perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id analisis layanan .../analisis...analisis layanan sekolah...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DI KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 2011
Skripsi
Oleh :
Nurul Sulistiyo Pribadi
NIM K5408042
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DI KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 2011
Oleh :
Nurul Sulistiyo Pribadi
NIM K5408042
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Surakarta, 26 Juni 2012
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd
NIP. 19560420 198303 1 003
Pembimbing II
Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd
NIP.19820908 200604 1 002
PERSETUJUAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Kamis
Tanggal : 05 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si .......................
Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si., M.Si ........................
Anggota I : Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd ........................
Anggota II : Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd ........................
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n Dekan
Pembantu Dekan 1,
Prof. Dr. rer.nat Sajidan, M.Si
NIP 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Nurul Sulistiyo Pribadi. ANALISIS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011. Skripsi. Surakarta :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Juni 2012.
Tujuan Penelitian adalah (1) Mengetahui pola sebaran Sekolah Menengah
Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun 2011 (2) Mengetahui Tingkat
Ketersediaan Sekolah Menengah Pertama (Ruang Kelas) di Kabupaten Kebumen
Tahun 2011 (3) Mengetahui kondisi layanan sarana dan prasarana Sekolah
Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun 2011.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi dengan metode survei.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri
dan Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kebumen. Teknik Pengambilan
sampel dengan menggunakan Disproportionate Stratified Random Sampling yaitu
berdasarkan strata dari (akreditasi) sekolah. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah analisis dokumentasi dan Observasi. Teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui layanan sekolah dengan analisis peta dan analisis
sarana prasarana.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1 (a) pola sebaran
acak dengan nilai T=0,766. (b). distribusi sekolah yang paling banyak terdapat di
Kecamatan Kebumen dengan jumlah SMPN/MTsN sebanyak 9 sekolah (14,06%)
dan terdapat kecamatan yang belum memiliki sekolah negeri yaitu Kecamatan
Bonorowo. 2 Tingkat ketersediaannya adalah (a) Jumlah ruang kelas yang
terdapat di Kabupaten Kebumen sebanyak 1.212 ruang, jumlah ruang kelas
terbanyak terdapat di Kecamatan Kebumen yaitu 212 ruang. (b) Perhitungan
kebutuhan ruang kelas dengan APK di Kabupaten Kebumen sejumlah 2.612
ruang, masih kekurangan 1.400 ruang kelas. Perhitungan dengan APM di
Kabupaten Kebumen kebutuhan ruang kelas sejumlah 1.282 ruang, masih
kekurangan 70 ruang kelas. (3) Tingkat layanan sarana dan prasarana dari
beberapa sekolah sampel diperoleh hasil 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan
tinggi. Sekolah dengan layanan sarana dan prasarana rendah yaitu SMP N 1
Sadang, SMP N 2 Satu Atap Poncowarno, SMP N 3 Satu Atap Karangsambung,
SMP N 3 Satu Atap Sempor, dan SMP N 2 Satu Atap Alian. Dan terdapat sekolah
dengan akreditasi A yang layanan sarana dan prasarana sedang yaitu SMPN 1
Petanahan, SMP N 1 Karanggayam, SMP N 1 Klirong, SMP N 1 Kuwarasan,
SMP N 1 Karangsambung, SMP N 1 Poncowarno, dan MTs N Gombong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Nurul Sulistiyo Pribadi. AN ANALYSIS ON JUNIOR HIGH SCHOOLS’
SERVICE IN KEBUMEN REGENCY IN 2011. Thesis. Surakarta: Teacher
Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, June 2012.
The objectives of research are (1) to find out the spread pattern of Junior
High Schools in Kebumen Regency in 2011, (2) to find out the Availability Level
of Junior High Schools (Classroom) in Kebumen Regency in 2011, and (3) to find
out the condition of Junior High Schools’ infrastructure service in Kebumen
Regency in 2011.
The research method used was a descriptive one with survey method. The
population of research was all Public Junior High Schools and Madrasah
Tsanawiyah Negeri (Public Islamic School) in Kebumen Regency. The sampling
technique used was Disproportionate Stratified Random Sampling based on the
strata of school accreditation. Technique of collecting data used was
documentation and observation analysis. Technique of analyzing data used was
map and infrastructure analyses to find out the school’s service.
Based on the result of research, it could be concluded that: 1 (a) the spread
pattern of Junior High Schools in Kebumen Regency was random with T value =
0.766. (b). The highest number of school distribution occurred in Kebumen
Subdistrict with 9 SMPN/MTsN (14.06%) and there was a subdistrict with no
public schools, Bonorowo Subdistrict. 2. The availability level included (a) the
number of classroom existing in Kebumen Regency was 1,212 rooms, the highest
number of classroom occurred in Kebumen Subdistrict of 212 rooms. (b) The
calculation of classroom demand with APK in Kebumen Regency was 2,612
rooms; there was still deficit of 1,400 classrooms. The calculation with APM in
Kebumen Regency showed the classroom demand of 1,282 rooms; there was still
deficit of 70 classrooms. (3) Infrastructure service level of some sample school
found 3 categories: low, moderate, and high. The schools with low infrastructure
were SMP N 1 Sadang, SMP N 2 Satu Atap Poncowarno, SMP N 3 Satu Atap
Karang Sambung, SMP N 3 Satu Atap Sempor, and SMP N 2 Satu atap Alian.
And there were some schools with A accreditation the infrastructure service of
which is moderate: SMPN 1 Petanahan, SMP N 1 Karanggayam, SMP N 1
Klirong, SMP N 1 Kuwarasan, SMP N 1 Karangsambung, SMP N 1 Poncowarno,
and MTs N Gombong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau
menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Kalau
harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila
dibelanjakan.
(Sayidina Ali bin Abi Thalib)
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat
suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya
ia dengan kemajuan selangkah pun.
(Bung Karno)
Apa yang kamu pikirkan tentang esok hari, itulah yang akan terjadi.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
Ibu dan Bapakku tercinta, terimakasih atas segala doa yang engkau panjatkan, dan
setiap pengorbanan yang engkau berikan padaku.
Kedua adikku Irfan dan Fais.
Sahabatku Dewi, Eren, Mayang, Lintang, Rina, dan Ambar,
Terimakasih atas dukungan dan bantuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh,
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq, dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
Dalam menyusun skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan ijin melaksanakan penelitian.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.
3. Bapak Dr. Gamal Rindarjono, MSi, Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan ijin melaksanakan penelitian.
4. Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah
berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah
berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Ibu Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc, selaku Pembimbing Akademis yang
telah memberikan motivasi, saran serta bekal ilmu yang bermanfaat bagi
penulis.
7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberi bekal
ilmu selama penulis menempuh studi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Pimpinan dan Staf Kesbanglinmas Kabupaten Kebumen, Pimpinan dan Staf
Bappeda Kabupaten Kebumen, Pimpinan dan Staf Dinas Pendidikan dan
Olahraga Kabupaten Kebumen, yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian.
9. Kepala Sekolah, guru, dan karyawan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah
Tsanawiyah yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian.
10. Sahabat Geografi 2008, terimakasih atas kebersamaan selama ini, semoga
persahabatan kita tetap terjalin.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah dengan
ikhlas membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis terima dengan
senang hati demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap tulisan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh.
Surakarta, 5 Juli 2012
Penulis,
Nurul Sulistiyo Pribadi
K5408042
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN…....................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ABSTRAK........................................................................................................
ABSTRACT......................................................................................................
iii
iv
v
vi
HALAMAN MOTTO….................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN….................................................................. viii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI…................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL…........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvi
DAFTAR PETA............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN…......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah....................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian........................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian...................................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis..................................................................................... 7
2. Manfaat Praktis….................................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI…................................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka......................................................................................... 8
1. Pengertian Pendidikan...........................................................................
a. Jenjang Pendidikan...........................................................................
b. Jalur Pendidikan................................................................................
8
8
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Distribusi Spasial................................................................................... 13
3. Layanan Pendidikan............................................................................... 16
4. Tingkat Ketersediaan Sarana Pendidikan.............................................. 17
5. Sarana dan Prasarana Pendidikan.......................................................... 18
B. Penelitian yang Relevan............................................................................. 26
1. Siti Sulaeha (2004)................................................................................. 26
2. Alindasari Nurhidayah(2009)................................................................ 26
3. Diah Erni Ekawati(2010)....................................................................... 27
C. Kerangka Berfikir....................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN….......................................................... 36
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian…................................................
1. Tempat Penelitian..................................................................................
2. Waktu Penelitian ...................................................................................
36
36
36
B. Bentuk dan Strategi Penelitian.................................................................... 37
C. Sumber Data Penelitian.............................................................................. 37
1. Data Primer…………............................................................................ 37
2. Data Sekunder........................................................................................ 38
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 39
1. Analisis Dokumentasi............................................................................ 39
2. Observasi……....................................................................................... 39
E. Populasi dan Taknik Sampling...................................................................
1. Populasi Penelitian.................................................................................
2. Teknik Sampling....................................................................................
39
39
39
F. Validitas Data.............................................................................................
G. Teknik Analisis Data..................................................................................
40
41
1. Analisis Tetangga Terdekat................................................................... 41
2. Analisis Penyediaan Fasilitas Pendidikan..............................................
3. Analisis Sarana dan Prasarana Sekolah.................................................
H. Prosedur Penelitian....................................................................................
1. Tahap Penulisan Proposal Penelitian.....................................................
2. Tahap Penyusunan Intrumen Penelitian................................................
42
43
45
45
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
3. Pengumpulan Data.................................................................................
4. Analisis Data..........................................................................................
5. Penulisan Laporan..................................................................................
45
45
46
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN HASIL….................................... 48
A. Deskripsi Wilayah…………...................................................................... 48
1. Letak…………………………............................................................. 48
a. Letak Astronomis........................................................................... 48
b. Letak Administratif….................................................................... 48
2. Luas…………….................................................................................... 50
3. Penggunaan Lahan.................................................................................
4. Keadaan Penduduk…............................................................................
51
52
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk.................................................. 52
b. Kepadatan Penduduk..................................................................... 54
c. Komposisi Penduduk...................................................................... 56
1) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin...........................
2) Komposisi Penduduk Menurut Umur........................................
3) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan..................
56
59
60
4) Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.............. 61
B. Deskripsi Hasil Penelitian…...................................................................... 63
1. Pola Sebaran Sekolah Menengah Pertama……………....................... 63
a. Sebaran Sekolah……………....………......................................... 63
b. Pola Sebaran Sekolah..................................................................... 65
2. Tingkat Ketersediaan Fasilitas Sekolah Menengah Pertama.................
a. Jumlah dan Persebaran Gedung Sekolah........................................
b. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas..............................................
c. Perhitungan Kebutuhan Ruang Kelas.............................................
69
69
70
71
3. Kondisi Layanan Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama... 82
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.................................. 86
A. Kesimpulan…............................................................................................. 86
B. Implikasi…................................................................................................. 87
C. Saran…………........................................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR PUSTAKA…................................................................................... 88
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penelitian yang Relevan........................….………..................... 29
Tabel 2. Rancangan Waktu Penelitian............................................…….. 36
Tabel 3. Klasifikasi Layanan Sarana dan Prasarana Sekolah................... 44
Tabel 4. Luas Daerah Kabupaten Kebumen………………..................... 50
Tabel 5. Jumlah dan Penyebaran Penduduk Kabupaten Kebumen
Tahun 2010.................................................................................
53
Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk.................................. 54
Tabel 7. Kepadatan Penduduk Kabupaten Kebumen Tahun 2010........... 55
Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan
di Kabupaten Kebumen Tahun 2010...…………………........
58
Tabel 9. Komposisi Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur
di Kabupaten Kebumen Tahun 2010..........................................
59
Tabel 10. Komposisi Penduduk 5 Tahun ke atas Menurut Tingkat
Pendidikan Tertinggi di Kabupaten Kebumen Tahun
2010............….......
60
Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di
Kabupaten Kebumen Tahun 2010.....................………..........
61
Tabel 14. Persebaran SMPN/MTsN di Kabupaten Kebumen Tahun
2011.............................................................................................
69
Tabel 15. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas SMPN/MTsN di
Kabupaten Kebumen Tahun 2011.......................……………
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir........................................................... 35
Gambar 2.
Gambar 3.
Continuum Nilai nearest neighbor statistic T................
Diagram Alur Penelitian..................................................
42
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR PETA
Peta 1. Administrasi Kabupaten Kebumen Tahun 2011………... 49
Peta 2. Persebaran SMPN/MTsN Kabupaten Kebumen Tahun
2011.....……....................................................................
64
Peta 3.
Pola Persebaran SMPN/MTsN Kabupaten Kebumen
Tahun 2011...................................................................
66
Peta 4.
Kecukupan Ruang Kelas APK Kabupaten Kebumen
Tahun 2011..................................................................
76
Peta 5.
Peta 6.
Kecukupan Ruang Kelas APM Kabupaten Kebumen
Tahun 2011.......................................................................
Tingkat Sarana Prasarana SMPN/MTsN Kabupaten
Kebumen Tahun 2011.................................................
81
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Persebaran SMPN/MTsN Kabupaten Kebumen Tahun 2011
2. Jarak Terdekat Antar Sekolah di Kabupaten Kebumen Tahun 2011
3. Analisis Kebutuhan Ruang Kelas Berdasarkan Angka Partisipasi Kasar
Penduduk Kabupaten Kebumen Tahun 2010
4. Analisis Kebutuhan Ruang Kelas Berdasarkan Angka Partisipasi
Murni Kabupaten Kebumen Tahun 2011
5. Data Akreditasi SMP/MTs Negeri di Kabupaten Kebumen
Tahun 2011
6. Penilaian Sarana dan Prasarana SMPN/MTsN di Kabupaten Kebumen
Tahun 2011
7. Intrumen Penelitian
8. Tabel Rekapitulasi Perhitungan Sarana dan Prasarana
9. Foto Penelitian
10. Surat Ijin Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan simbol kemajuan suatu bangsa, semakin baik
kualitas pendidikan maka semakin maju pula bangsa tersebut. Pendidikan
merupakan kebutuhan mutlak dan sangat penting bagi kemajuan tiap umat
manusia, pendidikan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu secara hakiki,
pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya
pembangunan manusia. Menurut Dronkers (2010:1) disebutkan bahwa
Education is one of the pillars of modern societies. That makes education
and its quality such as alient topic, not only in the eyes of policy makers,
but even more in the eyes of parents. International indicators of the quality
of education, schools, teachers, etc., have become important tools for the
decisions of both parents and public policy makers. More knowledge
about the actual quality differences in education and their causes with
reference to international standards and comparison has become vital f or
policy makers and multinational firms to guide their decisions.
(http://ebook30.com/study/others/256250/quality-and-inequality-of-
ducation-cross-national-perspectives.html)
Pendidikan mempunyai peranan yang vital, karena pendidikan merupakan salah
satu pilar dari kehidupan masyarakat modern. Seseorang yang pendidikannya
masih di bawah, bisa dipastikan kehidupannya jauh kurang lebih baik bila
dibandingkan dengan orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi. Dengan
pendidikan yang tinggi orang akan lebih mudah di dalam mendapatkan pekerjaan.
Upaya – upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya
diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri, karena
pendidikan merupakan hak tiap warga negara. Pemberian layanan pendidikan
kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggungjawab bersama
antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Oleh karena itu manajemen dalam
pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu, dan
diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang luas bagi warga masyarakat
dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan sudah diatur di dalam
Undang – Undang Dasar 1945 alinea keempat, selanjutnya dalam batang tubuh
UUD 1945, hal yang berhubungan dengan pendidikan ini diatur dalam bab XIII,
pasal 31, yang menerangkan bahwa (1) Tiap – tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran, (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal V
menerangkan bahwa (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, (2) Warga negara yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus, (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang
serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan
khusus, (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus, (5) Setiap warga negara
berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Pasal
VI yang menerangkan (1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai
dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, (2) Setiap warga
negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan
pendidikan.
Tujuan dari pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3). Untuk meningkatkan kualitas
pendidikan nasional perlu adanya pemerataan pendidikan di semua lapisan
kalangan masyarakat. Pemerataan pendidikan mempunyai arti memberikan
kesempatan kepada semua anak yang masih dalam tahap usia sekolah untuk
menikmati pendidikan. Dalam arti pemerataan yang lebih luas semua anak usia
sekolah sesuai dengan jenjang kelompok umurnya harus diberikan kesempatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pendidikan dari tingkat Taman Kanak – Kanak sampai dengan jenjang yang
paling tinggi yaitu Perguruan Tinggi. Pendidikan Dasar merupakan jenjang
pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan Dasar
berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat (Undang – Undang No. 20
Tahun 2003 Pasal 17). Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang
pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar
(atau sederajat). Sekolah Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun,
mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran 1994/1995 hingga
2003/2004, sekolah ini pernah disebut Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
(http://www.kemdiknas.go.id/peserta-didik/sekolah-menengah-pertama.aspx).
Fasilitas sarana dan prasarana sekolah merupakan faktor penunjang
keberhasilan proses belajar mengajar (pembelajaran). Proses pembelajaran akan
berhasil dengan baik ditentukan oleh keberadaan dan kelengkapan fasilitas
penunjang di sekolah. Sarana dan prasarana di setiap sekolah akan berbeda antara
sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. Dalam lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 dicantumkan tentang standar sarana
dan prasarana minimal yang mengatur tentang sarana dan prasarana minimal yang
harus ada di sekolah. Setiap sekolah harus memiliki sarana dan prasarana minimal
yang tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah
(SMA/MA)
Kabupaten Kebumen tergolong atau masuk ke dalam golongan daerah
yang masih tertinggal di dalam bidang pendidikan dibandingkan dengan daerah –
daerah lainnya, menduduki peringkat ke 33 dari 35 kabupaten di Jawa Tengah.
Menurut data Kebumen dalam angka tahun 2010, disebutkan bahwa Kabupaten
Kebumen sebanyak 29,17% tidak tamat SD, 43,77% hanya tamat SD, 15,40 %
tamat SMP, dan 11,66 % tamat SMA ke atas. Fasilitas pelayanan pendidikan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
daerah pedesaan yang masih terbatas, menyebabkan sulitnya anak – anak untuk
mengakses layanan pendidikan. Selain itu kualitas pendidikan masih rendah dan
belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik. Hal tersebut
disebabkan oleh ketersediaan pendidik yang belum memadai baik secara kuantitas
dan kualitas, kesejahteraan pendidik yang masih rendah, fasilitas belajar belum
mencukupi, dan biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai.
(http://www.kebumenkab.go.id/data/renstra/renstra_dinaspdk.pdf ).
Salah satu upaya peningkatan pelayanan pendidikan kepada masyarakat
ialah dengan mengkaji persebaran lokasi pendidikan di Kabupaten Kebumen.
Penyebaran lokasi pendidikan berkaitan erat dengan perluasan kesempatan
pendidikan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat, selain hambatan
ekonomi, jarak juga menjadi salah satu kendala bagi masyarakat yang hendak
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Penyediaan fasilitas
pendidikan yang memadai menjadi tanggungjawab pemerintah, dengan
membangun sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah
hingga perguruan tinggi. Pendidikan dasar meliputi Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs). Pendidikan menengah meliputi Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Pendidikan tinggi merupakan jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi / pendidikan tinggi. Penyajian data sekolah yang terdapat dalam
Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kebumen masih dalam bentuk tabel,
sehingga sebaran sekolah hanya bisa dilihat dalam bentuk tabel.
Cakupan pendidikan sangat luas, sehingga dalam penelitian akan dibatasi
pada pendidikan dasar yaitu SMPN dan MTsN yang ada di Kabupaten Kebumen.
Berdasarkan data dari Dinas Dikpora Kabupaten Kebumen tahun 2011 terdapat 57
SMPN dan 7 MTsN yang tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten Kebumen.
Jumlah sekolah terbanyak terdapat di Kecamatan Kebumen yaitu 9 sekolah
dengan 7 SMPN dan 2 MTsN dengan jumlah penduduk 124.387 jiwa, dan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Kecamatan Bonorowo tidak terdapat sekolah SMPN/MTsN dengan jumlah
penduduk 20.126 jiwa, sehingga pelayanan pendidikan di Kecamatan Bonorowo
masih belum mencukupi dari kebutuhan sekolah minimal yang dibutuhkan.
Peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan di atas untuk dijadikan
topik penelitian, yang diarahkan untuk menganalisis layanan SMP/MTs di
Kabupaten Kebumen. Penggunaan media peta dipilih karena penyajian data
dengan menggunakan media peta lebih mudah dipahami dibandingkan penyajian
data dengan tulisan. Penelitian ini akan menganalisis sebaran fasilitas pendidikan
dan mengevaluasi layanan sekolah. Layanan sekolah terbagi menjadi dua yaitu
ketersediaan sekolah yang didasarkan dengan jumlah penduduk usia sekolah di
lingkungan tersebut dan layanan sarana prasarana sekolah itu sendiri. Analisis
terhadap sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
didasarkan pada pedoman standar pelayanan minimal sekolah yang tercantum
pada Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007,
sehingga akan diperoleh data tentang layanan sarana dan prasarana masing –
masing sekolah. Dari latar belakang di atas maka diangkatlah penelitian dengan
judul “Analisis Layanan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen
Tahun 2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi
permasalahan antara lain :
1. Penyajian data sekolah masih dalam bentuk tabel atau grafik sementara
distribusi spasial sekolah belum ditampilkan, oleh karena itu diperlukan
penyajian data dengan menggunakan peta agar distribusi spasial sekolah
dapat ditampilkan.
2. Persebaran SMP/MTs baik negeri maupun swasta yang tidak merata di
Kabupaten Kebumen.
3. Kualitas pendidikan di Kabupaten Kebumen yang masih rendah menduduki
peringkat 33 dari 35 provinsi yang ada.
4. APK SMP sebesar 97,45%, dan APM SMP sebesar 77,82%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
5. Sarana dan prasarana yang belum memadai seperti ruang belajar,
laboratorium, perpustakaan, dll.
6. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam mendukung ketersediaan fasilitas
pendidikan masih belum maksimal, khususnya dana yang harusnya 20% dari
APBD.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang diteliti oleh peneliti adalah SMP/MTs Negeri yang ada
di Kabupaten Kebumen dengan fokus masalah :
1. Ruang lingkup yang akan diteliti adalah persebaran gedung SMPN/MTsN
dan bagaimana pola sebarannya yang digambarkan dan dianalis dalam bentuk
peta.
2. Ketersediaan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen
3. Layanan sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
Kabupaten Kebumen.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pola sebaran Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen
tahun 2011?
2. Bagaimana tingkat ketersediaan Sekolah Menengah Pertama (Ruang Kelas)
di Kabupaten Kebumen tahun 2011?
3. Bagaimana kondisi layanan sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama
di Kabupaten Kebumen tahun 2011?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sangat penting karena dengan ini dapat diketahui tingkat
keberhasilan dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Mengetahui pola sebaran Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen
tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Mengetahui tingkat ketersediaan Sekolah Menengah Pertama (Ruang Kelas)
di Kabupaten Kebumen tahun 2011
4. Mengetahui kondisi layanan sarana dan prasarana Sekolah Menengah
Pertama di Kabupaten Kebumen tahun 2011
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh
di bangku kuliah berupa teori – teori yang kemudian diaplikasikan dengan
kenyataan yang sesungguhnya di lapangan. Bermanfaat dalam membantu
memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan, khususnya masalah
penyediaan fasilitas sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama yang
memenuhi standar pelayanan minimum dan dapat dipakai sebagai acuan
pengembangan penelitian yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Lembaga / Sekolah
1) Memberikan informasi tentang kondisi sarana dan prasarana pendidikan di
suatu sekolah.
2) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan dalam
pengelolaan pendidikan.
b. MGMP
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai sumber belajar (learning
resources) geografi untuk kelas XII, pada kompetensi dasar kemampuan
menerapkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kajian geografi dengan
materi pokok Sistem Informasi Geografi (SIG).
c. Penulis
Untuk menerapkan pengetahuan yang didapat di bangku kuliah dengan
kenyataan di lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat (UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003). Menurut Ki Hajar
Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup
yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pendidikan adalah
usaha secara sadar dan terencana untuk memajukan budi pekerti, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh peserta didik yang selaras
dengan alam dan masyarakat.
a. Jenjang Pendidikan
Menurut pasal 1 butir 8 Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 Jenjang
pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan. Jenjang pendidikan di dalam jalur pendidikan sekolah terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Menurut pasal 17
butir 1 dan 2 Undang – Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan dasar merupakan
jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan
dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk
lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Sementara itu pendidikan
menengah menurut pasal 18 adalah merupakan lanjutan pendidikan dasar serta
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya
dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam
dunia kerja atau pendidikan tinggi, pendidikan menengah berbentuk Sekolah
Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Pasal 19 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa
pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan Diploma (D1, D2, D3, D4), Sarjana, Magister, Spesialis, dan
Doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi.
b. Jalur Pendidikan
Menurut Pasal 1 butir 7 Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta
didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan. Philip H. Copmbs seorang ahli perencanaan
pendidikan dalam Vembriarto (1984:22) mengklasifikasikan bentuk-bentuk
pendidikan menjadi 3 golongan yaitu:
1) Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar ataupun tidak sadar sejak seseorang
lahir sampai mati, di dalam keluarga dalam pekerjaan atau pergaulan sehari-
hari.
2) Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah yang teratur
bertingkat dan mengikuti peraturan-peraturan yang jelas dan ketat.
3) Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar
dilakukan tetepi tidak terlalu mengikuti peraturan yang tetap dan ketat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pasal 13 butir 1 Undang – Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, menjelaskan tentang jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Kemudian dijelaskan dalam pasal 1 butir 11,12, dan 13 sebagai berikut :
1) Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
a) Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk
lain yang sederajat.
b) Pendidikan Menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah
Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
c) Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
2) Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan berfungsi
sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,
majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
ketrampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat
dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses
penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
3) Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang berlangsung dalam
keluarga dan lingkungan masyarakat. Kegiatan pendidikan informal dilakukan
oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil
pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Pendidikan yang mencakup tiga kriteria pendidikan formal, non formal,
dan informal diatas keberadaannya sangat penting, menurut Undang–Undang
Pendidikan Tahun 2003 dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 32 dijelaskan
mengenai jenis pendidikan yang mencakup 3 kriteria pendidikan di atas, antara
lain:
a) Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Pendidikan anak usia dini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pada jalur formal berbentuk Taman Kanak – Kanak (TK), Raudhotul Athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini ini pada jalur pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan.
b) Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemeritah non departemen.
Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan
informal.
c) Pendidikan Keagamaan.
Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau
kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai – nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli ilmu
agama. Pendidikan keagamaan diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk
pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, dan bentuk lain yang sejenis.
d) Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan
pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti
pendidikan secara tatap muka atau reguler. Pendidikan jarak jauh
diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan, yang
didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang
menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
e) Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan layanan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,
masyarakat adat yang terpencil.
2. Distribusi Spasial
Analisis keruangan dalam studi Geografi terdapat 9 (sembilan) tema
analisis yaitu analisis pola keruangan (spatial pattern analysis), analisis struktur
keruangan (spatial structure analysis), analisis proses keruangan (spatial process
analysis), analisis interaksi keruangan (spatial interaction analysis), analisis
organisasi/sistem keruangan (spatial organization/spatial system analysis),
analisis asosiasi keruangan (spatial association analysis), analisis komparasi
keruangan (spatial comparison analysis), analisis kecenderungan keruangan
(spatial tendency trend analysis), dan analisis sinergisme keruangan (spatial
synergism analysis). Pada analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah
penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang
akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada analisis
keruangan tema yang digunakan ialah analisis pola keruangan (spatial pattern
analysis). Data yang dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari: data titik
(point data) dan data bidang (areal data).
Data lokasi berupa titik ( point data ) diperoleh dengan plotting
menggunakan alat Global Positioning System (GPS). GPS dalam International
Journal of Future Generation Communication and Networking (2011:38) sebagai
berikut :
Global Positioning System (GPS) is a technology introduced to track by
the United States of Defense (DoD), for spaced-based positioning,
navigation, and timing system. It its currently working on 24
satellites, located at various locations and collaborate with several
ground monitoring stations.
(sersc.org/journals/IJFGCN/vol4_no2/4.pdf)
Melalui penggunaan GPS akan diketahui lokasi absolut dari masing – masing
sekolah, kemudian akan diperoleh persebaran yang berupa titik-titik. Untuk
mengetahui pola distribusi spasial suatu objek diperlukan perhitungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
menggunakan metode analisis tetangga terdekat. Menurut Swain (1978) dalam
Martono (1996:1), “pola adalah suatu yang mempunyai karakter spasial atau
geometri dalam dua dimensi “.
Metode analisis tetangga terdekat (Nearest Neighbourhood Analysis)
merupakan perangkat analisis untuk mengidentifikasikan pola permukiman secara
kuantitatif, tetapi ada perkembangannya analisis tersebut dapat pula digunakan
untuk menilai pola penyebaran pemukiman lain, seperti balai kesehatan, gedung
pendidikan, genangan air, pusat pelayanan pemerintah, dan pusat perbelanjaan.
Langkah– langkah dalam menggunakan analisa tetangga terdekat sebagai berikut :
a. Tentukan batas wilayah yang akan diselidiki.
b. Ubahlah pola penyebaran pemukiman seperti yang terdapat dalam peta
topografi menjadi pola penyebaran titik.
c. Berikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara analisanya.
d. Ukurlah jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan
titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catatlah ukuran
jarak tersebut.
e. Hitunglah besar parameter tetangga terdekat (Nearest Neigbour Statistic)
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai parameter tetangga terdekat
(Bintarto, 1982:75) adalah sebagai berikut :
Jh
JuT
Dimana :
T = Indeks penyebaran tetangga terdekat
Ju = Jarak yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang
terdekat.
Jh = Jarak rata – rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai
pola random = p2
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik
(N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A),
sehingga menjadi A
N
Penerapan perhitungan dengan analisis tetangga terdekat mendasarkan
pada analisis jarak dengan bantuan peta. Pada rumus tersebut jarak yang dimaksud
adalah jarak pada peta, sehingga Ju dan Jh didapat dari pengukuran antara titik
sekolah menengah pertama yang satu dengan sekolah menengah pertama yang
lain dalam satu peta. Setelah diketahui nilai indeks tetangga terdekat kemudian
nilai indeks tresebut dimasukkan pada klasifikasi pola persebaran. Berikut pola
persebaran menurut Bintarto dan Surastopo (1982: 76) :
T = 0 T = 1,0 T = 2,15
M
e
n
M
Mengelompok Random Seragam
Nilai T berkisar antara 0 sampai 2,15. Jika T = 0, pola persebarannya
dikatakan mengelompok. Jika T = 1 pola persebarannya dikatakan acak. Bila T =
2,15 persebarannya dikatakan seragam. Kategori Indeks Persebaran (T) :
I = Nilai T dari 0 – 0,7 adalah pola bergerombol (cluster pattern),
II = Nilai T dari 0,7 – 1,4 adalah pola tersebar tidak merata (random pattern),
III = Nilai T dari 1,4 – 2,1491 adalah pola tersebar merata (dispersed pattern).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3. Layanan Pendidikan
Layanan ialah pemenuhan kepuasan yang dilakukan oleh pemberi jasa
kepada yang memakai jasa. Layanan pendidikan berkaitan dengan kualitas atau
mutu, mutu adalah berkaitan dengan baik buruk suatu benda; kadar; atau derajat
misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya. Secara umum kualitas atau
mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau
tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,
proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi
menurut Danim (2005 : 53) diantaranya :
a. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumberdaya manusia, seperti
kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa.
b. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga,
buku – buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain – lain.
c. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat
lunak, seperti peraturan, struktur organisasi, dan deskripsi kerja.
d. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi,
motivasi, ketekunan, dan cita – cita.
Menurut Engkoswara dalam Suyata (1996 : 4) “kriteria kualitas sekolah
dilihat dari tiga sisi, yaitu prestasi, suasana, dan ekonomi”. Menurut Sallis dalam
Suyata (1996 : 4) “mutu pendidikan/sekolah yaitu standar hasil dan pelayanan,
dan standar kustomer atau konsumen”.
Suryosubroto dalam Ismail (2008 : 2), dijelaskan mengenai pendidikan yang
bermutu.
Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen pendidikan
terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Faktor-faktor dalam proses
pendidikan adalah berbagai input, seperti bahan ajar, metodologi, sarana
sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya
lainnya serta penciptaan suasana kondusif. Sedangkan, mutu pendidikan
dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh
sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dalam penyelenggaraan pendidikan harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan
memperhatikan segala persyaratan mengenai standar pelayanan yang telah
ditetapkan guna tercapai layanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas.
4. Tingkat Ketersediaan Sarana Pendidikan
Pengukuran tingkat ketersediaan sarana pendidikan di dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan jumlah ruang kelas di Kabupaten Kebumen.
Penggunaan pendekatan ruang kelas digunakan untuk melihat kondisi tingkat
ketercukupan ruang kelas di suatu daerah dengan penduduk usia 13 – 15 Tahun
yang diasumsikan pada usia tersebut menempuh Pendidikan Dasar yaitu
SMP/MTs. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun, baik itu penduduk yang
menempuh pendidikan dan penduduk yang tidak menempuh pendidikan dibagi
dengan 32 siswa menghasilkan kebutuhan ruang kelas dalam suatu wilayah.
Perhitungan kebutuhan ruang kelas sebagai berikut :
Kebutuhan Ruang Kelas = Jumlah Penduduk Usia 13-15 Tahun
32
Sumber : Kepmen No.053/V/2001 19 April 2001 dimodifikasi
Angka Parstisipasi Kasar (APK) atau Gross Enrollment Rate (GER)
adalah angka yang menunjukkan jumlah siswa suatu sekolah dibandingkan
dengan 100 penduduk usia sekolah itu.
Rumus :
APK = Jumlah Siswa Suatu Sekolah
X 100% Jumlah Penduduk Usia Sekolah
Sumber : Kepmen No.053/V/2001 19 April 2001
Angka Partisipasi Murni (APM) atau Net Enrollment Rate (NER) adalah
angka yang menunjukkan jumlah siswa usia sekolah di suatu sekolah dengan 100
penduduk usia sekolah itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Rumus :
APM = Jumlah Siswa Usia Sekolah Suatu Sekolah
X 100% Jumlah Penduduk Usia Sekolah
Sumber : Kepmen No.053/V/2001 19 April 2001
5. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Definisi sarana menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2007 adalah perlengkapan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah yang meliputi
meubiler, meubiler perpustakaan, buku teks pelajaran, buku referensi, alat peraga,
alat-alat laboratorium dan alat-alat praktik. Sedangkan prasarana adalah
fasilitas dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi satuan pendidikan
yang meliputi ketersediaan lahan, bangunan gedung, ruang kelas,
perpustakaan, laboratorium, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha,
tempat ibadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban,
gudang, ruang sirkulasi serta tempat bermain/berolahraga.
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun
2007. Standar mencakup sarana dan prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA. Ketentuan yang diatur dalam standar ini meliputi satuan: satuan
pendidikan, luasan lahan, bangunan gedung, prasarana dan sarana yang
harus dimiliki fasilitas pendidikan beserta ketentuannya.
Penyediaan fasilitas pendidikan merupakan upaya pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam Lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007, tentang standar
sarana dan prasarana tercantum standar sarana dan prasarana Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) yang meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
a. Satuan Pendidikan
1) Satu SMP/MTs memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum
24 rombongan belajar.
2) Satu SMP/MTs dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 2000
jiwa.
3) Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan
rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila rombongan belajar
lebih dari 24 dilakukan pembangunan SMP/MTs baru.
4) Satu kecamatan dilayani oleh minimum satu SMP/MTs yang dapat
menampung semua lulusan SD/MI di kecamatan tersebut.
5) Satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak
penduduk lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SMP/MTs dalam jarak
tempuh bagi peserta didik yang berjalan kaki maksimum 6 km melalui
lintasan yang tidak membahayakan.
b. Kelengkapan prasarana dan sarana
Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:
1) ruang kelas,
2) ruang perpustakaan,
3) ruang laboratorium IPA,
4) ruang pimpinan,
5) ruang guru,
6) ruang tata usaha,
7) tempat beribadah,
8) ruang konseling,
9) ruang UKS,
10) ruang organisasi kesiswaan,
11) jamban,
12) gudang,
13) ruang sirkulasi,
14) tempat bermain/berolahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut beserta sarana yang ada di
setiap ruang diatur dalam standar tiap ruang sebagai berikut.
a) Ruang Kelas
(1) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek
yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus
yang mudah dihadirkan.
(2) Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
(3) Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
(4) Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2 /peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang
kelas 30 m2 . Lebar minimum ruang kelas 5 m.
(5) Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
(6) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru
dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan
baik saat tidak digunakan.
b) Ruang perpustakaan
Perpustakaan adalah salah satu alat yang vital dalam setiap program
pendidikan, pengajaran dan penelitian (research) bagi setiap lembaga
pendidikan dan ilmu pengetahuan (Noerhayati, 1987: 01). Lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Standar Sarana dan
Prasarana Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) :
(1) Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan
guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan
membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas
mengelola perpustakaan.
(2) Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas.
(3) Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(4) Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku.
(5) Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai
c) Ruang Laboratorium IPA
(1) Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan
khusus.
(2) Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu rombongan
belajar.
(3) Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas
minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan
persiapan 18 m2 . Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m.
(4) Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek
percobaan.
(5) Tersedia air bersih.
Untuk menghitung jumlah petugas laboran yang dibutuhkan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
9
RBLaboran
Sumber : Kepmendiknas Nomor 053/U/2001 tanggal 19 April 2001
d) Ruang Pimpinan
(1) Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan
pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua
murid, unsur komite sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.
(2) Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.
(3) Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat dikunci
dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
e) Ruang Guru
(1) Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta
menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
(2) Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 48 m
2.
(3) Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
f) Ruang Tata Usaha
(1) Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk
mengerjakan administrasi sekolah.
(2) Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m2/petugas dan luas minimum
16m2.
(3) Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
g) Tempat Beribadah
(1) Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah melakukan
ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.
(2) Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan pendidikan,
dengan luas minimum 12 m2.
h) Ruang Konseling
(1) Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan
layanan konseling dari konselor berkaitan pengembangan pribadi, sosial,
belajar, dan karier.
(2) Luas minimum ruang konseling 9m2.
(3) Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin
privasi peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
i) Ruang UKS
(1) Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik
yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
(2) Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling
(3) Luas minimum ruang UKS 12 m2.
j) Ruang Organisasi Kesiswaan
(1) Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan
kesekretariatan pengelolaan organisasi kesiswaan.
(2) Luas minimum ruang organisasi kesiswaan 9 m2.
k) Jamban
(1) Jamban berfungsi sebagi tempat buang air besar dan/ atau kecil.
(2) Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik pria, 1 unit
jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk
guru. Banyak minimum jamban di setiap sekolah 3 unit.
(3) Luas minimum 1 unit jamban 2m2.
(4) Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.
(5) Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
l) Gudang
(1) Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di
luar kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah yang
tidak/belum berfungsi di satuan pendidikan, dan tempat menyimpan arsip
sekolah yang telah berusia lebih dari 5 tahun.
(2) Luas minimum gudang 21 m2.
(3) Gudang dapat dikunci.
m) Ruang sirkulasi
(1) Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar
ruang dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat berlangsungnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran,
terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan
tersebut berlangsung di halaman sekolah.
(2) Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-
ruang di dalam bangunan sekolah dengan luas minimum 30% dari luas
total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi
minimum 2,5 m.
(3) Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan
baik, beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
(4) Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi
pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
(5) Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan
panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.
(6) Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat
tidak lebih dari 25 m.
(7) Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar
anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh
dengan tinggi 85-90 cm.
(8) Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes
dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
(9) Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.
n) Tempat bermain/berolahraga
(1) Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga,
pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.
(2) Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta
didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari
334, luas minimum tempat bermain/berolahraga 1000 m2. Di dalam luas
tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 30 m x
20 m.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(3) Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami
pohon penghijauan.
(4) Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu
proses pembelajaran di kelas.
(5) Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
(6) Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase
baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang
mengganggu kegiatan olahraga.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Siti Sulaeha (2004) Analisis Pertumbuhan Penduduk Dan Penyediaan
Fasilitas Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang Tahun 2003-2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui : (1) pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang pada tahun 2003-2013, (2) Mengetahui penyediaan fasilitas
pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang pada tahun 2003-2013. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) Tingkat
pertumbuhan penduduk usia 13-15 tahun di Kecamatan Menes sebesar
1,13%. Tingkat pertumbuhan penduduk paling tinggi terdapat di Desa
Sukasari yaitu sebesar 5,03% sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk
paling rendah terdapat di desa Menes yaitu -7,93%. (2) penduduk usia 13-15
tahun di Kecamatan Menes tersebar di 15 desa, jumlah penduduk paling
tinggi terdapat di Desa Purwaraja sebanyak 512 anak dan paling rendah di
desa Kadupayung hanya 117 anak. Pada tahun 2013 yang akan datang jumlah
penduduk usia 13-15 tahun di Kecamatan Menes bertambah menjadi 4.026
anak. (3) Gedung SLTP dan MTs di Kecamatan Menes tersebar di 6 desa, dan
belum merata. (4) Guru SLTP dan MTs yang ada di Kecamatan Menes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
berjumlah 305 orang dan tersebar di 13 sekolah. (5) Kelas yang ada di
Kecamatan Menes untuk SLTP dan MTs berjumlah 108 kelas dan tersebar di
13 sekolah.
2. Alindasari Nurhidayah (2009), Pemetaan Rumah Tinggal Dosen Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS)
Surakarta Tahun 2007. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Memetakan
rumah dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun
2007, (2) Mengetahui pola persebaran perumahan dosen FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007, (3) Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran perumahan dosen FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif geografis. Teknik sampling yang digunakan adalah populasi,
dan stratified random sampling (sampel acak terstratifikasi) dengan rumus
alokasi proporsional. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
peta, teknik analisis parameter tetangga terdekat dan analisis tabel silang.
Hasil penelitian ini adalah : (1) Persebaran rumah dosen FKIP UNS
Surakarta tahun 2007 sebagian besar tersebar di Kota Surakarta dan
Kabupaten Karanganyar sejumlah 112 rumah dosen (32%). Berturut-turut
besar jumlah dosen di Kabupaten Sukoharjo sejumlah 79 rumah dosen
(22%), di Kabupaten Klaten sejumlah 17 rumah dosen (5%), di Kabupaten
Boyolali sejumlah 13 rumah dosen (4%), di Kabupaten Sragen sejumlah
11 rumah dosen (3%), dan di Kabupaten Wonogiri sejumlah 6 rumah
dosen (2%). (2) Pola persebaran rumah dosen FKIP UNS Surakarta
tahun 2007 adalah mengelompok dengan nilai T = 0,31917. Rumah
dosen FKIP UNS Surakarta mengelompok di Kota Surakarta dan
Kabupaten Karanganyar. (3) Faktor yang mempengaruhi pola persebaran
rumah dosen adalah : (a) Tingkat pendapatan, (b) Transportasi, (c) Perbedaan
keinginan, (d) Hak milik pribadi, dan (e) Kedekatan dengan
fasilitas/pelayanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Diah Erni Ekawati (2010) Analisis Spasial Sarana Kesehatan Di Wilayah
Gombong Kabupaten Kebumen Tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini : (1)
untuk memetakan sarana kesehatan Eks Kawedanan Gombong Kabupaten
Kebumen 2010, (2) untuk mengetahui tingkat aksesibilitas sarana kesehatan
Eks Kawedanan Gombong Kabupaten Kebumen Tahun 2010, (3) untuk
mengetahui interaksi wilayah sarana kesehatan Eks Kawedanan Kabupaten
Kebumen tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode Analisis data
sekunder dan analisis peta. Hasil dari penelitian ini : (1) sarana kesehatan eks
Kawedanan Gombong berjumlah 114 unit, distribusi paling banyak di
Kecamatan Gombong 38 unit dan paling sedikit di Kecamatan Rowokele, (2)
tingkat aksesibilitas tertinggi di Kecamatan Gombong yaitu 36,87583 dan
terendah di Kecamatan Rowokele 4,646259 , (3) Interaksi wilayah dibedakan
menjadi 3, pertama prediksi gerakan penduduk dalam mendatangi puskesmas
yaitu hampirsama di masing – masing kecamatan, kedua prediksi gerakan
penduduk dalam mendatangi praktek dokter, paling banyak di Kecamatn
Gombong yaitu 115.190 pasien (49,83%), dan paling sedikit di Kecamatan
Rowokele 5.007 pasien (2,17%), ketiga prediksi gerakan penduduk dalam
mendatangi Rumah Sakit di Kecamatan Gombong sebanyak 194.308 jiwa
(70,75%) dan di Buayan 80.329 (29,25%).
4. Nurul Sulistiyo Pribadi (2011) Analisis Layanan Sarana dan Prasarana
Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun 2011. Tujuan dari
penelitian ini adalah (1) Mengetahui pola sebaran Sekolah Menengah Pertama
di Kabupaten Kebumen Tahun 2011 (2) Mengetahui Tingkat Ketersediaan
Sekolah Menengah Pertama (Ruang Kelas) di Kabupaten Kebumen Tahun
2011 (3) Mengetahui kondisi layanan sarana dan prasarana Sekolah
Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun 2011. Penelitian ini
menggunakan metode deskripsi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Madrasah Tsanawiyah Negeri di
Kabupaten Kebumen. Hasil penelitian ini adalah : (1) pola sebaran acak
dengan nilai T=0,766 , distribusi sekolah yang paling banyak terdapat di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Kecamatan Kebumen dengan jumlah SMPN/MTsN sebanyak 9 sekolah
(14,06%) dan terdapat kecamatan yang belum memiliki sekolah negeri yaitu
Kecamatan Bonorowo. (2) Tingkat ketersediaannya adalah jumlah ruang
kelas yang terdapat di Kabupaten Kebumen sebanyak 1.212 ruang,
perhitungan kebutuhan ruang kelas dengan APK di Kabupaten Kebumen
sejumlah 2.612 ruang, masih kekurangan 1.400 ruang kelas. Perhitungan
dengan APM di Kabupaten Kebumen kebutuhan ruang kelas sejumlah 1.282
ruang, masih kekurangan 70 ruang kelas. (3) Tingkat layanan sarana dan
prasarana dari beberapa sekolah sampel diperoleh hasil 3 kategori yaitu
rendah, sedang, dan tinggi. Sekolah dengan layanan sarana dan prasarana
rendah yaitu SMP N 1 Sadang, SMP N 2 Satu Atap Poncowarno, SMP N 3
Satu Atap Karangsambung, SMP N 3 Satu Atap Sempor, dan SMP N 2 Satu
Atap Alian. Dan terdapat sekolah dengan akreditasi A yang layanan sarana
dan prasarana sedang yaitu SMPN 1 Petanahan, SMP N 1 Karanggayam,
SMP N 1 Klirong, SMP N 1 Kuwarasan, SMP N 1 Karangsambung, SMP N
1 Poncowarno, dan MTs N Gombong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 1. Penelitian Yang Relevan
No Peneliti Judul Tujuan Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 Siti Sulaeha
(Skripsi, Pendidikan
Geografi UNS, 2004)
Analisis Pertumbuhan
Penduduk Dan
Penyediaan Fasilitas
Pendidikan Sekolah
Lanjutan Tingkat
Pertama di Kecamatan
Menes Kabupaten
Pandeglang Tahun
2003-2013
pertumbuhan penduduk
dan persebaran penduduk
usia Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama di
Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang
pada tahun 2003-2013.
Mengetahui penyediaan
fasilitas pendidikan
Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama di Kecamatan
Menes Kabupaten
Pandeglang pada tahun
2003-2013
Deskripsi
Kualitatif Tingkat pertumbuhan penduduk usia
13-15 tahun di Kecamatan Menes
sebesar 1,13%. Tingkat pertumbuhan
penduduk paling tinggi terdapat di
Desa Sukasari yaitu sebesar 5,03%
sedangkan tingkat pertumbuhan
penduduk paling rendah terdapat di
desa Menes yaitu -7,93%.
penduduk usia 13-15 tahun di
Kecamatan Menes tersebar di 15 desa,
jumlah penduduk paling tinggi
terdapat di Desa Purwaraja sebanyak
512 anak dan paling rendah di desa
Kadupayung hanya 117 anak. Pada
tahun 2013 yang akan datang jumlah
penduduk usia 13-15 tahun di
Kecamatan Menes bertambah menjadi
4.026 anak.
Gedung SLTP dan MTS di Kecamatan
Menes tersebar di 6 desa, dan belum
merata.
Guru SLTP dan MTS yang ada di
Kecamatan Menes berjumlah 305
orang dan tersebar di 13 sekolah.
Kelas yang ada di Kecamatan Menes
untuk SLTP dan MTS berjumlah 108
kelas dan tersebar di 13 sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2 Alindasari
Nurhidayah (2009),
metode deskriptif
geografis.
Pemetaan Rumah
Tinggal Dosen
Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas
Sebelas Maret (UNS)
Surakarta Tahun
2007.
Memetakan rumah
dosen FKIP Universitas
Sebelas Maret
Surakarta pada tahun
2007.
Mengetahui pola
persebaran perumahan
dosen FKIP Universitas
Sebelas Maret
Surakarta pada tahun
2007.
Mengetahui faktor-
faktor yang
mempengaruhi pola
persebaran perumahan
dosen FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta
metode
deskriptif
geografis.
Persebaran rumah dosen FKIP
UNS Surakarta tahun 2007 sebagian
besar tersebar di Kota Surakarta
dan Kabupaten Karanganyar
sejumlah 112 rumah dosen (32%).
Berturut-turut besar jumlah dosen di
Kabupaten Sukoharjo sejumlah 79
rumah dosen (22%), di Kabupaten
Klaten sejumlah 17 rumah dosen
(5%), di Kabupaten Boyolali
sejumlah 13 rumah dosen (4%), di
Kabupaten Sragen sejumlah 11
rumah dosen (3%), dan di
Kabupaten Wonogiri sejumlah 6
rumah dosen (2%).
Pola persebaran rumah dosen FKIP
UNS Surakarta tahun 2007 adalah
mengelompok dengan nilai T =
0,31917. Rumah dosen FKIP UNS
Surakarta mengelompok di Kota
Surakarta dan Kabupaten
Karanganyar.
Faktor yang mempengaruhi pola
persebaran rumah dosen adalah : (a)
Tingkat pendapatan, (b) Transportasi,
(c) Perbedaan keinginan, (d) Hak
milik pribadi, dan (e) Kedekatan
dengan fasilitas/pelayanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3. Diah Erni Ekawati
(Skripsi, Pendidikan
Geografi UNS. 2010)
Analisis Spasial
Sarana Kesehatan Di
Wilayah Gombong
Kabupaten Kebumen
Tahun 2010.
untuk memetakan saran
kesehatan Eks
Kawedanan Gombong
Kabupaten Kebumen
2010,
untuk mengetahui tingkat
aksesibilitas sarana
kesehatan Eks
Kawedanan Gombong
Kabupaten Kebumen
Tahun 2010,
untuk mengetahui
interaksi wilayah sarana
kesehatan Eks
Kawedanan Kabupaten
Kebumen tahun 2010.
Analisis data
sekunder dan
analisis peta
sarana kesehatan eks Kawedanan
Gombong berjumlah 114 unit,
distribusi paling banyak di Kecamatan
Gombong 38 unit dan paling sedikit di
Kecamatan Rowokele,
tingkat aksesibilitas tertinggi di
Kecamatan Gombong yaitu 36,87583
dan terendah di Kecamatan Rowokele
4,646259 ,
Interaksi wilayah dibedakan menjadi
3, pertama prediksi gerakan penduduk
dalam mendatangi puskesmas yaitu
hampirsama di masing – masing
kecamatan, kedua prediksi gerakan
penduduk dalam mendatangi praktek
dokter, paling banyak di Kecamatn
Gombong yaitu 115.190 pasien
(49,83%), dan paling sedikit di
Kecamatan Rowokele 5.007 pasien
(2,17%), ketiga prediksi gerakan
penduduk dalam mendatangi Rumah
Sakit di Kecamatan Gombong
sebanyak 194.308 jiwa (70,75%) dan
di Buayan 80.329 (29,25%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4. Nurul Sulistiyo Pribadi
(peneliti)
Analisis Layanan
Sekolah Menengah
Pertama di Kabupaten
Kebumen Tahun 2011
Mengetahui pola sebaran
Sekolah Menengah
Pertama di Kabupaten
Kebumen tahun 2011.
Mengetahui tingkat
ketersediaan Sekolah
Menengah Pertama
(Ruang Kelas) di
Kabupaten Kebumen
Tahun 2011.
Mengetahui kondisi
layanan sarana dan
prasarana Sekolah
Menengah Pertama di
Kabupaten Kebumen
tahun 2011
Deskriptif
Kualitatif Pola sebaran SMPN/MTsN di
Kabupaten Kebumen adalah acak
(random), nilai T=0,.
Perhitungan kebutuhan ruang kelas
dengan APK 2.612 ruang, kekurangan
1.400 ruang kelas. Perhitungan dengan
APM kebutuhan ruang kelas 1.282
ruang, kekurangan kelas sebesar 70
ruang.
Sekolah dengan layanan sarana dan
prasarana rendah yaitu SMPN 1
Sadang, SMPN 2 Satu Atap
Poncowarno, SMPN 3 Satu Atap
Karangsambung, SMPN 3 Satu Atap
Sempor, dan SMP N 2 Satu Atap
Alian. Sekolah dengan akreditasi A
dengan layanan sedang yaitu SMPN 1
Karanggayam, SMPN 1 Klirong,
SMPN 1 Kuwarasan, SMPN 1
Poncowarno, dan MTsN Gombong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
C. Kerangka Berfikir
Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 kecamatan, masing – masing
kecamatan memiliki luas wilayah yang berbeda dan jumlah penduduk yang
berbeda pula, sehingga kepadatan penduduknya juga beragam. Berdasarkan
peringkat di provinsi, dalam bidang pendidikan menduduki peringkat ke 33 dari
35 Kabupaten di Jawa Tengah. Rendahnya mutu atau kualitas pendidikan
disebabkan karena belum meratanya fasilitas pendidikan, kualitas sarana dan
prasarana yang menunjang proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana dalam
pendidikan harus mengacu pada Pedoman Standar Pelayanan Minimal yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, masing – masing sekolah mempunyai standar sarana
dan prasarana yang berbeda.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari badan statistik Kebumen
diketahui jumlah dan alamat dari masing – masing sekolah menengah pertama
yang tersebar di setiap kecamatan. Kemudian dilakukan plotting dengan
menggunakan Global Positioning System (GPS) dan akan diperoleh pola
persebaran absolutnya. Untuk mengetahui pola persebaran dilakukan dengan
menggunakan analisis tetangga terdekat. Analisis tetangga terdekat dilakukan
guna mengetahui apakah persebaran sekolah tersebut menggerombol, menyebar
atau seragam. Setelah mengetahui persebaran sekolah tersebut kemudian
melakukan analisis terhadap layanan sekolah yang meliputi dua dimensi, yaitu
ketersediaan atau ketercukupan sekolah (ruang kelas)
dan kondisi sarana dan prasarana. Menghitung tingkat ketersediaan fasilitas
pendidikan yaitu ketersediaan ruang kelas yang dikaitkan dengan jumlah
penduduk usia 13-15 tahun daerah tersebut, dengan asumsi bahwa semua
penduduk bersekolah di daerah tersebut, sehingga dapat diketahui tingkat
ketercukupan atau tingkat ketersediaan fasilitas pendidikan (ruang kelas) di setiap
daerah. Setiap sekolah memiliki pelayanan yang berbeda dalam pembelajarannya,
analisis terhadap penyediaan sarana dan prasarana perlu dilakukan guna
mengetahui apakah layanan di sekolah sudah mengacu pada pedoman penyusunan
standar pelayanan minimal penyelenggaraan Sekolah Menengah Pertama/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Madrasah Tsanawiyah yang ditetapkan oleh pemerintah. Setelah mengetahui
pelayanan dari masing – masing sekolah akan diperoleh kondisi layanan sarana
dan prasarana yaitu masuk kriteria rendah, sedang, atau tinggi yang dihitung
dengan menggunakan skoring. Secara sederhana kerangka pemikiran ini dapat
dilihat pada gambar berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kebumen yang terdiri dari 26
kecamatan, memiliki kepadatan penduduk yang bervariasi dan luas setiap
kecamatan yang berbeda. Objek penelitian adalah Sekolah Menengah Pertama
Negeri dan Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kebumen. Kabupaten
Kebumen dipilih sebagai lokasi penelitian karena terdapat satu sekolah negeri
pada tahun 2011 yang angka kelulusannya 0%, dan melakukan pengkajian
mengenai layanan sekolah di Kabupaten Kebumen.
2. Waktu Penelitian
Prosedur penelitian ini diawali dari tahap penulisan proposal penelitian,
penulisan instrument, pengumpulan data, analisis data, penulisan laporan
penelitian, dengan perincian sebagai berikut.
Tabel 2. Rancangan Waktu Penelitian
No Kegiatan
Waktu
Okt '11 - Maret April Mei Juni
Feb '12
1 Penulisan Proposal
2 Penulisan Instrument
3 Pengumpulan Data
4 Analisis Data
5 Penulisan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan
sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta – fakta yang ada, walaupun
kadang – kadang diberikan interpretasi atau analisis, hasil penelitian diutamakan
untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti (Tika,
1997:6). Metode penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
persebaran dan pola persebaran sekolah di Kabupaten Kebumen.
Subyek yang diteliti pada penelitian ini ialah Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kebumen dengan menggunakan
metode survei. Survei merupakan pengukuran atau pengamatan di lapangan,
metode survei menghasilkan data yang akan digunakan sebagai bahan penelitian
dalam menganalisis layanan sekolah menengah pertama di Kabupaten Kebumen.
C. Sumber Data Penelitian
Berdasarkan sumbernya data dapat digolongkan menjadi data primer dan
data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau
obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika, 1997:67).
Data primer diperoleh berdasarkan observasi melalui pengukuran di lapangan
yaitu :
a. Data koordinat lokasi SMP/MTs Negeri di Kabupaten Kebumen sebanyak 64
sekolah dengan menggunakan Global Positioning System (GPS).
b. Data sarana dan prasarana sekolah yang diperoleh pada saat melakukan
observasi antara lain ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang
pimpinan, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
a. Data alamat, jumlah sekolah, dan jumlah ruang kelas SMPN/MTsN di
Kabupaten Kebumen yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Kebumen.
b. Data akreditasi SMPN/MTsN bersumber dari Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Kebumen.
c. Data Penduduk yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kebumen.
d. Seluruh peta Rupabumi untuk menentukan batas administrasi, jarak, dan jalan
bersumber dari BAKOSURTANAL. Peta Rupabumi yang digunakan
berjumlah 15, meliputi : Peta Rupabumi Lembar 1308 - 342 Rowokele,
Lembar 1308 – 344 Tambak, 1308 - 324 Karangbolong, Lembar 1408 - 113
Kreweng, Lembar 1408 - 114 Ambal, Lembar 1408 - 123 Mirit, Lembar
1408 - 131 Sruweng, Lembar 1408 - 132 Kebumen,Lembar 1408 – 133
Gombong, Lembar 1408 - 134 Karangsambung, Lembar 1408 - 141
Prembun, Lembar 1408 – 143 Wadas Lintang, Lembar 1408 - 411
Purwanegara, Lembar 1408 - 412 Banjarnegara, dan Lembar 1408 - 421
Kaliwiro.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah upaya-upaya yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data. Beberapa teknik yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data sebagai berikut:
1. Analisis Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu pengumpulan data
yang dilakukan dengan melihat sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini sumber tertulis berdasarkan data yang
ada terdapat di Kantor Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Kebumen dan
Kantor Badan Statistik Kabupaten Kebumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Observasi
Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis terhadap gejala
atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Hal ini bertujuan untuk melihat
kondisi atau keadaan sarana dan prasarana sekolah secara langsung (Tika,
1997:68). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengambilan titik
lokasi geografi sekolah menggunakan GPS, dan pengamatan secara langsung
terhadap sarana dan prasarana di sekolah.
E. Populasi dan Teknik Sampling
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108).
Daerah kajian dalam penelitian ini adalah Kabupaten Kebumen. Dalam penelitian
ini yang dijadikan populasi adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri dan
Madrasah Tsanawiyah Negeri untuk mengetahui pola persebarannya, jumlah
sekolah yang dijadikan populasi yaitu 64 sekolah dengan 57 SMPN dan 7 MTsN.
2. Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan sampel yaitu dengan
sampel populasi dan Disproportionate Stratified Random Sampling. Sampel
populasi untuk menentukan pola sebaran sekolah, sedangkan Disproportionate
Stratified Random Sampling untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proposional (Sugiyono, 2008:82) Pengambilan sampel
Disproportionate Stratified Random Sampling bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai pelayanan minimal sekolah yang mengacu pada standar
pelayanan minimum penyelenggaraan sekolah. Data yang diambil adalah data
prasarana pendidikan berdasarkan standar baku meliputi : ruang kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata
usaha, ruang beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan,
jamban, gudang, ruang sirkulasi, dan tempat bermain/olahraga. Sampel diambil
dengan memperhatikan strata yaitu akreditasi masing – masing sekolah, kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
sampel diambil sampel dari beberapa sekolah yang mewakili akreditasi tersebut
untuk diteliti.
Terdapat 64 sekolah dengan rincian 57 SMPN dan 7 MTsN, pengambilan
sampel didasarkan pada strata (akreditasi) sekolah. Sekolah dengan akreditasi A
sebanyak 50 sekolah, B sebanyak 9 sekolah, dan C sebanyak 5 sekolah.
Pengambilan sampel dengan Disproportionate Stratified Random Sampling,
dengan rincian :
a. Sampel akreditasi A sebanyak 26 sekolah.
b. Sampel akreditasi B sebanyak 9 sekolah.
c. Sampel akreditasi C sebanyak 5 sekolah.
F. Validitas Data
Validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data,
yaitu dengan mengumpulkan bukti – bukti yang berasal dari sumber – sumber dan
dipergunakan untuk membangun justifikasi tema – tema secara koheren. Tema –
tema yang dibangun berdasarkan sejumlah sumber data atau perspektif dari
partisipan akan menambah validitas data penelitian (Creswell, 2010 : 286). Dalam
penelitian ini data – data yang diperoleh baik data primer maupun sekunder
dikumpulkan, kemudian dilakukan analisis data tersebut.
G. Teknik Analisis Data
Moleong (2001: 103) menyatakan bahwa teknik analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
yang disarankan oleh data. Analisis data dilakukan dengan langkah – langkah
sebagai berikut :
1. Analisis Tetangga Terdekat
Analisis tetangga terdekat digunakan untuk mengetahui pola persebaran
SMP di Kabupaten Kebumen. Dalam analisis tetangga terdekat akan diperoleh
nilai parameter tetangga terdekat (T) yang kemudian nilai tersebut digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
untuk menentukan pola persebaran sekolah yang ada. Rumus yang digunakan
untuk mencari nilai parameter tetangga terdekat adalah sebagai berikut :
.................(Bintarto dan Surastopo, 1982:75)
Keterangan :
T = Indeks penyebaran tetangga terdekat.
Ju = Jarak yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang
terdekat.
Jh
j
=
=
Jarak rata – rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola
random
=
Jarak antar titik
p = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi ( Km² ) yaitu jumlah titik
(N) dibagi luas wilayah (A)
T = Ju
Jh
ju
jh
P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Pola persebaran menurut Bintarto dan Surastopo (1982: 76) :
T = 0 T= 1,0 T = 2,15
Mengelompok Random Seragam
Gambar 2. Continuum Nilai Nearest Neighbour Statistic T
2. Analisis Penyediaan Fasilitas Pendidikan (Ruang Kelas)
Analisis penyediaan layanan fasilitas pendidikan (ruang kelas) digunakan
untuk mengetahui kebutuhan ruang kelas khususnya SMPN/MTsN di Kabupaten
Kebumen yang didasarkan dengan penduduk usia 13-15 Tahun. Perhitungan
kebutuhan ruang kelas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) di tingkat kabupaten
dan tingkat kecamatan.
Rumus perhitungan kebutuhan ruang kelas :
a. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Kebutuhan Ruang Kelas Kabupaten = Jumlah APK Kabupaten
32
Sumber : Kepmen No.053/V/2001 19 April 2001 dimodifikasi
Kebutuhan Ruang Kelas Kecamatan = Jumlah APK Kecamatan
32
Sumber : Kepmen No.053/V/2001 19 April 2001 dimodifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
b. Angka Partisipasi Murni (APM)
Kebutuhan Ruang Kelas Kabupaten = Jumlah APM Kabupaten
32
Sumber : Kepmen No.053/V/2001 19 April 2001 dimodifikasi
Kebutuhan Ruang Kelas Kecamatan = Jumlah APM Kecamatan
32
Sumber : Kepmen No.053/V/2001 19 April 2001 dimodifikasi
3. Analisis Sarana dan Prasarana Sekolah
Analisis pelayanan pendidikan digunakan untuk mengetahui pelayanan
pendidikan di masing – masing sekolah berdasarkan pada akreditasi yang
diperoleh oleh masing – masing sekolah tersebut. Akreditasi sekolah dibagi
menjadi 4 tingkatan yaitu Akreditasi A, B, C, dan TT. Komponen penilaian
akreditasi mencakup 8 penilaian yaitu Standar Isi, Standar Proses, Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tendik, Standar Sarana dan Prasarana,
Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.
Kriteria pemeringkatan hasil akreditasi :
a. 85<NA≤100 Peringkat Akreditasi A (Amat Baik)
b. 70<NA≤85 Peringkat Akreditasi B (Baik)
c. 56<NA≤70 Peringkat Akreditasi C (Cukup Baik)
d. <56 Tidak Terakreditasi
Dalam penelitian ini menggunakan parameter sarana dan prasarana yang
terdapat di sekolah. Penilaian sarana dan prasarana melalui tahap pemilihan
indikator penelitian, dari indikator penelitian tersebut kemudian menentukan
scoring dan yang terakhir adalah membuat klasifikasi layanan pendidikan pada
sekolah.
Penentuan layanan sekolah dilakukan dengan teknik skoring, dengan cara
mengurangkan skor tertinggi dengan skor terendah dapat dilihat pada Lampiran 6
Skor tertinggi pada SMP N 3 Kebumen yaitu sebesar 321, dan skor terendah pada
SMPN 3 Satap Sempor yaitu 74. Cara perhitungan dapat dilihat di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
……………..(Sutrisno Hadi, 1984:12)
R = Skor tertinggi –Skor Terendah
Skor Tertinggi = 321
Skor Terendah = 74
I = 321 – 74
3
= 263
3
= 82,33 dibulatkan 82
Jadi lebar interval skor layanan sekolah adalah 82, selanjutnya layanan
sekolah dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu layanan tinggi, layanan cukup, dan
layanan rendah. Klasifikasi layanan sekolah di Kabupaten Kebumen dapat dilihat
pada Tabel 3 :
Tabel 3. Klasifikasi Layanan Sarana Prasarana Sekolah
No Kelas Rentang Nilai Kriteria
1 I = Layanan tinggi 238 – 321 Sekolah dengan layanan
yang tinggi, dari sarana
dan prasarana yang
terdapat sudah memenuhi
di atas kriteria SPM.
2 II = Layanan cukup 156 – 237 Sekolah dengan layanan
yang cukup, sarana dan
prasarana sudah sama
dengan SMP.
3 III = Layanan rendah 74 – 155 Sekolah dengan layanan
rendah, sarana dan
prasarana masih kurang
standar SPM.
I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
H. Prosedur Penelitian
1. Tahap Penulisan Poposal Penelitian
Penyusunan proposal merupakan tahap awal dari penelitian. Penyusunan
proposal merupakan semua rencana penelitian yang akan dilakukan meliputi
pendahuluan, landasan teori serta metode penelitian. Tahap ini meliputi berbagai
kegiatan dari penulisan latar belakang masalah, perumusan masalah, menetapkan
tujuan dan manfaat penelitian, menyusun kajian teori dan kerangka pikir serta
menentukan metodologi penelitian.
2. Tahap Penyusunan Instrumen Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah membuat parameter
sarana prasarana pendidikan berdasarkan standar pelayanan minimal.
3. Pengumpulan Data
Tahap berikutnya adalah kegiatan lapangan untuk mengumpulkan data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi
langsung ke lapangan dengan menggunakan Global Positioning Sistem (GPS),
kemudian dilakukan pengukuran untuk mengetahui titik – titik koordinat pada
masing – masing sekolah. Melakukan Observasi ke sekolah untuk mengumpulkan
data sarana dan prasarana sekolah.
4. Analisis Data
Melakukan analisis data yang sudah diperoleh baik itu data primer maupun
sekunder sesuai dengan pendekatan yang dilakukan di dalam penelitian. Setelah
data tersusun secara sistematis kemudian dilakukan analisis terhadap pola
persebaran sekolah, tingkat ketersediaan layanan sekolah terhadap jumlah
penduduk usia 13-15 tahun dan siswa yang bersekolah di daerah tersebut, dan
kualitas saranan dan prasarana sekolah. Untuk tahap selanjutnya indikator sarana
dan prasarana diskor untuk mempermudah pendiskripsian kriteria layanan
sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
5. Penulisan Laporan
Penulisan laporan merupakan tahap terakhir dari proses penelitian.
Laporan tersebut ditulis berdasarkan Standar Operasional Penulisan (SOP) yang
sudah ditetapkan oleh Program Studi. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tulisan, tabel, gambar dan peta. Laporan penelitian berupa hard copy dan soft copy
sebagai bahan untuk menempuh ujian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH DAN HASIL
A. Deskripsi Wilayah
1. Letak
a. Letak Astronomis
Kabupaten Kebumen merupakan kabupaten yang terletak di bagian selatan
Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Kebumen terletak pada
7°26'17,49'' LS - 7°49'52.45'' LS dan 109°50'07,16'’ BT - 109°22'50,43'' BT.
b. Letak Administratif
Secara administrasi Kabupaten Kebumen berbatasan dengan :
1) Sebelah Timur : Kabupaten Purworejo
2) Sebelah Selatan : Samudera Hindia
3) Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap dan Banyumas
4) Sebelah Utara : Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara
Untuk lebih jelasnya mengenai administrasi Kabupaten Kebumen dapat
dilihat pada peta 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Luas
Berdasarkan data Kebumen dalam angka tahun 2010, Kabupaten Kebumen
memiliki luas lahan 128.111.50 ha atau 1.281,115 km² terdiri dari 26 kecamatan.
Pembagian kecamatan berdasarkan luas lahan kering dan lahan basah di
Kabupaten Kebumen Tahun 2010 dapat dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Luas Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2010
No Kecamatan Luas ( ha )
Jumlah % Lahan Basah Lahan Kering
1 Ayah 1.298 6.339 7.637 5,96
2 Buayan 1.110 5.732 6.842 5,34
3 Puring 2.477 3.720 6.197 4,84
4 Petanahan 1.955 2.529 4.484 3,50
5 Klirong 1.313 3.012 4.325 3,38
6 Buluspesantren 2.089 2.788 4.877 3,81
7 Ambal 2.837 3.404 6.241 4,87
8 Mirit 2.030 3.205 5.235 4,09
9 Bonorowo 1.315 776 2.091 1,63
10 Prembun 955 1.341 2.296 1,79
11 Padureso 285 2.610 2.895 2,26
12 Kutowinangun 1.257 2.116 3.373 2,63
13 Alian 1.627 4.148 5.775 4,51
14 Poncowarno 1.022 1.715 2.737 2,14
15 Kebumen 2.310 1.894 4.204 3,28
16 Pejagoan 707 2.751 3.458 2,70
17 Sruweng 1.367 3.001 4.368 3,41
18 Adimulyo 3.000 1.343 4.343 3,39
19 Kuwarasan 2.027 1.357 3.384 2,64
20 Rowokele 961 4.418 5.379 4,20
21 Sempor 1.274 8.741 10.015 7,82
22 Gombong 1.054 894 1.948 1,52
23 Karanganyar 818 2.322 3.140 2,45
24 Karanggayam 1.616 9.313 10.929 8,53
25 Sadang 1.099 4.324 5.423 4,23
26 Karangsambung 1.965 4.550 6.515 5,09
Jumlah 39.768 88.343 128.111 100.00
Sumber : Kebumen dalam Angka Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Kecamatan Karanggayam merupakan kecamatan yang paling besar dengan
luas 10.929 ha atau 109,29 Km² (8,53%) dari luas Kabupaten Kebumen,
sedangkan kecamatan yang memiliki luas paling kecil ialah Kecamatan Gombong
dengan luas 1.948 ha atau 19,48 Km² (1,52%) dari luas Kabupaten Kebumen.
3. Penggunaan Lahan
Berdasarkan data sekunder dari Kebumen dalam Angka Tahun 2010,
kondisi beberapa wilayah di Kabupaten Kebumen merupakan daerah pantai dan
pegunungan, sedangkan sebagian besar merupakan dataran rendah. Dari luas
wilayah Kabupaten Kebumen, pada tahun 2010 tercatat 39.768,00 hektar atau
sekitar 31,04% sebagai lahan sawah dan 88.343,50 hektar atau 68,96% sebagai
lahan kering. Menurut sistem irigasinya, sebagian besar lahan sawah beririgasi
teknis (50,34%), dan hampir seluruhnya dapat ditanami dua kali dalam setahun,
beririgasi setengah teknis (9,23%), beririgasi sederhana (5,77%), beririgasi desa
(2,65%) dan sebagian berupa sawah tadah hujan dan pasang surut (32,02%).
Penggunaan lahan kering (bukan sawah) dibagi menjadi dua, yaitu untuk
lahan pertanian sebesar 42.799,50 ha (48,45%) dan bukan untuk pertanian sebesar
45.544,00 ha (51,55%). Lahan kering untuk pertanian terbagi untuk tegal/kebun
seluas 27.629 ha, ladang/huma seluas 745 ha, perkebunan seluas 1.159 ha, hutan
rakyat seluas 3.011 ha, tambak seluas 24 ha, kolam seluas 53 ha, padang
penggembalaan seluas 33 ha, sementara tidak diusahakan seluas 231 ha, dan
lainnya seluas 9.914 ha. Sedangkan lahan kering bukan untuk pertanian digunakan
untuk bangunan seluas 26.021 hektar , hutan negara seluas 16.861 hektar, rawa-
rawa seluas 12 hektar serta lainnya seluas 2.650 hektar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
4. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk dapat digunakan untuk memberikan gambaran umum
tentang daerah penelitian di Kabupaten Kebumen, terutama dalam memberikan
memperkirakan kebutuhan penduduk terhadap tingkat kecukupan fasilitas
pendidikan. Berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan persebaran
penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk.
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk
Menurut data Kebumen Dalam Angka tahun 2010 jumlah penduduk di
Kabupaten Kebumen sebesar 1.258.947 jiwa, yang terdiri dari 635.584 penduduk
laki – laki dan 623.363 penduduk perempuan. Jumlah penduduk pada tiap
kecamatan di Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 5. diketahui jumlah penduduk yang paling banyak
adalah Kecamatan Kebumen yaitu 124.387 jiwa (9,88%) dengan 62.406 jiwa
penduduk laki – laki dan 61.981 jiwa penduduk perempuan, sedangkan jumlah
penduduk terkecil adalah di Kecamatan Padureso yaitu 14.441 jiwa (1,15%)
dengan 7.285 jiwa penduduk laki – laki dan 7.156 jiwa penduduk perempuan.
Jumlah penduduk laki – laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan
di Kabupaten Kebumen, dengan jumlah penduduk laki – laki berjumlah 635.584
jiwa dan perempuan 623.363 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Kebumen
tidak berbanding lurus dengan luas wilayah, dimana semakin luas suatu wilayah
jumlah penduduk harus banyak, namun pada kenyataannya wilayah dengan luas
wilayah yang besar jumlah penduduknya sedikit, dan wilayah dengan luas yang
kecil jumlah penduduknya banyak, contohnya Kecamatan Kebumen. Kecamatan
Kebumen memiliki luas 42,04 Km² memiliki jumlah penduduk terpadat yaitu
124.387 jiwa (9,88%) dari seluruh penduduk Kabupaten Kebumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 5. Jumlah dan Penyebaran Penduduk Kabupaten Kebumen Tahun 2010
No Kecamatan Penduduk
Jumlah % L P
1 Ayah 28.834 27.962 56.796 4,51
2 Buayan 29.061 28.782 57.843 4,59
3 Puring 27.127 26.213 53.340 4,24
4 Petanahan 27.237 25.956 53.193 4,23
5 Klirong 28.526 27.375 55.901 4,44
6 Buluspesantren 26.724 26.363 53.087 4,22
7 Ambal 28.778 27.903 56.681 4,50
8 Mirit 23.384 23.426 46.810 3,72
9 Bonorowo 10.198 9.928 20.126 1,60
10 Prembun 13.922 13.977 27.899 2,22
11 Padureso 7.285 7.156 14.441 1,15
12 Kutowinangun 24.164 23.753 47.917 3,81
13 Alian 30.928 30.186 61.114 4,85
14 Poncowarno 8.209 8.456 16.665 1,32
15 Kebumen 62.406 61.981 124.387 9,88
16 Pejagoan 26.154 24.960 51.114 4,06
17 Sruweng 31.020 30.158 61.178 4,86
18 Adimulyo 17.858 18.349 36.207 2,88
19 Kuwarasan 22.214 21.812 44.026 3,50
20 Rowokele 22.670 22.348 45.018 3,58
21 Sempor 33.820 33.008 66.828 5,31
22 Gombong 24.458 24.478 48.936 3,89
23 Karanganyar 18.507 18576 37.083 2,95
24 Karanggayam 27.746 26.988 54.734 4,35
25 Sadang 10.299 9.680 19.979 1,59
26 Karangsambung 24.055 23.589 47.644 3,78
Jumlah 635.584 623.363 1.258.947 100,00
Sumber : Kebumen dalam Angka Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
I
b. Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk aritmatik suatu daerah merupakan
perbandingan antara luas daerah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk di
daerah yang bersangkutan, kepadatan penduduk aritmatik tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk
Luas Wilayah
Klasifikasi tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Kebumen dilakukan
dengan pengukuran Normatif, dengan cara mengurangkan skor tertinggi dengan
skor terendah. Cara perhitungan dapat dilihat di bawah ini :
.............................(Sutrisno Hadi, 1984:12)
R = Skor tertinggi –Skor Terendah
Skor Tertinggi = 2959
Skor Terendah = 499
I = 2.959 - 368
5
= 2.591
5
= 518
Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk
No Kepadatan Penduduk (jiwa/Km²) Keterangan
1 ≤ 518 Sangat rendah
2 519 – 1.036 Rendah
3 1.037 – 1.554 Sedang
4 1.555 – 2.072 Tinggi
5 ≥ 2.073 Sangat Tinggi
Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 7. Kepadatan Penduduk Kabupaten Kebumen Tahun 2010
No Kecamatan Luas
Desa
/kel
Rumah Jumlah Penduduk Keterangan
Wilayah Tangga
Rumah
Tangga desa/kel Jiwa/Km²
1 Ayah 76,37 18 14.476 4 3.155 744 Rendah
2 Buayan 68,42 20 13.930 4 2.892 845 Rendah
3 Puring 61,97 23 13.854 4 2.319 861 Rendah
4 Petanahan 44,84 21 14.281 4 2.533 1.186 Sedang
5 Klirong 43,25 24 13.877 4 2.329 1.293 Sedang
6 Buluspesantren 48,77 21 13.101 4 2.528 1.089 Sedang
7 Ambal 62,41 32 14.055 4 1.771 908 Rendah
8 Mirit 52,35 22 11.636 4 2.128 894 Rendah
9 Bonorowo 20,91 11 5.076 4 1.830 963 Rendah
10 Prembun 22,96 13 7.032 4 2.146 1.215 Sedang
11 Padureso 28,95 9 3.760 4 1.605 499 Sangat Rendah
12 Kutowinangun 33,73 19 11.245 4 2.522 1.421 Sedang
13 Alian 57,75 16 13.910 4 3.820 1.058 Sedang
14 Poncowarno 27,37 11 4.023 4 1.515 609 Rendah
15 Kebumen 42,04 29 28.198 4 4.289 2.959 Sangat Tinggi
16 Pejagoan 34,58 13 11.612 4 3.932 1.478 Sedang
17 Sruweng 43,68 21 13.847 4 2.913 1.401 Sedang
18 Adimulyo 43,43 23 9.997 4 1.574 834 Rendah
19 Kuwarasan 33,84 22 11.131 4 2.001 1.301 Sedang
20 Rowokele 53,79 11 11.220 4 4.093 837 Rendah
21 Sempor 100,15 16 15.028 4 4.177 667 Rendah
22 Gombong 19,48 14 12.584 4 3.495 2.512 Sangat Tinggi
23 Karanganyar 31,4 11 9.184 4 3.371 1.181 Sedang
24 Karanggayam 109,29 19 12.494 4 2.881 501 Sangat Rendah
25 Sadang 54,23 7 4.739 4 2.854 368 Sangat
REndah 26 Karangsambung 65,15 14 10.179 5 3.403 731 Rendah
Jumlah 1281,11 460 304.469 107 72.076 28.354
Sumber : Kebumen dalam Angka Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan Tabel 6. kepadatan penduduk di Kabupaten Kebumen dapat
dihitung sebagai berikut :
Kepadatan Penduduk = 1.258.947 jiwa
1.281,115 Km²
= 982 jiwa/Km²
Berdasarkan klasifikasi kepadatan penduduk kepadatan penduduk
Kabupaten Kebumen termasuk dalam kelas rendah, dengan kepadatan penduduk
sebesar 982 jiwa/Km². Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi
ialah Kecamatan Kebumen dengan jumlah penduduk 124.387 jiwa dan luas
wilayah 42,04 Km², memiliki angka kepadatan penduduk sebesar 2.959 jiwa/Km².
Hal ini disebabkan karena terletak di pusat pemerintahan Kabupaten Kebumen,
sehingga berada pada pusat kegiatan perekonomian dan pemerintahan, hal ini
menyebabkan jumlah fasilitas pendidikan lebih banyak, yaitu terdapat 9 sekolah,
dengan 7 SMPN dan 2 MTsN . Kecamatan Sadang memiliki kepadatan penduduk
yang terendah dengan angka kepadatan sebesar 368 jiwa/Km², dengan jumlah
penduduk 19.979 jiwa dan luas wilayah 54,23 Km².
c. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang dibuat
berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama.
Komposisi-komposisi penduduk dapat menentukan kualitas penduduk dari segi
kehidupannya dan dari segi sosial seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan.
Komposisi penduduk dalam penelitian ini adalah komposisi penduduk menurut
jenis kelamin, umur, pendidikan, dan mata pencaharian.
1) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk
menghitung besarnya sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki –
laki dengan jumlah penduduk perempuan. Besarnya sex ratiodapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Sex Ratio (SR) = a
X 100 b
Keterangan :
SR = rasio jenis kelamin
a = jumlah penduduk laki – laki
b = jumlah penduduk perempuan
Berdasarkan Tabel 8, diketahui jumlah penduduk laki – laki di Kabupaten
Kebumen sebanyak 635.584 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak
623.363 jiwa.
Sex Ratio (SR) = 635.584
X 100 623.363
= 102
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka sex ratio di Kabupaten Kebumen
Tahun 2010 sebesar 102. Artinya disetiap 100 penduduk perempuan, terdapat
102 penduduk laki – laki. Sehingga diketahui bahwa jumlah penduduk laki – laki
di Kabupaten Kebumen lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.
Berdasarkan Tabel 8, diketahui angka sex ratio paling besar terdapat di
Kecamatan Sadang dengan angka sex ratio sebesar 106, artinya disetiap 100
penduduk perempuan terdapat 106 penduduk laki – laki. Angka sex ratio paling
kecil terdapat di Kecamatan Poncowarno dan Kecamatan Adimulyo dengan
angka sex ratio sebesar 97, artinya disetiap 100 penduduk perempuan terdapat 97
penduduk laki – laki. Kecamatan dengan angka sex ratio yang sama terdapat di
Kecamatan Mirit, Prembun, Gombong, dan Karanganyar, dengan angka sex ratio
sebesar 100, artinya disetiap 100 penduduk perempuan terdapat 100 penduduk
laki – laki.
Untuk mengetahui komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat
dilihat pada Tabel 8, berikut ini .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan di
Kabupaten Kebumen Tahun 2010
No Kecamatan Jenis Kelamin Sex
Ratio L % P %
1 Ayah 28.834 4,5 27.962 4,5 103
2 Buayan 29.061 4,6 28.782 4,6 101
3 Puring 27.127 4,3 26.213 4,2 103
4 Petanahan 27.237 4,3 25.956 4,2 105
5 Klirong 28.526 4,5 27.375 4,4 104
6 Buluspesantren 26.724 4,2 26.363 4,2 101
7 Ambal 28.778 4,5 27.903 4,5 103
8 Mirit 23.384 3,7 23.426 3,8 100
9 Bonorowo 10.198 1,6 9.928 1,6 103
10 Prembun 13.922 2,2 13.977 2,2 100
11 Padureso 7.285 1,2 7.156 1,1 102
12 Kutowinangun 24.164 3,8 23.753 3,8 102
13 Alian 30.928 4,9 30.186 4,8 102
14 Poncowarno 8.209 1,3 8.456 1,4 97
15 Kebumen 62.406 9,8 61.981 9,9 101
16 Pejagoan 26.154 4,1 24.960 4,0 105
17 Sruweng 31.020 4,9 30.158 4,8 103
18 Adimulyo 17.858 2,8 18.349 2,9 97
19 Kuwarasan 22.214 3,5 21.812 3,5 102
20 Rowokele 22.670 3,6 22.348 3,6 101
21 Sempor 33.820 5,3 33.008 5,3 102
22 Gombong 24.458 3,9 24.478 3,9 100
23 Karanganyar 18.507 2,9 18.576 3,0 100
24 Karanggayam 27.746 4,4 26.988 4,3 103
25 Sadang 10.299 1,6 9.680 1,6 106
26 Karangsambung 24.055 3,8 23.589 3,8 102
Jumlah 635.584 100 623.363 100 102
Sumber : Kebumen dalam .Angka Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2) Komposisi Penduduk Menurut Umur
Komposisi penduduk menurut umur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Kelompok umur sesuai dengan usia sekolah. Untuk mengetahui secara
rinci komposisi penduduk usia sekolah menurut kelompok umur di Kabupaten
Kebumen dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Komposisi Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur di
Kabupaten Kebumen Tahun 2010
No Kecamatan Kelompok Usia Sekolah
Jumlah 5 - 6
Th
7 - 12
Th
13 - 15
Th
16 - 18
Th
19 - 24
Th
1 Ayah 2.032 6.510 3.595 3.264 6.042 21.443
2 Buayan 2.249 7.409 3.972 3.161 5.351 22.142
3 Puring 2.110 6.831 3.410 2.770 4.229 19.350
4 Petanahan 1.810 5.846 3.210 2.955 4.865 18.686
5 Klirong 2.147 6.842 3.521 3.302 5.241 21.053
6 Buluspesantren 1.902 6.127 3.452 3.132 4.643 19.256
7 Ambal 2.181 7.059 3.700 3.310 4.862 21.112
8 Mirit 1.634 5.948 3.617 3.120 3.873 18.192
9 Bonorowo 760 2.673 1.552 1.475 1.534 7.994
10 Prembun 995 3.238 1.918 1.984 2.613 10.748
11 Padureso 580 1.953 1.019 868 1.226 5.646
12 Kutowinangun 1.751 5.615 3.065 3.134 4.896 18.461
13 Alian 2.665 8.723 4.687 4.147 6.006 26.228
14 Poncowarno 683 2.254 1.213 1.068 1.348 6.566
15 Kebumen 4.744 15.129 8.269 9.309 14.343 51.794
16 Pejagoan 2.122 6.722 3.466 3.402 5.558 21.270
17 Sruweng 2.258 7.188 3.865 3.893 7.027 24.231
18 Adimulyo 1.207 3.809 1.991 2.092 2.828 11.927
19 Kuwarasan 1.673 5.481 2.962 2.695 3.700 16.511
20 Rowokele 1.781 5.874 3.069 2.570 4.194 17.488
21 Sempor 2.496 8.207 4.609 4.377 7.044 26.733
22 Gombong 1.693 5.193 2.679 2.969 5.059 17.593
23 Karanganyar 1.243 4.075 2.184 2.038 4.065 13.605
24 Karanggayam 2.166 7.384 3.845 2.979 4.825 21.199
25 Sadang 861 2.769 1.408 1.064 1.757 7.859
26 Karangsambung 1.852 6.095 3.303 3.068 5.053 19.371
Jumlah 47.595 154.954 83.581 78.146 122.182 486.458
Sumber : Kebumen dalam Angka Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa pada kelompok umur 7 – 12 tahun
yaitu jenjang Sekolah Dasar (SD) yang paling banyak yaitu 154.954 jiwa,
kemudian pada kelompok umur 19 – 24 Tahun yaitu Perguruan Tinggi/ Sekolah
Tinggi/Diploma dengan jumlah 122.182 jiwa, dan yang paling sedikit ialah
kelompok umur 5 – 6 tahun pada jenjang Taman Kanak – Kanak dengan jumlah
47.595 jiwa.
3) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah pengelompokan
penduduk berdasarkan pendidikannya, baik mereka yang belum sekolah maupun
yang sudah lulus perguruan tinggi. Tingkat pendidikan mencerminkan tingkat
kehidupan sosial seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat
maka baik itu secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi cara pola
pikir didalam kehidupan masyarakat. Komposisi penduduk menurut tingkat
pendidikan di Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Komposisi Penduduk 5 Tahun ke atas Menurut Pendidikan
Tertinggi di Kabupaten Kebumen Tahun 2010
No Tingkat Pendidikan Jumlah
Orang %
1 Tidak/Belum Tamat SD 334.234 29,17
2 SD 501.549 43,77
3 SLTP 176.434 15,40
4 SLTA 110.171 9,61
5 Akademi/Diploma 10.463 0,91
6 Sarjana 13.043 1,14
Jumlah 1.145.894 100,00
Sumber : Kebumen dalam Angka Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Komposisi penduduk Kabupaten kebumen secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten
Kebumen Tahun 2010
No Kecamatan
Sektor Ekonomi
Jumlah Perta- Indus- Kons- Perdagangan, Angkutan
& Jasa-
Lainnya
nian tri truksi Hotel&
Restoran Komunikasi Jasa
1 Ayah 17.292 1.749 435 3.157 398 4.940 4.929 32.900
2 Buayan 16.177 1.637 407 2.954 373 4.622 4.608 30.778
3 Puring 12.967 1.312 326 2.368 299 3.705 3.695 24.672
4 Petanahan 15.777 1.596 397 2.881 363 4.507 4.496 30.017
5 Klirong 13.469 1.363 339 2.459 310 3.848 3.838 25.626
6 Buluspesantren 14.401 1.457 362 2.630 332 4.115 4.103 27.400
7 Ambal 18.022 1.823 454 3.291 415 5.149 5.135 34.289
8 Mirit 15.277 1.546 384 2.790 352 4.365 4.353 29.067
9 Bonorowo 5.044 510 127 921 116 1.441 1.438 9.597
10 Prembun 6.935 702 174 1.266 160 1.981 1.976 13.194
11 Padureso 3.799 384 96 694 87 1.086 1.083 7.229
12 Kutowinangun 13.147 1.330 331 2.401 303 3.756 3.746 25.014
13 Alian 15.778 1.596 397 2.881 363 4.508 4.496 30.019
14 Poncowarno 3.383 342 85 618 78 966 964 6.436
15 Kebumen 35.214 3.563 886 6.430 811 10.061 10.033 66.998
16 Pejagoan 14.620 1.479 368 2.670 337 4.177 4.165 27.816
17 Sruweng 16.593 1.679 418 3.030 382 4.741 4.726 31.569
18 Adimulyo 9.109 921 229 1.663 210 2.602 2.596 17.330
19 Kuwarasan 10.687 1.081 269 1.951 246 3.053 3.046 20.333
20 Rowokele 9.817 993 247 1.792 226 2.805 2.797 18.677
21 Sempor 18.357 1.857 462 3.352 423 5.245 5.230 34.926
22 Gombong 10.890 1.102 274 1.988 251 3.111 3.104 20.720
23 Karanganyar 9.327 944 235 1.703 215 2.665 2.656 17.745
24 Karanggayam 19.725 1.995 496 3.602 454 5.635 5.621 37.528
25 Sadang 4.992 505 126 911 115 1.426 1.422 9.497
26 Karangsambung 13.136 1.329 331 2.399 303 3.753 3.742 24.993
Jumlah 343.935 34.795 8.655 62.802 7.922 98.263 97.998 654.370
Prosentase 52,56 5,32 1,32 9,60 1,21 15,02 14,98 100
Sumber : Kebumen dalam Angka Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian adalah pengelompokan
penduduk berdasarkan mata pencaharian atau pekerjaan. Komposisi ini digunakan
untuk melihat dan menggambarkan struktur daerah secara umum dan lebih lanjut
dapat pula menggambarkan potensi dan sumberdaya penduduk yang ada pada
suatu daerah.
Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa separuh dari jumlah
penduduk Kabupaten Kebumen bermata pencaharian di sektor pertanian sebanyak
343.935 jiwa atau 52,56%, hal ini terjadi karena sebagian besar daerah Kebumen
merupakan lahan pertanian. Mata pencaharian yang paling sedikit adalah di
bidang transportasi dan komunikasi yaitu 7.922 jiwa atau 1,21%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran, tingkat
ketersediaan sekolah serta layanan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten
Kebumen.
1. Pola Sebaran Sekolah Menengah Pertama
a. Sebaran Sekolah
Sebaran sekolah yang ada di Kabupaten Kebumen dapat diketahui setelah
dilakukan observasi lapangan dan dilakukan ploting dengan menggunakan GPS.
Sebaran sekolah yang ada dapat dipetakan dengan menggunakan simbol titik.
Lokasi absolute sekolah yang ada di Kabupaten kebumen dapat dilihat pada Tabel
12 , lampiran 1.
Untuk membantu penyajian data persebaran sekolah di Kabupaten
Kebumen yaitu dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang
mengolah data atribut berupa titik lokasi sekolah kemudian dimasukkan ke dalam
peta dasar yang dikompilasi dari 15 Peta Rupabumi Indonesia yang digunakan
didalam pembuatan peta. Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan
SIG menghasilkan peta persebaran Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten
Kebumen. Penentuan jumlah titik berdasarkan jumlah populasi SMP/MTs negeri
yang ada di Kabupaten Kebumen. Jumlah SMPN dan MTsN yang ada di
Kabupaten Kebumen berjumlah 64 buah. Persebaran sekolah yang paling banyak
terdapat di Kecamatan Kebumen yaitu 9 sekolah atau 14,06% dari jumlah seluruh
SMPN/MTsN, dan terdapat kecamatan yang tidak memiliki sekolah yaitu
Kecamatan Bonorowo. Peta persebaran sekolah yang ada di Kabupaten Kebumen
dapat dilihat pada Peta 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b. Pola Sebaran Sekolah
Pola persebaran sekolah di Kabupaten Kebumen dapat diketahui dengan
menggunakan analisis tetangga terdekat (nearest neighbour analysis). Dasar
perhitungan indek parameter tetangga terdekat dalam penelitian ini adalah peta
jarak terdekat sekolah di Kabupaten Kebumen. Perhitungan tetangga terdekat
dilakukan dalam satu Kabupaten dengan asumsi bahwa Kabupaten Kebumen
memiliki topografi yang hampir seragam, meskipun ada beberapa daerah yang
memiliki topograi berbukit namun ketinggian daerah tersebut tidak terlalu tinggi,
karena di Kabupaten Kebumen tidak terdapat gunungapi.
Pada peta 2 merupakan peta persebaran sekolah Kabupaten Kebumen,
peta ini digunakan sebagai dasar dalam analisis tetangga terdekat, skala yang
digunakan adalah 1:200.000, yang berarti satu satuan di peta berbanding 200.000
cm di lapangan. pada peta dapat dilihat bahwa sekolah yang ada di Kabupaten
Kebumen mempunyai jarak yang berdekatan. Sekolah yang ada di Kabupaten
Kebumen disimbolkan dengan menggunakan simbol titik dengan bentuk, ukuran,
dan warna yang sama/seraga. Untuk lebih jelasnya pola persebaran sekolah dapat
dilihat pada peta 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pada peta pola persebaran sekolah Kabupaten Kebumen skala 1.200.000
terdapat 64 sekolah atau titik (N=64) dengan luas daerah 128.111.50 ha atau
1.281,115 km² dengan jarak antar titik sekolah satu dengan sekolah yang lain
dapat dilihat pada Tabel 13, lampiran 2
Berdasarkan analisis peta 3 terdapat 64 titik sekolah yang tersebar di
Kabupaten Kebumen, kemudian dilakukan analisis tetangga terdekat, terdapat 2
titik sekolah yang tidak memiliki tetangga terdekat dikarenakan terhalang oleh
faktor sungai besar, yaitu titik 18 SMPN Satu Atap Sempor dan titik 48 SMPN 1
Sadang. Sehingga nilai tetangga terdekat kedua titik tersebut 0 (Nol).
Perhitungan jarak rata – rata yang diukur antara satu titik dengan titik yang
lain yang paling dekat adalah sebagai berikut :
Jadi jarak rata – rata yang diukur antara satu titik sekolah dengan titik
sekolah yang lain yang terdekat di Kabupaten Kebumen adalah 1,73 Km.
Setelah menghitung Ju maka langkah selanjutnya adalah menghitung Jh,
untuk menghitung Jh harus diketahui nila P terlebih dahulu. Nilai P merupakan
perbandingan antara jumlah titik sekolah dengan luas wilayah Kabupaten
Kebumen sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
Ju = J
N
=
110,942
64
= 1,733
P = N
L
=
64
1.281,11
= 0,049
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Jadi, nilai perbandingan antara jumlah titik sekolah (N) dengan luas
wilayah Kabupaten Kebumen (P) adalah 0,049. Setelah diketahui nilai P
kemudian baru dapat menghitung nilai Jh dengan perhitungan sebagai berikut :
Jh = 1
2√p
=
1
2√0,049
=
1
2x0,221
= 2,262
Jadi, nilai Jh di Kabupaten Kebumen adalah 2,262.
Setelah nilai Ju dan Jh diketahui maka dapat dihitung nilai Indeks
persebaran tetangga terdekat (T) dengan perhitungan sebagai berikut :
T = Ju
Jh
=
1,733
2,262
= 0,766
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tetangga
terdekat, nilai T sekolah yang berada di Kabupaten Kebumen adalah 0,766. Nilai
tersebut dicocokkan dengan persebaran menurut Bintarto dan Surastopo, dapat
diketahui pola persebaran sekolah di Kabupaten Kebumen mendekati angka 1,
sedangkan T=1 menunjukkan pola persebaran acak (random), sehingga pola
persebaran sekolah mendekati acak (random).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2. Tingkat Ketersediaan Fasilitas Sekolah Menengah Pertama
Penyediaan fasilitas sekolah erat kaitannya dengan kebutuhan ruang kelas
pada suatu daerah yang didasarkan dengan jumlah penduduk usia sekolah pada
jenjang tertentu.
a. Jumlah dan Persebaran Gedung Sekolah
Penyediaan jumlah gedung dan persebaran gedung SMPN/MTsN yang ada
di Kabupaten Kebumen Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 14, berikut.
Tabel 14. Persebaran SMPN/MTsN di Kabupaten Kebumen Tahun 2011
No Kecamatan Jumlah Gedung Sekolah
SMPN MTsN
1 Ayah 3 -
2 Buayan 2 -
3 Puring 2 1
4 Petanahan 1 -
5 Klirong 1 1
6 Buluspesantren 2 -
7 Ambal 2 -
8 Mirit 2 -
9 Bonorowo - -
10 Prembun 2 1
11 Padureso 1 -
12 Kutowinangun 3 1
13 Alian 2 -
14 Poncowarno 2 -
15 Kebumen 7 2
16 Pejagoan 2 -
17 Sruweng 2 -
18 Adimulyo 2 -
19 Kuwarasan 1 -
20 Rowokele 1 -
21 Sempor 3 -
22 Gombong 4 1
23 Karanganyar 3 -
24 Karanggayam 2 -
25 Sadang 1 -
26 Karangsambung 4 -
Jumlah 57 7
Sumber : Dinas Dikpora Kabupaten Kebumen
Berdasarkan Tabel 14, terdapat 64 sekolah negeri yang tersebar di 26
kecamatan, dengan 57 Sekolah Menengah Pertama Negeri dan 7 Madrasah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tsanawiyah Negeri. Persebaran sekolah yang paling banyak terdapat di
Kecamatan Kebumen yaitu 9 sekolah dan di Kecamatan Bonorowo belum
terdapat sekolah.
b. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas
Sarana dan prasarana mengenai jumlah dan persebaran ruang kelas
SMPN/MTsN di Kabupaten Kebumen Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 15,
berikut ini :
Tabel 15. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas SMPN/MTsN di Kabpaten
Kebumen Tahun 2011
No Kecamatan Jumlah Ruang
Kelas
Jumlah Rombongan
Belajar
1 Ayah 41 41
2 Buayan 36 36
3 Puring 58 58
4 Petanahan 21 21
5 Klirong 48 48
6 Buluspesantren 39 39
7 Ambal 36 36
8 Mirit 42 42
9 Bonorowo 0 0
10 Prembun 66 66
11 Padureso 9 9
12 Kutowinangun 88 88
13 Alian 29 29
14 Poncowarno 29 29
15 Kebumen 212 212
16 Pejagoan 40 40
17 Sruweng 38 38
18 Adimulyo 42 42
19 Kuwarasan 20 20
20 Rowokele 20 20
21 Sempor 42 42
22 Gombong 94 94
23 Karanganyar 69 69
24 Karanggayam 40 40
25 Sadang 10 10
26 Karangsambung 43 43
Jumlah 1212 1212
Sumber : Dinas Dikpora Kabupaten Kebumen Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa ruang kelas/ruang belajar
yang terdapat di Kabupaten Kebumen adalah 1212 buah, dengan jumlah yang
paling banyak terdapat di Kecamatan Kebumen yaitu 212 ruang kelas, dan di
Kecamatan Bonorowo tidak terdapat kelas, karena tidak terdapat bangunan
SMPN/MTsN.
c. Perhitungan Kebutuhan Ruang Kelas
1) Angka Partisipasi Kasar (APK)
Kebutuhan Ruang Kelas Kabupaten = Jumlah APK Kabupaten
32
= 83.581
32
= 2.612
Kebutuhan ruang kelas dengan Angka Partisipasi Kasar terdapat 83.531
penduduk usia 13 – 15 tahun, kebutuhan ruang kelas di Kabupaten Kebumen
sebesar 2.612 ruang. Untuk setiap kecamatan kebutuhan ruang kelas dihitung dari
jumlah penduduk usia 13 – 15 tahun dengan standar jumlah siswa pada kelas (32
siswa). Tabel perhitungan kebutuhan ruang kelas pada tingkat kecamatan, dapat
dilihat pada Tabel 16, Lampiran 3.
Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa Kabupaten Kebumen
berdasarkan perhitungan kebutuhan ruang kelas dengan menggunakan Angka
Partisipasi Kasar masih terdapat kekurangan 1.400 ruang, yang tersebar di 23
kecamatan. Terdapat 3 kecamatan yang memiliki lebih ruang kelas yaitu
Kecamatan Prembun, Kecamatan Gombong, dan Kecamatan Karanganyar.
Kekurangan kelas yang paling banyak terdapat di Kecamatan Alian yaitu 117
ruang, dan kekurangan ruang kelas yang paling kecil terdapat di Kecamatan di
Kecamatan Kutowinangun.
Penambahan ruang kelas perlu dilakukan guna memenuhi pelayanan
fasilitas pendidikan di daerah tersebut. Penambahan ruang kelas pada suatu
kecamatan perlu memperhatikan kondisi sekolah, karena sekolah dengan jumlah
rombongan belajar yang sudah maksimal tidak perlu lagi dilakukan penambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
ruang kelas, dalam satu sekolah maksimal terdapat 24 rombongan belajar (kelas),
sehingga yang perlu dilakukan ialah membangun sekolah baru.
a) Kecamatan Ayah
Masih terdapat kekurangan ruang kelas sejumlah 71 ruang, sekolah yang
perlu dilakukan penambahan ruang kelas yaitu SMPN 2 Ayah sebanyak 1
ruang kelas, dan SMPN 3 Satap Ayah sebanyak 18 ruang kelas, dan perlu
dilakukan pembangunan sekolah yang baru sebanyak 2 sekolah.
b) Kecamatan Buayan
Masih terdapat kekurangan ruang kelas sejumlah 88 ruang, SMPN 1
Buayan dan SMPN 2 Buayan perlu dilakukan penambahan ruang kelas
masing – masing 6 ruang kelas.Pembangunan sekolah yang baru sebanyak
3 sekolah.
c) Kecamatan Puring
Masih terdapat kekurangan ruang kelas sejumlah 49 ruang, SMPN 1
Puring perlu penambahan 3 ruang kelas, SMPN 2 Puring penambahan 8
ruang kelas, dan MTsN Kaleng Puring sebanyak 3 ruang kelas.
Pembangunan sekolah baru sebanyak 1 sekolah.
d) Kecamatan Petanahan
Kekurangan ruang kelas sejumlah 79 ruang, perlu penambahan 3 ruang
kelas di SMPN 1 Petanahan, dan pembangunan sekolah sebanyak 3
sekolah.
e) Kecamatan Klirong
Kekurangan ruang kelas sejumlah 62 ruang, penambahan ruang kelas tidak
perlu dilakukan karena jumlah rombongan belajar di SMPN 1 Klirong dan
MTsN Klirong sudah maksimal yaitu 24 Rombel. Pembangunan sekolah
sebanyak 2 sekolah.
f) Kecamatan Buluspesantren
Kekurangan ruang kelas sejumlah 69 ruang, penambahan ruang kelas
sejumlah 9 kelas di SMPN 2 Buluspesantren, dan pembangunan sekolah
sejumlah 2 sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
g) Kecamatan Ambal
Masih kekurangan ruang kelas sejumlah 80 ruang, penambahan ruang
kelas sebanyak 4 di SMPN 1 Ambal, dan 8 ruang kelas di SMPN 2 Ambal.
Pembangunan sekolah sebanyak 3 sekolah.
h) Kecamatan Mirit
Masih terdapat kekurangan ruang kelas sejumlah 71, penambahan ruang
kelas yaitu 6 ruang kelas di SMPN 2 Mirit, dan pembangunan sekolah
sebanyak 3 sekolah.
i) Kecamatan Bonorowo
Kekurangan ruang kelas sebanyak 49 ruang, perlu pembangunan sekolah
sebanyak 2 sekolah.
j) Kecamatan Prembun
Di Kecamatan Prembun terdapat kelebihan ruang kelas sebanyak 6 ruang
kelas.
k) Kecamatan Padureso
Kekurangan ruang kelas sebanyak 23 ruang, dan perlu penambahan
sebanyak 15 ruang di SMPN 1 Padureso.
l) Kecamatan Kutowinangun
Kekurangan ruang kelas sebanyak 8 ruang, penambahan ruang kelas
sebanyak 8 ruang untuk SMPN 1 Kutowinangun, dan kelebihan ruang di
Kecamatan Prembun sebanyak 6 ruang dialihkan atau dipindahkan ke
sekolah di Kecamatan Kutowinangun yaitu untuk SMPN 3 Kutowinangun.
m) Kecamatan Alian
Kekurangan ruang kelas sebanyak 117 ruang, perlu penambahan ruang
kelas sebanyak 19 ruang di SMPN 2 Satap Alian, dan pembangunan
sekolah sebanyak 4 sekolah.
n) Kecamatan Poncowarno
Kekurangan ruang kelas sebanyak 9 ruang.
o) Kecamatan Kebumen
Kekurangan ruang kelas sebanyak 46 ruang, perlu penambahan ruang
kelas di SMPN 1 Kebumen sebanyak 3 ruang, SMPN 5 Kebumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
sebanyak 6 ruang, SMPN 6 Kebumen sebanyak 2 ruang, dan
pembangunan sekolah sebanyak 1 sekolah.
p) Kecamatan Pejagoan
Kekurangan 68 ruang kelas, perlu penambahan ruang kelas di SMPN 1
Pejagoan sebanyak 2 ruang, di SMPN 2 Pejagoan sebanyak 6 ruang, dan
pembangunan sekolah sebanyak 2 sekolah.
q) Kecamatan Sruweng
Kekurangan ruang kelas sebanyak 83 ruang, perlu penambahan ruang
kelas di SMPN 2 Sruweng sebanyak 10 ruang, dan pembangunan sekolah
sebanyak 3 sekolah.
r) Kecamatan Adimulyo
Kekurangan 20 ruang kelas, perlu penambahan ruang kelas di SMPN 1
Adimulyo sebanyak 6 ruang.
s) Kecamatan Kuwarasan
Kekurangan ruang kelas sebanyak 73 ruang, perlu penambahan ruang
kelas di SMPN 1 Kuwarasan sebanyak 4 ruang, dan pembangunan sekolah
sebanyak 2.
t) Kecamatan Rowokele
Kekurangan ruang kelas sebanyak 76 ruang, perlu penambahan ruang
kelas sebanyak 4 ruang di SMPN 1 Rowokele, dan pembangunan 2
sekolah lagi.
u) Kecamatan Sempor
Kekurangan ruang kelas sebanyak 102 ruang, perlu penambahan ruang
kelas sebanyak 12 ruang di SMPN 2 Sempor, 18 ruang kelas di SMPN 3
Satap Sempor, dan pembangunan sekolah sebanyak 3 sekolah.
v) Kecamatan Gombong
Terdapat kelebihan ruang kelas sebanyak 10 ruang.
w) Kecamatan Karanganyar
Kelebihan ruang kelas sebanyak 1 ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
x) Kecamatan Karanggayam
Kekurangan ruang kelas sejumlah 80 ruang, perlu penambahan ruang kelas
di SMPN 2 Karanggayam sejumlah 8 ruang, dan pembangunan sekolah
sebanyak 3 sekolah.
y) Kecamatan Sadang
Kekurang ruang kelas sebanyak 34 ruang, perlu penambahan ruang kelas
sebanyak 14 ruang di SMPN 1 Sadang, dan pembangunan sekolah.
z) Kecamatan Karangsambung
Kekurangan ruang kelas sebanyak 60 ruang, perlu penambahan ruang
kelas di SMPN 1 Karangsambung sebanyak 5 ruang, SMPN 2
Karangsambung sebanyak 12 ruang, SMPN 3 Satap Karangsambung
sebanyak 18 ruang, SMPN 4 Satap Karangsambung sebanyak 18 ruang.
Untuk lebih lengkapnya mengenai persebaran kebutuhan ruang kelas
berdasarkan Angka Partisispasi Kasar (APK) dapat dilihat pada Peta 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
2) Angka Partisipasi Murni (APM)
Kebutuhan Ruang Kelas Kabupaten = Jumlah APM Kabupaten
32
= 41.038
32
= 1.282
Kebutuhan ruang kelas dengan Angka Partisipasi Murni terdapat 41.038
siswa yang bersekolah di SMP/MTs Negeri, kebutuhan ruang kelas di Kabupaten
Kebumen sebesar 1.282 ruang. Untuk setiap kecamatan kebutuhan ruang kelas
dihitung dari jumlah keseluruhan siswa yang bersekolah di SMP Negeri dan MTs
Negeri di kecamatan tersebut, kemudian dibandingkan dengan jumlah standar
jumlah siswa pada kelas (32 siswa). Tabel perhitungan kebutuhan ruang kelas
berdasarkan Angka Partisipasi Murni pada tingkat kecamatan, dapat dilihat pada
Tabel 17, lampiran 4.
Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa Kabupaten Kebumen
berdasarkan perhitungan kebutuhan ruang kelas dengan menggunakan Angka
Partisipasi Murni masih terdapat kekurangan 70 ruang, yang tersebar di 23
kecamatan. Terdapat 2 kecamatan yang memiliki lebih ruang kelas yaitu
Kecamatan Poncowarno dan Kecamatan Karangsambung. Kekurangan kelas yang
paling banyak terdapat di Kecamatan Gombong yaitu 9 ruang, dan kekurangan
ruang kelas yang paling kecil terdapat di Kecamatan Bonorowo, karena
berdasarkan perhitungan Angka Partisipasi Murni di Kecamatan Bonorowo tidak
terdapat SMPN/MTsN, sehingga tidak ada siswa yang bersekolah di kecamatan
tersebut.
Perhitungan dengan Angka Partisipasi Murni diperoleh angka kebutuhan
ruang kelas yang lebih sedikit daripada perhitungan kebutuhan ruang kelas dengan
Angka Partisipasi Kasar, karena pada perhitungan dengan Angka Partisipasi
Murni jumlah kebutuhan ruang kelas didasarkan pada siswa yang bersekolah di
kecamatan tersebut, sedangkan perhitungan dengan Angka Partisipasi Kasar yaitu
perhitungan dengan usia penduduk 13 – 15 tahun yang bersekolah pada jenjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
SMP/MTs. Berikut merupakan hasil analisis kekurangan ruang kelas di setiap
kecamatan :
a) Kecamatan Ayah
Kekurangan 3 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 2 Ayah atau di SMPN
3 Satap Ayah.
b) Kecamatan Buayan
Kekurangan 4 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 1 Buayan atau di
SMPN 2 Buayan.
c) Kecamatan Puring
Kekurangan 8 ruang kelas dapat dibangun di ketiga sekolah tersebut.
d) Kecamatan Petanahan
Kekurangan 2 ruang kelas dapat dibangun atau ditambahkan di SMPN 1
Petanahan.
e) Kecamatan Klirong
Kekurangan 8 ruang kelas dialihkan ke kecamatan lain, dikarenakan 2
sekolah di kecamatan tersebut sudah maksimal jumlah ruang kelasnya.
f) Kecamatan Ambal
Kekurangan 5 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 2 Ambal.
g) Kecamatan Mirit
Kekurangan 3 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 2 Mirit.
h) Kecamatan Bonorowo
Dikarenakan perhitungan kebutuhan ruang kelas dengan dasar Angka
Partisipasi Murni (APM) sehingga di Kecamatan Bonorowo tidak terdapat
siswa yang bersekolah di SMPN/MTsN di kecamatan tersebut.
i) Kecamatan Prembun
Hanya terdapat kekurangan 1 ruang kelas, dan dapat dibangun di SMPN 2
Prembun, sedangkan di SMPN 1 Prembun terdapat kelebihan 2 ruang
kelas sehingga perlu dialihkan ke SMP yang lain.
j) Kecamatan Padureso
Di Kecamatan Padureso kebutuhan ruang kelas sudah mencukupi,
sehingga tidak memerlukan penambahan ruang kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
k) Kecamatan Kutowinangun
Kekurangan 3 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 1 Kutowinangun atau
SMPN 3 Kutowinangun, dan di MTsN Triwarno Kutowinangun terdapat
kelebihan ruang kelas sebanyak 7 ruang kelas, sehingga perlu dialihkan ke
sekolah yang lain.
l) Kecamatan Alian
Kekurangan 2 ruang kelas dibangun di SMPN 2 Satap Ayah.
m) Kecamatan Poncowarno
Di Kecamatan Poncowarno terdapat kelebihan 4 ruang kelas.
n) Kecamatan Kebumen
Kekurangan 3 ruang kelas, dapat didirikan di SMPN 5 Kebumen.
o) Kecamatan Pejagoan
Kekurangan 4 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 2 Pejagoan.
p) Kecamatan Sruweng
Kekurangan 2 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 2 Sruweng.
q) Kecamatan Adimulyo
Kekurangan 2 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 1 Adimulyo.
r) Kecamatan Kuwarasan
Kekurangan 1 ruang kelas, dapat dibangun di SMPN 1 Kuwarasan.
s) Kecamatan Rowokele
Kekurangan 4 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 1 Rowokele.
t) Kecamatan Sempor
Kekurangan 2 ruang kelas dapat dibangun di SMP 3 Satap Sempor atau di
SMPN 2 Sempor.
u) Kecamatan Gombong
Kekurangan 9 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 1 Gombong, SMPN 2
Gombong, dan SMPN 3 Gombong.
v) Kecamatan Karanganyar
Kekurangan 2 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 2 Karanganyar, dan
kelebihan ruang kelas di SMPN 1 Karanganyar dapat dialihkan ke SMPN
3 Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
w) Kecamatan Karanggayam
Kekurangan 5 ruang kelas dapat dibangun di SMPN 2 Karanggayam.
x) Kecamatan Sadang
Kekurangan 2 ruang kelas dapat diabngun di SMPN 1 Sadang, karena di
sekolah ini baru terdapat 10 ruang kelas.
y) Kecamatan Karangsambung
Kelebihan 1 ruang kelas, namun tidak perlu dialihkan karena jumlah ruang
kelas di setiap sekolah sudah memenuhi kebutuhan ruang kelas minimal.
Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran kebutuhan ruang kelas
berdasarkan Angka Partisipasi Murni pada setiap kecamatan dapat dilihat pada
Peta 5. Perbedaan hasil perhitungan kebutuhan ruang kelas menggunakan
perhitungan APK dan APM yaitu tingkat kecukupan ruang kelas di setiap
kecamatan yang berbeda. Pada perhitungan dengan APK di Kecamatan Gombong,
Karanganyar, dan Prembun kebutuhan ruang kelas sudah terpenuhi, sedangkan
dengan perhitungan APM ketiga kecamatan tersebut belum mencukupi,
peritungan dengan APM kecamatan yang sudah mencukupi yaitu Kecamatan
Karangsambung dan Kecamatan Poncowarno. Hal ini dikarenakan dalam
perhitungan kebutuhan ruang kelas mengabaikan hak anak untuk sekolah di luar
daerah tempat tinggalnya, perhitungan kebutuhan ruang kelas dengan
menggunakan asumsi bahwa anak bersekolah di daerah tempat tinggalnya.
Sehingga diperoleh kebutuhan ruang kelas yang berbeda – beda di setiap
kecamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
3. Kondisi Layanan Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama
Layanan sarana dan prasarana sekolah dapat diketahui dengan melakukan
observasi atau survei sarana dan prasarana di sekolah. Observasi/ survei dilakukan
pada sampel sekolah, sampel diambil dari data SMPN/MTsN berdasarkan strata
akreditasi masing – masing sekolah. Klasifikasi SMPN/MTsN berdasarkan
akreditasi dapat dilihat pada Tabel 18, lampiran 5.
Sampel sekolah akreditasi A sebanyak 26 sekolah, B sebanyak 9 sekolah,
dan C sebanyak 5 sekolah, total sampel yang diambil 40 sekolah di Kabupaten
Kebumen. Penilaian tentang sarana prasarana terdapat pada Tabel 19, lampiran 6.
Data sarana dan prasarana masing sampel sekolah kemudian dihitung
sesuai dengan teknik penskoran. Nilai tertinggi sarana dan prasarana sekolah
terdapat di SMP Negeri 3 Kebumen dengan nilai 321, dan nilai terendah yaitu
terdapat di sekolah SMP Negeri 3 Satap Sempor dengan nilai 74. Klasifikasi yang
dilakukan guna menentukan kategori kelas layanan sarana dan prasarana sebagai
berikut :
I = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
3
=
321 - 74
3
= 82,33 dibulatkan 82
Kelas layanan
74 – 155 = 1 kategori rendah
156 – 237 = 2 kategori sedang
238 – 321 = 3 kategori tinggi
Berdasarkan Tabel 19, dapat diketahui bahwa masih terdapat sekolah
dengan peringkat akreditasi A yang standar sarana dan prasarananya masih masuk
kategori sedang, diantaranya SMP N 1 Petanahan, SMP N 1 Karanggayam, SMP
N 1 Klirong, SMP N 1 Kuwarasan, SMP N 1 Karangsambung, SMP N 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Poncowarno, dan MTs N Gombong. Sedangkan untuk sampel sekolah yang
memiliki akreditasi B memiliki keragaman kategori, termasuk kategori tinggi
antara lain SMP N 3 Gombong, SMP N 5 Kebumen, SMP N 3 Karanganyar, SMP
N 2 Buluspesantren, dan SMP N 1 Mirit. Untuk kategori sedang yaitu SMP N 2
Ambal, SMP N 1 Padureso dan SMP N 4 Satap Karangsambung, dan kategori
rendah yaitu SMP N 1 Sadang. Sekolah dengan peringkat akreditasi C memiliki
standar sarana dan prasarana yang masih rendah, dikarenakan sekolah ini
digabung dengan Sekolah Dasar (SD) yaitu SMP N 2 Atap Poncowarno, SMP N 3
Atap Karangsambung, SMP N 3 Atap Sempor, dan SMP N 2 Atap Alian,
sedangkan SMP N 3 Satap Ayah memiliki penilaian standar sarana prasarana
sedang.
SMP yang digabung dengan Sekolah Dasar (Satu Atap) rata – rata
memiliki rombongan belajar masih kurang dari 10, masih kekurangan kelas/
ruangan untuk belajar. Sarana dan prasarana masih belum lengkap, belum
memiliki ruang laboratorium, ruang perpustakaan, mushola, Ruang UKS, Ruang
OSIS, Ruang BK. Terdapat penggabungan ruang, yaitu satu ruang difungsikan
untuk beberapa kegiatan, yaitu dengan dibagi – bagi menjadi ruang pimpinan,
ruang guru, ruang tenaga usaha, dan ruang perpustakaan jika ada. Untuk sekolah
Satu Atap belum memiliki ruang laboratorium sendiri, bahkan peralatan
pendidikan untuk kegiatan praktikum juga masih minim, namun ada satu sekolah
atap yaitu SMP N 1 Atap Ayah yang sudah memiliki bangunan untuk ruang
laboratorium, meskipun alat – alat penunjang kegiatan praktikum masih belum
lengkap.
Berdasarkan hasil perhitungan layanan sarana dan prasaranan dari fasilitas
pendidikan dapat diketahui persebaran layanan sarana prasarana pendidikan pada
jenjang SMP/MTs di Kabupaten Kebumen, sebagai berikut :
a) Kategori Rendah
Kategori rendah yaitu sarana dan prasarana sekolah yang belum memenuhi
standar pelayanan minimal penyelenggaraan sekolah. Sekolah yang masuk
kategori rendah antara lain SMP N 1 Sadang, SMP N 2 Satu Atap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Poncowarno, SMP N 3 Satu Atap Karangsambung, SMP N 3 Satu Atap
Sempor, dan SMP N 2 Satu Atap Alian.
b) Kategori Sedang
Kategori sedang yaitu dalam penyelenggaraan sarana dan prasarana yang
sudah memenuhi standar pelayanan minimal sekolah. Sekolah yang masuk
kategori sedang antara lain SMP N 1 Petanahan, SMP N 1 Karanggayam,
SMP N 1 Klirong, SMP N 1 Kuwarasan, SMP N 1 Karangsambung, SMP N
1 Poncowarno, MTs N Gombong, SMP N 1 Padureso, SMP N 4 Satu Atap
Karangsambung, SMP N 2 Ambal, dan SMP N 3 Satu Atap Ayah.
c) Kategori Tinggi
Kategori tinggi yaitu faktor sarana dan prasarana di sekolah sudah tinggi
pelayanannya, sarana prasarana sekolah sudah lengkap. Sekolah yang masuk
kategori tinggi diantaranya SMP N 1 Sempor, SMP N 3 Kebumen, SMP N 1
Prembun, SMP N 1 Ambal, SMP N 1 pejagoan, SMP N 1 Adimulyo, SMP N
1 Karanganyar, SMP N 1 Gombong, SMP N 1 Buluspesantren, SMP N 1
Alian, SMP N 3 Kutowinangun, SMP N 1 Rowokele, SMP N 1 Buayan, SMP
N 1 Sruweng, SMP N 1 Puring, SMP N 1 Ayah, MTs N Kaleng Puring, MTs
N Triwarno Kutowinangun, MTs N Prembun, SMP N 3 Gombong, SMP N 3
Karanganyar, SMP N 5 Kebumen, SMP N 2 Buluspesantren, dan SMP N 1
Mirit.
Persebaran layanan sarana dan prasarana dapat dilihat pada peta 6,
Sekolah disimbolkan dengan simbol titik dengan menggunakan warna bervariasi.
Warna merah menunjukkan tingkat pelayanan rendah, warna kuning
menunjukkan tingkat pelayanan sedang, dan warna hijau menunjukkan tingkat
pelayanan tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian maka dapat
dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Pola sebaran SMPN/MTsN di Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut :
a. Terdapat 64 SMPN dan MTsN yang tersebar di Kabupaten Kebumen.
Distribusi sekolah paling banyak terdapat di Kecamatan Kebumen
dengan jumlah 9 sekolah atau 14,06% dari seluruh SMPN/MTsN yang
ada di Kabupaten Kebumen, dengan 7 SMPN dan 2 MTsN, terdapat
kecamatan yang belum memiliki SMPN/MTsN yaitu Kecamatan
Bonorowo.
b. Pola persebaran SMP/MTs di Kabupaten Kebumen adalah acak
(random) dengan nilai T = 0,766 mendekati T = 1.
2. Tingkat ketersediaan fasilitas sekolah (ruang kelas).
a. Terdapat 1.212 ruang kelas yang terdapat di SMPN/MTsN di
Kabupaten Kebumen. Jumlah ruang kelas paling banyak terdapat di
Kecamatan Kebumen yaitu 212 kelas.
b. Perhitungan kebutuhan ruang kelas dengan Angka Partisipasi Kasar
(APK) di Kabupaten Kebumen adalah 2.612 ruang, masih kekurangan
1.400 ruang kelas. Dan perhitungan dengan Angka Partisipasi Murni
(APM) kebutuhan ruang kelas sebesar 1.282 ruang, masih kekurangan
70 ruang kelas.
3. Kondisi layanan sarana dan prasarana dari beberapa sekolah sampel diperoleh
hasil 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Sekolah dengan layanan
sarana dan prasarana rendah yaitu SMP N 1 Sadang, SMP N 2 Satu Atap
Poncowarno, SMP N 3 Satu Atap Karangsambung, SMP N 3 Satu Atap
Sempor, dan SMP N 2 Satu Atap Alian. Dan terdapat sekolah dengan
akreditasi A yang layanan sarana dan prasarana sedang yaitu SMPN 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Petanahan, SMP N 1 Karanggayam, SMP N 1 Klirong, SMP N 1 Kuwarasan,
SMP N 1 Karangsambung, SMP N 1 Poncowarno, dan MTs N Gombong.
B. Implikasi
1. Dengan mengetahui persebaran dan pola SMPN/MTsN di Kabupaten
Kebumen dapat dijadikan acuan dalam pemilihan lokasi dalam mendirikan
fasilitas pendidikan.
2. Penyajian informasi SMPN/MTsN dalam bentuk peta akan mempermudah
dalam mengetahui persebaran sekolah di Kabupaten Kebumen, mengetahui
persebaran layanan pendidikan di Kabupaten Kebumen.
3. Dengan mengetahui ketersediaan fasilitas sekolah (ruang kelas) di Kabupaten
Kebumen dapat dijadikan pertimbangan pemerintah dalam pemerataan
pendidikan dan peningkatan pendidikan di Kabupaten Kebumen.
4. Dengan mengetahui layanan sarana dan prasarana sekolah di Kabupaten
Kebumen dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak sekolah yaitu untuk
meningkatkan sarana dan prasaran pendidikan di sekolah tersebut.
C. Saran
1. Perlu dilakukan pendirian sekolah negeri di Kecamatan Bonorowo, karena di
daerah ini tidak terdapat sekolah negeri. Pertimbangan dengan jumlah
penduduk usia 13-15 tahun yang terdapat di kecamatan tersebut.
2. Perlu penambahan ruang kelas baik didasarkan dari perhitungan Angka
Partisipasi Kasar (APM) dan Angka Partisipasi Murni (APM) terutama
daerah – daerah yang kekurangan ruang kelas, khususnya Kecamatan
Bonorowo.
3. Beberapa sekolah Satu Atap perlu mendapat perhatian karena masih
kekurangan ruang dan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar yang lain
guna menunjang kegiatan belajar mengajar.