dialog bulan puasa 12
DESCRIPTION
H. Bakri WahidTRANSCRIPT
1
DIALOG
BULAN PUASA
12
Keterangan :
Selaku Pak Kyai oleh : Haji Bakri Wahid, B.A.
Daeng Naba oleh : Syamsul Marlin, B.A.
2
ZAKAT FITRAH UNTUK
FAKIR MISKIN
PAK KIAY : Assalamu Alaikum
DG. NABA : Wa alaikummussalam
PAK KIAY : Sudah lm Dg. Naba
DG. NABA : Sudah lm, saya tunggu2 Pak Kiay
PAK KIAY : Apa yang dibaca itu
DG. NABA : Memang sengaja saya duduk Pak Kiay melihat
surat2 yang datang, karena sampai saat ini masih
mengalir surat2. Ini lagi saya baca2 surat dari
Bahakin Rama Jln. Anggrek Ujung Pandang
asrama HPMT. Ini lagi surat dari Usman Tinja di
Sinjai. Si pengirim Adik Kamarullah, H. Murat,
Alamat Jln. Bau Massepe No. 36 Ujung Pandang
ditujukan kepada pengasuhsiaran sahur. Ini lagi
Pak Kiay, dari Ra. Arifin Cenderawasih NO. 123
UP. Selanjutnya dari A. Soifan Hasdam Labakkang
Keb. Pangkep. Ini lagi Pak Kiay dari Salwa Saidin
di Bau-Bau Butong.
PAK KIAY : Wa itu jauh2
DG. NABA : Ya, tapi tidak pakai perangko
PAK KIAY : Dia antar sendiri kemari
3
DG. NABA : Bukan main dia antar sendiri dari Bau2, jauhnya.
Ini lagi dari Syamsul Bahri Talib di Allu
perkebunan Pallangisan Bulukumba. Ini lagi dari
A. H. Sampara Kampung Beroaing Tamurunan
Kab. Gowa. Ini lagi pengirim Jln. Kandea Ujung
Pandang, tidak ada almatnya. Selanjutnya dari
Tahrun Talido Azis Ichsan, ketua Group
Banbaloka Pasangkayu Mamuju. Ini lagi Pak Kiay
dari Husaini kompleks perumahan Un-Has Jln.
Sunu Ujung Pandang. Si pengirim Kamarullah H.
Mura. Ini sama tadi Pak Kiay.
PAK KIAY : Sama, barangkali dua kali.
DG. NABA : Ini lagi Pak Kiay Thomas Sepenu NO. 76 di Ujung
Pandang. Selanjutnya Pak Kiay, Saudara Jefi
Madiu di Ujung Pandang. Bachtiar Jln. Kemajuan
NO. 11 Ujung Pandang. Ini susahnya kaca mata
diganti dengan mata kaca. Lolo R. Jalan Tupai
Ujung Pandang. Dari M. Munsir Kabupaten Bone.
Selanjutnya dari A-M-Thayf L. Sapadila Torea Pak
Kiay Irian Jy. Ini surat dari jauh. Selanjutnya dari
M. Jazang Bawasir PL dari Bantaeng. Salamn
Kjumana Kabupaten Enrekang. Kita cari-cari ini
Kabupaten yang tidak pernah ada suratnya,
Soppeng Pak Kiay. Ini Pak Kiay M. Jusrie Jy.
Jalan Bajiminasa Ujung Pandang. Ini lagi Pak
Kiay, M. Jafar Kamase dari Ujung Pandang.
Selanjutnya penggemar dialog bulan puasa Makruf
Abd. Rauf Jalan H. Mulia No. 25 Ujung Pandang.
Sekarang Abd. Muttalib Kantor Pos Ujung
Pandang. Rajin betul ini orang Pak Kiay. Ini tidak
ada namanya Pak Kiay. Ini lagi St. Mulyawaty
Kabba Karuwisi Rk. S Ujung Pandang. Penggemar
4
dialog Pak Kiay dan Dg. Naba. In lagi dari Ujung
Pandang Pak Kiay. Kalau itu ?
PAK KIAY : Dari Ujung Pandang tanpa nama
DG. NABA : Tidak ada namanya itu Pak Kiay ? Kalau tidak ada,
tanap nama itulah namanya. Saya kira inilah surat-
surat Pak Kiay yang diterima sampai saat ini. Jadi
saya terima, saya datang saya baca-baca Pak Kiay.
Sekarang kita lanjutkan dengan jawaban surat-
surat Pak Kiay. Ini dari Muh. Natsir T. apakah
orang yang memberi buka kepada seorang
musyafir di siang hari mendapat pahala ? Artinya
ada orang musyafir Pak Kiay, tentu orang musyafir
boleh tidak puas. Sekarang kita berikan makan
musyafir itu. Apakah dapat pahala apa tidak.
PAK KIAY : Jawabnya Dg. Naba tentu ada pahala. Sebab itu
orang yang wajar tidak berpuasa. Kita memberi itu
sudah jelas dapat pahala.
DG. NABA : Betul Pak Kiay sedang membuang duri saja di
jalan mendapat pahala. Apalagi kasih makan. Yang
kedua, seorang yang meninggalkan puasanya di
bulan Ramadhan misalnya 4 hari, karena ada sebab
atau halangan. Kemudian sehari sesudah lebaran,
dia puasa enam hari berturut-turut. Apakah
puasanya itu sudah termasuk puasa sunnat 6 hari
dan termasuk juga pengganti puasanya yang 4 tadi
itu. Mohon penjelasan. Begini Pak Kiay, saya
ulangi untuk para pendengar kita Pak Kiay supaya
jelas. Ada orang tidak puasa dalam bulan
Ramadhan karena sakit umpamanya. Empat hari
dia tidak puasa. Setelah selesai lebaran, kan ada
5
puasa sunnat ? Puasa enam hari. Nah sekarang dia
ikuti puasa enam hari. Apakah terbayar utangnya
yang 4 hari yang lalu.
PAK KIAY : Jadi apakah mendapat pahala puasa sunnat dan
apakah mendapat juga pahala puasa Fardhu.
DG. NABA : Ya Pak Kiay
PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Di dalam ketentuan hukum, kita
diperintahkan mendahulukan yang fardhu dari
pada yang sunnat. Adapun orang yang
menggandakan niat diniatkan qadaa, kemudian
diniatkan ;puasa syawal, itu yang sudah jelas apa
yang diutamakan. Sebab innamal A‟malu Biniaat.
DG. NABA : Yang diutamkaan ialah Fardhunya.
PAK KIAY : Jadi yang sudah jelas, itulah yang terbayar.
DG. NABA : itu yang terbayar. Tapi sunnatnya kan ikut juga
Pak Kiay
PAK KIAY : yang niat yang fardhu, dahulukan yang pertama.
Mana yang diutamakan di dalam niat, itulah yang
jadi.
DG. NABA : Ah sekarang kita tambah lagi sebab 4 hari, 2 hari
Pak Kiay
PAK KIAY : Tambah dua hari karena yang 4 hari haid, yang
kedua hari bagaimana.
DG. NABA : Ya.
PAK KIAY : Begitu ? tentu jatuh kepada puasa sunnat.
6
DG. NABA : Begitu ? Tegasnya boleh
PAK KIAY : Ya.
DG. NABA : Ini lagi Pak Kiay. Jadi itulah jawaban Pak Kiay
terhadap pertanyaan Muh. Natsir melalui Dg. Naba
di Kabupaten Majene. Semoga anda puas
hendaknya. Sekarang dari Azikin Yunus. Dg. Naba
bacakan pertama. Bagaimana pendapat Pak Kiay
bila hasil zakat itu dijadikan pembangunan Mesjid.
Apa bisa atau tidak. Bagaimana dalihnya ka.
PAK KIAY : Oh ya, ya. Begini Dg. Naba, pertanyaan ini kita
jawab singkat. Utamakanlah zakat fitra diberikan
kepada simiskin, bukan kepada pembangunan
berdasarkan Hadist bahwa pengutamaan itu nyata
sekali dalam hadist yaitu ZAKAATAL FITRI
THUHRATAN ISHSHAAIMI MILALLAGHWI
WARRAFATSI WATHU‟ MATAN LIL
MASAAAKIEN. Rasulullah kita membayar zakat
bulan Ramadhan ini adalah untuk membersihkan
orang puasa dari pada kata2 yang percuma dan
tidak senonoh dan adalah zakat fitri itu adalah
makanan buat orang fakir miskin.
DG. NABA : Jadi yang paling baik, utamakan pemberi kepada
Fakir Miskin.
PAK KIAY : Ya bukan kepada pembangunan.
DG. NABA : Itulah Sdr. Azikin Yunus dari Ujung Pandang
jawaban Pak Kiay terhadap pertanyaan anda. Ini
lagi Pak Kiay, tapi sudah masuk angin Pak Kiay.
PAK KIAY : Sudah masuk nasi barangkali.
7
DG. NABA : Keluar angin sekarang Pak Kiay. Ini lagi Muh.
Said di Banjar ini pertanyaan. Berapa orang naik
perahu menuju Sulawesi, di tengah laut perahunya
tenggelam dipukul ribut. Anak buah perahu
terpencar tiada ketahuan membawa dirinya.
Setelah tujuh bulan, ada diantaranya yang dapat
kembali. Akibatnya. Ini pertanyaan : Bolehka
isteri-isteri dari yang belum kembali itu
lsgbernikah dengan laki-laki lain karena suaminay
diperkirakan telah mati.
PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Kalau pasti matinya, boleh isteri
kawin setelah berlalu masa ida 4 bulan 10 hari.
Tapi kalau hanya dikira-kirakan, itu tidak pasti,
tidak dibolehkan sang isteir itu kawin. Karena
kalau dikira-kirakan itu, itu barang yang tidak
pasti, jadi tidak boleh.
DG. NABA : Ah tegasnya Pak Kiay ini pertanyaan dari laki-laki,
bukan dari perempuan. Jadi ini pertanyaan laki-
laki. Pada jiwanya perempuan itu sayang itu sama
suaminya.
PAK KIAY : Jadi dia masih tunggu apakah masih hidup atau
tidak. Kalau main kira-kira mungkin belum mau
kawin.
DG. NABA : Tetapi ada juga. Kalau mungkin itu, mungkin saja
Pak Kiay. Mungkin ada mungkin juga tidak. Ini
lagi Pak Kiay, tentang dia pergi ke sungai, tbb dia
disambar oleh buaya. Mayatnya sama sekali tidak
diketemukan beritanya. Lalu dia ditanak bolehkah
yang semacam ini mayatnya disembayangkan
dengan sembahyang gaib.
8
PAK KIAY : Jawabnya boleh, karena di a sudah diyakinkan
matinya, karena disambar buaya, jadi boleh
disembahyangkan mayatnya.
DG. NABA : Ini lagi sembahyang Hari Raya bulan syawal dan
idul Korban, Imam pada rakaat pertama lima kali
takbir dan pada rakaat kedua hanya takbir ketika
hendak berdirinya saja lalu membaca Fatihah.
Apakah makmum mengikuti perbuatan imamnya
itu.
PAK KIAY : Jadi pertanyaannya 5 kali takbir, dan pada rakaat
kedua hanya takbir ketika hendak berdiri saja lalu
membaca Fatiha. Aritnya lupa takbir lagi ? apakah
bisa dia ikut itu imam ? Jawabnya boleh.
Kesalahan Imam itu adalah tanggung jawabnya
sendiri. Imamya ilal mamu liyuktamabihi.
DG. NABA : Jadi kita ikuti imam saja Pak Kiay. Bagaimana
kalau kita bicara masalah lebaran sekaligus Pak
Kiay.
PAK KIAY : Betul Dg. Naba, ini juga pertanyaan yang
berhubungan dengan Lebaran.
DG. NABA : Betul Pak Kiay. Ini dari Zaenab Isdarman Jalan
Penghibur. Kami pencinta siaran sahur, artinya Dg.
Naba dari bawah ke atas.
PAK KIAY : Jadi bulan dari atas ke bawah
DG. NABA : Tidak, begini Pak Kiay Hari Ry Idul Fitri telah
diambang pintu. Apakah ada ganjaran atau
berpahala bagi mereka yang menjual atau
menaikkan barang-barangnya yang berlebih-
9
lebihan. Apakah hukumnya bagi mereka yang
sama sekali tidak pernah bershalat atau yang telah
dewasa yang pergi tarawih tetapi mereka berpuasa
dan tidak mengambil wudhu kemudian pergi shalat
Ied. Pertanyaan berentetan Pak Kiay. Bagaimana
ini Pak Kiay.
PAK KIAY : Pertanyaan pertama Dg. Naba.
DG. NABA : Rupanys disinyair ada di dalam masyarakat orang
yang menaikkan harga barang kalu dekat lebaran.
Itu bagaimana hukumnya. Lalu ada lagi orang
sudah dewasa, tidak sembahyang, tapi berpuasa,
lalu pergi lagi sembahyang ied tidak berwuduk.
Bagaimana ini Pak Kiay .
PAK KIAY : Ya bermacam-macamlah ya ..
DG. NABA : Itu memang Pak Kiay
PAK KIAY : Begini Dg. Naba, tentang penaikan harga barang-
barang yang sifatnya berlebih-lebihan, itu sudah
jelas tidak baik. Itu namanya kelebihan. Kalau baju
kelebihan panjang , tidak baik, celana kelebihan
panjang, juga tidak baik, songkok kelebihan besar
juga tidak baik, pokoknya yang berlebih-lebihan
tidak baik.
DG. NABA : Apakah semua sama yang berlebih itu Pak Kiay
tidak baik ?
PAK KIAY : Berlebih baik,tapi jangan berlebihan. Kelebihan,
kebesaran, kepanjangan songko kebesaran tidak
cocok. Jadi Cuma saran begini kalau harga
10
lebarannya yang berlebih-lebihan, ada satu jalan
penyelesaiannya, yaitu jangan beli.
DG. NABA : Ya artinya ada cartel atau persatuan dari pembeli
bahwa barang begitu jangan kita beli, baru kapok
PAK KIAY : Baru kapok, biar berapa dia mau naikkan tidak ada
yang mau beli, mau apa.
DG. NABA : Tapi tidak ada cartel pembeli itu Pak Kiay
PAK KIAY : Itulah susahnya, sehingga dia makan terus
DG. NABA : Ya, andaikata dibentuk persatuan pembeli, enak
betul Pak Kiay
PAK KIAY : Ya, semua dinaikkan, semua mogok
DG. NABA : Ya semua mogok beli, jangan dia beli, lm turun
sendiri itu Pak Kiay.
PAK KIAY : Jadi memang tidak ada masalah hukum disini.
Kenaikan harga barang yang tidak tingkatnya demi
itu apakah dosa, itu juga tidak ada suatu ketentuan
hukum. Cuma norma bermasyarakat, tentu sesuatu
yang sudah berlebih-lebihan juga tentu dipandang
tidak baik. Mengenai puasa tidak sembahyang,
kita mengharapkan supaya sempurnalah,
sempurnakan yang belum sempurna. Kalau sudah
puasa, cobalah iringi dengan sembahyang, supaya
lebih sempurna.
DG. NABA : Kalau Dg. Naba, dibalik yaitu sembahyang dulu
baru puasa.
11
PAK KIAY : Ya sembahyang dulu baru puasa. Tapi rupanya dia
sekarang sudah puasa, pada hal belum
sembahyang.
DG. NABA : Kalau begitu sembahyang saja.
PAK KIAY : Begitu juga yang pergi sembahyang Ied tidak
berwuduk, sebenarnya harus berwudhu baru pergi
sembahyang, jangan sesudah sembahyang baru
berwudhu atau tidak berwuduk pergi sembahyang,
yang benar adalah berwuduk dulu baru
bersembahyang.
DG. NABA : Dengan kata lain tidak boleh sembahyang kalau
tidak berwuduk.
PAK KIAY : Tidak sah itu sembahyang
DG. NABA : Boleh sembahyang Pak Kiay
PAK KIAY : Boleh, Cuma tidak sah sembahyangnya
DG. NABA : Sah juga Pak Kiay, yaitu sembahyangnya anak2
yang baru belajar
PAK KIAY : Kalau yang bapak2 bagaimana ?
DG. NABA : Itu tidak sah yang baru belajar Pak Kiay
PAK KIAY : Biar tidak berwuduk boleh saja kalau anak2, kalau
bapaknya anak2 tidak boleh
DG. NABA : Ini masalah lebaran Pak Kiay karena sudah
diambang pintu, perlu dijelaskan bermacam-
macam pada lebaran pertama Pak Kiay, perlu
diterangkan dahulu berapa macam lebaran
sebenarnya dalam Islam. Sebab ada orang yang
12
mengatakan nusl Al Qur'an hari raya ton. Ada lagi
orang yang mengatakan Isra “Miraj hari raya ton.
Ad lagi yang mengatakan tahun baru hari raya ton.
Bagaimana sebenarnya hari raya dalam Islam.
PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Di dalam agama Islam Cuma dua
hari raya. Yang pertama Idul Fitri, yang kedua Idul
Adha. Idul artinya hari raya. Oleh karena itu tidak
pernah disebut di dalam hadist. Yang tidak ada
dalam hadist idunnusul qur‟an, idun Isra‟ Mi‟raj,
Idun Muharram, dan tidak tahu lagi apa.
DG. NABA : Jadi pokoknya hari raya dalam Islam, hanya dua.
Hari Raya Idul Fitri, Hari Ry Idul Qorban.
PAK KIAY : Jadi Dg. Naba, kalau toch itu Isra‟ Mi‟raj, boleh
disebut hari tetapi bukan hari raya, hari peringatan.
DG. NABA : Peringatan Isra‟ Mi‟raj.
PAK KIAY : Ya karena kalau peringatan, boleh didahului dan
boleh dibelakang. Kalau hari raya, tidak boleh
mendahului dari waktu dan tidak boleh
dikemudiankan dari waktunya. Contohnya
Perayaan 17 Agustus tidak boleh dirayakan tanggal
16 atau dirayakan tanggal 18, tidak boleh. Apakah
jatuh hari Minggu 17 Agustus, apakah hari senin,
pokoknya harus tepat pada waktunya. Seperti
tahun yang lalu, jatuh pada hari minggu.
DG. NABA : Bukan tahun lalu Pak Kiay, tahun ini
PAK KIAY : Jadi pokoknya harus tepat pada waktunya
DG. NABA : Begini Pak Kiay, apa dasarnya Pak Kiay hari raya
itu dua macam saja.
13
PAK KIAY : Tentu ada Dg. Naba
DG. NABA : Ada ya
PAK KIAY :
Dg. Naba : Bagaimana bunyinya itu Pak Kiay
PAK KIAY : Itu hadist dari Hasan bin Alie Amaranaan
Rasulullah s.a.w. Fil-iidaini annalbisa ajewada
maanajidu wa-anta thayyaba bi-ajewada maa
najidu wa-annudahhii biasmani maa najidu.
Artinya : Kata Hasan bin Alie, Rasuluillah th
memerintahkan kami pada dua hari raya.
DG. NABA : Jadi kalau tiga, bertambah itu, menyalahi Nabi.
Orang yang menyalahi nabi, lebih pintar dari nabi,
kalau dia begitu dia salah. Jadi betul -betul Pak
Kiay.
PAK KIAY : Bahwa kami supaya memakai kain yang bagus, apa
yang kami miliki pada hari itu.
DG. NABA : Jadi kalau hari raya, disuruh orang memakai
pakaian yang baik-baik
PAK KIAY : Harus begitu
DG. NABA : Ah cocok anak-anak ini meminta baju sama orang
tuanya yang baru-baru Pak Kiay
PAK KIAY : Ya karena memang hari raya, tapi membikin harga
mahal. Semua anak-anak meminta baju baru. Yang
berikut Dg. Naba, bawah Rasulullah juga
memerintahkan kepada kami supaya kami
memakai harum-haruman apa yang ada pada kami.
14
DG. NABA : Oh memakai pakaian yang baru-baru, yang bagus-
bagus, kemudian pakai harum-haruman. Kalau
tidak ada bagaimana Pak Kiay.
PAK KIAY : Ya kalau tidak ada, apa boleh buat. Cuma kalau
ada.
DG. NABA : Oh kalau Dg. Naba, lain lagi. Kalau tidak ada, Dg.
Naba minta sama Pak Kiay
PAK KIAY : Kalau Pak Kiay tidak ada, bagaimana juga ?
DG. NABA : Oh bersabar orang dua.
PAK KIAY : Dan bawah kami kata Hasan bi Alie diperintahkan
oleh Rasulullah pada hari raya Idul Adha, agar
berkorban dengan binatang yang gemuk apa yang
ada pada kami.
DG. NABA : U. u. berkorban pada hari korban dengan binatang
yang dipunyai. Bagaimana penggarisan Pak Kiay
tentang hari raya itu.
PAK KIAY : Ada dua cara. Cara yang pertama tentang
penyambutan. Cara yang kedua tentang ibadah
shalat. Jadi Dg. Naba, dua cara yang sudah
ditentukan di dalam menyambut hari raya.
Penyambutannya dan ibadahnya.
DG. NABA : O. o. begitu. Jadi ada dua cara penggarisan oleh
Nabi yaitu cara tentang ibadahnya dan tentang
penyabutannya. Nah menyambutnya bagaimana
Pak Kiay. Apakah pakai Rabana, pakai burasa,
morcon, apa, ganrang bulo, apa meriam bambu.
15
PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Tidak ada satu cara yang dibuat
pada hari raya ini dalam penyambutan itu harus
bikin burasa ketupat, tidak ada. Yang ada di dalam
Al Qur'an ialah Walitukmilu iddata
walitukabbirullaaha ala maa hadaakum. Agar kamu
menyempurnakan ibadah puasa bilangannya
cukup, yah 29 juga cukup. 30 juga cukup Dg. Naba
Walatukabbiralaa ala maahadaku, supaya kamu
bertakirlah kepada Allah sebagaimana yang
ditunjukkan Tuhan kepadamu.
DG. NABA : O o. ya ya, jadi penyambutannya ialah dengan
takbir. Kalau tidak ada burasa ?
PAK KIAY : Kalau tidak ada burasa, tidak ada persoalan.
DG. NABA : Kalau ada burasa ?
PAK KIAY : Alhamdulillah, ya persoalan makan. Jadi kalau da
burasa, ada persoalan, yaitu persoalan membelinya,
persoalan siap yang memakannya. Jadi itulah cara
penyambutannya bertakbir. Oleh sebab itu tentu
kita mengharapkan semua daerah-daerah tingkat II
seluruh Sulsel umumnya, Kotamadia Ujung
Pandang khususnya supaya berbaris keliling kota
bertakbir. Sebab itu sunnat.
DG. NABA : Kita sembahyang di lapangan, kenapa berbaris.
PAK KIAY : O o. itu malamnya. Mulai terbenamnyah matahari,
kita ber takbir, besok akan Hari Ry.
DG. NABA : O o. begitu. Aneh kalau bunyi-bunyian mercum,
bunyi bedil bambu apa semua itu Pak Kiay,
bagaimana
16
PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Mercum ini tidak diajarkan oleh
agama. Jadi ini tidak wajar kita jadikan penyambut
hari raya. Mercun ini malah mubasir. Innalmu
bazzirina kanu ikhwanan syayaatin.
DG. NABA : Tapi ada yang untung Pak Kiay, penjual mercun.
PAK KIAY : Yah, penjual mercun, tapi orang Islam rugi, dan
menjadi mobasir. Yang kedua, membawa
mudharat, habis duit, mengganggu anak-anak yang
sedang tidur, orang sakit jantung bisa mati
mendadak, ini mudarat yang ditimbulkannya,
termasuk juga yang melepas mercun, kadang-
kadang habis giginya, kadang-kadang pecah
matanya.
DG. NABA : Kalau takbirnya yang hebat ?
PAK KIAY : Islam yang bersemarak
DG. NABA : Betul Pak Kiay. Sekarang bagaimana pelaksanaan
ibadahnya lagi.
PAK KIAY : pelaksanaan ibadahnya, yang pertama Dg. Naba,
setelah terbenam matahari dan puasa kita sudah
genap, tadi sudah dikatakan disunnatkan takbir
kemudian kita pagi-pagi mandi, kemudian
memakai pakaian yang bagus.
DG. NABA : Mandi apa itu Pak Kiay ?
PAK KIAY : Mandi sunnat Hari Ry. Di waktu akan berangkat,
makna dulu. Sesudah itu masuk di jalan satu,
keluar di jalan lain.
17
DG. NABA : Dimana ini masuk di jalan satu, keluar di jalan
lain.
PAK KIAY : Kalau umpamanya di Karebosi, harus masuk di
suatu tempat, keluar di tempat lain nanit.
DG. NABA : Ah. A. a. Masuk di jalan yang satu, keluar jangan
di jalan itu lagi.
PAK KIAY : Ya begitu. Lantas sesudah sampai di tempat, terus
duduk di lapangan.
DG. NABA : Tapi ada g saya lihat Pak Kiay orang sembahyang
PAK KIAY : Itu yang salah, karena tidak ada tahiyatul di
lapangan. Yang ada tahiyatul di Msjid.
DG. NABA : Oh ya, ya. Kalau lapangan dijadikan mesjid,
bagaimana ? Pak Kiay
PAK KIAY : O o. tidak ada Dg. Naba. Bagaimana lapangan
dijadikan Mesjid Mesjid. Lapangan yang lapangan,
mesjid ya mesjid. Berikutnya Dg. Naba bahwa
sunnat dari Nabi kita, sembahyang di lapangan
bukan di Mesjid.
DG. NABA : O o. sunnat atau tuntunan dari Nabi, sembahyang
hari raya itu dilakukan di lapangna.
PAK KIAY : Betul Dg. Naba, bukan di Mesjid. Sembilan kali
nabi berpuasa, delapan kali Nabi sembahyang
semuanya di tanah lapang, hanya satu kali di
Mesjid, karena hujan keras.
DG. NABA : O, o, kalau hujan, boleh tidak di lapangan, tapi
dipindahkan ke mesjid.
18
PAK KIAY : Betul
DG. NABA : Bailah Pak Kiay, sudah waktu. Tapi nanti kita
sambung lagi Pak Kiay
PAK KIAY : Ya, ya.
DG. NABA : Saya permisi dulu Pak Kiay
PAK KIAY : Baik
DG. NABA : Assalamu Alaikum
PAK KIAY : Alaikummussalam Warahmatullahi wabarakatuhu.
19
KERUKUNAN UMMAT
BER-AGAMA
DG. NABA : Surat pertama ini dari saudara ZUl Kfili Gani,
Jalan J. Tendean q15 Ujung Pandang. Ini lagi si
pengirim Muslimin Ujung Pandang. Dari A. Siriani
Hamid Gani Jalan Baji Sunggu No. 12 Ujung
Pandang. Selanjutnya dari Mrs. St. Maemoris
Peribadi Jalan Jend. Sudirman Ujung Pandang. Ini
lagi Sulkarnain Situru di Ujung Pandang.
Selanjutnya Baharuddin Abdullah Jalan Rusa
Ujung Pandang. Dari LIwang K di Ujung Pandang.
Selanjutnay pendengar siaran sahur jalan B. Kunyi
No. 3 Ujung Pandang. Nurhaedah BA Jalan
Garuda No. 5 Ujung Pandang. Dari Muh. Dahlan
Jalan Veeran Ujung Pandang. St. Farida B
Kampung Jangka Kabupaten Gowa. Selanjutnya
dari Icahe Anggo Angre Jlaan Cenderwasih Ujung
Pandang. Selanjutnya dari Muh. Hamzah Zaidin,
Takalar. Kemudian dari Saudara Kamarullah H.
Murat Ujung Pandang Sulsel. Kemudian Akbar
Jalan S. Limboto Ujung Pandang Abdullah
Machmud Bampe Sul. Tengah, Donggala.
Selanjutnya dari Johannis K Ujung Pandang.
Selanjutnya dari Lollo F Ujung Pandang.
Muhammad K Karyawan Perum Semen Tonasa di
Tonasa. Pengirim Abd. Razak L.P. Jlana
Dongkinge di Rappang. Selanjutnya Herman di
Hawa Gorontalo Sulawesi Utara. Rasyid Ridha
Taat kegirangan di Bandar Krui di rui Sum.
Selatan. Selanjutnya dari pendengar setia Amal
Peribadi Pakcen Ujung Pandang, Jalan Rajawali.
20
Selanjutnya dari Abd. Hafid Abubakar, Asrama
Salessu Jalan Petta Penggawa No. 44 B. Ujung
Pandang. Dari pencinta siaran sahur Amrullah
diUjung Pandang. Ini juga dari Ujung Pandang,
tanpa nama. A. Muchtar Pekecita Kompleks
Sepaku Balikpapan Kalimantan Timur. Dari M.
Mansyur Sinjai (Sintim). Dari Margareta di
Malino. Rukmini Miru Jalan Veteran Ujung
Pandang. Selanjutnya dari Jon Jalal Ujung
Pandang. Saharuddin Rasyid Jalan Rusa Lr. 22A
No. 13 Ujung Pandang. Sekarang dari Sampara
Dg. Naba Pandang-Pandang Ngasa Gowa. Dari
Syamsuddin Runtu Karuwisi RK. 3 di Ujung
Pandang. Selanjutnya Sudirman Kaslah No. 10A
Ujung Pandang. Sekarang surat dari sahabat setia
Dg. Naba di Buton yang dahulu pernah tinggal di
jalan.. Harun Iskandar Sanna di Ujung Pandang 25
lbr. Selanjutnya penggemar dialog di bulan puasa
Abd. Rauf Jalan Hati Mulia No. 25 Ujung
Pandang. Selanjutnya Zainuddin Husain di Ujung
Pandang. Selanjutnya M. Suaib Jalan S. Walanae
Ujung Pandang. Hadijah Rahman dari Tator.
Kemudian dari Nur Syamsu LaE-laE. Dari B.
Dulwahid Bone-Bone Palopo Utara. Syafruddin
Arief alias Sato dan Misbaharuddin Rani di
Gunung Sari Ujung Pandang. Muh. Said Bahtiar
VO Boks 30 Sakuran Ranau Kota Kini Balu Saba
Malaysia. Kemudian dari Sulaeman Nur Bontoala
Ujung Pandang. Itulah Surat terakhir Pak Kiay
yang kita terima yang jumlah keseluruhannya surat
setelah Dg. Naba hitung berjumlah 510 lbr sampai
dengan hari ini. Jadi kalau begitu Pak Kiay,
menyesal sekali tidak dapat seluruh surat terjawab.
21
Sekarang jawaban dari surat-surat yang lalu,
Sekarang yang terpanggil ialah Sabaruddin Helra
di Ujung Pandang. Yang saudara tanyakan banyak
antara lain saja “Apakah ada hukumnya kalau
ummat Islam ikut masuk Gereja untuk menyembah
dan sebaliknya keristen, masuk ke dalam mesjid.
Kalau ada minta penjelasan Pak Kiay.
PAK KIAY : Maksudnay masuk sembahyang ?
DG. NABA : Yah.
PAK KIAY : Begini saudara Baharuddin Helu. Tentang
pertanyaan saudara og Islam masuk ke Gereja ikut
sembahyang dan orang keristen masuk ke Mesjid
ikut sembahyang. Bagaimana hukumnya minta
penjelasan. Jawabnya : Hukum yang semacam ini
di dalam istilah apa yang orang katakan sekarang
kerukunan agama, yah ini tidak boleh berlaku
tentang masalah aqidah. Orang Islam masuk gereja
untuk sembahyang sebagaimana juga orang
keristen masuk ke Mesjid untuk sembahyang, itu
dilarang dalam agama Islam
DG. NABA : Dalilnya apa Pak Kiay ?
PAK KIAY : Kalau dalilnya yang diminta ialah Firman Allah
sendiri dalam surat Al Kafirun yang bunyinya :
Kulya Ayyuhal Kafirun, La a‟budun Mata‟budun
Wala Antum Abiduna Ma‟a bud, Wala Ana
Abdiun ma‟a badum Wala Antum Abiduna Ma‟a
bud. Lakum Dinukum Waliyadin.
DG. NABA : Artinya Pak Kiay ?
22
PAK KIAY : Artinya, “Katakanlah Muhammad, hai orang-orang
yang beragama di luar Islam, saya tidak boleh
menyembah apa yang kamu sembah dan tidak pula
kamu menyembah apa yang saya sembah. Dan
tidak boleh saya membujuk atau memaksa
menyembah apa yang kamu sembah, dan tidak
boleh pula kamu membujuk atau memaksa saya
menyembah apa yang kamu sembah. Kamu bebas
menjalankan ibadah sesuai dengan agama kamu,
dan akupun bebas menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinan agama saya. Ini ayat tegas Dg.
Naba. Dj di dalam masalah penyembahan Dg.
Naba, itu tidak dibenarkan kita ikut-ikutan. Ayat
ini turun juga Dg. Naba berhubungan dengan soal
kerukunan beragama, antara nabi dengan orang-
orang Mekah waktu itu. Dikatakan oleh pihak
orang Mekkah Ya Muhammad mari kita berdamai
mengadakan toleransi satu sama lain. Dijawab oleh
Nabi, baik. Tetapi bagaimana konsepsimu untuk ita
berdamai dan bertoleransi itu. Mereka menjawab
begini. Satu hari kami menyembah Tuhan yang
kamu sembah, kau jadi imam, kami jadi
makmumnya, dan satu hari kamu menyembah
Tuhan yang kami sembah, kami yang jadi imam,
kamu jadi makmum. Sampai turn ayat ini yang
mengatakan tidak boleh.
DG. NABA : Itulah akhir ayat lakum dinakum waliyadin,
Agama kamu buat kamu, agama saya buat saya.
PAK KIAY : Betul tidak boleh soal penyembahan
DG. NABA : Jadi kalau begitu, toleransi juga tidak ada Pak Kiay
23
PAK KIAY : Dalam soal aqidah tidak boleh Dg. Naba.
DG. NABA : Oh dalam aqidah toleransi tidak ada
PAK KIAY : Tidak ada
DG. NABA : Dalam soal apaji ada ?
PAK KIAY : Dalam kehidupan social
DG. NABA : Dlmkehi sosial ada
PAK KIAY : Dalam kehidupan sosial ada, oleh sebab itu
Menteri Agama juga memberikan istilah toleransi
hidup ummat beragama.
DG. NABA : Oh itu betul, toleransi hidup beragama
PAK KIAY : Jadi bukan agamanya disuruh bertoleransi
DG. NABA : Umatnya
PAK KIAY : Umatnya boleh bertoleransi, malah dianjurkan.
Dibuktikan sendiri oleh Nabi, sering meminjam
kepada yahudi. Itu membuktikan toleransi dalam
persoalan ummat yang beragama.
DG. NABA : Kalau begitu Pak Kiay apa salah Dg. Naba kalau
Dg. Naba ambil kesimpulan begini : Toleransi itu
bukan artinya ikut mengikuti, tapi toleransi itu
berarti hormat menghormati.
PAK KIAY : Cocok, betul.
DG. NABA : Sekian Sdr. Sabaruddin Helu, jawaban Pak Kiay
terhadap pertanyaan anda. Ini lagi Pak Kiay : Saya
seorang cucu yang menganut agama Islam ingin
mendoakan nenek atau almarhum yang pada waktu
24
hidupnya menganut agama di luar Islam (Agama
Katholik). Pertanyaan : bagaimana menurut
pendapat Pak Kiay tentang cara mendoakan apakah
bisa secara Islam atau cara lain menurut Pak Kiay.
Tolong dijelaskan menurut pendapat Pak Kiay ini
dari Margareta di Malino. Inilah saudara Margareta
jawaban Pak Kiay terhadap pertanyaan anda.
Bagaimana Pak Kiay.
PAK KIAY : Mendoakan orang yang sudah mati, dalam
keyakinan yang berlainan itu memang tidak dapat
diterima oleh ajaran agama Islam. Kecuali orang
Islam yang meninggal dunia didoakan oleh orang
Islam, itu sudah benar. Tetapi orang yang diluar
agama Islam yang sudah mati meninggal dunia,
kemudian didoakan oleh orang Islam itu tidak
dapat dibenarkan. Demikianlah tegasnya supaya
saudara Margareta dapat memahaminya.
DG. NABA : Inilah Pak Kiay dari Hadi Dg. Jayadi, Akademi
Tekhnologi Industeri Ujung Pandang.
Pertanyaannya Pak Kiay begini : Menurut sebagian
besar ulama-ulama turunnya Al Qur'an adalah
bulan Ramadhan. Bagaimana dapat demikian
sedangkan sepengetahuan saya tahun Islam itu
dimulai setelah Rasulullah Hijrah. Mohon
penjelasan. Yang kedua. Apakah ketika Rasulullah
menerima perintah shalat lima waktu itu bersama-
sama pula dengan gerakan-gerakan yang seperti
kita ketahui bersama ? Lalu seandainya demikian,
bagaimana pula sembahyang Rasulullah
sebelumnya. Ketiga. Apakah dengan meminta doa
panjang umur, maka umurnya akan ditambah oleh
Allah SWT. Karena seandainya demikian, ada
25
kemungkinan seseorang dapat hidup beribu-ribu
tahun, karena selalu ditambah umurnya. Sekian
Pak Kiay.
PAK KIAY : Begini Saudara Jayadi : Ada barangkali saudara
Hadi Dg. Jayadi keliru, tentang memahami antara
bulan dengan tahun. Sebenarnya mengenai tahun
Islam, ialah dimulai dari Hijrah Rasulullah. Tetapi
nama bulan bukan dimulai dari hijrah. Nama bulan
sudah ada jauh sebelum hijrah. Jadi tahun Islam
dimulia sesudah hijrah, nama bulan jauh sebelum
Nabi Muhammad itu sudah ada. Jadi sekarang
yang disebut turun Al Qur'an hanya bulan
Ramadhan, tidak disebut dengan tahun hijrah.
Mengenai pertanyaan yang kedua Rasulullah
menerima sembahyang, apakah sama dengan
gerakan-gerakan sekaligus. Kalau begitu
bagaimana sebelumnya. Begini, setelah Nabi
menerima perintah shalat di waktu Isra dan Mi‟raj,
maka turunlah Malaikat Jibril menjadi Imam
selama dua hari untuk menunjukkan cara-cara
sembahyang bersama gerakan-gerakannya. Dimana
dia datang pada awal-awal shalat, awal waktu
subuh, lohor, ashar, magrib, Isa, nanti dia datang
pada hari yang kedua pada akhir-akhir waktu dan
selalu dia kasih tahu Yah Muhammad ini
permulaan waktu, dan besok lagi dia katakan ini
akhir waktu. Jadi Innashsalat kana alal mu‟munina
kitaban maukuta Sembahyang itu sudah
ditentukan waktunya dan caranya langsung oleh
Malaikat Jibril. Adapun sebelum itu bagaimana
cara sembahyang Rasulullah, itu juga melakukan
shalat menurut cara Nabi Ibrahim. Rupanya cara
26
sembahyang Nabi Ibrahim juga memakai cara
sujud dan ruku. Tapi apa yang dibaca, tidak ada
keterangannya. Tapi dijelaskan dua rakaat saja.
Itulah sembahyang Nabi sebelum Isra‟ dan Mi‟raj.
Mengenai doa minta panjang umur, apakah doa ini
sebagaimana yang diketahui, Ya Allah
panjangkanlah umur kami. Medoa itu dibenarkan
oleh agama (mendoa panjang umur). Tapi apakah
umur kita dipanjangkan, sebenarnya juga kita tidak
tahu. Pada hakikatnya yang diminta panjang umur
disini ialah keberkatan dari umur itu sebenarnya.
Jadi walaupun pendek tapi karena berkata banyak,
maka dengan demikian umru Nabi Muhammad
yang pendek dengan umur Nabi Adam yang begitu
panjang tetapi keberkatan yang Allah berikan
kepada Ummat Muhammad hasilnya nanti jadi
sama.
DG. NABA : Tapi kalau menurut Dg. Naba itu kalau belum
datang ajalnya, itu memang boleh ditambah
umurnya Pak Kiay. Tetapi kalau sudah datang,
memang tidak bisa ditambah.
PAK KIAY : Jadi soalnya, meminta itu soal kita, memberi soal
Tuhan.
DG. NABA : Jadi berdaolah, kalau mau dikasih terserah, kalau
tidak mau dikasih terserah, itu hak kita dan hak
Tuhan. Ini lagi Pak Kiay dari Pomalaa M.A.
Kassab. Karyawan PT. Nikel. Dengan hormat kami
dari PT. Nile Pemalaa menanyakan sebagai berikut
: Apakah zakat dalam. Apakah zakat fitri yang
langsung dipotong dari gaji pegawai bawahan
dalam suatu instanis pemerintah sah atau tidak,
27
karena potong gaji tersebut tanpa setahu dengan
pegawai yang bersangkutan. Dan apa hukumnya
bila tidak sah. Mohon penjelasan dari Pak Kiay
dan Dg. Naba
PAK KIAY : Pertanyaan yang semacam ini banyak Dg. Naba.
DG. NABA : Ya dari A.H. Ruddin, apabila zakat fitrah
seseorang itu dipotong langsung dari majikannya
sedang dia berniat akan memberikan fitri nya
kepada fakir dan miskin, apakah hal tersebut telah
sah fitrinya atau belum. Ini dari A.H. Ruddin Jalan
Abubakar Lambogo.
PAK KIAY : Pertanayan ini banyak Dg. Naba. Baik jawabnya
begini : Pemotongan gaji oleh jawatan, karena gaji
itu adalah hak daripada pegawai yang
bersangkutan, itu pening diberikan kepada yang
bersangkutan. Dan zakat itu juga kewajibannya
penting bagi jawatan itu memberi tahu bahwa
zakatnya sudah diberikan kepada yang berhak. Jadi
pegawai pemotong, termasuk sebagai amil di
dalam jawatannya sendiri.
DG. NABA : Jadi tegasnya, itu sah. Apalagi kalau diketahui
orang itu tidak mau mengeluarkan zakatnya.
PAK KIAY : Tetapi perlu dicatat sedikit bagi jawatan. Karena
ada ketentuan-ketentuan dalam pemberian zakat
ini, bahwa yang penting di dalam menyerahkan
zakat adalah tetangga dari pada orang berzakat,
kaum kerabat yang miskin. Karena Nabi katakan
“LIRAJULIN LAHU JAARUN MISKIENUN,
FATASHADDAQA „ALAL MISKIEN. Orang
28
yang punya tetangga miskin, maka hendaklah
berzakat kepada tetangganya yang miskin itu.
DG. NABA : Jadi tetangga perlu didahulukan.
PAK KIAY : Ya, yang miskin.
DG. NABA : Jadi tetangganya perlu didahulukan
PAK KIAY : Ya, yang miskin, atau yang pemotong ini.
Kemudian kaum kerabatnya yang miskin yang
diluar dari jaminannya. Kalau orang itu di bawah
jaminannya, tidak boleh ia beri zakat, begitu Dg.
Naba. Jadi jawatan yang memotong, kalau ada
diantara pegawai itu mengatakan Pak Kiay kan
saya sudah dipotong, barang kali saya dapat juga
menjadi panitia amil dari Bapak, tetangga saya,
saya sebagai perantara dari Bapak. Itu hendaknya
amil jangan enggan, berarti dia bantu juga dalam
tugas2 nya.
DG. NABA : Tapi apa yang saya ragu-ragu, jangan2 tidak
disampaikan.
PAK KIAY : Kalau kita ragu, jangan diberikan
DG. NABA : Kalau begitu selesai Pak Kiay
DG. NABA : Kalau begitu selesai Pak Kiay. Ini lagi Pak Kiay
dari A. Badilah. Apakah ternak kuda wajib
dikeluarkan zakatnya dan dapatkah juga dijadikan
hewan Al Qur'an. Mohon penjelasan, untuk itu
kami ucapkan terima kasih dari Badillah
Sungguminasa.
29
PAK KIAY : Begini Sdr. Badillah. Mengenai zakat kuda,
memang ada dua pendapat, dalam Hadist Sahih.
Ada yang mengatakan wajib zakat kuda, ada yang
mengatakan tidak wajib. Tapi yang terkuat
hadistnya ialah yang mengatakan tidak wajib zakat
kuda. Karena biasanya nabi kalau sudah
mengatakan binatang ternak itu wajib zakat,
disebut nisabnya, seperti misab kambing 40, wajib
tetapi tidak ada dalil yang menyebutkan berapa
misabnya.
DG. NABA : Kalau kerbau Pak Kiay
PAK KIAY : Kerbau dimasukkan dalam kategori sapi Dg. Naba
DG. NABA : Tapi kerbau bukan sapi
PAK KIAY : Bukan sapi, tapi ia dikategorikan dalam sapi
sehingga disebut dalam zakat dengan sapi
DG. NABA : Sekarang kuda ?
PAK KIAY : Kuda tidak disebutkan misabnya, sebab itu dalil
yang terkuat, kuda tidak wajib zakat
DG. NABA : Tidak wajib zakat, tapi boleh dimakan kalau mau
Pak Kiay
PAK KIAY : Boleh dimakan mengenai korban, kuda juga yang
tidak ditentukan dalam Hadist, jadi tidak usah
korban kuda
DG. NABA : ini ada lagi Pak Kiay, ini dari Sdr. S. Jussf S Irian
jaya. Bagaimana cara mengindarinya padahal
masyarakat Jaya Wijaya masih banyak yang
memakai jakal atau rok dari rumput sedangkan
30
laki-lakinya pakai koteka. Mohon penjelasan.
Bagaimana pengalaman Pak Kiay tentang lebaran
ini.
PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Kalau kita memperhatikan
seluruh situasi baik di bidang ibadahnya, baik,
situasi di bidang mental spirituil, di bidang
ekonomi, di bidang stabilisasi politik, tahun ini kita
melihat masa-masa yang cerah.
DG. NABA : Rupanya pendapat Pak Kiay sama dengan
pendapat Dg. Naba. Hanya ada sedikit catatan
disana – sini Pak Kiay seperti di Karebosi ada
orang laki-laki yang sembahyang di belakang
wanita.
PAK KIAY : Segi shalatnya ini. Itu sudah lumrah setiap tahun
Dg. Naba. Pertama-tama ada sebab-sebabnya tentu
Dg. Naba. Sebab yang pertama karena terlalu cepat
sembahyang dimulai dan mereka agak terlambat
datang. Kalau dia mau kejar ke muka, mungkin
tidak dapat lagi kejar saf itu. Sebab yang kedua
mungkin juga merasa pikir begini : cape-cape ke
muka kita mau cepat plang. Jadi dari pada jauh ke
muka, mereka ambil bag di jalan Jenderal
Sudirman.
DG. NABA : Tapi ada lagi sebab ketiga. Sebab ketiga, karena
ingat Kanre Jawa.
PAK KIAY : Supaya dengar Assalamu Alaikum cepat-cepat
pulang
DG. NABA : Cepat pulang. Ini menjadi catatan Pak Kiay masih
banyak kita melihat dari ummat Islam yang tidak
31
mau mendengarkan khotbah. Sebaiknya Pak Kiay,
bagaimana nasehat Pak Kiay tentang hal ini.
PAK KIAY : Sebenarnya begini Dg. Naba, saya ini sudah
menyampaikan nasehat, baik di mesjid-mesjid
melalui corong-corong mesjid, dan RRI pun tidak
lupa saya berikan yaitu Ummi Athiyah sendiri
pernah bertanya berkata, kami wanita-wanita haid
diperintahkan oleh Rasulullah untuk hadir di tanah
lapang tempat sembahyang hari raya. Kedatangan
kami ke tanah lapang katanya beliau itu ada dua
hikmah. Hikmah yang pertama menyiarkan Hari
Raya. Yang kedua mendengarkan khotbah.
DG. NABA : Yang kedua mendengar khotbah, itulah sampai
Nabi memerintahkan orang- orang haid ke
lapangan. Apalagi yang tidak haid.
PAK KIAY : Andaikata cukup mendengar Dg. Naba, tentu
cukup di rumah saja karena ada radio, direlay
sekarang, kalau sekedar mendengar, jelas tidak
akan ramai kalau dia tidak pergi. Tetapi sebaliknya
juga kalau hanya pergi turut ramai tidak akan
mendengar, juga tidak mendapatkan faedah dan
manfaat pahala daripada kepergiannya.
DG. NABA : Apalagi yang berkhotbah ini Pak Kiay adalah
Kanwil Departemen Agama Provinsi Sulawesi
Selatan. Bapak H. Ali Mabhan Dg. Tojeng.
PAK KIAY : Suara yang cukup gamblang, tanpa mik pun bisa
didengar. Betul Dg. Naba, jadi itulah kebiasaan-
kebiasaan masyarakat dengan tiga motivasi
kemungkinan tadi yaitu karena kemungkinan
terlambat, kemungkinan juga mau cepat pulang,
32
kemungkinan juga karena malas jauh masuk ke
lapangan, ini semua harus dihindarkan dalam
mencair pahala. Karena kalau kita mencari pahala
Dg. Naba sebagai nasehat Lukman dahulu kepada
anaknya Intaku mitskala Habbatin Min Hardalin”
Sekalipun kecil kalau yang dinamakan kebaikan
usahakan untuk diamalkan.
DG. NABA : Sekalipun kecil, apalagi khotbah ini, ini masalah
besar sebab tidak ada hari raya, tanap khotbah.
Betul Pak Kiay.
PAK KIAY : Betul begitu
DG. NABA : Ini Dg. Naba teka-teki saja ini.
PAK KIAY : Memang begitu karena ini suatu kebiasaan yang
setiap tahun selalu kita lakukan. Berdasarkan
pengalaman itu sudah dapat dijelaskan bahwa
begitu mustinya
DG. NABA : Ya kalau ada khotbah, musti ada pendengar. Kalau
ada khotbah lalu tidak ada yang mendengar,
bahaya itu orang bisa salah-salah bilang apa ini.
PAK KIAY : Ya, saudara-saudara di tanah lapang, padahal tidak
ada di tanah lapang.
DG. NABA : Ya mudah-mudahan tahun mendatang Pak Kiay
kesadaran ummat Islam bertambah, sehingga tidak
seorangpun yang berdiri, yang pulang di waktu
khotbah dibaca
PAK KIAY : Betul Dg. Naba
DG. NABA : Insya Allah
33
PAK KIAY : Berikut Dg. Naba kalau Dg. Naba tanya kesan-
kesan selama bulan puasa, ini suatu yang cukup
menggembirakan kita juga bahwa mesjid – mesjid
tidak terlalu menonjol pengurangannya dari tahun-
tn yang lalu, mengenai soal jemaah.
DG. NABA : Jadi yang dimaksud Pak Kiay kalau bulan
Ramadhan yang sudah berjalan separuhnya
biasanya isi mesjid sudah turun-turun.
Alhamdulillah bulan Ramadhan ini sudah
berkurang. Betul Pak Kiay apalagi jemaah Shubuh
itu masalah, cukup menggembirakan.
PAK KIAY : Lalu Dg. Naba misalnya yang dikatakan
ketenangan beribadah kita juga sudah dapat
melihat bahwa dulu sering cekcok, kejadian lampu
mati, dan sebagainya, terjadi perkelahian dan
sebagainya, tahun ini kita merasakan ketenangan.
DG. NABA : Alhamdulillah, kalau begitu salut dan terima kasih
kepada PLN, lalu Pak Kiay ap lagi ?
PAK KIAY : Selain dari pada itu juga, Badan-Badan
pengamanan baik Hansipnya, Komtabesnya dan
segala yang bertugas kita merasakan juga
keamanan-keamanan yang tercapai di dalam
Kotamadya Ujung Pandang khususnya selama
bulan puasa.
DG. NABA : Kalau begitu kita berterima kasih lagi kepada alat-
alat Negara kita.
PAK KIAY : Betul
DG. NABA : Lalu Pak Kiay bagaimana lagi
34
PAK KIAY : Selanjutnya yang penting, sekarang bahwa apa
yang sudah dicapai selama bulan puasa, sekarang
ialah menjaga hasil
DG. NABA : Menjaga hasil, artinya hasil puasa ialah Taqwa.
Tentu begitu Pak Kiay
PAK KIAY : Betul
DG. NABA : Ya itu taqwa dijaga baik-bak. Lalu ?
PAK KIAY : Ya, sebab bagaimanapun kalau tidak dijaga suatu
tanaman yang sudah ditanam bersusah payang,
menebang hutan, membakarnya, kemudian
membajaknya, kemudian ditanam, yang
dimaksudkan hasil dari tanaman ini harus dijaga.
Supaya kita memperoleh dan memetik hasil klak
yang lebih baik. Kalau sudah ditanam lantas
dibiarkan kerbau masuk, hancur tanaman kembali.
Jadi disini yang penting Dg. Naba, pemeliharaan
hasil yang kita capi selama bulan puasa.
Diantaranya sembahyang jemaahnya pupuk terus,
seperti biasa.
DG. NABA : Ya memang Pak Kiay ini yang umumnya kalau
bulan Ramadhan ramai jemaahnya. Kalau
sembahyangnya sembahyang jamaah. Habis
Ramadan habis ton jamaahnya.
PAK KIAY : Bukan saja sembahyang jemaahnya yang abis,
malah sembahyang subuh, dzohor, magrib, isa pun
hilang juga. Ini jangan sampai terjadi begitu. Itu
yang kita maksudkan pelihara ini. Yang kedua Dg.
Naba, jaga pula terutama di saat-sat lebaran ini,
35
jangan sampai berbuat, melakukan sesuatu yang
dapat merusak semua ibadah puaanya.
DG. NABA : Antara lain, minum. Minum wisky, minum bier,
apalagi kalau mau dikatakan modern.
PAK KIAY : Sebab memang ada itu propagadanya, terbanglah
ke dunia modern dengan minuman Bier Cap
Bintang. Kalau kita tidak pandai minum Bier, tidak
modern
DG. NABA : Ya padahal kalau kau minum Bier, artinya
hapuslah ibadahmu. Satu bulan kau payah-payah,
hilang itu percuma karena kau mengerjakna
maksiat.
PAK KIAY : Ya, sebab Dg. Naba peringatan Tuhan dalam Al
Qur'an itu ada. Innal Hasanati, Judzhibenassaiati.
Surat Hut ayat 114. Yang artinya Dg. Naba
sesungguhnya kebaikan2 yang telah ada, dapat
dihapuskan oleh kejahatan yang datang di
belakang.
DG. NABA : A, a, kebaikan kita dapat dihapuskan oleh
kejahatan yang datang, jadi amal2 puasa yang
dilakukan itu bisa hapus karena minum bir.\
PAK KIAY : Betul
DG. NABA : Kalau begitu lebih baik tidak minum Bier
PAK KIAY : Itu lebih baik Dg. Naba. Apalagi Dg. Naba, secara
ilmu falsafah ini, segelas air yang jernih, kemudian
masuk satu sendok air yang kotor, maka segelas air
jernih ini ditemui sebagai air jernih yang sudah
koor. Dg. Naba.
36
DG. NABA : Ah, jadi koro itu air
PAK KIAY : Ya karena satu sendok air kotor
DG. NABA : Ya, jadi satu sendok kotor, bisa mengotori air satu
gelas
PAK KIAY : Ah, karena itulah Dg. Naba, jadi bulan puasa, satu
bulan sembahyang tarawih, satu bulan sembahyang
berjamaah, membayar zakat fitrah ditambah
dengan sedekah, ditambah lagi diundang orang
berbuka puasa, ia minum satu mangkuk Bier,
hancurlah semua yang lalu. Satu gelas yang bersih,
dihapus oleh satu sendok yang kotor. Ini yang
perlu barangkali diminta perhatian.
DG. NABA : Itu barangkali yang dimaksud itu pepatah Pak Kiay
susu sebelanga, rusak oleh ari nila setitik.
PAK KIAY : Betul, itulah dia pepatah yang tepat Dg. Naba.
Oleh karena itu Dg. Naba, soal minum bukan saja
yang minum yang rusak, yang menyodorkanpun
kena
DG. NABA : Yang menyodorkan kena, yang membawa kena
PAK KIAY : Yang angkat, kena yang menyodorkan kena yang
menyerahkanya juga hapus ibadah puasanya
DG. NABA : Artnay suami kena, isteri kena, anak2 kena, ton,
yang minum lebih2 lagi. Nah sekarang bagaimana
Pak Kiay kalau ada orang yang antar ke rumah
kita.
PAK KIAY : Yang macam itu, kasih tahu dia, jangan antarkan
ini. Ganti dengan yang lain kalau mau beri saya.
37
DG. NABA : Jadi ganti yang lain kalau mau memberi saya,
umpamanya dengan limun coca-cola markisa.
PAK KIAY : Ya limun, coca-cola, markisa, itulah yang paling
tepat.
DG. NABA : Ah ya, jadi tidak boleh kita ambil lalu kita jual Pak
Kiay karena dikena lagi, karena minumnya,
menjual sama.
PAK KIAY : Ya, yang meminum dan yang menjual sama
DG. NABA : Ya, kalau begitu lebih baik tidak minum dan tidak
menjualnya, jadi apalagi Pak Kiay
PAK KIAY : Sekarang Dg. Naba karena kita sudah berada di
dalam masa Idul Fitri, masa lebaran, kita akan
memasuki yang dinamakan bulan Syawal ini,
tentu kita kehenda apa yang kita peroleh selama
bulan Ramadhan, kita pelihara, yang kedua Dg.
Naba, nasehat2 yang didapat oleh para jamah kit di
mesjid2, sedikit diamalkan besar artinya.
DG. NABA : Sedikit diamalkan, besarnya artinya.
PAK KIAY : Ya, sedikit diamalkan besar artinya, apalagi kalau
banyak2 diamalkan, akan lebih besar artinya.
Terutama aa, selama dialog bulan Ramadhan kita
yang memang banyak mengikuti sehingga surat ini
begitu banyak masuk, difokuskan dialog kita pada
bulan ini kepada tiga pokok sasaran. Puasa
kaitannya dengan pembinaan hidup sederhana,
hendaknya benar2 kita dapat menunjukkan
kesederhanaan itu di dl hidup kita.
DG. NABA : Betul, apalagi kalau Bapak-Bapak.
38
PAK KIAY : Ya, agar sukses pembangunan kita. Sederhana
dalam makanan, sdn dalam berpakaian.
DG. NABA : Sederhana dalam minuman
PAK KIAY : Sederhana di dalam hidup sehari-hari, terutama
sederhana dalam berpesta perkawinan.
DG. NABA : Itu yang sulit Pak Kiay karena sangkut pautnya
erat dalam masalah-masalah prestase pribadi,
gengsi diri. Ada lagi masalah-masalah lain, karena
malu. Kita mau orang (famili) yang tidak mau, ini
yang paling sulit Pak Kiay.
PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Semua prestase harus
dikorbankan kalau memang kita cinta bangsa kita
dan cinta agama kita. Karena kecintaan kita kepada
Tuhan. Tuhan sudah memerintahkan hidup
sederhana. Kalau kita cinta kepada pemerintah kita
dan bangsa kita, pemerintah kita menganjurkan
hidup sederhana, maka semua hendaklah, gengsi,
prestise disisinya, harus dapat dikesampingkan,
begitu Dg. Naba.
DG. NABA : Ya, seharusnya begitu Pak Kiay
PAK KIAY : Ya, tapi orang kerjakan yang tidak seharusnya, ini
yang repot Dg. Naba. Yang kedua Dg. Naba, ialah
fokus yang kaitannya dengan ketahanan nasional,
bahwa di dalam beribadah puasa, kita sudah
berlatih sabar, berani berkorban. Maka
pengorbanan yang utama ialah harta, jiwa, untuk
mempertahankan bangsa dan agama kita. Karena
itu Dg. Naba ini juga harus diperkuat terus
39
kemantapan iman akan memberiakn dorongan,
keberanian. Keberanian berkorban harta dan jiwa.
DG. NABA : Dan dengan kata lain apabila agamanya sudah
kaut, iman sudah tertanam, ketahanan nasional
terjamin. Yang ketiga apa Pak Kiay ?
PAK KIAY : Kaitannya dengan ibadah puasa, ialah pembinaan
remaja.
DG. NABA : Pembinaan remaja sudah Pak Kiay kemukakan.
Ceritanya Lukman, masalah2 kejiwaan, masalah
keluarga dan lain-lain sebagainya.
PAK KIAY : Betul Dg. Naba
DG. NABA : Itu diharapkan supaya dapat diamalkan, untuk
suksesnya pembangunan
PAK KIAY : Betul2 Dg. Naba. Sebab kita ini yang tua2 sudah
akan meninggalkan dunia ini.
DG. NABA : Jangan dulu Pak Kiay
PAK KIAY : Pasti kita akan tinggalkan
DG. NABA : Tapi Pak Kiay jangan dulu
PAK KIAY : Bahwa agama dan bangsa kita, merekalah yang
akan menjadi pewaris, pelanjut, perjuangan kita.
Bagaimanakah sekiranya pelanjut dari perjuangan
ini adalah pelanjut pejuang yang mabuk narkotika,
mabuk morvin yang tidak kenal perjuangan lagi
nenek-neneknya, Bapak-bapaknya tentu akan
suramlah cahaya angsa dan agama kita.
40
DG. NABA : Ah, disinilah letaknya peranan agama Pak Kiay
dalam kehidupan bernegara sekarang, karena
ternyata Pak Kiay orang diajar saja beragama sejak
kecil, diajar mengaji kura, Alhamdulilah itu
terpelihara akhlaknya.
PAK KIAY : Itulah fokus kita membicarakan puasa kaitannya
dengan pembinaan generasi muda. Oleh sebab itu
kita berikan secara mendetail selama bulan puasa
Dg. Naba persoalan-persoalan yang mempunyai
kaitan dengan pembinaan generasi muda. Mudah-
mudahan kecil, sedikit diamalkan sudah besar
efeknya bagi kehidupan bangsa kita.
DG. NABA : Betul-betul Pak Kiay. Adat, tata cara terhadap
orang tua, tata cara terhadap berkawan, tata cara
terhadap bertetangga, semua sudah diterangkan
Pak Kiay. Nah sekarang Pak Kiay tentang kita ini,
terhadap para pencinta, para pendengar, kita belum
siaran Pak Kiay. Artinya belum mengucapkan
maaf, belum minta maaf. Satu bulan ini Pak Kiay
kita bergaul terus. Mungkin ada kehilapan, ada
kesalahan.
PAK KIAY : Itu jelas Dg. Naba. Sebagai manusia biasa kita
tidak luput dari pada salah, terlanjur, teralang,
terluka, itu adalah sifat daripada manusia.
DG. NABA : Dg. Naba usulkan, kita minta maaf kepada seluruh
hadirin, kepada seluruh pendengar kita dimana
pun berada.
PAK KIAY : Betul, sebab maaf itu banyak sangkut pautnya
dengan kesempurnaan ibadah puasa kita Dg. Naba.
41
DG. NABA : Oleh karena itu Pak Kiay kita akhiri dialog kita
hari ini, Insya Allah kita ketemu disiaran pedesaan,
kalau tidak mau ikuti siaran pedesaan, insya alah
kita bertemu lagi pada bulan Ramadhan yang akan
datang. Nah sekarang g kita ucapkan Pak Kiay
kepada seluruh pendengar kita Minal Aizin Wal
Faizin. Kullu Amin a Antum bikhair. Maaf lahir
bathin, selamat dunia akhirat. Sekian Pak Kiay
Assalamu Alaikum w.w.
PAK KIAY : Walaikummussalam w.w.