perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pelaksanaan ... filekata pengantar assalamu’alaikum wr,...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KLATEN
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli
Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
ANIES KORNEAWATI F3408091
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ujian bagi orang yang sukses bukanlah pada kemampuannya untuk mencegah
munculnya masalah tetapi pada waktu menghadapi dan menyelesaikan setiap
kesulitan saat masalah itu terjadi (David J. Schwartz).
Penulis Persembahkan kepada:
· Orang tua dan seluruh keluarga,
· Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr, wb.
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya Tugas Akhir dengan judul PELAKSANAAN PENAGIHAN
AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KLATEN dapat
diselesaikan dengan baik.
Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Ahli Madya pada program Diploma III Progran Studi Perpajakan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini :
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Tri Hananto, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Diploma III
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Sri Suranta, S.E., M.Si., Ak., BKP selaku Ketua Program Studi Diploma III
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
4. Ahmad Ridwan Nasution, S.E selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang
telah memberikan pengarahan dengan sabar.
5. Bapak Muhammad Sukri Subki selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Klaten yang telah menerima penulis dengan ramah di KPP Pratama
Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Dwi Harmono, S.E, M.H selaku Pj. Kasubbag Umum dan Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi III.
7. Bapak Supriyanto selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
8. Bapak Hartomo selaku Kepala Seksi Penagihan.
9. Mas Heru, Mbak Puji, Mas Warto, Pak Bardi, Mas Agung, Mas Winahyu, Bu
Rosna, Mbak Lia, Mbak Evy, Pak Agus, Pak Didit, Mas Agus terimakasih
sudah menerima dan mendidik saya dengan baik.
10. Orang Tua, adik – adik, dan seluruh keluarga saya yang menjadi semangat
dalam segala hal.
11. Seluruh teman Pajak A dan Pajak B, terutama Chika, Karla, Harles, Nisa,
Litta, Linda, Riu, dan juga Rizky terimakasih atas bantuan, dukungan dan
do’anya dalam menyelesaikan laporan ini.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun
sebagai tambahan pengetahuan.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat untuk
semua pihak.
Wa’alaikumsalam wr, wb.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan .......................................................... 1
B. Latar Belakang .................................................................................. 11
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 13
D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 13
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 13
F. Analisis Data ..................................................................................... 14
BAB II . ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 15
B. Analisis Data dan Pembahasan ......................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III. TEMUAN
A. Kelebihan .......................................................................................... 39
B. Kelemahan ........................................................................................ 39
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 40
B. Rekomendasi ..................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Klaten ..................................................3
2.1 Rekapitulasi Ketetapan PBB Sektor Pedesaan dan Pekotaan ............. 32
2.2 Tabel Penerimaan dan Tunggakan PBB di Kabupaten Klaten ........... 35
2.3 Tabel Rincian Penerimaan dan Tunggakan PBB ................................. 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Klaten ........................................... 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Ijin Magang.
2. Surat Konfirmasi Perijinan Magang.
3. Surat Keterangan Selesai Magang.
4. Memo Penerimaan Laporan Magang Mahasiswa.
5. Rekapitulasi Ketetapan PBB Sektor Pedesaan dan Pekotaan.
6. Penerimaan dan Tunggakan PBB di Kabupaten Klaten.
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KLATEN
Anies Korneawati
F3408091
“Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” is one of the big tax source. In Klaten City there are many object that were broken because of disaster and also many farm attact by insect. As a consequence it make arrears “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)”. The order of this research were to know how development object of “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)”, implementation of “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” collect and how to minimize arrears of “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)”. Implementation of “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” collect in Pratama Tax Office of Klaten appropriate with “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” Number 12 Year 1994. The collecting of “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” based on SPPT, Tax Assesment Letter and Tax Collection Letter before Coercive Warrant issued. Tax arrears happen not only because of disaster were broke tax object but also because of hand over of SPPT and tax paid not maximum enough. Based on this research, the researcher give some suggestion to minimize “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” arrears needed cooperation from everyone, start from hand over of SPPT. Taxpayer who did land or building mutation wish give information to Pratama Tax Office in order can find new taxpayer when hand over of SPPT. Taxpayer who live in city would better pay “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” in ATM or Bank which recomended. Keywords: PBB, Tax Collection, KPP Pratama Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRAK
PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KLATEN
Anies Korneawati
F3408091
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu sumber pajak yang besar. Di Kabupaten Klaten banyak objek Pajak yang mengalami kerusakan akibat bencana alam dan juga objek pajak sawah banyak di serang hama wereng. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya tunggakan pajak Bumi dan Bangunan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan objek Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Klaten, bagaimanakah pelaksanaan penagihan pajak bumi dan bangunan, kemudian cara untuk meminimalisasi tunggakan pajak bumi dan bangunan.
Pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten sesuai dengan Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan Nomor 12 Tahun 1994. Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan SPPT, SKP, dan STP. Apabila akan ditindaklanjuti dengan tindakan penagihan dengan Surat Paksa terlebih dahulu harus diterbitkan STP. Tunggakan pajak yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh bencana alam yang merusak objek pajak tetapi juga karena proses penyampaian SPPT dan pembayaran pajak yang kurang maksimal.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran untuk meminimalisasi tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, mulai dari proses penyampaian SPPT sampai dengan pembayaran pajak. Wajib Pajak yang yang melakukan proses mutasi tanah agar melapor ke Kantor Pelayanan Pajak agar tidak mengalami kesulitan saat menyampaikan SPPT karena tidak ditemukannya subjek pajak yang baru. Wajib Pajak yang berada di kota lebih baik membayar melaui ATM atau langsung ke Bank yang ditunjuk. Keyword: PBB, Penagihan Pajak, KPP Pratama Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. KEP.315/
KMK.01/ 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal
Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten adalah instansi vertikal
Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggungjawab
langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa
Tengah II.
Kantor Pelayanan Pajak Klaten merupakan bagian dari Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II. Karena mulai bulan
November 2007 wilayah Propinsi Jawa Tengah dibagi menjadi dua
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I dan Jawa
Tengah II.
Kantor Pelayanan Pajak Klaten berdiri pada November 1989 dan
diresmikan oleh Direktur Jenderal Pajak pada tanggal 13 Januari 1994.
Pada tahun 1989 Kantor Pelayanan Pajak Klaten masih berbentuk kantor
dinas luar tingkat I Klaten dibawah inspeksi pajak Surakarta dan pada
tahun 1998 dengan pertimbangan pokok semakin banyaknya jumlah
wajib pajak dan semakin besarnya pemasukan uang pajak. Maka kantor
dinas luar tingkat I Klaten ditingkatkan menjadi Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Klaten dan pada tahun 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
Klaten di pecah lagi, menjadi Kantor Pelayanan Pajak Klaten dan Kantor
Pelayanan Pajak Sukoharjo.
Sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 141/ PJ/ 2007
tanggal 3 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan
saat Mulai Beroperassinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Daerah Istimewa
Yogyakarta, serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor
Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak II, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Istimewa
Yogyakarta, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten memiliki tugas,
fungsi dan struktur organisasi sebagai berikut:
a. Tugas
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 161/ KMK.1/
2005 dan 162/ KMK.1/ 2005 tanggal 7 Juni 2005 disebutkan bahwa
Kantor Pelayanan dalam bidang Pajak Bumi dan Bangunan serta
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.
b. Fungsi
Dalam menjalankan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak
menyelanggarakan fungsi:
1) Percepatan pelayanan kepada wajib pajak.
2) Intensifikasi, ekstensifikasi, penagihan dan pengawasan
administrasi PPh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
3) Intensifikasi, ekstensifikasi, penagihan dan pengawasan PPN
dan PTLL.
4) Intensifikasi, ekstensifikasi dan penagihan PBB dan BPHTB.
5) Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.
6) Pengamatan potensi pajak dan penyuluhan pajak kepada
masyarakat.
Adapun wilayah kerja KPP Pratama Klaten meliputi wilayah
Kabupaten Klaten yang terdiri dari 26 kecamatan. Tabel wilayah kerja
KPP Pratama Klaten sebagai berikut:
Tabel 1.1
Wilayah Kerja KPP Pratama Klaten
No Wilayah Jumlah
Penduduk
Jumlah KK Non Miskin
Luas Wilayah (Km2)
Jumlah WP
OP Badan Bendaharawan
1. Kab. Klaten
1.129.169 262.292 65.593 80.104 3.271 2.277
Sumber: KPP Pratama Klaten
2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten
Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten mengacu pada visi
Direktorat Jenderal Pajak yaitu “Menjadi Institusi pemerintah yang
menyyelenggarakan sistem administrasi perrpajakan yang modern,
efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan
profesioanalisme yang tinggi”. Visi disini menunjukkan gambaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
jelas dan tegas mengenai sosok Organisasi Direktorat Jenderal Pajak
yang dicita-citakan dan ingin dicapai di masa mendatang.
Adapun misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten yang juga
mengacu dari misi Direktorat Jenderal Pajak adalah “Menghimpun
Penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang
mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara melalui system administrasi perpajakan yang efektif dan
efisien”.
3. Struktur Organisasi Perusahaan
Organisasi adalah suatu wadah yang terdiri atas 2 (dua) orang
atau lebih yang melakukan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan. Struktur Organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Klaten didukung oleh 82 pegawai. Adapun organisasi unit Eselon IV di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten adalah:
1) Sub Bagian Umum
2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3) Seksi Pelayanan
4) Seksi Penagihan
5) Seksi Pemeriksaan
6) Seksi Ekstensifikasi
7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I–III
8) Pejabat Fungsional yang terdiri atas:
· Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
· Pejabat Fungsional Penilai PBB
Keseluruhan jumlah pegawai per Maret 2011 adalah dengan rincian
sebagai berikut:
1. Seorang Kepala Kantor (Eselon III)
2. Delapan sebagai Kepala Seksi (Eselon IV)
3. Tujuh belas sebagai Account Representative
4. Sebelas sebagai Pemeriksa Pajak
5. Dua sebagai Juru Sita Pajak
6. Tiga puluh tiga sebagai Pelaksana
Adapun Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Klaten dapat dilihat pada gambar 1.1
4. DESKRIPSI JABATAN/ URAIAN JABATAN
Sistem dan Prosedur kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Klaten meliputi:
a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Kepala Kantor memiliki tugas dan mengkoordinasi dan
mengendalikan kegiatan operasional di bidang Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), dan Pajak Tidak Langsung lainnya untuk
meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Gambar 1.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Klaten
Kepala Kantor Muhammad Sukri Subki
Kelompok Jabatan Fungsional
(11 pejabat fungsional pemeriksa, 2 pejabat fungsional penilai PBB)
Kepala Sub Bagian Umum
SL Hanum
5 Pelaksana 2 Bendaharaw
an
Kasi Pelayanan
Yanny Sumaryani
Kasi PDI
Supriyanto
Kasi
Penagihan
Hartomo
Kasi Ekstensifikasi
M. Ali Masyhar
Kasi Waskon I
Dwi Meisandra
Kasi Waskon II
Agus Setyawan
Kasi Waskon III
Dwi Harmono
13 Pelaksana
3 Operator Console
2 Juru Sita 5 Pelaksana 6 AR 5 AR 6 AR
1 Pelaksana
1 Pelaksana
1 Pelaksana
1 Pelaksana
8 Pelaksana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
b. Kepala Sub Bagian Umum
Melaksanakan tugas pelayanan kesekretariatan dengan cara
mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah
tangga serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor
Pelayanan Pajak antara lain:
1) Mengkoordinasi pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian
yang bertugas membantu Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam
urusan tata usaha, kepegawaian dan laporan-laporan.
2) Membantu Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam urusan
keuangan.
3) Mengkoordinasi pelaksanaan rumah tangga, yang bertugas
membantu Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam urusan rumah
tangga perlengkapan.
4) Membimbing pegawai untuk meningkatkan efisiensi,
produktivitas, dan profesionalisme di Sub Bagian Umum.
c. Kepala Seksi Penagihan
Bertugas mengkoordinir tugas-tugas koordinasi pelaksanaan
dan bertanggung jawab terhadap kelancaran dan tugas untuk
dilaporkan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak, sedangkan
segala urusan yang ada pada seksi penagihan di bantu oleh:
1) Pelaksana administrasi piutang pajak
Yang bertugas membantu urusan penatausahaan piutang pajak,
usulan penghapusan pajak, dan penundaan angsuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2) Juru sita Pajak
Bertugas membantu penyiapan surat teguran, surat paksa, surat
perintah melaksanakan penyitaan, usul, lelang dan dukungan
penagihan lainnya serta melakukan penagihan pajak atas wajib
pajak.
d. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Seksi PDI mempunyai tugas, yaitu melaksanakan
pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,
perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis
komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing serta penyiapan
laporan kinerja. Uraian tugas dari seksi PDI antara lain:
1) Menyusun Estimasi Penerimaan Pajak berdasarkan potensi
pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan.
2) Melaksanakan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
3) Melaksanakan kegiatan teknis operasional computer,
pemeliharaan basis data, back up data, transfer data dan
recovery data, perangkat lunak, perangkat keras, dan jaringan
computer di lingkungan KPP
e. Kepala Seksi Pemeriksaan
Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan
pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
lainnya.
f. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi terdiri dari 3 (tiga)
waskon, yaitu waskon I, waskon II, dan waskon III. Seksi
pengawasan dan konsultasi masing-masing mempunyai tugas
Melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi
teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja
Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
g. Kepala Seksi Ekstensifikasi
Seksi ekstensifikasi mempunyai tugas melaksanakan
pengamatan potensi perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga,
pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak dalam
rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
h. Fungsional
Mempunyai tugas melakukan urusan penyuluhan serta
pelayanan konsultasi dibidang perpajakan sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan bagi wajib pajak yang
belum mengetahui tentang pajak dan kegunaannya, yang dibantu
oleh:
1) Fungsional Pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Bertugas melakukan pemeriksaan atas kepatuhan wajib pajak
dalam melakukan kewajiban perpajakannya.
2) Fungsi Penilai
3) Bertugas melakukan penilaian atas objek pajak untuk
menentukan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
B. Latar Belakang
Pemerintah saat ini terus melaksanakan pembangunan di berbagai
bidang. Seiring dengan pembangunan dan perkembangan, Negara Indonesia
mengalami banyak bencana yang merusak alam. Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dan perkembangan Negara Indonesia sangat diperlukan demi
tercapainya negara yang makmur. Melaksanakan pembangunan dan juga
memulihkan kondisi-kondisi alam yang rusak terkena bencana dibutuhkan
dana yang tidak sedikit. Pemerintah harus memanfaatkan sumber-sumber
penerimaan negara dengan efektif dan efisien agar pembangunan terus
berkesinambungan. Salah satu sumber penerimaan negara adalah pajak. Pajak
merupakan penerimaan negara yang mempunyai potensi yang sangat besar,
maka dari itu perlu terus ditingkatkan terlebih dalam kondisi ekonomi saat ini
yang masih belum stabil.
Salah satu objek pajak yang memiliki potensi besar adalah bumi dan
bangunan tetapi karena bencana yang menimpa negara Indonesia
mempengaruhi penerimaan objek pajak bumi dan bangunan. Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Klaten pada tahun 2009 yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Rp29.765.121.745,- sedangkan tahun 2010 sebesar Rp32.925.495.184,-.
Masyarakat yang mengalami bencana juga diharapkan kerjasamanya dalam
menyampaikan perubahan kondisi objek pajak bumi dan bangunan yang
rusak akibat bencana alam, agar aparat pajak dapat segera mengambil
tindakan dengan memberikan keringanan, dengan begitu akan mengurangi
terjadinya tunggakan pajak.
Peranan pajak dalam pembiayaan negara sangat dipengaruhi
keseriusan aparat pajak dan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya.
Selain bencana yang merusak objek pajak bumi dan bangunan sehingga
menghambat keoptimalan pembangunan negara dan penerimaan pajak,
kesadaran dari Wajib Pajak juga mempengaruhi kelancaran tercapainya
ketertiban perpajakan. Pada tahun 2010, di Kabupaten Klaten terjadi bencana
erupsi gunung merapi. Pada tahun awal tahun 2011 ini banyak objek pajak
sawah yang diserang hama wereng, sehingga para petani mengalami gagal
panen.
Tabel 1.2
Objek Pajak yang mengalami kerusakan karena erupsi Merapi
No Nama Desa Jumlah OP 1 Bawukan 1.737 2 Panggang 891 3 Talun 1.014 4 Kendalsari 1.392 5 Keputran 1.172 6 Kemalang 926 7 Dompol 750 8 Tangkil 1.625 9 Bumiharjo 848 10 Tlogowatu 1.115 11 Sidorejo 1.742
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
12 Balerante 1.056 13 Tegalmulyo 995 Jumlah 15.263
Sumber: KPP Pratama Klaten
Banyak terjadi tunggakan pajak yang harus ditagih sebagai akibat dari
ketidakpatuhan Wajib Pajak. Untuk mengetahui pelaksanaan penagihan dari
tunggakan pajak bumi dan bangunan yang terjadi, maka penulis mengambil
judul “PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
DI KABUPATEN KLATEN”.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan objek Pajak Bumi dan Bangunan di
Kabupaten Klaten?
2. Bagaimanakah pelaksanaan penagihan tunggakan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kabupaten Klaten?
3. Bagaimanakah cara untuk meminimalisasi tunggakan Pajak Bumi
dan Bangunan di Kabupaten Klaten?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan objek pajak bumi dan
bangunan di Kabupaten Klaten terutama sektor pedesaan yang
mengalami wabah wereng pada objek pajak sawah.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan penagihan tunggakan Pajak Bumi
dan Bangunan dan faktor yang menyebabkan terjadinya tunggakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
3. Untuk mengetahui bagaimana cara meminimalisasi tunggakan
Pajak Bumi dan Bangunan di Kaabupaten Klaten sehingga tercapai
keberhasilan pemungutan pajak.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten, dapat dijadikan masukan
dalam meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan penagihan Pajak Bumi
dan Bangunan.
2. Bagi penulis, untuk mengimplementasikan ilmu yang diperoleh penulis
dari perkuliahan dan magang ke dalam dunia nyata melalui karya ilmiah.
3. Bagi pihak lain, sebagai informasi dan masukan kepada masyarakat untuk
menyadarkan masyarakat tentang pentingnya melunasi pajak tepat pada
waktunya.
F. Teknik Analisis Data
1. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten. Hal
yang ingin dikaji yaitu mengenai penagihan pajak bumi dan bangunan di
Kantor Pelayanan Pajak Klaten.
2. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah
(Sutopo, 2002):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
1) Data Kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata,
kalimat, dan gambar.
2) Data Kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka
atau data kuantitatif yang diangkakan.
b. Sumber Data berasal dari:
1) Data Primer (Moleong, 2002) yaitu data yang diperoleh
langsung dari objek yang diteliti mengenai data-data yang
berhubungan langsung dengan peneliti, target dan piutang pajak
yang ada di KPP Pratama Klaten.
2) Data Sekunder (Suharsimi, 1998) yaitu data yang diperoleh
secara tidak langsung dengan mempelajari bukubuku, literature,
makalah, Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, serta Surat
Keputusan tentang Penagihan Pajak.
c. Sumber data diambil dari:
1) Informasi yaitu orang yang dipandang mengetahui permasalahan
yang dikaji dan bersedia memberikan informasi.
2) Dokumen merupakan sumber data yang memiliki posisi penting
dalam penelitian kualitatif.
d. Metode Analisis Data
1) Metode Kepustakaan
Penulis mempelajari dan mengumpulkan data berupa pengertian
peranan dan kinerja dari berbagai literatur serta buku-buku dan
diktat yang berkaitan dengan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
2) Metode Wawancara
Metode yang dilakukan dengan melakukan wawancara atau
korespondensi pada masyarakat ataupun pada objek penelitian.
3) Metode Dokumentasi
Penulis mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten berupa
Pelaksanaan Penagihan dan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pajak
a. Pengertian Pajak
Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo: 2008 “Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum”.
Menurut Smeets dalam Suandy: 2002 “Pajak adalah prestasi
kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan
yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat
ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah”
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan pajak
memiliki unsur- unsur:
1. Iuran dari rakyat kepada negara, artinya yang berhak memungut
pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
2. Berdasarkan Undang- undang, bahwa pajak dipungut berdasarkan
atau dengan kekuatan Undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara
langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
b. Fungsi Pajak
Pajak memiliki dua fungsi, yaitu(Mardiasmo, 2008):
1) Fungsi budgetair (penerimaan)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran- pengeluarannya.
2) Fungsi mengatur (regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
c. Syarat Pemungutan Pajak
1) Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan,
undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil
dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara
umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan
memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada
Majelis Pertimbangan Pajak.
2) Pemungutan pajak harus derdasarkan undang-undang (Syarat
Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat
Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan,
baik bagi negara maupun warganya.
3) Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan
produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan
kelesuan perekonomian masyarakat.
4) Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus
dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan
dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang- undang
perpajakan yang baru.
d. Teori- Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan
justifikasi pemberian pemberian hak kepada negara untuk
memungut pajak. Teori- teori tersebut antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
1) Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan
hak- hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar
pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena
memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
2) Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada
kepentingan masing- masing orang. Semakin besar
kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak
yang harus dibayar.
3) Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya,
artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-
masing orang.
4) Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada
hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara
yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa
pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
5) Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan
pajak.Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli
dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Selanjutnya negara kan menyalurkannya kembali ke
masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat
lebih diutamakan.
e. Pengelompokan Pajak
Pengelompokkan pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan,
wewenang pemungutan maupun sifatnya (Suandy: 2002). Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1) Pembagian pajak berdasarkan golongan, dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
a) Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain.
b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat
dialihkan atau digeser kepada pihak lain.
2) Pembagian pajak berdasarkan wewenang pemungutannya,
pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Pajak Pusat/ Pajak Negara adalah pajak yang wewenang
pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui
Direktorat Jenderal Pajak.
b) Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya
ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya ddilakukan
oleh Dinas Pendapatan Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
3) Pembagian Pajak berdasarkan sifatnya, dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a) Pajak Subyektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi
atau keadaan wajib pajak.
b) Pajak Obyektif adalah pajak yang awalnya memperhatikan
obyek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar,
kemudian baru mencari subyeknya baik orang pribadi maupun
badan.
f. Tata Cara Pemungutan Pajak
1) Stelsel Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel:
a) Stelsel nyata (riil stelsel) adalah pengenaan pajak didasarkan
pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya
baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan stelsel ini
adalah pajak yang dikenakan lebih realistis sedangkan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir
periode (setelah penghasilan riil diketahui).
b) Stelsel Aggapan adalah pengenaan pajak didasarkan pada
suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang misalnya
penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
ditetapkan besarnya pajak yang terhutang untuk tahun pajak
yang berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar
selama tahun berjalan tanpa harus menunggu pada akhir tahun.
Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
c) Stelsel Campuran adalah kombinasi antara stelsel nyata dan
stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung
berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada
pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah.
Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta
kembali.
2) Asas Pemungutan Pajak
Menurut Smeets dalam bukunya Prastowo (2009). Asas
pemungutan pajak yang penting adalah sebagai berikut:
a) Asas Equality merupakan pemungutan pajak yang dilakukan
negara sesuai dengan kemampuan dan penghasilan Wajib
Pajak.
b) Asas Certainty merupakan pemungutan pajak yang
berdasarkan undang-undang. Dengan begitu, pihak yang
melanggar dapat dikenai sanksi hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
c) Asas Convinience of payment merupakan pemungutan pajak
harus dipungut pada saat yang tepat bagi Wajib Pajak (saat
yang baik), misalnya pada saat Wajib Pajak baru menerima
penghasilannya atau saat Wajib Pajak menerima hadiah.
d) Asas Eficiency merupakan pemungutan pajak yang biaya
pemungutannya diusahakan sehemat mungkin. Jangan sampai
biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan
pajak.
3) Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak di bagi atas 3 macam yaitu
(Waluyo, 2007):
a) Official Assesment System
Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang harus dibayar (pajak terutang) oleh Wajib
Pajak.
b) Self Assesment System
Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan
wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang
c) With Holding System
Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh Wajib Pajak.
g. Tarif Pajak
Ada empat macam tarif pajak yaitu (Mardiasmo, 2003):
1) Tarif sebanding/ proporsional yaitu berupa persentase yang
tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga
besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai
yang dikenai pajak.
2) Tarif Tetap yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) trhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak
yang terutang tetap.
3) Tarif progresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin
besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
4) Tarif degresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin
kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
2. Pajak Bumi dan Bangunan
a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Bumi merupakan permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada
dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan
pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut
wilayah Republik Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
Bangunan adalah konstruksi tenik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) merupakan surat
yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek
menurut ketentuan Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan.
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat
yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk
memberitahukan besarnya pajak yang terhutang kepada wajib pajak.
Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan SPPT (Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang) berdasarkan SPOP (Surat Pemberitahuan Objek
Pajak) wajib pajak.
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang
diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan
bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak
ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang
sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek pajak
pengganti.
b. Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
1) Bumi dan atau bangunan.
2) Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan
bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai
pedoman, serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang
terhutang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
Dalam menentukan klasifikasi bumi/ tanah diperhatikan faktor-
faktor sebagai berikut:
a. Letak
b. Peruntukkan
c. Pemanfaatan
d. Kondisi lingkungan dan lain-lain.
Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-
faktor sebagai berikut:
a. Bahan yang digunakan
b. Rekayasa
c. Letak
d. Kondisi lingkungan dan lain-lain.
c. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi atau
badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau
memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan
atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian tanda
pembayaran/ pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.
d. Dasar Pengenaan Pajak
Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP). Besarnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan setiap 3
(tiga) tahun oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
atas nama Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat
Gubernur/ Bupati/ Walikota (Pemerintah Daerah) setempat. Dasar
penghitungan pajak adalah NJKP yang ditetapkan serendah-
rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari NJOP. Besarnya
persentase NJKP ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah (PP), dengan
memperhatikan kondisi ekonomi nasional.
NJKP = AV (Assesment Value) x NJOP
= 20% x NJOP
PBB = Tarif Pajak x NJKP
= 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP)
3. Penagihan Pajak
a. Pengertian Penagihan Pajak
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung
pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan, melaksankan penyanderaan, menjual barang
yang telah disita (Ilyas, 2001).
Penjualan barang yang telah disita biasanya dilakukan melalui
pelelangan, kecuali untuk aset-aset tertentu seperti surat-surat
berharga, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain.
Penagihan pajak dibagi menjadi penagihan pajak aktif dan
penagihan pajak pasif. Penagihan pajak pasif dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
menerbitkan Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak.
Penagihan pajak aktif merupakan penagihan dengan surat paksa yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana
telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2000.
b. Pelaksanaan Penagihan Pajak
Tahap pelaksanaan penagihan pajak:
1) Surat Teguran Pajak
Surat Teguran Pajak diterbitkan setelah 7 (tujuh) hari sejak
saat jatuh tempo pelunasan kepada penanggung pajak apabila tidak
melunasi utang pajaknya.
2) Surat Paksa
Surat paksa merupakan surat perintah membayar utang
pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa diterbitkan setelah
lewat 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran. Surat paksa
mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Surat paksa diterbitkan apabila:
a) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya
diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain
yang sejenis,
b) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
c) Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau
penundaan pembayaran pajak.
c. Penyitaan
Penyitaan merupakan tindakan jurusita pajak untuk
menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk
melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan,
Apabila utang pajak tidak dilunasi penanggung pajak dalam jangka
waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah surat paksa
diberitahukan, pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan
penyitaan.
Penyitaan dilakukan oleh jurusita pajak disaksikan oleh
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk
indonesia, dikenal oleh jurusita pajak, dan dapat dipercaya. Setiap
melaksanakan penyitaan, jurusita pajak membuat berita acara
pelaksanaan sita yang ditandatangani oleh jurusita pajak, penanggung
pajak dan saksi-saksi.
d. Pengumuman Lelang
Apabila utang pajak dan atau biaya penagihan pajak tidak
dilunasi setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak tanggal
pelaksanakan penyitaan, maka pejabat berwenang mengumumkan
lelang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
e. Penjualan/ Pelelangan Barang Sitaan
Lelang merupakan setiap penjualan dimuka umum dengan
cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha
pengumpulan peminat atau calon pembeli.
Setelah lewat 14 (emapt belas) hari sejak pengumuman lelang
ternyata penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya, maka
pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap
barang yang disita melalui kantor lelang.
f. Pencegahan dan Penyanderaan
Pencegahan merupakan larangan yang bersifat sementara
terhadap penanggung pajak tertentu untuk keluar dari wilayah
Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pencegahan hanya dapat
dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai jumlah utang
pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp100.000.000,- (seratus juta
rupiah) dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
Pencegahan dapat dilakukan berdasarkan berdasarkan
keputusan pencegahan yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan atas
permintaan pejabat atau atasan pejabat yang bersangkutan. Jangka
waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan. Pencegahan terhadap
penaggung pajak tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan
terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu
kebebasan penanggung pajak dengan menempatkannya ditempat
tertentu. Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung
pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya
sebesar Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad
baiknya dalam melunasi utang pajak.
g. Keberatan dan Pengurangan PBB
1) Dasar Hukum Keberatan PBB:
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 yang telah diubah
dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi
dan Bangunan. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-
25/ 2009 tanggal 16 Maret 2009 tentang Tata Cara Pengajuan dan
Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bnagunan.
2) Keberatan diajukan apabila:
(a) Dalam hal Wajib Pajak merasa SPPT/ SKP tidak sesuai
dengan keadaan sebenarnya mengenai luas obyek bumi dan
bangunan, klasifikasi obyek bumi dan bangunan, besarnya
penetapan/ pengenaan PBB.
(b) Terdapat perbedaan penafsiran Undang-Undang antara Wajib
Pajak dengan fiskus, misalnya penatapan subyek pajak
sebagai Wajib Pajak, Obyek pajak yang seharusnya tidak
dikenakan PBB, penerapan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
penentuan saat pajak terhutang, tanggal jatuh tempo, atau
penetapan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Perkembangan Objek Pajak Buni di Kabupaten Klaten
Wilayah kerja KPP Pratama Klaten meliputi desa dan kecamatan
di Kabupaten Klaten yang terdiri dari 26 kecamatan dengan jumlah desa
sebanyak 401 desa dan SPPT PBB Tahun 2011 sebanyak 543.473 Objek
Pajak dengan jumlah pokok ketetapan sebesar Rp18.561.023.085,-.
Banyak bencana yang menimpa Kabupaten Klaten, seperti
gempa, letusan gunung berapi dan juga hama wereng yang menyebabkan
objek pajak bumi dan bangunan mengalani kerusakan. Tahun ini hama
wereng yang banyak menyerang objek pajak sawah di Kabupaten Klaten.
Jenis hama yang menyerang tanaman padi petani adalah hama wereng
batang coklat. Hama wereng di Kabupaten Klaten menyerang lahan seluas
1980 hektar sehingga menyebabkan petani gagal panen.
Tabel 2.1
Rekapitulasi Ketetapan PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan Kabupaten
Klaten
Keterangan 2009 2010 2011 Jumlah Objek Pajak
543.473 543.473 543.473
Jumlah SPPT
519.620 530.079 532.227
Luas Bumi
570.142.019 578.179.650 578.762.174
NJOP Bumi 13.408.112.794 13.886.407.261 14.090.912.609
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
Lanjutan Luas Bangunan
13.790.111 14.204.452 14.451.149
NJOP Bangunan
3.948.707.895 4.544.702.529 4.726.112.198
Ketetapan PBB
16.670.013.374 17.711.446.992 18.561.023.085
Sumber : KPP Pratama Klaten
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perkembangan objek PBB
dari tahun 2008 sampai tahun 2010. SPPT PBB pada tahun 2011 yaitu
sebanyak 532.227 meningkat sebanyak 2.148 dari tahun sebelumya. Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi dan Bangunan juga mengalami
peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP) Bumi meningkat sebesar 1,47% sedangkan Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunan meningkat sebesar 3,99%.
Peningkatan tersebut terjadi karena bertambahnya luas bumi dan luas
bangunan objek PBB.
Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan
penerimaan negara dan disetor sepenuhnya ke rekening kas negara.
Sebesar 10% (sepuluh persen) dari hasil penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan tersebut merupakan bagian dari penerimaan untuk Pemerintah
Pusat. Sedangkan 90% (sembilan puluh persen) merupakan bagian
penerimaan untuk Daerah yang dibagi dengan rincian sebagai berikut:
a) 16,2 (enam belas koma dua persen) untuk Daerah Propinsi yang
bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
b) 64,8% (enam puluh empat koma delapan persen) untuk Derah
Kabupaten/ Kota yang bersangkutan.
c) 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan yang dibagikan
kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Daerah.
2. Pelaksanaan penagihan tunggakan pajak bumi dan bangunan di Kantor
Pajak Pratama Klaten.
Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB Tahun 2011
Kabupaten Klaten telah diserahkan secara kolektif melalui Dinas
Pendapatan Pengelola Keuangnan dan Asset Daerah Kabupaten Klaten
pada bulan April. Tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) 6 (enam) bulan setelah diterimanya SPPT yaitu tanggal
30 September. Pada saat penyampaian SPPT, KPP Pratama Klaten
mengadakan kegiatan penyuluhan untuk mendapatkan informasi atau
masukan secara langsung dari para Camat ataupun Kepala Desa tentang
permasalahan yang dihadapi agar bisa dicari solusi masalah tersebut
bersama-sama. Untuk memudahkan monitoring penyampaian SPPT PBB,
kopian SPPT PBB segera dikirimkan ke Kantor Pelayanan Pajak dan
untuk Ketetapan diatas Rp1.000.000,- disebalik tanda terima ditulis
nomor telepon Wajib Pajak.
Untuk korban bencana yang objek pajaknya mengalami
kerusakan atau bagi petani yang mengalami gagal panen karena bencana
ataupun hama bisa mengajukan pengurangan atau pembebasan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
melaporkan keadaan objek pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama.
Prosedur penagihan Pajak Bumi dan Bangunan sama dengan
pelaksanaan pajak lainnya. Setelah tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Juru sita memberikan
himbauan berupa penerbitan Surat Teguran kepada Wajib Pajak. Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang, Surat Ketetapan Pajak dan Surat
Tagihan Pajak merupakan dasar penagihan pajak (UU PBB Nomor 12
Tahun 1984 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun
1994).
Tabel 2.2
Penerimaan PBB dan Tunggakan di KPP Klaten
Keterangan 2009 2010 Pedesaan 5.865.949.366 5.222.141.380 Perkotaan 5.511.940.993 5.457.694.428 Perkebunan 268.222.190 Perhutanan 42.123.868 43.596.768 Migas 18.076.885.328 22.202.062.608 Non Migas - PBB (APBN) 29.765.121.745 32.925.495.184 Tunggakan 1.111.232.445 925.196.950
Sumber: KPP Pratama Klaten
Tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2010
mengalami penurunan sebesar Rp186.035.495,- atau 16,74% dari tahun
2009. Perincian tunggakan pada tahun 2009 sampai tahun 2010 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
Tabel 2.3
Rincian Penerimaan PBB dan Tunggakan di KPP Klaten
Keterangan 2009 2010 Pedesaan Pokok ketetapan 5.865.949.366 5.222.141.380 Tunggakan 843.409.798 613.032.382 Perkotaan Pokok ketetapan 5.522.940.993 5.457.694.428 Tunggakan 267.822.647 312.164.568 Perkebunan Pokok ketetapan 268.222.190 0 Tunggakan 0 0 Perhutanan Pokok ketetapan 42.123.686 43.596.768 Tunggakan 0 0 Pertambangan Pokok ketetapan 18.076.885.328 22.202.062.608 Tunggakan 0 PBB Pokok Ketetapan 29.765.121.745 32.925.495.184 Tunggakan 1.111.232.445 925.196.950
Sumber : KPP Pratama Klaten
Pada dasarnya nilai tunggakan PBB dari tahun 2009 sampai tahun
2010 mengalami penurunan, tetapi untuk tunggakan PBB sektor
Pedesaan dan Perkotaan meningkat. Hal ini disebabkan karena bebarapa
faktor yang terjadi pada sistem pemungutan pajak yang kurang efektif.
Mulai dari penyampaian SPPT, yaitu sulit ditemukannya subjek pajak
dikarenakan berada diluar kota atau terjadinya mutasi tanah yang tidak
dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Kemudian pada saat
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan pada petugas pemungut atau
BKK yang tidak/ belum disetorkan sampai tanggal jatuh tempo,
sehingga terjadi tunggakan pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
3. Cara untuk meminimalisasi tunggakan pajak di Kantor Pajak Pratama
Klaten.
Dalam proses pemungutan pajak, banyak kendala yang terjadi
sehingga menyebabkan terjadinya tunggakan pajak. STTS (Surat Tanda
Terima Setoran) diserahkan dari Kantor Pelayanan Pajak ke kecamatan-
kecamatan, kemudian dari kecamatan ke desa-desa, baru dari desa
diserahkan kepada Wajib Pajak. Dalam proses penyerahan SPPT, masalah
yang sering terjadi yaitu tidak disampaikannya SPPT kepada Wajib Pajak
atau penyerahan SPPT jauh dari waktu diterimanya SPPT ke desa. Hal itu
terjadi karena terlalu banyaknya SPPT dan juga perubahan atau mutasi
tanah yang tidak dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP)
sehingga petugas pemungut tidak bisa menemukan Subjek Pajak yang
bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut atau subjek pajak
berdomisili diluar kota sehingga petugas tidak bisa menyampaikan SPPT.
Dalam proses pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga
terdapat kendala yang menyebabkan terjadinya tunggakan pajak. Wajib
Pajak mendapatkan STTS dari petugas pemungut kemudian menyerahkan
uang pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan kepada petugas pemungut
tersebut. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan juga bisa dibayarkan
lewat BKK. Apabila petugas pemungut tidak menyetorkan uang
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan sampai tanggal jatuh tempo, maka
akan terjadi tunggakan pajak meskipun Wajib Pajak sebenarnya telah
membayar pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
Untuk meminimalisasi terjadinya tunggakan pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten, bisa
dilakukan pencocokan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ke
tempat-tempat pembayaran. Dalam penyampaian SPPT, Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Klaten berkoordinasi dengan Pemerintah
Daerah agar petugas segera menyampaikan SPPT dengan meneliti dahulu
dan apabila terdapat kesalahan/ kekeliruan segera melaporkan ke Kantor
Pelayanan Pajak Pratama dengan disertai alasan dan data pendukung agar
segera diproses pembetulan SPPT dan bisa diserahkan kepada wajib
pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama juga menghimbau kepada petugas
pemungut apabila SPPT tidak disampaikan kepada wajib pajak karena
sebab-sebab tertentu, maka SPPT tersebut harus segera dikembalikan
kepada KPP Pratama.
Wajib Pajak yang objek pajaknya mengalami kerusakan akibat
bencana alam atau sawah yang mengalami gagal panen dihimbau agar
menyampaikan keadaan objek pajaknya sehingga Kantor Pelayanan Pajak
Pratama bisa memberikan pengurangan atau bebas pajak.
Untuk pembayaran yang lebih efektif, pembayaran Pajak Bumi
dan Bangunan bisa dilakukan lewat ATM Bank terdekat yang ditunjuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
BAB III
TEMUAN
A. Kelebihan
Dalam penelitian pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan
terdapat beberapa kelebihan yang ditemukan antara lain:
1. Setiap melakukan penyampaian SPPT, Kantor Pelayanan Pajak
Pratama memberikan penyuluhan kepada para Camat dan Kepala Desa
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi atau masukan secara
langsung.
2. Untuk memudahkan monitoring penyampaian SPPT PBB, kopian
SPPT PBB untuk ketetapan diatas Rp1000.000,- disebalik tanda terima
ditulis nomor telepon Wajib Pajak.
B. Kelemahan
Dalam penelitian pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan
juga terdapat beberapa kelemahan yang ditemukan, antara lain:
1. Jangka waktu terutang Pajak Bumi dan Bangunan yang lama membuat
petugas pemungut yang bertugas memungut Pajak Bumi dan Bangunan
menyalahgunakan uang pajak tersebut.
2. Penyampaian SPPT masih kurang tercapai maksimal meskipun sudah
dilaksanakan penyuluhan sebelum diserahkannya SPPT karena kurangnya
kesadaran petugas pemungut ataupun wajib pajak sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai penagihan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada Kabupaten Klaten terdapat 26 Kecamaten dan 401 Desa dan
SPPT Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Klaten tahun 2011
sebanyak 543.473 Objek Pajak. Karena bencana yang terjadi di
Kabupaten Klaten, seperti gempa dan juga erupsi, menimbulkan
tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan karena objek pajak mengalami
kerusakan. Untuk tahun 2011 di Kabupaten Klaten banyak petani
mengalami gagal panen karena serangan hama wereng pada objek
sawah sehingga mengakibatkan petani mengalami kerugian. Untuk
Objek pajak yang rusak karena bencana ataupun sawah yang terserang
hama wereng diberikan pengurangan atau bisa dibebaskan dari pajak.
Jika Wajib Pajak segera melaporkan keadaan Objek Pajak yang
mengalami kerusakan tersebut.
2. Pelaksanaan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Klaten sesuai dengan pasal 12 UU PBB.
Dasar penagihan pajak berupa SPPT, SKP, dan STP. Atas SPPT atau
SKP tersebut apabila akan ditindaklanjuti dengan tindakan penagihan