diare+pada+anak
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Menurut kepustakaan, diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan
dapat berupa air saja, dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali
atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, dan berlangsung kurang dari 14 hari.1
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas
anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah
Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi
di Indonesia 3.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel,
penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan
maldiges dan malabsorpsi 4.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak
kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) 5.
II. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3
juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Data
dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare
berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka
kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000
penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001.6 Sedangkan
berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima
dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan
1
pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat
frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865
orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate(CFR) 2,92%.7 Kasus
diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari berkisar 20% dari total kunjungan untuk
usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk usia di bawah 3 tahun 5.
III. ETIOLOGI
Selama 2 dekade, penelitian menunjukkan karakteristik dari diare akut. Pada
awal 1970 agen penyebab dapat diidentifikasi dalam 15-20% episode diare. Sekarang,
dengan semakin berkembangnya teknik diagnostik, dapat ditemukan agen penyebab
dalam 60-80%.3 Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus, disamping
virus lainnya seperti Norwalk Like Virus, Enteric Adenovirus, Astovirus, dan
Calicivirus. Beberapa patogen bakteri seperti Salmonella, Shigella, Yersinia,
Campylobacter, dan beberapa strain khusus E.Coli. Beberapa parasit yang sering
menyebabkan diare meliputi Giardia, Crytosporidium, dan Entamoeba Histolytica 6.
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral yaitu : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama pada anak. Infeksi enteral meliputi :
Infeksi bakteri : Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, aeromonas dan sebagainya.
Infeksi Virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, astovirus dan lain-lain.
Infestasi parasit : Cacing (ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa ( E.
Histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida
albicans).
b) Infeksi paraenteral yaitu : infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopnemonie,
Enchepalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsopsi
a. Malabsobsi karbohidrat
b. Malabsobsi lemak
2
c. Malabsobsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang menimbulkan diare
terutama
pada anak besar.6
IV. PATOGENESIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulakan diare
pula 6.
V. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare.
Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas
permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan
terhambatnya perkembangan normal vili enterocytes dari usus kecil dan perubahan
dalam struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas
abnormal dari usus selama infeksi rotavirus 7.
3
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda.
Bakteri non invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada
usus, berkembang baik disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase
(mencairkan lapisan lendir), kemudian bakteri akan masuk ke membran, dan
mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP yang akan merangsang
sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel.
Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang, kemudian terjadilah diare 8.
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter)
mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon
inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus
maupun di dalam usus. Enterotoksin Escherichia coli yang tahan panas akan
mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan panas mengaktifkan
guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang
menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom hemolitik uremik 8.
Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi kehilangan air (output ) lebih banyak daripada pemasukan
(input),
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria).
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan,
pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam (pernafasan Kuszmaull)
3. Hipoglikemia
4
Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absopsi glukosa (walaupun jarang).
Gejala hipoglikemi akan muncul jika kada glukosa darah menurun sampai 40
mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemi tersebut
dapat berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok,
kejang sampai koma.
4. Gangguan Gizi
Hal ini disebabkan :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan / muntahnya
akan bertambah hebat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
pendarahan dalam otak, kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak segera
ditolong penderita dapat meninggal 9.
Semua akibat diare cair diakibatkan karena kehilangan air dan elektrolit tubuh
melalui tinja. Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan volume darah (hipovolemia), kolaps kardiovaskular dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat. Ada tiga macam dehidrasi :
1. Dehidrasi isotonik
5
Ini adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila kehilangan
air dan natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan ditemui dalam
cairan ekstraseluler.
2. Dehidrasi Hipertonik
Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi hipernatremik.
Pada keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Bila
dibandingkan dengan proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan ekstraseluler dan
darah. Ini biasanya akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada saat diare yang tidak
di absopsi secara efisien dan pemasukan air yang tidak cukup.
3. Dehidrasi Hipotonik
Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat
infus 5 % glukosa dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi
karena air diabsopsi dari usus sementara kehilangan garam (NaCl ) tetap berlangsung
dan menyebabkan kekurangan natrium dan kelebihan air.6
VI. GEJALA KLINIS
Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin
cair, mungkin mengandung darah dan/ atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-
hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet
karena tinja makin lama makin menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang
terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah
banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada
bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut
dan bibir terlihat kering.1,3
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan :
a. Kehilangan berat badan 9
a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2 ½ %.
6
b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2 ½ - 5 %.
c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5 – 10 %.
d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10 %.
b.Skor Maurice king 9
Tabel I. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan sistem Maurice king
Bagian tubuh
yang diperiksa
Nilai Untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi /
menit
Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat < 120
Gelisah,
cengeng, apatis,
ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-
140)
Mengigau, koma
atau syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering dan
sianosis
Lemah > 140
Ket : Nilai 0-2 = dehidrasi ringan, nilai 3-6 = dehidrasi sedang, nilai 7-12 = dehidrasi
berat
c. Menurut WHO (1980)
Tabel II. Modifikasi petunjuk dalam menentukan derajat dehidrasi menurut WHO (1980).
Tanda dan Gejala Dehidrasi ringan Dehidrasi
sedang
Dehidrasi berat
1.Keadaan umum
dan kondisi :
- Bayi dan anak Haus, sadar, Haus, gelisah, Mengantuk,
7
Kecil
- Anak lebih besar
dan dewasa
2.Nadi radialis
3.Pernafasan
4.Ubun-ubun besar
5.Elastisitas kulit
6.Mata
7.Air mata
8.Selaput lendir
9.Pengeluaran urin
10.Tekanan darah
sistolik
gelisah
Haus, sadar,
gelisah
Normal
Normal
Normal
Pada pencubitan,
elsatisitas
kembali segera
Normal
Ada
Lembab
Normal
Normal
atau letargi
tetapi iritabel
Haus, sadar,
merasa pusing
pada perubahan
Cepat dan
lemah
Dalam,
mungkin cepat
Cekung
Lambat
Cekung
Kering
Kering
Berkurang dan
warna tua
Normal-rendah
lemas,
ektremitas
dingin,
berkeringat,
sianotik,
mungkin koma
Biasanya sadar,
gelisah,
ektremitas
dingin,
berkeringat dan
sianotik, kulit
jari-jari tangan
dan kaki
berkeriput,
kejang otot.
Cepat, halus,
kadang-kadang
tidak teraba
Dalam dan cepat
Sangat cekung
Sangat lambat
( >2 detik)
Sangat cekung
Sangat kering
Sangat kering
Tidak ada urin
untuk beberapa
jam, kandung
8
% kehilangan
berat
Prakiraan
kehilangan cairan
4 – 5 %
40 – 50 ml/kg
6 - 9 %
60 – 90 ml/kg
kencing kosong
< 80 mmHg,
mungkin tidak
teratur
10 % atau lebih
100 – 110 ml/kg
Pembagian dehidrasi menurut Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI.
2009
Kategori Tanda dan Gejala
Dehidrasi Berat Dua atau lebih tanda berikut:
Letargi atau penurunan kesadaran
Mata cowong
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan perut kembali dengan sangat lambat (≥ 2 detik)
Dehidrasi Tak
Berat
Dua atau lebih tanda berikut:
Gelisah
Mata Cowong
Kehausan atau sangat haus
Cubitan kulit perut kembali dengan lambat
Tanpa Dehidrasi Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk mengelompokkan dalam
dehidrasi berat atau tidak berat
VII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
9
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal)
yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang
perlu dikerjakan :
1. Pemeriksaam tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. Biakan kuman untuk mencari kumam penyebab.
c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika.
d. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi glukosa.
2. Pemeriksaan darah
a. Darah lengkap.
b. pH, cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan
asam – basa.
c. Kadar ureum untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal.
3. Pemeriksaan Elektrolit
Terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada
penderita yang disertai kejang).
4. Pemeriksaan intubasi duodenal
Untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.6,9,10
VIII. KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram).
4. Hipoglikemi
10
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan .6,9,10
IX. PENATALAKSANAAN 1.
Terdapat lima lintas tatalaksana, yaitu :
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Suplementasi Zinc
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua
A. REHIDRASI
1) Rencana Terapi A : Diare Tanpa Dehidrasi
Terapi dilakukan di rumah. Menerangkan 4 cara terapi diare di rumah :
a) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
dehidrasi
b) Berikan tablet Zinc. Dosis yang digunakan untuk anak-anak :
• Anak dibawah usia 6 bulan : 10 mg (½ tablet) per hari
• Anak diatas usia 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, walaupun anak sudah
sembuh. Cara pemberian tablet zinc pada bayi, dapat dilarutkan dengan air
matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat
dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
c) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
• Teruskan ASI / berikan susu PASI
• Bila anak 6 bulan / lebih, atau telah mendapatkan makanan padat :
11
- Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-kacangan,
sayur, daging / ikan. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur sop
tiap porsi
- Berikan sari buah / pisang halus untuk menambah kalium
- Berikan makanan segar, masak dan haluskan / tumbuk dengan baik
- Bujuklah anak untuk makan
- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu
d) Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari
atau menderita sebagai berikut :
Buang air besar cair lebih sering
Muntah terus menerus
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
Anak harus diberi oralit dirumah apabila :
• Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C
• Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare memburuk
• Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas
kesehatan merupakan kebijakan pemerintah.
Berikan oralit formula baru sesuai ketentuan yang benar.
Formula oralit baru yang berasal dari WHO dengan komposisi sbb :
Natrium : 75 mmol/L
Klorida : 65 mmol/L
Glukosa, anhidrous : 75 mmol/L
Kalium : 20 mmol/L
Sitrat : 10 mmol/L
Total Osmolaritas : 245 mmol/L
12
Ketentuan pemberian oralit formula baru :
• Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.
• Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang, untuk persediaan 24
jam.
• Berikan larutan oralit pada anak setiap kali BAB, dengan ketentuan sebagai
berikut :
- Untuk anak usia < 2 tahun : berikan 50-100 mL tiap kali buang air.
- Untuk anak usia > 2 tahun : berikan 100-200 mL tiap kali buang air.
• Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
itu harus dibuang.
2) Rencana Terapi B : Diare Dengan Dehidrasi Tidak Berat
Pada dehidrasi tidak berat, cairan rehidrasi oral diberikan dengan pemantauan
yang dilakukan di Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam. Ukur jumlah
rehidrasi oral yang akan diberikan selama 4 jam pertama.
Usia < 4 bln 4 – 11 bln 12 – 23 bln 2 - 4 thn 5 – 14 thn ≥ 15 thn
BB < 5 kg 5 – 7,9 kg 8 – 10,9 kg 11 – 15,9 kg 16 – 29,9 kg ≥ 30 kg
Jmlh 200 – 400
ml
400 – 600
ml
600 – 800
ml
800 – 1200
ml
1200 – 2200
ml
2200 –
4000 ml
Jika anak minta minum lagi, berikan.
a. Tunjukkan kepada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral
o Berikan minum sedikit demi sedikit.
o Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral
perlahan.
o Lanjutkan ASI kapanpun anak minta.
b. Setelah 4 jam :
o Nilai ulang derajat dehidrasi anak.
13
o Tentukan tatalaksana yang tepat unuk melanjutkan terapi.
o Mulai beri makan anak di klinik.
c. Bila ibu harus pulang sebelum rencana terapi B :
o Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam 3 jam dirumah.
o Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
Rencana Terapi A.
o Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
- Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya.
- Beri tablet zinc.
- Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
- Kapan anak harus dibawa kembali ke petugas kesehatan.
14
3) Rencana Terapi C : Diare Dengan Dehidrasi Berat
Ikuti arah anak panah berikut sesuai keadaan pasien :
15
Apakah saudara dapat menggunakan
cairan IV segera?
Mulai beri cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Berikan 100 mL/kgBB cairan RL (atau NS, atau Ringer Asetat) sebagai berikut :
Usia Pemberian 1 Kemudian
30 mL/kgBB 70 mL/kgBB
By < 1 thn : 1 jam 5 jam
Anak 1-5 thn : 30 menit 2 ½ jam
Ulangi bila denyut nadi lemah atau tidak teraba.
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan IV.
Juga berikan oralit (5 mg/kgBB/jam) bila penderita masih bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak), nilai ulang penderita menggunakan tabel penilaian. Lalu pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan terapi.
Ya
Tidak
B. DUKUNGAN NUTRISI
Makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada aktu anak
sehat sebagai pengganti nutrisi yang hilang, serta mencegah tidak terjadi gizi buruk.
ASI tetap diberikan pada diare cair akut (maupun pada diare akut berdarah) dan
diberikan dengan frekuensi lebih sering dari biasanya.
C. SUPLEMENTASI ZINC
Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasa ilmiah bahwa
zinc mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh pada
fungsi dan struktur saluran cerna serta mempercepat proses penyembuhan epiel
selama diare. Kekurangan zinc ternyata sudah pandemik pada anak anak di negara
sedang berkembang. Zinc telah diketahui berperan dalam metallo-enzymes,
polyribosomes, membran sel, fungsi sel, dimana hal ini akan memacu pertumbuhan
16
Kirim penderita untuk terapi intravena.
Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara memberikannya selama perjalanan.
Mulai rehidrasi mulut dengan oralit melalui pipa nasogastrik atas mulut. Berikan 20 mL/kgBB/jam selama 6 jam (total 120 mL/kgBB).
Nilailah penderita tiap 1-2 jam :
Bila muntah / perut kembung, berikan cairan perlahan.
Bila rehidrasi tidak tercapai selama 3 jam, rujuk penderita untuk terapi IV.
Setelah 6 jam, nilai kembali penderita dan pilih rencana terapi yang sesuai.
Apakah ada terapi IV terdekat
(dalam 30 menit) ?
Apakah saudara dapat menggunakan
pipa nasogastrik untuk rehidrasi ?
Ya
Tidak
Tidak
Segera rujuk anak untuk rehidrasi
melalui NGT atau IV
Catatan :• Bila mungkin, amati penderita sedikitnya 6 jam setelah
rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi oralit.
• Bila usia > 2 thn, pikirkan kemungkinan kolera dan berikan antibiotik yang tepat secara oral setelah anak sadar.
sel dan meningkatkan fungsi sel dalam sistem kekebalan. Perlu diketahui juga
bahwa selama diare berlangsung zinc hilang bersama diare sehingga hal ini bisa
memacu kekurangan zinc ditubuh.
Bukti bukti yang telah disebar luaskan dari hasil penelitian bahwa zinc bisa
mengurangi lama diare sampai 20% dan juga bisa mengurangai angka kekambuhan
sampai 20%. Bukti lain mengatakan dengan pemakaian zinc bisa mengurangi
jumlah tinja sampai 18-59%. Dari bukti-bukti juga dikatakan tidak ada efek
samping pada penggunaan zinc, jika ada ditemukan hanya gejala muntah.
Pada penelitian selanjutkan didapatkan bahwa zinc bisa digunakan sebagai
obat pada diare akut, diare persisten, sebagai pencegahan diare akut dan persisten
serta diare berdarah. Dalam penelitian biaya untuk diare dengan menggunakan zinc
dikatakan zinc bisa menekan biaya untuk diare. Pemberian zinc untuk pengobatan
diare bisa menekan penggunaan antibiotik yang tidak rasional. 11
Efek zinc antara lain sebagai berikut :
• Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD). SOD akan
merubah anion superoksida (merupakan radikal bebas hasil sampingan dari
proses sintesis ATP yang sangat kuat dan dapat merusak semua struktur dalam
sel) menjadi H2O2, yang selanjutnya diubah menjadi H2O dan O2 oleh enzim
katalase. Jadi SOD sangat berperan dalam menjaga integritas epitel usus.
• Zinc berperan sebagai anti-oksidan, ‘berkompetisi’ dengan tembaga (Cu) dan
besi (Fe) yang dapat menimbulkan radikal bebas.
• Zinc menghambat sintesis Nitric Oxide (NO). Dengan pemberian zinc,
diharapkan NO tidak disintesis secara berlebihan sehingga tidak terjadi kerusaan
jaringan dan tidak terjadi hipersekresi.
• Zinc berperan dalam penguatan sistem imun.
• Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus, berperan sebagai kofaktor
berbagai faktor transkripsi sehingga transkripsi dalam sel usus dapat terjaga.
D. ANTIBIOTIK SELEKTIF
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, kecuali dengan indikasi yaitu
pada diare berdarah dan kolera.
17
E. EDUKASI ORANG TUA
Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja
berdarah, muntah berulang, makan / minum sedikit, sangat haus, diare semakin
sering, atau belum membaik dalam tiga hari. Indikasi rawat inap pada penderita
diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang dari satu tahun, menderita
campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang datang sudah
dengan komplikasi.
Probiotik
Probiotik adalah mikroorganisme hidup, yang jika diberikan dalam jumlah yang
adekuat akan memberi keuntungan menyehatkan pada individu.2
Pemberian makan disertai susu fermentasi yang mengandung lactobacillus casei
atau lactobacillus acidophilus dapat memproduksi imunostimulasi pada host dengan
mengaktivasi makrofag dan limfosit. Hal ini berhubungan dengan bahan yang
diproduksi oleh organisme-organisme ini selama proses fermentasi yaitu beberapa
bahan metabolit, peptide dan enzim.2
Pada anak dengan malnutrisi, diare akut menyebabkan perubahan keseimbangan
mikroflora secara drastis, pada kasus ini pemberian produk yang difermentasi dapat
membantu rekolonisasi.8
Susu formula bayi yang mengandung Bifidobacterium lactis atau Lactobacillus
reuteri, dapat menurunkan resiko diare, gejala gangguan saluran pernapasan, demam
dan parameter kelainan lainnya. Anak-anak yang mempunyai resiko terhadap penyakit
ini seperti anak-anak di TPA, dapat diberikan formula probiotik profilaksis secara
teratur. Beberapa penulis melaporkan adanya penurunan episode penyakit dan jumlah
hari kesakitan akibat diare dan demam.
Pada saluran cerna manusia, probiotik menginduksi kolonisasi dan dapat tumbuh
secara in situ di lambung, duodenum dan ileum. Pada epitel ileum manusia,
mikroorganisme ini dapat menginduksi aktivitas immunomodulatory, termasuk
pengambilan CD4+ T Helper cells. Probiotik menginduksi sistem imun, produksi
musin, down regulation dari respon inflamasi, sekresi bahan antimikroba, pengaturan
18
permeabilitas usus, mencegah perlekatan bakteri patogen pada mukosa, stimulasi
produksi immunoglobulin dan mekanisme probiotik lainnya. 2
Enzim akan memproduksi bakteri asam laktat yang dapat mempengaruhi proses
metabolisme host. Yogurt mempunyai aktivitas laktase yang tinggi, yang dapat
membantu keadaan malabsorbsi laktosa. Selama proses fermentasi susu, secara umum,
mikroorganisme akan menggunakan laktosa sebagai substrat. Hasilnya, konsentrasi
laktosa dalam yogurt akan lebih rendah daripada susu yang tidak difermentasi.
Malabsorbsi laktosa dapat mempengaruhi mekanisme diare dengan memproduksi
tekanan osmotic intraluminal sehingga mendorong air dan elektrolit ke dalam lumen
usus, akibatnya karbohidrat yang tidak diabsorbsi dapat menyebabkan kolonisasi bakteri
di usus kecil.
Dosis probiotik yang dianjurkan adalah 10 pangkat 7 hingga 10 pangkat 9.
Rekomendasi dari Mitsuoka untuk bakteri Lactobacillus memang sekitar 10 pangkat 6.
Jika kita memberikan kurang dari itu, maka proses keseimbangan tidak tercapai yang
berarti tidak bisa disebut probiotik. Oleh karena itu, preparat probiotik Lactobacillus
umumnya diberikan pada dosis 10 pangkat 7 hingga pangkat 9.
Upaya pencegahan diare
1. Penggunaan ASI
Feachem dan koblinsky (1983) telah mengumoulkan data penelitian dari 14 negara
mengenai dampak pemberian ASI terhadap morbiditas dan mortalitas dan
menyimpulkan bahwa peningkatan penggunaan ASI akan menurunkan morbiditas
sebesar 6-20 % dan mortalitas 24 – 27 % selama 6 bulan pertama kehidupan. Untuk
bayi dan anak balita penurunan morbiditas sebesar 1-4 % dan mortalitas 8 – 9 %.
2. Perbaikan pola penyapihan
Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri, (2)
rendahnya kadar kalori dan protein, (3) tidak tepatnya pemberian makanan, (4)
kurang sabarnya ibu memberikan makanan secara sedikit-sedikit tetapi sering.
3. Imunisasi campak
19
Program imunisasi campak mencakup 60 % bayi berumur 9 – 11 bulan, dengan
efektivitas sebesar 85 %, dapat menurun morbiditas diare sebesar 1,8 % dan
mortalitas diare sebesar 13 % pada bayi dan anaki balita.
4. Perbaikan higiene perorangan
Amerika serikat menunjukan bahwa kebiasaan mencuci sebelum makan, dan
sebelum masak dan setelah buang air kecil atau buang air besar dapat menurunkan
morbiditas diare sebesar 14 – 48% .(4)\
DAFTAR PUSTAKA
1. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI.
2009
2. Cornelius W, Van Niel MD. Probiotics: Not Just For Treatment Anymore.
PEDIATRICS Vol. 115 No. 1 January 2005, pp. 174-7
3. Kandun, NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat
dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003 hal 29
4. Field, M. 2003. Intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. J. Clin.
Investig. 931-943
5. Wiku Adisasmito. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia:
Systematic review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara,
Kesehatan Juni 2007; 1-10)
6. Latief,Abdul et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.Cetakan X. FKUI.
Jakarta : 2002. Hlm 283-294.
7. Surendran S, Rotavirus infection: molecular changes and pathophysiology EXCLI
Journal 2008;7:154-162
8. Anonymous. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP
Nasional DR.Cipto Mangunkusumo. 2007
9. Suharyono,Aswitha.B,H,Halimun.EM. Dalam Gastroenterologi Anak Praktis.Balai
penerbit FKUI. Cetakan 2
10. Behram,Kliegman,Arvin. Dalam Nelsom Ilmu Kesehatan Anak. vol2. ed15. EGC:
Jakarta, 2000.hlm 889-93.
20
11. WHO,.UNICEF.,USAID.,John Hopkins Bloomberg Scholl of Public Health.
Implementing the New Recommendations on the Clinical Management of
Diarrhoea: Guidelines for Policy Makers and Programme Managers. 2006. WHO,
Library Cataloguing in Publication Data.
21