differential diagnosis

6
Differential diagnosis : Malaria Diagnosa malaria sering mernerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah dari daerah endemik malaria, riwayat berpergian ke daerah malaria, riwayat pengobatan kuratip maupun preventip. Diagnosis malaria dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui: a. Tetesan preparat darah tebal Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat

Upload: dwita-permatasari-jacob

Post on 14-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

doc

TRANSCRIPT

Page 1: Differential Diagnosis

Differential diagnosis :

Malaria

Diagnosa malaria sering mernerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal

penderita apakah dari daerah endemik malaria, riwayat berpergian ke daerah malaria,

riwayat pengobatan kuratip maupun preventip. Diagnosis malaria dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut.

1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria

sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil

negatif tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali

dan hasil negatif maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan

sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang berpengalaman dalam

pemeriksaan parasit malaria. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau

panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit. Adapun

pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui:

a. Tetesan preparat darah tebal

Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan

darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat

khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat

sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit

dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan

pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negatif bila setelah diperiksa 200

lapang pandangan dengan pembesaran kuat 700-1000 kali tidak ditemukan

parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung

jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya

ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikroliter darah.

b. Tetesan darah tipis

Digunakan untuk mengidentifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat

darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung

parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasarkan jurnlah eritrosit yang

mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit lebih besar

dari 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit

penting untuk menentukan prognosa penderita malaria, walaupun

Page 2: Differential Diagnosis

komplikasi juga dapat tirnbul dengan jumlah parasit yang minimal. Pengecatan

dilakukan dengan cat Giemsa, atau Leishman's, atau Field's dan juga

Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang urnum dipakai pada beberapa

laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang

cukup baik.

2. Tes Antigen : P-F test

Yaitu mendeteksi antigen dari P. falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksii

sangat cepat hanya 3 - 5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya

baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar di

pasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat

dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic

telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0 -

200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi P. falciparum atau P

vivax. Sensitivitas sampai 95% dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi

HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid Test).

3. Tes Serologi

Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tehnik indirect

fluorescent antibody, test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi spesifik

terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang

bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab antibodi baru terjadi setelah beberapa

hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian

epiderniologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi

baru; dan test > 1: 20 dinyatakan positip. Metode-metode tes serologi antara lain

indirect haemagglutination test, immuno-precipitation techniques, ELISA

test, radio-immunoassay.

Manifestasi Umum Malaria

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan

splenomegali. Massa inkubasi berviariasi pada masing-masing plasmodium.

Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan,

malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi

dan tulang, demarn ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang--

kadang dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada P vivax dan ovale,

Page 3: Differential Diagnosis

sedang pada P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas

bahkan gejala dapat mendadak.

Gejala yang klasik yaitu terjadinya " Trias Malaria secara berurutan:

periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering membungkus

diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan

bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperatur;

diikuti dengan periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan panas

badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat; kemudian

periode berkeringat : penderita berkeringat banyak, temperatur turun dan

penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi P. vivax,

pada P. falciparum menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada.

Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada P.falciparum, 36 jam pada P.

vivax dan ovale, 60 jam pada P malariae

Leptosirosis.

Leptospira menyebabkan penyakit yang dikarakterisasi oleh stadium klinik yang disertai remisi dan eksaserbasi. Organisme Leptospira merupakan bakteri Spirochaeta yang sangat halus, berbelit padat (ketat) dan bersifat obligat aerob, yang ditandai oleh gerakan bertipa fleksuosa yang unik. Genus ini dibagi menjadi dua spesies, Leptospira interrogans yang patogenik dan Leptospira biflexa yang hidup bebas. Serotipe L. interrogans merupakan penyebab penyakit leptospirosis,

Pada awalnya diagnosis leptospirosis sulit, karena pasien biasanya datang dengan meningitis,

hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, sindroma shock toksis, demam yang tidak diketahui asalnya

dan diatetesis hemoragik, bahakan sebagian khasus datang dengan pancreatitis. Pada anamnesis

penting diketahui tentang riwayat pekerjaan pasien, apakah termasuk golongan kelompokrisiko

tinggi, kemudian penting juga pada saat anamnesis riwayat tempat tinggal pasien untuk mengetahui

factor apa saja yang dapat mempengaruhi infeksi. Pada anamnesis diketahui temapt tinggal pasien

terkena wabah banjir sejak 1 minggu yang lalu (3 hari sebelum pasien demam). Banjir merupakan

tempat dilepasnya mikroorganisme oleh vector perantara berupa air seni mamalia liar maupun

peliharaan.

Gejala/ keluhan didapati demam yang muncul mendadak, sakit kepala terutama di bagian frontal,

nyeri otot, mata merah/fotopobia, muat alatu muntah. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai demam,

bradikardia, nyeri tekan otot, hepatomegali dan lain-lain.

Page 4: Differential Diagnosis

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin bisa dijumpai leukositosis, normal atau disertai sedikit

menurun diserta gambaran neutrofilia dan laju endap darah (LED) yang meninggi. Pada urine

dijumpai proteinuria, leukosituria dan torak (cast). Bila organ hati terlihat, bilirubin direk meningkat

tanpa peningkatan transaminase. BUN, ureum dan kreatinin juga bisa meningkat bila terjadi

komplikasi pada ginjal. Trombositpenia terdapat pada 50% khasus. Diagnose pastinya adalah dengan

isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi. Untuk itulah anamnesis sangat penting untuk

menanyakan riwayat penyakit apakah pernah menderita penyakit ini sebelumnya atau belum dan

riwayat lingkungan contohnya pasien mengatakan 1 minggu yang lalu daerahnya dilanda banjir,

dimana banjir merupakan mediastor penyebaran leptospira melalui air seni hospes reservoir berupa

mamalia liar maupun peliharaan.