diare pada anak

9
2.3. Diare pada Anak Diaremerupakan salah satu penyakit berbasil lingkungan yaitu suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Diare itu sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu akut dan kronik. Diare akut pada anak didefenisikan sebagai buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali per hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.(IDAI_). Sementara itu diare kronik didefenisikan sebagai diare yang berlangsung minimal dua minggu walaupun demikian gejala pada diare kronik tidak spesifik seperti halnya pada diare akut. (Nelson) 2.3.1. Etiologi Infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh berbagai enteropatogen. Enteropatogen menimbulkan non-inflamatori diare melalui produksi enterotoksin oleh bakteri , destruksi sel permukaan vili oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan / atau translokasi bakteri. Berikut ini adalah beberapa agent penyebab diare akut (IDAI): Tabel Agen-Agen Penyebab Diare Bakteri Virus Parasit Aeromonas sp. Basillus cereus Campylobacter jejuni Asto virus Kalisi virus Korona virus Cryptosporidium Cylospora spp. Entaamoeba

Upload: subli-muhammad

Post on 20-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Kedokteran Umum, Kedokteran Anak, Kesehatan Masyarakat, Keperawatan

TRANSCRIPT

2.3. Diare pada AnakDiaremerupakan salah satu penyakit berbasil lingkungan yaitusuatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Diare itu sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu akut dan kronik. Diare akut pada anak didefenisikan sebagai buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali per hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.(IDAI_). Sementara itu diare kronik didefenisikan sebagai diare yang berlangsung minimal dua minggu walaupun demikian gejala pada diare kronik tidak spesifik seperti halnya pada diare akut. (Nelson)

2.3.1. Etiologi Infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh berbagai enteropatogen. Enteropatogen menimbulkan non-inflamatori diare melalui produksi enterotoksin oleh bakteri , destruksi sel permukaan vili oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan / atau translokasi bakteri. Berikut ini adalah beberapa agent penyebab diare akut (IDAI):

Tabel Agen-Agen Penyebab DiareBakteri Virus Parasit

Aeromonas sp.Basillus cereusCampylobacter jejuniClostridium perfringensClostridium difficileEschericia coliPlesiomonas shigelosisSalmonella Shigella Stapilococcus aureusVibrio choleraeVibro parahemolitycusYersinia enterocolitiea

Asto virusKalisi virusKorona virusAdeno virus entericVirus NorwalkRota virus Cryptosporidium Cylospora spp.Entaamoeba histolyticaEnterocytozoon bieneusiGiardia lambiaIsospora belli Stongyloides stercoralis

Selain disebabkan oleh agen-agen infeksi seperti pada tabel diatas, diare juga dapat disebabkan oleh agen non infeksi seperti pada tabel berikut:

Tabel. Penyebab Diare Non-InfeksiKesulitan MakanDefek anatomis Malrotasi Penyakit Hirchsprung Short Bowel Syndrome Atrofi mikro villi StrikturMalabsorbsi Defisiensi disakaridase Malabsorbsi glukosa-galaktosa Cystic fibrosis Cholestosis Penyakit celiacEndokrinopati Tirotoksikosis Penyakit Adison Sindroma adrenogenital Keracunan Makanan Logam berat MushroomsNeoplasma Neuroblastoma Phaechromocytoma Sindroma Zollinger EllisonLain-lain Infeksi non gastrointestinal Alergi susu sapi Penyakit Crohn Defisiensi imun Colitis ulserosa Gangguan motilitas usus Pellagra

Sumber : Nelson textbook of Pediatric ed 15

2.3.2. Epidemiologi Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia dibawah 5 tahun. Didunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahunnya karena diare dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. (IDAI) Di indonesia, angka kesakitan akibat diare masih tinggi walaupun pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan yaitu 423 per 1000 penduduk pada tahun 2006 menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010 (survey morbiditas subdit diare tahun 2010).

2.3.3. Faktor resiko dan penularanMekanisme penularan utama untuk penularan diare pada anak adalah melalui fekal-oral, dengan kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat serta makanan dan air sebagai penghantar untuk kebanyakan kejadian (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). (IDA, buku panduan) Faktor-faktor yang dapat menambah kerentanan terhadap infeksi enteropatogen adalah usia muda, defisiensi imun, campak, malnutrisi, perjalanan ke daerah endemik, kekurangan ASI, pemajanan terhadap keadaan sanitasi jelek, makan makanan atau air yang terkontaminasi, tingkat pendidikan ibu, dan pengunjung pelayanan kesehatan. (Nelson)1. Faktor umurSebagian besar kasus diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi pada umur 6-11 bulan pada saat diberi makanan pendamping ASI. Hal ini dimungkinkan akibat terjadinya penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang meungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia ataupun hewan saat anak mulai merangkak. (IDAI)2. Infeksi asimtomatikSebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Orang ddengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari infeksi, tidak menjaga kebersihan, dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. (IDAI)3. Faktor musimVariasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi selama musim dingin. Di daerah tropik termasuk Indonesia, diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahundengan peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan. (IDAI)4. Epidemi dan pandemiVibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemi dan pandemi yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua umur. Sejak tahun 1961, kolera yang disebabkan oleh V. Cholera 0.1 biotipe Eltor telah menyebar ke negara-negara di Afrika, Amerika Latin, Asia, Timur tengah dan di beberapa daerah di Amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun waktu yang sama Shigella dysentriae tipe 1 menyebabkan wabah yang besar di Amerika Tengah dan terakhir di Afrika Tengah dan Asia Selatan.(IDAI)5. Faktor perilaku Tidak memberikan ASI (ASI ekslusif), memberikan MP-ASI terlalu dini Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan resiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/Makan, setelah BAB, dan setelah membersihkan BAB anak Penyimpanan makanan yang tidak higienis(PANDUAN)Berdasarkan studi Basic Human Service (BHS) di Indonesia tahum 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%, (ii) Setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) Sebelum memberi makan bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6%. Sementara itu studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum tetapi 47,50% dari tersebut masih mengandung Escherisia coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare nasional sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami KLB diare dengan case fatality rate (CFR) sebesar 2,52. (sanitasi totalberbasis masyrkt)2.3.4. Prinsip tatalaksana diareDi Indonesia, prinsip tatalaksana diare pada balita dikenal dengan istilah LINTAS DIARE. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/ menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Untuk itu Kementrian Kesehatan telah menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) yaitu: (buku panduan)1. Rehidrasi menggunakan Oralit Osmolalitas rendah2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. Teruskan pemberian ASI dan makanan 4. Antibiotik selektif5. Nasihat kepada orang tua/ pengasuh

2.3.4. Pencegahan Pencegahan terhadap penyakit diare harus disesuaikan dengan faktor penyebabnya, yaitu:a. Penyediaan air tidak memenuhi syarat1. Gunakanlah air dari sumber terlindungi2. Pemeliharaan dan tutup sarana air agar terhindar dari pencemaranb. Pembuangan kotoran tidak saniter1. Buanglah tinja di jamban2. Buanglah tinja bayi di jamban (air cucian popok bayi jangan dialirkan keselokan)3. Buatlah jamban sendiri atau perkelompokc. Perilaku tidak higienis1. Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan2. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar3. Minumlah air putih yang telah dimasak4. Menutup makanan dengan tudung saji5. Cuci alat makan dengan air bersih6. Jangan makan makanan/ jajanan yang kurang bersih7. Bila bayi mengalami diare, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/ mendidihd. Intervensi faktor lingkungan1. Perbaiki sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung2. Perbaikan sanitasi diharapkan mampu mengurangi tempat perindukan lalat. Cara yang bisa diambil adalah dengan menjaga kebersihan kandang hewan, buang air besar di jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik, dan lain-lain.

Perlu diingat bahwa keberadaan lalat sangat berperan penting terhadap terjadinya kasus diare karena laalt merupakan vektor pembawa bakteri enteropatogen. Lalat adalah serangga yang sangat menyukai tempat-tempat basah dan bau seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuhan busuk, air kotor (untuk lalat rumah), dan kotoran yang menumpuk secara kumulatif (dikandang). Pada tempat-tempat tersebut lalat akan hinggap untuk mencari makan dan berkembang biak. Saat lalat hinggap, lalat akan mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengetahui tempat peristirahatan lalat. Tempat-tempat peristirahatan lalat terutama di siang hari adalah lantai, dinding, langit-langit rumah, rumput-rumput, dan tempat-tempat sejuk. (pengendalian lalat)

Daftar pustaka 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2012.Buku Ajar Gastroenterolohi-Hepatologi jil.1.Jakarta:Badan Penerbit IDAI2. Nelson.2000.Ilmu Kesehatan Anak vol.2.Jakarta:EGC3. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita untuk Petugas Kesehatan 2011 diunduh dari www.depkes.go.id pada 15 Juli 2013 pukul 13.474. Pedoman Teknis Pengendalian Lalat diunduh dari www.depkes.go.id pada 15 Juli 2013 pukul 12.305. Keputusan Mentri Kesehatan No 825/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat