diberikan kepada any fitriani -...

10
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) PERHIMPUNAN MIKROBIOLOGI INDONESIA (PERMI) TAHUN 2008 J i ^ r t t f t k a t Diberikan Kepada Any Fitriani Sebagai Pemakalah Poster pada : SEMINAR NASIONAL "EKSPLORASISUMBER DAYA HAYATI MIKROBA UNTUK PENGEMBANGAN MEDIS, AGRIKULTUR, INDUSTRI DAN LINGKUNGAN YANG BERKELANJUTAN" Purwokerto, 22 - 23 Agustus 2008 INDONESIA SOCIETY FOR / MICROBIOLOGY ^

Upload: phamliem

Post on 03-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) PERHIMPUNAN MIKROBIOLOGI INDONESIA (PERMI) TAHUN 2008

J i ^ r t t f t k a t Diberikan Kepada

Any Fitriani Sebagai

Pemakalah Poster pada :

S E M I N A R N A S I O N A L "EKSPLORASISUMBER DAYA HAYATI MIKROBA UNTUK PENGEMBANGAN MEDIS,

AGRIKULTUR, INDUSTRI DAN LINGKUNGAN YANG BERKELANJUTAN" Purwokerto, 22 - 23 Agustus 2008

INDONESIA SOCIETY FOR / MICROBIOLOGY ^

Potensi Antagonisme Isolat AFE1 dan BLS1 Terhadap Pertumbuhan Fusarium oxysporum secara in vitro

Diseminarkan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan

Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia, Purwokerto, 22-23 Agustus 2008

Oleh :

ANY FITRIANI

NIP 131964921

JURUSAN PENDIDIKAN B I O L O G I

F A K U L T A S PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2 0 08

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masai ah

Berkembangnya teknologi modern dalam meningkatkan teknik pertanian,

khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di Indonesia masih banyak

mengandalkan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana

seringkali menimbulkan masalah pencemaran lingkungan, gangguan keseinbangan

ekologis serta residu yang ditinggalkan oleh pestisida ini dapat bersifat racun dan

kasinogenik. Oleh karena itu, perhatian pada pengendalian hayati yang lebih ramah

terhadap lingkungan semakin besar untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis.

Reintjes et al. (1999) menyatakan bahwa pembangunan sector pertanian disiapkan

untuk memasuki era agroindustri dan agribisnis terpadu. Oleh karena itu, pengembangan

penerapan teknologi berwawasan lingkungan serta pengembangan sumber daya manusia

harus mendapat perhatian dan penekanan yang cukup kuat sebagai landasan

pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pembangunan

pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan harus dapat mengurangi dampak

kegiatan pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas

lingkungan hidup. Salah satu kegiatan riil yang perlu dilaksanakan adalah cara

pengamanan produksi pertanian dari gangguan organisme penyebab penyakit.

Pengendalian penyakit dengan menggunakan bahan-bahan kimia kini mulai

dihindari karena berdampak negatif bagi lingkungan sehingga diperlukan pengendalian

penyakit yang ramah lingkungan. Salah satu cara pengendalian penyakit yang ramah

lingkungan dan berpotensi untuk dikembangkan ialah pengendalian hayati menggunakan

organisme biokontrol secara langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan

kemampuan dalam mengontrol spesies pengganggu.

Bawang daun merupakan salah satu komoditas sayuran di Indonesia. Aroma dan

rasanya yang khas membuat sayuran ini sering digunakan sebagai campuran bahan

masakan. Pada tahun 1991, luas areal panen bawang daun nasional mencapai 26.534 ha

dengan produksi 218.988 ton, sekitar 60%, areal tanam berada di pulau Jawa. Pada tahun

1994, luas areal tanam bawang daun meningkat menjadi 34.081 ha dengan produksi

272.182 ton (lutp.//www.warintek.t • ). Tahun 2003 mencapai 345,7 ribu ton

atau meningkat sebesar 9,7% dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya

(http://www.bappenas.go.id).

Kendala dalam membudidayakan bawang daun (Allium fistulosum L . ) adalah

penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum. Salah satu

alternative pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan populasi Fusarium adalah

dengan mengembangkan pengendalian hayati (Yusriadi, 1998). Kelompok bakteri

Agrobacterium dan Pseudomonas banyak dimanfaatkan sebagai agen pengendalian

biologi. Banyak strain yang diisolasi dari dalam tanah diketahui sebagai antagonis

pertumbuhan strain pathogen (Khaerul, 2001).

Secara keseluruhan habitat hidup mikroorganisme yang banyak berperan di dalam

pengendalian hayati adalah di dalam tanah sekitar akar tumbuhan (rhizosfer) atau di

permukaan daun, batang, bunga, dan buah. Mikroorganisme yang bisa hidup pada daerah

rhizosfer sangat sesuai digunakan sebagai pengendalian hayati mengingat bahwa

rhizosfer adalah daerah yang utama dimana akar tumbuhan terbuka terhadap serangan

pathogen (Hasanudin, 2003). Pseudomonas sp. Dapat menstimulir timbulnya ketahanan

tanaman terhadap infeksi jamur pathogen akar, bakteri dan virus. Leeman et al. (1995)

menyatakan bahwa ekstrak lipopolisakarida (LPS) dari P. fluorescens WCS 417

menyebabkan ketahanan sistemik terhadap F. oxysporum pada Carnation.

B. Tujuan Penelitian

1. Memberi informasi tentang potensi isolat yang mempunyai sifat antagonis paling

optimal dari beberapa isolat bakteri Pseudomonas spp. terhadap jamur patogen

Fusarium yang dapat menyebabkan penyakit layu fusarium khususnya pada bawang

daun.

2. Dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat digunakan sebagai agen pengendali

hayati untuk penyakit layu fusarium yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan

manusia.

3. Dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan biosida.

I I . TINJAUAN PUSTAKA

A. Pseudomonas

Pseudomonas termasuk bakteri Gram negatif, ditemukan secara luas di tanah,

air tawar atau air laut. Bakteri ini sering ditemukan berasosiasi dengan tanaman maupun

hewan sebagai bakteri flora normal atau sebagai agen penyakit (Todar, 2004). Morfologi

dari genus Pseudomonas ini adalah merupakan bakteri sel tunggal, batang lurus atau

melengkung, namun tidak berbentuk heliks, pada umumnya berukuran 0.5 - 1.0 pm x 1.5

- 4.0 pm. Biasanya motil dengan flagellum polar : monotriks atau multitriks, bereaksi

negatif terhadap pewarnaan Gram , kemoorganotrop, metabolisme dengan respirasi tidak

pernah fermentative. Beberapa spesies merupakan kemolitotrof fakultatif, dapat

menggunakan H2 atau CO sebagai sumber energi, O2 merupakan penerima electron

universal, beberapa spesies dapat melakukan denitrifikasi dengan menggunakan nitrat

sebagai penerima pilihan, aerobik sejati kecuali spesies - spesies yang dapat

menggunakan denitrifikasi sebagai cara respirasi anaerobik, katalase positif (Pelczar dan

Chan, 1986).

Bakteri Pseudomonas sangat penting dalam keseimbangan lingkungan. Bakteri ini

biasanya aktif dalam dekomposisi aerobik dan biodegradasi, oleh karena itu memainkan

peranan penting dalam siklus karbon.selain itu, bakteri ini meliputi spesies yang bersifat

pathogen pada manusia, hewan maupun tumbuhan (Todar, 2004).

B. Jamur Fusarium oxysporum

Jamur F. oxysporum merupakan fungi yang tersebar luas baik pada tanaman

maupun dalam tanah. Beberapa spesies dari jamur ini dapat memproduksi myeotoxin

dalam biji-bijian yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan jika memasuki

rantai makanan. Toksin utama yang diproduksi oleh jamur ini adalah fiimonisin dan

trichothecenes. Jamur Fusarium ini juga dapat menyebabkan penyakit pada tanaman,

yang disebut sebagai penyakit layu Fusarium. Penyakit layu fusarium ini ditandai dengan

daun menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Asam fiisarat atau

asam 5-n butilpiridin-2-karboksilat yang dihasilkan oleh Fusarium spp. Merupakan racun

yang larut dalam air. Toksin ini mengganggu permeabilitas membran dan akhirnya

mempengaruhi ekonomi air tanaman. Adanya hambatan pergerakan air dalam tubuh

tanaman menyebabkan terjadinya layu patologis yang tidak bisa balik yang berakibat

kematian tanaman seperti kasus-kasus penyakit layu pada kapas dan tomat yang

disebabkan oleh Fusarium spp (Yunasfi, 2002).

C. Bawang Daun (Allium fistulosum L.)

Bawang daun berasal dari kawasan Asia Tenggara yang kemudian meluas dan

ditanam di berbagai wilayah yang beriklim tropis dan Dubtropics. Pada mulanya, pusat

produksi bawang daun berada di daerah pegunungan yang sejuk seperti Lembang,

Cipanas, Pacet (Jawa Barat) dan Malang (Jawa Timur). Kemudian budidaya bawang

daun meluas ke dataran tinggi lainnya seperti: Pangalengan dan Garut (Jawa Barat)

maupun ke dataran rendah.

Bawang daun ini berdaun bulat panjang dengan rongga seperti helai pita di bagian

dalam, kadang-kadang berumbi kecil. Varietas bawang daun yang banyak ditanam adalah

varietas non hibrida yaitu : Linda asal Taiwan, Long white Tokyo asal Jepang dan Long

white Koshigaya asal Jepang.

DDL BAHAN DAN M E T O D E K E R J A

A. Isolasi bakteri

Salah satu isolat yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari tanah

disekitar akar (rhizosfer) tanaman bawang daun. Pengisolasian mikroba diutamakan

untuk memperoleh bakteri Pseudomonas spp. yang berpendarfluor jika ditanam pada

medium Kings'B. Isolasi mikroba ini dilakukan dengan teknik pengenceran dan

menanam langsung sampel pada medium (Machmud et al, 2003). Untuk isolasi dengan

teknik pengenceran diambil sebanyak 1 gram tanah disekitar tanaman bawang daun

dimasukkan kedalam botol yang berisi akuades steril dan divorteks selama satu menit

sehingga membentuk suspensi bakteri . Kemudian diencerkan dari 10"1 sampai 10"6, serta

diambil 1 ml suspensi bakteri untuk dicawankan pada medium Kings'B. Bakteri

diinkubasi pada suhu ruang selama 1-2 x 24 jam dan dari koloni yang berpendar ketika

disinari dibawah U V dibuat kultur murninya.

B. Identifikasi Bakteri

Untuk mengetahui karakteristik bakteri yang telah diisolasi, maka dilakukan

beberapa identifikasi sebagai berikut .

C. Pewarnaan Gram

Membuat sediaan mikroskopik untuk biakan bakteri yang akan diwarnai. Sediaan

bakteri tersebut ditetesi dengan crystal violet, diamkan selama 3 menit. Zat warna yang

berlebihan dibuang dengan menggunakan aquades yang mengalir. Sediaan bakteri

tersebut diteteskan dengan larutan lugol, diamkan selama 45-60 detik. Kemudian sediaan

bakteri dimasukkan kedalam staining jar yang berisi alkohol 96 %, lalu digoyang-

goyangkan selama 1 menit. Sediaan bakteri dibilas dengan menggunakan akuades yang

mengalir kemudian dikeringkan dengan menggunakan kertas isap. Setelah itu, sediaan

diteteskan larutan Saffanin O, diamkan selama 3 menit, lalu dibilas dengan akuades dan

dikeringkan, biakan diamati dibawah mikroskop.

D. Uji Hidrolisis Pati

Inokulasikan bakteri pada medium pati, kemudian diinkubasikan pada suhu 22-28

°C selama 24 jam. Setelah terlihat adanya pertumbuhan, tuangkan larutan Lugol, biarkan

beberapa menit, amati perubahan warna yang terjadi. Uji positif ditandai dengan

tampaknya area jernih disekitar pertumbuhan bakteri yang diinokulasikan.

E . Hidrolisis Lipid

Inokulasikan bakteri pada medium lipid, kemudian diinkubasikan pada suhu 22-28

°C selama 24 jam, amati perubahan warna koloni bakteri.Uji positif ditandai dengan

warna koloni bakteri yang berwarna merah.

F. Uji Hidrolisis Gelatin

Inokulasikan bakteri pada medium gelatin, kemudian diinkubasikan pada suhu 22-

28 °C selama 30 menit, amati cair tidaknya medium.Uji positif ditandai dengan cairnya

medium gelatin setelah diinokulasikan bakteri.

G. Uji Produksi Katalase

Bakteri diinokulasikan pada medium NA miring. Kemudian diinkubasikan pada

suhu 28 °C selama 24 jam, diatas permukaan kultur diteteskan 3 tetes H2O2 3%, Uji

positif ditandai oleh terbentuknya gelembung udara diatas permukaan kultur.

H. Uji Produksi Oksidase

Bakteri diinokulasikan pada medium NA miring. Kemudian diinkubasikan pada

suhu 28 °C selama 24 jam, setelah itu digenangi dengan reagen uji oksidase, uji positif

ditandai dengan berubahnya koloni bakteri menjadi merah muda, lalu merah tua, merah

gelap dan akhirnya hitam.

I . Uji Fermentasi Karbohidrat

Bakteri diinokulasikan pada medium :

kaldu laktosa 10 ml bersama tabung Durham yang terbalik

kaldu dekstrosa 10 ml bersama tabung Durham yang terbalik

kaldu sukrosa 10 ml bersama tabung Durham yang terbalik

Masing-masing medium yang telah diinokulasi bakteri diinkubasikan selama 24 jam. Uji

positif ditandai dengan berubahnya warna media menjadi kuning serta diikuti oleh

terbentuknya gas yang dapat diamati pada tabung Durham.

J . Pembuatan kurva tumbuh bakteri Pseudomonas spp. Isolat B l dan isolat G l

Metode yang digunakan untuk membuat kurva tumbuh adalah metode

Turbidimetri, dengan cara melihat absorbansi / kekeruhan bakteri (Optical Density / OD),

dengan menggunakan alat Spectrofotometer.

Sebelum melakukan pengukuran terhadap absorbansi bakteri, diperlukan

pengaktivasian kultur terlebih dahulu. Aktivasi dilakukan secara bertahap dengan

menggunakan medium PDB. Masing-masing isolat bakteri diinokulasikan sebanyak satu

ose kedalam 10 ml medium PDB dan dikocok pada kecepatan 120 rpm selama 24 jam

pada suhu 28 °C dengan menggunakan Waterbath shaker.

Kultur cair pada masing-masing isolat bakteri yang digunakan untuk membuat

kurva tumbuh adalah kultur hasil aktivasi pada 10 ml medium PDB yang telah dikocok

selama 24 jam, kemudian dimasukkan kedalam 90 ml medium PDB, dikocok pada

kecepatan 120 rpm pada suhu 28 °C. Setiap interval waktu 2 jam diambil sampel kultur

sebanyak 5 ml untuk mengetahui absorbansi masing-masing isolat bakteri yang terlarut

dalam medium biakan, kemudian dimasukkan kedalam kuvet. Absorbansi bakteri pada

kuvet diukur dengan menggunakan Spectrofotometer pada panjang gelomdang 620 nm.

Kurva tumbuh dapat dibuat berdasarkan hasil korelasi antara OD (sumbu Y )

terhadap selang waktu tertentu (sumbu X ) .

K. Uji Potensi Antagonis me

Kultur murni jamur Fusarium oxysporum dibiakkan selama satu minggu pada medium

PDA. Pengujian antara bakteri Pseudomonas spp. dengan jamur Fusarium oxysporum

isolat Kalimantan dilakukan dengan cara meletakkan biakan murni jamur F.oxysporum

yang berumur satu minggu (Balitsa, 2004 dalam Saktiani, 2005) pada medium PDA

dengan menggunakan pelubang gabus berdiameter 6 milimeter dan diletakkan pada

tengah-tengah permukaan medium PDA pada cawan petri yang sebelumnya diinokulasi

dengan suspensi bakteri sesuai perlakuan (Yusriadi,1998). Perlakuan ini diinkubasi

selama 7 hari. Peubah yang diamati adalah diameter pertumbuhan koloni jamur yang

terbentuk dengan menggunakan jangka sorong

HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI ANTAGONIS ISOLAT AFE1 DAN BLS1 TERHADAP PERTUMBUHAN Fusarium oxysporum SECARA IN VITRO

Enden S . Anisah, Any Fitriani, Kusnadi Prodi Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia

J L Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154 e m a i l : [email protected]

Salah satu sebab menurunnya pr oduktifitas bawang daun adalah penyakit layu yang disebabkan oleh Fusanum oxysporum. Spora F. oxysporum terbentuk ketika patogen berada dalam xyiem. dan menghasilkan toksin yang dapat mengubah permeabilitas membran plasma sel inang sehingga tanaman lebih cepat kehilangan air. Pengendalian a g e n hayati merupakan salah satu altematif penanggutangan penyakit ini. Tujuan dari penektian ini adalah mempelajari kemampuan penghambatan beberapa isolat bakten terhadap F oxysporum yang diisolasi dari bawang daun a s a l Kalimantan Bakteri diisolasi dan daerah rhizosfer tumbuhan bawang daun. Isolat A F E 1 diidentifikasi morfotogi dan biokimia. Uji antagonisme dilakukan dengan metode kultur ganda. Isolat A F E 1 adalah Gram negatif, berbentuk basil tunggal. berpendar di bawah sinar UV. kala lase positif. oksidase negatif. hidrolisis pati positif. hidrolisis gelatin positif. hidrolisis lipid posilif, fermenlasi laktosa dan dekstrosa positif Uji antagonisme menunjukkan bahwa isolat A F E 1 dapat menghambat pertumbuhan F. oxysporum dengan daya hambat (3.47 • 0 .29) cm. isolat B L S 1 (Pseudomonas spp.) mempunyai daya hambat (3,15 + 0 .51) c m sedangkan kontrol (tanpa bakteri) (6.22 + 0.46) cm. Berdasarkan uji ANOVA. diperoleh bahwa perlakuan dan kontrol berbeda s e c a r a signifikan ( a =0.05). telapi tidak a d a perbedaan signifikan antara isolat A F E 1 dengan B L S 1 .

K a t a k u n c i : antagonisme. isolat A F E 1 . isolat B L S 1 . Fusarium oxysporum, in vitro

Berkembangnya teknologi modem dalam meningkatkan teknik pertanian. khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di Indonesia masih banyak mengandalkan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida yang »dafc frtjnlimna aeringfca* menimbufcan masalah pencemaran lingkungan. gangguan keseimbangan ekologs serta residu yang ditinggafcan oleh pestisida ini dapat bersifat racun dan karsinogen*. Oleh karena itu. peihatian pada pengendalian hayati yang letxh ramah terhadap lingkungan semakin besar untuk mengurangi penggunaan pestisida smtetis.

Bawang daun merupakan salah satu komoditas sayuran di Indonesia Aroma dan rasanya yang khas membuat sayuran ini sehng digunakan sebagai campuran bahan masakan. Pada tahun 1991, luas areal panen bawang daun nasonal mencapai 26 534 ha dengan produksi 218.988 ton, sekitar 6 0 % areal tanam berada dipulau Jawa P a d a tahun 1994 luas areal tanam bawang daun meningkat menjadi 34.081 ha dengan produksi 272.182 ton. Berdasarkan Data Statistik tahun 2006 dari Departemen Pertanian. produksi bawang daun pada tahun 2005 mencapai 345.7 ribu ton atau meningkat sebesar 9.7%dibandingkandengan produksi tahun sebelumnya (Anonim 2006).

Kendala dalam membudidayakan bawang daun {Atium tatutosum L) adalah penyakit layu fusanum yang daebebkan oleh |amur Fusanum oxysporum. Banyak cara pengendalian yang dilakukan namun betum berhasit untuk menekan peikembangan patogen tersebut. Salah satu altematif pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan populasi jamur Fusanum n adalah dengan mengembangkan pengendalian secara hayati (Yusriadi 1998).

Secara keselumhan habitat hidup mikroorganisme yang banyak beeper an di dalam pengendalian hayati adalah di dalam tanah setutar akar tumbuhan (rhizosfer) atau diatas daun, batang. bonga dan buah. Mikroorganisme yang besa hidup pada daerah rhizosfer sangat sesuai digunakan sebagai pengendalian hayati mengingat bahwa rhizosfer adalah daerah yang utama dimana akar tumbuhan terbuka terhadap serangan patogen (Hasanudin 2003) Baru-banj n telah dibuktikan bahwa Pseudomonas sp. dapat mensbmukr Bmbulnya ketahanan tanaman terhadap mleksi jamur patogen akar. bakteri dan virus. Ekstrak Upopoksakanda (LPS) dari membran luar P. Huorescens WCS 417 menyebabkan ketahanan •atenskterhadapEoxysporum pada tumbuhan bunga Carnation (Hasanudin 2003).

Dalam upaya mengembangkan tekrak pengendalian hama dan penyakit yang ramah lingkungan para penekb berusaha memanlaatkan berbagai jenis mikroba sebagai bahan aktif brosnJa Sehubungan dengan itu. dilakukan pengupan antagonisme dari bakteri rhizosfer yang dcharapkan dapat digunakan untuk menekan atau menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum sebagai penyebab penyakit layu fusanum pada bawang daun yang i

a in vitro.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI B A K T E R I Isolasi mikroba dilakukan dengan teknik pengenceran dan menanam langsung sampet pada medium King's B.

Bakteri diinkubasi pada suhu ruang selama 1 -2 x 24 jam dan dari koloni yang berpendar ketika disinari dioawah UV dibuat kultur mumi Bakten yang diperoleh ctadantifikasi berdasarkan pewamaan Grem. up hidrolisis pab. up hidrolisis kpkf. up hidrolisis gelatin, uji katatase, uji produksi oksidase dan fermenlasi karbohidrat (Cappudno S Sherman. 1963)

KURVA TUMBUH B A K T E R I Kurva tumbuh isolat AFE1 dan BLS1 dicari dengan metode turbidimetri.

UJI POTENSI ANTAGONISME Kultur mumi jamur F oxysporum dibiakkan selama satu minggu pada medium Potato Dextrose Agar (PDA)

Pengujian isolat bakteri dengan jamur F oxysporum isolat Kalimantan dilakukan dengan cara meletakkan biakan mumi jamur F oxysporum yang berumur satu minggu pada medium PDA dengan menggunakan pelubang gabus berdiameter 6 milimeter dan diletakkan pada tengatvtengah permukaan medium PDA pada cawan petri yang sebelumnya dknokutasi dengan suspensi bakteri sesuai perlakuan (kultur ganda) (modifikasi Fokkema & van der Meuteun 1976). Perlakuan in diinkubasi selama 7 hari. Peubah yang diamati adalah diameter pertumbuhan koloni jamur yang terbentuk dengan menggunakan jangka sorong.

Bakteri yang berhasi diisolasi dari rhizosfer tanaman bawang daun dtkaraktertsasi dan hasil isolasi den identifikasi dapat dilihai pada Gambar 1 dan Tabel 1 .

We wrpwdai djlxm ktotur hvferofen

Gambar 1. Bakteri rhizosfer ftuoresens yang berhasit diisolasi

Berdasarkan hasil tersebut. isolat A F E 1 berpendar di bawah sinar UV dan mempunyai karakteristik sebagai bakteri Gram negatif. batang tunggal dan beberapa tefat biokimia (Tabel 1) Hast identifikasi menunjukkan bahwa dkkiga bakteri ini adalah dari genus Pseudomonas berfluoresens.

Untuk mendapatkan uji antagonisme yang lepat. maka dilakukan pengukuran kurva tumbuh dari isolat A F E 1 dan BLS1 Hast pengukuran dengan spektrofotomeW dljabarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan (Gambar 2 dan Gambar 3)

Kurva tumbuh yang diperoteh akan digunakan untuk menentukan waktu melakukan kultur ganda (dual culture) Berdasarkan kurva tersebut. maka usia bakteri yang digunakan adalah pada hari ke-14 dan Fusanum pada han ke-/ Hast kultur ganda yang dtiakukan dapat dtihat pada Gambar 4.

Uji daya hambat menunjukkan hast seperti pada Tabel 2 dan diagram uji daya hambat dapat dtihat pada Gambar 5

Isolat A F E 1 dan BLS1 dapat menghambat pertumbuhan F. oxysporum diduga kedua isolat tersebut menghastkan dan mensekresikan senyawa antibiosis. Senyawa antibiosis dapat berupa senyawa metaboM primer seperti protein atau metabo«tsekunder(Pliegoefaf 2007; Abo-Amer 2007)

Tabel 1 . Hasil identifikasi morfotogi dan uji biokimia isolat A F E 1

J e n i s Uji Hasi l

Pengamatan Morfologi - Bentuk sel Batang tunggal - Warna koloni p.itii K o i i n - Pewarnaan Gram Gram Negatif Aktivrtas Eksoenzim : - Hidrolisis P a d + - Hidrolisis Gelatin + - H.drolf.is LjpU + Aktivrtas Endoenzim : - Fermentasi Laktosa +

RMMHM M n b o g g + - Fermenlasi Sukrosa - U j i O k s k J a s e - Uji Kalalase •

Tabel 2 Hasil uji daya hambat isolat bakteri terhadap pertumbuhan F. oxysporum

Jenis Perlakuan n a u u IMV pwtmbuluntwnurlcni)

Kontrol 6.22 10,46 Isolat A F E 1 3.47 ±0,29 ' Isolat B L S 1 3.15 ±0.51 • Keterangan : * berbeda signifikan

Gambar 5. Diagram hasil uji daya hambat isolat bakteri terhadap pertumbuhan F oxysporum

Bakteri yang diisolasi dari rhizosfer bawang daun termasuk dabm genus Pseudomonas kekxnpok fluoiesens. Ada dua tootol bakteri . yaitu isolat AFE 1 dan isolat BLS1 yang mampu menghambat pertumbuhan diameter jamur

Pertu dilakukan identifikasi sampar bngfcat spesies dengan metode motekuier dan penetrtian periu dilanjutkan dengan penetrtian lapangan.

Abo-Amer AE 2007 Molecular characterization of antimicrobial compound produced by Lactobacillus acidophilus AA11. Acta Microbiol Immuol Hung. 54(2): 107-119

Anonim 2006 Profit Pangan dan Pertanian (Onkne). Tersedia http . www bappenas go « (27 September 2007] Cappocmo. J G & N Sherman 1983. Microbotogy : a laboratory manual Sydney Wesley Publishing Company Fokkema NJ. van der Meuteun F. 1976 Antagonism of yeast like phyttosphere fungi against Septono norudum on

wheat leaves. Neth J Plant Pathol. 82:13-16. Hasanudin. 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme dalam Sistem Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara

Terpedu (Online). Tersedia : hap ttxaty usu acja'ttowrtoadlsvlp hasanuddin pdf (23 Agustus 2007] Pliego C, Cazoria FM. Gonzales-Sanchez MA. Perez-Jimenez RM. de Vicente A. Ramos C. 2007 Selection for

biocontroi bacteria antagonistic toward Rosellina necathx by enrichment of competitive avocado root Bp colonizers. Res Microbiol. 158(5) 463-470.

Yusriadi 2004. Pengendalian Bmtogi (Biocontroi) Penyakit Tular tanah Kacang tanah dengan Pseudomonas (Ralstoma) HuorescensBSK8. JumaiKalimantan Scientiae 64 (12): 78-84.

D i s e m i n a r k a n pada P e r t e m u a n l lmiah T a h u n a n P e r h i m p u n a n Mikrobiologi I n d o n e s i a . P u r w o k e r t o 22 • 23 A g u s t u s 2008