Topik
yang dibahas di kelas berupa masalah yang terdapat dalam khayalan atau
perumpamaan bukan masalah nyata (kehidupan sehari-hari). Seharusnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
ditekankan pada masalah nyata yang dihadapi siswa, sehingga siswa
menjadi lebih ingat dan paham karena masalah yang dibahas ada dalam
kehidupan sehari-hari. Model mengajar harus ditekankan pada model-
model pemecahan masalah, bukan mencari jawaban yang ada dalam
buku; 3) Guru mempunyai kebiasaan ingin menjawab semua pertanyaan
siswa (teacher’s complex). Kalau tidak menjawab pertanyaan dari para siswa,
guru takut kalau-kalau siswa akan menganggap guru bodoh dan memandang
rendah kepadanya; 4) Masalah-masalah yang tidak sesuai dengan tingkat
pengalaman siswa tidak mendorong untuk berpikir. Seharusnya guru
mencari masalah-masalah yang sesuai dengan tingkat pengalaman mereka
(Hamalik, 2007).
2. Hasil belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar menunjukan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari
atau disengaja. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam
melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun
aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada diri
(Aunurrahman, 2009).
Aunurrahman (2009) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai belajar apabila memiliki
beberapa ciri umum dari belajar (Aunurrahman, 2009) yaitu belajar
menunjukkan suatu aktivitas pada seseorang secara sadar atau disengaja
sehingga mampu meningkatkan intensitas keaktifan jasmani dan rohani
semakin tinggi, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya,
belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang menyangkut
perubahan dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9 b. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan
usaha untuk mendapat ilmu pengetahuan. Hasil belajar akan menghasilkan
suatu perubahan tingkah laku (Sudjana, 2010).
Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku ini tidak semuanya merupakan hasil belajar tetapi umumnya hasil
belajar disertai dengan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku
tersebut dapat menyangkut perubahan dalam ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik (Aunurrahman, 2009).
Keberhasilan belajar tergantung pada lingkungan atau kondisi belajar
dan pengetahuan awal siswa (Rustaman, 2005). Pengetahuan awal yang
dimiliki siswa merupakan langkah awal dalam pembentukan pengetahuan yang
baru sehingga dapat diketahui terjadi miskonsepsi atau tidak. Kriteria
keberhasilan belajar siswa dalam program pembelajaran dilihat dari
kompetensi dasar yang dimiliki oleh siswa. Keberhasilan belajar siswa tersebut
dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Evaluasi bertujuan
untuk meningkatkan kinerja dan tujuan, ini dapat dicapai jika ada tindak lanjut
dari kegiatan evaluasi. Evaluasi memberikan informasi tingkat pencapaian
belajar siswa, jika dianalisis lebih rinci dan diperoleh informasi tentang
kesulitan belajar siswa.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah segala faktor yang ada di dalam diri
siswa yang memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa
yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan
siswa. Faktor eksternal adalah segala faktor yang ada di luar diri siswa yang
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Faktor –
faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: guru,
lingkungan sosial (termasuk teman sebaya), kurikulum sekolah dan sarana
prasarana (Sumiati dan Asra, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10 d. Ranah dalam Hasil Belajar
Sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional yang menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah
afektif, kognitif, dan psikomotor (Sudjana, 2010).
Ranah kognitif berkenanaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni ingatan (remember), pemahaman (understand),
penerapan (apply), analisis (analyze), evaluasi (evaluate), dan cipta (create)
(Anderson, L. W dan Krathwohl, 2010). Kedua aspek pertama disebut kognitif
tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi
(Sudjana, 2010).
3. Model Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan model
pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan
praktis sebagai pijakan dalam pembelajaran atau dengan kata lain siswa
belajar melalui permasalahan-permasalahan. Model Pembelajaran Berbasis
Masalah merupakan salah satu pendekatan yang menantang siswa untuk mencari
solusi suatu masalah dari dunia nyata yang dapat diselesaikan secara
berkelompok. Problem Based Learning (PBL) mengarahkan siswa untuk belajar
mandiri sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan dapat
menganalisis masalah yang ada didunia nyata ( Setyorini, 2011).
Pembelajaran berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus
dengan respon, merupakan hubungan dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu
secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik (Trianto, 2007).
Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan
kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta dapat dijadikan
pedoman dan tujuan belajarnya. Proses pembelajaran Problem Based Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11 (PBL) menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau
menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan
sehari-hari. Problem Based Learning (PBL) sebagai model instruksional yang
menantang peserta didik untuk ”belajar bagaimana belajar” (Learn how to
learn). Bekerjasama dengan anggota kelompok untuk mencari solusi atas
masalah yang dihadapi. Masalah-masalah tersebut digunakan untuk
melahirkan rasa keingintahuan serta motivasi peserta didik untuk
mempelajari subjek tertentu. Cara belajar seperti ini menyiapkan peserta
didik berpikir kritis dan analisis, dan bagaimana mereka berlatih menemukan
dan menggunakan sumber-sumber belajar yang layak.
Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa dalam memahami konsep
dan prinsip dari suatu materi dimulai dari bekerja dan belajar terhadap
situasi atau masalah yang diberikan, melalui investigasi, inkuiri, dan
pemecahan masalah siswa membangun konsep atau prinsip dengan
kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan
yang sudah dipahami sebelumnya. Model pembelajaran berbasis masalah pada
proses pembelajaran salah satu karakteristiknya adalah masalah yang
dikemukakan terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan proses pembelajaran
yang menggunakan model konvensional yaitu masalah disajikan setelah
pemahaman konsep, prinsip, dan keterampilan. Model pembelajaran berbasis
masalah sebagai terjemahan dari Problem Based Learning, merupakan suatu
pembelajaran yang mempunyai perbedaan dengan pembelajaran pada
umumnya (konvensional) di lapangan. Untuk lebih jelasnya, pada bagian ini
akan diuraikan mengenai karakteristik PBL, tujuan PBL, langkah-langkah model
PBL, kelebihan dan kekurangan PBL serta manfaat PBL.
a. Karakteristik Problem Based Learning
Model pembelajaran berbasis masalah adalah rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang di
hadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari model ini yaitu: 1) Model
ini merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam pelaksanaanya
siswa melakukan sejumlah kegiatan yang dapat mendukung keberhasilan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
model PBL. Model pembelajaran berbasis masalah tidak berpusat pada guru
tetapi berpusat pada siswa. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan,
mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa aktif
berpikir, berkomunikasi, mencari, dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkan; 2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah bukan mencari jawaban yang ada di buku, sehingga siswa mencari
solusi dari masalah tersebut; 3) Pemecahan masalah dilakukan dengan
mengggunakan pendekatan berpikir ilmiah (Sanjaya, 2007).
Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu masalah nyata. Dalam proses pembelajaran, guru harus
mengerti karakteristik suatu model pembelajaran agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik. Tan (2003) merangkum karakteristik yang tercakup
dalam proses Problem Based Learning yaitu : 1) Masalah digunakan sebagai
awal pembelajaran; 2) Biasanya masalah yang digunakan merupakan
masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang; 3) Masalah
biasanya menuntut perspektif majemuk (mutiple perspective). Solusinya
menuntut pebelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari bidang ilmu
lainnya; 4) Masalah membuat pebelajar merasa tertantang untuk
mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru; 5) Sangat
mengutamakan belajar mandiri (self directed learning); 6) Memanfaatkan
sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja.
Pencarian, evaluasi, serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci
penting; 7) Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Pebelajar
bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching),
dan melakukan presentasi.
Ciri-ciri khusus pengajaran berbasis masalah menurut Trianto (2007)
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pengajuan pertanyaan terhadap situasi atau masalah merupakan
hal penting baik secara sosial (kelompok) maupun secara pribadi (individu)
untuk siswa, karena masalah yang diajukan merupakan situasi dunia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
nyata yang memungkinkan adanya berbagai macam solusi.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Artinya masalah yang disajikan benar-benar nyata, agar dalam
pemecahannya dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang (meninjau
masalah itu dari banyak mata pelajaran).
3) Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalh
nyata. Penyelidikan autentik artinya siswa harus mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, membuat inferensi dan merumuskan
kesimpulan.
4) Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang
menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk
tersebut dapat berupa laporan atau model fisik tentang apa yang telah
mereka pelajari kemudian mendemontrasikan pada teman-temannya.
Produk tersebut dapat menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan.
5) Kolaborasi
Kerjasama secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Bekerjasama memberikan peluang pada siswa untuk berbagi ide dan
berdialog, mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Ciri-ciri khusus PBL berdasarkan penjelasan di atas yaitu pengajuan
pertanyaan terhadap situasi atau masalah, fokus pada keterkaitan antar disiplin,
penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan produk atau karya yang
harus dipamerkan.
Kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pengimplementasian
pembelajaran berbasis masalah, adalah: 1) Keterlibatan (engagement) meliputi
mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
bekerjasama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang
mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti hakekat
permasalahan sambil mengajukan dugaan dan rencana penyelesaian; 2) Inkuiri
dan investigasi (Inquiry and investigation) yang mencakup kegiatan
mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi; 3) Performansi (performance)
yaitu menyajikan temuan; 4) Tanya-jawab (debriefing) yaitu menguji
keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses pemecahan
masalah.
b. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Tujuan pembelajaran berbasis masalah yaitu membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah, belajar
berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam
pengalaman nyata, menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri. Nur (2011)
menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah (PBL) bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, dasar-dasar materi sesuai konteks,
keterampilan, penalaran ilmiah, berpikir kritis, keterampilan pengaturan diri,
belajar sepanjang hayat, dan sikap, kerjasama, keterampilan intelektual,
memiliki peran orang dewasa.
Nur (2011) mengidentifikasi hasil pembelajaran berdasarkan masalah
sebagai berikut: 1) Keterampilan-keterampilan pemecahan masalah; 2)
Keterampilan-keterampilan belajar yang diarahkan oleh diri sendiri; 3)
Kemampuan bekerja dalam tim (kerjasama); 4) Keterampilan-keterampilan
komunikasi; 5) Kemampuan menemukan dan menggunakan sumber daya
yang sesuai; 6) Memenuhi Kebutuhan diri sendiri dan memotivasi diri sendiri.
c. Langkah-langkah Model PBL ( Problem Based Learning)
Tahapan-tahapan model pembelajaran berbasis masalah menurut
Trianto (2007), yang mengemukakan secara garis besar model
pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama,
dimulai dari guru memperkenalkan pada siswa tentang situasi masalah
dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja. Kelima langkah dari
model PBL dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran berbasis masalah
Fase ke Indikator Tingkah Laku Guru
1. Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan , dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
d. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran berbasis masalah mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Akinoglu dan Tandogan (2007) menyatakan beberapa
kelebihan- kelebihan dan kelemahan dalam mengimplementasikan Problem
Based Learning. Kelebihan-kelebihan Problem Based Learning yaitu: 1)
mengubah dari guru sebagai pusat pembelajaran menjadi siswa sebagai
pusat pembelajaran; 2) mengembangkan pengendalian diri siswa; 3)
mengembangkan kemampuan siswa untuk melihat sesuatu secara
mulitidimensi dan pemahaman yang lebih dalam; 4) mengembangkan
keahlian siswa dalam memecahkan masalah; 5) mendorong siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mempelajari materi dan konsep yang baru ketika memecahkan masalah;
6) mengembangkan sikap sosial dan keahlian berkomunikasi siswa dalam
belajar dan bekerja dalam kelompok; 7) mengembangkan berpikir tingkat
tinggi dan keterampilan berpikir sains; 8) perpaduan antara teori dan
praktek; 9) memotivasi guru dan siswa; 10) meningkatkan kemampuan
siswa memanajemen waktu, lebih terfokus, mengumpulkan data,
menyiapkan laporan, dan mengevaluasi; 11) Problem Based Learning
merupakan pembelajaran yang sesuai dengan kehidupan nyata .
Kelemahan-kelemahan dalam mengimplementasikan Problem Based
Learning yaitu: 1) akan menyulitkan bagi guru untuk mengubah pola
mengajarnya; 2) membutuhkan lebih banyak waktu siswa untuk
memecahkan situasi-situasi baru ketika situasi-situasi ini pertama
diperkenalkan di dalam kelas; 3) kelompok atau individu menyelesaikan
perkerjaannya menjadi lebih cepat atau lebih lambat; 4) Problem Based
Learning memerlukan materi dan penelitian yang banyak; 5) Sulit
mengimplementasikan Problem Based Learning jika hanya belajar di
dalam kelas; 6) Sulit memberikan penilaian dalam pembelajaran (Akinoglu
dan Tandogan, 2007).
e. Manfaat Problem Based Learning (PBL)
Manfaat Problem Based Learning menurut Amir (2009) adalah
sebagai berikut:
1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar
Pembelajaran dengan menggunakan model PBL membuat siswa
menjadi lebih ingat dan paham, hal tersebut karena dalam pembelajaran
PBL lebih dekat dengan konteks praktiknya maka itu lebih ingat. Pemahaman
juga membutuhkan konteks yang dekat dan sekaligus melakukan deep
learning (karena banyak mengajukan pertanyaan menyelidik) bukan surface
learning (yang sekedar hafalan saja), maka siswa akan lebih memahami
materi.
2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
Problem Based Learning mencoba menutupi kesenjangan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
apa yang dipelajari di kelas dengan apa yang terjadi dunia praktik. Dengan
kemampuan pendidik membangun masalah yang dekat dengan konteks
praktik, siswa dapat “merasakan” lebih baik konteks operasinya di lapangan
dan siswa menjadi lebih siap dalam menghadapi situasi/masalah.
3) Mendorong untuk berpikir
Pembelajaran dengan model PBL tidak mendorong siswa untuk
mendengarkan penjelasan dari guru saja, tetapi mendorong siswa untuk
bertanya, kritis, reflektif, maka manfaat ini dapat berpeluang terjadi. Nalar
siswa dilatih, dan kemampuan berpikir ditingkatkan. Tidak sekedar tahu,
tapi juga dipikirkan.
4) Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial
Dalam pembelajaran PBL tugas dikerjakan dalam kelompok-
kelompok kecil, sehingga dapat mendorong terjadinya pengembangan
kerjasama/kecakapan kerja tim dan kecakapan sosial. Siswa diharapkan
memahami perannya dalam kelompok, menerima pendapat orang lain,
dapat memberikan pengertian bahkan untuk orang- orang yang barangkali
tidak mereka senangi.
5) Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills)
Guru harus membiasakan siswa untuk mampu belajar terus-
menerus. Keterampilan yang mereka butuhkan nanti akan terus
berkembang, apapun bidang pekerjaannya. Jadi mereka harus
mengembangkan bagaimana kemampuan untuk belajar (learn how to learn).
6) Memotivasi siswa
Problem Based Learning membuat guru mempunyai peluang untuk
membangkitkan minat dari dalam diri siswa, karena guru menciptakan
masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang,
mereka merasa bergairah untuk menyelesaikannya. Sebagian di antara
mereka akan ada yang justru merasa kebingungan dan menjadi kehilangan
minat. Peran pendidik menjadi sangat menentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Mahanal dan Zubaidah (2010) yang
berjudul Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dengan Strategi
Kooperatif STAD pada Mata Pelajaran Sains untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Siswa kelas V MI Jenderal Sudirman Malang menunjukan bahwa
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Jenderal Sudirman Malang.
Siswidyawati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Implikasi Model
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
VII-A SMP Negeri 1 Gesi tahun ajaran 2007/2008”, menyimpulkan bahwa:
Penggunaan Model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-A SMP
Negeri 1 Gesi TahunAjaran 2007/2008, dapat dilihat dari tercapainya target nilai
pada semua ranah. Pada ranah kognitif siklus I persentase rata-rata kelas 73,54%,
sedangkan pada siklus II menjadi 76,93%. Pada ranah afektif persentase rata-rata
kelas siklus I 76,93%, sedangkan pada siklus II menjadi 81,75%. Pada ranah
psikomotorik persentase rata-rata kelas siklus I 48,74%, sedangkan siklus II
menjadi 75%.
B. Kerangka Pemikiran
Belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah model
atau pendekatan yang digunakan oleh guru. Dengan penggunaan pendekatan yang
sesuai diharapkan siswa lebih aktif, kreatif dan bertanggung jawab dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga ketercapaian hasil belajar pada ranah kognitif, dan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah lebih baik. Model Problem Based
Learning (PBL) menekankan pada pembelajaran yang menggunakan kemampuan
siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah. Kemampuan dalam
menghadapi masalah pada siswa ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran
yang bermakna sehingga mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Kerangka berpikir dalam melaksanakan kegiatan penelitian secara
sederhana dapat digambarkan pada skema di bawah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambar 1. Kerangka berpikir
1. Siswa kurang aktif
2. Siswa kurang optimal
dalam belajar
3. Siswa merasa jenuh
Pembelajaran konvensional
berpusat pada guru, sehingga
guru tidak memberi
kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan gagasan dan
ide-idenya
Kemampuan
memecahkan masalah
dan hasil belajar kognitif
siswa kurang
Problem Based Learning (PBL)
dikembangkan untuk membantu
siswa dalam mengembangkan
kemampuan berpikir, pemecahan
masalah, mendorong siswa belajar
mandiri (Trianto, 2007)
Kemampuan memecahkan
masalah dan hasil belajar
kognitif siswa meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh penerapan model PBL terhadap hasil belajar kognitif biologi
siswa kelas VII SMP N 14 surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
2. Ada pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan memecahkan
masalah biologi siswa kelas VII SMP N 14 surakarta tahun pelajaran
2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di SMP Negeri I4 Surakarta kelas VII
semester II tahun pelajaran 2011/2012 yang beralamat di jalan Prof. WZ.
Yohanes 54 Kelurahan Purwodiningratan kec. Jebres, Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012 dan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap pengolahan data dan penyusunan laporan. Ketiga tahap
tersebut disusun pada Gambar 2.
Tahap Kegiatan penelitian
Bulan ke (dalam tahun 2011-2012) 08 09 10 11 12 01 02 03 04 05 06
Persiapan
1. Permohonan pembimbing,
2. Survei sekolah 3. Konsultasi
judul
4. Konsultasi draf proposal
5. Konsultasi instrument dan seminar proposal
Pelaksanaan
1. Ijin penelitian dan melengkapi instrumen
2. Try out instrumen penelitian
3. Pelaksanaan penelitian dan konsultasi bab I, II, dan III
Pengolahan data dan penyusunan laporan
Pengolahan data hasil penelitian dan penyusunan laporan
Gambar 2. Waktu Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester II
SMP Negeri I4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok
VII-E sebanyak 30 siswa sebagai kelompok kontrol menerapkan model
pembelajaran konvensional dan kelompok VII-G sebanyak 31 siswa sebagai
kelompok eksperimen menerapkan Model Problem Based Learning (PBL).
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
cluster random sampling. Cluster random sampling adalah pengambilan
sampel dimana sampel dipilih secara acak dalam kelompok-kelompok tertentu.
Pengambilan sampel dilakukan pengambilan secara random dari tujuh kelas
pada kelas VII di SMP N I4 Surakarta diambil dua kelas untuk dijadikan
sampel yaitu satu sebagai kelas eksperimen dan satu sebagai kelas kontol.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber objek pengamatan dan
sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat, yaitu:
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan dua variabel terikat,
yaitu:
a. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel perlakuan yaitu variabel yang
dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yaitu model PBL.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi
oleh variabel yang lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar kognitif biologi
siswa.
2. Model Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengambilan data yaitu:
a. Teknik Tes
Tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan,
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Teknik tes digunakan untuk mengambil data hasil belajar siswa ranah
kognitif yaitu penilaian pada tingkat pemahaman siswa terhadap materi.
Tes yang diberikan berbentuk tes objektif yaitu bentuk pilihan ganda.
Selain itu tes juga digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah. Tes yang diberikan berupa soal cerita.
b. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpukan data,
mengambil catatan-catatan dan menelaah dokumen yang ada yang dimiliki
kaitan dengan objek penelitian. Data yang dikumpulkan dengan teknik ini
adalah data nilai siswa semester ganjil kelas VII semester 1 tahun
pelajaran 2011/2012 mata pelajaran biologi yang digunakan untuk uji
keseimbangan.
c. Teknik pengamatan (observasi)
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian yang digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu dalam suatu proses kegiatan.
Observasi disini digunakan untuk mengetahui keterlaksanan sintaks model
Problem Based Learning (PBL) . Observasi dilakukan pada saat proses
kegiatan itu berlangsung.
3. Teknik Penyusunan Instrumen
a. Pengukuran Ranah Kognitif
Pengukuran ranah kognitif menggunakan teknik tes dengan langkah-
langkah penyusunan sebagai berikut:
1) Pemilihan materi berdasarkan kurikulum sesuai dengan Kompetensi Dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2) Penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran ranah kognitif
3) Pembuatan alat ukur sesuai indikator
4) Pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang diharapkan
5) Soal-soal yang disusun menyangkut soal-soal yang mencakup 6 jenjang
kemampuan yaitu C1 (mengingat), C2 (mengerti), C3 (memakai), C4
(menganalisis), C5 (menilai), C6 (mencipta).
6) Penyusunan item soal ranah kognitif
7) Pengujian kesahihan item dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas
8) Item diuji lagi dengan uji tingkat kesukaran item dan uji daya pembeda
item soal
b. Pengukuran kemampuan memecahkan masalah
Pengukuran kemampuan memecahkan masalah menggunakan teknik
tes dengan langkah-langkah penyusunan sebagai berikut:
1) Pemilihan materi berdasarkan kurikulum sesuai dengan Kompetensi Dasar
2) Penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran kemampuan memecahkan
masalah
3) Pembuatan alat ukur sesuai indikator
4) Pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang diharapkan
5) Soal-soal yang disusun menyangkut soal-soal yang mencakup 3 jenjang
kemampuan yaitu C4 (menganalisis), C5 (menilai), C6 (mencipta).
6) Penyusunan item soal kemampuan memecahkan masalah
(Arikunto, 2010)
4. Analisis Instrumen
Penilaian ranah kognitif menggunakan bentuk tes objektif. Instrumen
penilaian kemampuan memecahkan masalah menggunakan bentuk tes soal
uraian. Instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data harus
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kualitas soal. Pengujian
kelayakan instrumen dilakukan dengan beberapa statistik sebagai berikut:
a. Validitas
Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
meliputi validitas konstruk, isi, dan butir soal. Instrumen yang akan dibuat
terlebih dulu dibuat kisi-kisi yang selanjutnya dituangkan dalam instrumen
berupa tes. Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus
koefisien Product moment dari Karl Pearson menurut Arikunto (2010)
Rxy =
}}{{ 2222 yyNxxNyxxyN
Keterangan :
Rxy : koefisien korelasi antara x dan y
n : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i
Y : skor total (dari subyek try out)
Jika harga ruv < r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item
pertanyaan dikatakan tidak valid. Dan sebaliknya, jika ruv > r tabel maka
item petanyaan dinyatakan valid.
Uji validitas uji coba kognitif dan kemampuan memecahkan masalah
siswa secara lengkap disajikan pada Tabel 2 dan selengkapnya pada
Lampiran 2.
Tabel 2. Rangkuman Uji Validitas Hasil Uji Coba
Penilaian Jumlah Item Keputusan Uji Validitas
Valid Invalid
Kognitif 30 22 8
Kemampuan memecahkan
masalah
10 10 0
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji validitas
tes kognitif menunjukkan item yang valid sebanyak 22 soal sedang untuk
item yang tidak valid sebanyak 8 soal. Hasil uji kemampuan memecahkan
masalah menunjukan item yang valid sebanyak 10 soal. Item yang tidak
valid di revisi dan dibuang karena indikatornya sudah diwakili item lain.
b. Reliabilitas
Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan mempunyai
taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
tetap (Arikunto, 2010). Reliabilitas instrumen tes hasil belajar dan
kemampuan memecahkan masalah diukur menggunakan rumus Kuder
Richardson (KR-20) sebagai berikut:
2
2
11 1 SpqS
kkr
Keterangan:
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
k = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
p = Proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 – p)
Σpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
ΣSt = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St = Varians total
Acuan penilaian reliabilitas dari butir soal atau item menurut
Riduwan (2004) adalah:
0,8 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,6 – 0,799 : Tinggi (T)
0,4 – 0,599 : Cukup (C)
0,2 – 0,399 : Rendah (R)
0,00 – 0,199 : Sangat Rendah (SR)
Hasil uji reliabilitas uji coba kognitif dan kemampuan
memecahkan masalah secara lengkap disajikan pada Tabel 3 dan
selengkapnya pada Lampiran 2.
Tabel 3. Rangkuman Uji Reliabilitas Hasil Uji Coba Siswa
Penilaian Jumlah
Item
Indeks
Reliabilitas
Keputusan Uji
Kognitif 30 0,65 Reliabel
Kemampuan
memecahkan masalah
10 0,87 Reliabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes kognitif
menggunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20) diperoleh r11 = 0,65
yang berarti bahwa koefisien reliabilitas soal tes kognitif tinggi.
Sedangkan uji reliabilitas kemampuan memecahkan masalah
menggunakan SPSS 16 diperoleh r11 = 0,87 yang berarti bahwa koefisien
reliabilitas soal tes kemampuan memecahkan masalah sangat tinggi.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat diketahui bahwa instrumen
penelitian reliabel untuk digunakan.
c. Analisis Butir soal
1) Uji Taraf Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu
soal dinyatakan dalam Indeks Kesukaran (P). Indeks Kesukaran (P)
diperoleh dengan rumus sebagai berikut menurut Arikunto (2010)
sJB P
Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item
JS : Jumlah selurus siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
0,1 - 0,30 : Sukar
0,30 – 0,70 : Sedang
0,70 – 1,00 : Mudah
Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika berada pada interval
0.31 ≤ P ≤ 0.70. Hasil uji taraf kesukaran uji coba kognitif secara
lengkap disajikan pada Tabel 4 dan selengkapnya pada Lampiran 2.
Tabel 4. Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Uji Coba
Ranah
Penilaian
Jumlah
Soal
Taraf Kesukaran
Sukar Sedang Mudah
Kognitif 30 6 16 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil uji taraf kesukaran diperoleh
soal yang mempunyai indeks kesukaran baik sebanyak 6 soal. Sedangkan
soal yang mempunyai indeks kesukaran sedang sebanyak 16 soal,
kemudian soal yang mempunyai indeks kesukaran mudah sebanyak 8
soal.
2) Daya Pembeda Soal
Soal yang baik memiliki kemampuan untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Perbedaan jawaban benar dari siswa yang
berkemampuan rendah dengan siswa berkemampuan tinggi disebut
Indeks Diskriminasi (ID). ID diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
ID = = PA - PB
Keterangan :
J : Jumlah peserta tes
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(Arikunto, 2010)
Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2010) adalah
sebagai berikut:
D : 0.00 – 0.20 : jelek (poor)
D: 0.20 – 0.40 : cukup (satisfactory)
D: 0.40 – 0.70 : baik (good)
D: 0.70 – 1.00 : baik sekali (excellent)
D: Negatif : semua butir soal yang mempunyai D negatif dibuang
Semua butir soal yang mempunyai D negatif semuanya tidak baik
sebaiknya dibuang. Butir soal yang dipakai adalah butir soal yang
mempunyai indeks diskriminasi 0.40 – 0.70 kategori baik dan 0.70 – 1.00
kategori baik sekali. Hasil uji daya beda uji coba kognitif secara lengkap
disajikan pada Tabel 5 dan selengkapnya pada Lampiran 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 5. Rangkuman Uji Daya Beda Hasil Uji Coba Siswa
Ranah Penilaian Jumlah
Soal
Kriteria
Jelek Cukup Baik Baik
Sekali
Kognitif 30 5 14 11 0
Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji daya beda diperoleh soal
yang jelek 5 item, cukup 14 item, baik 11 item, dan baik sekali 0 item.
Soal yang memiliki kriteria ID jelek tidak dapat digunakan sehingga 5
item harus dibuang.
D. Rancangan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang akan dipelajari, maka penelitian ini
menggunakan model eksperimen semu (Quasi exsperimental research) karena
tidak dapat mengontrol semua variabel. Tujuan penelitian eksperimen adalah
untuk mencari hubungan sebab akibat dengan memberi perlakuan-perlakuan
tertentu pada dua kelompok eksperimen.
Kedua kelompok baik kontrol maupun eksperimen dikelompokkan
berdasarkan tingkat motivasi belajar setelah itu diberi perlakuan berupa strategi
pembelajaran yang berbeda. Rancangan penelitian ini Randomized Pretest-
Posttest Control Group Design dapat digambarkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rancangan Penelitian Randomized Pretest-Posttest Control Group
Design
Group Pre test Treatment Post Test
Eksperimen Group (R) X T2
Control Group (R) - T2
Keterangan:
X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan
penggunaan strategi pembelajaran konvensional dan model PBL
: Tes Awal yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30 T2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
(R) : Random assigment (pemilihan kelompok secara random)
( Suwarto dan Slamet, 2007)
Keterkaitan antara variabel bebas yang berupa penerapan model
Problem Based Learning (PBL) dan penerapan pembelajaran konvensional
dengan ceramah bervariasi terhadap variabel terikat yang berupa kemampuan
memecahkan masalah dan hasil belajar kognitif tertuang dalam paradigma
penelitian. Skema paradigma penelitian bisa dilihat pada Gambar 3.
Y1 A1Y1
A1
Y2 A1Y2
A
Y1 A2Y1
A2
Y2 A2Y2
Gambar 3. Skema Paradigma Penelitian
Keterangan :
A = Strategi pembelajaran
A1 = Konvensional
A2 = Model Problem Based Learning (PBL)
Y1 = Ranah kognitif
Y2 = Kemampuan memecahkan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31 A1Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan strategi
pembelajaran konvensional dengan ceramah pada ranah kognitif.
A1Y2 = Kemampuan memecahkan masalah siswa pada pembelajaran
menggunakan strategi pembelajaran konvensional .
A2Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) pada ranah kognitif.
A2Y2 = Kemampuan memecahkan masalah siswa pada pembelajaran
menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
E. Teknik Analisis Data
Dari desain penelitian pretest dan posttest akan didapat data nilai pretest
dan posttest. Data dianalisis dengan analisis kovariat (anakova) menggunakan
program SPSS 16. Nilai pretest akan dijadikan sebagai kovariat dalam analisisnya.
Dengan anakova dapat diperhitungkan pengaruh dari variabel lain yang tidak
dikontrol dan mungkin berpengaruh terhadap variabel terikat. Sehingga terlihat
seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Anakova adalah teknis analisis yang digunakan dalam uji beda multivariat
dan merupakan perpaduan antara analisis regresi dengan analisis varian. Hasil
pretest diasumsikan sebagai kondisi awal, untuk mengetahui bahwa kondisi awal
antara kelas kontrol dan perlakuan adalah sama, dilakukan uji homogenitas dan uji
normalitas dengan mengolah data pretest dalam program SPSS 16.
Mengendalikan kondisi awal kemudian memberi perlakuan dan mengetes kondisi
akhir dapat dianalisis pengaruh dari pemberian perlakuan.
Tabel Rancangan Anakova.
A (model PBL) B (Konvensional)
X Y X Y
…… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… ΣX ΣY ΣX ΣY
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32 Keterangan :
A = Kelas perlakuan
B = Kelas control
X = Nilai pretest
Y = Nilai posttest
1. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan pada kedua kelompok sebelum diberi perlakuan
strategi pembelajaran yang berbeda bertujuan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok tersebut seimbang (mempunyai kemampuan awal yang sama).
Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua sampel
yang independen. Langkah- langkah uji keseimbangan menurut Budiyono
(2009) sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama)
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf signifikan (α) = 0,05
c. Statistik uji yang digunakan:
Keterangan :
t : t hitung
: mean dari sampel kelompok eksperimen
: mean dari kelompok kontrol
: ukuran sampel kelompok eksperimen
: ukuran sampel kelompok control
= Variansi
d. Daerah kritik
DK =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
e. Keputusan Uji
Ho ditolak jika t є DK
f. Kesimpulan
1) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama jika Ho diterima
2) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda jika Ho ditolak
Hasil perhitungan uji keseimbangan kemampuan awal dengan
menggunakan T-test disajikan dalam Tabel 7 dan selengkapnya pada Lampiran
4.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan Awal
Kemampuan Awal P-value Kriteria Keputusan
Kelas VII-E dan VII-G 0,658 P-value >
0,05
H0
Diterima
Berdasarkan Tabel 7 diketahui p-value untuk kemampuan awal antara
dua kelas yaitu VII-E dan VII-G P-value lebih besar dari nilai signifikasi 0,05
sehingga H0 diterima jadi disimpulkan bahwa kedua sampel penelitian
memiliki kemampuan awal yang sama.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah uji One-Sample Kolmogorov
Smirnov. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi
normal atau tidak. Rumus uji normalitas menurut Budiyono (2009) adalah
sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal)
H1 : µ1 ≠ µ2 (sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal)
2) Taraf signifikan (α) = 0,05
3) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai
signifikasi α = 0,05 sehingga H0 diterima
4) Kesimpulan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
a) Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal jika H0
diterima
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal jika
H0 ditolak.
Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan awal dengan
menggunakan uji One-Sample Kolmogorov Smirnov disajikan dalam
Tabel 8 dan selengkapnya pada Lampiran 4.
Tabel 8. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Kemampuan Awal P-value Kriteria Keputusan
Kelas VII-E dan VII-
G
0,062 P-value > 0,05 H0 Diterima
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa kemampuan awal
untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki p-value lebih
dari nilai signifikasi 0,05 sehingga sampel berasal dari populasi yang
terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Perhitungan uji
homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Levene dalam Budiyono
(2009) dengan prosedur sebagai berikut:
Perhitungan uji homogenitas sampel menggunakan uji Levene.
1) Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (samua variasi homogen)
H1 : µ1 ≠ µ2 (tidak semua variasi homogen)
2) Taraf signifikan (α) = 0,05
3) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai
signifikasi α = 0,05, H0 diterima
4) Kesimpulan:
a) Semua variasi sampel homogen jika H0 diterima.
b) Tidak semua variasi homogen jika H0 ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Hasil perhitungan uji homogenitas kemampuan awal dengan
menggunakan uji Levene disajikan dalam Tabel 9 dan selengkapnya pada
Lampiran 4.
Tabel 9. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan Awal
Kemampuan Awal P-value Kriteria Keputusan
Kelas VII-E dan VII-G 0,099 P-value > 0,05 H0
Diterima
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa kemampuan awal memiliki
p-value lebih dari nilai signifikasi 0,05 sehingga semua variasi homogen.
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini
dari populasi atau distribusi normal atau tidak. Perhitungan uji normalitas
pada penelitian ini menggunakan uji One-Sample Kolmogorov Smirnov.
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-
variansi dari sejumlah populasi apakah sama atau tidak. Perhitungan uji
homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Levene.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan uji Anakova. Perhitungan uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan General Linear Model untuk Anakova.
F. Prosedur Penelitian
Merujuk pada Suwarto dan Slamet (2007) tentang rancangan penelitian
randomized control-group pretest-posttest design, dapat disusun prosedur
operasional penelitian, yaitu perencanaan, perlakuan, dan analisis data. Secara
terperinci dapat disusun dalam tabel 10 berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36 Tabel 10. Prosedur Penelitian
Tahap Langkah-langkah Prosedur operasional Perencanaan
Penyusunan proposal
Pembuatan RPP
Penyusunan instrument dan validasinya
Dalam tahap ini dilakukan penyusunan perangkat ajar yang digunakan dalam tahap perlakuan. Tahap perencanaan meliputi penyusunan proposal penelitian, mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) degan menggunakan model PBL dan silabus, dan yang terakhir mempersiapkan instrument berupa perangkat pengumpulan data.
Perlakuan
Pretest
Penerapan model PBL
Posttest
Tahap perlakuan adalah tahap pemberian perlakuan terhadap subjek penelitian sekaligus tahap dimana peneliti mengambil data sebanya-banyaknya dari subjek penelitian. Tahap ini meliputi pretest, pengadaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas perlakuan dengan menerapkan model PBL dan penerapan model konvensional dalam kelas control. Pada saat pembelajaran berlangsung, observer yang berjumlah 2 orang mengobservasi keterlaksanaan sintak PBL dengan menggunakan lembar observasi. Setelah itu diadakan posttest untuk mendapatkan nilai posttest sebagai kovariabel.
Analisis Organisasi data
Analisis data
Kesimpulan dan pelaporan
Tahap analisis dilakukan setelah mendapatkan data. Analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16. Tahap ini dilakukan sampai dengan penyusunan laporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif pada Pembelajaran Biologi
Hasil belajar kognitf biologi siswa diukur dari tes ulangan harian
pada materi ekosistem. Data hasil belajar kognitf biologi siswa diambil
dari dua kelas yaitu kelas VII-E sebagai kelompok kontrol berjumlah 30
siswa dengan pembelajaran konvensional dan kelas VII-G berjumlah 31
siswa sebagai kelompok eksperimen dengan PBL.
Tabel 11. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Kelas Interval Kelas Batas Bawah Frekuensi
1
2
3
4
5
6
7
36-43
44-51
52-59
60-67
68-75
76-83
84-91
35,5
43,5
51,5
59,5
67,5
75,5
83,5
1
2
3
13
16
20
6
Jumlah 61
Gambar 4. Histogram Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dari Tabel 11 dan Gambar 4 histogram kita dapat mengetahui
perbandingan hasil belajar biologi kognitif antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen pada Tabel 12.
Tabel 12. Perbandingan Hasil Belajar Biologi Kognitif antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Kelas Interval Kelas Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 36-43 1 3,3 % 0 0 % 2 44-51 0 0 % 2 6,4 % 3 52-59 3 10 % 0 0 % 4 60-67 5 16,7 % 7 22,6 % 5 68-75 7 23,3 % 8 25,8 % 6 76-83 14 46,7 % 8 25,8 % 7 84-91 0 0 % 6 19,4 %
Rata-rata 71,33 73,26 SD 10,26 11,10
Gambar 5. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Biologi Kelas
Kontrol dan Eksperimen
2. Deskripsi Data Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah pada
Pembelajaran Biologi
Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah biologi siswa diukur dari
tes ulangan harian pada materi ekosistem. Data hasil Kemampuan
Memecahkan Masalah biologi siswa diambil dari dua kelas yaitu kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
VII-E sebagai kelompok kontrol berjumlah 30 siswa dengan
pembelajaran konvensional dan kelas VII-G berjumlah 31 siswa sebagai
kelompok eksperimen dengan PBL.
Tabel 13. Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah pada Pembelajaran Biologi
Kelas Interval Kelas Batas Bawah Frekuensi
1 21-28 20,5 1
2 29-36 28,5 0
3 37-44 36,5 2
4 45-52 44,5 16
5 53-60 52,5 19
6 61-68 60,5 16
7 69-76 68,5 7
Jumlah 61
Gambar 6. Histogram Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah Biologi
Dari Tabel 13 dan Gambar 6 histogram kita dapat mengetahui
perbandingan hasil kemampuan memecahkan masalah biologi antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada Tabel 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 14. Perbandingan Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah Biologi antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Kelas Interval Kelas
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 21-28 1 3,3 % 0 0 % 2 29-36 0 0 % 0 0 % 3 37-44 2 6,7 % 0 0 % 4 45-52 15 50 % 1 3,2 % 5 53-60 11 36,7 % 8 25,8 % 6 61-68 1 3,3 % 15 48,3 % 7 69-76 0 0 % 7 22,5 %
Rata-rata 50,13 64,06 SD 6,9 6,2
Gambar 7. Grafik Perbandingan Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah
Biologi Kelas Kontrol dan Eksperimen
B. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas
Kriteria pengujiannya: data berasal dari populasi yang berdistribusi
normal jika nilai signifikansi probabilitasnya (p) lebih besar dari nilai
signifikansi α = 0,05. Hasil uji normalitas hasil belajar ranah kognitif dan
kemampuan memecahkan masalah pada Lampiran 4 dapat disajikan
secara ringkas dalam Tabel 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan Memecahkan Masalah Berdasarkan Model Pembelajaran.
Hasil P-value Kriteria Keputusan
Uji H0 Konvensional PBL
Kognitif
0,524 0,616 P-value
> 0,05
Diterima,
Normal
Kemampuan
memecahkan
masalah
0,217 0,555 P-value
> 0,05
Diterima,
Normal
Tabel 15 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas One-Sample
Kolmogorov Smirnov nilai probabiliti (p-value) lebih dari nilai signifikasi
0,05 sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa semua sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang
terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Kriteria pengujiannya adalah variansi populasi model pembelajaran
yang diteliti dinyatakan homogen jika nilai signifikansi probabilitasnya (p)
lebih besar dari nilai signifikansi α = 0,05. Sebaliknya apabila nilai p lebih
kecil dari α maka dinyatakan tidak homogen. Hasil uji homogenitas hasil
belajar ranah kognitif dan kemampuan memecahkan masalah berdasarkan
model pembelajaran pada Lampiran 4 dapat disajikan secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan Memecahkan Masalah Berdasarkan Model Pembelajaran.
Uji Homogenitas P-value Kriteria Keputusan
Uji H0 Model Pembelajaran
Nilai Kognitif 0,809 P-value
>0,05
Diterima,
Homogen
Nilai Kemampuan
Memecahkan Masalah
0,946 P-value
>0,05
Diterima,
Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Data uji homogenitas nilai kognitif dan kemampuan memecahkan
masalah berdasarkan model pembelajaran secara lengkap disajikan pada
Lampiran 4 dan Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai probabilitas (p-value)
untuk semua variansi berdasarkan model pembelajaran lebih dari nilai
signifikansi 0,05 sehingga keputusan uji H0 diterima, sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa data nilai kognitif dan kemampuan memecahkan
masalah berdasarkan model pembelajaran berasal dari populasi yang
homogen.
C. Uji Hipotesis Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan hipotesis adalah
tingkat signifikasi (α) : 0,05 atau 5% yaitu Ho ditolak jika sig < α (0,05). Hal ini
berarti jika sig < 0,05 maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan sebaliknya jika sig >
0,05 maka hipotesis nihil diterima.
1. Hipotesis Pertama
Hasil analisis pengaruh penerapan model Problem Based Learning
(PBL) terhadap hasil belajar kognitif biologi menggunakan anakova pada
lampiran 5 dapat disajikan secara ringkas dalam tabel 17.
Tabel 17. Rangkuman Anakova Hasil Belajar Kognitif Biologi Berdasarkan Model Pembelajaran.
Sumber F P Kriteria Keputusan
Uji H0
Model
pembelajaran
0,619 0,435 P > α = 0,435 > 0,05 H0 diterima
Berdasarkan Tabel 17 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
HOA diterima H1A ditolak artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan rata – rata hasil belajar biologi ranah kognitif berdasarkan
model pembelajaran (kelompok kontrol dengan model pembelajaran
konvensional dan kelompok eksperimen dengan model PBL) sehingga
diinterpretasikan penerapan model PBL tidak berpengaruh terhadap hasil
belajar biologi ranah kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2. Hipotesis Kedua
Hasil analisis pengaruh penerapan model Problem Based Learning
(PBL) terhadap kemampuan memecahkan masalah biologi menggunakan
anakova pada Lampiran 5 dapat disajikan secara ringkas dalam Tabel 18.
Tabel 18. Rangkuman Kemampuan Memecahkan Masalah Biologi Berdasarkan Model Pembelajaran.
Sumber F P Kriteria Keputusan
Uji H0
Model
pembelajaran
82,79 0,000 P < α = 0,000 < 0,05 H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 18 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
HOB ditolak H1B diterima artinya ada perbedaan yang
signifikan rata–rata kemampuan memecahkan masalah biologi berdasarkan
model pembelajaran (kelompok kontrol dengan model pembelajaran
konvensional dan kelompok eksperimen dengan model PBL ) sehingga
diinterpretasikan penerapan metode model PBL berpengaruh terhadap
kemampuan memecahkan masalah.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama : Model pembelajaran Problem Based Learning dan
pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar kognitif biologi pada
pokok bahasan ekosistem.
Berdasarkan hasil uji anakova diketahui bahwa tidak ada pengaruh
PBL terhadap hasil belajar ranah kognitif. Hal ini dapat terlihat dari P-value >
α = 0,435 > 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata yang tidak berbeda secara
signifikan.
Kedua kelompok sebelum diberi perlakuan mempunyai kemampuan
awal yang sama (seimbang). Setelah itu dilakukan pretest pada kedua
kelompok. Nilai pretest ini dijadikan sebagai nilai kovariat. Kedua kelompok
sama-sama mempelajari materi yang sama yaitu tentang ekosistem, namun
perlakuannya yang berbeda. Pada kelompok kontrol model yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
sama seperti yang biasa dilakukan oleh guru disekolah tersebut.Sedangkan
pada kelas eksperimen menggunakan model PBL.
Pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan dengan ceramah, guru
menjelaskan materi di depan kelas dan siswanya mendengarkan kemudian
mencatat. Kalau siswa kurang paham dapat bertanya langsung kepada guru.
Sedangkan pada kelas eksperimen pembelajaran dengan menggunakan model
PBL yaitu guru pada awal pembelajaran menyajikan suatu masalah nyata
yang berda di lingkungan sekitar dengan memberi pertanyaan “ apakah kebun
sekolah merupakan suatu ekosistem”. Dari masalah tersebut muncul jawaban
yang bervariasi karena setiap siswa mempunyai jawaban yang berbeda-beda.
Kemudian guru membentuk 8 kelompok masing-masing terdiri dari 4 siswa.
Dalam kelompok tersebut setiap siswa akan mendiskusikan masalah yang
sudah disajikan. Siswa dibimbing oleh guru untuk belajar secara mandiri
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan
masalah tersebut. Siswa dapat mencari informasi dari buku paket (BSE) dan
LKS. Setelah itu siswa keluar kelas untuk memulai pengamatan dan
melakukan penyelidikan di kebun sekolah. Siswa mengamati komponen-
komponen kebun sekolah dan mentabulasikanya kedalam tabel. Siswa
dituntut untuk bekerja sama dalam kelompoknya agar proses penyelidikan
dapat berjalan dengan baik. Siswa juga harus menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan dalam LKS tersebut. Setelah selesai melakukan penyelidikan
siswa menyajikan sebuah karya/laporan, Laporan tersebut dipersentasikan di
depan kelas dan siswa yang tidak maju mendengarkan sambil mencocokan
dengan jawaban mereka. Siswa yang kurang paham dapat bertanya langsung
kepada siswa yang persentasi. Semua siswa ( perwakilan kelompok) wajib
mempersentasikan hasilnya kemidian membuat kesimpulan. Guru berperan
untuk meluruskan jawaban siswa yang kurang tepat dan mengevaluasinya.
Selama guru mengevaluasi siswa memperhatikan dan bertanya apabila kurang
paham dengan apa yang disampaikan oleh guru. Pertemuan ditutup dengan
memberi pertanyaan kepada siswa secara acak untuk mengetahui apakah
siswa resebut benar-benar paham dengan apa yang disampaikan. Pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
berikutnya tentang jaring-jaring makanan dan rantai makanan. Prosedurnya
sama tetapi masalah yang disajikan berbeda. Pembelajaran tentang jaring-
jaring makanan juga diawali dengan penyajian masalah sampai evaluasi.
Kedua kelompok diberikan posttest yang sama yaitu dengan tes
pilihan ganda sebanyak 30 soal. Waktu yang diberikan sebanyak 1 jam.
Setelah dilakuakan posttest kemudian data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan program SPSS 16 dengan memasukan nilai pretest juga. Hasil
yang diperoleh menunjukan bahwa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
memiliki nilai rata-rata yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini
disebabkan karena siswa belum terbiasa dan merasa kebingungan dengan
model pembelajaran yang baru dalam hal ini PBL, sehingga membutuhkan
waktu yang relatif lama untuk beradaptasi, hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Slameto (2003) bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu kesiapan, dimana kesiapan adalah kesediaan
untuk memberi respons. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil
belajarnya akan lebih baik. Selain itu pada kelas eksperimen semua pelajaran
hari kamis mengadakan ulangan, sehingga siswa mengalami kejenuhan
karena siswa berpikir terus-menerus dan siswa tersebut menjadi kehilangan
minat untuk mengerjakan tes yang diberikan. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Slameto (2003) bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi belajar adalah minat. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Hal ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011) bahwa Model
Problem Based Learning (PBL) dapat Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Sekolah Dasar (SD). Penelitian
yang dilakukan oleh Siswidyawati (2009) bahwa Model Problem Based
Learning Dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa SMP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46 2. Hipotesis Kedua : Model pembelajaran Problem Based Learning dan
pembelajaran konvensional terhadap kemampuan memecahkan masalah
biologi pada pokok bahasan ekosistem.
Berdasarkan hasil uji anakova diketahui bahwa terdapat pengaruh
PBL terhadap kemampuan memecahkan masalah. Hal ini disebabkan karena
penerapan PBL pada siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 14
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 dirancang untuk melakukan
pembelajaran yang menekankan interaksi yang efektif antara guru dan siswa
sehingga tujuan pembelajaran biologi pada materi ekosistem tercapai. Peneliti
dalam menerapkan PBL merasa optimis dan percaya diri, bahwa model PBL
dapat mendorong siswa berhasil dalam belajar ditunjukkan oleh kemampuan
siswa dalam menghadapi masalah dan dapat menemukan penyelesainnya
Guru melakukan pendekatan kepada siswa agar tidak merasa sungkan
atau takut sehingga peneliti dapat dengan mudah mengatur dan meminta
siswa untuk belajar biologi menggunakan model pembelajaran yang akan
diterapkan oleh peneliti tanpa membuat pembelajaran teacher centered.
Penerapan PBL di SMP Negeri 14 Surakarta telah sesuai dengan sintaks PBL,
di dalam sintaks dijelaskan tahapan mengajar yang harus dilakukan oleh
peneliti dan tahapan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa.
Penerapan PBL di kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta tersebut
dilakukan di kelas dan luar kelas. Pada awal pembelajaran yaitu di kelas,
siswa diorientasikan pada masalah yaitu terlibat dalam pemunculan dan
pemecahan masalah. Masalah yang diajukan oleh peneliti dihadapkan dengan
kondisi nyata (kontekstual) atau permasalahan yang ada dalam kehidupan
sehari-hari siswa, sehingga siswa mudah melakukan penyelidikan untuk
menyelesaikan masalah. Masalah tersebut dimulai dengan pertanyaan
”apakah kebun sekolah merupakan suatu ekosistem?”. Pada pengamatan di
awal pembelajaran ini, siswa merespon pertanyaan dengan langsung
menjawab secara mandiri. Suasana kelas menjadi ramai karena jawaban siswa
bermacam-macam. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2007) bahwa ciri
model PBL yaitu menghadapkan siswa pada masalah, sehingga siswa akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
berusaha mencari solusi dari masalah tersebut dengan penyelidikan sehingga
siswa lebih mengingat materi yang telah disampaikan dari pada sekedar
menghafalnya.
Pada kelas eksperimen, setelah siswa dilibatkan dalam pemunculan
dan pemecahan masalah, peneliti mengorganisasi siswa untuk belajar dengan
cara membantu siswa membentuk kelompok belajar untuk menyelidiki lebih
jauh tentang masalah yang diajukan diawal, selain itu peneliti memberikan
fasilitas berupa LKS untuk membantu mengorganisasi penyelidikan
kelompok. Pada setiap kelompok, guru mendampingi siswa untuk fokus
terhadap pertanyaan yang dianggap penting tanpa mengabaikan pertanyaan
lain. Hal tersebut dilakukan guru agar siswa mampu menentukan cara
membagi tanggung jawab tentang tugas masing-masing siswa dalam
kelompok untuk memecahkan masalah. Hasil pengamatan guru menunjukkan
masing-masing siswa sudah dapat berperan aktif dalam kegiatan
kelompoknya, tidak ada siswa yang diam dan berpangku tangan saja atau
tidak ada siswa yang merasa lebih dari siswa lainnya. Setiap siswa
mengetahui kapan harus belajar mandiri dan kapan harus belajar bersama
dengan kelompoknya. Fenomena tersebut tidak terjadi di kelas konvensional
ketika peneliti meminta siswa dalam kelompok menerangkan tentang
ekosistem, siswa saling menunjuk temannya tidak berinisiatif menjawab
sendiri. Hal ini disebabkan peneliti tidak mengarahkan pembagian kerja
dalam kelompok. Ketika siswa merasa tidak paham pada suatu hal siswa
diberi kesempatan untuk bertanya langsung dengan peneliti dan yang sering
juga dilakukan siswa adalah mencari jawaban di buku paket (BSE) dan buku
LKS. Kemudian setiap siswa yang telah mencari jawaban secara mandiri
melalui berbagai sumber bertemu dalam suatu kelompok. Diskusi kelompok
berjalan secara efektif karena setiap siswa telah membekali dirinya melalui
belajar mandiri. Selama diskusi siswa mengajukan pertanyaan kepada peneliti
baik secara perorangan maupun secara kelompok tentang hal-hal yang tidak
mereka pahami (apa yang ingin diketahui). Ternyata hal ini sangat efektif,
karena tanpa disadari siswa telah banyak melakukan proses penyelidikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pemecahan masalah terhadap permasalahan biologi, dengan demikian tidak
ada siswa yang tertinggal atau ditinggalkan, prinsip kelompok yang seperti
itulah yang layak dipuji dan diberi penghargaan. Hasil pengamatan pada
penelitian ini mengenai pembelajaran berdasarkan masalah melakukan
penyelidikan dan pemecahan masalah sejalan dengan pendapat Kamila (2009)
bahwa pembelajaran dalam konteks keperluan untuk memecahkan
masalah juga dapat menyimpan pengetahuan dalam pola ingatan yang
mempermudah untuk diingat dalam memecahkan permasalahan.
Pada tahap penyelidikan siswa terdorong mengidentifikasi apa yang
tidak mereka ketahui atau pahami dengan cara mengumpulkan informasi yang
sesuai untuk mendapatkan penjelasan dan memecahkan masalah. Dalam
penelitian ini, peneliti memfasilitasi sarana penyelidikan (sumber belajar)
yang diperlukan siswa. Siswa menyelidiki melalui internet, membaca buku,
bertanya kepada ahli dalam hal ini peneliti, dan saling bertanya antarsiswa.
Menyajikan hasil karya dan mengevaluasi pemecahan masalah
adalah dua tahap terakhir dalam PBL. Pada tahap terakhir ini, keaktifan setiap
siswa terbukti dengan laporan sebagai hasil karya yang harus disampaikan
oleh setiap individu dan kelompok. Laporan individu dikerjakan dengan
melengkapi LKS yang telah dibagikan oleh guru, sedangkan laporan
kelompok dibuat oleh semua anggota kelompok sesuai pembagian kerja
kelompok. Hampir semua siswa mengerjakan laporan dengan lengkap walau
tidak rapi, karena banyak informasi yang mereka peroleh. Disinilah peran
guru memberi pengarahan mana saja informasi yang dianggap perlu untuk
dituangkan. Laporan kelompok tersebut kemudian dipresentasikan oleh
kelompok yang ditunjuk, dimana setiap kelompok mempresentasikan
pembahasan yang berbeda. Siswa dalam kelompok lain mengkritisi dan
mengajukan pertanyaan, sehingga menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru
yang harus disikapi oleh kelompok yang presentasi. Proses dalam kegiatan
diskusi kelas dan diskusi kelompok presentasi ini secara tidak langsung
mengarahkan siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil
penyelidikan dan proses-proses yang digunakan oleh siswa dan kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Refleksi dan evaluasi penting dilakukan karena siswa membutuhkan
pembenaran dan penguatan dari pengetahuan yang mereka peroleh. Pada
tahap ini peran guru sangat signifikan untuk mengarahkan pengetahuan siswa
yang mungkin kurang terkontruksi dengan baik.
Serangkaian proses yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran PBL menggambarkan efektivitas interaksi antara guru dan
siswa (yang dipermudah dengan adanya sintaks yang jelas). Akhirnya PBL
yang memiliki ciri-ciri pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah
yang memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif
merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan siswa,
mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah melalui
penyelidikan dan melaporkan solusi dari masalah, menjadikan siswa paham
terhadap materi ekosistem . Kepahaman siswa tersebut bersifat long term
memory (mengendap di ingatan dalam waktu yang lama), sehingga ketika
siswa dihadapkan pada tes evaluasi materi ekosistem, siswa dapat
mengerjakan soal dengan benar dan mendapat niali yang memuaskan. Hasil
tes evaluasi tersebut mencerminkan kemampuan dalam memecahkan masalah
biologi. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Sabirin (2011)
bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah, komunikasi dan representasi matematis
siswa SMP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh model pembelajaran
Problem Based Learning terhadap kemampuan memecahkan masalah dan hasil
belajar kognitif biologi siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tidak ada pengaruh secara signifikan penerapan model Problem Based
Learning terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif di SMP Negeri 14
Surakarta
2. Ada pengaruh secara signifikan penerapan model Problem Based Learning
terhadap kemampuan memecahkan masalah biologi di SMP Negeri 14
Surakarta.
B. IMPLIKASI 1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian secara teoretis dapat digunakan sebagai bahan kajian dan
referensi pada penelitian sejenis mengenai model pembelajaran Problem Based
learning.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru
dalam memberikan pembelajaran biologi yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran yang mengaktifkan siswa sehingga dapat mengoptimalkan
kemampuan memecahkan masalah.
C. SARAN
1. Guru
a. Guru dalam menerapkan Problem Based Learning perlu memperhatikan
kemampuan siswa dalam menyampaikan materi sehingga konfirmasi materi
oleh guru sangat diperlukan agar ketercapaian hasil belajar dan kemampuan
memecahkan masalah biologi optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51 b. Guru dalam menerapkan Problem Based Learning hendaknya mampu
mengatur waktu pelaksanaan dengan baik sehingga semua aspek
pembelajaran dapat disampaikan.
c. Guru mata pelajaran biologi diharapkan mampu menerapkan suatu
pendekatan yang mampu mengakomodasi karakteristik siswa dalam belajar
sehingga mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa.
d. Guru diharapkan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilik gaya
belajarnya sendiri yang sesuai.
2. Peneliti
Penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, maka perlu
diadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dalam ruang lingkup yang lebih luas serta faktor-faktor
lain yang turut berpengaruh terhadap pembelajaran.