diare akut

58
BAB I PENDAHULUAN Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa diare yang 1

Upload: muhammad-najib-abd

Post on 13-Feb-2016

18 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

diare pada anak

TRANSCRIPT

Page 1: Diare Akut

BAB I

PENDAHULUAN

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas

anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan

Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab

kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi.

Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran

toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit

dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam

basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan

mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi. Bila tidak

mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi

sistemik. 

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau

menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,

kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah

dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk

melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan

secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam

mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan

oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya

masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi serta

pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan

antibiotika yang spesifik dan antiparasit.

1

Page 2: Diare Akut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Diare akut adalah keluarnya buang air besar lebih dari 3 kali yang berbentuk

cair dalam satu hari dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut ialah diare yang

terjadi secara mendakak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan

American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik

peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala

dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 –

7 hari.

2.2 Epidemiologi

Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan

3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara

berkembang berkisar 3,5-7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama

kehidupan dan 2-5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.

Hasil survei oleh Depkes. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan

utama pada masyarakat Indonesia dengan angka kesakitan adalah sekitar 200 – 400

kejadian per 1000 penduduk tiap tahun dan sebagian besar dari penderita ini berusia

kurang dari 5 tahun.

Manifestasi klinis diare yang paling berbahaya adalah dehidrasi karena apabila

tidak segera dilakukan penanganan yang tepat bisa mengakibatkan terjadinya

hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian., Gejala lain yang bisa terjadi

adalah mual dan muntah dimana hal ini disebabkan adanya organisme yang

menginfeksi saluran cerna bagian atas.

2

Page 3: Diare Akut

Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil

Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi

kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang

mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam

masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling

setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.

2.3 Klasifikasi

Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang

dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal,

anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan

jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi.

2.4 Jenis Diare

a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang

dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2minggu sebelum datang

berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan

penyebab utama kematian bagi penderita diare.

b) Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2minggu

sebelum datang berobat atau sifatnya berulang.

c) Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari disentri

adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi

komplikasi pada mukosa.

d) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus

menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan

metabolisme.

3

Page 4: Diare Akut

2.5 Etiologi

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh

gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi

diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah

lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak

kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan

bayi.

Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40-60%)

sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus,

Minirotavirus.

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :

1) Faktor infeksi

a) Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak :

a. Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella, Shigella, Yersina,

b. Infeksi Virus : Enterovirus,

c. Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongiloides),

d. Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Thricomonas

hominis,

e. Infeksi jamur : Candida albicans.

b) Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan

seperti tonsilofaringitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi atau anak

dibawah tiga tahun. Makanan dan miniman yang terkontaminasi melalui

tangan yang kotor, lalat, dan alat-alat makan yang terkontaminasi juga dapat

4

Page 5: Diare Akut

menyebabkan seseorang tertular penyakit diare tersebut (Azrul Azwar, 1989).

Adapun sumber-sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui: air,

makanan, minuman, tanah, tangan dan alat yang digunakan secara pribadi.

Bila seseorang penderita disentri amoeba sembuh dari penyakitnya, maka

amoeba akan bertukar bentuk menjadi bentuk kista. Kista ini akan keluar bersama

faeces dan dapat hidup terus karena tahan terhadap segala pengaruh dari luar. Buang

air besar sembarangan akan menjadikan sarang lalat, apabila lalat tersebut hinggap

pada makanan, maka akan terjadi kontaminasi (Depkes RI, 1991).

2) Faktor Malabsorbsi

Faktor malabsorbsi ini meliputi :

a) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerans laktosa, maltosa, sukrosa),

monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan

anak yang terserang ialah intoleransi laktosa,

b) Malabsorbsi lemak

c) Malabsorbsi protein

3) Faktor makanan, seperti makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

4) Faktor psikologis: rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi menimbulkan

diare terutama pada anak yang lebih besar.

5

Page 6: Diare Akut

2.6 Patofisiologi diare

Terjadinya diare bisa disebabkan oleh salah satu mekanisme di bawah ini :

1) Diare osmotik

Substansi hipertonik nonabsorbsi menyebabkan peningkatan tekanan

osmotik intra lumen usus sehingga cairan masuk ke dalam lumen.

Diare osmotik terjadi karena:

a) Pasien memakan substansi non absorbsi antara lain laksan magnesium sulfat

atau antasida mengandung magnesium.

b) Pasien mengalami malabsorbsi generalisata sehingga cairan tinggi

konsentrasi seperti glukosa tetap berada di lumen usus.

c) Pasien dengan defek absorbtif, misalnya defisiensi disakaride atau malasorbsi

glukosa-galaktosa.

2) Diare sekretorik

Peningkatan sekresi cairan elektrolit dari usus secara aktif dan penurunan

absorbsi / diare dengan volume tinja sangat banyak.

a) Malasorbsi asam empedu dan asam lemak.

b) Pada diare ini terjadi pembentukan micelle empedu.

c) Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit.

d) Terjadi penghentian mekanisme transport ion aktif pada Na K 2ATP-ase di

enterosit dan gangguan absorbsi Na dan air.

e) Gangguan motilitas dan waktu transit usus.

f) Hipermotilitas usus tidak sempat di absorbsi diare.

g) Gangguan permeabilitas usus.6

Page 7: Diare Akut

h) Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik gangguan

permeabilitas usus.

3) Diare inflamatorik

a) Kerusakan sel mukosa usus eksudasi cairan, elektrolit dan mukus yang

berlebihan diare dengan darah dalam tinja.

4) Diare pada infeksi

a) Virus

b) Bakteri

- Penempelan di mukosa.

- Toxin yang menyebabkan sekresi.

- Invasi mukosa.

c) Protozoa

- Penempelan mukosa (Giardia lamblia dan Cryptosporidium).

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk

melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan

kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang

fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan

dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan

meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan

dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen.

Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan

patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat

menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi 7

Page 8: Diare Akut

sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga

menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah

dalam tinja yang disebut disentri.

Sebuah studi tentang masalah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak

di bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga

agen infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada

anak penderita diare. Agen ini adalah Rotavirus, Shigella spp dan E. Coli

enterotoksigenik Rotavirus jelas merupakan penyebab diare akut yang paling sering

diidentifikasi pada anak dalam komunitas tropis dan iklim sedang. Diare dapat

disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti susu, produk susu,

makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak sesuai kondisi usus

dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa

macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika

akan menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal

antibiotika akan berkembang bebas. Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu

sendiri juga memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit

lain misalnya malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya

misalnya, pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis media.

2.7 Manifestasi kinis

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering

disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat

diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi

ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan

berat badan antara 5%-10% dan dhidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.

8

Page 9: Diare Akut

Derajat Dehidrasi

Gejala &

Tanda

Keadaan

Umum

MataMulut/

LidahRasa Haus Kulit BB %

Estimasi

def.

cairan

Tanpa

DehidrasiBaik, Sadar Normal Basah

Minum Normal,

Tidak HausTurgor baik < 5 50 %

Dehidrasi

Ringan –

Sedang

Gelisah Rewel Cekung KeringTampak

Kehausan

Turgor

lambat5 – 10 50–100 %

Dehidrasi

Berat

Letargik,

Kesadaran

Menurun

Sangat

cekung dan

kering

Sangat

kering

Sulit, tidak bisa

minum

Turgor

sangat

lambat

>10 >100 %

Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu :

dehidrasi hiponatremia (< 130 mEg/L), dehidrasi iso-natrema (130m-150 mEg/L) dan

dehidrasi hipernatremia (> 150 mEg/L). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah

tipe iso-natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya

15% adalah diare hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.

Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis

metabolik dengan anion gap yang normal (8-16 mEg/L), biasanya disertai

hiperkloremia. Selain penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah

kenaikan pCO2. Hal ini akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan

kecepatan pernapasan sebagai upaya meningkatkan eksresi CO2 melalui paru

(pernapasan Kussmaul). Untuk pemenuhan kebutuhan kalori terjadi pemecahan

protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya produksi asam sehingga

9

Page 10: Diare Akut

menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat dengan

hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara

bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.

Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa, sehingga

pada keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga

melalui cairan tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat

pula menimbulkan hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari

hipokalemia, pertama kali pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi

arefleks, paralisis dan kematian karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus

menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi lambung. EKG mnunjukkan gelombang T

yang mendatar atau menurun dengan munculnya gelombang U. Pada ginjal

kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel tubulus dan

menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.

2.8 Penatalaksanaan

Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam

terapi efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat

badan yang hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat

badan sebelumnya sebagai baku emas.

Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian

secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan

pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus

dengan pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat

(severe vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung

yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi

defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi

10

Page 11: Diare Akut

parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi.

Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP

merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium

berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium

antara 40-60mEq/L.Anak yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera

pemberian makanannya sesuai umur.

2.9 Dehidrasi Ringan-Sedang

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan

pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan

secara intravena sebanyak : 70 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan

setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah

3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare

atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.

Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar

yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang

pada anak, yaitu :

1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )

2. Cairan hipotonik

3. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam

4. Realiminasi cepat dengan makanan normal

5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus

6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan

7. ASI diteruskan

8. Suplemen dengan CRO ( CRO rumatan )

9. Anti diare tidak diperlukan

11

Page 12: Diare Akut

2.10 Dehidrasi Berat

Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi

dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma,

pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan

elektrolit parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan

sebagai berikut :

Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam

Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam

Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan

penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya

menyangkut waktu yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet

sebagaimana biasanya . Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein

akan segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan

diusahakan agar penderita bila memungkinkan cepat mendapatkan makanan /

minuman sebagai biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak

memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum tetap dapat dilanjutkan.

12

Page 13: Diare Akut

13

Page 14: Diare Akut

14

Page 15: Diare Akut

15

Page 16: Diare Akut

2.11 Pemilihan jenis cairan

Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau

tanpa syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta

memperbaiki renjatan hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang

banyak diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup

laktat yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi

kaliumnya rendah dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia.

Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung

elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis cairan parenteral yang saat

ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan pengganti diare dengan

dehidrasi adalah Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan osmolaliti 210 –

268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 – 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare

anak dengan kolera atau tanpa kolera.

Komposisi cairan Parenteral dan Oral :

Osmolalitas

(mOsm/L)

Glukosa

(g/L)Na+(mEq/L) CI-(mEq/L) K+(mEq/L)

Basa(mEq/

L)

NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -

NaCl 0,45 %+D5 428 50 77 77 - -

NaCl 0,225%+D5 253 50 38,5 38,5 - -

Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28

Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20

Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10

16

Page 17: Diare Akut

Standard WHO-

ORS311 111 90 80 20 Citrat 10

Reduced

osmalarity WHO-

ORS

245 70 75 65 20 Citrat 10

EPSGAN

recommendation213 60 60 70 20 Citrat 3

Komposisi elektrolit pada diare akut :

Macam

Komposisi rata-rata elektrolit

mmol/L

Na K Cl HCO3

Diare Kolera

Dewasa140 13 104 44

Diare Kolera Balita 101 27 92 32

Diare Non Kolera

Balita56 26 55 14

Sumber : Ditjen PPM dan PLP,1999

2.12 Mengobati Kausa Diare

Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis.

Obat anti diare hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak

memperbaiki kehilangan air dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang 17

Page 18: Diare Akut

tidak diinginkan. Antibiotik yang tidak diserap usus seperti streptomisin, neomisin,

hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan menyebabkan

malabsorpsi. Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan

antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik

hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella,

karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada

bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri

mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang

menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala

diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti

difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi

bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.

Beberapa antimikroba yang sering menjadi etiologi diare pada anak

Kolera :

Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)

Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)

Shigella :

Trimetroprim 5-10mg/kg/hari

Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)

Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)

Amebiasis:

Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)

Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)

(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis :

18

Page 19: Diare Akut

Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )

Antisekretorik - Antidiare

Salazer–lindo E dkk dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional

Cayetano Heredia, Lima, Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril

(acetorphan) yang merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik

serta anti diare ternyata cukup efektif dan aman bila diberikan pada anak dengan diare

akut oleh karena tidak mengganggu motilitas usus sehingga penderita tidak kembung .

Bila diberikan bersamaan dengan cairan rehidrasi oral akan memberikan hasil yang

lebih baik bila dibandingkan dengan hanya memberikan cairan rehidrasi oral

saja .Hasil yang sama juga didapatkan oleh Cojocaru dkk dan cejard dkk.untuk

pemakaian yang lebih luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut yang bersifat

multi senter dan melibatkan sampel yang lebih besar.

Probiotik

Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang

menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik

didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh

bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati

penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan

pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,

speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian

antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers,s

diarrhea.

Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana

diare akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus

aman dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan

19

Page 20: Diare Akut

lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari

ke dua pemberian sebanyak 1 – 2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam

pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan

anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen

pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus

dan imunno modulasi.

Mikronutrien

Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut

didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi

saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare. Seng

telah dikenali berperan di dalam metallo – enzymes, polyribosomes , selaput sel, dan

fungsi sel, juga berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan .

Sazawal S dkk melaporkan pada bayi dan anak lebih kecil dengan diare akut,

suplementasi seng secara klinis penting dalam menurunkan lama dan beratnya diare.

Strand Menyatakan efek pemberian seng tidak dipengaruhi atau meningkat bila

diberikan bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut dengan vitamin A tidak

memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun frekuensi diare.

Bhandari dkk mendapatkan pemberian vitamin A 60mg dibanding dengan plasebo

selama diare akut dapat menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi diare

persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian pada yang

mendapat ASI.

2.13 Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi

Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare,

terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan

dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi

20

Page 21: Diare Akut

yang cukup.Bila tidak makalah ini akan merupakan faktor yang memudahkan

terjadinya diare kronik. Pemberian kembali makanan atau minuman (refeeding) secara

cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan

hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat

kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada umumnya harus

dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh Lama more

RA dkk menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara

signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena nucleotide

adalah bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan

sel imunokompeten. Pada anak lebih besar makanan yang direkomendasikan meliputi

tajin ( beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum ( beras, gandum, dan cereal).

Makanan yang harus dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi, gula

sederhana yang dapat memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel.

Juga makanan tinggi lemak yang sulit ditoleransi karena karena menyebabkan

lambatnya pengosongan lambung.

Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita

yang menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi

laktosa berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe

yang ringan sehingga cukup memberikan formula susu biasanya diminum dengan

pengenceran oleh karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam

waktu 2 – 3 hari akan sembuh terutama pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat

intoleransi laktosa yang berat dan berkepanjangan tetap diperlukan susu formula

bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama. Untuk intoleransi laktosa ringan dan

sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa. Sabagaimana halnya

intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya sementara dan

21

Page 22: Diare Akut

biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.Pada situasi

yang memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah

lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare

kronik

2.14 Menanggulangi Penyakit Penyerta

Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain.

Sehingga dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang

ada. Beberapa penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara

lain : infeksi saluran nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi

sistemik lain (sepsis,campak ), kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal .

2.15 Pencegahan

Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah

sebagai berikut:

1. Pemberian ASI

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi

dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap

diare pada bayi yang baru lahir.

Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap

diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-

bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2006).

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama

kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula

merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya

menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi

buruk (Depkes RI, 2006).

22

Page 23: Diare Akut

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai

dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang

berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat

menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang

menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006).

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan

pendamping ASI yang lebih baik yaitu :

a. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih

meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak

berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari)

setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan

baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.

b. Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk

energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang–kacangan,

buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan

sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan

sendok yang bersih.

c. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada

tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada

anak (Depkes RI, 2006)

3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral

23

Page 24: Diare Akut

mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang

tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan

dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006).

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai

resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak

mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari

sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006).

Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:

a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

b. Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat lokasi

kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta ebih

rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari

sumber.

c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung

bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

d. Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan (Depkes RI, 2006).

4. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,

terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,

mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).

5. Menggunakan Jamban

24

Page 25: Diare Akut

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit

diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga

harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh

seluruh anggota keluarga.

b. Bersihkan jamban secara teratur.

c. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar

sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat

anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air

besar tanpa alas kaki (Depkes RI, 2006).

6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal

ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak

dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal

yang harus diperhatikan:

a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau

kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.

b. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan

mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau

anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau

daun besar dan buang ke dalam kakus.

c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya

(Depkes RI, 2006).

25

Page 26: Diare Akut

7. Pemberian Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak

juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera

setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).

Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9

bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang

sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari

penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus

mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit

TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta

imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).

Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada

balita,termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut

Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus

atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku

kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2) Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health seeking

behavior)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3) Perilaku kesehatan lingkungan

26

Page 27: Diare Akut

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

social budaya, dan sebagainya.

Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan seseorang, dapat dinilai

dari domain-domain perilaku. Domain-domain tersebut adalah pengetahuan, sikap,

dan tindakan. Dalam penelitian ini domain sikap tidak dinilai, karena merupakan

perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup merupakan persepsi seseorang

terhada suatu stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat diamati secara jelas.

Sementara tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap

stimulus dala bentuk tindakan nyata atau terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati

oleh orang lain (Notoadmodjo, 2003).

Pencegahan Diare Dengan Vaksinasi Rotavirus

1. Definisi

Vaksinasi adalah imunisasi secara aktif dengan pemberian antigen yang dapat

merangsang pembentukan antibodi dari sistem imun tubuh.2 Pada bulan April 2009

WHO merekomendasikan semua lembaga kesehatan dunia untuk memberikan

vaksinasi rotavirus secara rutin.

2. Jenis Vaksin

Vaksin rotavirus yang sudah beredar merupakan vaksin hidup yang

mengandung 1 strain rotavirus ( monovalen ), 4 strain rotavirus ( tetravalen ) maupun

5 strain rotavirus ( pentavalen ).

1. Vaksin Monovalen

Vaksin ini merupakan vaksin hidup yang mengandung 1 jenis rotavirus

dengan tipe G1P. Vaksin ini di pasaran lebih dikenal dengan nama Rotarix. Vaksin

27

Page 28: Diare Akut

Rotarix telah diketahui efektif untuk menurunkan kejadian diare rotavirus sebesar

57%.

Komposisi

Rotarix mengandung virus rotavirus hidup yang dilemahkan. Rotarix juga

mengandung dextran, sorbitol, xanthan, dan Dulbecco’s Modified Eagle

Medium (DMEM). Kandungan DMEM adalah natrium klorida, kalium

klorida, magnesium sulfat, ferric nitrate, natrium fosfat, natrium pirufat,

glukosa, hydrogenocarbonate dan phenol red.

Porcine circovirus type 1 (PCV-1), adalah sejenis virus dari babi terkandung

dalam Rotarix. PCV-1 tidak dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

Gambar 4. Cara pemberian vaksin Rotarix 4

28

Page 29: Diare Akut

Cara pemberian

Pemberian diberikan secara oral dengan dosis 1 ml sekali

Rotarix diberikan dalam 2 dosis dengan rentang waktu 8 minggu setiap

pemberian vaksin. Dosis pertama diberikan dalam rentang usia 6 – 14 minggu

dan dosis kedua pada umur 24 minggu.

Gambar 5. Vaksin Rotarix

Penyimpanan

Botol vaksin harus didinginkan pada suhu 2° sampai 8° C.

Pastikan botol terlindung dari cahaya.

Pengencer dapat disimpan pada suhu kamar 20° sampai 25°. Jangan biarkan

membeku. Buang jika vaksin telah beku.

Rotarix harus diberikan dalam waktu 24 jam setelah rekonstitusi.

Buang vaksin jika tidak digunakan dalam waktu 24 jam.

Selain Rotarix vaksin monovalen lain yang sedang dikembangkan adalah RV3

yang mengandung virus hidup dengan tipe G3P. Vaksin ini ditemukan pada neonatus

sehat dan diisolasi pertama kali di Australia. Vaksin ini memiliki keuntungan

29

Page 30: Diare Akut

dibandingkan vaksin yang lain karena biaya yang murah serta tidak menyebabkan

penyakit pada neonatus.

Vaksin ini sedang dalam tahap uji klinis selama 33 bulan di sejumlah rumah

sakit dan Pukesmas di Klaten dan Sleman. Diharapkan pada tahun 2016, Indonesia

sudah dapat meluncurkan vaksin Rotavirus.

2. Vaksin Tetravalen

Merupakan vaksin rotavirus yang mengandung 4 strain rotavirus. Vaksin ini

dahulu dikenal dengan nama dagang Rota Shield yang dirilis di Amerika pada tahun

1998. Vaksin ini kemudian ditarik dari peredaran karena berkaitan dengan kejadian

ikutan pasca imunisasi (KIPI) berupa intususepsi. Namun jumlah kejadian ini sangat

sedikit dibandingkan kematian yang ditimbulkan akibat diare.

Komposisi

Rotashield merupakan virus hidup yang dilemahkan. Dibuat untuk melindungi

manusia dari rotavirus serotype G tipe 1, 2, 3, dan 4.

Cara Pemberian

Vaksin ini terdiri 3 dosis lengkap, juga diberikan secara oral, yaitu pada bayi

berusia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.

Usia minimum yang bisa mulai diberikan vaksin ini adalah saat bayi telah

berusia 6 minggu

Jarak interval atau selang waktu antara dosis pertama dan dosis yang kedua,

dan dosis berikutnya, adalah 4 – 10 minggu.

3. Vaksin Pentavalen

30

Page 31: Diare Akut

Vaksin ini merupakan vaksin rotavirus dengan 5 strain rotavirus. Vaksin ini

dikembangkan dari serum bovine dan dikenal dengan nama dagang Rotateq. Vaksin

ini memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah keparahan akibat rotavirus.

Gambar 6. Cara pemakaian vaksin Rotateq

Komposisi

Rotateq mengandung 5 strain virus Rotavirus yang dilemahkan yaitu G1, G2,

G3, G4 dan P1.  RotaTeq juga mengandung sukrosa, natrium nitrat, natrium

fosfat monobasic monohidrat, natrium hidroksida, polysorbate dan fetal

bovine serum.

Komponen Porcine circovirus tipe 1 dan 2 (virus yang menginfeksi babi)

ditemukan di dalam RotaTeq.  Porcine circovirus tipe 1 dan 2 tidak

menyebabkan penyakit pada manusia.31

Page 32: Diare Akut

Cara Pemberian.

Vaksin Rotateq, vaksin rotavirus ini diberikan melalui mulut.

Rotateq diberikan dalam 3 dosis. Sekali pemberian 2 ml. Jarak antara

pemberian dosis berkisar 2 bulan dari pemberian pertama. Dosis pertama

diberikan saat bayi berumur 2 bulan. Dosis kedua diberikan saat umur 4 bulan

dan dosis ketiga diberikan saat bayi berumur 6 bulan.

Gambar 7. Vaksin Rotateq

Penyimpanan

Rotateq harus didinginkan pada suhu 2-8°C. RotaTeq harus diberikan sesegera

mungkin setelah dikeluarkan dari pendingin.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pemberian vaksin rotavirus di

antaranya :

Pernah hipersensitifitas setelah mendapatkan vaksin sebelumnya.

Alergi terhadap salah satu komponen vaksin

Bayi dengan penyakit imuno defisiensi atau yang mendapat pengobatan

kortikosteroid sistemik.

Pernah mengalami intususepsi (obstruksi saluran pencernaan).32

Page 33: Diare Akut

Bayi yang mendapat terapi aspirin

Bayi yang mendapat obat antiretroviral.

3. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau adverse events following

immunization adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1

bulan setelah imunisasi.

KIPI yang dilaporkan adalah:

Muntah

Diare

Buang air besar bercampur darah

Demam tinggi

Nyeri perut

Intususepsi

Pneumonia

Intususepsi merupakan salah satu KIPI yang menjadi perhatian dalam

perkembangan vaksin rotavirus terbaru. Intususepsi merupakan penyebab umum

terjadinya obstruksi pada usus secara akut pada balita dan anak.

33

Page 34: Diare Akut

BAB III

KESIMPULAN

Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

utama, karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare

akut adalah infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan

pengobatan dengan antibiotika.

Pemakaian antibitika hanya untuk kasus-kasus yang diindikasikan.Masalah

utama diare akut pada anak berkaitan dengan risiko terjadinya dehidrasi. Upaya

rehidrasi menggunakan cairan rehidrasi oral merupakan satu-satunya pendekatan

terapi yang paling dianjurkan. Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen

yang penting dalam terapi diare akut. Pemakaian anti sekretorik,probiotik, dan

mikronutrien dapat memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Hal lain yang perlu

diperhatikan adalah pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama diare dan

mengobati penyakit penyerta

34

Page 35: Diare Akut

DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002

Ditjen PPM dan PLP, 2010, Tatalaksana Kasus Diare Departemen Kesehatan RI hal

24-25Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan

masyarakat dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003

hal 29

Ditjen PPM&PLP Depkes RI.Tatalaksana Kasus Diare Bermaslah. Depkes RI 2010 ;

31

Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut

dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003

Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna. dalam Sari

pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001

Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi Prasetyo.

2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Olmu Kesehatan

Anak Edisi Ke-3. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK

Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG. Hal. 271-278

Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa

dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Salemba

Medika hal 73-103

Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd treatment in

gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2003 :McGraw Hill,hal

131-4935

Page 36: Diare Akut

M.K. Bhan, D. Mahalanabis, N.F. Pierce, N. Rollins, D. Sack, M. Santosham. 2005.

The Treatment of Diarrhoea A manual for physicians and other senior health

workers.WebSite: http://whqlibdoc.

who.int/publications/2005/9241593180 .pdf.

Meneng. 2009 Bukti Baru dari Indonesia: Perbedaan Lama Diare Pada Penderita

Diare Akut yang Diterapi dengan Zink dan Probiotik Dibanding Probiotik di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol. 1/No.

1/Januari/2009.

Rohim A, Soebijanto MS. Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu penyakit anak

diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1 Jakarta 2002

Selemba Medika hal 93-103.

Sinuhaji AB Peranan obat antidiare pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan

makalah Kongres Nasional II BKGAI juli 2003.

Soebagyo B (2008). Diare akut. Dalam : Diare akut pada anak. Surakarta: Martuti S.

hal. 1-12.

Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada bayi dan

anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/.

Trivedia SS, Chudasamab RK, Patela N. (2008). Effect of zinc supplementation in

children with acute diarrhea: randomized double blind controlled trial.

Gastroenterology Research, ; 2:168174.

36