diajukan kepada fakultas ushuluddin dan filsafat untuk...

91
KONSEP RUH DALAM PERSPEKTIF HADIS (Pemahaman Hadis Tentang Ruh dalam kitab Ar- Ruh Karya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ushuluddin Oleh M. IQBAL ALAM ISLAMI NIM: 103034027886 JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M 1431 H / 2010 M

Upload: nguyentuyen

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

KONSEP RUH DALAM PERSPEKTIF HADIS

(Pemahaman Hadis Tentang Ruh dalam kitab Ar- Ruh Karya Ibnul Qoyyim

Al-Jauziyah)

SKRIPSI

D i a j u k a n K e p a d a F a k u l t a s Ushu ludd in dan F i l s a f a t Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai

G e l a r S a r j a n a U s h u l u d d i n

Oleh

M. IQBAL ALAM ISLAMI

NIM: 103034027886

JJUURRUUSSAANN TTAAFFSSIIRR HHAADDIISS

FFAAKKUULLTTAASS UUSSHHUULLUUDDDDIINN DDAANN FFIILLSSAAFFAATT

UUNNIIVVEERRSSIITTAASS IISSLLAAMM NNEEGGEERRII SSYYAARRIIFF HHIIDDAAYYAATTUULLLLAAHH

JJAAKKAARRTTAA

1431 H / 2010 M 1431 H / 2010 M

Page 2: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi ini dengan judul : KONSEP RUH DALAM PERSPEKTIF HADIS

(PEMAHAMAN HADIS TENTANG RUH DALAM KITAB AR-RUH KARYA

IBNUL QAYYIM AL-JAUZIYAH) telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tanggal 16 Juni 2010. skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin pada program studi Tafsir Hadis.

Jakarta, 16 Juni 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Masri Mansoer, MA Rifqi Muhammad Fathi, MA NIP : 19621006 199003 1 002 NIP : 19770120 200312 1 003

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dr. M. Isa HA Salam, MA Dr. Atiyatul Ulya, MA NIP : 19531231 198603 1 010 NIP : 19700112 199603 2 001

Pembimbing

Maulana, MA 19650207 199903 1 001

Page 3: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن اهللا بسسم

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam, yang maha pengasih dan

maha penyayang, yang selalu mencurahkan rahmat dan sayang-Nya. sehingga

penulisan skripsi dengan judul : KONSEP RUH DALAM PERSPEKTIF

HADIS (Pemahaman Hadis Tentang Ruh dalam kitab Ar- Ruh Karya Ibnul

Qoyyim Al-Jauziyah), dapat diselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam tercurah bagi Nabi Muhammad SAW. Keluarga dan

para shahabatnya, berkat perjuangan beliau dan ketabahannya dalam

menyampaikan ajaran Islam, penulis dapat menikmati cahaya Islam.

Sesungguhnya perjuangan itu amat berat. Hal itu sangat penulis dirasakan

dalam upaya menyelesaikan skripsi ini. Pada awalnya pekerjaan ini terlihat

mudah, namun setelah penulis masuk pada persoalan yang dikemukakan dan

dibahas, baru terasa betapa rumitnya, namun demikian dengan tekan dan

semangat yang kuat penulis akhirnya dapat menyelesaikan walau dengan

rintangan dan pengorbanan yang cukup berat.

Penulis juga menyadari bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari karunia

Tuhan serta bantuan, dorongan dan sumbangsih yang tidak ternilai harganya dari

berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Zainun Kamal, M.A. Selaku Dekan fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para

Pembantu Dekan.

i

Page 4: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

2. Bapak Drs. Bustamin, MA. Selaku ketua Jurusan Tafsir Hadis Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Rifqi Muhammad Fathi, M.A. Selaku Sekretaris Jurusan Tafsir

Hadis fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Drs. Maulana, MA selaku Pembimbing Penulis. Terimakasih atas

bimbingannya yang telah mengarahkan dan memberikan semangat yang

diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan dengan baik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah

pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Thoyyibin Anshari dan Ibunda Hj.

Siti Salamah atas cinta dan kasih sayang serta pengorbanannya yang telah

berusaha memberikan nasihat, doa dan restunya terhadap karir akademis

penulis, serta telah memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Adik-adikku yang tersayang, Laila dan Lulu yang selalu mensuport dan

memberikan inspirasi kepada penulis.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Tafsir Hadis angkatan 2003. Maghfur, Saeful

Amin, M Fatih, Titin, Elisa dan kawan-kawan.

9. Teman-teman semua yang secara langsung, maupun tidak langsung ikut

andil dalam memacu, memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan

skripsi ini.

ii

Page 5: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

iii

10. Terima kasih banyak kepada sahabat-sahabatku : Sahirin Cablak, Zaid,

Carman, Hans Abdullah, Agung, Budi, Rizki, Jabenk, Ulil, Romzy,

Syauqi, Fajar, Iswahyudi, Wiwid, Rina, Ucha, Ami, Isma, Devi , Ervi,

juju, terima kasih atas memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan

skripsi ini.

11. Mudah-mudahan jasa dan amal baik tersebut mendapatkan balasan yang

setimpal dari Allah SWT, sebagai amal saleh dan senantiasa berada dalam

ampunan Nya

Akhirnya, semoga skripsi yang sederhana ini dapat memenuhi harapan

dalam ikut serta membantu kearah kemajuan pendidikan, khususnya dalam

bidang studi hadis. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi orang banyak

dan membawa keberkahan di dunia dan akhirat. Semoga Allah SWT

memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan mencurahkan taufik serta

hidayah-Nya kepada kita sekalian Amin.

Jakarta, 25 Mei 2010

Penulis

Page 6: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

DAFTAR ISI

TRASNLITRASI ..................................................................................................... …….........i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. .......…....iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................ …..........vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... ................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... ................7

C.Kajian Pustaka. ...................................................................................... ................9

D. Tujuan dan manfaat Penelitian............................................................ ................9

E. Metodologi Penelitian. ........................................................................................10

F. Sistematika Penulisan ........................................................................... ..............11

BAB II BIOGRAFI IBNU QOYIM AL - JAUZIYAH

A. Riwayat hidup Ibnu Qoyim al- Jauziyah ........................................... ..............12

1.Seketsa kehidupan dan wafanya.................................................... ..............12

2.Para guru - guru dan murid - muridnya ........................................ ..............13

3.Karya-karyanya ...........................................................................................16

B. Seputar kitab Ar - Ruh....................................................................... ..............27

1. Latar belakang.............................................................................................27

2. Sistimatika penulisan dan dan penyusunan kitab ar – Ruh.........................29

3. Pandangan para tokoh tentang Ibnu Qayyim al – Jauziyah........................30

BAB III HADIS-HADIS TENTANG RUH

1. Hadis Pertama..............................................................................................33

2. Hadis Kedua.................................................................................................34

3. Hadis Ketiga.................................................................................................35

4. Hadis keempat..............................................................................................36

5. Hadis ke lima...............................................................................................38

vii

Page 7: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

viii

6. Hadis ke enam..............................................................................................39

7. Hadis ke tujuh..............................................................................................40

8. Hadis ke delapan..........................................................................................41

9. Hadis ke sembilan........................................................................................42

10. Hadis ke sepuluh.........................................................................................43

11. Hadis ke sebelas..........................................................................................45

12. Hadis dua belas..........................................................................................46

13. Hadis ke tiga belas......................................................................................47

14. Hadis ke empat belas...................................................................................48

15. Hadis ke lima belas.....................................................................................49

BAB IV ANALISA HADIS DAN PEMAHAMAN TENTANG KONSEP RUH

DALAM KITAB RUH KARYA IBNU QOYYIM AL-JAUZIYAH

A Hakekat jiwa dan ruh............................................................................................51

B. Awal Keberadaan Ruh...........................................................................................52

C. Ruh ketika berada di dunia....................................................................................58

D. Kehidupan ruh sesudah kematian.........................................................................66

a) Fitnah Kubur..................................................................................................70

b) Keadaan ruh setelah jasadnya dimasukkan ke liang kubur............................72

c) Ruh-ruh orang yang merasakan adzab kubur.................................................77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... ..............80

B. Saran ..................................................................................................... ………..82

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................84

Page 8: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

BAB I

KONSEP RUH DALAM PERSPEKTIF HADIS

Pemahaman Hadis Tentang Ruh

dalam kitab Ar- Rȗh Karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai manusia baik itu dilihat dari sisi kehidupannya

maupun dari sisi peranan eksistensinya sudah sangat aktual. Sebab selain manusia

itu sendiri selalu menjadi pokok pembicaraan, dapat juga dilihat bahwa peristiwa

besar apapun terjadi di dunia, masalah apapun yang harus dipecahkan di bumi kita

ini, pada intinya dan akhirnya selalu bertautan dengan manusia.1

Manusia adalah mahluk yang terdiri dari jiwa dan raga, apa yang dituntut

oleh jiwa dan apa yang dituntut oleh raga, semuanya harus dipenuhi agar manusia

bisa hidup selamat di dunia ini. Membangkitkan rasa yang terpendam dalam jiwa,

yang dapat mendorong manusia untuk mempertanyakan dari mana ia datang,

bagaimana unsur-unsur dirinya, apa arti hidupnya dan ke mana akhir hayatnya

Selain itu manusia perlu berinteraksi dengan dua hal yakni pertama,

interaksi dengan Tuhan sebagai bentuk perwujudan untuk kehidupan yang akan

datang (akhirat), kedua, interaksi dengan alam, sebagai manusia harus menjaga

dan memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya sehingga mampu

mengeksplorasikan kemampuan sebagai makhluk yang kâmîl tidak berat sebelah.

1 K.Bertens, Sekitar Manusia: Bunga Rampai Tentang Filsafat Manusia, (Jakarta:

Gramedia, 1977), h. 01

1

Page 9: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Manusia terdiri dari jasad dan ruh (jiwa). Dengan jasad manusia dapat

bergerak dan merasakan sesuatu dengan panca indranya. Dengan jiwanya,

manusia bisa merasakan cinta, benci, marah, gembira dan sedih yang

mempengaruhi kehidupannya. Dan perasaan-perasaan ini tidak bisa dingkari

dalam lubuk hatinya yang selalu menguasai rohaninya sehingga manusia selalu

senantisa untuk selalu bersyukur dengan segala karunia yang ada.

Al-Quran telah menjelaskan bahwa manusia telah diciptakan oleh Allah

daripada dua unsur penting yaitu unsur yang bersifat kebendaan dan unsur ruh

yang bersifat keruhanian. Konsep dua unsur yaitu jasadi dan ruhani ini dapat

dipahami dalam ayat al-Quran yang menceritakan tentang kejadian manusia

sebagaimana Firman Allah dalam surah Al-Sajdah yang bermaksud :

)7( طين من الإنسان خلق وبدأ خلقه شيء آل أحسن الذي فيه ونفخ سواه ثم )8( مهين ماء من سلالة من نسله جعل ثم ما قليال والأفئدة والأبصار السمع لكم وجعل هروح من

(9) تشكرون

“Tuhan yang membuat segala sesuatu yang diciptakan dengan sebaik-

baiknya dan yang memulakan penciptaan manusia daripada tanah. Kemudian

Dia menciptakan keturunannya daripada saripati air yang hina (air mani).

Kemudian Dia menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya

akan ruh ciptaan-Nya”.

Unsur jâsâdî dan ruhani yang ada pada manusia memainkan peranan

penting dalam menentukan kejayaan usaha melengkapkan dan memenuhi

keperluan yang perlu ditangani. Aspek jâsâdî dan ruhani yang ada pada manusia

2

Page 10: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

adalah bersifat sepadu yang tidak boleh dipisahkan antara satu sama lain. Aspek

jasmani tidak boleh dipisahkan dengan aspek ruhani. Keperluan kedua-dua aspek

ini juga adalah bersifat sepadu tanpa boleh dipisahkan. Manusia tidak boleh

mementingkan aspek rohani dengan mengabaikan aspek jâsâdî dan tidak boleh

mementingkan aspek jâsâdî dengan mengabaikan aspek ruhani. Pengabaian

terhadap salah satu dari dua unsur ini akan mengakibatkan manusia hidup dalam

keadaan yang tidak sempurna untuk melahirkan manusia yang hidup dalam

keadaan seimbang dan sempurna, kedua aspek ini adalah perlu ditangani secara

sepadu dan selaras. Jika tidak, maka manusia akan kelihatan timpang dalam

hidupnya.

Menurut al-Farabi ruh bersifat ruhani, bukan materi, terwujud setelah

adanya badan dan ruh tidak berpindah-pindah dari suatu badan ke badan yang

lain. Dengan adanya ruh dalam tubuh, manusia dapat bergerak dan berpikir

menentukan arah kemana ia harus melangkah.2

Melihat realitas dimasyarakat saat ini baik lewat media telivisi atau pun

koran, ada sebagian masyarakat atau paranormal yang mengklaim bisa

mendapatkan ruh-ruh orang yang sudah mati dengan cara yang diciptakan oleh

orang-orang yang melakukan dengan sulapan ini. Mereka bertanya kepadanya

tentang berita orang-orang mati berupa nikmat dan siksa serta selain yang

demikian itu yang mereka kira bahwa orang-orang mati mengetahui hal itu dalam

kehidupan mereka. Penulis telah merenungkan persoalan ini sekian lama, maka

jelas bahwa ia adalah ilmu yang batil, itu merupakan manipulasi setan yang

2 Hasyimsyah Nasution, Filsfat Islam,( (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999).h 39.

3

Page 11: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

ditujukan untuk merusak akidah, akhlak, menyamarkan kepada kaum muslimin,

dan menyampaikan kepada pengakuan mengetahui ilmu ghaib dalam perkara yang

banyak. Karena alasan inilah penulis menulis beberapa pokok permaslahan dalam

masalah itu untuk menjelaskan kebenaran dan memberi anjuran kepada umat serta

menyingkap kesamaran dari manusia.

Tidak diragukan lagi bahwa masalah ini sama seperti masalah-masalah

lainnya, harus mengembalikannya kepada Al-Qur’an dan sunnah rasul-Nya.

Apapun yang ditetapkan keduanya atau salah satunya tentu kita menetapkannya

dan yang dinafikan oleh keduanya atau salah satunya niscaya kita menafikannya,

sebagaimana firman Allah :

وأولي الرسول وأطيعوا اهللا أطيعوا آمنوا الذين أيها يا والرسول اهللا إلى فردوه شيء في تنازعتم فإن منكم األمر تأويال وأحسن خير ذلك اآلخر واليوم باهللا تؤمنون آنتم إن

Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya),

dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang

sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya),

jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian

itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisaa`:59)

Para ulama berbeda pendapat tentang maksud ruh dalam firman Allah :

من أوتيتم مآو ربي أمر من الروح قل الروح عن يسألونكو قليال إال العلم

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah:"Ruh itu

termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan

sedikit". (QS. al-Isra` :85)

4

Page 12: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Berdasarkan pendapat ini maka ayat tersebut merupakan dalil bahwa ruh

adalah salah satu perkara Allah yang manusia tidak mengetahui sedikitpun tentang

hal itu kecuali Allah memberitahukan kepada mereka, karena hal itu merupakan

perkara yang hanya Allah yang mengetahuinya dan Dia menutup hal itu dari

makhluk.

Dan dalam hadits shahih:

عنه انصرفوا إذا له المشيعين نعال قرع يسمع الميت نأ

'Sesunnguhnya mayit mendengar bunyi sendal orang-orang yang

mengantarnya apabila mereka berpaling darinya.'3

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata4: 'Para pendapat ulama' bersepakat

atas hal ini dan atsar-atsar dari mereka sudah mencapai derajat mȗtâwâtîr bahwa

mayat mendengar ziarah orang yang hidup kepadanya dan bergembira dengannya.

Kalau melihat hadis tersebut, menegaskan bahwa orang yang sudah meninggal

dapat mendengar sandal orang yang sedang berziah, kemudian apakah mereka

dapat berkomunikasi dengan yang lain, baik dengan orang yang masih hidup atau

yang sudah mati.

Dan Ibnul Qayyim mengutip bahwa Ibnu Abbas berkata dalam tafsir

firman Allah :

منامها في تمت لم والتي موتها حين األنفس يتوفى اهللا أجل إلى األخرى ويرسل الموت عليها قضى التي فيمسك مسمى

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa

(orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Ia tahanlah jiwa (orang) yang

telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu

yang ditentukan. (QS. az-Zumar:42)

3 Al-Bukhari 1374 dan Muslim 2870. 4 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh (Beirut : Daarul Fikr, 2005) hal 5.

5

Page 13: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Kemudian Ibnul Qayyim berkata: 'Pertemuan ruh orang-orang yang masih

hidup dan yang sudah mati ditunjukkan bahwa orang yang masih hidup melihat

orang yang sudah mati di dalam tidurnya, lalu ia bertanya kepadanya dan yang

mati mengabarkan kepadanya dengan sesuatu yang tidak diketahui oleh yang

masih hidup, maka beritanya sama seperti yang dikabarkannya.5

Inilah yang bersumber dari kaum salaf bahwa ruh orang-orang yang sudah

wafat tetap ada hingga yang dikehendaki oleh Allah dan mendengar, namun tidak

ada dasarnya bahwa ia bisa berhubungan dengan orang yang hidup di luar tidur.

Sebagaimana tidak ada dasarnya pengakuan para paranormal tentang

kemampuan mereka mendatangkan ruh-ruh orang mati yang mereka kehendaki,

berbicara dan bertanya kepadanya. Ini semua adalah pengakuan-pengakuan batil,

tidak ada dasar yang menguatkannya secara naql (riwayat, dalil) dan tidak pula

secara akal. Bahkan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Mengetahui dengan

ruh-ruh ini, mengatur padanya. Dia Yang Maha Kuasa mengembalikannya ke

jasadnya apabila Dia menghendaki hal itu. Hanya Dia saja yang mengatur di

dalam kerajaan-Nya dan makhluk-Nya, tidak ada yang bisa ikut campur. Adapun

yang mengaku selain itu, maka ia mengaku sesuatu yang dia tidak mengetahui dan

berbohong kepada manusia dalam menjual berita-berita ruh: bisa jadi untuk

mendapatkan harta, atau memamerkan kekuatannya yang tidak mampu dilakukan

orang lain, atau untuk merancukan manusia untuk merusak akidah dan agama.

Pemasalahan ini semakin menarik perhatian penulis, dikarenakan semakin

banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang terlintas dan banyak hal yang bisa

5 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal . 21.

6

Page 14: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

diketahui apa rahasia Allah tentang ruh sehingga manusia hanya diberi

pengetahuan yang sedikit tentang hal tersebut. Penulis berusaha menggali lagi

lebih dalam lagi tentang pengetahuan tentang ruh, menjelaskan proses perjalanan

ruh manusia semenjak diciptakan, menjalani proses kehidupan di dunia hingga

keberadaan ruh setelah kematian.

Untuk menjawabnya, maka harus dilakukan penelitian lebih intensif

sebagai upaya menjadikan kajian ini lebih menarik, terlebih dalam sudut pandang

hadis yang menjelaskan tentang rahasia Allah yang ghaib khususnya dalam kitab

ar-Rȗh Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Berangkat dari perenungan demikian, penulis

tertarik untuk mengangkat masalah ini sebagai bahan kajian akademis dengan

merefleksikannya dalam sebuah judul skripsi “KONSEP RUH DALAM

PERSPEKTIF HADIS : Pemahaman Hadis Tentang Ruh dalam kitab Ar-

Ruh Karya Ibnul Qayyim Al-Jauzi”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengkaji dan meneliti kitab ar-Ruh berarti tidak lepas dari pemahaman

hadis-hadis yang terdapat di dalam kitab tersebut. Hadis yang terkandung di

dalamnya dikelompokan pada 21 bab dan mempunyai lebih dari 100 hadis, jika

penulis menelaah seluruhnya akan memakan waktu yang teramat banyak, maka

penulis hanya menelaah sebagian hadis-hadis dalam setiap bab yang terdapat

dalam kitab ar-Rȗh.

Untuk lebih mengarahkan pembahasan skripsi ini, penulis membatasi

permasalahan penelitian yaitu:

7

Page 15: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

1. Bagaimana pemahaman Hadis-hadis dalam kitab ar-Rȗh karya

Ibnul Qayyim al-Jauziyah?

2. Penulis hanya mengambil 15 buah hadis yang diambil secara acak

dalam Kitab ar-Rȗh disertai dengan pendapat-pendapat ulama yang

menilai tentang kedudukan hadis tersebut yang diambil dari kitab-

kitab hadis.

3. Penulis hanya membahas seputar masalah ruh dan perjalannannya

sejak ia diciptakan, kemudian berproses dalam kehidupan dunia,

hingga keberadaannya di alam bârzâkh.

4. Apakah ruh yang sudah meninggal dapat berkomunikasi dengan

orang yang masih hidup?

Berdasarkan dari permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di atas,

maka penulis merumuskan masalahnya, yaitu:

1. Bagaimana pemahaman hadis-hadis tentang ruh menurut Ibnul

Qayyim al-Jauziyah dalam kitab ar-Rȗh?

2. Bagaimana konsep ruh dan perjalanannya menurut Ibnul Qayyim al-

Jauziyah dalam kitab ar-Rȗh?

3. Apakah ruh orang yang sudah meninggal dapat mengambil manfaat

dari orang yang masih hidup?

C. Kajian Pustaka

8

Page 16: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Judul yang diangkat dalam skripsi ini, memang bukan judul yang baru,

terlebih di ranah akademisi dewasa ini. Setidaknya ada beberapa skripsi yang juga

tidak jauh berbeda membahas tentang pemahaman tentang ruh baik secara umum

atau pun khusus tentang hadis. Dalam skripsi ini membahas tentang seputar kajian

hadis, analisis dan pemahaman hadis-hadis tentang ruh.

Di samping merupakan penelitian ilmiah, skripsi ini pun melakukan kajian

pustaka terhadap skripsi yang lebih terdahulu membahas tentang masalah Ruh

yaitu skripsi yang ditulis oleh Putri Aisyah tentang “Jiwa dalam Perspektif al—

Qur’an: Kajian Tafsir al-Mizan” tahun 2001 dan Abdul Rahman tentang “Ruh

dalam Perspektif Fakhraddin ar-Razi: Studi Penafsiran Ayat tentang Ruh dalam

Tafsir Mafatih al-Ghoib) tahun 2002.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian ini

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengetahui kandungan Hadis-hadis dalam kitab ar-Ruh.

2. Untuk membantu memberikan pemahaman tentang ruh dalam

perspektif hadis secara benar dan proporsional melalui pendekatan

syârhȗl hadîs.

3. Agar umat Islam mengetahui bagaimana konsep ruh menurut Islam.

4. Memperkaya khazanah keilmuan serta sebagai tambahan literatur ke-

Islam-an terutama tentang kajian hadis dari segi tematik.

5. Sebagai tugas akhir, guna memperoleh gelar sarjana (S1) pada

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

9

Page 17: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Terakhir, semoga pembahasan sederhana ini dapat bermanfaat bagi kaum

muslimin secara umum, sekaligus sebagai ilmu yang bermanfaat serta menambah

wawasan pengetahuan ke-Islam-an tentang bagaimana dalam hadis merespons

masalah tentang ruh.

E. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam pembahasan ini adalah penelitian

kepustakaan (Library Research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang

dilakukan melalui sumber-sumber bacaan ilmiah.

Dalam menguraikan permasalahan di dalam pembahasan ini, penulis

merujuk pada data-data yang didapat dari berbagai sumber, seperti buku, internet,

koran, majalah dan artikel yang relevan dan ada kaitannya dengan masalah ruh .

Uraiannya bersifat tematik-deskriptif-analisis yang meliputi beberapa persoalan

tentang ruh.

Selanjutnya, sebagai respons atau jawaban atas permasalahan tersebut,

penulis merujuk pada kitab-kitab hadis yang dianggap layak untuk dijadikan

landasan. Sumber primer, penulis merujuk pada kutubul-hadis, seperti , Shȃhih al-

Bukhâri, Shâhih al-Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majjah dan Sunan an-

Nasãi yakni untuk mengetahui seluruh jalur sanad, yang diketahui dari kitab Al-

Mu’jam al- Mufahras li Alfâzh al-Hadis al-Nabâwî dan al-Mausȗ’a serta lain-

lain. Sedangkan sumber skunder, penulis merujuk pada buku-buku ke-Islam-an

dan filsafat yang membahas tentang masalah ruh.

10

Page 18: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

11

Sedangkan teknik penulisan, penulis berpedoman pada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2008.

F. Sistematika Penulisan

Ada lima bab dalam penulisan ini. Setiap bab terdiri dari sub-sub bab,

sebagai penjelasan yang memiliki korelasi dengan pembahasan bab-bab tersebut.

Adapun sistematika penulisan ini adalah:

Bab pertama adalah bab Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua Riwayat Hidup meliputi Sketsa kehidupan dan wafatnya, Para

guru dan Muridnya dan karya-karyanya dan pandangan tentang Kitab meliputi

Latar belakang, Sistimatika Penulisan dan Pandangan Para Tokoh Terhadap Ibnul

Qayyim al-Jauzi

Bab ketiga berisi hadis-hadis tentang ruh yang meliputi : Teks hadis

dengan terjemah, dan pemahaman hadis.

Bab keempat membahas tentang analisis tentang ruh dalam perspektif

hadis yang meliputi :, awal keberadaan ruh, keberadaan ruh di alam dunia, tanda-

tanda ketika berpisahnya ruh dari tubuh, kehidupan ruh setelah berpisah dari

tubuh, fitnah kubur, adzab kubur, dan manfaat mengetahui tentang ruh.

Bab kelima berisi tentang Kesimpulan dan Saran-saran yang berupa

jawaban atas segala permasalahan yang sudah diuraikan di atas.

Page 19: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

BAB II

BIOGRAFI IBNUL QAYYIM AL-JAUZIYAH

A. Riwayat Hidup Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

1. Seketsa kehidupan dan wafatnya

Nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdullah Syamsuddin Muhammad Abu

Bakr bin Ayyub bin Sa’d bin Huraiz bin Makki Zainuddin az-Zur’i ad-Dimasyqi

dan dikenal dengan nama Ibnul Qayyim al-Jauziyah.

Dia dilahirkan pada tanggal 7 Shafar tahun 691 H. Dia tumbuh dewasa

dalam suasana ilmiah yang kondusif. Ayahnya adalah kepala sekolah al-Jauziyah

di Dimasyq (Damaskus) selama beberapa tahun. Karena itulah, sang ayah

mendapat gelar Qayyim al-Jauziyah. Sebab itu pula sang anak dikenal di

kalangan ulama dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah.

Dia memiliki keinginan yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.

Tekad luar biasa dalam mengkaji dan menelaah sejak masih muda belia. Dia

memulai perjalanan ilmiahnya pada usia tujuh tahun. Allah mengkaruniainya

bakat melimpah yang ditopang dengan daya akal luas, pikiran cemerlang, daya

hapal mengagumkan, dan energi yang luar biasa. Karena itu, tidak mengherankan

jika dia ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai lingkaran ilmiah para guru

(syaikh) dengan semangat keras dan jiwa energis untuk menyembuhkan rasa haus

dan memuaskan obsesinya terhadap ilmu pengetahuan. Sebab itu, dia menimba

ilmu dari setiap ulama spesialis sehingga dia menjadi ahli dalam ilmu-ilmu Islam

dan mempunyai andil besar dalam berbagai disiplin ilmu.

12

Page 20: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Kitab-kitab biografi sepakat bahwa Ibnul Qayyim al-Jauziyah wafat pada

malam Kamis setelah azan Isya’, tanggal 13 Rajab tahun 751H. Dia dishalati

setelah shalat Zhuhur keesokan harinya di Mesjid al-Umawi, kemudian di Mesjid

Jarah dan dimakamkan di perkuburan al-Bab ash-Shaghir dekat makam ibunya di

Damaskus.1

2. Para guru-guru dan murid-muridnya

Adapun guru-gurunya, Ibnul Qayyim telah berguru pada sejumlah ulama

terkenal. Mereka inilah yang memiliki pengaruh dalam pembentukan pemikiran dan

kematangan ilmiahnya. Inilah nama guru-guru Ibnul Qayyim.

1. Ayahnya Abu Bakr bin Ayyub (Qayyim al-Jauziyah) di mana Ibnul

Qayyim mempelajari ilmu faraid. Ayahnya memiliki ilmu mendalam

tentang faraid.

2. Imam al-Harran, Ismail bin Muhammad al-Farra’, guru mazhab Hanbali

di Dimasyq. Ibnu Qayyim belajar padanya ilmu faraid sebagai kelanjutan

dari apa yang diperoleh dari ayahnya dan ilmu fikih.

3. Syarafuddin bin Taimiyyah, saudara Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah.

Dia menguasai berbagai disiplin ilmu.

4. Badruddin bin Jama’ah. Dia seorang imam masyhur yang bermazhab

Syafi’i, memiliki beberapa karangan

5. Ibnu Muflih, seorang imam masyhur yang bermazhab Hanbali. Ibnul

Qayyim berkata tentang dia, “Tak seorang pun di bawah kolong langit ini

yang mengetahui mazhab imam Ahmad selain Ibnu Muflih.”

1 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh (Beirut : Daarul Fikr, 2005) hal 5

13

Page 21: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

6. Imam al-Mazi, seorang imam yang bermazhab Syafi’i. Di samping itu,

dia termasuk imam ahli hadits dan penghafal hadits generasi terakhir.

7. Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah Ahmad bin al-Halim bin Abdussalam

an-Numairi. Dia memiliki pengaruh sangat besar dalam kematangan ilmu

Ibnu Qayyim. Ibnu Qayyim menyertainya selama tujuh belas tahun, sejak

dia menginjakkan kakinya di Damaskus hingga wafat. Ibnul Qayyim

mengikuti dan membela pendapat Ibnu Taimiyyah dalam beberapa

masalah. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya penyiksaan yang

menyakitkan dari orang-orang fanatik dan taklid kepada keduanya,

sampai-sampai dia dan Ibnu Taimiyyah dijebloskan ke dalam penjara dan

tidak dibebaskan kecuali setelah kematian Ibnu Taimiyyah.

Adapun murid-muridnya Ibnul Qayyim antara lain:

1. Al-Burhan Ibnu Qayyim. Dia adalah putra Burhanuddin Ibrahim,

seorang ulama nahwu dan fikih yang pandai. Dia belajar dari

ayahnya. Dia telah berfatwa, mengajar, dan namanya dikenal.

Metodenya sama dengan sang ayah. Dia memiliki keahlian dalam

bidang tata bahasa Arab. Karena itu, dia menulis komentar atas kitab

Ãlfîyâh Ibni Malik. Kitab komentar (syârh) itu dia namakan Irsyâd al-

Sâlîk îlâ Hâllî Alfîyâh Ibni Malik.

2. Ibnu Katsir. Dia adalah Ismail ‘Imaduddin Abu al-Fida’ bin ‘Umar

bin Katsir ad- Dimasyqi asy-Syafi’i, seorang imam hafizh yang

terkenal.

14

Page 22: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

3. Ibnu Rajab. Dia adalah Abdurrahman Zainuddin Abu al-Faraj bin

Ahmad bin Abdurrahman yang biasa digelar dengan Rajab al-

Hanbali. Dia memiliki beberapa karangan yang bermanfaat.

4. Syarafuddin Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Dia adalah putra Abdullah bin

Muhammad. Dia sangat brilian. Dia mengambil alih pengajaran

setelah ayahnya wafat di ash- Shadriyah.

5. As-Subki. Dia adalah Ali Abdulkafi bin Ali bin Tammam as-Subki

Taqiyuddin Abu al-Hasan.

6. Adz-Dzahabi. Dia adalah Muhammad bin Ahmad bin ‘Usman bin

Qayimaz adz- Dzahabi at-Turkmani asy-Syafi’i. Dia adalah seorang

imam, hafizh yang memiliki banyak karangan dalam hadits dan Iain-

lain.

7. Ibnu Abdulhadi. Dia adalah Muhammad Syamsuddin Abu Abdullah

bin Ahmad bin Abdulhadi al-Hanbali. Dia adalah seorang hafizh yang

kritis.

8. An-Nablisi. Dia adalah Muhammad Syamsuddin Abu Abdullah an-

Nablisi al- Hanbali. Dia mempunyai beberapa karangan, di antaranya

kitab Mȗkhtâshâr Tabaqat al-Hanâbilah.

9. Al-Ghazi. Dia adalah Muhammad bin al-Khudhari al-Ghazi asy-

Syafi’i. Nasabnya sampai kepada Zubair bin Awwam r.a.

15

Page 23: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

10. Al-Fairuzabadi. Dia adalah Muhammad bin Ya’qub al-Fairuzabadi

asy-Syafi’i. Dia pengarang sebuah kamus dan karangan-karangan lain

yang baik. 6

3. KARYA-KARYA IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH

Ibnul Qayyim adalah orang yang sangat banyak mengarang buku. Hal

inilah yang menyebabkan inventarisasi karya-karyanya secara teliti menjadi sulit.

Inilah daftar buku-buku karangannya yang diberikan para ulama.

1. Al-Ijtihâd wa at-Taqlid. Ibnul Qayyim menyebutkannya dalam kitab

Miftah Dar As-Sa’âdah.

2. Ijtima’ al-Juyusy al-Islâmiyah. Telah dicetak berulang kali.

3. Ahkâm Ahl adz-Dzimmah. Telah dicetak dalam dua jilid yang ditahkik

oleh Shubhi ash-Shalih.

4. Asma’ Muallafat Ibnu Taimiyyah. Sebuah desertasi yang diterbitkan atas

tahkik Shalahuddin al-Minjid.

5. Ushul at-Tafsir. Ibnu Qayyim menyebutkannya dalam kitab Jala’ al-

Afhâm.

6. Al-A’lam bi Ittisa ‘i Thuruq al-Ahkam. Dia menyebutkannya dalam kitab

Ighatsah al-Luhfan.

7. A’lam al-Muaqqî ‘in ‘an Rabb al-Ãlamin. Telah dicetak berulang kali

dalam empat jilid.

8. Ighâtsah al-Luhfan min Mashâdir asy-Syaithân. Telah berkali-kali

dicetak dalam dua jilid.

9. Ighâtsah al-Luhfan fî Hukm Thalaq al-Ghadban. Sebuah desertasi yang

6 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh, hal 6

16

Page 24: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

telah dicetak atas tahkik Muhammad Jamaluddin al-Qasimi.

10. Iqtida’ adz-Dzikr bi Hushul al-Khair wa Daf’i asy-Syar. Ash-Shufdi

menyebutkannya dalam kitab al-Wafî bi al-Wafiat (11/271) dan Ibnu

Tughri Burdi dalam kitab al-Manhal ash-Shâfi 011/62), sebuah

manuskrip.

11. Al-Amâlî al-Makkiyah. Ibnul Qayyim menyebutkannya dalam kitab

Badâi’u al- Fawâid.

12. Amtsal al-Qur’an. Telah tercetak.

13. Al-Ijaz. Pengarang kitab Kasyf azh-Zunun (1/206) dan al-Baghdadi dalam

kitab Hadîah al-Arifin (11/158) menisbahkannya kepada Ibnu Qayyim.

14. Badai’ al-Fawâid. Tercetak dalam dua jilid.

15. Butlan al-Kimiya’ min Arbâ’in Wajhan. Buku ini telah diisyaratkan oleh

Ibnul Qayyim dalam buku Miftah Dar as-Sa ‘âdah.

16. Bayan al-Istidlal ‘ala Butlan Isytirath Muhallil as-Sibaq wa an-Nidhal.

Kitab ini telah disebutkan oleh Ibnu Qayyim dalam kitab A’lam al-

Muwaqqi’in. Dan juga ash-Shufdi dalam kitab al-Wafi bi al-Wafiyat

(11/271) dan Ibnu Rajab dalam kitab Dzail Tabaqat al-Hanâbilah

(11/450) telah menyebutkannya dengan nama ad-Dalil ‘ala Istighnâi al-

Musâbaqah ‘an at- Tahlil.

17. At-Tibyan fi Aqsam al-Qur’an. Telah dicetak beberapa kali.

18. At-Tahbir lima Yahillu wa Yahrum min Libas al-Harîr. Ibnul Qayyim

menyebutkannya dalam kitab Zad al-Ma ‘ad.

19. At-Tuhfah al-Makkiyah. Ibnul Qayyim menyebutkannya dalam berbagai

tempat dalam kitab Badâi’u al-Fawâid.

17

Page 25: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

20. Tuhfah al-Maudud fî Ahkam al-Maulud. Telah dicetak berulang kali.

21. Tuhfah an-Nazilin bi Jiwar Rabb al-Alamin. Dia menyebutkannya dalam

kitab Madârij as-Sâlikin.

22. Tadbir ar-Riasah fi al-Qawâid al-Hukmiyah bi az-Zakâ’ wa al-Qarîhah.

Al- Baghdadi menyebutkannya dalam kitab al-Idhah al-Maknun fi adz-

Dzail ‘ala Kasyf az-Zunun (1/271).

23. At-Ta’liq ‘ala al-Ahkam. Ibnul Qayyim mengisyaratkannya dalam kitab

Jala’ al- Afhâm.

24. At-Tafsir al-Qayyim. Ini adalah tulisan terpisah-pisah dalam tafsir Syaikh

Muhammad Uwais an-Nadawi dalam satu jilid. Tapi, dia tidak mencakup

semua ucapan Ibnul Qayyim dalam tafsir. Namun, itu adalah suatu usaha

yang patut mendapat pujian.

25. Tahdzib Mukhtashar Sunan Abi Daud. Telah dicetak bersama dengan

kitab Mukhtashar al-Mundziri dan syarahnya Ma ‘alim as-Sunan oleh al-

Khatthabi dalam delapan jilid.

26. Al-Jâmi’ bain as-Sunan wa al-Atsâr. Ibnul Qayyim menyebutkannya

dalam kitab Badâi’u al-Fawâid.

27. Hadi al-Arwah ila Bilad al-Afrah. Telah dicetak berkali-kali.

28. Al-Hamil, Hal Tahiidhu am La. Ibnul Qayyim telah menyinggung

masalah ini dalam kitab Tahdzib Sunan at-Tirmidzi.

29. Al-Hawi. Ahmad ‘Ubaid dalam kata pengantar kitab Rawudah al-

Muhibbin berkata, “Ibnu Hajar al-Asqallani telah menyebutkannnya

dalam kitab Fath al- Bari, juz XI”

18

Page 26: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

30. Hurmah as-Sima’. Haji Khalifah dalam kitab Kasyf az-Zunun (1/650) dan

al- Baghdadi dalam kitab Hadiyah al-Arifin (11/158) telah

menyebutkannya.

31. Hukm Tarik ash-Shalah. Telah berkali-kali dicetak.

32. Hukm Ighmam Hilal Ramadhan. Ibnu Rajab dalam kitab adz-Dzail

(11/450), ad- Dawudi dalam kitab ath-Thabaqat (11/93) dan Ibnu al-

’Ammad dalam kitab asy- Syadzarat (VI/169) telah menyebutkannya.

33. Hukm Tafdhil Ba’d al-Awlad ‘ala Ba’d fi al-’Athiyah. Ibnu Qayyim

menyebutkannya dalam kitab Tahdzib as-Sunan.

34. Ad-Da’wa ad-Dawa’. Telah dicetak berkali-kali dan dinamakan juga

dengan al- Jawab al-Kâfi liman Sa’ala ‘an ad-Dawa’asy-Syafi.

35. Dawa’ al-Qalb. ‘Abdullah al-Jabburi menyebutkannya dalam Fihris

Maktabat Awuqaf Baghdad (11/369). Ada juga naskah dengan tulisan

tangan oleh al-Jabburi dengan nomor 4732. Kemungkinan besar naskah

ini adalah naskah kitab ad- Da‘wa ad-Dawa’. Meskipun demikian, lebih

baik kita menahan diri dalam mengambil kesimpulan sebelum membaca

transkrip naskah tersebut. Wallahu a’lâm.

36. Rabi’ul-Abrar fi-ashshalah ‘ala an-Nabi al-Mukhtar. Al-Baghdadi

menye butkannya dalam kitab Hadiyah al-’Arifin (11/272) setelah

menyebutkan kitab Jala’u al-Afhâm.

37. Ar-Risalah al-Halabiyah fi ath-Tariqah al-Muhammadiyah. Ini adalah

kumpulan bait-bait syair. Muridnya ash-Shufi dalam al-Wafi bi al-

Wafiyat (11/272), Ibnu Tughri Burdi dalam al-Manhal as-Sâfi yang masih

19

Page 27: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

dalam bentuk manuskrip (111/62), ad-Dawudi dalam at-Tabaqat (IV93)

dan Haji Khalifah dalam Kasyf az-Zunun (1/861) menyebutkannya.

38. Ar-Risâlah asy-Syafi’iyah fi Ahkâm al-Mu’awwidzatain. Muridnya ash-

Shufdi dalam al-Wafi bi al-Wafiyat (11/272) dan Ibnu Tughri Burdi

dalam al-Manhal as- Shafi (111/62) menyebutkannya.

39. Risâlah Ibni Qayyim ilâ Ahad Ikhwânihi. Ditemukan satu naskahnya

dalam kumpulan manuskrip perpustakaan al-Mahmudiyah di Madinah al-

Munawwarah nomor 8/221 majâmi’ yang terdiri dari beberapa halaman

dalam ukuran kecil.

40. Ar-Risalah at-Tabukiyah yang dicetak di Mesir dengan nama ini dan

dicetak juga dengan judul Tuhfah al-Ahbab fi Tafsir Qawluhi Ta ‘ala: wa

ta ‘âwanu ‘alalbirri wattaqwa wa lâ ta’âwanu ‘alal itsm wal’udwan wa

attaqullaha innallaha syadidul’iqab.

41. Raf’u at-Tanzil. Haji Khalifah dalam Kasyf az-Zunun (1/909) dan al-

Baghdadi dalam Hadiyah al-’Ãrifin (11/158) menyebutkannya.

42. Raf’u al-Yadain fi as-Salah. Muridnya Ibnu Rajab dalam adz-Dzail

(11/150), ash-Shufdi dalam al-Wâfi bi al-Wâfiyat (11/272), Ibnu Hajar

dalam ad-Durar al- Kâminah (IV/33), as-Suyuthi dalam Baghyah al-

Wu’at (V63), ad-Dawudi dalam at-Tabaqat (11/93), Ibnu al-’Ammad

dalam asy-Syadzarat (VI/168) dan Haji Khalifah dalam Kasyf az-Zunun

(1/911).

43. Raudhah al-Muhibbin wa Nazhah al-Musytaqin. Ibnu Qayyim

menulisnya dalam perjalanan jauh dari tanah air dan perpustakaannya.

Kitab ini telah dicetak berkali- kali.

20

Page 28: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

44. Ar-Rȗh. Telah tersebar di kalangan beberapa penuntut ilmu bahwa kitab

ini bukan karangan Ibnul Qayyim atau dia menulisnya sebelum

berhubungan dengan Ibnu Taimiyyah.

45. Ar-Ruh wa an-Nafs. Ini bukan kitab ar-Ruh. Ibnul Qayyim telah

menyebutkannya dalam kitab ar-Ruh, Miftah as-Sa’âdah dan Jala’u al-

Afhâm.

46. Zad al-Musafirin ila Manâzil as-Su ‘ada ‘fi Hadyi Khatam al-Anbiya’.

Ibnu Rajab dalam adz-Dzail (11/93), ad-Dawudi dalam at-Thabaqat

(11/93), Ibnu al-Ammad dalam asy-Syadzarat (VI/169), dan al-Baghdadi

dalam Hadiyah al-Arifin (11/158).

47. Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-’Ibad. Ini telah dicetak berkali-kali di

India, Mesir, Syiria dan terakhir diterbitkan dalam lima jilid.

48. As-Sunnah wa al-Bid’ah. Ahmad ‘Ubaid menyebutkannya dalam

mukadimah kitab Rawudhah al-Muhibbin.

49. Sharh Asma’ al-Kitab al-Aziz. Ibnu Rajab dalam adz-Dzail (11/449), ad-

Dawudi dalam at-Tabaqat (11/92) dan Ibnu al-Ammad dalam asy-

Syadzarat (VI/169) menyebutkannya.

50. Syarh al-Asma’ al-Husna. Ibnu Rajab dalam adz-Dzail (11/450), ad-

Dawudi dalam at-Tabaqat (11/93) dan Ibnu al-’Ammad dalam asy-

Syadzarat (VI/170) menyebutkannya.

51. Syifa’ al-Alil fi Masail al-Qadha’ wa al-Qadr wa al-Hikmah wa at-Ta’lil.

Ini telah diterbitkan.

52. As-Sabr wa as-Sakan. Haji Khalifah dalam Kasyf az-Zunun (11/1432) dan

al-Baghdadi dalam Hadiyah al-Arifin (11/158) telah menyebutkannya.

21

Page 29: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

53. Ash-Shirath al-Mustaqim fi Ahkam Ahl al-Jahim. Ibnu Rajab

menyebutkannya dalam adz-Dzail (11/450), ad-Dawudi dalam at-

Thabaqat (11/93), Ibnu al-Ammad dalam asy-Syadzarat (VI/169).

54. Ash-Shawaiqal-Munazzalah ‘ala aj-Jam’iyah waal-Mu’atthilah, satu

jilid. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-Dzail (11/450), ad-Dawudi

dalam at-Thabaqat (11/93), Ibnu al-Ammad dalam asy-Syadzarat

(VI/169).

55. Badr at-Thali’ (117144), Haji Khalifah dalam Kasyf azh-Zhunun

(11/1083), al-Baghdadi dalam Hadiyah al-’Arifin (11/158) dengan nama

ash-Shawaiq al-Mursalah. Kitab ini belum diterbitkan, yang telah

diterbitkan hanya kitab al-Mukhtashar karya Muhammad bin al-Maushili.

56. At-Ta’un. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-Dzail (11/93), ad-

Dawudi dalam at-Tabaqat (11/93), Ibnu al-’Ammad dalam Asy-Syadzarat

(W196) dan al-Baghdadi dalam Hadiyah al-Arifin (11/158).

57. Thibb al-Qulub. Az-Zarkali menyebutkannya dalam kitab al-A’lam

(VI/280), Ahmad ‘Ubaid dalam mukadimah Rawudhah al-Muhibbin dan

dia berkata, “Profesor Ma’luf menyebutkan bahwa ada satu naskahnya di

Berlin.”

58. At-Thibb an-Nabawi. Ibnu Qayyim menyatukannya dengan kitab Zad al-

Ma ‘ad, tapi ia telah diterbitkan secara terpisah.

59. Tariq al-Hijratain wa Bab as-Sa’adatain. Telah dicetak beberapa kali.

Ibnu Qayyim menyebutkan kitab ini dalam berbagai kitab karangannya

dengan judul Safar al-Hijratain.

22

Page 30: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

60. At-Turuq al-Hukmiyah fi as-Siyasah asy-Syar’iyah. Telah dicetak ulang

beberapa kali.

61. Tarîqah al-Bashair ila Hadiqah as-Sarair fi Nazhm al-Kabair. Kitab ini

tercantum dalam indeks buku-buku Auqaf di Baghdad dan disebutkan

bahwa buku ini ada naskahnya yang sangat berharga ditulis tahun 811 H.

62. Talaq al-Haidh. Ibnu Qayyim menyebutkannya dalam kitab Tahdzib

Sunan Abi Dâwud.

63. ‘Uddah ash-Shabirin wa Dzakhirah asy-Syakirin. Ini telah dicetak

berulang kali.

64. Al-Fatâwa. Al-Alusi menyebutkannya dalam Jala ‘u al- Ainain.

65. Al-Fath al-Quds. Ibnu Rajab dalam adz-Dzail (II450), ad-Dawudi dalam

at- Tabaqat (11/93), Ibnu al-Ammad dalam asy-Syadzarat (VI/169) dan

al-Baghdadi dalam Hidayah al-Arifin (11/158).

66. Al-Fath al-Makki. Ibnu Qayyim telah menyebutkannya dalam kitabnya

yaitu al-Fawâid.

67. Al-Futuhat al-Qudsiyah. Ibnu Qayyim menyebutkannya dalam kitabnya

Miftah Daras-Sa’adah.

68. Al-Farq bain al-Khillah wa al-Mahabbah wa Munazharah al-Khalil li

Qawumih. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-Dzail (11/450) dan

Ibnu al-Ammad dalam asy-Syadzarat (VI/168).

69. Al-Farusiyah. Kitab ini adalah ringkasan kitab al-Farusiyah asy-

Syar’iyah. Dan, telah dicetak di Mesir.

70. Al-Farusiyah asy-Syar’iyah. Ibnu Tughri Burdi menyebutkannya dalam

al-Manhal ash-Safi (E/hlm. 93

23

Page 31: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

71. Fahdl ‘Iim wa Ahlih. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-Dzail

(11/450) dan ad-Dawudi dalam at-Tabaqat (11/93).

72. Fawadh fi al-Kalam ‘alâ Hadits al-Ghamamah wa Hadits al-Ghazalah

wa ad- Dhub wa Ghairih. Sebuah tulisan yang terdiri dari sembilan belas

lembar dalam manuskrip perpustakaan azh-Zhahiriyah di Damaskus

dengan nomor 5485. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam

indeks perpustakaan halaman 100 juga menyebutkannya.

73. Al-Fawâid. Telah dicetak.

74. Qurrah ‘Uyun al-Muhibbin wa Rawudhah Qulub al-’Arifin. Al-Baghdadi

menyebutkannya dalam Hidayah al-’Ãrifin (11/158).

75. Al-Kâfiyah asy-Syafiyah fi an-Nahw. Pengarang Kasyf az-Zunun

(11/1369).

76. Al-Kafiyah asy-Syafiyah fi al-Intishar li al-Firqah an-Najiyah. Telah

dicetak beberapa kali. Kitab inilah yang dikenal dengan al-Qashidah an-

Nuniyah.

77. Al-Kabair. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-Dzail (11/450), ad-

Dawud dalam at-Tabaqat (11/93), Ibnu al-’Ammad dalam asy-Syadzarat

(Vl/hlm. 168) dan al-Baghdadi dalam Hidayah al-Arifin (11/158).

78. Kasyf al-Ghitha’ ‘an Hukm Sima’ al-Ghina’.

79. Al-Kalam at-Thayyib wa al-’Amalash-Shalih. Telah dicetak beberapa kali

di Mesir dan India dengan judul al-Wabil ash-Shaib min al-Kalam at-

Thayyib.

80. Al-Lamhah fii ar-Rad ‘ala Ibni Thalhah. Al-’Allamahal-Manawi

menyebutkannya dalam Faidh al-Qadir (1/116).

24

Page 32: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

81. Madarij as-Salikin baina Manazil Iyyâka Na’bud wa Iyyâka Nasta’in. Ini

telah dicetak dalam tiga jilid.

82. Ma’âni al-Huruf wa al-Adawat. Ash-Shufdi menyebutkannya dalam al-

Wafi bi al-Wafiyat (11/271), Ibnu Tughri Burdi dalam al-Manhal as-Safî

(11/62) yang masih dalam bentuk manuskrip, ad-Dawudi dalam at-

Thabaqat (11/93), as-Suyuthi dalam Baghyah al-Wu’at (1/63) dan Haji

Khalifah dalam Kasyf azh-Zhunun (11/ 1729).

83. Al-Manar al-Munif fi ash-Shahih wa ad-Dhaif. Ini telah berulangkali

dicetak.

84. Al-Mawurid as-Safî wa az-Zhil al-Wafî. Al-Baghdadi menyebutkannya

dalam Hidayah al-’Ãrifin (11/159) dan Ibnu Qayyim dalam kitabnya

Tariq al-Hijratain.

85. Maulid an-Nabawi saw. Asy-Syaukani menyebutkannya dalam al-Badr

at-Tali’ (11/144) dan Shadiq al-Qannuji dalam at-Tajal-Mukallal. Al-

Qannuji menyebutkan bahwa dia memiliki satu manuskrip dari kitab ini.

86. Al-Mahdi. Haji Khalifah menyebutkannya dalam Kasyf azh-Zhunun

(11/1465).

87. Naqd al-Manqul wa al-Mahk al-Mumayyiz bain al-Maqbul wa al-

Mardud. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-Dzail (11/450), ad-

Dawudi dalam at-Tabaqat (11/93), Ibnu al-’Ammad dalam asy-Syadzarat

(VI/168) dan al-Baghdadi dalam Hidayah al-’Arifin (11/159).

88. Nikah al-Muhrim. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-Dzail

(11/450), ad- Dawudi dalam at-Tabaqat (11/193), dan Ibnu al-’Ammad

dalam asy-Syadzarat (VI/168).

25

Page 33: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

89. Nur al-Mu’min wa Hayatuh. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-

Dzail (11/ 450), Ibnu al-Ammad dalam asy-Syadzarat (VI/178) dan al-

Baghdadi dalam Hidayah al-’Ãrifin (11/159).

90. Hidayah al-Hayari fi Ajubah al-Yahud wa an-Nasâra. Ini telah tercetak

beberapa kali. 2

Sebagian orang tidak mampu membedakan antara Ibnul Qayyim al-

Jauziyah dengan Ibnu al-Jauzi karena kemiripan nama. Kesalahan ini telah

berakibat pada penisbahan beberapa kitab karya Ibnu al-Jauzi kepada Ibnul

Qayyim al-Jauziyah. Kesalahan seperti itu terjadi karena kelalaian para penulis

manuskrip atau karena perbuatan orang-orang yang sentimen terhadap Ibnul

Qayyim al-Jauziyah.

Sebagai bukti adalah bahwa Ibnu al-Jauzi adalah Abdurrahman bin Ali al-

Qursyi, wafat tahun 597 H. Meskipun dia adalah salah seorang ulama dari

golongan Hanbali yang terkemuka dan banyak menulis, tapi dalam kajian

masalah nama-nama dan sifat Allah SWT dia tidak mengikuti metode Imam

Hanbal karena dia dalam hal ini menempuh metode takwil. Ini jelas bertentangan

dengan metodologi Ibnul Qayyim sebab dia menempuh metode ulama salaf.

Allah telah memberikan petunjuk kepada Ibnul Qayyim al-Jauziyah

sehingga dia mengikuti langkah ulama salaf. Sebab itu, dia selamat dari noda

tasybih dan bahaya takwil. Dia menempuh cara ulama salaf di mana dia hanya

menetapkan apa yang ditetapkan Allah SWT untuk diri-Nya dan apa yang

ditetapkan oleh Rasul-Nya tanpa melakukan penyimpangan, tasybih dan ta ‘thil.

2 Ibnu qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh, hal 8.

26

Page 34: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

B. Seputar Kitab Ar-Ruh

1. Latar belakang

Kitab ini adalah karangan Ibnul Qayyim dan ditulisnya setelah

berhubungan dengan Ibnu Taimiyyah. Yang menguatkan pendapat ini adalah

bahwa Ibnul Qayyim telah menyebutkan kitab ini dalam kitabnya at-Tibyan.

Ibnul Qayyim juga telah menyebutkan gurunya, Ibnu Taimiyyah kurang lebih

sepuluh kali dalam kitab ar-Ruh dengan mengutip pendapat-pendapatnya serta

menyebutkan pendapat yang dipilihnya.

Di samping itu, ditemukan ada sekelompok tokoh autobiografer Ibnul

Qayyim telah menyebutkan kitab ini dalam buku-buku karangan mereka. Mereka

itu seperti al-Hafizh Ibnu Hajar dalam ad-Durar al-Kâminah (IV/23), as-Suyuthi

dalam Baghayah al-Wu’at (1/63), Ibnu al-’Ammad dalam asy-Syadzarat

(VI/170), asy-Syaukani dalam al-Badr at-Thali’ (11/144), Haji Khalifah dalam

Kasyfazh-Zunun (11/1421), al-Baghdadi dalam Hadiyah al-’Ãrifin (11/158) dan

al-Alusi dalam Jala’u al-’Ainain .

Ilmu yang diberikan oleh Allah kepada manusia amat sedikit. Apalagi

yang berkaitan dengan masalah roh. Maka ketika banyak orang yang bertanya-

tanya tentang roh, Allah Memerintahkan Rasul-Nya masuk untuk menjawab,

“Roh itu adalah urusan Rabb-ku. Ilmu manusia yang dangkal, lalu muncul

penasaran mereka tentang roh, diterangkan Allah dalam satu rangkaian ayat,

yaitu Al-Isra’ : 85.

Boleh jadi para sahabat tidak menuntut jawaban yang lebih detail dari

Rasulullah berkenaan dengan masalah roh, karena satu dua alasan, seperti corak-

corak kehidupan saat itu yang belum terlalu komplek. Maka ketika kehidupan

27

Page 35: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

manusia semakin berkembang, interaksi sosial semakin melebar, dan hingga kini

seakan tidak ada lagi sekat yang memisahkan satu komunitas manusia dengan

yang lain, maka tuntutan mereka pun semakin beragam, termasuk tuntutan untuk

mengetahui lebih jauh fenomena roh.

Sebenarnya dari kehidupan Rasulullah dan para sahabat sendiri cukup

banyak fenomena kehidupan rohani, dalam pengertian suatu alam tersendiri yang

berbeda dengan kehidupan nyata ini. Dan inilah rupanya yang hendak diangkat

Ibnul Qayyim, apalagi banyak masalah yang masih tersamar, sementara banyak

orang yang ingin mendapat penjelasan. Atas dasar inilah Ibnul Qayyim menulis

sebuah Kitab tentang Roh yang mengupas secara detail segala permasalahan

yang ada walaupun tidak sedetail apa yang diharapkan.

Dalam Kitab Ibnul Qayyim, ar-Rȗh terdapat kontroversi dan perdebatan,

karena topik permasalahannya sendiri cukup berat dan rentan sehinga banyak

pihak yang setuju dan tidak setuju. Seperti pertanyaan yang berkenaan dengan

sampai tidaknya pahala shadaqoh orang yang masih hidup, yang dihadiahkan

kepada orang yang sudah meninggal. Dalam kitabnya ini ketika ditulis, Ibnul

Qayyim belum banyak berkolaborasi dengan Syaikhnya, Ibnu Taimiyyah,

pasangan guru dan murid yang menjadi symbol kelurusan aqdiyah, syar’iyyah

dan akhlak Islam, yang sama-sama menyeru kepada Al-Qur’an dan As-sunnah,

yang sama-sama memerangi bid’ah.3

2. Sistematika penulisan dan penyusunan kitab ar-Rȗh karangan Ibnul

Qayyim al-Jauziyah

3 Kathur Suhardi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Roh, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,1999)

hal 15

28

Page 36: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Dalam penyusunan dan penulisan kitabnya terkandung berbagai

pertanyaan yang berkaitan dengan roh orang-orang yang sudah mati maupun

yang masih hidup, disertai dalil-dalil dari Kitab, Sunnah, atsar dan pendapat para

ulama yang pilihan. Terdapat 21 bab yang terdapat dalam kitabnya itu yang

berkenaan dengan masalah roh, antara lain :

1. Apakah orang yang sudah meninggal dunia mengetahui ziarah Orang

yang hidup?

2. Apakah roh orang-orang yang meninggal dunia bisa saling bertemu,

berkunjung dan mengingat?

3. Apakah roh orang yang hidup bisa bertemu dengan roh orang yang sudah

meninggal?

4. Roh atau badankah yang mati?

5. Apakah setelah Roh berpisah dengan badan, ia membentuk rupa tertentu

sesuai dengan gambarannya, atau bagaimana dengan keadaan yang pasti?

6. Apakah Roh dikembalikan ke mayat di dalam kubur saat mendapat

pertanyaan?

7. Apa jawaban kita dalam menghadapi orang-orang yang mengingkari

kenikmatan dan siksaan kubur?

8. Mengapa siksa kubur tidak disebutkan dalam al-Qur’an? Apa

hikmahnya?

9. Apa sebab-sebab yang mendatangkan siksa bagi penghuni kubur?

10. Apa yang bisa menyelamatkan dari siksa kubur?

11. Apakah pertanyaan kubur, ditunjukkan kepada semua manusia, orang

muslim, munafik dan kafir, ataukah hanya kepada sebagian di antara

29

Page 37: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

mereka saja?

12. Apakah pertanyaan Munkar dan Nakir hanya ditunjukkan kepeda umat

ini atau juga ditunjukkan kepada umat-umat yang lain?

13. Apakah anak-anak juga mendapat pertanyaan di dalam kubur?

14. Apakah siksa kubur terus menerus ataukah terputus?

15. Dimana keberadaan roh antara saat meninggal hingga hari kiamat?

16. Apakah roh yang sudah meninggal dapat mengambil manfaat dari usaha

orang yang masih hidup?

17. Apakah roh itu lama ataukah baru dan makhluk?

18. Manakah yang lebih dahulu diciptakan, roh ataukah badan?

19. Apakah hakikat jiwa itu?

20. Apakah jiwa dan roh itu sesuatu yang satu ataukah dua Sesuatu yang

saling berubah-ubah?

21. Apakah jiwa itu satu ataukah tiga?4

3. Pandangan Para Tokoh terhadap Ibnul Qayyim al-Jauziyah

Disiplin ilmu yang didalami dan dikuasainya hampir meliputi semua ilmu

syariat dan ilmu alat. Ibnu Rajab, muridnya, mengatakan, “Dia pakar dalam tafsir

dan tak tertandingi, ahli dalam bidang ushuluddin dan ilmu ini mencapai puncak

di tangannya, ahli dalam fikih dan ushul fikih, ahli dalam bidang bahasa Arab

dan memiliki kontribusi besar di dalamnya, ahli dalam bidang ilmu kalam, dan

juga ahli dalam bidang tasawuf.

4 Kathur Suhardi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Roh, hal 14

30

Page 38: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

31

Dia berkata juga, “Saya tidak melihat ada orang yang lebih luas ilmunya

dan yang lebih mengetahui makna Al-Qur’an, Sunnah dan hakekat iman daripada

Ibnu Qayyim. Dia tidak makshum tapi memang saya tidak melihat ada orang

yang menyamainya.

Ibnu Katsir berkata, “Dia mempelajari hadits dan sibuk dengan ilmu. Dia

menguasai berbagai cabang ilmu, utamanya ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu

ushuluddin, dan ushul fikih. Beliau adalah termasuk orang yang berakhalak baik,

tidak suka menghasud dan membenci, serta orang yang rajin ibadahnya.

Adz-Dzahabi berkata, “Dia mendalami hadits, matan dan perawinya. Dia

menggeluti dan menganalisa ilmu fikih. Dia juga menggeluti dan memperkaya

khasanah ilmu nahwu, ilmu ushuluddin, dan ushul fikih.

Ibnu Hajar berkata, “Dia berhati teguh dan berilmu luas. Dia menguasai

perbedaan pendapat para ulama dan mazhab-mazhab salaf.5

As-Suyuthi berkata, “Dia telah mengarang, berdebat, berijtihad dan

menjadi salah satu ulama besar dalam bidang tafsir, hadits, fikih, ushuluddin,

ushul fikih, dan bahasa Arab.

Ibnu Tughri Burdi berkata, “Dia menguasai beberapa cabang ilmu, di

antaranya tafsir, fikih, sastra dan tata bahasa Arab, hadits, ilmu-ilmu ushul dan

furu’. Dia telah mendampingi Syaikh Ibnu Taimiyyah setelah kembali dari Kairo

tahun 712 H dan menyerap darinya banyak ilmu. Karena itu, dia menjadi salah

satu tokoh zamannya dan memberikan manfaat kepada umat manusia.6

5 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh, hal 7 6 Ibnu Hajar al-Asqalani, ad-Durar al-Kaminah, (Beirut : Daarul Fikr, 1999), j 4 hal 21

Page 39: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

BAB III

HADIS-HADIS TENTANG RUH

A. Awal Keberadaan dan Penciptaan Ruh

1. Teks Hadis Pertama

ذلك مثل علقة يكون ثم يوما أربعين أمه بطن في أدم خلق إن الروح فيه ينفخف كلمال هيلا لسري ثم ذلك مثل مضغة يكون ثم

Artinya : Bahwa penciptaaan anak Adam dengan dihimpun didalam perut ibunya

selama empat puluh hari yang berupa air mani, kemudian air mani ini berubah

menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging yang seperti itu,

kemudian Dia mengutus malaikat kepadanya yang meniupkan ruhnya di dalamnya.”1

a) Penelitian hadis

Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz,2 penulis

menemukan hadis ini dari berbagai riwayat antara lain riwayat Sahîh al-Bukhârî,

riwayat sunan Abu Daud no 4708, riwayat Tirmidzi no 2137 dan riwayat Sunan Ibnu

Majjah no 76.

Abu Musa berpendapat bahwa hadis ini adalah hasanun sahihun, diriwayatkan

dari Muhammad bin Basyar, dari Yahya bin Sa’id, dari al-A’masy, dari Zaid bin

Wahab, dari Abdullah bin Mas’ud. 3

1 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 224 2 A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî 'an al-Kutub al-Sittah wa 'an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ' Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal (Leiden: Maktabah Brîl, 1936) j.3, h.318

3 Sunan at-Tirmidzi, j 5, hal 446.

33

Page 40: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

b) Fiqhul hadis

Hadis diatas menjelaskan bahwa proses pencipataan manusia dapat

disimpulkan adanya enam fase terbentuknya janin dalam rahim. Tahap pertama

penciptaan janin disebut sulâlah dimulai dari saripati mani. Allah menjelaskan bahwa

manusia diciptakan dari saripati air mani. Manusia bukan diciptakan dari seluruh mani

yang keluar dari suami-istri, tapi hanya dari bagian yang sangat halus. Itulah yang

dimaksud dengan sulâlah.

Tahap kedua disebut ‘âlaqoh. Kemudian air mani itu berubah dijadikan

segumpal darah . Tahap ketiga, mudghah atau segumpal daging. Tahap keempat

ditandai dengan muncul dan tumbuhnya tulang. Dan segumpal daging itu dijadikan

tulang belulang. Tahap kelima, pembungkusan tulang dengan daging. Tahap keenam

adalah perubahan janin ke bentuk yang lain dan ditiupkannya ruh kedalam tubuh

2. Teks Hadis Kedua

نوره من عليهم وألقى, ظلمة في خلقه خلق اهللا نإ

Artinya : “ Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan,

dan memasukkan cahaya-Nya kepadanya.”4

a) Penelitian hadis

Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab Mausû'ah Atraf al-Hadîts,5

Penulis menemukan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi hadis no 2642, Al-

Hakim dalam kitab al-Mustadrak (1/30) dari Abdullah Ibnu Umar . Abu Musa

berkata bahwa kualitas hadis ini hasan. 6

b) Fiqhul hadis

4 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 188

5 Abû Hâjir Muhammad al-Sa'îd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausû'ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî (Beirût: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyah, tth.) j.3, h. 159.

6 Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Juz 5 hal 26

34

Page 41: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Hadis diatas menjelaskan bahwa roh itu merupakan cahaya yang menjadi

bagian dari cahaya Allah, merupakan kehidupan yang menjadi bagian dari kehidupan

Allah, karena cahaya adalah makhluk, maka roh adalah makhluk. Begitu juga dengan

hadis yang kedua “ Roh-roh itu serupa dengan pasukan perang yang dikerahkan.

Selagi saling mengenal, maka ia akan bersatu, dan selagi mengingkari, maka ia akan

berselisih.” Pasukan perang yang dikerahkan adalah makhluk, sudah dipastikan bahwa

roh itu adalah makhluk. Ini merupakan pendapat Ahlul-Jama’ah Wal-Atsar.

3. Teks hadis Ketiga

الروح ليلقى الروح ناArtinya : Sesungguhnya ruh itu dapat bertemu dengan ruh yang lain.7

a) Penelitian hadis

Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz,8 al-Jami'

al-Saghîr, Mausû'ah Atraf al-Hadîts,9 hadis tersebut diriwayatkan oleh Muslim, Ibnu

Majjah, Abu daud dan tirmidzi dari Ummi Salamah.

b) Fiqhul Hadis

Hadis di atas menjelaskan bahwa ruh itu dapat bertemu dengan ruh yang lain

saling menyapa. Namun kehidupan setelah kematian tidaklah sama seperti kehidupan

dunia. Karena alam barzakh adalah alam persinggahan bagi Ruh-ruh dan menunggu

sampai dibangkitkan kembali oleh tiupan sangkakala yang ke dua.

B. Ruh Di dunia

1. Teks Hadis Ke Empat

7 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 231

8 A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî 'an al-Kutub al-Sittah wa 'an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ' Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal (Leiden: Maktabah Brîl, 1936) j.3, h.318

9 Abû Hâjir Muhammad al-Sa'îd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausû'ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî (Beirût: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyah, tth.) j.3, h.81

35

Page 42: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

رورس نم اهللاب ذوعنو هرفغتسنو هينعتسنو هدمحن هللا دمحال نمو, هل لضم الف اهللا يدهي نم, انالمعأ ةئيس نمو انسفنأ هل ياده الف هللضي

Artinya : ”Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya memohon pertolongan

dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan

diri kami dan dari keburukan-keburukan amal kami. Siapa yang diberi petunjuk

Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannnya, dan siapa disesatkan-

Nya, maka tiada seorang pun yang memberi petunjuk”10

a) Penelitian hadis

Adapun kualitas hadis ini menurut Abu Isa dalam Kitab Tuhfatul Ahfadz

adalah hasanun sahihun yang diriwayatkan dari Al-A’masy dari Abi Ishaq dari Abi

Al-Ahwash dari Abdillah dari Nabi muhammad SAW.

b) Fiqhul hadis

Hadis ini menerangkan tentang keberadaan jiwa manusia yang membawa

antara kebaikan dan keburukan , al-Ghazali membagi jiwa menjadi tiga golongan,

yaitu:

1. Jiwa nabati (al-nafs al-nabâtiyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda alami

yang hidup dari segi makan, minum, tumbuh dan berkembang.

2. Jiwa hewani (al-nafs al-hayâwaniyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda

alami yang hidup dari segi mengetahui hal-hal yang kecil dan bergerak dengan

iradat (kehendak).

3. Jiwa insani (al-nafs al-insâniyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda yang

hidup dari segi melakukan perbuatan dengan potensi akal dan pikiran serta

dari segi mengetahui hal-hal yang bersifat umum.

10 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 282.

36

Page 43: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Jiwa insani inilah, menurut al-Ghazali di sebut sebagai ruh (sebagian lain

menyebutnya al-nafs al-nâtiqah/jiwa manusia). Ia sebelum masuk dan berhubungan

dengan tubuh disebut ruh, sedangkan setelah masuk ke dealam tubuh dinamakan nafs

yang mempunyai daya (al-’aql), yaitu daya praktik yang berhubungan dengan badan

daya teori yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Selanjutnya al-Ghazali

menjelaskan bahwa kalb, ruh dan al-nafs al mutmainnah merupakan nama-nama lain

dari al-nafs al-natiqah yang bersifat hidup, aktif dan bisa mengetahui.

Ruh menurut al-Ghazali terbagi menjadi dua, pertama yaitu di sebut ruh

hewani, yakni jauhar yang halus yang terdapat pada rongga hati jasmani dan

merupakan sumber kehidupan, perasaan, gerak, dan penglihatan yang dihubungkan

dengan anggota tubuh seperti menghubungkan cahaya yang menerangi sebuah

ruangan. Kedua, berarti nafs nâtiqah, yakni memungkinkan manusia mengetahui

segala hakekat yang ada. Al-Ghazali berkesimpulan bahwa hubungan ruh dengan

jasad merupakan hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini al-Ghazali

mengemukakan hubungan dari segi maknawi karena wujud hubungan itu tidak begitu

jelas. Lagi pula ajaran Islam tidak membagi manusia dalam kenyataan hidupnya pada

aspek jasad, akal atau ruh, tetapi ia merupakan suatu kerangka yang saling

membutuhkan dan mengikat; itulah yanmg dinamakan manusia. 11

2. Teks Hadis Ke Lima

منها تناآر وما ائتلف منها تعارف فما مجندة جنود رواحاأل

اختلف

11 Abdurrazaq Naufal, Hidup di Alam Akhirat, (Jakarta : Rineka Cipta), cet. ke-1, hal 9

37

Page 44: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Artinya : “Ruh itu laksana Prajurit yang dikerahkan, terhadap ruh yang

dikenal baik ia bersatu, terhadap ruh (lain) yang dianggapnya jahat, ia Bercerai”12

a) Penelitian Kualitas Hadis

Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz,13 al-

Jami' al-Saghîr, Mausû'ah Atraf al-Hadîts,14 dan Miftâh Kunûz al-Sunnah, penulis

menemukan riwayat hadis ini dari Yazid bin al-‘Ashom dari Abu Shaleh dari dari

Aisyah dan Abu Hurairah dan hadis kualitas hadis ini adalah Shahih dan Muttafaqun

A’laihi .15

b) Fiqhul hadis

Bertemunya roh orang yang masih hidup dengan roh yang sudah meninggal

seperti bertemu didalam mimpi dan mengalami sesuatu hal yang dapat dirasakan,

termasuk masalah yang masih rancu di antara manusia.

Ada yang mengatakan bahwa semua ilmu terpendam dalam jiwa. Karena

kemampuan ilmu hanya terkait dengan alam nyata, maka ia terhalang mengetahui roh.

Jika seseorang terbebas dari segala kesibukan karena tidur, maka ia bisa bermimpi

menurut latar belakangnya. Karena kebebasan dari segala kesibukkan, dan

kedekatannya dengan kematian lebih sempurna, maka ilmu dan pengetahuannya

dalam hal ini juga sempurna. Dalam hal ini bisa benar dan bisa batil, sehingga tidak

bisa ditolak semuanya dan tidak selayaknya bisa diterima semuanya.16

C. Ruh Sesudah Kematian

12 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 236

13 A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî 'an al-Kutub al-Sittah wa 'an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ' Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal (Leiden: Maktabah Brîl, 1936) j.3, h.318

14 Abû Hâjir Muhammad al-Sa'îd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausû'ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî (Beirût: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyah, tth.) j.5, h.409

15 Abu Muhammad al-Husaini bin Mas’ud al-Baghawi, Syarhus Sunnah ,(al-Maktabah al-‘Ilmiyyah : Lebanon, 1993) j, 6 hal 460

16 Ibnu hajar al-Asqolani, Fathul Baari, Juz 6. Hal 369

38

Page 45: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

1. Teks Hadis Ke Enam

هنع اوفرصإن اذإ هل نيعيشمال العن عرق عمسي تيمال نأ

Artinya : “Bahwa orang yang meninggal dunia dapat mendengar sandal

orang-orang yang mengiringnya, saat mereka meninggalkan kuburnya”17

a) Penelitian Hadis

Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz,18 penulis

mendapatkan hadis ini dalam riwayat Sahih al-Bukhari dan Abu daud.

Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Bazzar dan Ibnu Hibban dalam kitab

Shahihnya secara ringkas. Ibnu hibban juga meriwayatkan melalui Muhammad bin

amr dari Abu Salamah, dari Abu hurairah. Adapun kualitas hadis di atas menurut ath -

Thahawi, Ibnu Hibban dan Al-Bazzar adalah Sahih dan boleh dijadikan sebagai

dalil.19

b) Fiqhul hadis

Hadis di atas menerangkan bahwa sesungguhnya orang yang sudah meninggal

dapat mendengar sandal orang yang mengunjunginya maupun orang yang berjalan di

sekitarnya. Dengan ini pada dasarnya, ruh itu hidup di alam kubur, namun tidak dapat

berkomunikasi dengan orang yang masih hidup, dan pada hakikatnya ruh itu tidak

hancur dan mati seperti jasadnya.

Menurut Ibnu al-Manayyar mengatakan, bahwa Imam al-Bukhâri

mengkhususkan hadis ini untuk dijadikan sebagai permulaan adab saat menguburkan

mayat, yaitu harus bersikap tenang, tidak gaduh serta hendaknya tidak

17 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 11

18 A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî 'an al-Kutub al-Sittah wa 'an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ' Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal (Leiden: Maktabah Brîl, 1936) j.6 hal. 490.

19 . Ibnu hajar al-Asqolani, Fathul Baari juz 7, (Jakarta : Pustaka Azzam , 2007). Cet 1, hal 302-304.

39

Page 46: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

menghentakkan tanah dengan keras, selayakya menghormati terhadap orang yang

sedang tidur.

2. Teks Hadis Ke Tujuh

امآ اهللا دنع نم ةمحالر لهأ ااهقلت تضبق اذإ نمؤمال سفن نإ حيرتسي تىح ماآخأ اورظنا : نولوقيف, اينالد يف ريشبال ىقلتي ااذمو ؟نالف لعف ااذم : هنولأسف, ديدش برآ يف انآ هنإف اتم لجر نع هولأس اذإف ؟ةنالف تجاوزت لهو ؟ةنالف تلعف نوعاجر هيلإ انإو هلل انإ: اوالق. ىلبق اتم دق هنإ : الق هلبق .ةيبرلما تسئبو ماأل تسئبف الهاوية همأ ىلإ هب بهذ

Artinya: Apabila jiwa orang mukmin dicabut, maka dia disambut orang-orang

yang mendapat rahmat dari sisi Allah, sebagaimana orang yang akan memberitakan

kabar gembira disambut di dunia, lalu mereka bertanya, “Lihatlah saudara kalian

agar dia beristirahat, karena dia dalam kesusahan. Yang lainnya bertanya, “ Apa

yang dilakukan fulan dan apa yang dilakukan fulanah? Apakah fulanah itu sudah

menikah?” Jika mereka bertanya kepadanya tentang seseorang, lalu yang ditanya

menjawab, “dia sudah meninggal sebelumku”, maka mereka berkata, Inna lillahi wa

inna ilaihi raji’un. Rupanya dibawa pergi ke induk neraka jahannam. Induknya

menjadi buruk, begitu pula masuk kedalamnya.20

a) Penelitian Hadis

Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz,21 al-

Jami' al-Saghîr, Mausû'ah Atraf al-Hadîts,22 dan Miftâh Kunûz al-Sunnah, penulis

20 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 30

21 A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî 'an al-Kutub al-Sittah wa 'an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ' Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal , j.3, h.385

22 Abû Hâjir Muhammad al-Sa'îd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausû'ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî (Beirût: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyah, tth.) j.5, h.409

40

Page 47: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

menemukan riwayat hadis ini dari Muawiyah bin Yahya, dari Abdullah bin Salmah,

dari Abu Rahmi Al-Musma’i, dari Abu Ayyub Al-Anshary.23

b) Fiqhul hadis

Dari uraian hadis di atas ruh diklasifikasikan dalam dua macam. Ruh yang

mendapat siksaan dan ruh yang mendapat kenikmatan. Ruh yang yang mendapat

siksaan disibukkan oleh siksaan yang menimpanya, sehinggga ia tidak bisa saling

bertemu. Sedangkan ruh-ruh yang mendapat kenikmatan mendapat kebebasan dan

tidak dibelenggu, sehingga mereka bisa saling bertemu dan berkunjung serta

mengingatkan apa yang pernah terjadi di dunia dan apa yang akan dialami dialami

para penghuni dunia lainnya.

Disunnahkan untuk mengucapkan kalimat نوعاجر هيلإ انإو هلل انإ apabila seseorang mendengar kabar berita duka cita atau musibah.

3. Teks hadis ke Delapan

وال الحمد لواء بيدي و, فخر وال القيامة يوم أدم ولد سيد أنا وأنا, لوائي تحت إال سواه فمن ادم يومئذ نبي من اوم فخر .فخر وال األرض عنه تنشق من أول

Artinya : “Aku pemimpin anak Adam pada hari kiamat dan ini bukan suatu

kebanggaan. Tidaklah ada seorang nabi pada hari itu, Adam dan lainnya berada

dibawah benderaku, aku adalah orang yang pertama kali dikeluarkan dari bumi dan

ini bukan suatu kebanggaan.”24

a) Penelitian Hadis

23 Al- Haitsami, Mujma’ Zawaaid, kitabul janaaiz, bab fii mautil mu’mini wa ghairihi, hadis

3941. At-Tabrani, al- Mujma’ al-Kabiir hadis, hadis 4887-4888. Al-Hakim, al-Mustadrak, fii kitabi at-tafsiir : at-tafsiir tafsiiru surah al-Qaria’h, hadis 3986. 24 bnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 51.

41

Page 48: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz,25 hadis

ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, al-Tirmîdzî, al-, ibn Mâjah, dan Ahmad bin Hanbal

dan menurut at-Tirmidzi bahwa kualitas hadis ini adalah hadis hasan shahih. 26

b) Fiqhul hadis

Hadis di atas menerangkan bahwa, kematian itu bukan berarti ketiadaan sama

sekali, tapi kematian merupakan perpindahan dari keadaan ke keadaaan yang lain.

Sekiranya makna pingsan maksudnya adalah mati, maka itu merupakan kematian

dalam bentuk yang lain. Dalam hal ini telah dijelaskan para ulama terkemuka, Abu

Abdullah Al-Qurthuby berpendapat, pingsan yang terjadi pada hari kiamat bukanlah

pingsan yang berarti mati karena tiupan sangkakala, tetapi pingsan ini terjadi setelah

tiupan yang kedua, yaitu tiupan saat kebangkitan.

4. Teks hadis Ke Sembilan

الجنة ثمر من تعلق طيرخضر في الشهداء أرواح نأ

Artinya : “Sesunguhnya bahwa ruh para syuhada berada di dalam seekor

burung yang berwarna hijau, bergantung pada buah surga.27

a) Penelitian Hadis

Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz,28 hadis

ini terdapat pada at-Tirmidzi hadis no 1641, Ahmad hadis no 27236, Kanzul ‘Ummal

hadis no 11171. Ibnu Abbas berpendapat bahwa kualitas hadis ini adalah Sahih.29

25 A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî 'an al-Kutub al-Sittah

wa 'an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ' Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal (Leiden: Maktabah Brîl, 1936) j.3, h.318

26 At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Lebanon ; Maktabah Salafiah, 1978) j. 5 hal 308 27 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 54

28 A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî 'an al-Kutub al-Sittah wa 'an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ' Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal (Leiden: Maktabah Brîl, 1936) j.3, h.318

29 Tuhfatul Ahwaadz, j, 2 hal 218.

42

Page 49: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

b) Fiqhul hadis

Dari sini diketahui bahwa ruh membentuk rupa tertentu di badan, yang

membedakannya dengan yang lain. Ia berpengaruh dan berpindah dari badan

sebagaimana badan yang juga bisa mempengaruhi dan beralih pada ruh itu. Badan

yang baik dan buruk memperoleh hasil kebaikan dan keburukannya, dan ruh yang

baik dan yang buruk memperoleh hasil dari kebaikkan atau keburukkan badan.

Hadis ini menerangkan bahwa ruh para syuhada itu setelah meninggal berada

dalam seekor burung mendapatkan kenikmatan surga terus menenerus hingga akhir

kiamat.

5. Teks Hadis Ke Sepuluh

لحبيبا آنت إن : األرض له تقول لحده في المؤمن وضع إذا, بطني في اليوم صرت إذا فكيف ظهرى على وأنت إلي

الوق) بصره مد قبره في له فيفسح, بك أصنع ما سأريك أتاه قبره في الكافر وضع إذا: (وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول. أدري ال فيقول : ربك من : له فيقوالن فيجلسانه نكير و منكر

يعاد ثم, رمادا رفيسي ضربة فيضربان, دريت ال: له فيقوالن رجل؟ أي فيقول الرجل؟ هذا في قولك ما : له فيقال, فيجلس إنه الناس قال : فيقول سلم و عليه اهللا صلى محمد : فيقوالن اهللا صلى ضربة فيضربانه, سلم و عليه اهللا صلى اهللا رسول رمادا فيصير ضربة فيضربانه. سلم و عليه

Artinya : “Jika orang mu’min diletakkan dalam liang kuburnya, maka tanah

berkata kepadanya, “ Engkau benar-benar orang yang kucintai. Sebelumnya engkau

berada di atas punggungku, maka bagaimana jika sekarang engkau berada didalam

perutku, agar aku memperlihatkan apa yang akan aku perbuat terhadap dirimu?”

Kuburnya dilapangkan sejauh mata memandang.” Rasulullah SAW juga bersabda,

43

Page 50: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

jika orang kafir diletakkan di dalam kuburnya, maka malaikat munkar dan nakir

mendatanginya, mendudukannya lalu bertanya kepadanya, “Siapa Rabbmu?” “Aku

tidak tahu,” jawabnya. Keduanya berkata : “Memang engkau tidak tahu.” Lalu

keduanya memukul orang kafir itu sekali pukulan hinga menjadi abu. Kemudian

dikembalikan lagi dan didudukkan. Dia ditanya, “Siapa orang ini?” “Orang yang

mana?” dia balik bertanya. “Muhammad SAW,” jawab dua malaikat. “ Kata orang-

orang dia adalah Rasul Allah,” katanya. Maka dua malaikat memukulnya dengan

sekali pukulan hingga ia menjadi abu.”30

a) Penelitian hadis

Setelah ditelusuri hadis di atas dalam kitab at-Targhib wa at-Tarhib31, hadis

ini diriwayatkan oleh Abu Daud, an-Nasa’i, Ahmad dengan sanad yang shahih dari

riwayat Abu Said al-Khudhri. Dengan demikian hadis ini adalah hadis shahih.32

b) Fiqhul hadis

Hadis diatas menerangkan bahwa apabila seseorang diletakkan dalam liang

kuburnya maka ia akan dihadapkan dengan pertanyaan dari Malaikat Munkar dan

Nakir, tentang Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan ruhnya tidak akan dikembalikan lagi

kepada jasadnya saat mendapat pertanyaan. Dengan demikian bahwa Ni’mat dan

siksa kubur itu berpengaruh hanya pada ruhnya bukannya jasadnya. 33

6. Teks hadis ke sebelas

ما القبر عذاب من يسمعكم أن اهللا لدعوت تدفنوا ال أن لوال

أسمع

Artinya : “Sekiranya kalian tidak dikuburkan, tentu aku berdo’a kepada Allah 30 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 65

31 Imam Zakiyyuddin Abdul Adzim bin Abdul Qowi al-Mundziri, at-Targhib wa at-Tarhib, (Daarul Fikr : Beirut, 1993) . j 4, hal 194.

32 at-Targhib wa at-Tarhib . j 4, hal 194. Abu Daud hadis no 3212, kitabul janaiz. 33 Ibnu Hajar, Fathul Baari Juz 3 hal 204

44

Page 51: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

agar Dia memperdengarkan kepada kalian siksa kubur seperti yang kudengar.”34

a) Penelitian hadis

Setelah ditelusuri hadis ini dalam kitab at-Targhib wa at-Tarhib35 dan Sunan

an-Nasa’î,36 hadis ini diriwayatkan oleh Suwaid bin Nashr dari Abdullah bin Humaidi

dari Anas. Dan kedudukan hadis ini termasuk hadis Sahih.37

b) Fiqhul Hadis

Hadis ini menerangkan bahwa alam barzakh itu benar-benar ada, sebagai

tempat bagi orang sudah melewati kehidupan dunia. Seseorang akan mendapat ni’mat

dan siksa kubur sesuai dengan amal perbuatannya. Dan hikmah dari siksaan kubur

yang tidak dapat didengar oleh orang hidup, agar kita senantiasa selalu percaya

kepada segala kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya.

Menurut Said bin Mua’adz sebab siksaan di dalam kubur adalah meninggalkan

bersuci setelah ia buang air kecil, tidak membersihkan kemaluannya38.

7. Teks hadis ke dua belas

رآهما اللذين الرجلين عن سلم و عليه اهللا صلى النبي أخبر كويتر, الناس بين بالنميمة أحدهما يمشي, قبورهما في يعذبان .البول عن اإلستبراء اآلخر

Artinya : “Bahwa Nabi SAW mengabarkan tentang orang laki-laki yang

disiksa dalam kubur mereka, salah satu dari kedua orang itu adalah orang yang suka

mengadu domba, dan yang lainnya disiksa disebabkan tidak bersuci setelah buang air

34 bnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 88

35 Imam Zakiyyuddin Abdul Adzim bin Abdul Qowi al-Mundziri, at-Targhib wa at-Tarhib, (Daarul Fikr : Beirut, 1993) . j 4, hal 204.

36 Jalaluddn As-Suyuthi, Sunan an-Nasa’i, (Daarul-Fikr : Beirut, 1990) j, 4, hal 102 37 Sunan an-Nasa’i, j, 4, hal 102

38 Jalaluddn As-Suyuthi, Sunan an-Nasa’i, j, 4, hal 102.

45

Page 52: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

kecil.”39

a) Penelitian hadis

Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz,40 penulis

menemukan bahwa hadis ini diriwayatkan dalam, al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi,

an-Nasa’î. Meriwayatkan Mansur dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, dari al-A’masy.

Imam Waki’ berkata bahwa al-A’masy adalah orang yang hafal sanad, dan hadis ini

adalah hasan sahih.41

b) Fiqhul Hadis

Hadis diatas menerangkan bahwa orang-orang yang disiksa di dalam kubur

adalah orang yang tidak bersuci setelah ia buang air, dan orang yang suka mengadu

domba. Disini digambarkan bahwa senantiasa seseorang agar membiasakan dirinya

untuk bersuci baik dari hadas besar maupun hadas kecil. Dan Nabi Saw senantiasa

mengajak ummatnya untuk menjaga kebersihan, karena kebersihan itu sebagian dari

iman.

Yang kedua orang yang akan mendapat siksa kubur adalah orang yang suka

mengadu domba. Perbuatan adu domba mencari permusuhan dan memecah belah

orang maupun kelompok adalah hal yang paling dibenci oleh Nabi Muhammad SAW,

karena Islam selalu mengajarkan perbuatan yang baik dan mencintai sesama serta

saling tolong-menolong antar ummat manusia. Ini adalah upaya untuk menciptakan

perdamaian tidak ada perang, kerusuhan maupun kekerasan dimana pun berada.

8. Teks hadis ke tiga belas

ليسمع أنه أصحابه عنه تولى و قبره في وضع اإذ العبد إن 39 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 101

40 A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî 'an al-Kutub al-Sittah wa 'an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ' Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal (Leiden: Maktabah Brîl, 1936) j.2, h.227

41 Sunan at-Tirmidzi, juz 1, hal 103.

46

Page 53: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Artinya : ”Sesungguhnya jika hamba diletakkan dalam liang kuburnya dan

rekan-rekannya sudah meninggalkannya, maka dia bisa mendengar suara sandal

mereka.” Lalu dia menyebutkan hadis ini. Al-Bukhari menambahi, ’Sedangkan orang

munafik dan orang kafir, maka ditanyakan kepadanya, Apa yang kamu katakan

tentang orang ini?” Dia menjawab, ”Aku tidak tahu. Aku mengatakan seperti yang

dikatakan orang-orang. Maka dikatakan kepadanya, ”Kamu memang tidak tahu dan

tidak pernah membaca.” Lalu dia dipukul dengan palu dari besi, sehingga dia

menjerit kesakitan.” 42

a) Penelitian Hadis

Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz,43 penulis

mendapatkan hadis ini dalam riwayat Shahih al-Bukhari dan Abu daud.

Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Bazzar dan Ibnu Hibban dalam kitab

Shahihnya secara ringkas. Ibnu hibban juga meriwayatkan melalui Muhammad bin

amr dari Abu Salamah, dari Abu hurairah. Adapun kualitas hadis diatas menurut ath-

Thahawi, Ibnu Hibban dan Al-Bazzar adalah Sahih dan boleh dijadikan sebagai

dalil.44

b) Fiqhul Hadis

Hadis diatas menerangkan bahwa sesungguhnya orang yang sudah meninggal

dapat mendengar sandal orang yang mengunjunginya maupun orang yang berjalan

42 39 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 110

43 A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî 'an al-Kutub al-Sittah wa 'an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ' Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal (Leiden: Maktabah Brîl, 1936) j.6 hal. 490.

44 . Ibnu hajar al-Asqolani, Fathul Baari juz 7, (Jakarta : Pustaka Azzam , 2007). Cet 1, hal 302-304.

47

Page 54: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Hadis diatas juga menjelaskan bahwa orang kafir dan orang munafik juga

mendapat pertanyaan dalam kubur dan juga mendapat siksa kubur seperti dipukul

dengan martil dan badannya menjadi hancur.

9. Teks hadis ke empat belas

آان إن, والعشي بالغداة مقعده عليه عرض مات إذا أحدآم إن له يقال النار أهل من انآ وإن, الجنة أهل فمن الجنة أهل من .القيامة يوم إلى اهللا يبعثك حتى مقعدك هذا:

Artinya : ”Jika salah seorang di antara kalian meninggal dunia, maka tempat

duduknya diperlihatkan kepadanya setiap pagi dan petang. Jika dia termasuk

penghuni surga, maka dia pun termasuk penghuni surga, dan jika dia termasuk

penghuni neraka, maka dia pun termasuk penghini neraka. Dikatakan kepadanya ,’Ini

tempat dudukmu hingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat.”45

a) Penelitian kualitas hadis

Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab Mausû'ah Atraf al-Hadîts,46

Penulis menemukan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Tirmidzi,

Nasa’i , Ibnu Majjah dari Ibnu Umar. Penulis menilai kualitas hadis ini adalah

hasan.47

b) Fiqhul hadis

Menurut al-Qurthubi, bahwa di atas menjelaskan bahwa ada kemungkinan

ditampakkan surga dan neraka ketika di alam barzakh kepada ruh bersama sebagian

badan. Dia juga berkata maksud pagi dan sore hari adalah waktu bagi kedua, sebab

orang yang telah meninggal dunia tidak ada waktu bagi keduanya (siang dan petang).

Ibnu Abdul Barr berpendapat bahwa hadis ini dapat dijadikan dalil bahwa ruh-

45 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 123

46 Abû Hâjir Muhammad al-Sa'îd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausû'ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî (Beirût: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyah, tth.) j.2, h.254

47 Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Juz 5 hal 26

48

Page 55: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

49

ruh berada di tepi kuburan, namun pendapat ini sangatlah lemah, makna Al-Quran

mengindikasikan bahwa ruh-ruh itu ditahan di sisi Allah SWT.

10. Teks hadis ke lima belas

أو, ريةجا صدقة : ثالث من إال عمله إنقطع األنسان مات إذا له يدعو صالح ولد أو, به ينتفع علم

Artinya : ”Apabila manusia telah meninggal dunia, maka terputus segala

amal perbuatannya kecuali tiga perkara : Shadaqoh Jariyah, Ilmu bermanfaat, atau

anak yang shaleh yang selalu mendoakannya.”48

a) Penelitian kualitas hadis

Setelah ditelusuri oleh penulis, penulis menemukan kualitas hadis ini menurut

Abu Isa dalam Kitab Tuhfatul Ahwadz adalah hasanun shahihun.49

b) Fiqhul hadis

Hadis diatas menjelaskan bahwa orang sudah meninggal dunia dapat

mengambil manfaat dari selain sebab yang berasal dirinya, seperti shadaqoh jariyah,

ilmu bermanfaat dan anak yang sholeh yang selalu mendoakannya. Hal ini seperti

dalil yang difirmankan Allah SWT :

الذين وإلخواننا اغفرلنا ربنا يقولون بعدهم من جاءو والذين )ا : .الحشر ( باإليمان نسبقو

Dan, orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor),

berdoa, ‘Ya Allah, beri ampunlah kami dan saudara-saudara dari kami yang telah

beriman lebih dahulu daripada kami. ( Al-Hasyr : 10).

48 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 153.

49 Tuhfatul Ahwadz, Juz 3 hal 651

Page 56: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

BAB IV

ANALISA HADIS DAN PEMAHAMAN TENTANG KONSEP RUH

DALAM KITAB RUH KARYA IBNUL QAYYIM AL-JAUZIYAH

A. Hakekat jiwa dan ruh

Al-rȗh dan al-rawh berasal dari huruf yang sama yaitu ra’, waw dan ha.

Tetapi, penggunaan al-ruh lebih banyak merujuk kepada nafas dan juga istilah

bagi sesuatu yang menyebabkan hidup, bergerak, memperoleh manfaat dan juga

mengelak daripada kemudharatan.1

Kalimat al-rȗh mempunyai pelbagai makna. Al-rȗh boleh diartikan

dengan makna nyawa, malaikat Jibril, satu malaikat yang besar yang apabila

berdiri bersamaan dengan satu saf malaikat yang lain, hembusan angin, Nabi 'Isa

al-Masih, kalam Allah dan rahmat Allah.

Di dalam Bahasa Melayu, al-rȗh diungkapkan sebagai ruh. Ruh ialah

bahagian dalam manusia yang mempunyai daya berfikir (berperasaan,

berkemauan), jiwa dan juga benda hidup tidak berjasad yang berfikiran dan

berperasaan (malaikat, jin, syaitan dan lain-lain) dan kiasan kepada semangat dan

jiwa.2

Dalam konteks al-rȗh sebagai sesuatu yang menyebabkan jasad hidup,

bergerak, memperolehi manfaat dan juga mengelak daripada kemudharatan, al-

ruh dapat dibagi kepada ruh insani dan ruh hayawani. Ruh insani ditakrifkan

dengan suatu unsur halus yang dapat mengetahui dan memperolehi ilmu, dimiliki

1 Al-Asfahani, Abu al-Qasim al-Husayn bin Muhammad al-Raghib (t.t), al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an,( Beirut: Dar al-Ma’rifah), h.205

2 Hajah Noresah bt. Baharom et al. , Kamus Dewan, (Dewan Bahasa dan Pustaka Edisi Ketiga, : Kuala Lumpur, 2002) h. 1146

51

Page 57: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

oleh manusia, yang terdiri daripada ruh hayawani yang membuatkan akal

menjadi lemah daripada mengetahui hakikat ruh tersebut. Ruh hayawani

ditakrifkan sebagai satu jisim yang halus, tempatnya ialah di ruang kosong hati,

dan beredar ke seluruh badan melalui saluran-saluran darah.3

Jiwa adalah dzat di dalam diri kita yang memiliki kemampuan untuk

memilih. Sedangkan ruh adalah dzat yang menyebabkan munculnya kehidupan

pada benda-benda mati sekaligus menularkan sifat-sifat ketuhanan kepadanya.

Dengan ditiupkannya ruh, maka sesuatu yang tadinya mati, tak bernyawa,

menjadi ada atau hidup. Allah mengimbaskan sebagian dari sifat-sifatNya kepada

manusia lewat ruh, sehingga disamping bersifat hidup, manusia juga memiliki

kehendak, kasih sayang, keikhlasan, dan sifat-sifat lain yang membuat manusia

berderajat lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya yang hanya

terimbas sifat hidup saja. Oleh sebab itu Rasulullah SAW mengajarkan kita

senantiasa agar kita terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela dan menjauhi diri

kita untuk berbuat kejahatan yang timbul akibat jiwa yang ada dalam diri kita

B. Awal keberadaan ruh

1. Hadis pertama

Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda,

مثل علقة يكون ثم يوما أربعين أمه بطن في دمآ خلق إن ينفخف الملك اليه يرسل ثم ذلك مثل مضغة يكون ثم ذلك الروح فيه

3 Al-Jurjani, al-Sayyid al-Sharif Abi al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Humayni , al-Ta`rifat, (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Ilmiyyah, 2000M/1421H) h. 115-116

52

Page 58: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Artinya : Bahwa penciptaaan anak Adam dengan dihimpun didalam

perut ibunya selama empat puluh hari yang berupa air mani, kemudian air mani

ini berubah menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging yang

seperti itu, kemudian Dia mengutus malaikat kepadanya yang meniupkan ruhnya

di dalamnya.”

Semenjak Allah swt. menciptakan Adam, sampai hari kiamat kelak

proses penciptaan manusia terjadi berulang-ulang. Melalui tahapan-tahapan yang

sama : mulai dari penciptaan, penyempurnaan, dan peniupan ruh ke dalam badan

agar menjadi makhluk yang berbeda. Ruh menempati embrio atau janin yang

hidup. Dan kehidupan janin lebih dulu ada ketimbang kehidupan ruh. Embrio

atau janin terentuk dari hasil pertemuan sel sperma dan ovum yang sama-sama

hidup.

Dengan demikian, kehidupan sudah ada pada sel sperma laki-laki, juga

pada ovum perempuan, sebelum keduanya mengalami pembuahan. Tidak

disangsikan lagi, sejak awal janin dibentuk sampai ruh ditiupkan ke dalam

dirinya, ia telah menikmati hidup dengan segenap maknanya. Juga dengan

segenap fenomena dan indikasi yang menunjukkan keberadaannya. Denyut

kehidupan yang beraneka ragam mengalir dalam sel-sel tersebut, siang dan

malam. Ia menjadi segumpal darah, lalu segumpal daging yang sempurna

kejadiannya dan tidak semprna. Ia makan dan minum memenuhi kebutuhunnya

dari darah sang ibu.4 Ibnu Mas’ud menyatakan bahwa nuthfah yang

memancarkan ke dalam rahim bila Allah menghendaki untuk dijadikan seorang

manusia, maka nutfah tersebut mengalir pada seluruh pembulu darah perempuan

4 Abd al-Basith Muhammad , Semesta Ruh (Serambi : Jakarta, 2006), hal 73

53

Page 59: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Ibnul Qayyim menukilkan pendapat Ibn Taymiyyah yang menjelaskan

bahwa kandungan hadis di atas terdapat dua pendapat yang termasyhur, yaitu

pendapat yang mengatakan bahwa ruh itu diciptakan terlebih dahulu sebelum

badan, dan pendapat yang mengatakan sebaliknya. Ibn al-Qayyim lebih

cenderung kepada pendapat yang kedua, yaitu ruh diciptakan selepas tersedianya

jasad.

Menurut Ibn al-Qayyim, seandainya ruh itu wujud sebelum badan dan

menjadi saksi sebagaimana yang dikatakan oleh sebahagian pentafsir, tentulah

ruh itu sudah ada ketika ditiupkan ke dalam badan.6

Jauh sebelum sains modern menemukan proses pembentukan embrio

manusia, pada abad ke-7 M Alquran dan Hadis telah menjelaskan proses

pembentukan embrio manusia. Alquran telah berbicara tentang pertumbuhan

janin di dalam perut ibu fase demi fase, padahal janin dan pertumbuhannya

tidaklah terlihat dengan mata kepala dan tidak mungkin juga dijelaskan hanya

dengan duga dan kira. Sains modern baru mengetahui proses penciptaan di alam

rahim setelah ditemukannya alat-alat pemeriksaan modern.

5 Ibnu Daqiq Al-‘Ied, Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi, (Media Hidayah :

Yogyakarta, 2001) hal 36. 6 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 224

54

Page 60: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Proses penciptaan manusia di dalam rahim dijelaskan dalam Al-Quran

surat al-Mu'minun ayat 12-14. "Dan, sesungguhnya Kami telah menciptakan

manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian, Kami jadikan

saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah. Lalu, segumpal darah itu

Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus daging.

Kemudian, Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain ."

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan adanya enam fase terbentuknya

janin dalam rahim. Tahap pertama penciptaan janin disebut sulalah dimulai dari

saripati mani. Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari saripati air hina

(air mani). Manusia bukan diciptakan dari seluruh mani yang keluar dari suami -

istri, tapi hanya dari bagian yang sangat halus. Itulah yang dimaksud dengan

sulalah.

Menurut riset yang telah diteliti oleh para ahli sekarang, bahwa manusia

itu tercipta dari satu sperma saja. Itu sangat sedikit sekali bila dibanding dengan

sperma yang keluar dari laki-laki yang mencapai jutaan sperma. Sulalah adalah

kata yang paling tepat dan cocok untuk menggambarkan proses terbentuknya

janin ini, karena satu dari jutaan sperma ini bergerak menuju ke rahim untuk

membuahi ovum dari wanita.

Tahap kedua disebut alaqoh. "Kemudian air mani itu Kami jadikan

segumpal darah (alaqoh). Alaqoh berarti juga nama dari binatang kecil yang

hidup di air dan di tanah yang terkadang menempel di mulut binatang pada

waktu minum di rawa-rawa yaitu sebangsa lintah.

55

Page 61: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Bentuk janin pada fase ini sangat mirip sekali dengan binatang lintah

tersebut. Bahkan kalau keduanya difoto bersamaan, niscaya manusia tidak akan

bisa membedakan bentuk dan gambar keduanya. Tahap ketiga, mudghah

(Segumpal Daging). Dalam kelanjutan surat al-Mu'minun dijelaskan "Lalu

segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging." Tahap keempat ditandai

dengan muncul dan tumbuhnya tulang. "Dan segumpal daging itu Kami jadikan

tulang belulang."

Para ahli dan spesialis dalam bidang medis telah menyimpulkan bahwa

tulang itu muncul sebelum daging sebagai penutupnya. Setelah itu baru

munculah daging. Ini hanya baru diketahui oleh para ahli pada zaman sekarang,

itu pun dengan bantuan alat-alat fotografi.

Tahap kelima, pembungkusan tulang dengan daging. "Lalu tulang

belulang itu Kami bungkus dengan daging." Didahulukannya penciptaan tulang

sebelum daging, itu karena daging butuh kepada tulang untuk menempel

padanya. Maka tulang mesti sudah ada sebelum daging. Tahap keenam adalah

perubahan janin ke bentuk yang lain. "Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang

berbentuk. lain."

Menurut Dr Ahmad Hamid Ahmad, bersama dengan berakhirnya pekan

ketujuh, panjang mudghoh sudah mencapai 8 - 16 milimeter. Termasuk yang

membedakan pada periode ini adalah bentuk tulang berbentuk bengkok

menyerupai bulan sabit, kemudian mulai berubah lurus dan tegap. Di tambah lagi

ada sesuatu yang membedakan janin dengan makhluk hidup yang lain, yaitu

sempurnanya bentuk tubuh pada pekan kedelapan.

56

Page 62: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Begitulah, proses penciptaan janin di dalam rahim seorang ibu, hingga

akhirnya melahirkan di usia kehamilan sembilan bulan. Sungguh Maha Suci

Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

2. Teks hadis kedua

نوره من عليهم وألقى, ظلمة في خلقه خلق اهللا نإ

Artinya : “ Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya dalam

kegelapan, dan memasukkan cahaya-Nya kepadanya.”7

Menurut Ibnul Qayyim, kandungan hadis di atas menjelaskan ruh itu

merupakan cahaya yang menjadi bagian dari cahaya Allah, merupakan

kehidupan yang menjadi bagian kehidupan Allah.8

Ibnul Qayyim mengikuti pendapat Abu Muhammad Ibnu Hazm

berpendapat atas dasar pendapat yang dipilihnya sendiri, bahwa roh itu

diciptakan lebih dahulu sebelum badannya diciptakan. Ada pendapat tentang

masalah ini, dan jumhur ulama berpendapat bahwa roh diciptakan setelah

penciptaan badan. Orang-orang yang berpendapat bahwa roh diciptakan setelah

penciptaan badan tidak memiliki dalil dari Al-Qur’an dan as-Sunnah serta ijma’,

kecuali dari hasil pemahaman mereka terhadap beberapa nash yang sebenarnya

tidak menunjukkan kepada pendapat itu.9

Menurut Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah bahwa roh anak adam adalah

makhluk yang diciptakan. Begitulah kesepakatan orang-orang salaf, para imam

dan Ahlus-Sunnah. Yang mengabarkan ijma’ ulama tentang keberadaan ruh

7 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 188 8 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 250 9 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 293

57

Page 63: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

sebagai makhluk ini tidak hanya satu imam saja, seperti Muhammad Nashr Al-

Marwazi, seorang imam yang terkenal dan yang paling mengetahui di antara

orang-orang sezamannya tentang ijma’ dan perpedaan pendapat. Begitu pula Abu

Muhammad bin qutaibah, yang berkata di dalam kitab al-Lafzh, ketika

membicarakan masalah roh, tidak dapat diragukan siapa pun yang menyepakati

kebenaran, bahwa roh itu sesuatu yang diciptakan.

C. Ruh di ketika berada di dunia

1. Teks Hadis Ketiga

رورس نم اهللاب ذوعنو هرفغتسنو هينعتسنو هدمحن هللا دمحال نمو, هل لضم الف اهللا يدهي نم, انالمعأ ةئيس نمو انسفنأ هل ياده الف هللضي

Artinya : ”Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya memohon

pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari

kejahatan-kejahatan diri kami dan dari keburukan-keburukan amal kami. Siapa

yang diberi petunjuk Allah, maka tiada seorang pun yang dapat

menyesatkannnya, dan siapa disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang

memberi petunjuk”10

Ibnul Qayyim mengatakan kandungan hadis di atas bahwa jiwa adalah

substansi, jisim, yang bersifat nurani, berada di tempat yang tinggi, lembut, hidup

dan dinamis (nurani, ‘alâwi khafif hayy mutaharrik). Ia bukan tubuh, bukan

substansi immaterial, tidak berasal dari empat unsur. Jiwa (juga) bukan pula

10 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 282

58

Page 64: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

angin halus yang masuk dan keluar melalui proses pernafasan. Ia tidak memiliki

ruang, panjang, lebar, dalam, warna dan bagian. Jiwa juga tidak berada di dalam

alam, di luar alam, di samping alam atau di alam lain.

Menurut Ibn Qayyim jiwa menembus anggota tubuh dan mengalir

bagaikan air atau minyak zaitun atau api di dalam kayu bakar. Selama anggota

badan dalam keadaan baik untuk menerima pengaruh yang melimpah di atasnya

dari jisim halus (yang disebut jiwa ini), maka jisim halus ini akan membuat

jaringan dengan bagian-bagian tubuh kemudian pengaruh itu memberinya

manfaat berupa rasa, gerak dan keinginan.11

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dibingungkan oleh

pemahaman akan jiwa dan ruh. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa jiwa

dan ruh itu berbeda maknanya. Masyarakat meyakini bahwa jiwa manusia itu

berada di balik hati nurani. Mereka meyakini pula jika di saat kita tidur, ruh kita

terbang dan ruh itu nantinya akan kembali pada kita jika Allah menginginkan.

Sementara, sebagian masyarakat lainnya menganggap bahwa jiwa dan ruh

bermakna sama. Jiwa adalah ruh, dan ruh adalah jiwa. Lantas, manakah yang

benar? Apakah jiwa itu? Apakah jiwa memiliki persamaan makna dengan ruh?

Benarkah anggapan masyarakat tentang jiwa yang bersemayam di balik hati

nurani?

Ibn Qayyim menjelaskan bahwa sebenarnya jiwa itu satu, tapi memiliki

tiga sifat dan dinamakan dengan sifat yang mendominasinya. Ada jiwa yang

11 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 368

59

Page 65: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

disebut nafsu ammârah yaitu nafsu yang menyuruh kepada keburukan. Ada nafsu

lawwamah yang selalu mencela, selalu ragu-ragu antara menerima dan mencela

secara bergantian. Dan terakhir ada jiwa yang disebut nafsu muthma’innah (jiwa

yang tenang) karena ketenangannya dalam beribadah, ber-mahabbah, ber-inabah,

bertawakal, beserta keridhaan dan kedamaiannya dengan Allah. Adapun tujuan

perkembangan jiwa manusia adalah tercapainya jiwa muthma’innah, yang

merupakan kesempurnaannya. Di sini terlihat bahwa bagi Ibn Qayyim jiwa (ruh)

dan nafs (nafsu) digunakan dalam arti atau pengertian yang sama.

Selain berbicara tentang jiwa yang ia samakan dengan nafsu, Ibn Qayyim

juga berbicara tentang hati (Qalb) dan akal. Baginya hati adalah raja yang

menggunakan seluruh alat tubuh. Hati merupakan alat tubuh yang paling

terhormat, sendi kehidupan, sumber ruh hewani, kehangatan instink, tempat

penambangan akal, ilmu, impian, kehormatan, keberanian, kesabaran, ketekunan,

kecintaan, keridhaan, kemarahan dan seluruh sifat kesempurnaan lainnya. Oleh

karena itu, boleh dikata bahwa seluruh anggota tubuh, baik yang bersifat lahir

maupun batin beserta energi yang dimilikinya adalah pasukan hati. Adapun yang

dimaksud hati di sini bukanlah daging yang sama-sama dimiliki oleh hewan juga,

tetapi yang dimaksud adalah “mind” atau pikiran.

Oleh sebab itu jiwa adalah ‘sosok’ yang bertanggung jawab atas segala

perbuatan kemanusiannya. Jiwa memiliki kebebasan untuk memilih kebaikan

atau keburukan dalam hidupnya. Pertanggungjawaban itu akan dipikul oleh jiwa

ketika ia dikembalikan ke badannya pada hari kebangkitan kelak. Berbeda

60

Page 66: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

dengan jiwa, ruh merupakan anugerah Allah yang menularkan sebagian sifat-

sifat Allah. Dengan ditiupkannya ruh, saat itulah manusia dapat bernafas.12

Intinya, ruh berfungsi sebagai ‘sesuatu’ yang menjadikan manusia itu hidup dan

jiwa merupakan ‘sosok’ penentu setiap pilihan dalam kehidupan. Perbedaan

makna jiwa dengan ruh dapat kita lihat dalam kegiatan sehari-hari. Tatkala

seseorang terlelap dalam tidur, hembusan nafas dan detak jantungnya masih

terdengar karena yang ditahan oleh Allah adalah jiwanya, bukan ruhnya.

2. Teks Hadis Keempat

تناآر وما ائتلف منها تعارف فما مجندة جنود رواحاأل

اختلف منها

Artinya : “Ruh itu laksana Prajurit yang dikerahkan, terhadap ruh yang

dikenal baik ia bersatu, terhadap ruh (lain) yang dianggapnya jahat, ia

Bercerai”13

Ibnul Qayyim menjelaskan pemahaman dari hadis tersebut dari kelompok

Muslimin berpendapat bahwa pemahaman hadis ini tentang ruh tercipta sebelum

badan, diantara mereka : Muhammad bin Naser al-Maruzi, dan Abu Muhamad

bin Hazem adz-Dzahiri. Mereka beragumentasi dengan memakai riwayat Aisyah

yang terdapat dalam As-Shahihaini, yaitu :

مجندة جنود رواحاألArtinya :” Ruh adalah pasukan yang bersenjata.”

12 Imam Fakhruddin ar-Razi, Ruh Itu Misterius, (Cendikia Sentra Muslim : Jakarta,

2001), hal 30 13 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 236

61

Page 67: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Abu Sulaiman Al-Khatibi berkata : Makna hadis ini adalah

pemberitahuan akan keberadaan ruh yang tercipta sebelum badan. Sementara itu

Ibnu Hazm menduga bahwa itu terjadi di Barzakh di mana saat itu Unsur- unsur

terputus.14 Apabila tubuh telah siap untuk menerima sesuatu darinya maka ia

akan turun kepadanya, dan bahwa ia akan kembali ke barzakh setelah kematian.

Dalam A-Qur’an Surat al-A’raf : 11 :

Telah kami ciptakan kamu. Kemudian kami beri kamu bentuk, kemudian

kami berfirman kepada para malaikat, sujudlah kamu kepada Adam, Lalu

mereka sujud, kecuali Iblis.

Keadaan ketika kita dikeluarkan dari perut ibu merupakan keadaan yang

asli. Ilmu, akal, ma’rifat dari kekuatan yang terjadi, yang sebelumnya tidak ada

dan tidak mengetahui sesuatu apapun, karena kita tidak mempunyai wujud,

sehingga bisa tahu dan memikirkannya.

Kalau sudah ada ketetapan takdir sebelum ia ciptakan, kemudian ia keluar

ke dunia ini menurut ketetapan takdir itu, maka tidak mampu melawan ketetapan

takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT.15 Tetapi para ulama sependapat

bahwa penciptaan manusia ditandai dengan peniupan ruh ke dalam diri manusia

ketika masih berupa janin dalam rahim ibunya, walaupun mereka berbeda

pandang tentang penciptaan apakah ruh itu diciptakan dahulu sebelum badan atau

sebaliknya.

14 Imam Fakhruddin ar-Razi, Ruh Itu Misterius, (Cendikia Sentra Muslim : Jakarta, 2001), hal 116. 15 Sudirman Teba, Ruh Misteri Mahadahsyatnya, (Pustaka Irvan : Ciputat, 2008) , hal 89

62

Page 68: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

3. Teks hadis Kelima

الروح ليلقى الروح إن

Artinya : Sesungguhnya Ruh itu dapat bertemu dengan ruh yang lain.16

Pada realiatas dunia bahwa kegiatan fisik manusia dahulu melibatkan ruh,

tetapi kegiatan Ruh ada kalanya berjalan sendiri tanpa melibatkan fisik. Mimpi

merupakan kegiatan Ruh yang sama sekali tidak melibatkan fisik, karena

biasanya mimpi itu terjadi di saat sedang Istirahat total, yaitu tidur. Ilmu

pengetahuan meskipun telah melakukan peng kajian terhadap terhadap fenomena

mimpi dan mengetahiu sedikit pusat-pusat syaraf mimpi yang ada dalam otak,

terutama dalam batang otak, tetap saja tidak berdaya untuk memahami

mekanisme dan penyebabnya serta memahami mengapa kebanyakan orang tidur

lupa ketika terbangun sewaktu ia bermipi kira-kira seperempat bagian dari

tidurnya.17

Sebaliknya, jika kita menerima kenyataan bahwa Ruh ketika tidur

sebagian meninggalkan tubuh dan naik kepangkuan pencipta-Nya, sehinggga

senang menemuinya, maka kita akan melihat apa yang diberikan Allah melalui

mimpi dan ingatannya, sebagaimana Allah memberikan kesempatan tubuh

beristirahat untuk sementara waktu dari beban ruh yang merasuk ke dalam

tubuhnya. Allah berfirman :

16 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 231. 17 Sudirman Teba, Ruh Misteri Mahadahsyatnya, (Pustaka Irvan : Ciputat, 2008) , hal

101

63

Page 69: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

منامها في تمت لم والتي موتها حين فسن األ يتوفى اهللا أجل إلى الأخرى ويرسل الموت عليها قضى التي فيمسك يتفكرون لقوم لآيات ذلك في إن مسمى

Artinya : “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang)

jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka dia tahanlah jiwa

(orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain

sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat

tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Az Zumar : 42)

Ibnul Qayyim menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas tentang ayat ini,

dia,”Telah sampai kepadaku bahwa ruh orang-orang yang masih hidup dan ruh

orang-orang yang sudah mati bisa bertemu didalam mimpi. Mereka saling

bertanya lalu Allah swt menahan ruh orang-orang yang sudah mati dan

melepaskan ruh orang-orang yang masih hidup menemui jasadnya.”18

Ibnu Abi Hatim didalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari as Suddiy

tentang makna firman Allah swt “dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya”

adalah mematikannya saat tidurnya lalu ruh orang yang masih hidup bertemu

dengan ruh orang yang sudah mati dan mereka saling berbincang, berkenalan.

Dia mengatakan, ”lalu ruh orang yang masih hidup dikembalikan kepada

jasadnya di dunia hingga sisa waktu yang telah ditentukan sementara itu ruh

orang yang sudah mati menginginkan kembali ke jasadnya namun dia tertahan.”

Bukti pertemuan antara ruh orang-orang yang masih hidup dengan ruh

orang-orang yang sudah mati adalah bahwa orang yang masih hidup dapat

18 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 45.

64

Page 70: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

melihat orang yang sudah mati didalam tidurnya. Orang yang masih hidup itu

meminta informasi darinya lalu orang yang sudah mati itu memberitahukan

kepadanya tentang apa-apa yang tidak diketahui oleh orang yang masih hidup

sehingga menjadi sebuah informasi seperti tentang masa lalu dan yang akan

datang. Terkadang dia memberitahukan kepadanya tentang harta yang

dikuburnya di suatu tempat mati yang tidak diketahui kecuali oleh dirinya atau

barangkali dia memberitahu kepadanya tentang utangnya dan menyebutkan

bukti-buktinya.

Yang lebih jelas lagi misalnya berupa pemberitahuan tentang amal yang

telah dikerjakannya yang tidak dilihat oleh seorang pun di alam atau

pemberitahuan bahwa anda akan mendatangi kami pada waktu ini dan itu dan

akan terjadi seperti apa yang diberitahukannya atau pemberitahuan tentang

perkara-perkara yang tidak diketahui kecuali dirinya (orang yang sudah

meninggal)

Said bin al Musayyib mengatakan bahwa Abdullah bin Salam telah

bertemu dengan Salman al Farisiy. Salah seorang dari mereka berdua

mengatakan kepada yang lainnya,”Jika kamu meninggal sebelumku maka

temuilah aku dan beritahukan kepadaku tentang apa yang kamu dapati dari

Tuhanmu dan jika aku meninggal sebelum dirimu maka aku akan menemuimu

dan memberitahukanmu (tentangnya).” Sementara itu yang lainnya mengatakan,

”Apakah orang-orang yang sudah mati dapat bertemu dengan orang-orang yang

masih hidup?” dia berkata,”Ya. Ruh-ruh mereka di surga bepergian

sekehendaknya.”

65

Page 71: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

D. Ruh sesudah kematian

1. Teks hadis ke enam

هنع اوفرصإن اذإ هل نيعيشمال العن عرق عمسي تيمال نأ

Artinya : “Bahwa orang yang meninggal dunia dapat mendengar sandal

orang-orang yang mengiringnya, saat mereka meninggalkan kuburnya”19

2. Teks hadis ke tujuh

اهللا دنع نم ةمحالر لهأ ااهقلت تضبق اذإ نمؤمال سفن نإ تىح ماآخأ اورظنا : نولوقيف, اينالد يف ريشبال ىقلتي امآ لعف ااذم : هنولأسف, ديدش برآ يف انآ هنإف حيرتسي هولأس اذإف ؟ةنالف تجاوزت لهو ؟ةنالف تلعف ااذمو ؟نالف هلل انإ: اوالق. ىلبق اتم دق هنإ : الق هلبق اتم لجر نع ماأل تسئبف الهاوية همأ ىلإ هب بهذ نوعاجر هيلإ انإو .ةيبرلما تسئبو

Artinya: Apabila jiwa orang mukmin dicabut, maka dia disambut orang-

orang yang mendapat rahmat dari sisi Allah, sebagaimana orang yang akan

memberitakan kabar gembira disambut di dunia, lalu mereka bertanya,

“Lihatlah saudara kalian agar dia beristirahat, karena dia dalam kesusahan.

Yang lainnya bertanya, “ Apa yang dilakukan fulan dan apa yang dilakukan

fulanah? Apakah fulanah itu sudah menikah?” Jika mereka bertanya kepadanya

19 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 11

66

Page 72: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

tentang seseorang, lalu yang ditanya menjawab, “dia sudah meninggal

sebelumku”, maka mereka berkata, Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Rupanya

dibawa pergi ke induk neraka jahannam. Induknya menjadi buruk, begitu pula

masuk kedalamnya.20

Pemahaman ke dua hadis di atas menurut Ibnul Qayyim alam kubur

adalah alam setelah manusia meninggalkan dunia. Alam ini dapat disebut alam

penat. Di sana, manusia haya menempati ruangan gelap, kumuh, dan penuh

dengan berbagai binatang melata yang memakan daging dan jasad manusia yang

sudah terkubur, seperti cacing dan belatung. Hal ini akan berlangsung hingga

datang hari kiamat.21

Hanya amal kebaikan yang dapat menjadi penerang dan teman di dalam

kuburnya, juga dapat menghindarkannya dari berbagai fitnah kubur. Namun, jika

amal yang dibawanya adalah keburukan, maka buruk pulalah suasana yang akan

mengiringi hari-harinya. Perjalanan menjadi terasa berat. Seseorang akan

menjalani masa-masa tahanan di penjara kubur dengan tersiksa dan menyakitkan.

Alam kubur dapat merupakan suatu taman dari taman-taman surga bagi

orang yang beruntung, dan merupakan lubang dari lubang-lubang neraka bagi

orang yang penuh dengan dosa.22

3. Teks hadis ke delapan

20 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 30 21 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 33 22 Ali Muhammad Lagha, Perjalanan Kematian (Serambi. Jakarta : 2002), hal 120

67

Page 73: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

وال الحمد لواء بيدي و, فخر وال القيامة يوم أدم ولد سيد أنا وأنا, لوائي تحت إال سواه فمن ادم يومئذ نبي من وما فخر .فخر وال األرض عنه تنشق من أول

Artinya : “Aku pemimpin anak Adam pada hari kiamat dan ini bukan

suatu kebanggaan. Tidaklah ada seorang nabi pada hari itu, Adam dan lainnya

berada dibawah benderaku, aku adalah orang yang pertama kali dikeluarkan

dari bumi dan ini bukan suatu kebanggaan.”23

4. Teks Hadis Ke Sembilan

الجنة ثمر من تعلق طيرخضر في الشهداء أرواح نأ

Artinya : “Sesunguhnya bahwa ruh para syuhada berada di dalam seekor

burung yang berwarna hijau, bergantung pada buah surga.24

Dari sini diketahui bahwa ruh membentuk rupa tertentu di badan, yang

membedakannya dengan yang lain. Ia berpengaruh dan berpindah dari badan

sebagaimana badan yang juga bisa mempengaruhi dan beralih pada ruh itu.

Badan yang baik dan buruk memperoleh hasil kebaikan dan keburukannya, dan

ruh yang baik dan yang buruk memperoleh hasil dari kebaikkan atau keburukkan

badan.

Hadis ini menerangkan bahwa ruh para syuhada itu setelah meninggal

berada dalam seekor burung mendapatkan kenikmatan surga terus menerus

hingga akhir kiamat. Menurut Ibn Qayyim, terdapat lebih daripada seratus dalil

23 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 51. 24 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 54.

68

Page 74: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

yang menceritakan perihal keberadaan ruh setelah berpisah dengan jasad. Nabi

s.a.w. memberitahu tentang tempat kembali ruh yang baik ialah di ‘Illiyyin dan

tempat kembali ruh yang jahat ialah di Sijjin. Baginda juga menceritakan bahwa

ruh para syuhada’ ditempatkan di dalam perut burung hijau melewati sungai-

sungai di syurga dan dapat pula menikmati buah-buahan syurga. Sebaliknya yang

terjadi kepada ruh para pengikut Firaun adalah mereka semua akan dibawa ke

neraka setiap pagi dan petang sebelum datangnya hari Kiamat.

5. Teks Hadis Ke Sepuluh

آنت إن : األرض له تقول لحده في المؤمن وضع اإذ في اليوم صرت إذا فكيف ظهرى على وأنت إلي لحبيبا) بصره مد قبره في له فيفسح, بك أصنع ما سأريك, بطني في الكافر وضع إذا: (وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول وقال : ربك من : له فيقوالن فيجلسانه نكير و منكر أتاه قبره ضربة فيضربان, دريت ال: له فيقوالن. أدري ال فيقول هذا في قولك ما : له فيقال, فيجلس يعاد ثم, رمادا فيسير و عليه اهللا صلى محمد : فيقوالن رجل؟ أي فيقول الرجل؟

و عليه اهللا صلى اهللا رسول إنه الناس قال : فيقول سلم فيضربانه. مسل و عليه اهللا صلى ضربة فيضربانه, سلم

رمادا فيصير ضربة

Artinya : “Jika orang mu’min diletakkan dalam liang kuburnya, maka

tanah berkata kepadanya, “ Engkau benar-benar orang yang kucintai.

Sebelumnya engkau berada di atas punggungku, maka bagaimana jika sekarang

engkau berada didalam perutku, agar aku memperlihatkan apa yang akan aku

perbuat terhadap dirimu?” Kuburnya dilapangkan sejauh mata memandang.”

Rasulullah SAW juga bersabda, jika orang kafir diletakkan di dalam kuburnya,

69

Page 75: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

maka malaikat munkar dan nakir mendatanginya, mendudukannya lalu bertanya

kepadanya, “Siapa Rabbmu?” “Aku tidak tahu,” jawabnya. Keduanya berkata :

“Memang engkau tidak tahu.” Lalu keduanya memukul orang kafir itu sekali

pukulan hinga menjadi abu. Kemudian dikembalikan lagi dan didudukkan. Dia

ditanya, “Siapa orang ini?” “Orang yang mana?” dia balik bertanya.

“Muhammad SAW,” jawab dua malaikat. “ Kata orang-orang dia adalah Rasul

Allah,” katanya. Maka dua malaikat memukulnya dengan sekali pukulan hingga

ia menjadi abu.”25

a) Fitnah Kubur

Fitnah secara bahasa berarti ujian (ikhtibaar), sedangkan secara istilah

fitnah kubur adalah pertanyaan yang ditujukan kepada mayit tentang Rabbnya,

agamanya dan Nabinya. Hal ini benar berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah.26

Diriwayat oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Al Barra’ bin ‘Azib

bahwasannya ketika seorang mayit telah selesai dikuburkan dan dihadapkan pada

alam akhirat, maka akan datang padanya dua malaikat (yaitu malaikat Munkar

dan Nakir) yang akan bertanya kepada sang mayit tiga pertanyaan. Pertanyaan

pertama, “Man Robbuka?” Siapakah Robbmu? Kedua, “Wa maa diinuka?” dan

apakah agamamu? Ketiga, “Wa maa hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum?” dan

siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?

Tiga pertanyaan inilah yang disebut dengan fitnah kubur. Oleh karena itu,

tiga pertanyaan pokok ini merupakan masalah besar yang penting dan mendesak

untuk diketahui. Wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui, meyakini dan

25 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 65 26 Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, Syarah Lum’atul I’tiqod, (Daarul Fikr :

Beirut, 1995) hal 67,

70

Page 76: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

mengamalkan hal ini, baik secara lahir maupun batin. Tidak seorang pun dapat

beralasan untuk tidak mengetahui tiga hal tersebut dan tidak mempelajarinya.

Bahkan ketiga hal ini harus dipelajari sebelum hal lain.

Tiga pertanyaan ini juga awal dari nikmat dan siksaan di alam kubur.

Orang-orang yang bisa menjawab adalah orang-orang yang paham, yakin dan

mengamalkannya selama hidup sampai akhir hayat dan meninggal dalam

keimanan. Seorang mukmin yang bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka dia

akan memperoleh nikmat kubur. Adapun orang kafir yang tidak bisa

menjawabnya, maka dia akan dihadapkan kepada adzab kubur.27

Apabila seorang mukmin selalu teguh di atas keimanan dan terjaga dari

perkara syubhat maka ia akan terjaga di atas keimanan. Sedangkan di akhirat, ia

akan meninggal dalam keadaan husnul khatimah (dalam keadaan beriman) dan

bisa menjawab tiga pertanyaan. Kita memohon kepada Allah semoga Dia

meneguhkan iman kita ketika masih hidup dan ketika akan meninggal dunia.

Meneguhkan kita ketika menjawab ketiga pertanyaan serta ketika dibangkitkan

kelak di akhirat. Keteguhan iman di dunia dan akhirat, inilah hakikat

kebahagiaan yang sesungguhnya.

b) Dimana ruh berada setelah jasadnya dimasukkan ke liang kubur

Adakah dari kita yang tidak mengetahui bahwa suatu ketika akan datang

kematian pada kita. Allah Ta’ala telah berfirman :

27 Imam al-Qurthubi, Rahasia Kematian Alam Akhirat dan Kiamat, (Akbar : Jakarta,

2005) , hal 123

71

Page 77: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

الموت ذائقة نفس آلArtinya, “Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. ” (QS. Al

Anbiyaa’: 35). Sebagai manusia yang berakal pasti telah menyadari dan menyakini hal

ini. Tetapi kebanyakan orang telah lalai atau bahkan sengaja melalaikan diri

mereka sendiri. Satu persatu orang yang kita kasihi telah pergi tapi seakan-akan

kematian mereka tidak meninggal faidah bagi kita, kecuali rasa sedih akibat

kehilangan mereka.

Kematian adalah benar adanya dan nyata. Begitu pula dengan kehidupan

setelah kematian. Kehidupan akhirat, inilah yang seharusnya kita tuju. Kampung

akhiratlah tempat kembali kita. Maka persiapkanlah bekal untuk menempuh

jauhnya perjalanan. Patut diketahui bahwa kuburan adalah persinggahan pertama

menuju akhirat. Orang yang mati, berarti telah mengalami kiamat kecil. Apabila

seorang hamba telah dikubur, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya

nanti pada pagi hari, yakni antara waktu fajar dan terbit matahari, serta waktu

sore, yakni antara waktu dzhuhur hingga maghrib. Apabila ia termasuk penghuni

Jannah, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Jannah, dan apabila ia termasuk

penghuni Naar, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Naar.28

Azab Kubur menurut Ibnu Taimiyah menyelaraskan dengan para ulama

lainnya, bahwa ruh-ruh orang beriman berada di surga, walaupun bersamaan

dengan itu ruhnya dikembalikan ke jasad, sama halnya dengan ruh berada di

28 Imam Jalaluddin a-Suyuthi, Ziarah Ke Alam Barzakh , (Pustaka Hidayah : Bandung, 2005) hal 323

72

Page 78: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

jasad, tetapi ruhnya naik ke langit seperti pada saat tidur. Adapun bahwa ruhnya

berada di syurga itu berdasarkan hadits-hadits umum. Hal ini ditegaskan oleh

Imam Ahmad dan ulama lainnya. Mereka berdalil dengan hadits-hadits yang

umum dan hadits yang khusus mengenai tidur dan lain-lainnya. Mengenai azab

kubur Mahzab Ahlu sunnah berpendapat bahwa azab kubur mengenai ruh itu

baik terpisah dari jasad atau berhubungan dengan jasad, sedangkan Ibnu

Taimiyah berkata azab dan kenikmatan menimpa jasad dan jiwa sekaligus.

6. Teks Hadis Sebelas

ما القبر عذاب من سمعكمي أن اهللا لدعوت تدفنوا ال أن لوال

أسمع

Artinya : “Sekiranya kalian tidak dikuburkan, tentu aku berdo’a kepada

Allah agar Dia memperdengarkan kepada kalian siksa kubur seperti yang

kudengar.”29

Hadis ini menerangkan bahwa alam barzakh itu benar-benar ada, sebagai

tempat bagi orang sudah melewati kehidupan dunia. Seseorang akan mendapat

ni’mat dan siksa kubur sesuai dengan amal perbuatannya. Dan hikmah dari

siksaan kubur yang tidak dapat didengar oleh orang hidup, agar kita senantiasa

selalu percaya kepada segala kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya.

Menurut Said bin Mua’adz sebab siksaan di dalam kubur adalah

meninggalkan bersuci setelah ia buang air kecil, tidak membersihkan

29 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 88

73

Page 79: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

kemaluannya.30

7. Teks hadis ke dua belas

رآهما اللذين الرجلين عن سلم و عليه اهللا صلى النبي أخبر, الناس بين بالنميمة أحدهما يمشي, قبورهما في يعذبان

.البول عن اإلستبراء اآلخر تركوي Artinya : “Bahwa Nabi SAW mengabarkan tentang orang laki-laki yang

disiksa dalam kubur mereka, salah satu dari kedua orang itu adalah orang yang

suka mengadu domba, dan yang lainnya disiksa disebabkan tidak bersuci setelah

buang air kecil.”31

Hadis diatas menerangkan bahwa orang-orang yang disiksa di dalam

kubur adalah orang yang tidak bersuci setelah ia buang air, dan orang yang suka

mengadu domba. Disini digambarkan bahwa senantiasa seseorang agar

membiasakan dirinya untuk bersuci baik dari hadas besar maupun hadas kecil.

Dan Nabi Saw senantiasa mengajak ummatnya untuk menjaga kebersihan,

karena kebersihan itu sebagian dari iman.

Yang kedua orang yang akan mendapat siksa kubur adalah orang yang

suka mengadu domba. Perbuatan adu domba mencari permusuhan dan memecah

belah orang maupun kelompok adalah hal yang paling dibenci oleh Nabi

Muhammad SAW, karena Islam selalu mengajarkan perbuatan yang baik dan

mencintai sesame serta saling tolong-menolong antar ummat manusia. Ini adalah

upaya untuk menciptakan perdamaian tidak ada perang, kerusuhan maupun

kekerasan dimana pun berada.

8. Teks hadis ke tiga belas

30 Jalaluddn As-Suyuthi, Sunan an-Nasa’i, j, 4, hal 102. 31 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 101

74

Page 80: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

ليسمع أنه أصحابه عنه تولى و قبره في وضع إذا العبد إن فق المنا وأما (البخاري زاد. الحديث وذآر نعالهم قرع

ال :فيقول الرجل؟ هذا في تقول آنت ما :له فيقال والكافر, تليت وال الدريت: فيقال, الناس مايقول أقول آنت أدري

يليه من يسمعها صيحة يصيح حديد من بمطرقة ويضرب )الثقلين إال

Artinya : ”Sesungguhnya jika hamba diletakkan dalam liang kuburnya

dan rekan-rekannya sudah meninggalkannya, maka dia bisa mendengar suara

sandal mereka.” Lalu dia menyebutkan hadis ini. Al-Bukhari menambahi,

’Sedangkan orang munafik dan orang kafir, maka ditanyakan kepadanya, Apa

yang kamu katakan tentang orang ini?” Dia menjawab, ”Aku tidak tahu. Aku

mengatakan seperti yang dikatakan orang-orang. Maka dikatakan kepadanya,

”Kamu memang tidak tahu dan tidak pernah membaca.” Lalu dia dipukul

dengan palu dari besi, sehingga dia menjerit kesakitan.”32

9. Teks hadis ke empat belas

إن, والعشي بالغداة مقعده عليه عرض مات إذا أحدآم إن النار أهل من آان وإن, الجنة أهل فمن الجنة أهل من آان .القيامة يوم إلى اهللا يبعثك حتى مقعدك هذا : له يقال

Artinya : ”Jika salah seorang di antara kalian meninggal dunia,

maka tempat duduknya diperlihatkan kepadanya setiap pagi dan petang. Jika dia

termasuk penghuni surga, maka dia pun termasuk penghuni surga, dan jika dia

termasuk penghuni neraka, maka dia pun termasuk penghini neraka. Dikatakan

kepadanya ,’Ini tempat dudukmu hingga Allah membangkitkanmu pada hari

32 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 110

75

Page 81: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

kiamat.”33

10. Teks hadis ke lima Belas

, جارية صدقة : ثالث من إال عمله إنقطع األنسان مات إذا له يدعو صالح ولد أو, به ينتفع علم أو

Artinya : ”Apabila manusia telah meninggal dunia, maka terputus segala

amal perbuatannya kecuali tiga perkara : Shadaqoh Jariyah, Ilmu bermanfaat,

atau anak yang shaleh yang selalu mendoakannya.”34

Nabi Muhammad Saw. menjelaskan : “Sesungguhnya alam kubur

adalah tahap pertama untuk alam akhirat. Bilamana seseorang telah selamat

dalam tahap pertama itu, maka untuk tahap-tahap selanjutnya akan lebih ringan.

Tetapi kalau tidak selamat dalam tahap pertama tersebut, maka untuk tahap-

tahap selanjutnya akan lebih dahsyat.” (HR.Imam Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-

hakim)

c) Ruh-ruh orang yang merasakan Adzab Kubur

Telah disebutkan bahwa seorang yang kafir akan disiksa karena tidak

bisa menjawab ketiga pertanyaan. Akan tetapi, bukan berarti seorang mukmin

pasti akan terlepas dari adzab kubur. Seorang mukmin bisa saja diadzab

disebabkan maksiat yang dilakukannya, kecuali bila Allah mengampuninya.

33 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 123 34 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 153

76

Page 82: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi berkata dalam

kitabnya Aqidah Ath-Thahawiyah, “Kita mengimani adanya adzab kubur bagi

orang yang berhak mendapatkannya, kita mengimani juga pertanyaan Malaikat

Munkar dan Nakir kepadanya di dalam kubur tentang Rabbnya, agamanya, dan

Nabinya berdasar kabar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para

sahabat ridhwanallahu ‘alaihim ajma’in. Alam kubur adalah taman-taman

jannah atau kubangan naar.”

Di antara bentuk-bentuk adzab kubur dan kriteria orang yang

mengalaminya:

1. Dipecahkan kepalanya dengan batu, kemudian Allah tumbuhkan lagi

kepalanya, dipecahkan lagi demikian seterusnya. Ini adalah siksa bagi

orang yang mempelajari Al-Qur’an lalu tidak mengamalkannya dan juga

siksa bagi orang yang meninggalkan sholat wajib.

2. Dibelah ujung mulut hingga ke belakang kepala, demikian juga hidung

dan kedua matanya. Merupakan siksa bagi orang yang pergi dari

rumahnya di pagi hari lalu berdusta dan kedustaannya itu mencapai ufuk.

3. Ada kaum lelaki dan perempuan telanjang berada dalam bangunan

menyerupai tungku. Tiba-tiba datanglah api dari bawah mereka. Mereka

adalah para pezina lelaki dan perempuan.

4. Dijejali batu, ketika sedang berenang, mandi di sungai. Ini merupakan

siksa bagi orang yang memakan riba.

77

Page 83: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

5. Kaum yang separuh jasadnya bagus dan separuhnya lagi jelek adalah

kaum yang mencampurkan antara amal shalih dengan perbuatan jelek,

namun Allah mengampuni perbuatan jelek mereka.

6. Kaum yang memiliki kuku dari tembaga, yang mereka gunakan untuk

mencakari wajah dan dada mereka. Mereka adalah orang-orang yang suka

memakan daging orang lain (menggunjing) yakni membicarakan aib

mereka.35

Adzab dan nikmat kubur adalah benar adanya berdasarkan Al Qur’an, As

Sunnah dan ‘ijma ahlu sunnah. Nabi shallahu ‘alaihi wasallam selalu memohon

perlindungan kepada Allah dari adzab kubur dan memerintahkan umatnya untuk

melakukan hal itu. Dan hal ini hanya diingkari oleh orang-orang Mulhid (atheis).

Mereka mengatakan bahwa seandainya kita membongkar kuburan tersebut, maka

akan kita dapati keadaannya seperti semula. Namun, dapat kita bantah dengan

dua hal:

1. Dengan dalil Al Qur’an dan Sunnah dan ‘ijma salaf yang menunjukkan

tentang adzab kubur.

2. Sesungguhnya keadaan akhirat tidak bisa disamakan dengan keadaan

dunia, maka adzab atau nikmat kubur tidaklah sama dengan apa yang bisa

ditangkap dengan indra di dunia. (Diringkas dari Syarah Lum’atul

I’tiqod, hal 65-66)

35 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 147

78

Page 84: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

79

Banyak hadits-hadits mutawatir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

tentang pembuktian adzab dan nikmat kubur bagi mereka yang berhak

mengecapnya. Demikian juga pertanyaan Munkar dan Nakir. Semua itu harus

diyakini dan diimani keberadaannya. Dan kita tidak boleh mempertanyakan

bagaimananya. Sebab akal memang tidak dapat memahami bentuk

sesungguhnya. Karena memang tak pernah mereka alami di dunia ini.

Page 85: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hadis yang diteliti serta dipahami, penulis berkesimpulan bahwa :

1. Secara garis besar, seluruh hadis yang termaktub dalam kitab ar-ruh

adalah hadis hasan sebagaimana ahlu hadis berpendapat dari kitab-kitab

hadis, karena Ibnul Qayyim al-Jauziyah termasuk orang yang sangat

berhati-hati dalam mengambil periwayatan hadis. Dan setelah diteliti

oleh penulis, jumlah hadis yang terdapat dalam kitab ar-Ruh berjumlah

249 hadis.

2. Ibn Qayyim al-Jauziyah Menggunakan istilah ruh dan nafs untuk

pengertian yang sama. Nafs (jiwa) adalah substansi yang bersifat nurani

'alawi khafif hayy mutaharrik atau jism yang mengandung nur, berada di

tempat yang tinggi, lembut, hidup dan bersifat dinamis. Jizm ini

menembus substansi anggota tubuh dan mengalir bagaikan air atau minyak

zaitun atau api di dalam kayu bakar. Selama anggota badan dalam keadaan

baik untuk menerima pengaruh yang melimpah di atasnya dari jism yang

lembut ini, maka ia akan tetap membuat jaringan dengan bagian-bagian

tubuh. Kemudian pengaruh ini akan memberinya manfaat berupa rasa,

gerak dan keinginan.

3. Manusia memiliki tiga jiwa, yaitu nafs mutmainnah, nafs lawwamah dan

nafs amarah. Ada orang yang dikalahkan oleh nafs mutmainnah, dan ada

yang dikalahkan oleh nafs ammarah.

80

Page 86: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

4. Pada hakekatnya, kehidupan ruh semua manusia melakukan perjalanan

sangat panjang dari semenjak diciptakan di alam rahim, kemudian di dunia

hingga ia meninggal sampai dibangkitkan kembali untuk diminta

pertanggung jawabannya di hadapan Allah.

5. Semua manusia hendaknya jangan terlena dengan kehidupan dunia yang

bersifat sementara. Karena hakekat ke abadian ialah setelah meninggal.

Oleh sebab itu senantiasa manusia selalu menjaga keseimbangan alam ini

dan melakukan sesuatu hal yang bermanfaat bagi manusia pada umumnya

sebagai bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT

6. Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwa setiap orang yang meninggal tidak

terputus amalannya dan pahala mengalir baginya disebabkan karena ia

mempunyai ilmu yang bermanfaat, anak-anaknya yang selalu

mendo’akannya dan shodaqah jariyah yang ia perbuat ketika di dunia.

7. Ibnul Qoyyim menerangkan bahwa orang yang yang masih hidup juga

dapat berinteraksi dengan orang yang sudah meninggal seperti halnya

bertemu di alam mimpi. Namun beliau lebih berhati-hati bahwa yang

pertemuan ruh di alam mimpi bisa perwujudannya benar dan juga tidak.

Seperti halnya sulit untuk mempercayai orang yang dapat memanggil ruh

seseorang yang sudah meninggal dengan perantara memasuki jasad orang

lain. Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa ini merupakan perwujudan dari jin,

namun beliau tidak menjelaskan hal ini dalam kitab ar-Ruh, tetapi beliau

menjelaskannya dalam kitab at-Tibyan karangan beliau juga.

81

Page 87: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

B. Saran-saran

Melalui tulisan ini penulis ingin bahwa kajian hadis-hadis tentang kitab ar-

ruh yang telah di bahas di atas, semoga akan menjadi suatu yang berguna baik

untuk kepentingan Akademisi maupun dalam rangka menjadi al-Hadis sebagai

prinsip perilaku. Untuk itu, menurut penulis saat ini manusia juga benar-benar

membutuhkan suatu pandangan dan arahan yang jelas dalam menghadapi segala

problem moral yang ada di tengah-tengah kehidupan kita.

Masyarakat awam yang tidak mengenal ilmu hadis akan dengan gampang

mengambil dan menjadikan pedoman sebuah teks yang dikatakan hadis dengan

mentah-mentah tanpa melihat kualitas hadis itu. Oleh karenanya dibutuhkan

mediator untuk menyampaikan kepada mereka.

Maka menurut penulis, hadis-hadis mutawattir yang terdapat dalam kitab

ar-ruh seharusnya dijadikan sebagai pedoman atau acuan para guru, murid atau

siapa saja dengan menyatakan bahwa hadis-hadis tersebut bisa menjadi sebagai

sumber penetapan hukum dan bersumber dari Nabi SAW, walaupun pada

dasarnya kitab tersebut merupakan kitab utama dalam pendidikan. Jika teks-teks

atau hadis-hadis tersebut akan dijadikan rujukan, maka seyogyanya digunakan

sebagai motivasi atau fadâil al-a'mâl.

Untuk itu saran penulis dalam skripsi ini adalah:

1. Dalam memahami hadis-hadis di atas, hendaknya dijadikan sebagai

pedoman atau acuan para akademisi, guru, maupun , murid atau siapa saja

dengan menyatakan bahwa hadis-hadis tersebut bisa menjadi sebagai

82

Page 88: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

83

sumber penetapan hukum dan bersumber dari Nabi SAW, walaupun pada

dasarnya kitab tersebut merupakan kitab utama dalam pendidikan.

2. Teks-teks atau hadis-hadis tersebut di atas seyogyanya dijadikan rujukan

dan digunakan sebagai motivasi atau fadâil al-a'mâl.

3. Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian

Dan untuk yang terakhir, penulis berharap di kemudian ada peneliti yang

meneliti lebih lanjut akan hadis-hadis yang ada dari segi sanad yang lain dan dari

segi matannya, karena penelitian ini hanya mengkaji dan meneliti satu sanad dan

tidak keseluruhan sanad yang ada dari setiap hadis.

Akhirnya penulis berharap penulisan skripsi ini dapat memberikan

manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian.

Page 89: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

DAFTAR PUSTAKA

A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî 'an al-Kutub

al-Sittah wa 'an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ' Malik wa Musnad Ahmad

bin Hanbal (Leiden: Maktabah Brîl, 1936)

Abdurrazaq, Naufal, Hidup di Alam Akhirat, (Jakarta : Rineka Cipta)

Abdurrahman, Abu al-‘Ula Muhamad bin, Tuhfatul Ahwadzi, (Daarul Fikr :

Beirut, 1995)

Asqolani, Ibnu Hajar al-, Fathul Baari juz 7, (Jakarta : Pustaka Azzam , 2007).

Cet 1

Asqalani , Ibnu Hajar al-, ad-Durar al-Kaminah, (Beirut : Daarul Fikr, 1999)

Baihaqi, al-, as-Sunan al-Kubro, (Daarul Fikr : Beirut, 1995)

Bertens, K, Sekitar Manusia: bunga rampai tentang filsafat manusia, (Jakarta:

Gramedia, 1977)

Daqiq, Ibnu Al-‘Ied, Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi, (Media Hidayah :

Yogyakarta, 2001)

Hajah Noresah bt. Baharom et al. , Kamus Dewan, (Dewan Bahasa dan Pustaka

Edisi Ketiga, : Kuala Lumpur, 2002)

Isa, Abu Isa Muhammad bin , Sunan at-Tirmidzi (Daarul Fikr : Beirut, 1994)

Ismail, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,

1991), Cet III.

Jauziyah. Ibnu Qoyyim al-, ar-Ruh (Beirut : Daarul Fikr, 2005)

84

Page 90: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Jurjani, al-Sayyid al-Sharif Abi al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Humayni , al-

Ta`rifat, (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Ilmiyyah, 2000M/1421H)

Kathur Suhardi, Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Roh, (Jakarta : Pustaka Al-

Kautsar,1999)

Labib, Rahasia Kekuatan Ghaib Di Balik Alam Yang Nyata, (Pustaka Agung

Harapan : Surabaya, 2002)

Lagha, Ali Muhammad, Perjalanan Kematian (Serambi. Jakarta : 2002)

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari, Abdullah, Al-Jami’ Sahih al-

Bukhâri, (Bairut : Dar al-Fikr, 1981), jilid 4, kitab al-Adab.

Muhammad, Abd al-Basith , Semesta Ruh (Serambi : Jakarta, 2006)

Mundziri, Imam Zakiyyuddin Abdul Adzim bin Abdul Qowi al-, at-Targhib wa

at-Tarhib, (Daarul Fikr : Beirut, 1993)

Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi, Abu Husain, Al-Jami’ Sahîh Muslim, (Bairut: Dar

al-Fikr, 1993)

Nawawi, Imam, Shahih Muslim, (Daarul Fikr : Beirut, 1980)

Nisabury, Muhammad bin Abdullah Al-Hakim al-, Mustadrak (Daarul Maktabah

Al-Ilmiyyah : Beirut, 1990)

Nasution, Hasyimsyah, Filsfat Islam,( (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999)

Qurthubi, Imam al-, Rahasia Kematian Alam Akhirat dan Kiamat, (Akbar :

Jakarta, 2005)

Razi, Imam Fakhruddin ar-, Roh Itu Misterius, (Cendikia Sentra Muslim :

Jakarta, 2001),

Ranuwijaya, Utang, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001)

85

Page 91: Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2733/1/95116-M... · Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

86

Sulaiman, Abu Daud, Sunan Abi Daud, (Daarul Fikr : Beirut, 1994)

Salih, Subhi ‘Ulum al-Hadis wa Mustalahuhu, (Bairut: Dar al-Ilm al-Malayin,

1997), cet 5.

Suparta, Munzier, Ilmu Hadis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002)

Muthahhari, Murtadha, Membumikan Kitab Suci Manusia dan Agama,

(Bandung : Mizan, 2007)

Suyuthi, Jalaluddn As-, Sunan an-Nasa’i, (Daarul-Fikr : Beirut, 1990)

Suyuthi, Imam Jalaluddin as-, Ziarah Ke Alam Barzakh , (Pustaka Hidayah :

Bandung, 2005)

Teba, Sudirman, Ruh Misteri Mahadahsyatnya, (Pustaka Irvan : Ciputat, 2008)

Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Lebanon ; Maktabah Salafiah, 1978)

Raghib, Al-Asfahani, Abu al-Qasim al-Husayn bin Muhammad al- (t.t), al-

Mufradat fi Gharib al-Qur’an,( Beirut: Dar al-Ma’rifah),

Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,

(Semarang : CV Toha Putra, 1989).

Zakaria, Maulana Muhammad, Muwattha Maalik (Daarul Fikr : Beirut, 1974)

Zaghlûl, Abû Hâjir Muhammad al-Sa'îd bin Basyûnî, Mausû'ah Atrâf al-Hadîts

al-Nabawî, Beirût: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyah, tth.