bahasa kepemimpinan nabi muhammad...
TRANSCRIPT
BAHASA KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
Hurinʻin AM
NIM: 1110034000007
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
على - حفظهما اهلل–أىدي ىذه الرسالة خاصة إىل والدي العزيزين أسأل اهلل أن ميتعهما بالصحة والعافية . مجيع التسهيالت والتشجيعات
وأرجو من اهلل أن ينفعين هبا . وأن جيزيهما أحسن اجلزاء يف الدنيا واآلخرةويبارك يل فيها ويهديين ولنا إىل ما حيبو ويرضاه
Karya ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku tersayang, Abah dan Ibu, yang dengan penuh cinta membimbing, menasehati, mendo’akan dan memenuhi
segala kebutuhan.
Matur sembah nuwun kulo haturaken, nyuwun tambahipun pangestu mugi dalem pinaring manfaat lan
barokah anggenipun ngangsu kaweruh.
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi yang berjudul “Bahasa Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.”
ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 18 September 2014
Hurinʻin AM
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada
Romanisasi Standar Bahasa Arab (Romanization of Arabic) yang pertama kali
diterbitkan tahun 1991 dari American Library Association (ALA) dan Library
Congress (LC).
A. Konsonan Tunggal dan Vokal
Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris
Ṭ Ṭ ط A A ا
Ẓ Ẓ ظ B B ب
ʻ ‘ ع T T ت
Gh Gh غ Ts Th ث
F F ؼ J J ج
Q Q ؽ Ḥ Ḥ ح
K K ؾ Kh Kh خ
L L ؿ D D د
M M ـ Dz Dh ذ
N N ف R R ر
W W ك Z Z ز
H H ق S S س
’ ’ ء Sy Sh ش
Y Y م Ṣ Ṣ ص
H H ة Ḍ Ḍ ض
Vokal
Ū Ū أأكو Ā Ā اا
Aw Aw أاكو Ī Ī إمو
-ال Ay Ay أامو Á Á
vii
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah
Mu’assasah مأؤاسساة
Mutaʻaddidah مأتػاعادداة
C. Tā’ Marbūṭah (ة)
ṣalāh Bila dimatikan صالة
Mir’āt al-zamān Bila iḍafah مرآة الزماف
D. Singkatan
Swt : Subḥānahu wa-taʻālá
Saw : Ṣalla Allāh ʻalayh wa-sallam
ra : Raḍiya Allāh ʻanhu
M : Masehi
H : Hijriyah
QS : al-Qur’an: Surat
HR : Hadis Riwayat
h. : Halaman
viii
ABSTRAK
Hurinʻin AM.
Bahasa Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.
Skripsi ini bersifat afirmatif terhadap beberapa penelitian terdahulu.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Nabi Saw. adalah seorang pemimpin dengan
bisa dibuktikan melalui bahasa yang digunakan. Bahasa kepemimpinan yang
ditemukan dalam bahasa Nabi Saw. lebih dominan ketika menggunakan bahasa
dalam memberikan penghargaan (reward) dan ketentuan peraturan (legitimate)
yang dibuat.
Bahasa kepemimpinan Nabi Saw. bisa dilihat dengan menggunakan lima
teori bahasa John R. P. French, Jr., dan Bertram Raven. Teori ini mampu
menginvestigasikan keserasian antara kepemimpinan dalam Islam dengan
beberapa teori kepemimpinan modern, sehingga memberikan kontribusi
pemahaman tentang bahasa kepemimpinan yang digunakan oleh Nabi Saw.
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian pustaka dengan
menggunakan pendekatan gaya bahasa dalam dua hal. Pertama, pendekatan ilmu
gaya bahasa kepemimpinan dalam skripsi ini digunakan untuk menelusuri bahasa
kepemimpinan Nabi Saw. Kedua, untuk melihat dan menilai hadis qawlī dalam
Ṣaḥīḥ al-Bukhārī yang teridentifikasi dalam bahasa kepemimpinan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah hadis qawlī yang terdapat dalam
kitab al-Jāmiʻ al-Ṣaghīr karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī. Kemudian dari hadis-hadis
qawlī tersebut dibatasi hanya pada kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī yang terkait dengan
kriteria Nabi Saw. sebagai seorang pemimpin. Pembahasan mengenai tipe-tipe
bahasa seorang pemimpin menggunakan buku yang berjudul Studies in Social
Power (bab The Bases of Social Power) dan sebuah artikel A Study on Managerial
Language of Islam. Selanjutnya, data yang terkumpul diolah, ditelaah,
dibandingkan, dikategorisasikan, kemudian dianalisis.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tersanjung hanya bagi Allah Swt. yang dengan
taufiq-Nya penulisan berjudul “Bahasa Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.”
ini dapat terselesaikan. Demikian juga, ṣalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Baginda Rasūlullāh Saw. keluarga, sahabat dan pengikutnya
hingga akhir zaman.
Terselesainya penulisan skripsi ini, tentu masih terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan. Segala kesalahan tersebut adalah bukti keterbatasan saya di dalam
melakukan penelitian ini. Penelitian ini juga tak luput dari keterlibatan beberapa
pihak yang memberikan kontribusi dalam terselesainya penulisan ini, baik itu
berupa motivasi, bantuan pikiran, material dan moral serta spiritual. Untuk itu
ucapan terimaksih sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada:
1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr.
Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Masri Mansoer (Dekan Fakultas
Ushuluddin), Dr. Lilik Ummi Kaltsum (Ketua Jurusan Tafsir-Hadis), Jauhar
Azizy, MA (Sekjur Tafsir-Hadis). (Jazāhumullāh aḥsan al-jazā‟).
2. Rifqi Muhammad Fatkhi, MA selaku pembimbing yang telah banyak
membantu, membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini.
(Jazāhullāh aḥsan al-jazā‟ wa-nafaʻanā bi-„ulūmihim fī al-dārayn).
3. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen di jurusan
Tafsir-Hadis yang telah banyak berbagi ilmu kepada saya, sehingga saya
mendapatkan setetes air dari samudera ilmu pengetahuan. (Jazāhumullāh
wa-nafaʻanā bi-„ulūmihim).
x
4. Kedua orangtua saya yang selalu memberi motivasi, bimbingan, serta kasih
sayang, dan senantiasa mendo’akan saya untuk mencapai kesuksesan di
masa depan. (Allāhumma irḥamhumā kamā rabbayānī ṣaghīrā, wa-ṭawwil
„umūrahumā fī ṭāʻatik).
5. Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.; khādim maʻḥad Darus-Sunnah,
selaku orangtua kedua saya yang telah mendidik dengan penuh kesabaran
dan ikhlas. (Jazāhullāh wa-ḥafiẓahu wa-nafaʻanā bi-„ulūmih).
6. Kakak dan adik saya tersayang (Ahmad Baha’uddin & Qurratul A’yuni)
yang selalu senantiasa mendengar keluh kesah serta memberi semangat di
kala suka maupun duka. (Allāhumma allif baynanā fī khayr dunyānā wa-
ukhrānā).
7. Keluargaku di Pamulang (Abah, Umi, Teteh, mbak Nea, dan dek Aal) yang
telah banyak memberikan pelajaran serta dukungan. (Jazāhumullāh Aḥsan
al-Jazā‟).
8. Segenap keluarga besar Darus-Sunnah International Institute For Hadith
Sciences, mahasantri, berikut alumninya, khususnya sahabat-sahabat
ANTABENA. (Allāhumma allif baynanā fī khayr dunyānā wa-ukhrānā).
9. Seluruh mahasiswa Tafsir-Hadis angkatan 2010, khususnya kelas TH-A
(terima kasih untuk kebersamaannya), sahabat seperjuangan (Fifin, Fera,
Ida, Halimah, Mbak Nurul, dll). (Allāhumma allif baynanā fī khayr dunyānā
wa-ukhrānā).
10. Keluarga besar HIMABI yang telah memberikan pelajaran berharga dan
telah menyempatkan waktunya untuk membedah skripsi ini. (Allāhumma
allif baynanā fī khayr dunyānā wa-ukhrānā).
xi
11. Teman-teman saya di mana pun berada, atas semua kebersamaan serta
kebaikan, tidak ada sesuatu yang dapat saya sampaikan, kecuali ucapan
terima kasih yang tak terhingga, serta do’a; semoga amal kebaikan kita
semua dibalas dan diterima oleh Allāh SWT. Jazākumullāh aḥsan al-jazā‟,
Āmīn…!
Jakarta, 30 September 2014
Hurinʻin AM
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... iv
PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ................................................................ xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 10
D. Studi Terdahulu yang Relevan .................................................... 11
E. Metodologi Penelitian ................................................................. 13
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 16
BAB II : KEPEMIMPINAN NABI SAW
A. Kepemimpinan dalam Kamus Para Tokoh ................................. 18
B. Gaya dan Kriteria Pemimpin....................................................... 29
BAB III : TEORI DAN DASAR KEKUASAAN PEMIMPIN
A. Tipologi Kekuasaan .................................................................... 39
B. Al-Qur’an dan Teori Kekuasaan ................................................. 44
BAB IV : BAHASA KEPEMIMPINAN NABI SAW
A. Bahasa Penghargaan .................................................................. 51
B. Bahasa Hukuman ........................................................................ 55
C. Bahasa Legitimasi ....................................................................... 59
D. Bahasa Ahli ................................................................................. 63
E. Bahasa Rujukan ......................................................................... 66
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 72
B. Rekomendasi ................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
LAMPIRAN ......................................................................................................... 79
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Definisi Kepemimpinan Menurut Yukl ........................................ 20
2. Tabel 2 Komponen Calon Pemimpin ........................................................ 27
3. Tabel 3 Kategorisasi Kekuasaan Menurut French dan Raven .................. 44
DAFTAR DIAGRAM
1. Diagram 1 Karakter Kepemimpinan Nabi Saw ........................................ 35
2. Diagram 2 Bahasa Kepemimpinan Nabi Saw .......................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Para sarjana Muslim mengompilasi kumpulan besar ucapan (hadis) dan
kebiasaan (sunah) Nabi Saw. sebagai landasan hukum Islam. Sejarawan Muslim
yang pertama mulai menuliskan riwayat hidup Nabi Saw. yaitu: Muḥammad ibn
Isḥāq (767 H), Muḥammad ibn „Umar al-Wāqidī (820 H), Muḥammad ibn Saʻd
(845 H) dan Ibn Jarīr al-Ṭabarī (310 H).1 Para sejarawan ini tidak sekedar
mengandalkan ingatan dan kesan-kesan mereka sendiri, melainkan sedang
mengupayakan rekonstruksi sejarah yang serius. Semua ini tidak lain adalah
karena peran dan posisi Nabi Saw. yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
umat Islam di saat Nabi Saw. sebagai individu maupun sebagai seorang
pemimpin.
R. Marston Speight mengkaji tentang beberapa komponen yang terkait
dengan ucapan Nabi Saw. melalui pendekatan rumus (a formulaic approach) yang
dia sebut dengan structural formula. Rumus ini merupakan sebuah struktur
sintaksis yang terus diulang dan selalu mempunyai tujuan yang sama. Ada
beberapa keseragaman ucapan dalam penggunaan rumus tersebut. Dari sini dia
1Untuk mencapai sebuah kesimpulan yang kemudian menimbulkan interpretasi atas
peristiwa-peristiwa di masa lalu tentang sejarah Nabi Saw. Karen Amstrong melakukan sebuah
analisis mengenai foktor-faktor teologis, sosial, ekonomi, militer dan kultural yang membentuk
sosok sang Nabi. Dia mencoba merespon terhadap fatwa Ayatullah Khomeini terhadap Salman
Rushdie. Dimana kebanyakan literatur Barat menggambarkan Nabi Saw. sebagai penipu ulung.
Dalam bukunya dia mengajak orang Barat memahami Nabi Saw. tanpa perasangka dan kebencian.
Lihat Karen Amstrong, Muhammad Prophet for Our Time. Penerjemah Yuliani Liputo (Bandung:
Mizan, 2007), h. 34.
2
mengklasifikasi menjadi tiga tipe: pernyataan (declaratory)2, adanya kekuasaan
(imperative)3, dan cerita (narrative)
4. Prosedur ini merupakan tahapan terhadap
sebuah analisis retorika.5
Bahasa Nabi Saw. berbeda dengan para penyair atau penulis (sebelum
kelahiran beliau), yang seringkali menuliskan karyanya dengan kalimat-kalimat
rancu dan dibuat-buat sehingga maknanya sulit dimengerti. Dengan adanya hadis
Nabi Saw. maka para penyair merujuk kepada ucapan Nabi Saw. sehingga
syairnya tidak sulit untuk dipahami. Hal ini menjadikan hadis Nabi Saw. sebagai
sekolah tinggi bahasa dan sastra kedua setelah al-Qur‟an yang dapat mendidik
untuk menjadi penyair, penulis atau orator.6
Muhammad Faiz al-Math mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang
lebih fasih dari Nabi Saw. Allah Swt. mengaruniainya cara-cara berbicara dan
mengajarkannya bahasa-bahasa dan dialek bangsa Arab, padahal beliau sendiri
belum pernah bergaul dengan mereka seluruhnya. Hal ini disebabkan Allah akan
menjadikannya guru, pembimbing, dan imam untuk semua umat manusia.7
Oleh karenanya, salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah
menyangkut eksistensi Nabi Saw. dalam berbagai posisi dan fungsinya.
Adakalanya sebagai manusia biasa, sebagai pribadi, suami, utusan Allah, kepala
Negara, pemimpin masyarakat, panglima perang dan sebagai hakim pemutus
perkara. Keberadaan ini menjadi acuan pemahaman hadis berkaitan dengan posisi
2Rumus deklaratif yang dimaksud adalah sebuah bentuk penegasan sederhana baik secara
harfiah maupun kiasan. 3Rumus ini terdiri dari pernyataan yang mengandung sebuah perintah atau larangan.
4Rumus ini menekankan bahwa hadis merupakan cerita kehidupan Nabi Saw. yang menjadi
teladan bagi kehidupan masyarakat. 5R. Marston Speight, “Oral Traditions of the Prophet Muḥammad a Formulaic Approach,”
Oral Tradition IV, no.1-2 (Januari 1989): h. 31. 6Muḥammad Faiz al-Math, Min Muʻjizāt al-Islām (Amman: Dār al-Baṣīr, 1990), h. 36.
7Al-Math, Min Muʻjizāt al-Islām, h. 47.
3
dan peran apa yang sedang Nabi Saw. “mainkan”. Oleh karenanya penting sekali
mendudukkan pemahaman hadis pada tempat yang proporsional, kapan dipahami
secara tekstual, konteksual, universal, temporal, situasional maupun lokal.
Bagaimanapun pemahaman yang kaku dan statis akan menutup eksistensi Islam
yang ṣaliḥ li-kulli zamān wa-makān.
Syuhudi Ismail (1996 M) mengatakan bahwa tiap ucapan dan perbuatan
nabi (hadis) yang merupakan sumber kedua agama Islam mengandung ajaran
yang bersifat universal, temporal, dan lokal.8 Sebagaimana al-Qarrāfī (684 H)
menyebutkan bahwa ucapan dan perbuatan Nabi Saw. memiliki fungsi sesuai
kondisinya, antara beliau sebagai pemimpin, hakim, dan pemberi fatwa atau
penyampai ajaran dari Allah Swt.9 Hal ini berpengaruh pada keumuman hukum
dan kekhususannya serta universalnya atau temporernya.
Lain halnya dengan W. Montgomory Watt10
(2006 M) dan Ramakrishna
Rao11
(seorang filosof Hindu terkemuka), mereka membedakan fungsi diri Nabi
Saw. sebagai seorang Nabi, pejuang, negarawan, orator, pembaru, penolong anak
yatim, pelindung budak, pembebas kaum perempuan, hakim yang adil, dan
manusia suci. Sebagaimana catatan sejarah, Nabi Saw. berperan dalam banyak
fungsi, antara lain sebagai Rasulullah, kepala negara, panglima perang, hakim,12
tokoh masyarakat, suami dan pribadi hingga sebagai model (teladan) yang
sempurna bagi kehidupan manusia. Bahkan Ramakrishna Rao menyimpulkan
8Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual Telaah Ma’ani al-Hadis
Tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), h. 4. 9Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn Idrīs ibn „Abdurraḥmān al-Sanhaji al-Qarrāfī, Kitāb al-Furūq
atau Anwār al-Burūq fī Anwā’ al-Furūq (Kairo: Dār al-Salām, 2008), h. 346. 10
Baca selengkapnya W. Montgomory Watt, Muhammad Prophet and Statesmen (London:
Oxford University Press, 1969). 11
Ramakrishna Rao, Muhammad: The Prophet of Islam (Inggris: Wipe, 1989), h. 32. 12
Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs (London: The Macmillan Press, 1974), h. 139.
4
bahwa dalam sosok Nabi Saw. dunia telah menyaksikan fenomena paling langka
di muka bumi, fenomena yang berwujud sosok hidup dan nyata.
Pemimpin yang sangat unik, inspiratif dan luar biasa serta perlu dikaji
adalah Nabi Saw. yang menempati peringkat Nomor Satu menurut Michel Hart.13
Alasan Hart menempatkan Nabi Saw. di posisi teratas dalam daftar orang paling
berpengaruh di dunia dikarenakan Nabi Saw. adalah satu-satunya orang di dunia
yang sangat berhasil baik pada tataran agama maupun sekuler. Sebagaimana hasil
review dari beberapa sumber klasik yang dilakukan oleh Marc H. Applebaum
menyatakan bahwa teladan yang memiliki karakter terbaik di seluruh wilayah
kehidupan adalah Nabi Saw. termasuk dalam hal kepemimpinan.14
Thomas Carlyle (1881 M), salah seorang pemikir terkemuka abad XIX
mengatakan bahwa Nabi Saw. adalah pria yang jujur dan taat, jujur dalam
perbuatan, perkataan dan pikiran. Seorang pria yang agak pendiam, diam ketika
tidak ada yang perlu dikatakan tapi tegas, bijak, tulus ketika berbicara, selalu
memberi pencerahan atas persoalan.15
Keagungan kepemimpinan Nabi Saw. merupakan sumber inspirasi bagi
berbagai tipe orang yang berpengaruh baik itu negarawan, raja, komandan militer,
pemimpin politik, pemimpin agama maupun CEO bisnis. Dalam sejarah manusia,
sangat jarang dijumpai seorang manusia sempurna yang menunjukkan sifat-sifat
maupun ciri-ciri yang menjadi tolok ukur kepemimpinan.16
13
Michel Hart, The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History (New York:
Hart Publishing Company, 1978), h. 33. Hart dikenal sebagai sejarawan, matematikawan, dan ahli
astronomi Amerika. 14
Marc H. Applebaum, “A Phenomenological Psychological Study of Muslim Leaders
Attitudes Toward Connection with The Prophet Muhammad,” (Dissertation of Doctor in Faculty
of Psychology, Saybrook Graduate School and Research Center San Fransisco, 2009), h. 16. 15
Thomas Carlyle, The Hero as Prophet (Maynard: Merrill & Company, 1882), h. 76. 16
Ismail Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad (Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2011),
h. 67.
5
Zakiyyah Wajihah El Amin mengutip perkataan Jules Massermen, seorang
psikoanalis dan professor di Universitas Chicago Amerika Serikat yang
meletakkan tiga standar objektif untuk menilai kebesaran para pemimpin, dia
berkata bahwa pemimpin harus memenuhi tiga fungsi: Pertama, pemimpin harus
menyediakan kesejahteraan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Kedua,
pemimpin atau calon pemimpin harus menyediakan suatu organisasi sosial yang
orang-orang merasa nyaman di dalamnya. Ketiga, pemimpin harus menyediakan
suatu keyakinan/nilai bagi pengikutnya. Dalam analisis dan penelitiannya tentang
tokoh-tokoh hebat dalam sejarah, Masserman menyimpulkan bahwa pemimpin
yang terbesar sepanjang waktu adalah Nabi Saw. yang mengombinasikan ketiga
fungsi tersebut.17
Penilaian yang berbeda muncul dari kalangan orientalis yang distortif secara
umum berawal akhir abad XVIII dan awal abad XIX. Sebagaimana Washington
Irving18
(1859 M) yang menganggap Nabi Saw. mempunyai penyakit ayan dan
mengalami gangguan kejiwaan. Ia juga menuduhnya sebagai manusia yang hiper
sex, bernafsu ganas, selalu mengejar kenikmatan seks belaka. Seorang manusia
yang tidak puas beristri satu dan oleh karena itu ia mempunyai istri lebih dari
sepuluh.19
Tuduhan miring terhadap Nabi Saw. juga dilakukan Jean Damascene
yang menganggap Nabi Saw. sebagai perampok, yang selalu merampas unta-unta
17
Zakiyyah Wajihah El Amin, “The Leadership of Muhammad the Prophet of Islam: An
Integral Analysis,” (Dissertation of Doctor in Faculty of Human Development, Fielding Graduate
University United States, 2008), h. 107. 18
Dia adalah penulis terkemuka kebanggaan Amerika yang hidup pada abad XIX, yang
menulis sejarah hidup Nabi Saw. dengan retorika penulisan yang begitu mengagumkan. Meskipun
dalam penulisannya terlihat sedikit kejujuran tapi masih banyak penilaiannya yang penuh
prasangka dan tidak toleran. Baca selengkapnya Washington Irving, Mohammed (London:
Wordsworth Editions, 2007). 19
Lihat Yusma Laela, “Kritik Husain Haekal Terhadap Penilaian Orientalis tentang
Muhammad,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2007), h. 5.
6
di waktu peperangan.20
Tuduhan ini menyatakan bahwa Nabi Saw. bukanlah
seorang pemimpin, teladan apalagi seorang Nabi yang diagungkan.
Begitu juga dengan Robert Spencer21
yang menyatakan bahwa Nabi Saw.
merupakan pendiri agama paling tidak toleran di dunia. Dalam bukunya dikatakan
bahwa Nabi Saw. merupakan seorang Nabi pedofil, seorang pembenci wanita dan
penuh dengan kekerasan. Bahkan dia mengatakan bahwa perkataan dan perbuatan
Nabi Saw. telah menggerakkan orang-orang Muslim untuk melakukan kekerasan
selama 1400 tahun.22
Tuduhan-tuduhan orientalis terhadap Nabi Saw. membuat umat Islam
menjadi resah. Hal ini dikarenakan umat Islam menganggap Nabi Saw. sebagai
panutan dan pemimpin spiritual tertinggi mereka yang nyaris sempurna. Meskipun
tidak dianggap sebagai Tuhan, Nabi Saw. ditempatkan dalam penghormatan yang
setinggi mungkin. Dia tidak boleh digambar, dan bagi orang-orang yang saleh,
menyebut namanya akan menjamin limpahan rahmat Ilahi bagi diri yang berdo‟a.
Istri-istrinya disebut sebagai ibu-ibu orang yang beriman. Setiap rincian riwayat
hidupnya telah terpelihara senantiasa di dalam hadis-hadis.23
Dengan berbagai tuduhan-tuduhan di atas bisa mengakibatkan keraguan
mengenai posisi Nabi Saw. sebagai seorang pemimpin yang ideal.
Hal yang menjadi permasalahan adalah posisi Nabi Saw. yang berkaitan
dengan maksud perkataan (bahasa) Nabi Saw. sebagai pemimpin sangat
20
Shabir Akhtar, Mengungkap Kelicikan Barat Sekuler Dengan Kasus Ayat-ayat Setan
Salman Rushdie. Penerjemah Usman Efendi (Jakarta: CV. Firdaus, 1992), h. 8. 21
Seorang pengarang dan narablog Amerika Serikat yang dikenal karena kritiknya terhadap
Islam dan penelitian tentang terorisme Islam dan jihad. Ia telah menerbitkan dua belas buku,
dengan karya terkenalnya The Truth About Muhammad: Founder of the World’s Most Intolerant
Religion (2006). 22
Robert Spencer, The Truth About Muhammad: Founder of the World’s Most Intolerant
Religion (United States: Regnery Publishing, 2006), h. 172. 23
Akhtar, Mengungkap Kelicikan Barat Sekuler Dengan Kasus Ayat-ayat Setan Salman
Rushdie, h. 3.
7
memengaruhi pemahaman suatu hadis. Segi-segi yang berkaitan erat dengan diri
Nabi Saw. dan suasana yang melatarbelakangi ataupun menyebabkan terjadinya
hadis tersebut mempunyai kedudukan penting dalam pemahaman suatu hadis.
Bisa saja suatu hadis tertentu lebih tepat dipahami secara tekstual, sedang hadis
tertentu lainnya lebih tepat dipahami secara kontekstual.
Tentu, perbedaan posisi Nabi Saw. tersebut sangat berpengaruh terhadap
pemahaman sebuah hadis. Hal ini karena intensitas posisi Nabi Saw. sebagai
seorang pemimpin memiliki berbagai motif ketika bersabda. Hal ini juga
dikarenakan bahwa ucapan atau perkataan Nabi Saw. telah diakui dan sangat
bernilai tinggi. Semua ini tampak ketika beliau berkomunikasi dengan para
sahabat seperti persoalan mengenai hubungan serta tanggungjawab sosial terhadap
seseorang. Sebagaimana sikap Nabi Saw. dalam memberikan larangan, perintah,
anjuran serta penghargaan yang tersirat dari gaya bahasa beliau sebagai seorang
pemimpin.
Pentingnya posisi Nabi Saw. ini membuat para ulama khususnya ahli Ilmu
Kalam, Ushul Fiqh dan Hadis merumuskan konsep pemilahan posisi Nabi Saw.
Kelompok ahli hadis memfokuskan hal ini pada pemahaman hadis, sedangkan ahli
Ushul Fiqh lebih mengulasnya pada perbuatan Nabi Saw.24
Perhatian yang ekstra
terhadap posisi Nabi Saw. ini tampaknya dilatarbelakangi oleh upaya menjaga
kemurnian ajaran agama (syarīʻah) karena sebagian dari perbuatan Nabi Saw.
adalah tabligh dan fatwa.
Pernyataan ini menunjukkan masalah yang terjadi dalam matan hadis.
Ketika dilihat dari bentuk matannya, hadis Nabi Saw. ada yang berupa jawāmiʻ
24
Baca selengkapnya M. Khoirul Huda, “Memahami Hadis Melalui Pemilahan Posisi Nabi
Saw,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013).
8
al-kalim (ungkapan yang singkat, namun padat maknanya), tamsīl
(perumpamaan), bahasa simbolik (ramzi), bahasa percakapan (dialog), ungkapan
analogi (qiyāsi), dan lain-lain.25
Klasifikasi yang terlepas dari keadaan yang
tumpang tindih memang sering sulit dihindari dalam pembagian hadis dilihat dari
segi-segi tertentu. Pembagian ini diperlukan dengan maksud menjelaskan
kekhususan yang dimiliki oleh hadis Nabi Saw.
Oleh karena itu, kajian ini akan difokuskan pada kepemimpinan Nabi Saw.
serta bahasa yang digunakan. Lewat kajian matan hadis saya akan menganalisa
gaya bahasa kepemimpinan Nabi Saw.
B. Permasalahan
1.) Identifikasi Masalah
Bila diidentifikasi maka masalah yang muncul dari topik di atas mempunyai
beberapa pertanyaan, yaitu:
a. Bagaimana memisahkan makna ketika Nabi Saw. sebagai seorang Nabi dan
sebagai manusia biasa?
b. Apakah Nabi Saw. seorang pemimpin?
c. Apa indikator yang menunjukkan bahwa Nabi Saw. seorang pemimpin?
d. Bagaimana kapasitas Nabi Saw. ketika menjadi seorang pemimpin dalam
bersabda?
e. Apa yang menjadi sifat dan motif Nabi Saw. dalam bersabda?
f. Apakah Nabi Saw. mempunyai kriteria khusus ketika berada dalam
penempatan suatu posisi?
25
Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual Telaah Maʻani al-Hadis tentang
Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal, h. 9.
9
g. Bagaimana implikasi hukum dari posisi Nabi Saw. yang beragam?
h. Bagaimana bentuk bahasa Nabi Saw. ketika memberikan perintah atau
larangan?
i. Apakah ada sebuah teori khusus yang membuktikan bahwa itu adalah
bahasa Nabi Saw.?
j. Faktor apa saja yang bersinggungan dari bahasa Nabi yang positif maupun
yang negatif ketika menjadi seorang pemimpin?
2.) Pembatasan Masalah
Berpijak dari identifikasi di atas, pembahasan dalam penelitian ini akan
difokuskan pada kajian tentang gaya bahasa Nabi Saw. sebagai pemimpin. Oleh
karenanya dari pertanyaan-pertanyaan di atas dibatasi pada pertanyaan yang
terkait dengan gaya bahasa Nabi Saw. yakni: Bagaimana bentuk bahasa
kepemimpinan Nabi Saw?
Pembatasan ini didasarkan pada asumsi bahwa posisi Nabi Saw. sebagai
seorang pemimpin dapat dilihat dari bahasa yang digunakan. Dalam hal ini, saya
akan berupaya menelusuri dan menganalisa bahasa Nabi Saw. sebagai seorang
pemimpin. Sedangkan pembatasan posisi Nabi Saw. sebagai pemimpin dibatasi
karena ingin membantah pandangan orientalis yang menyatakan bahwa Nabi Saw.
bukan seorang pemimpin. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak saya pilih
dikarenakan sudah dibahas pada kajian sebelum-sebelumnya.26
26
Pertanyaan yang tidak saya pilih karena telah dibahas oleh M. Khoirul Huda dan
Zakiyyah Wajihah El Amin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Khoirul Huda menyimpulkan
bahwa sebuah hadis bisa dipahami dengan melakukan pemilahan posisi Nabi Saw. melalui
pendekatan maqāṣid al-syarīʻah yang telah dimodifikasi oleh Ibn „Āsyūr dari model pembacaan
diferensiatif al-Qarrāfī terhadap sabda-sabda Nabi Saw. sehingga melahirkan maqāṣid al-nabī atau
maqāṣid al-rasūl. Sedangkan Zakiyyah Wajihah El Amin dalam disertasinya memberikan
10
3.) Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka saya merumuskan satu
pertanyaan utama, yaitu: Bagaimana gaya bahasa Nabi Saw. ketika menjadi
seorang pemimpin?
Pertanyaan ini saya pilih karena untuk melihat bagaimana pola bahasa yang
digunakan ketika Nabi Saw. berada di posisi pemimpin. Dengan demikian,
penelusuran ini terkait dengan kajian bahasa kepemimpinan Nabi Saw. yaitu
tentang aqwāl Nabi Saw. melalui kajian matan hadis.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sebagaimana yang tertuang dalam rumusan masalah sebelumnya, maka
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan gaya bahasa kepemimpinan yang digunakan Nabi Saw.
2. Menjelaskan bahwa Nabi Saw. adalah seorang pemimpin melalui bahasa
yang digunakan Nabi Saw.
3. Memberikan penjelasan serta sanggahan terhadap orientalis yang
menganggap bahwa Nabi Saw. bukan seorang pemimpin.
Terkait dengan tujuan yang terealisasi, diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat ke dalam dua kategori, yaitu bersifat akademis dan praktis:
1. Manfaat akademis:
a. Mengetahui bahasa kepemimpinan Nabi Saw.
kesimpulan kecil bahwa pemimpin harus memenuhi tiga fungsi: Pertama, pemimpin harus
menyediakan kesejahteraan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Kedua, pemimpin atau calon
pemimpin harus menyediakan suatu organisasi sosial yang orang-orang merasa nyaman di
dalamnya. Ketiga, pemimpin harus menyediakan suatu keyakinan/nilai bagi pengikutnya. Dalam
analisis dan penelitiannya tentang tokoh-tokoh hebat dalam sejarah, dia menyimpulkan bahwa
pemimpin yang terbesar sepanjang waktu adalah Nabi Muhammad Saw.
11
b. Membuktikan bahwa Nabi Saw. seorang pemimpin melalui bahasa yang
digunakan Nabi Saw.
c. Mengetahui kepemimpinan Nabi Saw.
2. Manfaat praktisnya:
a. Memberikan konstribusi pemahaman bahasa kepemimpinan Nabi Saw.
yang nantinya dapat dikembangkan dan dijadikan acuan untuk
penelitian lebih lanjut.
b. Secara umum diharapkan dapat bermanfaat bagi khazanah ilmu
pengetahuan, serta terhadap konsep-konsep aktual terutama mengenai
masalah-masalah yang menyangkut bahasa Nabi Saw.
D. Studi Terdahulu yang Relevan
Beberapa studi terdahulu yang dianggap relevan dengan kajian ini antara
lain adalah artikel tentang bahasa manajerial yang ditulis oleh beberapa
mahasiswa akademi Islam dari University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia
(Majid Daneshgar, Faiṣal ibn Aḥmad Syah, Zulkifli ibn Mohd Yusof, Gholamreza
Nuei, Musṭafā ibn „Abdullah dan Jilani ibn Touhami Meftah) yang juga
bekerjasama dengan Azar Mirzaei yang merupakan peneliti pusat studi al-Qur‟an
di University of Malaya pada tahun 2012. Artikel ini berjudul A Study on
Managerial Language of Islam. Dalam artikel ini dibahas mengenai tipologi
manajerial yang sesuai dengan bahasa manajerial dalam Islam yang dalam hal ini
menggunakan tipologi French and Raven (1959) dan teori powernya Naderi
(2005). Artikel ini menganggap bahwa bahasa manajerial dalam Islam berasal dari
12
tiga sudut pandang yaitu al-Qur‟an, Hadis dan ijtihad ulama.27
Terlebih, artikel ini
menginvestigasi keserasian antara bahasa manajerial dalam Islam dengan
beberapa teori manajerial modern dan mempertanyakan bagaimana Islam
mengajarkan cara berbicara antara seseorang dengan lainnya. Artikel ini belum
secara spesifik membahas tentang bahasa manajerial, hanya pengenalan serta
pemaparan dari basis tipologi dalam berinteraksi.
Kajian lain juga pernah dilakukan oleh R. Marston Speight dalam salah satu
proyek penelitiannya. Artikel yang ia tulis berjudul Oral Traditions of the Prophet
Muḥammad a Formulaic Approach.28
Ia mengkaji tentang beberapa komponen
yang terkait dengan ucapan Nabi Saw. melalui pendekatan rumus (a formulaic
approach) yang dia sebut dengan structural formula. Pendekatan melalui rumus
ini dalam kajian hadis memungkinkan untuk menemukan atau memastikan
keaslian teks yang berasal langsung dari Nabi Saw. Prosedur ini merupakan
tahapan terhadap sebuah analisis retorika.29
Artikel ini memiliki kemiripan dengan
masalah yang saya angkat. Hanya saja, dalam artikel ini hanya dijelaskan
penggunaan rumus-rumus yang mengidentifikasikan bahwa ucapan tersebut
berasal langsung dari Nabi Saw.
Penelitian yang masih dalam satu tema juga telah diteliti Marc H.
Applebaum dalam disertasi doktoralnya di Saybrook Graduate School and
Research Center San Fransisco, California, 2009 yang berjudul A
Phenomenological Psychological Study of Muslim Leaders Attitudes Toward
27
Majid Danesghar, dkk., “A Study on Managerial Language of Islam,” Procedia Social
and Behavioral Sciences, no. 70 (Januari 2013): h. 501-507. 28
Speight, Oral Traditions of the Prophet Muḥammad a Formulaic Approach, h. 27-37. 29
Analisis retorika hadis adalah salah satu dari proyek penelitian R. Marston. Pada tahun
1985, dia mempresentasikan karyanya yang berjudul “Rhetorical Features of Pronouncement
Stories in the Ḥadīth Literature Islam”.
13
Connection with The Prophet Muhammad.30
Disertasi ini menyelidiki tentang
sikap pemimpin Muslim yang dihubungkan dengan Nabi Saw. Kontribusi dari
disertasi ini adalah memberikan pemahaman psikologi Nabi Saw. untuk seorang
pemimpin dan cara berhubungan dengan lainnya.
Kajian lain tentang kepemimpinan Nabi Saw. juga pernah dilakukan oleh
Zakiyyah Wajihah dalam disertasinya yang membahas tentang The Leadership of
Muhammad Prophet of Islam: An Integral Analysis.31
Disertasi yang diselesaikan
pada tahun 2008 ini fokus pada kajian analisis integral seorang pemimpin.
Berdasarkan pengamatan pada karya-karya di atas, penelitian ini mengenai
bahasa kepemimpinan. Oleh karenanya penelitian ini akan menjelaskan tentang
bahasa kepemimpinan Nabi Saw.
E. Metodologi Penelitian
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah hadis qawlī yang terdapat dalam
kitab al-Jāmiʻ al-Ṣaghīr karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī. Kitab ini dipilih karena
merupakan kitab kumpulan hadis-hadis qawlī. Pemilihan hadis qawlī ini bertujuan
memfokuskan pembahasan pada ucapan Nabi Saw. sehingga mempermudah untuk
menelusuri secara langsung pola bahasa Nabi Saw. Kemudian dari hadis-hadis
qawlī tersebut dibatasi hanya pada kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī yang terkait dengan
kriteria Nabi Saw. sebagai seorang pemimpin. Pembatasan ini dikarenakan hadis-
hadis yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī sudah mendapatkan legitimasi
30
Disertasi ini kemudian diterbitkan oleh UMI Microform ProQuest LLC pada tahun 2009. 31
El Amin, The Leadership of Muhammad Prophet of Islam, h. 199-225.
14
dari para ulama‟ hadis bahwa hadis tersebut ṣaḥīḥ terhindar dari cacat dan
muttaṣil sampai ke Nabi Saw.
Kemudian sebuah buku untuk pembahasan mengenai tipe-tipe bahasa
seorang pemimpin menggunakan buku yang berjudul Politic Leadership yang
ditulis oleh Barbara Kellermen pada tahun 1986. Barbara, memasukkan satu
pembahasan khusus pada bab The Bases of Social Power mengenai landasan atau
dasar utama menjadi seorang pemegang kekuasaan (pemimpin) yang ditulis oleh
John R. P. French, Jr., dan Bertram Raven. French dan Raven mengatakan bahwa
seorang pemimpin harus memiliki lima basis kekuasaan, yaitu reward, coercive,
legitimate, referent, dan expert. Tipe ini merupakan lima landasan terkuat dan
terbaik dari seorang pemimpin kekuasaan.32
Selain itu, lima landasan ini
merupakan teori tertua yang telah disepakati bersama dan dijadikan tolak ukur
dalam bidang kepemimpinan. Oleh karenanya, buku ini menjadi rujukan utama
untuk menentukan beberapa faktor yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
Sedangkan sumber lainnya didapatkan dari beberapa dokumen, tulisan-
tulisan yang telah dipublikasikan dalam bentuk buku, jurnal, ataupun artikel dari
internet yang menguraikan pembahasan berkaitan dengan yang diteliti. Dalam hal
ini menggunakan sebuah artikel A Study on Managerial Language of Islam.
Kemudian untuk pembahasan mengenai bahasa Nabi Saw. menggunakan disertasi
seperti A Phenomenological Psychological Study of Muslim Leaders Attitudes
Toward Connection with The Prophet Muhammad karya Marc H. Applebaum dan
The Leadership of Muhammad Prophet of Islam: An Integral Analysis karya
Zakiyyah Wajihah. Serta sebuah artikel yang berjudul Oral Traditions of The
32
Lihat lebih lanjut Barbara Kellerman, Political Leadership (Mich: University of
Pittsburgh, 1986), h. 300.
15
Prophet Muḥammad: A Formulaic Approach karya R. Marston Speight. Dari
data-data itulah dijadikan bahan dalam mengelola dan mengkaji penelitian ini.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam hal pengumpulan data, saya mengumpulkan hadis qawlī dalam kitab
al-Jāmiʻ al-Ṣaghīr yang berjumlah 29.025 hadis. Kemudian dari ribuan hadis ini
diperoleh sebanyak 815 hadis yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī.
Terakhir, hadis tersebut didapat hanya 159 hadis yang dinilai menggunakan gaya
bahasa kepemimpinan.
Indikator dari bahasa seorang pemimpin sendiri bisa dilihat ketika memberi
perintah dan larangan. Bahasa perintah di sini bisa dideteksi dengan melihat
bentuk lafal yang digunakan, dalam hal ini menggunakan fiʻil ʻamr. Sedangkan
dalam bentuk bahasa larangan bisa dideteksi dengan melihat adanya penggunaan
lam nahī.
Hadis ini akan dianalisa menggunakan teori manajerial bahasa John R. P.
French, Jr., dan Bertram Raven tentang manajerial bahasa yang berjudul The
Bases of Social Power.33
Tulisan ini bertujuan untuk mengenali tipe-tipe
kekuasaan seorang pemimpin secara umum dan sistematika yang digunakan.
Karya ini merupakan pengenalan serta pemaparan dari basis tipologi kekuasaan
dalam berinteraksi. Teori tipologi ini digunakan karena merupakan teori tertua dan
populer dikalangan sarjana, sebagaimana yang dikatakan oleh Jerald G. Bachman
seorang professor penelitian di Universitas Michigan yang meneliti tentang
Psikologi Sosial.
33
Teori ini merupakan teori terbaik yang telah mendapatkan legitimasi oleh para sarjana
yang mengkaji secara khusus mengenai hal ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh D. Cartwright,
Studies in Social Power (Michigan: Institute for Social Itsearch, 1959), h. 155.
16
3. Metode Penulisan
Dalam hal teknik penulisan, saya mengacu kepada Pedoman Akademik
Program Strata 1 2013/2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan menggunakan
pedoman transliterasi Romanisasi Standar Bahasa Arab (Romanization of Arabic)
yang pertama kali diterbitkan tahun 1991 dari American Library Association
(ALA) dan Library Congress (LC).
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini akan disusun secara keseluruhan terdiri dari
lima bab, sebuah bab pendahuluan dan tiga bab isi, kemudian ditutup dengan
sebuah bab penutup yang memuat kesimpulan penelitian ini.
Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi perdebatan akademik seputar
posisi Nabi Saw. sebagai seorang pemimpin. Permasalahan yang menjadi konsen
utama penelitian ini adalah seputar pola bahasa kepemimpinan Nabi Saw. Dengan
disertakan studi terdahulu yang relevan bertujuan untuk memposisikan studi ini di
antara studi-studi terkait lainnya yang pernah dilakukan atau searah dengan
penelitian ini. Kemudian diuraikan metode penelitian yang akan saya pakai untuk
menyelesaikan penelitian ini. Dan pembahasan terakhir penjelasan mengenai
sistematika pembahasannya. Pada bab ini menguraikan secara umum alur tulisan
dengan batasan-batasannya.
Bab kedua merupakan pemaparan teori untuk melacak kriteria seorang
pemimpin. Metode penjelasan dalam bab ini yakni memaparkan teori-teori
kepemimpinan. Tujuannya untuk membatasi ruang lingkup kajian dan
memberikan gambaran mengenai kepemimpinan Nabi Saw.
17
Bab ketiga merupakan teori untuk melacak gaya bahasa seorang pemimpin.
Pada bab ini memberikan penjelasan tentang teori kekuasaan pemimpin yang
disertai dengan pengaplikasiannya dalam al-Qur‟an. Dengan tujuan untuk
mengetahui ciri bahasa yang digunakan oleh pemimpin.
Bab keempat merupakan bab analisis. Bagian ini difokuskan pada analisa
hadis-hadis qawlī dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dengan menggunakan teori
bahasa seorang pemimpin. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bahasa
kepemimpinan Nabi Saw.
Bab kelima merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan jawaban dari
rumusan masalah dalam penelitian ini, serta menemukan apa saja yang bisa
diambil atau dimanfaatkan setelah penelitian ini dilakukan.
18
BAB II
KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW
Pada bab ini, saya bermaksud memaparkan teori-teori kepemimpinan dari
segi ciri, perilaku pribadi dan sifat. Hal ini saya lakukan dengan cara menelusuri
kajian dalam literatur kepemimpinan sehingga akan didapatkan data berupa
definisi yang dirancang oleh para pengkaji kepemimpinan. Penelusuran ini
diharapkan dapat memunculkan suatu gambaran yang jelas tentang kriteria dan
gaya kepemimpinan Nabi Saw. dalam mengatur serta memimpin umatnya.
Dengan demikian akan diketahui gaya kepemimpinan Nabi Saw.
A. Kepemimpinan dalam Kamus Para Tokoh
Kepemimpinan berasal dari bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata
leader. Kata leader muncul pada tahun 1300-an sedangkan kata leadership
muncul kemudian, yaitu sekitar tahun 1700-an.1 Ada banyak definisi pemimpin,
salah satunya Henry Pratt Fairchild2 (1880-1956) mendefinisikan pemimpin
sebagai seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial
dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir, atau mengontrol usaha/upaya
orang lain, kekuasaan atau posisi. Sedangkan dalam pengertian sempit yakni
1Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta:
Rajawali Press, 2012), h. 6. 2Dia adalah seorang pendidik serta sosiolog terkemuka dari Amerika, bahkan ia pernah
menjabat sebagai Presiden Bidang Kemasyarakatan di Amerika. Dia banyak menulis tentang
hubungan ras, aborsi, kontrasepsi dan imigrasi.
19
seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas
persuasifnya, dan akseptensi (penerimaan) secara sukarela oleh pengikutnya.3
Sebagaimana Nabi Saw. dalam memimpin serta membimbing umatnya.
Nabi Saw. dikirim sebagai rahmat untuk menunjukkan kepada umatnya jalan yang
lurus serta mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, keimanan dan
pengetahuan. Hal ini telah disampaikan dalam al-Qur‟an:
Artinya:
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyā‟: 107).
Ayat tersebut secara definitif (pasti) menyatakan bahwa Nabi Saw. diutus
Allah Swt. sebagai rahmat bukan hanya kepada manusia melainkan untuk seluruh
makhluk di muka bumi. Kasih sayang Nabi Saw. bukan hanya kepada manusia,
melainkan untuk seluruh makhluk hidup di dunia.
Di sisi lain definisi pemimpin pun tidak mudah dirumuskan. Gary Yukl
mengemukakan bahwa definisi pemimpin dapat digolongkan ke dalam enam
jenis4 seperti tampak pada Tabel 1 berikut ini.
3 Syamsul Arifin, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2012), h. 1. 4Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, Kelompok dan Terapan (Jakarta: PT. Balai
Pustaka, 1999), h. 35.
20
Tabel 1.
Definisi Kepemimpinan Menurut Yukl
Konsep yang Luas Konsep yang Terbatas
1. Seseorang yang memengaruhi
anggota kelompok.
2. Seseorang yang memengaruhi
anggota kelompok dalam segala
hal.
3. Seseorang yang memengaruhi
anggota-anggota kelompok agar
menaati kehendaknya, baik secara
sukarela maupun tidak.
1. Seseorang yang pengaruhnya
kuat terhadap anggota
kelompok lain (kepemimpinan
terarah).
2. Seseorang yang secara
sistematis memengaruhi
perilaku anggota ke arah
pencapaian tujuan kelompok.
3. Seseorang yang mendapatkan
komitmen yang antusias dari
anggota kelompok untuk
melaksanakan kehendaknya.
Sedangkan kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
suatu bentuk dari cara memimpin.5 Bisa diartikan dengan keseluruhan tindakan
atau kemampuan untuk memengaruhi atau mengajak orang lain sebagai pengikut
dalam usaha bersama mencapai tujuan. Menurut Ordway Tead (1973 M)
kepemimpinan adalah aktivitas memengaruhi orang-orang untuk bekerja sama
menuju kepada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan. Tidak jauh berbeda
dengan H. Goidhamer dan E.A. Shils, mereka mengatakan bahwa kepemimpinan
adalah tindakan perilaku yang dapat memengaruhi tingkah laku orang-orang lain
yang dipimpinnya.6
Pada pengertian kepemimpinan di atas disebutkan istilah pengaruh.
Pengertian pengaruh di sini adalah daya yang ada atau yang timbul dari seseorang
yang ikut membentuk watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan seseorang
tersebut. Kemudian ada pula pengaruh yang bersifat karismatik, yaitu daya pikat
5Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), h. 612. 6Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 114.
21
atau pesona yang diilhami oleh Ilahi yang terekspresi pada pola pikir, keyakinan,
sikap, perilaku, tindakan, gerak-gerik, karya, dan penampilan diri.
Hal ini terlihat dalam kepemimpinan Nabi Saw. yang berhasil memberi
pengaruh kepada umatnya sehingga meningkatkan kualitas hubungan di antara
umat dan membangun rasa persaudaraan di dalamnya. Selain itu, Nabi Saw.
membuktikan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah yang mendorong para
pengikutnya agar melayani orang lain untuk bisa unggul dalam kehidupan. Seperti
terlihat dalam hadis:
ه اللاو عزا وجلا شيئا من أمر المسلمني فاحتجب دون حاجتهم، وخلاتهم »: ملسو هيلع هللا ىلصقال النيب من ولا7. رواه أيب داود«.وفف رىم، احتجب اللاو عنو دون حاجتو وخلاتو، وفف ره
Artinya:
“Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa yang Allah Swt. serahkan kepadanya
sebagian urusan orang muslim kemudian ia menutup diri dari melayani
kebutuhan mereka dan keperluan mereka, maka Allah menutup diri darinya dan
tidak melayani kebutuhannya, serta keperluannya.” (HR. Abū Dāwud).
Untuk memahami definisi kepemimpinan secara lebih dalam, ada beberapa
definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
a. Stephen P. Robbins mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk
memengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.8
b. Richard L. Daft mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan
memengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan.9
c. G. R. Terry memberikan definisi: Kepemimpinan adalah usaha
memengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan bersama.10
7 Abū Dāwud Sulaymān ibn al-Asyʻats ibn Isḥāq ibn Basyīr ibn Syaddād ibn ʻAmr al-Azdī
al-Sijistānī, Sunan Abī Dāwud, Muḥaqqiq: Muḥammad Muḥyi al-Dīn ʻAbd al-Ḥamīd, vol. III
(Beirut: al-Maktabah al-ʻAṣriyah, t.t), h. 135. 8Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi. Penerjemah Tim Indeks (Jakarta: Indeks, 2003),
h. 50. 9Richard L. Daft, Manajemen. Penerjemah Emil Salim dan Iman Karmawan (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 50.
22
d. Ricky W. Griffin mengatakan, pemimpin adalah individu yang mampu
memengaruhi orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; pemimpin
adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin.11
Dalam surveinya mengenai teori dan penelitian kepemimpinan, Ralph M.
Stogdill mengemukakan bahwa terdapat definisi mengenai kepemimpinan yang
berbeda hampir sebanyak orang berusaha mendefinisikan konsep tersebut.12
James
A.F Stoner mendefinisikan kepemimpinan manajerial sebagai proses
mengarahkan dan memengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari
anggota kelompok.13
Ada empat implikasi penting dalam definisi ini. Pertama, kepemimpinan
melibatkan orang lain –karyawan atau pengikut. Dengan kemauan mereka
menerima pengarahan dari pemimpin, angggota kelompok membantu
mendefinisikan status pemimpin dan membuat proses kepemimpinan menjadi
mungkin; tanpa orang yang dipimpin, semua mutu kepemimpinan dari seorang
manajer menjadi tidak relevan.
Kedua, kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata
antara pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok bukannya tanpa
kekuasaan; mereka dapat dan membentuk aktivitas kelompok dengan berbagai
cara. Sekalipun demikian, pemimpin biasanya mempunyai kekuasaan yang lebih
besar.
10
Brantas, Dasar-dasar Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 125. 11
Ricky W. Griffin, Manajemen. Penerjemah Gina Gania (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 68. 12
Ralph M. Stogdill, Bass & Stogdill‟s Handbook of Leadership: Theory, Research&
Managerial Application (Binghamton: Free Press, 1990), h. 37. 13
James A.F Stoner, Manajemen. Penerjemah Alexander Sindoro (Jakarta: PT.
Prenhallindo, 1996), h. 161.
23
Jadi, aspek ketiga dari kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan
berbagai bentuk kekuasaan untuk memengaruhi tingkah laku pengikut dengan
berbagai cara. Sebenarnya, pemimpin telah memengaruhi karyawan untuk
melakukan pengorbanan pribadi demi kebaikan perusahaan. Kekuasaan ini
membawa kita ke aspek keempat dari kepemimpinan.
Aspek keempat dari kepemimpinan menggabungkan tiga aspek pertama dan
mengakui bahwa kepemimpinan adalah mengenai nilai. James McGregor Burns
mengatakan bahwa pemimpin yang mengabaikan komponen moral kepemimpinan
mungkin dalam sejarah dikenang sebagai penjahat, atau lebih jelek lagi.
Kepemimpinan moral menyangkut nilai-nilai dan persyaratan bahwa para
pengikut diberi cukup pengetahuan mengenai alternatif agar dapat membuat
pilihan yang telah dipertimbangkan kalau tiba saatnya memberikan respons pada
usulan pemimpin untuk memimpin.14
Kepemimpinan ini adalah kepemimpinan tingkat manajemen. Manajemen
adalah suatu proses kegiatan fungsi-fungsi manajemen itu, yaitu: fungsi
perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi staf
(staffing), pengarahan (directing) dan pengawasan (controlling).
Dilihat dari fungsi ini maka kepemimpinan manajemen adalah pemimpin
yang mengordinir semua fungsi ini, yang menentukan kebijaksanaan (policy) dan
penanggungjawab dari semua proses dan kegiatan suatu organisasi atau satuan
rumah tangga.
Kepemimpinan manajerial tidak berhadapan langsung pada lapangan
operasional dan tidak memimpin langsung di lapangan. Kepemimpinan manajerial
14
Stoner, Manajemen, h. 161.
24
ini adalah orang yang menentukan perencanaan, penggunaan, staf, menentukan
arah kerja dan sasaran operasional. Tetapi pemimpin manajerial itu
merencanakan, mengarahkan pemimpin-pemimpin lapangan dan mengawasi
(controlling) semua kegiatan yang dilakukan para pemimpin operasi.
Kepemimpinan manajerial menentukan perencanaan, memiliki dan
mempergunakan staf, memberi pengarahan pada semua kegiatan terutama pada
pemimpin-pemimpin operatif, melakukan pengawasan dan merupakan
tanggungjawab tertingi di dalam organisasi di tingkatnya dan meminta
pertanggungjawaban dari pemimpin bawahan dan pemimpin operatif.15
Dari uraian di atas perlu dicatat bahwa walaupun kepemimpinan berkaitan
amat erat dengan dan penting bagi manajemen, kepemimpinan dan manajemen
bukan konsep yang sama. Untuk memperjelas perbedaan ini, pengarang
kepemimpinan Warren Bennis mengatakan bahwa kebanyakan organisasi terlalu
banyak dikelola (overmanaged) dan terlalu sedikit dipimpin (underled)16
.
Seseorang dapat menjadi manajer yang efektif tetapi kurang dalam keterampilan
membangkitkan motivasi dari seorang pemimpin. Orang lain dapat menjadi
pemimpin yang efektif tetapi kurang dalam keterampilan manajerial untuk
menyalurkan energi yang mereka timbulkan dalam diri orang lain. Dengan
tantangan keterlibatan dinamis dalam dunia organisasi masa kini, banyak
organisasi memberi hadiah kepada manajer yang juga mempunyai keterampilan
memimpin.
Penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan berarti proses
pemberian bimbingan dan teladan, proses pemberian tugas dan fasilitas untuk
15
Mochtar Effendy, Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam (Palembang: al-Mukhtar, 1997),
h. 40. 16
Stoner, Manajemen, h. 162.
25
pekerjaan-pekerjaan orang-orang yang terorganisasi guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan ringkas dapat disimpulkan, kepemimpinan adalah usaha
untuk mencapai tujuan dengan menggunakan daya pengaruh, potensi yang ada –
baik yang memimpin maupun yang dipimpin- secara bersama-sama, dinamis, dan
harmonis.
Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang
tidak bisa dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat
sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan,
dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki dari seorang pemimpin tidak bisa diperoleh
dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke
waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian ada
sebagian orang yang memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang
gigih mampu membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya
tersebut.17
Dapat kita pahami bahwa seorang pemimpin dengan kualitas kepemimpinan
yang dimilikinya bukan hanya sekedar berusaha untuk melaksanakan tugas dan
berbagai rutinitas pekerjaan saja, namun lebih dari itu merupakan simbol dari
organisasinya. Dan bagi banyak pihak, simbol tersebut telah berubah secara lebih
jauh menjadi kekuatan positif yang menggerakkan organisasi tersebut untuk
meraih tujuan yang dicita-citakan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Aan
Komariah18
bahwa, “kepemimpinan merupakan satu aspek penting dalam
organisasi yang merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan
perubahan dan manajemen yang dilakukannya, sehingga keberadaan pemimpin
17
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Sosial (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 58. 18
Lihat Aan Komariah, Kepemimpinan Visioner dan Corporate Culture di Perguruan
Tinggi. Dalam Buchari Alma, Corporate University (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 237.
26
bukan hanya sebagai simbol yang ada atau tidaknya menjadi masalah, tetapi
keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi”.
Berpijak dari beberapa definisi, kita bisa melihat bahwa pada diri Nabi
Saw. terdapat faktor seorang pemimpin yang disebutkan dari beberapa tokoh
kepemimpinan di atas. Kesuksesan beliau sebagai pemimpin diri sendiri,
pemimpin keluarga, pemimpin organisasi, pemimpin sosial, pemimpin agama,
pemimpin umat, pemimpin para nabi dan rasul-Nya, dan pemimpin seluruh alam
telah mengeluarkan bangsa Arab khususnya dan manusia pada umumnya dari
jeratan kebodohan akidah dan syariʻat ketuhanan. Kecerdasan, spiritualitas, serta
potensi-potensi dirinya tidak hanya diakui oleh kalangan umat Islam saja, tetapi
juga datang dari banyak ilmuwan Barat, seperti Michael H. Hart yang
menempatkan Nabi Saw. pada urutan pertama di antara seratus tokoh yang paling
berpengaruh dalam sejarah kehidupan umat manusia.19
Hal yang paling dominan pada diri kepemimpinan Nabi Saw. adalah bentuk
kepemimpinan dengan keteladanan (leadership by example). Pada kepemimpinan
beliau terpadu tiga komponen yang mutlak dibutuhkan oleh para calon pemimpin:
vision, value, dan vitality.20
Tabel 2.
Komponen Calon Pemimpin
VISION VALUE VITALITY
Mampu menjelaskan
arah dan tujuan serta
alasannya. Memiliki
kemampuan untuk
berpikir secara divergen
(mencari alternatif) dan
mengartikulasikan
sesuatu yang bersifat
Memimpin dengan cinta.
Menggerakkan orang lain
dengan keteladanan.
Memiliki prinsip-prinsip
nilai (integrity).
Memiliki daya vitalitas
atau energi yang sangat
kuat sehingga mampu
menggerakkan orang
lain. Memiliki daya
tahan secara fisik
maupun mental.
19
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership (Bandung: Diva Press, t.t.), h. 116. 20
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami (Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 103.
27
abstrak menjadi jelas
dan aktual (abstract
thinking).
Nabi Saw. selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sekaligus
menjaga harkat dan martabat manusia dan tidak pernah memaksakan kehendaknya
kepada orang lain. Bukti-bukti yang terkait telah dikumpulkan oleh Rifqi
Muhammad Fatkhi melalui sejumlah riwayat hadis yang terkait.21
Salah satu di
antaranya sebagaimana riwayat Abū Dāwūd (275 H) dari ʻAbdullāh ibn ʻAbbās
(68 H) bahwa ada seorang perempuan yang tidak memiliki anak, kemudian ia
bersumpah jika di kemudian hari ia dikaruniai seorang anak, maka ia akan
menjadikan anaknya menganut agama Yahudi, setelah beberapa waktu kemudian
para sahabat bertanya kepada Nabi Saw. berkenaan dengan anak-anak dan saudara
mereka yang masih beragama Yahudi, Nabi pun terdiam, kemudian turunlah ayat
lā ikrāha fī al-dīn (al-Baqarah: 256) lalu Nabi Saw. menjawab: “Biarkan keluarga
kalian memilih, jika mereka memilih kalian, maka mereka termasuk kalian
(Islam). Jika mereka memilih tetap, maka mereka bagian dari mereka (Yahudi).22
Beliau dapat meyakinkan pengikutnya agar mau dengan suka rela untuk
mengikuti perintahnya. Namun demikian beliau adalah pemimpin yang tegas,
tidak kompromi terhadap kebatilan dan selalu menegakkan kebenaran. Ketegasan
di dalam menegakkan yang benar dan melawan kebatilan tercermin di dalam
peristiwa sewaktu menolak untuk memberikan kekuasaan pemerintah pada dua
orang dari Kabilah al-Asyʻarī, sebaliknya beliau memberikan jabatan
21
Rifqi Muhammad Fatkhi, “Interaksi Nabi Muhammad dengan Yahudi dan Kristen,”
Refleksi Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin XII, no. 3 (April, 2012): h. 248. 22
Abū Dāwūd, Sunan Abī Dāwūd, vol. III, h. 92.
28
pemerintahan kepada Abū Mūsā al-Asyʻarī dan Muʻādz ibn Jabal, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abū Burdah, Nabi Saw. bersabda:
يا عبد اهلل لن، أو ل نستفعمل على عملنا من أراده، ولكن اذىب أنت يا أبا موسى، أو»: فف ال .(رواه مسلم عن أيب بردة) .«بن قفي
23 Artinya:
“Kemudian beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya saya tidak akan
memberikan jabatan kepada orang yang justru menginginkannya, sekarang
pergilah kamu wahai Abū Mūsā atau „Abdullāh ibn Qays!” (HR. Muslim).
Hadis ini menunjukkan betapa tegas Nabi Saw. untuk menegakkan
kebenaran sehingga beliau menolak dua orang untuk minta diangkat menjadi
pemimpin di Yaman karena disangsikan keteguhan imannya dan kemampuannya.
Justru beliau mengangkat dua orang sahabat dari golongan Anshar yang
mempunyai ilmu tentang Islam yang luas dan terjamin imannya.
Dari beberapa bukti tentang kepemimpinan Nabi Saw. di atas, telah
menyatakan bahwa kepemimpinan yang didefinisikan oleh para tokoh tercakup
dalam kepribadian Nabi Saw. bahkan memberikan pemahaman bahwa Nabi Saw.
adalah seorang pemimpin yang sangat berpengaruh bagi manusia.
Tidak disangsikan lagi bahwa Nabi Saw. adalah model pemimpin umat yang
paling agung sepanjang sejarah kehidupan manusia. Karisma kepemimpinannya
bukan hanya karena keperkasaan, kecerdasan, akhlak karimah, keimanan,
keislaman, keihsanan, ketauhidan dan ketakwaan yang dimilikinya, melainkan
juga karena memang anugrah Allah yang menjadikannya manusia pilihan (al-
Muṣṭafá) dan manusia sempurna (insān kamīl).
23
Muslim ibn al-Ḥajjāj Abū al-Ḥasan al-Qusyairīy al-Naisābūrīy, Ṣaḥīḥ Muslim, vol. III
(Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts al-„Arabī, t.t.), h. 1456.
29
B. Gaya dan Kriteria Pemimpin
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria. Kriteria apa
saja tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan apakah itu
sifat kepribadiannya, keterampilannya, bakatnya, sifat-sifatnya atau kewenangan
yang dimilikinya.
Deddy Mulyadi mengatakan bahwa pemimpin memiliki sifat kepribadian
seperti vitalitas dan stamina fisik, kecerdasan dan kearifan dalam bertindak,
kemauan menerima tanggung jawab, kompeten dalam menjalankan tugas,
memahami kebutuhan pengikutnya, memiliki keterampilan dalam berhubungan
dengan orang lain, kebutuhan untuk berprestasi, mampu memotivasi dan memberi
semangat, meyakinkan, memiliki pengaruh, mampu beradaptasi atau memiliki
fleksibilitas.24
Sebagaimana Nabi Saw. dalam memimpin umatnya. Beliau terlibat dalam
sistem perencanaan, pemberian motivasi, pengorganisasian, perencanaan,
pengarahan operasi, dan pengawasan sehingga segala sesuatunya tidak lepas
kendali. Hal ini terlihat dalam sabdanya:
لة وإذا ذبتم : ملسو هيلع هللا ىلصقال النيب إنا اهلل كتب اإلحسان على كل شيء، فإذا قفتفلتم فأحسنوا ال تفبة ولي دا أحدكم ش ر و ول ذبي تو 25(رواه مسلم). فأحسنوا الل
“Nabi Saw. bersabda: Allah telah memerintahkan agar segala sesuatunya
dilakukan dengan cara yang lebih baik. Kemudian ketika kalian membunuh dalam
peperangan, lakukanlah dengan cara yang baik; dan ketika menyembelih
(binatang) untuk korban, lakukanlah dengan cara yang baik. Kalian harus
24
Rivai dan Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, h. 19. 25
Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, vol. III, h. 1548.
30
menajamkan pisau, lalu sembelihlah binatang itu agar mati dengan tidak terlalu
sakit.” (HR. Muslim).
Dari beragam sifat yang disebutkan mengandung pengertian bahwa seorang
pemimpin adalah seorang yang dapat dijadikan suri teladan yang baik untuk
menuju perubahan dalam suatu organisasi. Hal ini telah disebutkan dalam firman
Allah dalam surah al-Aḥzāb ayat 21:
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Aḥzāb: 21).
Usaha sistematis pertama yang dilakukan oleh ahli psikologi dan para
peneliti lain untuk memahami kepemimpinan adalah usaha untuk mengenali sifat
pribadi pemimpin. Kebanyakan penelitian gagal untuk mengungkapkan sifat yang
jelas dan konsisten membedakan pemimpin dari pengikut. Memang benar bahwa
kelompok pemimpin lebih cerah, lebih terbuka, dan lebih percaya diri daripada
bukan pemimpin. Mereka juga cenderung untuk lebih tinggi. Tetapi walaupun
jutaan orang memiliki sifat-sifat ini, kebanyakan mereka tidak pernah mencapai
posisi pemimpin.26
Dalam mengenali sifat dan ciri seorang pemimpin, Marston memberikan
tiga rumus untuk mengenali bahasa yang digunakan oleh seorang pemimpin.
Pertama, definisi atau klarifikasi. Hal ini bisa dilihat ketika dia memberikan
contoh dalam bentuk pernyataan negatif yang biasanya digunakan untuk partikel
pengecualian: “tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan
26
Stoner, Manajemen, h. 162.
31
Allah”. Kedua, kekuasaan. Rumus ini terdiri dari pernyataan yang mengandung
sebuah perintah dan larangan. Seperti dalam contoh: “jangan berdusta atas
namaku”. Ketiga, berbentuk cerita. Rumus ini menekankan bahwa hadis
merupakan cerita kehidupan Nabi Saw. yang menjadi teladan bagi kehidupan
masyarakat.
Dengan melihat hal ini bisa dikatakan bahwa walaupun pengukuran
kepribadian mungkin suatu hari cukup akurat untuk mengisolasi sifat-sifat
pemimpin, bukti sejauh ini mengatakan bahwa orang yang tampil sebagai
pemimpin tidak mempunyai kumpulan sifat-sifat yang jelas membedakannya dari
bukan pemimpin.
Dari penjelasan definisi di atas bisa saya ambil kesimpulan bahwa
pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin setidaknya memenuhi
beberapa kriteria, yaitu:
1.) Pengaruh: seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang
yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pemimpin.
Pengaruh ini menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang lain
tunduk pada apa yang dikatakan sang pemimpin. John C. Maxwell, penulis
buku-buku kepemimpinan pernah berkata: Leadership is influence
(Kepemimpinan adalah soal pengaruh).
2.) Kekuasaan/power: seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain
karena dia memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai
keberadaannya. Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang
pemimpin, tentunya tidak ada yang mau menjadi pendukungnya.
Kekuasaan/kekuatan yang dimiliki sang pemimpin ini menjadikan orang
32
lain akan tergantung pada apa yang dimiliki sang pemimpin, tanpa itu
mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungan ini menjadikan hubungan
yang bersifat simbiosis mutualisme, dimana kedua belah pihak sama-sama
saling diuntungkan.
3.) Wewenang: wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan
kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan
suatu hal/kebijakan. Wewenang di sini juga dapat dialihkan kepada bawahan
oleh pemimpin apabila sang pemimpin percaya bahwa bawahan tersebut
mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik, sehingga
bawahan diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan
dari sang pemimpin.
4.) Pengikut: seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaan/power,
dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak
memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan dan
mengikuti apa yang dikatakan sang pemimpin. Tanpa adanya pengikut maka
pemimpin tidak akan ada. Pemimpin dan pengikut adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri sendiri.
Kepemimpinan melibatkan proses memengaruhi orang untuk
mentransformasikan pandangan hidup mereka, kadang melalui tindakan afirmatif
untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Perubahan ke arah yang lebih baik bisa
dicapai dengan cara mengubah perilaku seseorang, situasi seseorang atau
lingkungan seseorang. Hal ini disebut dengan kepemimpinan altruistis.27
27
Altruistis adalah bersifat mendahulukan kepentingan orang lain. Lihat TIM KBI, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, h. 45.
33
Altruisme merupakan prinsip hidup yang menghargai dan berbuat demi
kebaikan orang lain, menunjukkan kasih sayang serta perhatian terhadap
kesejahteraan orang lain terutama umat. Prinsip ini menunjukkan suatu sikap
menyayangi dan berbagi, sikap peduli dan tidak egois atas kesejahteraan yang
lain, menjaga perasaan orang lain di sekitar kita, memerhatikan kebutuhan
mereka, dan selalu berusaha menciptakan solusi saling menguntungkan atas
apapun yang dikerjakan bersama.28
Alasan yang mendasari konsep manajemen altruistis adalah bahwa jika kita
berbuat baik kepada orang lain, jika kita menghargai orang lain, jika kita
memerhatikan kebutuhan dan persoalan mereka, kita juga akan mendapat
tanggapan serupa dari mereka dalam interaksi kita dengan mereka.
Nabi Saw. membuktikan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah yang
mendorong para pengikutnya agar melayani orang lain untuk bisa unggul dalam
kehidupan. Sebagai seorang pemimpin, seseorang terikat oleh kedudukan yang
dipercayakan Allah Swt. agar bertanggung jawab dan bisa
dipertanggungjawabkan dalam menegakkan keadilan, kesetaraan, dan
kesepahaman dalam segala urusan dunia.29
Seorang pemimpin bisa jadi adalah seorang ayah, seorang imam, seorang
administrator, seorang manajer, seorang supervisor, atau bahkan seorang pekerja
yang berpengaruh. Nabi Saw. menegaskan bahwa setiap orang diberi kepercayaan
oleh Allah Swt. untuk menjadi khalifah. Sebagaimana firman Allah:
28
Ismail Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad (Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2011),
h. 33. 29
Hal ini bisa dilihat dari hadis Nabi Saw. yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan
posisi pemimpin yang adil dihadapan Allah Swt. Sebagaimana riwayat Abū Saʻīd ra. Bahwa Nabi
Saw. pernah bersabda: “Dari semua orang yang paling dekat dan dikasihi Allah pada hari kiamat
adalah pemimpin yang adil, dan yang paling buruk di mata Allah dan paling jauh dari-Nya
adalah pemimpin yang tidak adil.”
34
Artinya:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan yang mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.” (QS. Al-Nūr: 55).
Begitu juga dalam riwayat Ibn „Umar meriwayatkan bahwa Nabi Saw.
bersabda:
كلكم راع وكلكم مسئول عن »: ابن عمر ر ي اهلل عنفهما، عن النايب لاى اهلل عليو وسلام قال عنرأة راعية على بفيت زوجها وولده، فكلكم راع
رعياتو، واألم راع، والراجل راع على أىل بفيتو، وامل
30.رواه البخاري. «وكلكم مسئول عن رعياتو Artinya:
“Dari Ibn „Umar ra. Dari Nabi Saw. bersabda: Setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang
dipimpinnya. Seorang Amir adalah pemimpin. Seorang suami juga pemimpin atas
keluarganya. Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-
anaknya. Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. al-Bukhārī).
Syafii Antonio secara detail menggambarkan karakter kepemimpinan Nabi
Saw. dalam delapan bidang utama kepemimpinan Nabi Saw. yakni:
kepemimpinan dan pengembangan diri (self leadership & personal development),
bisnis dan kewirausahaan (business & entrepreneurship), menata keluarga
harmonis (managing a harmonious family), manajemen dakwah (dakwah
management), kepemimpinan sosial dan politik (social & political leadership),
pembelajar dan guru peradaban (learner & educator), pengembangan hukum
(legal development), kepemimpinan dan strategi militer (military strategy &
leadership).31
30
Muḥammad ibn Ismāʻīl Abū „Abd Allāh al-Bukhārī, al-Jāmiʻ al-Musnad al-Ṣaḥīḥ al-
Mukhtaṣar min Umūri Rasulillāh ṣalla Allāh „alayh wa-sallam wa-sunanih wa-ayyāmih.
Muhaqqīq: Muḥammad Zuhair ibn Nāṣir al-Nāṣir, vol. VII (Damaskus: Dār Ṭawq al-Najāh, 1422),
h. 31. 31
Selengkapnya baca Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership & Manajemen
Muhammad Saw: The Super Leader Super Manager (Jakarta: Tazkia, 2009).
35
Diagram 1.
Karakter Kepemimpinan Nabi Saw.
Dari diagram di atas bisa disimpulkan bahwa Syafii Antonio
mengemukakan ciri kepemimpinan Nabi Saw. sebagai pemimpin yang holistic
(mampu mengembangkan kepemimpinan dalam berbagai bidang), accepted
(kepemimpinannya diakui lebih 1,3 miliar manusia) dan proven (sudah terbukti 15
abad yang lalu hingga hari ini masih relevan diterapkan).
Gaya kepemimpinan seperti ini merupakan salah satu gaya yang
diperlihatkan oleh Nabi Saw. yaitu memiliki prinsip-prinsip serta wawasan ke
depan (future outlook), bahkan gagasan pemikiran beliau jauh melampaui
zamannya. Kepemimpinan Nabi Saw. didasarkan pada prinsip musyawarah,
terbuka terhadap gagasan orang lain untuk mewujudkan visi atau tujuannya.
Beliau mampu meyakinkan orang lain dan gagasannya menjadi inspirasi para
pengikutnya.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ismail Noor dapat
disimpulkan bahwa Nabi Saw. menerapkan tiga gaya pokok kepemimpinan Islam:
Self Leadership
Military
Legal Develop
ment
EducatorSocial & Politics
Dakwah
Family
Business
Religious
Spirituality
36
syūrā (permusyawaratan), „adl bi al-qisṭ (keadilan disertai kesetaraan), dan
ḥurriyyah al-kalām (kebebasan berekspresi) dalam segala urusan dengan umatnya.
Syūrā adalah sebuah metode yang menerapkan musyawarah di antara
pemimpin dan pengikut mengenai berbagai persoalan penting, terutama jika
masalahnya bersifat kritis dan membutuhkan solusi bijak. Contohnya, dalam
perang Uḥud, arti penting syūrā dan pengabaian penerapannya diberi penekanan.
Musyawarah dilakukan pada masa perang maupun damai. Sebelum perang
dimulai, Nabi Saw. melakukan musyawarah serius dengan pasukannya berkenaan
dengan strategi perang, mempertimbangkan berbagai pilihan dan mencapai
kesepakatan bersama meskipun beliau memiliki pandangan sendiri atas persoalan
tersebut. Selama kepemimpinannya, Nabi Saw. terus-menerus memerhatikan
kesejahteraan dan keselarasan umat pada umumnya, dan beliau menjamin
stabilitas dengan cara memperkuat muʻamalah, hukum pidana, sistem perkawinan,
dan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur‟an. Beliau berusaha keras
menjalankan tugas keagamaan dan kenegaraan dengan tujuan yang jelas,
mengambil berbagai keputusan pemerintahan melalui musyawarah.32
Keadilan merupakan tonggak kedua kepemimpinan Islam. Nabi Saw.
dikenal sebagai pemimpin dan hakim yang tidak pernah diragukan lagi serta
gubernur agung warga Madinah. Beliau bertindak sebagai penengah pihak-pihak
yang bertikai sehingga hukum dan aturan bisa ditegakkan di Negara Madinah.
Dalam penerapan kesetaraan, Nabi Saw. selalu memberikan hak dan kesempatan
yang sama kepada semua warga tanpa memandang ras, keyakinan, atau asal-usul.
Semua orang memiliki akses yang sama dalam kegiatan ekonomi, pendidikan,
32
Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad, h. 39.
37
peradilan, rampasan perang, ketaatan beragama, atau pemilihan pejabat negara.
Demokrasi ditegakkan selama tidak melanggar hukum Allah Swt.33
Kebebasan berekspresi merupakan hak yang diberikan kepada siapa saja
untuk menyuarakan kepedulian, persetujuan, atau saran atas suatu persoalan yang
memengaruhi kesejahteraan dirinya atau komunitasnya. Nabi Saw. cakap dalam
hal menangani berbagai masalah yang dibawa ke hadapan beliau. Bahkan dalam
sesi ḥalaqah, Nabi Saw. mendengarkan pandangan orang lain dengan sungguh-
sungguh, dengan tubuh di condongkan ke arah orang itu, sebelum berkomentar,
memberi nasehat, dan mengambil keputusan.34
Integritas Nabi Saw. sebagai pemimpin universal tidak mungkin diragukan
lagi bahkan oleh pengamat Barat dan non-Muslim. Karakteristik yang ada pada
Nabi Saw. melambangkan jenis kepemimpinan yang harus dimiliki setiap
pemimpin, baik dalam mengelola sebuah keluarga, tim, pasukan, organisasi atau
bangsa. Karakter Nabi Saw. sendiri merupakan perwujudan suri teladan
kepemimpinan yang baik bagi semua orang. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Ismail Noor, keagungan kepemimpinan Nabi Saw. merupakan sumber inspirasi
bagi berbagai tipe orang berpengaruh baik itu negarawan, raja, komandan dan
militer, pemimpin poltik, pemimpin agama, maupun CEO bisnis.35
Secara konseptual, pendapat di atas diperkuat dengan Burton S. Kaliski
yang menyatakan bahwa pengaruh dan elements kekuasaan merupakan hal yang
penting bagi seorang manajer.36
Penggunaan kekuasaan dinyatakan sah apabila
dipakai secara adil dan dengan cara etis untuk mencapai tujuan organisasi,
33
Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad, h. 42. 34
Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad, h. 46. 35
Lihat Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad, h. 67. 36
Burton S. Kaliski, Encyclopaedia of Business and Finance (USA: MacMillan Reference,
2001), h. 62.
38
kelompok dan individu. Pemimpin yang baik menghendaki kekuasaan akan
memengaruhi tingkah laku dari para pegawai untuk suatu kebaikan dari organisasi
bukan keuntungan pribadi.
Dengan demikian, berdasarkan hasil penelusuran kriteria dan gaya
kepemimpinan di atas, kepemimpinan Nabi Saw. dalam mengatur serta memimpin
umatnya dapat terbaca dengan jelas. Nabi Saw. memiliki karakter teladan
kepemimpinan yang baik bagi semua orang. Beliau adalah seorang pemimpin
yang sangat berpengaruh bagi manusia. Pada kepemimpinan beliau terpadu tiga
komponen: vision, value, dan vitality yang mutlak dibutuhkan oleh para calon
pemimpin.
39
BAB III
Teori dan Dasar Kekuasaan Pemimpin
Dalam bab ini, saya bermaksud memaparkan teori dan dasar kekuasaan
pemimpin. Dengan demikian akan diketahui ciri bahasa yang digunakan oleh
pemimpin. Di samping itu, saya akan menyajikan beberapa contoh ayat al-Qur’an
yang bersinggungan dengan teori kekuasaan tersebut. Hal ini saya lakukan agar
dapat memudahkan dalam memahami analisa pada bab selanjutnya.
A. Tipologi Kekuasaan
Para pemimpin dalam menjalankan dan melaksanakan rencana yang
diinginkan menerapkan power (kekuasaan) yang dimiliki dengan tujuan agar
tercapai dan berjalannya pekerjaan sesuai dengan rencana. Kekuasaan dilihat
sebagai hal yang penting untuk memengaruhi bawahan, kawan sejawat, atasan dan
orang yang berada di luar organisasi seperti para pelanggan.1
Pada umumnya, kekuasaan meliputi sifat-sifat yang berhubungan dengan
orang dan posisinya, yang merupakan dasar bagi kemampuan pemimpin untuk
memengaruhi orang lain. Kata “kekuasaan” pada dasarnya melekat pada diri
manusia sebagai manusia politik (zoon politicon). Kekuasaan secara umum dapat
diartikan kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain.2 Kekuasaan
mempunyai peranan sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam
1Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h.
6. 2James A. F. Stoner, Manajemen. Penerjemah Alexander Sindoro (Jakarta: PT.
Prenhallindo, 1996), h. 36.
40
memengaruhi, menggerakkan, dan mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah
pencapaian tujuan organisasi.
Gardner mendefinisikan kekuasaan sebagai “suatu kapasitas untuk
memastikan hasil dari suatu keinginan dan untuk menghambat mereka yang tidak
mempunyai keinginan.3 Kekuasaan disebarluskan di dalam masyarakat banyak.
Dimensi sosial yang dikehendaki oleh kekuasaan menghasilkan tanggung jawab
yang diharapkan dan tingkah laku yang menguntungkan orang-orang.
Manajer yang baik adalah pemimpin yang baik. Premis tersebut membuat
para sarjana mempertimbangkan semua aspek kepemimpinan dari sudut pandang
Islam. Bahkan beberapa sarjana seperti Beekun dan Badawi mencoba
menggunakan teori manajerial dan mengadaptasikannya dengan doktrin Islam.4
Namun, pandangan Beekun dan Badawi ini dinilai tidak memberikan kerangka
untuk menciptakan efektifitas sebuah organisasi. Penelitian mereka menyisakan
beberapa referensi penting bagi para peneliti selanjutnya terhadap implikasi dan
relevansi Islam untuk melanjutkan kajian manajemen dan prakteknya.5
Banyak para sarjana Muslim seperti Naderi Qomi (2005) yang menulis buku
Managerial Powers in Islam. Dalam bukunya dia menyebutkan bahwa ada
banyak sosial manajer yang terdapat dalam al-Qur’an. Karenanya, teori ini
berusaha menemukan beberapa hubungan antara bahasa manajerial dengan bahasa
al-Qur’an.
3John W. Gardner, Leadership and Power (Washington, DC: Independent Sector, 1986), h.
3. 4Rafik Issa Beekun dan Jamal A. Badawi dalam karyanya Leadership an Islamic
Perspective (Amana Publications, 1999), h. 125. Mereka mencoba memberikan sebuah pendekatan
teori dan praktek kepemimpinan dari perspektif Islam. Tujuan mereka terfokus pada aspek moral
dan etika seorang pemimpin. 5Beverley Metcalfe dan Fouad Mimouni, Leadership Development in the Middle East
(Saudi Arabia: Edward Elgar Publishing, 2011), h. 165.
41
Salah satu teori manajerial yang berkaitan dengan ini adalah tipologi
kekuasaan manajerial tahun 1959 yang dibuat oleh French dan Raven. Teori ini
dipilih karena merupakan teori tertua tentang tipologi kekuasaan manajerial.6
French dan Raven adalah seorang sarjana yang mana menjelaskan secara
detail dan yang memperkenalkan pertama kali tentang teori kekuasaan. Salah satu
fungsi teori ini adalah membantu kita membuat generalisasi. Teori kuasa
pemimpin yang dinyatakan oleh French dan Raven menyatakan bahwa
kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi.
Dengan kata lain, orang atau orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber
kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan
atau memimpin kelompok atau organisasi itu.7
Dalam organisasi pekerjaan, kemampuan untuk memengaruhi, mendesak,
dan memotivasi pengikutnya, di samping tempat, penentuan waktu, penggunaan
informasi, dan efisiensi, didasarkan juga pada kekuasaan yang dirasakan oleh
pemimpin. French dan Raven mengidentifikasi bentuk-bentuk kekuasaan yang
dirasakan (perceived power) yang mungkin dimiliki oleh seorang pemimpin,
yaitu: reward (penghargaan), coercive (paksaan), legitimate (legitimasi), expert
(ahli), dan referent (rujukan).8
6Majid Danesghar, dkk., “A Study on Managerial Language of Islam,” Procedia Social and
Behavioral Sciences, no. 70 (Januari 2013): h. 501-507. Artikel ini menganggap bahwa bahasa
manajerial dalam Islam berasal dari tiga sudut pandang yaitu al-Qur’an, Hadis dan ijtihad ulama. 7Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, Kelompok dan Terapan (Jakarta: PT. Balai
Pustaka, 1999), h. 40. 8Barbara Kellerman, Political Leadership (Mich: University of Pittsburgh, 1986), h. 300.
Barbara memasukkan satu pembahasan khusus pada bab The Bases of Social Power mengenai
landasan atau dasar utama menjadi seorang pemegang kekuasaan (pemimpin) yang ditulis oleh
John R. P. French, Jr., dan Bertram Raven.
42
a. Reward Power (Kekuasaan Penghargaan)
Kekuasaan yang didasarkan atas harapan, menerima pujian, penghargaan,
atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan seorang pemimpin. Kekuasaan ini
akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain
menemukan kepuasan. Dalam deskripsi konkret adalah “jika anda dapat menjamin
atau memberi kepastian gaji atau jabatan saya meningkat, anda dapat
menggunakan reward power anda kepada saya”. Pernyataan ini mengandung
makna bahwa seseorang dapat melakukan reward power karena ia mampu
memberi kepuasan kepada orang lain.9
b. Coercive Power (Kekuasaan Hukuman)
Kekuasaan paksaan ini adalah kekuasaan yang didasarkan atas rasa takut.
Seorang penakut merasa bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang
pemimpin dapat menyebabkan dijatuhkannya sesuatu bentuk hukuman peringatan
atau pengasingan sosial dari kelompok.10
c. Legitimate Power (Kekuasaan Legitimasi)
Kekuasaan sah adalah kekuasaan yang diperoleh dari posisi seseorang
dalam kelompok atau hirarki keorganisasian. Seorang pemimpin diakui oleh para
anggotanya memiliki kekuasaan yang sah. Dalam contoh yang nyata, jika
seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang
9Kellerman, Political Leadership, h. 306.
10Kellerman, Political Leadership, h. 307.
43
lain setuju untuk mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang
sudah dilegitimasi tersebut.11
d. Expert Power (Kekuasaan Ahli)
Seseorang yang mempunyai keahlian khusus memilki nilai yang lebih
tinggi. Kekuasaan ini tidak terikat pada urutan tingkatan. Misalnya, dalam shalat
berjama’ah dalam agama Islam yang dijadikan pemimpin shalat (imam) adalah
yang paling fasih membaca ayat al-Qur’an. Di sebuah kapal atau pesawat udara,
muʻalim atau penerbang yang paling terampil yang dijadikan nahkoda atau
kapten.12
e. Referent Power (Kuasa Rujukan)
Kekuasaan yang didasarkan atas daya tarik. Seorang pemimpin yang
dikagumi karena ciri khasnya, memiliki kekuasaan referensi. Bentuk kekuasaan
seperti ini secara populer dinamakan karisma. Orang tersebut dikatakan
mempunyai karisma untuk menyemangatkan dan menarik para pengikut.13
Berdasarkan sumber kekuasaan tersebut, bisa kita simpulkan bahwa French
dan Raven menyusun sebuah kategorisasi sumber kekuasaan ditinjau dari
hubungan anggota dan pemimpin sebagaimana tampak dalam Tabel 3.
11
Kellerman, Political Leadership, h. 308. 12
Kellerman, Political Leadership, h. 313. 13
Tipologi ini dikembangkan oleh John R.P. French dan Brtram Raven “The Bases of Social
Power” edisi Darwin Cartwight dan A. F. Zander. Lihat James L. Gibson, Organisasi dan
Manajemen. Penerjemah Djoerban Wahid (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 261.
44
Tabel 3.
Kategorisasi Kekuasaan Menurut French dan Raven
Kekuasaan Menghargai
Seorang anggota taat agar ia mendapat
penghargaan yang diyakininya atau dikendalikan
oleh pemimpin
Kekuasaan Memaksa Seorang anggota taat agar ia terhindar dari
hukuman yang diyakininya diatur oleh pemimpin
Kekuasaan Sah
Seorang anggota taat karena ia yakin bahwa
pemimpin mempunyai hak untuk membuat
ketentuan atau peraturan bahwa anggota
mempunyai kewajiban untuk taat
Kekuasaan keahlian
Seorang anggota taat karena ia yakin atau percaya
bahwa pemimpin mempunyai pengetahuan khusus
tentang cara yang terbaik untuk melakukan sesuatu
Kekuasaan rujukan
Seorang anggota taat karena ia memuji pemimpin
atau mengidentifikasikan dirinya dengan pemimpin
dan mengharapkan persetujuannya
Kelima tipe dari kekuasaan interpersonal adalah saling ketergantungan
karena tipe-tipe tersebut dapat dipakai dengan cara dikombinasikan dengan
berbagai cara, dan masing-masing dapat memengaruhi yang lainnya.
B. Al-Qur’an dan Teori Kekuasaan
Dalam kajian ini, teori kekuasaan yang telah saya paparkan di atas akan
saya aplikasikan dalam beberapa contoh ayat al-Qur’an, yang nantinya akan
membantu memudahkan ketika menganalisa bahasa kepemimpinan Nabi Saw.
pada bab selanjutnya.
a. Al-Qur’an dan Reward Power
Jenis kekuasaan ini telah disebutkan dalam al-Qur’an. Point yang menarik
dari kekuasaan ini dinyatakan setelah atau sebelum kekuasaan hukuman.
Contohnya, Surah al-Mā’idah: 9-10
45
Artinya:
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, (bahwa) mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar. Adapun
orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni
neraka.” (QS. Al-Mā’idah: 9-10).
Abū Jaʻfar Muḥammad ibn Jarīr al-Ṭabarī (923 H) menjelaskan bahwa
maksud dari ayat di atas adalah Allah Swt. menjanjikan kepada hamba yang
membenarkan Allah Swt. dan Rasul-Nya, mengakui apa yang datang dari Tuhan
mereka dan menjalankan apa yang diikatkan Allah Swt. kepada mereka, serta
memenuhi janji ketika mereka berkata, kami benar-benar akan mendengarkan dan
taat kepada Allah Swt. serta Rasul-Nya, sehingga mereka mendengarkan perintah
dan larangan Allah Swt., kemudian menaati-Nya dengan cara menjalankan apa
yang diperintahkan dan tidak melanggar apa yang dilarang.14
Jika dilihat dari penjelasan teori sumber kekuasaan di atas, maka dalam
ayat ini terdapat imbalan yang dilakukan oleh Allah Swt. Siapa yang mematuhi
Allah Swt. dan beramal saleh, maka akan diampuni segala dosa dan mendapatkan
pahala yang besar, baik di dunia lebih-lebih di akhirat sebagai buah dan imbalan
amal-amal baik mereka. Ayat ini menekankan pada reward power. Maksudnya
bahwa seorang manajer atau pemimpin boleh menyediakan imbalan untuk para
staf mereka. Ayat selanjutnya menjelaskan sebaliknya, apabila ia melanggar
ketentuan tersebut maka ia mendapatkan hukuman di neraka.
14
Abū Ja’far Muḥammad ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmiʻ al-Bayān an Ta’wīl āy al-Qur’ān, vol. X
(Kairo: Mu’assasah al-Risālah, 2000), h. 98.
46
b. Al-Qur’an dan Coercive Power
Contohnya, Surah Yūnus: 13.
Artinya:
“Dan sungguh Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika
mereka berbuat zalim, padahal para rasul mereka telah datang membawa
keterangan-keterangan (yang nyata), tetapi mereka sama sekali tidak mau
beriman. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
dosa.” (QS. Yūnus: 13).
Ayat ini menurut asbāb al-nuzūlnya ditujukan kepada orang kafir Makkah
yang selalu memperolok-olokkan Nabi Saw. tetapi termasuk juga di dalamnya
semua umat manusia yang bersikap dan bertindak seperti yang telah dilakukan
orang-orang kafir Makkah itu. Umat-umat dahulu pernah dihancurkan seluruhnya
karena kezaliman, kekafiran, dan keingkaran kepada rasul-rasul dan nabi-nabi
yang telah diutus Allah kepada mereka. Padahal rasul-rasul dan nabi-nabi itu telah
membentangkan jalan kebenaran, yang bila mereka tempuh akan menyampaikan
mereka ke tempat yang penuh bahagia.15
Jatuhnya kebinasaan atas mereka dari ayat ini disebabkan oleh dua hal.
Pertama, karena mereka berbuat kezaliman yang tidak dapat ditoleransi, yakni
syirik/mempersekutukan Allah Swt., dan kedua, adalah karena Allah Swt.,
mengetahui bahwa kezaliman itu akan terus berlanjut sehingga mereka sekali-kali
tidak mau beriman, walau sampai kapan pun. Penambahan huruf lām pada kata
(li-yu’minū) yang dinamai ahli bahasa lām al-juḥud bukan sekedar kata (yu’minū)
15
Departemen Agama RI, al-Qur’ān dan Tafsirnya, vol. XII (Jakarta: Departemen Agama
RI, 2009), h. 274.
47
yakni untuk menekankan ketiadaan iman dan kemustahilan memerolehnya. Atas
dasar kedua hal inilah mereka dibinasakan.16
Penafsiran ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan manajerial terfokus pada
hukuman balik, maksudnya adalah sebuah hukuman (punishment) tidak
dinyatakan secara tidak langsung menggunakan kewajiban atau hukuman tubuh
tapi menekankan pada kata-kata atau ucapan bahwa seorang manajer dapat
memberikan hukuman terhadap bawahannya. Demikianlah Allah memberikan
balasan kepada orang-orang yang zalim dan mengerjakan perbuatan dosa. Hal ini
merupakan peringatan keras dari Allah kepada orang-orang musyrik Makkah yang
mendustakan Nabi Saw.
c. Al-Qur’an dan Legitimate Power
Interpretasi dalam Islam dan al-Qur’an tentang konsep manajerial telah
menjelaskan pentingnya kekuasaan yang sah. Sebagaimana konsep Islam yang
utama adalah adanya sebuah ucapan deklarasi: lā ilāha illa-Allāh (Tidak ada tuhan
selain Allah). Pernyataan ini sebagai bentuk pengakuan keimanan seseorang
bahwa kekuasaan dan otoritas sepenuhnya berada di tangan Allah.
Contohnya, Surah Yūsuf: 40;
Artinya: “Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-
buat, baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. Allah tidak
16
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbaḥ: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, vol. V
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 353.
48
menurunkan suatu keterangan pun tentang hal (nama-nama) itu. Keputusan itu
hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah
selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (QS. Yūsuf: 40).
d. Al-Qur’an dan Expert Power
Salah satu prinsip yang paling penting dalam konsep manajerial adalah
terkait dengan keahlian. Seseorang yang ahli memiliki peran penyelamat dalam
suatu organisasi. Misalnya, Allah menjelaskan keahlian Nabi Nūh dalam Surah
Hūd: 37-38.
Artinya:
“Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan
janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Dan mulailah dia (Nūh)
membuat kapal. Seiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka
mengejeknya. Dia (Nūh) berkata, “Jika kamu mengejek kami, maka kami pun
akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek kami.” (QS. Hūd: 37-38).
Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah memerintahkan Nabi Nūḥ as., supaya
membuat kapal yang akan dipergunakan untuk menyelamatkan Nabi Nūḥ as., dan
pengikutnya yang beriman dari topan yang akan melanda dan menenggelamkan
permukaan bumi sebagai azab di dunia ini kepada orang-orang kafir dari kaumnya
yang selalu membangkang dan durhaka. Nabi Nūḥ as., diperintahkan membuat
kapal penyelamat itu sesuai dengan perintah dan petunjuk-petunjuk yang
diwahyukan oleh Allah.17
17
Departemen Agama RI, al-Qur’ān dan Tafsirnya, vol. XII, h. 416.
49
Dengan begitu, ayat ini menjelaskan keahlian Nabi Nuh as., dalam
membangun kapal. Sehingga Nabi Nūh as., bisa menyelamatkan umat-nya dari
banjir bandang pada saat itu.
e. Al-Qur’an dan Referent Power
Kekuasaan rujukan memiliki spesifikasi dan ciri khas yang berguna dalam
karakter seorang manajer, dan hal ini menjadikan salah satu cara komunikasi yang
terbaik. Sebagaimana dalam surah al-Aḥzāb: 21 yang menjelaskan bahwa Nabi
Muhammad Saw. memberikan teladan yang baik bagi seluruh umat manusia.
Artinya:
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Aḥzāb: 21).
Kata “uswah” berarti teladan. Pakar tafsir, al-Zamakhsyarī ketika
menafsirkan ayat di atas mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud
keteladanan yang terdapat pada diri rasul. Pertama dalam arti kepribadian beliau
secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian
beliau hal yang patut diteladani.18
Nabi Muhammad Saw. menunjukkan kepada umat-Nya jalan yang lurus,
mengeluarkan mereka dari kegelapan dan godaan setan menuju jalan yang benar.
Terlebih Nabi Saw. memiliki karisma yang menjadikan daya tarik bagi
pengikutnya. Selain itu, beliau bijak dan berpengetahuan sehingga bisa membuat
orang-orang menghormati gagasannya dan percaya pada perintahnya.
18
M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbāḥ, vol. X, h. 439.
50
Dengan demikian, pemahaman mengenai gaya bahasa seorang pemimpin
sangatlah penting, dikarenakan untuk mengetahui kejelasan apa yang diinginkan
serta dimaksud oleh seorang pemimpin.
51
BAB IV
BAHASA KEPEMIMPINAN NABI SAW
Sebagaimana penjelasan pada bab lalu bahwa seorang pemimpin adalah
seorang yang bisa berpengaruh dan memiliki kekuasaan penuh. Oleh karenanya,
untuk membuktikan bahwa Nabi Saw. adalah seorang pemimpin, saya akan
menganalisa gaya bahasa Nabi Saw. melalui lima teori kekuasaan French dan Raven:
penghargaan (reward), paksaan/hukuman (coercive), legitimasi (legitimate), ahli
(expert), dan rujukan (referent).
A. Bahasa Penghargaan
Analisa yang saya dapatkan, gaya bahasa penghargaan Nabi Saw. dalam kitab
Ṣaḥīḥ al-Bukhārī sebanyak 54 hadis.1 Saya akan menampilkan tiga hadis yang
dianggap bisa mewakili penjelasan hadis-hadis lainnya, sebagaimana berikut:
1. Hadis tentang Menjaga Ucapan
. « ن ن بب ب و بب و ن لو اانن »: ا ملسو هيلع هللا ىلصعن سهل بن سعد، عن النيب 2 . اه البخ ي
Artinya:
“Dari Sahl ibn Saʻd dari Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa dapat menjamin
bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua
kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya surga.” (HR. al-Bukhārī).
1 Lebih jelasnya lihat lampiran 1, h. 79.
2 Abū ʻAbdullāh Muḥammad ibn Ismāʻīl al-Bukhārī, al-Jāmiʻ al-Ṣaḥīḥ min Umūr Rasūl Allāh
ṣallāllāh „alayh wa-sallam wa-Sunanihī wa-Ayyāmih. Muḥaqqiq: Muḥammad Zahīr ibn Nāṣir al-Nāṣir,
vol. VIII (Damaskus: Dār Ṭawq al-Najāh, 1422), h. 100.
52
Hadis di atas dapat kita lihat bahwa Nabi Saw. akan memberikan sebuah
reward berupa jaminan surga bagi para umatnya yang dapat menjaga lisan agar tidak
melontarkan perkataan yang tidak baik secara syar‟i dan tidak dibutuhkan oleh yang
diajak bicara serta menjaga kemaluannya sebaik-baiknya.
Man yaḍman (siapa yang menjamin). Kata ini dibentuk dari kata al-ḍamān
(jaminan), yang artinya adalah memenuhi dengan meninggalkan kemaksiatan
sehingga melepaskan jaminan. Maksudnya, memenuhi hak yang diwajibkan atasnya.
Artinya, siapa yang melaksanakan hak lisan yang diwajibkan atas dirinya, dengan
mengucapkan yang wajib untuk diucapkan atau tidak mengatakan ucapan yang tidak
berguna, serta memenuhi hak kemaluan dengan menempatkannya pada yang halal
serta menjauhkannya dari yang haram.3
Laḥyayhi (kedua tulang pipinya). Maksud lafaz ini berarti tulang di kedua sisi
bibir. Dengan demikian yang dimaksud dengan “apa yang ada di antara kedua
bibirnya” adalah lisan serta perkataan yang terlahir dari lisan, sedangkan yang
dimaksud dengan “apa yang ada di antara kedua kaki” adalah kemaluan.4
Ibn Baṭṭāl (449 H) mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan “apa yang ada
di antara kedua tulang pipinya” adalah mulut. Dia berkata, “itu mencakup bertutur
kata, makan, minum dan semua perbuatan yang dilakukan dengan mulut. Barangsiapa
yang bisa menjaganya, maka dia terpelihara dari semua keburukan, karena yang
3 Abū Muḥammad Maḥmūd ibn Aḥmad ibn Mūsā ibn Aḥmad ibn Ḥusayn al-Ghītābī al-Ḥanafī
Badr al-Dīn al-ʻAynī, ʻUmdat al-Qārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. XXIII (Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts
al-ʻArabī, t.t.), h. 71. 4 Ibn Baṭṭāl Abū al-Ḥasan ʻAlī ibn Khalaf ibn „Abd al-Malik, Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī.
Muhaqqiq: Abū Tamīm Yāsir ibn Ibrāhim, vol. X (Riyad: Maktabah al-Rusyd, 1423), h. 185.
53
terisisa tinggal pendengaran dan penglihatan”. Di sini dia tidak menyebutkan kedua
tangan. Sebenarnya yang dimaksud oleh hadis ini adalah ucapan dengan lisan
merupakan pangkal terjadinya setiap yang dicari, maka bila tidak menggunakannya
kecuali untuk kebaikan maka dia selamat. Ibn Baṭṭāl berkata, “hadis ini menunjukkan
bahwa bencana terbesar bagi manusia di dunia adalah lisannya dan kemaluannya.
Barangsiapa yang dapat menjaga dirinya dari keburukan kedua organ tersebut maka
dia akan terjaga dari keburukan yang paling berbahaya”.5
2. Hadis tentang Mengikuti Sunnah Nabi Saw.
س ا اهلل، ن : ، ل ا« لل ن د ن اانن ن ن »: ، ا ملسو هيلع هللا ىلصعن ب ىر برة نن النيب 6 . اه البخ ي. « ن ع ل اانن ن ع ا ب د »: ا
Artinya:
“Dari Abū Hurayrah bahwa Nabi Saw. bersabda: “Setiap umatku masuk surga
selain yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasūlullāh, lantas siapa yang
enggan?” Nabi Saw. menjawab: “Siapa yang taat kepadaku masuk surga dan siapa
yang membangkangku berarti ia enggan.” (HR. al-Bukhārī).
Hadis di atas terlihat jelas bahwa Nabi Saw. akan memberikan sebuah reward
berupa surga bagi para umatnya yang mau mengikuti ajaran serta sunnah Nabi Saw.
Kalimat (Setiap umatku masuk surga selain yang enggan). Maksudnya, tidak
mau masuk. Secara tekstual, cakupan umum berlangsung terus, karena masing-
masing dari mereka tidak ada yang menahan diri dari masuk surga. Oleh sebab itu,
para sahabat bertanya, “Siapa yang enggan itu wahai Rasulullah?” Maka Nabi Saw.
5 Ibn Baṭṭāl, Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. X, h. 185.
6 Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 92.
54
menjelaskan bahwa pernyataan mereka enggan masuk surga hanyalah ungkapan
tentang sikap mereka yang tidak mau mengikuti sunnah Nabi Saw. yaitu bermaksiat
kepada Nabi Saw. Orang-orang yang akan dikatakan enggan masuk surga ini bila
kafir maka dia tidak masuk surga sama sekali. Namun bila dia adalah muslim maka
maksudnya tidak masuk surga bersama orang-orang yang memasukinya sejak awal,
kecuali siapa yang dikehendaki Allah.7
3. Hadis tentang Berdo’a Ketika Adzan
ع ة التن ن ، : ن ا الننداا »: ا ملسو هيلع هللا ىلص نن النيب : عن بر بن عبد اهلل ال نهمن بن ىذه الدن ال نالة ال ئ آت م ندا ال س الف ، اببعثو م ا النذي عدتو، نت لو شف ع ب م
. اه البخ ي. «ال 8
Artinya:
“Dari Jābir ibn „Abdillāh bahwa Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa berdo‟a
setelah mendengar adzan:“Ya Allah, Tuhan Pemilik seruan yang sempurna ini, dan
Pemilik salat yang akan didirikan ini, berikanlah wasilah (perantara) dan keutamaan
kepada Muhammad. Bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji sebagaimana
Engkau telah janjikan.” Maka ia berhak mendapat syafaʻatku pada hari kiamat.”
(HR. al-Bukhārī).
Letak reward dalam hadis ini terletak pada lafal (ia berhak mendapat
syafaatku). Sebagian ulama mempertanyakan maksud hadis tersebut sehingga orang
yang mengucapkannya dibalas dengan mendapat syafaat. Secara lahiriah do‟a ini
diucapkan saat mendengar adzan tanpa menungu selesai. Akan tetapi ada
kemungkinan yang dimaksud adalah ketika adzan telah sempurna. Sebab sesuatu
7 Aḥmad ibn „Alī ibn Ḥajar Abū al-Faḍl al-„Asqalānī al-Syāfiʻī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-
Bukhārī. Muḥaqqiq: Muḥammad Fu‟ād ʻAbd al-Bāqī, vol. XIII (Beirut: Dār al-Maʻrifah, 1379), h. 36. 8 Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 126.
55
yang diungkapkan dengan muṭlaq (tanpa batasan), dipahami bahwa maksudnya
adalah hal itu telah sempurna.
Al-Qāḍī ʻIyād (544 H) menukil dari salah seorang gurunya, dimana ia
berpendapat bahwa hal itu hanya didapatkan oleh mereka yang mengucapkannya
dengan ikhlas serta diiringi rasa pengagungan terhadap Nabi Saw. bukan untuk
mereka yang mengucapkannya hanya karena mengharap pahala atau lainnya. Al-
Muhallab (82 H) berkata bahwa dalam hadis ini terdapat anjuran untuk berdo‟a pada
waktu-waktu salat, karena ia merupakan waktu yang sangat diharapkan untuk
dikabulkannya suatu permohonan.9
Nabi Saw. memiliki beberapa macam syafaat seperti memasukkan ke dalam
surga tanpa hisab dan sebagainya. Ringkasnya, setiap orang mendapatkan syafaat
yang sesuai.
B. Bahasa Hukuman
Gaya bahasa hukuman Nabi Saw. yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī
sebanyak 32 hadis.10
Tiga hadis yang dianggap bisa mewakili penjelasan hadis-hadis
lainnya, sebagaimana berikut:
1. Hadis tentang Dosa Berbohong Atas Nama Nabi Saw
اه . « ن ذنب ع ن تبع ندا ب تبب ن عده ن النن »: املسو هيلع هللا ىلصمسعت النيب : عن املغرية ا 11.البخ ي
9 Ibn Baṭṭāl, Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. II, h. 242.
10 Lebih detailnya lihat lampiran 2, h. 81.
56
Artinya:
“Dari al-Mughīrah berkata: Aku mendengar Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa
yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia bersiap-siap
(mendapat) tempat duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhārī).
Dari sini jelas terlihat bentuk ancaman yang diberikan kepada orang yang
berbohong atas nama Nabi Saw. Lafadz falyatabawwa‟ maqʻadahu (disediakan
tempatnya) merupakan kata perintah yang mempunyai makna berita, peringatan,
sindiran atau do‟a bagi orang yang melakukan kebohongan. Artinya, Allah akan
menyediakan suatu tempat bagi mereka (neraka). Menurut al-Kirmānī (129 H), kata
perintah ini lebih cenderung menunjukkan arti yang sebenarnya. Artinya barangsiapa
yang berbohong atas nama Nabi maka dia harus memerintahkan dirinya untuk
mengambil tempat di neraka. Al-Ṭībī mengatakan bahwa matan hadis ini
mengandung isyarat untuk sengaja melakukan dosa dan balasannya. Dalam arti jika
orang tersebut telah berniat untuk berbohong, maka dia juga telah berniat untuk
menerima ganjarannya, yaitu masuk neraka.12
Ancaman orang yang berbuat dusta ada dua kategori, dusta terhadap Nabi Saw.
dengan dusta terhadap selainnya. Pertama, dusta terhadap Nabi Saw. yang dilakukan
dengan sengaja, pelakunya dihukumi kafir menurut sebagian ulama, seperti al-
Juwaynī (478 H). Sedangkan Ibn Munīr (548 H) berpendapat bahwa orang yang
berdusta atas nama Nabi Saw. untuk menghalalkan yang haram misalnya, maka hal
yang haram itu tidak akan berubah menjadi halal, dan yang menghalalkan yang haram
11
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. II, h. 80. 12
Al-ʻAsqalānī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 382.
57
adalah kufur, dan sesuatu yang menyebabkan kekufuran adalah kufur. Adapun
jumhur ulama mengatakan bahwa pelakunya tidak dihukumi kafir kecuali ia meyakini
kehalalan sesuatu yang haram tadi.
Kedua, dusta terhadap Nabi Saw. adalah termasuk perbuatan dosa besar,
sedangkan dusta terhadap selainnya termasuk dosa kecil. Untuk itu ancaman
keduanya tidaklah sama, demikian juga dengan lamanya berada dalam neraka
sebagaimana yang diisyaratkan dalam kata falyatabawwa‟. Bahkan secara jelas
pelakunya tidak akan keluar dari neraka, karena dia tidak mempunyai tempat selain
neraka. Hanya saja dalil yang qaṭʻī mengatakan bahwa yang kekal dalam neraka
adalah khusus orang-orang kafir, maka Nabi Saw. membedakan antara dusta
kepadanya dengan dusta kepada selainnya.13
Ibn Ḥajar al-„Asqalānī (852 H) menyebutkan bahwa berdusta atas nama Nabi
Saw. baik dalam keadaan sadar atau tidur adalah sama hukumnya. Dusta adalah
sebuah kemaksiatan, kecuali dusta yang bertujuan untuk memperbaiki dan lainnya,
dan kita mengetahui bahwa kemaksiatan akan mendapat ancaman neraka.14
2. Hadis tentang Memutus Tali Silaturahim
15. اه البخ ي. « د ل اانن م »: ملسو هيلع هللا ىلص ا النيب : عن بري بن طعم اهلل عنو ا
Artinya:
13
Al-„Aynī, „Umdat al-Qārī Syarḥ Saḥīḥ al-Bukhārī, vol. II, h. 146. 14
Al-ʻAsqalānī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 382. 15
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. VIII, h. 5.
58
“Dari Jubayr ibn Muṭʻim r.a berkata: Nabi Saw. bersabda: Tidak akan masuk
surga orang yang memutus tali silaturrahmi.” (HR. al-Bukhārī).
Lewat hadis ini, Nabi Saw. memperingati kepada umatnya agar tidak
memutuskan tali silaturahim. Dengan begini, umat Nabi Saw. bisa terhindar dari
ancaman yang telah ditetapkan Allah Swt.
Maksud dari hadis ini ialah memutuskan hubungan kekeluargaan. Al-Bukhārī
(256 H) menyebutkan dalam kitab al-Adab al-Mufrad dari Abī Aufā (86 H) yang
dinisbatkan kepada Nabi Saw. (sesungguhnya rahmat tidak turun kepada kaum yang
di antara mereka ada orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan). Al-Ṭībī
menjelaskan bahwa kemungkinan maksud kaum di sini adalah mereka yang
membantu si pelaku dan tidak mengingkarinya. Namun, mungkin juga maksud
„rahmat‟ di sini adalah hujan. Hujan tidak diturunkan kepada manusia secara umum
akibat buruknya perbuatan memutuskan hubungan kekeluargaan.16
3. Hadis tentang Menyiksa Hewan
بغ ئط بب ا، لكن شرن ا غرنب ا»: ل ا الننيبن ن اهلل ع و س نم اه . « ت تب ب ا ال بب 17.البخ ي
Artinya:
“Nabi Saw bersabda: Janganlah kalian menghadap kiblat saat buang air besar
atau kecil, akan tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat.” (HR. al-Bukhārī).
16
Al-Asqalānī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. XIX, h. 54. 17
Al-Bukhārī, vol. I, h. 88.
59
Hadis ini menunjukkan dalil yang jelas tentang adanya larangan yang diberikan
oleh Nabi Saw. Letak pelarangan tersebut tampak pada lafal lā tastaqbilū yang
mengandung unsur lā nahi. Ibn Ḥajar al-ʻAsqalānī mengatakan bahwa lafal tersebut
khusus bagi penduduk Madinah serta penduduk negeri-negeri yang apabila mereka
menghadap timur atau barat tidak membelakanginya atau menghadap kiblat. Adapun
mereka yang berada di timur maka kiblatnya berada di arah barat, demikian pula
sebaliknya.18
C. Bahasa Legitimasi
Bahasa legitimasi Nabi Saw. yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī
sebanyak 56 hadis.19
Saya akan menampilkan tiga hadis yang dianggap bisa mewakili
penjelasan hadis-hadis lainnya, sebagaimana berikut:
1. Hadis tentang Mencintai Nabi Saw.
بؤ ن د م، تن ن بن ل و ن الده لده النن س » :ملسو هيلع هللا ىلص ا الننيبل : عن ، ا . اه البخ ي. « ع
20 Artinya:
“Dari Anas ra., berkata: Nabi Saw. bersabda: “Tidaklah beriman seorang
dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan dari
manusia seluruhnya.” (HR. al-Bukhārī).
Dengan ketentuan yang ditetapkan lewat hadis tersebut memberikan informasi
bahwa hal ini menjadikan sebuah legitimasi Nabi Saw. untuk dicintai. Menurut al-
18
Al-ʻAsqalānī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. III, h. 94. 19
Lihat lampiran 3, h. 82. 20
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 12.
60
Nawāwī (676 H), hadis ini mengisyaratkan masalah nafsu amarah (nafsu yang
cenderung melakukan hal-hal yang dilarang) dan nafsu muṭmainnah (nafsu yang
cenderung melakukan hal-hal yang baik dan dapat menenangkan hati). Maka orang
yang nafsu muṭmainnahnya lebih dominan dalam dirinya, ia akan lebih mencintai
Nabi Saw. demikian juga sebaliknya dengan orang yang dikuasai oleh nafsu
muṭmainnah.21
Hadis ini juga mengisyaratkan keutamaan berfikir, sebab cinta yang telah
disebutkan dapat diketahui dengan berfikir. Hal itu dikarenakan apa yang dicintai
dari manusia dapat berupa dirinya atau hal-hal lain. Adapun apa yang dicintai dari
dirinya, maka ia akan menginginkan keselamatannya dari berbagai macam penyakit
dan bencana, dan itulah sebenarnya hakikat yang diinginkan, sedangkan apa yang
dicintai dari selain dirinya, adalah tercapai suatu manfaat yang diinginkannya. Untuk
itu orang yang memikirkan manfaat yang diperoleh dari Nabi Saw. yang telah
mengeluarkan dari gelapnya kekufuran menuju terangnya cahaya keimanan, maka ia
akan mengetahui bahwa manfaat yang diperoleh dari Nabi Saw. akan lebih besar
daripada manfaat yang diperoleh dari selainnya. Al-Qurṭubī (671 H) mengatakan,
“Setiap orang yang beriman kepada Nabi Saw. dengan sebenar-benarnya iman, maka
dirinya tidak akan pernah hampa dari rasa cinta kepadanya, meskipun kecintaan
mereka berbeda-beda”.22
21
Zayd al-Dīn ʻAbd al-Raḥmān ibn Aḥmad ibn Rajab ibn al-Ḥasan, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ
al-Bukhārī. Muḥaqqiq: Maḥmūd ibn Syuʻbān ibn ʻAbd al-Maqṣūd, vol. I (Madinah: Maktabah al-
Ghurabā‟ al-Atsariyah, 1996), h. 48. 22
Al-„Aynī,„Umdat al-Qārī Syaraḥ Saḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 145.
61
2. Hadis tentang Ucapan Nabi Saw. Sebagai Rasul
ن األ ب ا يب ن عط ن اآل ت ثب و ن، آ ن، »: ، ا ملسو هيلع هللا ىلصعن ب ىر برة، عن الننيبن ن النذي ت ت ه اهلل ن، ان ثبرىم ت بع ب م ال اه . «ع و الب ر، ن
.البخ ي23
Artinya:
“Dari Abū Hurayrah dari Nabi Saw. bersabda: “Tidak ada seorang nabi pun
di antara para nabi, melainkan diberikan tanda-tanda seperti merasa aman atau
manusia beriman atasnya. Adapun yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu
yang Allah wahyukan kepadaku, maka aku berharap menjadi manusia yang paling
banyak pengikutnya di hari kiamat.” (HR. al-Bukhārī).
Hadis ini merupakan sebuah legitimasi mukjizat Nabi Saw. yang paling agung
yakni al-Qur‟an. Hadis ini menjelaskan bahwa al-Qur‟an merupakan mukjizat paling
agung, paling bermanfaat, dan paling abadi. Ia mengandung dakwah, dalil, serta
manfaat berkesinambungan hingga akhir masa. Oleh karena tidak ada yang
mendekatinya apalagi menyamainya, maka mukjizat lainnya dibanding dengannya
seperti tidak pernah ada.24
3. Hadis tentang Beriman kepada Nabi Saw
رت ن تل النن س تن هد ا ن لو ن اهلل، نن م ندا »: ا ملسو هيلع هللا ىلصعن ابن ع ر، نن النيب س ا اهلل، ا ال نالة، بؤت ا الزن ة، إذا بع ا ذلك ع ا ن اىم الم ن بقن
. اه البخ ي. «اإلسالم، ببهم ع اهلل25
Artinya:
23
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 92. 24
Ibn Baṭṭāl, Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. X, h. 329. 25
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 14.
62
“Dari Ibn ʻUmar ra., bahwa Nabi Saw. bersabda: “Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia hingga mereka bersaksi tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa
sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, menunaikan
zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan
harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka pada Allah.”
(HR. al-Bukhārī).
Inti dari hadis ini yakni ingin menunjukkan sebuah perintah untuk beriman
kepada Allah dan Nabi-Nya dengan menjalankan apa yang diperintahkan dan
meninggalkan apa yang dilarang. Penekanan bahasa legitimasi terletak pada kalimat
umirtu an uqātila al-nās (aku diperintahkan untuk memerangi manusia). Hadis ini
juga terdapat bahasa penghargaan yang terletak pada kalimat fa-idzā fa-ʻalū dzālik
ʻaṣamū minnī dimā‟ahum (Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah
memelihara darah mereka dariku).
Secara ẓahir hadis tersebut mengandung pernyataan bahwa orang yang
mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, akan dijamin
jiwanya walaupun mengingkari hukum-hukum yang lain. Karena kesaksian terhadap
suatu risalah berarti meyakini semua yang berasal darinya. Ada beberapa pernyataan
dalam hadis ini.26
Pertama, hadis ini bersifat umum yang dikhususkan. Karena suatu perintah
dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga apabila ada hukum lain yang
tidak sama dengan hukum yang bersifat umum dengan alasan tertentu, maka hal itu
tidak akan mengurangi atau mengubah nilai hukum yang bersifat umum tersebut.
26
Al-„Aynī,„Umdat al-Qārī Sharaḥ Saḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 179.
63
Kedua, konteks hadis itu bersifat umum yang mempunyai maksud tertentu.
Seperti maksud kata “al-Nās (manusia)” dalam kalimat “Uqātilā al-Nās” adalah
kaum musyrikin, sehingga ahl al-kitāb tidak termasuk di dalamnya.
Ketiga, maksud dari syahadah dan lainnya yang disebutkan dalam hadis
tersebut adalah menegakkan kalimat Allah dan menundukkan para pembangkang.
Tujuan ini terkadang dapat dicapai dengan berperang, membayar jizyah atau dengan
mu‟ahadah.
Keempat, tuntutan dari perang tersebut adalah agar mereka mengakui ajaran
tauhid atau membayar jizyah sebagai pengganti. Kelima, tujuan diwajibkannya jizyah
adalah mendesak mereka untuk memeluk Islam.
D. Bahasa Ahli
Saya akan menampilkan tiga hadis dari gaya bahasa ahli Nabi Saw. yang dalam
kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī terdapat 6 hadis.27
Hadis yang dianggap bisa mewakili
penjelasan hadis-hadis lainnya sebagaimana berikut:
1. Hadis tentang Pengobatan
عت الننيبن : عن بر بن عبد اهلل، ا ن ن ف ش ا ن تكم بر، ف شرب »: ب ا ملسو هيلع هللا ىلصمس . اه البخ ي. «ع ل، شر م م، لذع ن ، بل ن ت ي
28 Artinya:
“Dari Jābir ibn „Abdullah dia berkata: saya mendengar Nabi Saw. bersabda:
“Sekiranya ada sesuatu yang lebih baik untuk kalian pergunakan sebagai obat, maka
itu terdapat pada minuman madu, berbekam dan sengatan api panas dan saya tidak
27
Lampiran 4, h. 85. 28
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. VII, h. 125.
64
menyukai kay (terapi dengan menempelkan besi panas pada daerah yang luka).”
(HR. al-Bukhārī).
Dari hadis ini bisa di ambil kesimpulan bahwa Nabi Saw. mampu memberikan
cara terbaik dalam memberi pengobatan, karena beliau mempunyai keistimewaan
serta pengetahuan yang sangat luas.
Ibn Baṭṭāl mengatakan bahwa berbekam, minum madu dan terapi besi panas
merupakan obat dari sebagian obat yang bisa menyembuhkan. Cara-cara ini bisa
dijadikan untuk pengobatan tertentu. Namun Nabi Saw. tidak suka menggunakan cara
pengobatan dengan cara terapi besi panas (kay).29
2. Hadis tentang Meninggalkan Perbuatan Keji
ع ظ لهم اهلل م ال ف ظ نو ب م ظلن ن »: ملسو هيلع هللا ىلص ا النيب : عن ب ىر رة اهلل عنو ا سببن ه ل ب بو ع نق ف : ظ لو ا م ع ا ش ب ف عب ة اهلل ل ذ ر اهلل ف الا بف ت ع ب
د الن بن ف اهلل ل عتو ا ر ة ذات ن ب ا بف ه ا ان ف اهلل بن : امل
نو 30. اه البخ ي. «الع ل ل ت دنق ب د ف ى تن تبع م ش لو تبنفق ي ب
Artinya:
“Dari Abū Hurayrah r.a berkata: Nabi Saw. bersabda: Ada tujuh golongan
yang Allah lindungi pada hari kiamat, di hari ketika tiada perlindungan selain
perlindungan-Nya yaitu: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah
kepada Allah, seseorang yang senantiasa mengingat Allah saat sendiri sehingga
matanya berlinang, seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid (beri‟tikaf),
dua orang yang saling mencintai karena Allah, seseorang yang diajak berkencan
oleh wanita bangsawan dan rupawan namun ia menjawab: Saya takut kepada Allah,
serta seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan
kirinya tidak tahu-menahu terhadap amalan tangan kanannya. (HR. al-Bukhārī).
29
Ibn Baṭṭāl, Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 395. 30
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 133.
65
Dari sini bisa kita lihat bahwa Nabi Saw. mempunyai pengetahuan khusus
tentang cara agar selalu dilindungi Allah Swt. Pengetahuan yang Nabi Saw. miliki ini
merupakan keahlian khusus sehingga mampu membuat para pengikutnya percaya
dan taat kepada Nabi Saw.
Nabi Saw. menyebutkan dalam hadis ini tentang apa yang dijanjikan Allah Swt
bagi tujuh orang beriman yang bersih aqidahnya, yang bersih jiwanya, mendekati
Allah dalam keadaan rahasia dan terang-terangan, yang hatinya selalu mengingat
Allah. Maka mereka di hari kiamat mendapatkan perlindungan di sisi Allah Swt.31
3. Hadis tentang Keputusan Hakim
اه . « ب ن كم بب اابنب ى غ ب ن »: ملسو هيلع هللا ىلص ا النيب : عن ب بكرة اهلل عنو ا 32.البخ ي
Artinya:
“Dari Abū Bakrah r.a berkata: Nabi Saw bersabda: Janganlah seorang hakim
menetapkan keputusan antara dua orang saat dia dalam keadaan marah.” (HR. al-
Bukhārī).
Dari hadis ini bisa kita lihat bagaimana cara Nabi Saw. dalam memutuskan
suatu perkara ketika sebagai seorang hakim. Hadis ini terdapat larangan bagi seorang
hakim memutuskan suatu keputusan antara dua orang yang sedang bertengkar dalam
keadaan marah.
Kata ḥakam artinya hakim dan terkadang digunakan untuk pengayoman urusan
yang disandarkan kepadanya. Al-Muhallab berkata, “sebab larangan ini adalah
31
„Alī al-Syādzilī al-Khawlī, al-Adab al-Nabawī, vol. I, h. 225. 32
al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h.65.
66
menetapkan hukum ketika marah, karena terkadang menyeret hakim keluar dari
kebenaran. Seperti inilah pendapat yang dikatakan oleh para ahli fikih di berbagai
negeri. Ibnu Daqīq al-„id berkata, “di sini terdapat larangan menetapkan hukum saat
marah, karena ketika itu terjadi perubahan kondisi seseorang, sehingga rawan
melakukan kekeliruan dan hukum tidak bisa ditetapkan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan makna ini, para ahli fikih memperluas hukum tersebut, mencakup semua
perkara yang mempengaruhi konsentrasi, seperti ketika sangant lapar, sangat haus,
mengantuk berat, dan semua hal yang berkaitan dengan hati sehingga menyibukkan
pikiran untuk konsentrasi dengan cermat. Ini termasuk menganalogikan dugaan yang
kuat kepada dugaan yang serupa.33
E. Bahasa Rujukan
Gaya bahasa rujukan Nabi Saw. yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī
sebanyak 11 hadis.34
Saya akan menampilkan tiga hadis yang dianggap bisa mewakili
penjelasan hadis-hadis lainnya, sebagaimana berikut:
1. Hadis tentang Menaati Nabi Saw
ن ع ب د ع اهلل، ن ع ا ب د ع »: ملسو هيلع هللا ىلص ا النيب : عن ب ىر رة اهلل عنو ا اإل م نن ب تل ن ائو اهلل، ن ط األ بر ب د ع ، ن بعص األ بر ب د ع ا، ن
اه . « بتبن بو، إن ر ببتب اهلل عدا إنن لو بذلك را ن ا بغريه إنن ع و نو 35.البخ ي
33
Ibn Baṭṭāl, Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. VIII, h. 225. 34
Lampiran 5, h. 85. 35
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IV, h. 50.
67
Artinya: “Dari Abū Hurayrah ra., berkata: Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa
menaatiku maka ia telah menaati Allah, dan Barangsiapa durhaka kepadaku maka
dia telah durhaka kepada Allah. Barangsiapa menaati pemimpin maka dia telah
menaatiku, dan barangsaiapa durhaka kepada pemimpin maka dia telah durhaka
kepadaku. Hanya saja imam adalah perisai berperang dari belakangnya dan
berlindung dengannya. Apabila dia memerintahkan untuk takwa kepada Allah dan
dia berbuat adil maka sesungguhnya dia mendapat pahala atas hal itu. Jika dia
mengatakan selain itu, maka dia menanggung dosa dari perbuatannya itu.” (HR. al-
Bukhārī).
Hadis ini mempunyai makna bahwa siapapun yang menjalankan apa yang di
larang dan di perintah oleh Nabi Saw. maka dia telah dimenangkan atasnya ketaatan
kepada Allah dengan pahala surga.
Asbāb al-Wurūd dari hadis ini yakni ketika orang Quraish membangkang dan
tidak mengetahui tentang kepemimpinan serta mereka tidak patuh selain kepada
pemimpin kabilah mereka. Oleh karenanya Nabi Saw. menjelaskan kepada mereka
bahwa menaati seorang pemimpin adalah suatu hak dan kewajiban.36
2. Hadis tentang Mengikuti Sunah Nabi Saw
ى ك ن ن ببب كم ب ؤالم ا تال هم »: ، ا ملسو هيلع هللا ىلصعن ب ىر برة، عن الننيبن ع ا تبر تكم، ن اه . «ع ب ئهم، إذا به تكم عن ش ا تنب ه، ذا رتكم ب ر ت ا نو استطعتم
.البخ ي37
Artinya:
“Dari Abū Hurayrah dari Nabi Saw. bersabda: “Biarkanlah apa yang aku
tinggalkan untuk kalian, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena
mereka gemar bertanya dan menyelisihi Nabi mereka, jika aku melarang kalian dari
36
Al-Qasṭalānī, Irsyād al-Sārī li Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. V, h. 119. 37
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 94.
68
sesuatu maka jauhilah, dan apabila aku perintahkan kalian dengan sesuatu maka
kerjakanlah semampu kalian.” (HR. al-Bukhārī).
Hadis ini memberikan informasi bahwa Nabi Saw. mempunyai sebuah
kekuasaan untuk dijadikan rujukan terhadap apa yang diperintah dan apa yang
dilarangnya sebagai seorang pemimpin. Kalimat (Apa yang aku tinggalkan untuk
kalian), maksudnya adalah perintah meninggalkan bertanya tentang sesuatu yang
belum terjadi karena khawatir benar-benar turun kewajibannya atau pengharamannya.
Begitu pula dilarang banyak bertanya karena hanya akan mempersulit diri sendiri.
Dikhawatirkan jawaban pertanyaan itu akan memberatkan sehingga menyebabkan
seseorang tidak mampu melakukannya dan berakibat terjadinya penyelisihan.38
Ibn Faraj (365 H) berpendapat bahwa maksud perkataan tersebut adalah jangan
banyak meminta perincian atas masalah-masalah meskipun cukup bagus ditinjau dari
satu sisi, seperti halnya mengerjakan haji adalah bagus untuk diulang-ulang namun
sepatutnya dicukupkan kepada cakupan redaksi secara umum, yaitu satu kali. Karena
pada dasarnya dipahami untuk sekali saja tanpa ada tambahan.
(Jika aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah). Larangan ini bersifat
umum untuk semua jenis larangan. Namun tidak termasuk segala sesuatu yang
dipaksakan kepada seorang mukallaf, seperti minum khamer. Ini berdasarkan
pendapat jumhur. Sebagian orang menyelisihinya dengan berpegang kepada cakupan
38
Al-ʻAynī, ʻUmdat al-Qārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. XXV, h. 31.
69
umum dan menyatakan bahwa paksaan melakukan kemaksiatan tidak menjadikan
perbuatan itu mubah.39
Perintah menjauhi larangan berlaku secara umum selama tidak bertentangan
dengan izin melakukannya seperti makan bangkai ketika terpaksa. Al-Fākihanī
berkata, “Komitmen dalam rangka menjauhi larangan tidak bisa dibayangkan kecuali
bila ditinggalkan seluruhnya. Apabila dijauhi sebagiannya maka belum ada
komitmen. Berbeda dengan perintah, siapa yang melakukan bagian minimal darinya
maka bisa dikatakan memiliki komitmen.
Hadis ini dijadikan sebagai dalil yang menyatakan bahwa barangsiapa
diperintahkan untuk mengerjakan sesuatu dan dia tidak mampu mengerjakan
sebagiannya lalu dia mengerjakan yang dia mampu tersebut, maka apa yang dia tidak
mampu dilakukan menjadi gugur. Hal ini didukung oleh al-Muzannī yang berdalil
bahwa apa-apa yang wajib ditunaikan tidaklah wajib untuk diganti. Selain itu, hadis
ini dijadikan sebagai dalil yang menyatakan bahwa perhatian syariʻat terhadap
larangan melebihi perhatiaannya terhadap perintah, sebab syariʻat memerintahkan
menjauhi larangan meski disertai kesulitan meninggalkannya. Namun dalam hal
perintah dikaitkan dengan kadar kemampuan.40
39
Al-ʻAynī, ʻUmdat al-Qārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. XXV, h. 32. 40
Al-„Asqalānī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 90.
70
3. Hadis tentang Keutamaan Nabi Saw.
لكلن يب ع ة ت ب دع ب ، د ن تبئ ع ت »: ا ملسو هيلع هللا ىلصعن ب ىر برة، نن س ا اهلل . اه البخ ي. «شف ع أل ن ف اآل رة
41 Artinya:
“Dari Abū Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Setiap Nabi
mempunyai do‟a yang telah dikabulkan, sedang aku ingin menyimpan do‟aku sebagai
syafa‟at untuk umatku di akhirat nanti.” (HR. al-Bukhārī).
Dari sini bisa di lihat jelas cara Nabi Saw. mengidentifikasikan dirinya sebagai
seorang pemimpin yang bisa sebagai rujukan para umatnya. Maksud dari hadis ini
adalah sesungguhnya Allah Swt memberikan kepada setiap Nabi do‟a yang
dikabulkan dan Allah selalu menepati janji-Nya. Hadis ini juga menjelaskan tentang
keutaman Nabi Saw. dari para Nabi terhadap umatnya.42
Berdasarkan analisa hadis-hadis yang saya dapat sebagaimana yang telah
diuraikan sebelumnya, diperoleh sebanyak 159 hadis dari 815 hadis ṣaḥīḥ yang
menggunakan gaya bahasa kepemimpinan. Hadis-hadis tersebut mencakup lima gaya
bahasa dalam teori. Masing-masing jumlah kalimat dari tiap jenis gaya bahasa di
dapat: reward sebanyak 54 tempat (34%), coercive sebanyak 32 tempat (20%),
legitimate sebanyak 56 tempat (35%), expert sebanyak 6 tempat (4%), dan referent
sebanyak 11 tempat (7%).
Dari 159 hadis dengan lima gaya bahasa yang ada, gaya bahasa yang paling
dominan digunakan yaitu reward dan legitimate. Hal yang memengaruhi banyaknya
41
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. VIII, h. 67. 42
Ḥamzah Muḥammad Qāsim, Manār al-Qārī Syarḥ Mukhtaṣar Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. V
(Damaskus: Maktabah Dār al-Bayān, 1990), h. 267.
71
penggunaan gaya bahasa ini karena gaya Nabi Saw. identik dengan ajakan yang
disertai imbalan dengan membuat ketentuan agar taat dan yakin terhadap ajaran yang
dibawa oleh Nabi Saw.
Sehingga dari sini bisa saya simpulkan dalam diagram sebagai berikut:
Diagram 2.Bahasa Kepemimpinan Nabi
Reward
Legitimate
Coercive
Expert
Referent
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa kepemimpinan yang ditemukan dalam bahasa Nabi Saw. memenuhi
kriteria dari teori bahasa kepemimpinan yang telah dicetuskan oleh pakar
kepemimpinan di abad modern ini. Dengan demikian di ambil kesimpulan bahwa
Nabi Saw. adalah benar seorang pemimpin dengan bisa dibuktikan melalui bahasa
yang digunakan.
Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, maka bahasa yang digunakan
Nabi Saw. ketika menjadi seorang pemimpin lebih dominan menggunakan gaya
ketika memberikan penghargaan (reward) dan ketentuan peraturan (legitimate)
yang dibuat daripada memberikan sebuah ancaman atau hukuman. Gaya bahasa
tersebut secara keseluruhan mencakup: reward sebanyak 54 tempat (34%),
coercive sebanyak 32 tempat (20%), legitimate sebanyak 56 tempat (35%), expert
sebanyak 6 tempat (4%), dan referent sebanyak 11 tempat (7%).
Kajian terhadap pola bahasa Nabi Saw. ini telah memunculkan paradigma
bahwa maqāṣid bahasa Nabi Saw. bisa dipahami secara berbeda, salah satunya
dengan mengidentifikasi melalui gaya bahasa yang digunakan. Permasalahan
mendasar yang menjadi perdebatan adalah dalam menentukan serta memisahkan
posisi Nabi Saw. ketika sebagai seorang Nabi Saw. (pemimpin) dan sebagai
manusia biasa. Ketika posisi Nabi Saw. dibuat longgar, yaitu cukup hanya dengan
melihat motif serta tujuan ketika bersabda, maka Nabi Saw. berarti sebuah acuan
atau pedoman, bukan sekedar sosok atau individu biasa. Berbeda halnya, jika
73
sosok tersebut didefinisikan hanya sebagai sebuah nama “Muḥammad”, maka
sudah jelas sikap para orientalis memandang sebelah mata dan hanya mengatakan
bahwa Muhammad hanyalah manusia biasa bukan sosok pemimpin yang agung.
B. Rekomendasi
Berangkat dari pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal
yang belum bisa dikemukakan, di antaranya adalah ketika bahasa Nabi Saw.
dipahami dari segi shighat, keindahan ushlubnya atau mengidentifikasi bahasa
Nabi Saw. ketika berada di Mekah dengan berada di Madinah. Padahal sebagian
besar riwayat berbentuk riwayah bi al-maʻna. Karenanya, dalam melakukan
penelitian lanjutan, saya merekomendasikan agar masalah tersebut dapat ditelusuri
dan kemudian diteliti.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Akhtar, Shabir. Mengungkap Kelicikan Barat Sekuler Dengan Kasus Ayat-ayat
Setan Salman Rushdie. Jakarta: CV. Firdaus, 1992.
Al-ʻAynī, Abū Muḥammad Maḥmūd ibn Aḥmad ibn Mūsā ibn Aḥmad ibn
Ḥusayn al-Ghītābī al-Ḥanafī Badr al-Dīn. ʻUmdah al-Qārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-
Bukhārī. Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts al-ʻArabī, t.th.
Amstrong, Karen. Muhammad Prophet for Our Time. Bandung: Mizan, 2007.
Antonio, Muhammad Syafii. Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad
Saw: The Super Leader Super Manager. Jakarta: Tazkia, 2009.
Applebaum, Marc H. A Phenomenological Psychological Study of Muslim
Leaders Attitudes Toward Connection with The Prophet Muhammad.
Disertasi: Saybrook Graduate School and Research Center, 2009.
Arifin, Syamsul. Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2012.
Badawi, Rafik Issa Beekun dan Jamal A. Leadership an Islamic Perspective.
Amana Publications, 1999
Al-Banjari, Rachmat Ramadhana. Prophetic Leadership. Bandung: Diva Press,
t.th.
Brantas. Dasar-dasar Manajemen . Bandung: Alfabeta, 2009.
Al-Bukhārī, Abū ʻAbd Allāh Muḥammad ibn Ismāʻīl. al-Jāmiʻ al-Ṣaḥīḥ min
Umūr Rasūl Allāh ṣallā Allāh ‘alayh wa sallam wa Sunanih wa Ayyāmih.
Muḥaqqiq: Muḥammad Zahīr ibn Nāṣir al-Nāṣir, Damaskus: Dār Ṭuq al-
Najāh, 1422.
75
Carlyle, Thomas. The Hero as Prophet. Maynard: Merrill & Company, 1882.
Daft, Richard L. Manajemen. Jakarta: Erlangga, 2003.
Daneshgar, Majid. “A Study on Managerial Language of Islam,” Procedia Social
and Behavioral Sciences, no. 70 (Januari 2013): h. 501-507.
Departemen Agama RI, al-Qur’ān dan Tafsirnya. Jakarta: Departemen Agama RI,
2009.
Effendy, Mochtar. Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam. Palembang: al-
Mukhtar, 1997.
El Amin, Zakiyyah Wajihah. The Leadership of Muhammad the Prophet of Islam:
An Integral Analysis. Disertasi: The Humanities and Social Sciences United
States, 2008.
Fahmi, Irham. Manajemen Teori, Kasus dan Sosial. Bandung: Alfabeta, 2012.
Gardner, John W. Leadership and Power. Washington, DC: Independent Sector,
1986.
Gibson, James L. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Erlangga, 1993.
Griffin, Ricky W. Manajemen. Jakarta: Erlangga, 2003.
Hart, Michel. The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History. New
York: Hart Publishing Company, 1978.
Al-Ḥasan, Zayd al-Dīn ʻAbd al-Raḥmān ibn Aḥmad ibn Rajab. Fatḥ al-Bārī
Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Muḥaqqiq: Maḥmūd ibn Syuʻbān ibn ʻAbd al-
Maqṣūd. Madinah: Maktabah al-Ghurabā‟ al-Atsariyah, 1996.
Hitti, Philip K. History of the Arabs. London: The Macmillan Press, 1974.
Huda, M. Khoirul. Memahami Hadis Melalui Pemilahan Posisi Nabi Saw. Skripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
76
Indonesia, Tim Penyusun Kamus Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Ismail, Syuhudi. Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual Telaah Maʻani al-
Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal. Jakarta:
Bulan Bintang, 2009.
Kaliski, Burton S. Encyclopaedia of Business and Finance. USA: MacMillan
Reference, 2001.
Kellerman, Barbara. Political Leadership. Mich: University of Pittsburgh, 1986.
Al-Khawlī, Muḥammad „Abd al-„Azīz ibn „Alī al-Shādzilī. al-Adab al-Nabawī.
Beirut: Dār al-Maʻrifah, 1423.
Komariah, Aan. Kepemimpinan Visioner dan Corporate Culture di Perguruan
Tinggi. Dalam Buchari Alma, Corporate University. Bandung: Alfabeta,
2008.
Laela, Yusma. Kritik Husain Haekal Terhadap Penilaian Orientalis tentang
Muhammad. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Al-Malik, Ibn Baṭṭāl Abū al-Ḥasan ʻAlī ibn Khalaf ibn „Abd. Syarḥ Ṣaḥīḥ al-
Bukhārī. Muhaqqiq: Abū Tamīm Yāsir ibn Ibrāhim. Riyad: Maktabah al-
Rusyd, 1423.
Al-Math, Muḥammad Faiz. Min Muʻjizāh al-Islām. Amman: Dār al-Baṣīr, 1990.
Mimouni, Beverley Metcalfe dan Fouad. Leadership Development in the Middle
East. Saudi Arabia: Edward Elgar Publishing, 2011.
Al-Miṣrī, Aḥmad ibn Muḥammad ibn Abī Bakr ibn „Abd al-Malik al-Qasṭalānī al-
Qutaybī. Irshād al-Sārī li Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Mesir: al-Maṭbaʻah al-
Kubrā al-Amīriyah, 1323.
77
Mulyadi, Veithzal Rivai dan Deddy. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Al-Naisābūrīy, Muslim bin al-Ḥajjāj Abū al-Ḥasan al-Qusyairīy. Ṣaḥīḥ Muslim.
Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts al-„Arabī, t.th.
Noor, Ismail. Manajemen Kepemimpinan Muhammad. Jakarta: PT Mizan Pustaka,
2011.
Al-Qarrāfī, Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn Idrīs ibn „Abdurraḥmān al-Sanhaji. Kitāb
al-Furūq atau Anwār al-Burūq fī Anwā’ al-Furūq. Kairo: Dār al-Salām,
2008.
Qāsim, Ḥamzah Muḥammad. Manār al-Qārī Sharḥ Mukhtaṣar Ṣaḥīḥ al-Bukhārī.
Damaskus: Maktabah Dār al-Bayān, 1990.
Rao, Ramakrishna. Muhammad: The Prophet of Islam. Inggris: Wipe, 1989.
Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks, 2003.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial, Kelompok dan Terapan. Jakarta: PT.
Balai Pustaka, 1999.
Shihab, M. Quraish. Tafiīr al-Misbaḥ: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Spencer, Robert. The Truth About Muhammad: Founder of the World’s Most
Intolerant Religion. United States: Regnery Publishing, 2006.
Speight, R. Marston. “Oral Traditions of the Prophet Muḥammad a Formulaic
Approach,” Oral Tradition IV, no. 1-2 (Januari 1989): h. 27-37.
Stogdill, Ralph M. Bass & Stogdill’s Handbook of Leadership: Theory,
Research& Managerial Application. Binghamton: Free Press, 1990.
Stoner, James A.F. Manajemen. Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996.
78
al-Syāfiʻī, Aḥmad ibn „Alī ibn Ḥajar Abū al-Faḍl al-„Asqalānī. Fatḥ al-Bārī Syarḥ
Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Muḥaqqiq: Muḥammad Fu‟ād ʻAbd al-Bāqī, Beirut: Dār
al-Maʻrifah, 1379
al-Ṭabarī, Abū Ja‟far Muḥammad ibn Jarīr. Jāmiʻ al-Bayān ʻan Ta’wīl āy al-
Qur’ān. Kairo: Mu‟assasah al-Risālah, 2000.
Tasmara, Toto. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani, 2002.
Watt, W. Montgomory. Muhammad Prophet and Statesment. London: Oxford
University Press, 1969.
79
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Tabel Identifikasi Bahasa Penghargaan
No Hadis
من يضمن يل ما بت حلييو وما بت رجليو أضمن لو اجلنة .1 ما من الناس من مسلم يتوب لو ثالثة مل يبلغوا احلنث إال أدخلو اهلل اجلنة بفضل رمحتو إياىم .2 أترون ىذه طارحة ولدىا ب النار؟ اهلل عز وجل أرحم بعباده من ىذه بولدىا .3أتعجبون من غتة سعد؟ واهلل ألنا أغت منو واهلل أغت مت ومن أجل غتة اهلل حرم الفواحش ما ظهر منها وما بطن، وال .4
أىد أحب إليو العذر من اهلل من أجل ذلك بعث ادلرسلت مبشرين ومنذرين وال أحد أحب إليو ادلدحة من اهلل ومن أجل ذلك وعد اجلنة
أحب احلديث إيل أصدقو .5 أحد جبل حيبنا ورمبو .6أخذ الراية زيد فأصيب ب أخذىا جعفر فأصيب ب أخذىا عبد اهلل بن رواحة فأصيب ب أخذىا خالد عن غت إمرة .7
ففتح اهلل عليو وما يسرين أهنم عندنا أو قال يسرىم أهنم عندنا ما من رجل مسلم ديوت لو ثالثة من ولده مل يبلغوا احلنث إال أدخلو اهلل اجلنة بفضل رمحتو إياىم .8إذا أدرك أحدكم سجدة من صالة العصر قبل أن تقرب الشمس فليتم صالتو وإذا أدرك سجدة من صالة الصبح قبل .9
أن تطلع الشمس فليتم صالتوإذا أسلم العبد فحسن إسالمو يكفر اهلل عنو كل سيئة كان زلفها وكان بعد ذلك القصاص احلسنة بعشر أمثاذلا إىل .10
سبعمائة ضعف والسيئة دبثلها إال أن يتجاوز اهلل عنهاإذا خلص ادلؤمنون من النار حبسوا بقنطرة بت اجلنة والنار فيتقاصون مظامل كانت بينهم ب الدنيا حىت إذا نقوا وىذبوا 11
فوالذى نفس حممد بيده ألحدىم دبسكنو ب اجلنة أدل منو دبسكنو كان ب الدنيا, أذن ذلم بدخول اجلنة فإنو من وافق قولو قول ادلالئكة غفرلو ما تقدم من ذنبو, امت : إذا قال اإلمام غت ادلغضوب عليهم وال الضالت فقولوا .12 ب يقول أدخل , يا رب أدخل اجلنة من كان ب قلبو خردلة من اديان فيدخلون : إذا كان يوم القيامة شفعت فقلت .13
اجلنة من كان ب قلبو أدىن شيءمن آمن باهلل ورسولو وأقام الصالة وآتى الزكاة وصام رمضان كان حقا على اهلل أن يدخلو اجلنة ىاجر ب سبيل اهلل أو .14
خلف ب أرضو اليت ولد فيها إذا رأيتم الذين يتبعون ما تشابو منو فأولئك الذين مسى اهلل فاحذروىم .15طبت وطاب دمشاك وتبوأت منزال ب اجلنة: إذا عاد الرجل أخاه أو زاره ب اهلل قال اهلل لو .16 صلوا أيها الناس ب بيوتكم فإن أفضل الصالة صالة ادلرء ب بيتو إال ادلكتوبة .17 صالة اجلماعة تفضل صالة الفذ خبمس وعشرين درجة .18أربعون خصلة أعالىن منحة العنز، ال يعمل عبد خبصلة منها رجاء ثواهبا وتصديق موعودىا إال أدخلو اهلل تعاىل هبا .19
اجلنة غفار غفر اهلل ذلا، وأسلم سادلها اهلل .20 ب اجلنة مثانية أبواب، فيها باب يسمى الريان ال يدخلو إال الصائمون .21اغسلها وترا ثالثا أو مخسا أو سبعا أو أكثر من ذلك إن رأينت ذلك دباء وسدر، واجعلن ب األختة كافورا أو شيئا من .22
كافور
80
أغلقوا األبواب وأوكئوا السقاء وأكفئوا اإلناء ومخروا اإلناء وأطفئوا ادلصباح فإن الشيطان ال يفتح غلقا وال حيل وكاء وال .23 يكشف إناء وإن الفويسقة تضرم على الناس بيتهم
أفضل الصدقة ما ترك غت، واليد العليا حت من اليد السفلى، وابدأ دبن تعول، تقول ادلرأة إما أن تطعمت وإما أن .24 تطلقت ويقول العبد أطعمت واستعملت ويقول االبن أطعمت إىل من تدعت
إين أجد قوة، قال فاقرأه ب عشرين، قال إين أجد قوة قال فقرأه ب عشر، قال إين أجد : إقرأ القرآن ب كل شهر قال .25 قوة قال فقرأه ب سبع وال تزد على ذلك
أكثر ما يدخل الناس اجلنة تقوى اهلل وحسن اخللق، وأكثر ما يدخل الناس النار األجوفان الفم والفرج .26وإن زىن وإن سرق؟ وإن زىن وإن سرق: من مات من أمتك ال يشرك باهلل شيئا دخل اجلنة، قلت: قال يل جربيل .27 قم يا فالن فأذن أن ال يدخل اجلنة إال مؤمن، وأن اهلل ليؤيد الدين بالرجل الفاجر .28 كره لكم عقوق األمهات .29 كل أميت يدخلون اجلنة إال من أىب، من أطاعت دخل اجلنة، ومن عصاين فقد أىب .30إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان اهلل ال يلقي ذلا باال يرفعو اهلل هبا درجات، وإن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط اهلل .31
ال يلقي ذلا باال يهوي هبا ب جهنم من صلى قائما فهو أفضل ومن صلى قاعدا فلو نصف أجر القائم ومن صلى نائما فلو نصف أجر القاعد .32اللهم رب ىذه الدعوة التامة والصالة القائمة آت حممد الوسيلة والفضيلة وابعثو مقاما : من قال حت يسمع النداء .33
حممودا الذي وعدتو حلت لو شفاعيت يوم القيامة من لقي اهلل ال يشرك بو شيئا دخل اجلنة .34يا فالن اشفع، يا فالن اشفع، حىت تنتهي الشفاعة إىل : إن الناس يصتون يوم القيامة جثا، كل أمة تتبع نبيها، يقولون .35
فذلك يوم يبعثو اهلل ادلقام احملمودملسو هيلع هللا ىلصحممد آييبونن تنائيبونن عنابيدوونن ليرنبب ننا حناميدونن .36من أعتق رقبة مسلمة فهي فداؤه من النار، كل عظم من عظام حمرره بعظم من عظامو، ومن أدرك أحد والديو فلم يغفر .37
لو فأبعده اهلل، ومن ضم يتيما من بت أبوين مسلمت إىل طعامو وشرابو حىت يغنيو اهلل وجبت لو اجلنة إن ب اجلنة لشجرة يست الراكب اجلواد ادلضمر السريع ب ظلها مائة عام ما يقطعها .38إن ب اجلنة مائة درجة أعدىا اهلل للمجاىدين ب سبيل اهلل، ما بت الدرجتت كما بت السماء واألرض، فإذا سألتم اهلل .39
فسلوه الفردوس فإنو أوسط اجلنة وأعلى اجلنة وفوقو عرش الرمحن ومنو تفجر أهنار اجلنة من أكرم سلطان اهلل ب الدنيا أكرمو اهلل يوم القيامة، ومن أىان سلطان اهلل ب الدنيا أىانو اهلل يوم القيامة .40من تعلم القرآن ب شبيبتو اختلط القرآن بلحمو ودمو، ومن تعلمو ب كربه فهو يتفلت منو، وىو يعود فيو فلو أجره مرتت .41 من خرج يريد علما يتعلمو فتح لو باب اجلنة، وفرشت لو ادلالئكة أكفافها، وصلت عليو مالئكة السموات، وحيتان .42
البحر، وللعامل من الفضل على العابد كفضل القمر ليلة البدر على أصغر كوكب ب السماء، إن العلماء ورثة األنبياء، مل يو رثوا دينارا وال درمها ولكنهم ورثوا العلم فمن أخذ بالعلم فقد أخذ حبظ وافر، موت العامل مصيبة ال ذبرب، وثلمة ال
تسد وه ذمم طمس موت قبيلة أيسر من موت عامل من صام يوما ب سبيل اهلل باعد اهلل بينو وبت النار بذلك اليوم سبعت خريفا .43 من قتل ب سبيل اهلل أو مات فهو ب اجلنة .44 من يقم ليلة القدر إديانا واحتسابا غفر لو ما تقدم من ذنبو .45تعالوا بايعوين على أن ال تشركوا باهلل شيئا وال تسرقوا وال تزنوا وال تقتلوا أوالدكم وال تأتوا ببهتان تفتونو بت أيديكم .46
وأرجلكم وال تعصوين ب معروف فمن وب منكم فأجره على اهلل ومن أصاب من ذلك شيئا فعوقب بو ب الدنيا فهو لو
81
كفارة ومن أصاب من ذلك شيئا فسته اهلل فأمره إىل اهلل إن شاء عاقبو وإن شاء عفا عنو تفضل الصالة اجلمع صالة أحدكم وحده خبمس وعشرين جزءا وذبتمع مالئكة الليل ومالئكة النهار ب الصالة الفجر .47 يدخل اجلنة من أميت سبعون ألفا بغت حساب ىم اللذين ال يستقون وال يتطتون وال يكتوون وعلى رهبم يتوكلون .48قل ىو اهلل أحد: حبك إياىا أدخلك اجلنة يعت .49 إذا تقرب مت عبدي شربا تقربت منو ذراعا وإذا تقرب مت ذراعا تقربت منو باعا وإذا أتاين ماشي أتيتو ىرولة: يقول اهلل .50 حجبت النار بالشهوات وحجبت اجلنة بادلكاره .51 خت الصدقة ما كان عن ظهري غت وابدأ دبن تعول .52 ختكم من تعلم القرآن وعلمو .53ما ىذا يا : دخلت اجلنة فإذا أنا بنهر حافتاه خيام اللؤلؤ فضزبت بيدي إىل ما جيري فيو ادلاء فإذا مسك أدفر فقلت .54
ىذا الكوثر الذي أعطاكو اهلل: جربيل فقال
Lampiran 2.
Tabel Identifikasi Bahasa Hukuman
No Hadis
من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقده من النار .1 ال يدخل اجلنة قاطع رحم .2 ابدأ بنفسك فتصدق عليها ب على أبويك ب على قرابتك ب ىكذا ب ىكذا .3 ابدأن دبيامينها ومواضع الوضوء منها .4 أخرجوا ادلشركت من جزيرة العرب وأجيزوا الوفد بنحو ما كنت أجيزىم .5 أخرجوا ادلخنثت من بيوتكم .6 اخسأ فلن تعدو قدرك .7 إذا أنزل اهلل بقوم عذابا اصاب العذاب من كان فىهم ب بعثوا على اعماذلم .8 إذا رأيتم اجلنازة فقوموا فمن تبعها فال يقعد حىت توضع .9 اشتد غضب اهلل على قوم فعلوا بنبيو، يشت إىل رباعيتو .10 اشتد غضب اهلل على رجل يقتلو رسول اهلل ب سبيل اهلل .11أحيوا ما خلقتم: أما علمت أن ادلالئكة ال تدخل بيتا فيو صورة، وأن من صنع الصور يعذب يوم القيامة، فيقال .12 من ترك صالة العصر حبط عملو .13ربجزه عن الظلم فإن ذلك نصره : كيف أنصره ظادلا؟ قال: أنصر أخاك ظادلا أو مظلوما، قيل .14 من قتل معاىدا مل يرح رائحة اجلنة، وإن رحيها ليوجد من مستة أربعت عاما .15 أبردوا بالظهر فإن شدة احلر من فيح جهنم .16 إن أىون أىل النار عذابا يوم القيامة لرجل يوضع ب أمخص قدميو مجرتان يغلي منهما دماغو كما يغلي ادلرجل بالقمقم .17 من لبس ثوب حرير ألبسو اهلل ثوبا من نار .18 إن الرجل ليتكلم بالكلمة من سخط اهلل ال يرى هبا بأسا فيهوي هبا ب نار جهنم سبعت خريفا .19! إمنا أىلك الذين من قبلكم أهنم كانوا إذا سرق فيهم الشريف تركوه وإذا سرق فيهم الضعيف أقاموا عليو احلد وان اهلل .20
لو أن فاطمة بنت حممد سرقت لقطعت يدىا ال يزين العبد حت يزين وىو مؤمن وال يسرق حت يسرق وىو مؤمن وال يشرب اخلمر حت يشرهبا وىو مؤمن وال يقتل .21
82
وىو مؤمنملحد ب احلرم، ومبتغ ب اإلسالم سنة اجلاىلية، ومطلب دم امرىء بغت حق ليهريق دمو: أبغض الناس إىل اهلل ثالثة .22 ال ينظر اهلل يوم القيامة إىل من جر إزاره بطرا .23ال يأب أحدكم الصالة وىو حقن حىت خيفف ومن أدخل عينو ب بيت بغت إذن أىلو فقد دمر ومن صلى بقوم فخص .24
نفسو بدعوة من دوهنم فقد خاهنم بلغوا عت ولو آية وحدثوا عن بت إسرائيل وال حرج ومن كذب علي متعمدا فلتبوأ مقعده من النار .25تسموا بامسي وال تكنوا بكنييت ومن رآين ب ادلنام فقد رآين فإن الشيطان ال يتمثل ب صورب ومن كذب علي متعمدا .26
فليتبوأ مقعده من النارتعالوا بايعوين على أن ال تشركوا باهلل شيئا وال تسرقوا وال تزنوا وال تقتلوا أوالدكم وال تأتوا ببهتان تفتونو بت أيديكم .27
وأرجلكم وال تعصوين ب معروف فمن وب منكم فأجره على اهلل ومن أصاب من ذلك شيئا فعوقب بو ب الدنيا فهو لو كفارة ومن أصاب من ذلك شيئا فسته اهلل فأمره إىل اهلل إن شاء عاقبو وإن شاء عفا عنو
تقطع يد السارق ب ربع دينارفصاعدا .28 دخلت امرأة النار ب ىرة ربطتها فلم تطعمها ومل تدعها تأكل من خشاش األرض حىت ماتت .29 لعن اهلل ادلسوفات .30 الذي خينق نفسو خينقها ب النار والذي يطعنها يطعنها ب النار .31 ما أسفل الكعبت من اإلزار ففي النار .32
Lampiran 3.
Tabel Identifikasi Bahasa Legitimasi
No. Hadis
أحب الكالم إىل اهلل سبحان اهلل ال شريك لو لو ادللك ولو احلمد وىو على كل شيء قدير وال حول وال قوة إال باهلل .1 سبحان اهلل وحبمده
إذا أقعد ادلؤمنون ب قربه أتى ب شهد أن ال الو اال اهلل و ان حممد رسول اهلل فذلك قولو يبثت اهلل الذين امنوا بالقول .2 الثابت
ال يؤمن أحدكم حىت أكون أحب إليو من ولده وولده والناس أمجعت .3امت فإنو من وافق قولو قول ادلالئكة غفرلو ما تقدم من ذنبو: إذا قال اإلمام غت ادلغضوب عليهم وال الضالت فقولوا .4 من آمن باهلل ورسولو وأقام الصالة وآتى الزكاة وصام رمضان كان حقا على اهلل أن يدخلو اجلنة ىاجر ب سبيل اهلل أو .5
خلف ب أرضو اليت ولد فيهااللهم أنت ريب ال إلو إال أنت خلقتت وأنا عبدك وأنا على عهدك ووعدك ما استطعت، أعوذ : سيد اإلستغفار أن تقول .6
بك من شر ما صنعت، أبوء لك بنعمتك علي وأبوء لك بذنيب فاغفريل فإنو ال يغفر الذنوب إال أنت، من قاذلا من النهار موقنا هبا فمات من يومو قبل أن ديسي فهو من أىل اجلنة ومن قاذلا من الليل وىو موقن هبا فمات قبل أن يصبح
فهو من أىل اجلنة ال إلو إال اهلل خالصا خملصا من قلبو: أسعد الناس بشفاعيت يوم القيامة من قال .7 غفار غفر اهلل ذلا، وأسلم سادلها اهلل .8إديان باهلل ورسولو، ب جهاد ب سبيل اهلل، ب حج مربور : أفضل األعمل .9 أفضل الصدقة ما كان عن ظهر غت واليد العليا خت من اليد السفلى وابدأ دبن تعول، تقول ادلرأة إما أن تطعمت وإما .10
83
أن تطلقت ويقول العبد أطعمت واستعملت ويقول االبن أطعمت إىل من تدعتفإن : أنفسها عند أىلها وأغالىا مثنا، قيل: أي الرقاب أفضل؟ قال: أفضل العمل إديان باهلل وجهاد ب سبيل اهلل، قيل .11
كف أذاك عن الناس فإهنا صدقة تصدق هبا : فإن مل أستطع؟ قال: تعت صانعا أو تصنع آلخر، قال: مل أجد؟ قال على نفسك
أقضوا اهلل فاهلل أحق بالوفاء .12 أكرب الكبائر اإلشراك باهلل، وقتل النفس، وعقوق الوالدين، وشهادة الزور .13اهلل إين أعوذ بك من عذاب القرب، وأعوذ بك من عذاب النار، وأعوذ بك من فتنة احمليا وادلمات، وأعوذ بك من فتنة .14
ادلسيح الدجالما من األنبياء نيب إال أعطي من األيات ما مثلو أومن أو آمن عليو البشر وإمنا كان الذي أوتيت وحيا أوحاه اهلل إيل .15
فأرجو أين أكثركم تابعا يوم القيامة قم يا فالن فأذن أن ال يدخل اجلنة إال مؤمن، وأن اهلل ليؤيد الدين بالرجل الفاجر .16 كل أميت يدخلون اجلنة إال من أىب، من أطاعت دخل اجلنة، ومن عصاين فقد أىب .18أمرت أن أقاتل الناس حىت يشهدوا أن ال إلو إال اهلل وأن حممد رسول اهلل، وأن يستقبلوا قبلتنا ويأكلوا ذبيحتنا ويصلوا .19
صالتنا فإذا فعلوا ذلك فقد حرمت علينا دماؤىم وأمواذلم إال حبقها، ذلم ما للمسلمت وعليهم ما على ادلسلمت ولعل اهلل أن يصلح بو بت فئتت عظيمتت من ادلسلمت- سيد احلسن-إن ابت ىذا سيد .20 إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان اهلل ال يلقي ذلا باال يرفعو اهلل هبا درجات، وإن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط اهلل .21
ال يلقي ذلا باال يهوي هبا ب جهنماللهم رب ىذه الدعوة التامة والصالة القائمة آت حممد الوسيلة والفضيلة وابعثو مقاما : من قال حت يسمع النداء .22
حممودا الذي وعدتو حلت لو شفاعيت يوم القيامة من لقي اهلل ال يشرك بو شيئا دخل اجلنة .23من أطاعت فقد أطاع، ومن عصاين فقد عصى اهلل، ومن يطع األمت فقد أطاعت، ومن يعص األمت فق عصاين، وإمنا .24
اإلمام جنة يقاتل من ورائو ويتقى بو، فإن أمر بتقوى اهلل وعدل كان لو بذالك أجر، وإن قال بغته كان عليو منو من ساءتو سيئتو وسرتو حسنتهفهي أمارة ادلؤمن .25احلمد هلل الذي عال فقهر واحلمد هلل الذي بطن فظهر واحلمد هلل الذي ملك : من قال حت يأوي إىل فراشو وىو طاىر .26
فقدر واحلمد هلل الذي حييي ادلوتى وىو على كل شيء قدير خرج من ذنوبو كيوم ولدتو أموزبرج النفس وىي مشركة: وما وقوع احلجاب؟ قال: إن اهلل عز وجل يغفر لعبده ما مل يقع احلجاب قيل .27 ومن : كفارس والروم؟ قال! يا رسول اهلل: ال تقوم الساعة حىت تأخذ أميت أخذ القرون قبلها شربا بشرب وذراعا بذراع قيل .28
الناس إال أولئك؟ ال تقوم الساعة حىت زبرج نار من أرض احلجاز تضيء أعناق اإلبل ببصرى .29 ال تقوم الساعة حىت تضطرب أليات نساء دوس حول ذي اخللصة .30ال تقوم الساعة حىت تقاتلوا خوزا وكرمان من األعجم محر الوجوه فطس األنوف صغار األعت كأن وجوىهم اجملان .31
ادلطرقة نعاذلم الشعر ال تقوم الساعة حىت يقبض العلم وتكثر الزالزل ويتقارب الزمان وتظهر الفنت ويكثر اذلرج وىو القتل .32 ال تقل بلسانك إال معروفا وال تبسط يدك إال إىل خت .33ليتت أوتيت مثل ما : رجل علمو اهلل القرآن فهو يتلوه آناء الليل وآناء النهار فسمعو جار لو فقال: ال حسد إال ب اثنتت .34
ليتت أوتيت مثل أوب فالن فعملت : أوب فالن فعملت مثل ما يعمل ورجل آتاه اهلل ماال فهو يهلكو ب احلق فقال رجل
84
مثل ما يعمل ال يأتيك من احلياء إال خت .35 ال يدخل اجلنة قاطع رحم .36إياكم والظلم فإن الظلم ظلمات يوم القيامة واتقوا الشح إن الشح أىلك من كان قبلكم محلهم أن يسفكوا دماءىم .37
واستحلوا حمارمهم أديا رجل مسلم أعتق امرأ مسلما استنقذ اهلل بكل عضو منو عضوا من النار .38قم فأذن ال يدخل اجلنة إال مؤمن وإن اهلل ليؤيد ىذا الدين بالرجل الفجر ! يا بالل .39 يأب ب آخر الزمان قوم حدثاء األسنان سفهاء األحالم يقولون من قول خت الربية ديرقون من اإلسالم كما ديرق السهم .40
من الرمية ال جياوز إدياهنم حناجرىم فاقتلوىم فإن ب قتلهم أجرا دلن قتلهم يوم القيامةإمنا األعمال بالنيات وإمنا لكل امرئ ما نوى فمن كانت ىجرتو إىل اهلل ورسولو فهجرتو إىل اهلل ورسولو ! يا أيها الناس .41
ومن كانت ىجرتو إىل دنيا يصيبها أو امرأة يتزوجها فهجرتو إىل ما ىاجر إليو بينما رجل جير إزاره من اخليالء خسف بو فهو يتجلجل ب األرض إىل يوم القيامة .42تعالوا بايعوين على أن ال تشركوا باهلل شيئا وال تسرقوا وال تزنوا وال تقتلوا أوالدكم وال تأتوا ببهتان تفتونو بت أيديكم .43
وأرجلكم وال تعصوين ب معروف فمن وب منكم فأجره على اهلل ومن أصاب من ذلك شيئا فعوقب بو ب الدنيا فهو لو كفارة ومن أصاب من ذلك شيئا فسته اهلل فأمره إىل اهلل إن شاء عاقبو وإن شاء عفا عنو
تعبد اهلل ال تشرك بو شيئا وتقيم الصالة ادلكتوبة وتؤدي الزكاة ادلفروضة وتصوم رمضان .44رجل كان لو فضل ماء بالطريق فمنعو من ابن السبيل ورجل : ثالثة ال ينظر اهلل يوم القيامة وال يزكيهم وذلم عذاب اليم .45
واهلل : بايع إمام ال يبايعو إال للدنيا فإن أعطاه منها رضي وإن مل يعطو منها سخط ورجل أقام سلعة بعد العصر فقال اللذي ال إلو غته لقد أعطيت هبا كذا وكذا فصدقو رجل فأخذىا ومل يعط هبا
إذا تقرب مت عبدي شربا تقربت منو ذراعا وإذا تقرب مت ذراعا تقربت منو باعا وإذا أتاين ماشي أتيتو ىرولة: يقول اهلل .46 من وصلك وصلتو ومن قطعك قطعتو: الرحم شجنة من الرمحن قال اهلل .47 لعن اهلل ادلسوفات .48ال إلو إال اهلل يبتغي هبا وجو اهلل إال حرم اهلل عليو النار: لن يواب عبد يوم القيامة يقول .49 لوال أن أشق على أميت ألمرهتم أن يصلوىا ىكذا يعت العشاء نصف الليل .50لو أن رجال جر على وجهو من يوم ولد إىل يوم ديوت ىرما ب طاعة اهلل عز وجل حلقر ذلك يوم القيامة ولود أنو رد إىل .51
الدنيا كيما يزداد من األجر والثوابلوال أن أشق على أميت ألخرت صالة العشاء إىل ثلث الليل أو شطر الليل فإنو إذا مضى شطر الليل ينزل اهلل تعاىل إىل .52
ىل من مستغفر فأغفر لو ىل من تائب فأتوب عليو ىل من داع فأستجيب لو حىت يطلع الفجر: السماء الدنيا فيقول ليس ادلسكت الذي ترده األكلة واألكلتان ولكن ادلسكت الذي ليس لو غت ويستحيي وال يسأل الناس إحلافا .53 ليس الواصل بادلكابء ولكن الواصل الذي إذا انقطعت رمحو وصلها .54(إن الشرك لظلم عظيم)ليس كما تقولون مل يلبسوا إدياهنم بظلم بشرك أو مل تسمعوا إىل قول لقمان .55 أتاين الليلة آت من عند ريب فقال صل ب ىذا الوادي ادلبارك يعت العقيق وقل عمرة ب حجة .56
85
Lampiran 4.
Tabel Identifikasi Bahasa Ahli
No. Hadis
تنويين .1 بب أننو أنكو عنةء مينو ننارء، ونمنا أحي ، أنوو لنذو ، أنوو شنروطنةي حميوجنمء ، فنفيي شنروبنةي عنسنلء يبورر ءء مينو أندوويينتيكمو خن إينو كنانن بي شنيوإن العبد ليعمل عمل أىل اجلنة فيما يرى الناس وإنو دلن أىل النار وإنو ليعمل عمل أىل النار فيما يرى الناس وإنو دلن .2
خبواتيمها: أىل اجلنة وإمنا األعمال باخلواب وب لفظ ال يزين العبد حت يزين وىو مؤمن وال يسرق حت يسرق وىو مؤمن وال يشرب اخلمر حت يشرهبا وىو مؤمن وال يقتل .3
وىو مؤمن بت اثنت وىو غضبان ين حكمال يقض .4اإلمام العادل وشاب نشأ ب عبادة اهلل ورجل قلبو معلق ب ادلساجد : سبعة يظلهم اهلل ب ظل عرشو يوم ال ظل إال ظلو .5
إين أخاف اهلل رب : ورجالن ربابا ب اهلل اجتمعا عليو وتفرقا عليو ورجل دعتو دعتو امرأة ذات منصب ومجال فقال العادلت ورجل تصدق بصدقة فأخفاىا حىت ال تعلم مشالو ما تنفق ديينو ورجل ذكر اهلل خاليا ففاضت عيناه
إن الرجل ليعمل عمل اجلنة فيما يبدوا للناس وىو من أىل النار، وإن الرجل ليعمل عمل أىل النار فيما يبدوا للناس .6 وىو من أىل اجلنة
Lampiran 5.
Tabel Identifikasi Bahasa Rujukan
No. Hadis
اهلل إين أعوذ بك من عذاب القرب، وأعوذ بك من عذاب النار، وأعوذ بك من فتنة احمليا وادلمات، وأعوذ بك من فتنة .1 ادلسيح الدجال
اللهم رب الناس مذىب البأس اشف أنت الشاب ال شاب إال أنت إشف شفاء ال يغادر سقما .2ربجزه عن الظلم فإن ذلك نصره: كيف أنصره ظادلا؟ قال: أنصر أخاك ظادلا أو مظلوما، قيل .3 لكل نيب دعوة مستجابة يدعو هبا، وأريد أن أختبئ دعوب شفاعة ألميت ب اآلخرة .4يا فالن اشفع، يا فالن اشفع، حىت تنتهي الشفاعة إىل : إن الناس يصتون يوم القيامة جثا، كل أمة تتبع نبيها، يقولون .5
فذلك يوم يبعثو اهلل ادلقام احملمودملسو هيلع هللا ىلصحممد من أطاعت فقد أطاع، ومن عصاين فقد عصى اهلل، ومن يطع األمت فقد أطاعت، ومن يعص األمت فق عصاين، وإمنا .6
اإلمام جنة يقاتل من ورائو ويتقى بو، فإن أمر بتقوى اهلل وعدل كان لو بذالك أجر، وإن قال بغته كان عليو منو إمنا األعمال بالنيات وإمنا لكل امرئ ما نوى فمن كانت ىجرتو إىل اهلل ورسولو فهجرتو إىل اهلل ورسولو ومن كانت .7
ىجرتو إىل دنيا يصيبها أو امرأة يتزوجها فهجرتو إىل ما ىاجر إليوم واختالنفهم على أنبيائهم، فإذا هنيتكم عن شيء فناجتنبوه، وإذا دعوين ما ترنكتكم، إيمنا ىلك من .8 كان قبولكم بسؤاذلي
أمرتكم بأمر فأتوا منو ما استطعتم تعبد اهلل ال تشرك بو شيئا وتقيم الصالة ادلكتوبة وتؤدي الزكاة ادلفروضة وتصوم رمضان .9إذا تقرب مت عبدي شربا تقربت منو ذراعا وإذا تقرب مت ذراعا تقربت منو باعا وإذا أتاين ماشي أتيتو ىرولة: يقول اهلل .10 من شغلو ذكرى عن مسأليت أعطيتو أفضل ما أعطي السائلت : يقول اهلل تعاىل .11