diagram of 21st century pedagogy

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan pengetahuan ini didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan information super highway (Gates, 1996). Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills). Kurikulum pendidikan abad 21 tak bisa mengelak dari keharusan untuk mengawal penguasaan ilmu secara interdisipliner. Dalam konteks kurikulum pendidikan abad 21, interdisipliner berada dalam satu spektrum makna sebagai berikut. Pertama, seluruh disiplin ilmu yang tersebar dalam ranah MIPA (matematika dan ilmu pengetahuan alam) dan IPS (ilmu pengetahuan sosial) diperlakukan sebagai sains. Kedua, ilmu pengetahuan yang berada di luar pengelompokan sains tersebut masuk dalam kategori kultur. Sehingga secara kategoris, kurikulum pendidikan abad 21 terbagi dalam dua besaran pokok, yaitu sains dan kultur. Interdisipliner berdasarkan kategori keilmuan semacam ini memungkinkan kembalinya filsafat berperan sebagai faktor penentu terjadinya titik temu antara sains dan kultur. Baik sains maupun kuktur dimengerti sebagai dua dimensi yang berbeda. Tetapi keduanya dipersatukan oleh ikatan dan persenyawaan yang bersifat filosofis. Dengan demikian pula, pengdayagunaan filsafat jelas dan tegas, yaitu menemukan poin-poin saling keterkaitan antara sains dan kultur. Dirancang berdasarkan pedagogi yang menyenangkan dan mudah dimengerti peserta didik, sains dan kultur diajarkan berdasarkan semangat holistisisme keilmuwan. Membangun siswa agar memiliki keterampilan abad 21 tersebut merupakan suatu tantangan tersendiri. Paradigma pembelajaran lama sudah tidak bisa lagi dipertahankan. Paradigma pendidikan modern yang lebih bersifat student-centered dan constructive learning sebaiknya segera dilakukan mulai saat ini, mulai dari hal yang kecil/sederhana. Paradigma pembelajaran konvensional berubah. Pembelajaran berpusat pada guru, berubah menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya, belajar melalui penemuannya dan siswa dapat menentukan sendiri tingkat capaian pembelajarannya. Peran guru berkembang menjadi fasilitator. Memfasilitasi siswa untuk melakukan pembelajaran. Guru lebih banyak menyiapkan alat bantu bagi proses pembelajaran, dan memastikan bahwa standar tercapai. Mutu pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat tergantung dari ketrampilan dan kemampuan guru dalam mengelola dan memilih metode pembelajaran yang tepat bagi anak didiknya. Kurikulum dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan anak yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skills). Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan

Upload: nailul-hasibuan

Post on 22-Jul-2015

73 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: diagram of 21st century pedagogy

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan dengan percepatan peningkatan

pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan pengetahuan ini didukung oleh

penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan information super highway

(Gates, 1996). Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin

peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan

teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan

keterampilan untuk hidup (life skills).

Kurikulum pendidikan abad 21 tak bisa mengelak dari keharusan untuk mengawal

penguasaan ilmu secara interdisipliner. Dalam konteks kurikulum pendidikan abad 21,

interdisipliner berada dalam satu spektrum makna sebagai berikut. Pertama, seluruh disiplin

ilmu yang tersebar dalam ranah MIPA (matematika dan ilmu pengetahuan alam) dan IPS

(ilmu pengetahuan sosial) diperlakukan sebagai sains. Kedua, ilmu pengetahuan yang berada

di luar pengelompokan sains tersebut masuk dalam kategori kultur. Sehingga secara

kategoris, kurikulum pendidikan abad 21 terbagi dalam dua besaran pokok, yaitu sains dan

kultur. Interdisipliner berdasarkan kategori keilmuan semacam ini memungkinkan

kembalinya filsafat berperan sebagai faktor penentu terjadinya titik temu antara sains dan

kultur. Baik sains maupun kuktur dimengerti sebagai dua dimensi yang berbeda. Tetapi

keduanya dipersatukan oleh ikatan dan persenyawaan yang bersifat filosofis. Dengan

demikian pula, pengdayagunaan filsafat jelas dan tegas, yaitu menemukan poin-poin saling

keterkaitan antara sains dan kultur. Dirancang berdasarkan pedagogi yang menyenangkan dan

mudah dimengerti peserta didik, sains dan kultur diajarkan berdasarkan semangat

holistisisme keilmuwan.

Membangun siswa agar memiliki keterampilan abad 21 tersebut merupakan suatu

tantangan tersendiri. Paradigma pembelajaran lama sudah tidak bisa lagi dipertahankan.

Paradigma pendidikan modern yang lebih bersifat student-centered dan constructive learning

sebaiknya segera dilakukan mulai saat ini, mulai dari hal yang kecil/sederhana. Paradigma

pembelajaran konvensional berubah. Pembelajaran berpusat pada guru, berubah menjadi

pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya, belajar

melalui penemuannya dan siswa dapat menentukan sendiri tingkat capaian pembelajarannya.

Peran guru berkembang menjadi fasilitator. Memfasilitasi siswa untuk melakukan

pembelajaran. Guru lebih banyak menyiapkan alat bantu bagi proses pembelajaran, dan

memastikan bahwa standar tercapai. Mutu pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat

tergantung dari ketrampilan dan kemampuan guru dalam mengelola dan memilih metode

pembelajaran yang tepat bagi anak didiknya.

Kurikulum dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

siswa (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan anak

yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skills).

Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah

(problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan

Page 2: diagram of 21st century pedagogy

2

berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh siswa. Guru mengembangkan

rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang siswa untuk berpikir

kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong siswa untuk bekerja sama dan

berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.

Selain pendekatan pembelajaran, siswa pun harus diberi kesempatan untuk

mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi -

khususnya komputer. Literasi teknologi informasi dan komunikasi adalah suatu kemampuan

untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk mencapai kecakapan

berpikir dan belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh guru adalah kegiatan

yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan teknologi komputer untuk

melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan masalah melalui kolaborasi dan

komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli atau orang lain yang memiliki minat yang

sama.

Aspek lain yang tidak kalau pentingnya adalah Assessment atau penilaian. Guru harus

mampu merancang sistem assessment yang bersifat berkelanjutan sejak siswa melakukan

kegiatan, sedang dan setelah selesai melaksanakan kegiatannya. Assessment bisa diberikan

diantara siswa sebagai feedback, oleh guru dengan rubrik yang telah disiapkan atau

berdasarkan kinerja serta produk yang mereka hasilkan.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana tingkatan kemampuan dan keterampilan berfikir siswa?

b. Bagaimana kolaborasi yang mendukung pembelajaran abad 21?

c. Bagaimana peran teknologi dalam pembelajaran abad 21?

d. Bagaimana penilaian yang harus dilakukan dalam pembelajaran abad 21?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Memahami tingkatan kemampuan dan keterampilan berfikir siswa

b. Memahami kolaborasi yang mendukung pembelajaran abad 21

c. Memahami peran teknologi dalam pembelajaran abad 21

d. Memahami penilaian yang harus dilakukan dalam pembelajaran abad 21

Page 3: diagram of 21st century pedagogy

3

BAB II

PEMBAHASAN

21ST Century Pedagogy

HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)

Berpikir adalah aktifitas mencurahkan daya pikir untuk maksud tertentu. Berpikir

adalah identitas yang memisahkan status kemanusiaan manusia dengan lainnya. Karenanya

sejauhmana manusia pantas disebut manusia dapat dibedakan dengan sejauhmana pula ia

menggunakan pikirannya.

Adapun karakteristik-karakteristik dari HOTS:

1. Evaluasi dengan kriteria

2. Menunjukkan skeptisme

3. Keputusan yang menggantung

4. Menggunakan analisa logis

5. Sistematis

A. Tingkatan Keterampilan Berfikir

Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: menghafal

(recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative

thinking) (Krulik & Rudnick, 1999).

Menghafal adalah tingkat berfikir paling rendah. Keterampilan ini hampir otomatis

atau refleksif sifatnya. Contoh dari keterampilan ini adalah menghafal 3 x 4 = 12 dan 5 + 4 =

9. Mengingat alamat atau nomor HP seseorang termasuk dalam keterampilan tingkat ini.

Siswa, terutama pada kelas-kelas awal, seringkali dipaksa untuk menghafal fakta-fakta ini.

Tingkat berfikir selanjutnya disebut sebagai keterampilan dasar. Keterampilan ini

meliputi memahami konsep-konsep seperti penjumlahan dan pengurangan, termasuk

aplikasinya dalam soal-soal. Contoh dari konsep perkalian adalah mencari harga total 12

kilogram beras bila harga perkilonya adalah Rp 6.350.

Berfikir kritis adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi

semua aspek situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir,

mengingat, dan menganalisa informasi. Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca

dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan.

Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu

menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data merupakan bagian

dari keterampilan berfikir kritis. Dengan kata lain, berfikir kritis adalah analitis dan refleksif.

Tingkatan yang terakhir adalah berfikir kreatif yang sifatnya orisinil dan reflektif.

Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan

di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya. Berfikir

kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir

yang baru.

Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan berfikir kreatif) yang disebut

sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam pembelajaran

matematika.

Page 4: diagram of 21st century pedagogy

4

B. Pertanyaan-pertanyaan Inovatif

Pendekatan pemecahan masalah, seperti dinyatakan oleh Standar Isi, merupakan

fokus dalam pembelajaran matematika. Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

(Permen 22 tahun 2006). Kemampuan yang terakhir ini merupakan pengembangan dari

langkah keempat Polya Looking Back (Polya, 1989). Menafsirkan solusi mengandung arti

bahwa siswa tidak berhenti menelaah soal hanya karena jawaban terhadap soal telah

ditemukan. Akan tetapi kegiatan penafsiran ini selain tidak begitu jelas, juga tidak cukup

membuat siswa menggunakan keterampilan berfikir tingkat tingginya. Untuk itu diperlukan

kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif

siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif: Adakah Cara lain? (What’s

another way?), Bagaimana jika…? (What if …?), Manakah yang salah? (What’s wrong?),

dan Apakah yang akan dilakukan? (What would you do?) (Krulik & Rudnick, 1999).

HOTs (Higher Order Thinking Skills) dalam Matematik

Sekarang ini setiap negara sibuk memberikan guru-guru kursus untuk HOTs (Higher Order

Thinking Skills) dalam Sains dan Matematik. Gunanya adalah untuk mengukur tingkat

kemampuan berfikir pelajar terhadap pengajaran dan pembelajaran.

ada banyak istilah yang muncul :

TIMMS - Trends in International Mathematics and Science Study

HOTS - High Order Thinking Skills

LOTS - Low Order Thinking Skills

HOTs (Higher Order Thinking Skills) ataupun Kemahiran Berfikir Tingkat Tinggi

merupakan hal yang sangat ditekankan untuk dipraktikkan dalam pengajaran Sains dan

Matematika pada masa kini.

Tujuan Diperkenalkan HOTs

1. Mengubah kegiatan hafalan menjadi pemahaman

2. Meningkatkan pemahaman pengetahuan (lebih banyak analisa, menilai dan mencipta)

3. Menerapkan pemecahana masalah dan penemuan

4. Pengaplikasian pendekatan saintifik

Page 5: diagram of 21st century pedagogy

5

Apa Yang Guru Perlu Ubah?

1. Mengubah cara berfikir

2. Mengubah cara memberikan permasalahan

3. Mengubah cara memotivasi

4. Menekankan pada aktivitas hands-on

5. Mengubah jenis tugas

6. Mengubah cara pentaksiran

7. Mengubah cara berkomunikasi

Peranan Guru Untuk HOTs

1. Memastikan murid aktif dalam kegiatan pembelajaran

2. Memberi peluang kepada murid untuk berkomunikasi, bertanya dan memberi

pendapat

3. Memvariasikan strategi

4. Mengemukakan permasalahan yang membina, memimpin serta berfikir tingkat tinggi.

Perbedaan HOTs Dan LOTs

Jika diperhatikan pada perbedaan antara HOTs dan LOTs, kita dapat menyimpulkan secara

ringkas bahwa permasalahan LOTs adalah permasalahan yang terus kepada jawaban dan

jawaban yang ada hanyalah betul atau salah saja. Namun pada permasalahan HOTs, pelajar

perlu kreatif untuk mencari jawaban dan bisa memberikan jawaban lebih dari satu, selama

masih benar.

ENCAURAGING COLLABORATION WITH (KOLABORASI YANG MENDUKUNG

PEMBELAJARAN)

1. Suitable Technologies (Penggunaan Teknologi yang Tepat)

Di abad 21 orang-orang hidup dan diliputi oleh teknologi dan media beragam,

ketersediaan akses ke sejumlah banyak informasi, perubahan yang cepat dalam alat-alat

teknologi, dan tuntutan kemampuan untuk berkolaborasi dan membuat kontribusi individu

pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga dipelukan kecakapan-kecakapan

terkait hal tersebut, meliputi:

• Literasi Informasi

Page 6: diagram of 21st century pedagogy

6

• Literasi Media dan

• Literasi ICT.

Penggunaan teknologi yang tepat pada pembelajaran tentunya akan semakin

mendukung tercapainya tujuan dari pembelajaran dan sebaliknya. Pada abad 21

perkembangan teknologi sangat pesat di semua bidang kehidupan. Di dalam dunia pendidikan

penggunaan komputer, internet, audiovideo, alat komunikasi elektronik bukanlah merupakan

hal yang baru lagi, dan tentunya pada abad ke 21 kelak perkembangan teknologi tersebut

akan semakin mencengangkan kita semua.

Jika dirancang dengan benar produk Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat

dimanfaatkan dalam pembelajaran baik sebagai alat bantu belajar, alat bantu interaksi belajar-

mengajar, sumber belajar mandiri bagi peserta didik dalam rangka meningkatkan hasil

pembelajaran baik dari segi proses mapun hasilnya. Beberapa contoh pemanfaatan Teknologi

Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran antara lain pemanfaatan audiovideo dalam

pembelajaran, TV-edukasi, pemanfaatan jejaring sosial, e-mail, dan e-learning.

2. Effective Communication (Komunikasi yang Efektif)

Komunikasi. Pekerjaan-pekerjaan di abad 21 memerlukan adanya komunikasi yang

kompleks serta adanya kolaborasi dan kerjasama dalam menyelesaikan masalah. Komunikasi

dan kolaborasi juga tak sekedar bekerja dalam kelompok yang kecil dan lokal tapi bisa jadi

dalam skala yang besar dan global. Pembelajaran hendaknya diarahkan kepada melatih

kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan baik.

Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran merupakan faktor pendukung

keberhasilan dalam proses dan hasil pembelajaran. Komunikasi yang diberikan harus

bermakna, mudah dimengerti peserta didik. Komunikasi yang diberikan juga harus dapat

merangsang peserta didik menghubungkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya,

memberikan motivasi belajar.

3. Team Skills (Kemampuan Kelompok)

Kemampuan yang diharapkan berkembang dari peserta didik adalah mereka mampu

bekerjasama dalam kelompok, saling memberi, mengajari dan berbagi atas pemahaman atau

pelajaran yang didapatkan kepada sesama peserta didik.

4. Inter Disciplinary approach (Pendekatan Antar Disiplin Ilmu)

Ilmu pengetahuan saling berhubung satu dengan yang lainnya, hubungannya saling

menguatkan satu sama lain. Dengan pendekatan antar disiplin ilmu dalam pembelajaran dapat

memicu semangat rasa ingin tahu siswa tentang pengetahuan yang baru didapatnya,

bagaimana pengaplikasiannya pada bidang ilmu yang lain.

ENABLING TECHNOLOGIES (TEKNOLOGI YANG MENDUKUNG)

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran abad 21 merupakan suatu hal yang sangat

penting dalam menunjang aktivitas pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan

dan pemanfaatan teknologi turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian

siswa dalam proses pembelajaran, karena pada dasarnya teknologi mempunyai dua fungsi

utama, yaitu sebagai alat bantu dan sebagai sumber belajar bagi siswa.

Page 7: diagram of 21st century pedagogy

7

1. Interdiciplinary Approach (Pendekatan Antar-Disiplin)

Jika dahulu siswa hanya mempelajari sebuah materi atau fenomena dari satu sisi

pandang ilmu, maka konteks pemahaman pembelajaran abad 21 jauh lebih baik dimengerti

melalui pendekatan pengetahuan antar-disiplin.

Dalam penyelenggaraan pendidikan diusahakan agar siswa dapat mengembangkan

pemikiran dan perasaannya sebaik-baiknya sehingga makin mampu menguasai berbagai ilmu

pengetahuan dan teknologi. Di samping diusahakan perkembangan siswa secara individual

juga ditumbuhkan rasa kebersamaan dengan sesama siswa dan masyarakat pada umumnya.

Dalam mempelajari segala macam ilmu pengetahuan ditumbuhkan kesadaran dan pengertian

bahwa semua ilmu pengetahuan ada hubungannya satu sama lain karena semua berasal dari

kehidupan manusia. Kemudian timbul sikap bahwa semua aspek kehidupan adalah penting

dan sebagai manusia yang harus diperhatikan adalah mengerjakan apa saja dengan sebaik-

baiknya.. Manusia dapat dikatakan unggul kalau ia mampu untuk mengerjakan segala hal

yang dihadapinya dengan memberikan hasil sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, penggunaan

teknologi dalam kaitan pendekatan antar-disiplin merupakan hal yang sangat penting yang

dapat memberikan manfaat yang besar dalam proses mengembangkan antar ilmu

pengetahuan.

Dengan kemajuan teknologi, proses menghubungkan seluruh informasi pengetahuan

yang ada dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga menghasilkan siswa dengan

tingkat pemahaman ilmu antar-disiplin yang tinggi.

2. Collaborative Mediums (Media Kolaboratif)

Siswa harus diajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi

dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam

menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi

dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan

bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran

dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.

Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi individu yang bertanggung jawab,

sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya.

Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat,

seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Dengan

kemajuan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi. Ruang gerak

sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat tinggalnya, tapi dapat menjangkau

lapisan masyarakat yang ada di berbagai belahan dunia.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berkembang saat ini dimana untuk

memiliki kemampuan mengakses atau memanfaatkannya merupakan salah satu bagian dari

ketrampilan kecakapan abad 21 yang harus dimiliki oleh semua orang terutama bagi siswa

sebagai peserta didik di sekolah. Penggunakan teknologi informasi dan komunikasi dapat

membantu dalam mengembangkan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai kecakapan

abad 21 dalam kemampuan komunikasi dan kolaborasi antar siswa.

Banyak media kolaboratif yang dapat digunakan siswa dalam proses pembelajaran.

Sebagai contoh adalah penggunaan social media (media sosial) dan akun email yang dapat

diakses dengan teknologi internet. Dengan adanya media sosial, siswa dapat saling bertukar

Page 8: diagram of 21st century pedagogy

8

pikiran, berkolaborasi, dan berdiskusi kapanpun dan dimanapun. Sehingga proses kolaboratif

menjadi tak terbatas.

Salah satu faktor keberhasilan proses komunikasi dan kolaborasi adalah penggunaan

media. Peluang ini ditangkap dan dilihat oleh para ahli untuk mengembangkan bentuk-bentuk

e-media, yang bertujuan untuk memberi alternatif model pendidikan yang tidak terikat oleh

tempat dan waktu. e-Media merupakan media yang berbasikan pada peralatan elektronik. e-

Media berkembang sangat variatif, seiring dengan perkembangan media- media elektronik,

seperti e-media konvensional berupa kaset rekaman pengajaran dan program TV pendidikan,

e-media berbasis komputer terdiri dari CD, CD MP3, VDC dan DVD, serta e-media berbasis

internet seperti e-news, e-Journal, e-Book, e-Consultant, Chatting, Newsgroup dan lain

sebagainya.

3. Digital Tools (Alat-Alat Digital)

Penggunaan alat-alat digital dalam pembelajaran abad 21 merupakan media yang

sangat menunjang aktivitas pembelajaran. Literasi teknologi informasi dan komunikasi

adalah suatu kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk

mencapai kecakapan berpikir dan belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh

guru adalah kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan

teknologi komputer untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan

masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli atau orang

lain yang memiliki minat yang sama.

Komputer mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mencakup tutor dan tools dalam implementasi dan

aplikasi bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan IPTEK itu sendiri. Dengan

perkembangan teknologi komputer ini, maka metode pendidikan juga berkembang, sehingga

proses pengajaran berbantuan komputer ini maju terus menuju kesempurnaannya.

Dalam bidang matematika, salah satu penggunaan alat-alat digital adalah kalkulator.

Dalam sebuah penelitian terbaru tentang efek jangka panjang dari penggunaan kalkulator,

Groves dan Stacey (1998) membentuk kesimpulan ini :

1. Siswa tidak akan bergantung pada penggunaan kalkulator

2. Siswa yang belajar matematika menggunakan kalkulator memiliki prestasi dalam

bidang matematika yang lebih tinggi daripada siswa noncalculator.

3. Siswa yang belajar matematika menggunakan kalkulator menunjukkan pemahaman

secara signifikan lebih

4. Siswa yang belajar matematika menggunakan kalkulator berperforma lebih baik

dalam menafsirkan jawaban mereka, terutama dalam hal desimal.

5. Kalkulator dapat membantu memperkenalkan konsep dasar aljabar melalui eksplorasi

yang luas dengan perhitungan numerik (Demana dan Leitzel, 1988).

Dalam sebuah studi dari siswa yang menggunakan kalkulator sambil belajar kalkulus,

Gimmestad (1982) menyimpulkan bahwa :

1. Terkadang siswa mengubah pendekatan solusi mereka karena akses mereka ke

kalkulator.

Page 9: diagram of 21st century pedagogy

9

2. Siswa yang menggunakan kalkulator akan lebih efektif dalam mengeksplorasi ide-ide

atau pendekatan solusi dalam konteks masalah.

3. Siswa yang menggunakan kalkulator jauh lebih mungkin untuk memeriksa pekerjaan

mereka dengan menyelidiki ulang langkah penyelesaian.

4. Siswa menggunakan kalkulator mencapai keseluruhan pada tingkat yang sama dengan

siswa tanpa kalkulator.

Teknologi komputasi interaktif meningkatkan baik pengajaran dan pembelajaran

matematika. Manfaat besar terjadi jika kekuatan teknologi ini (1) dapat dikontrol, baik oleh

siswa maupun guru, (2) mudah diakses dengan cara yang memungkinkan eksplorasi siswa,

dan (3) mempromosikan generalisasi siswa (Demana dan Waits, 1990).

Semua teknologi yang mendukung situasi dan kondisi di atas sudah dikembangkan

saat ini. Satu hal yang penting yaitu perkembangan teknologi di abad 21 akan berlangsung

sangat baik mengikuti grafik eksponensial dimana perubahan yang akan berlangsung sangat

luar biasa dan banyak hal yang tidak diduga yang akan terjadi di masa depan.

ASSESSING STUDENT WITH (PENILAIAN SISWA)

Abad 21 dikenal semua orang sebagai abad pengetahuan yang merupakan landasan

utama dari segala aspek kehidupan. Salah satu bentuk yang terdapat didalamnya yaitu bentuk

penilaian siswa. Dimana penilaian terhadap siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara

yaitu: Clear transparent goals & objectives (tujuan yang jelas dan objektif); self and peer

assessment (diri sendiri dan teman sekelompok); Relevants tasks (mengembangkan soal);

timely and appropriate Feedback ( terus menerus dan memberikan umpan balik).

A. Clear Transparent Goals & Objectives (Tujuan Yang Jelas Dan Objektif)

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian, agar

penilaian yang dilakukan dapat memberi gambaran yang sebenarnya tentang keberhasilan

siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip penilaian tersebut adalah

sebagai berikut:

1.) Berorientasi pada pencapaian kemampuan siswa

Penilaian yang dilakukan harus berfungsi untuk mengukur tercapai tidaknya

kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2.) Valid/sahih

Penilaian harus dapat menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat

ukur yang sesuai untuk mengukur kompetensi siswa. Untuk itu diperlukan alat ukur

yang valid(menurut cara yg semestinya; berlaku; sahih) dan reliabel (dapat dipercaya;

andal; mempunyai atau mendatangkan hasil yang sama pada setiap pengukuran yang

benar).

3.) Objektif

Objektivitas penilaian biasanya dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Usahakan

dalam melakukan penilaian menghindari unsur-unsur subjektivitas. Unsur-unsur

subjektivitas itu antara lain: perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya,

bahasa, gender, dan hubungan emosional.

Page 10: diagram of 21st century pedagogy

10

4.) Adil (tidak berat sebelah, tidak memihak)

Dalam melakukan penilaian hendaknya berlaku adil terhadap seluruh siswa. Beri

kesempatan kepada siswa agar memperoleh perlakuan yang sama.

5.) Menyeluruh

Penilaian yang dilakukan harus dapat menilai seluruh aspek kemampuan siswa. Aspek

kemampuan siswa tersebut mencakup aspek pengetahuan (kognitif), aspek

keterampilan (psikomotorik), serta aspek nilai dan sikap (afektif).

6.) Terbuka

Maksudnya dalam melakukan penilaian, kriteria dan dasar pengambilan keputusannya

harus jelas dan terbuka bagi semua pihak yang berkepentingan (siswa, guru, sekolah,

orang tua, dan pihak lain yang terkait).

7.) Bermakna

Penilaian hasil belajar oleh guru hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti,

bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak terutama guru, peserta didik,

orangtua dan pihak pihak yang berkepentingan.

8.) Berkesinambungan

Penilaian dilakukan harus terencana, bertahap,teratur, dan terus menerus serta

berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa

sebagai hasil kegiatan belajarnya. Penentuan pencapaian hasil belajar siswa tidak

boleh dilakukan hanya dengan satu tes, tetapi harus berdasarkan informasi dari

berbagai sumber yang diperoleh secara berkesinambungan.

B. Self and Peer Assessment (Penilaian Diri Sendiri Dan Teman Sekelompok)

1. Self Assessment

Penilaian diri merupakan suatu metode penilaian yang memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengambil tanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri. Mereka diberi

kesempatan untuk menilai pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai dengan pengalaman

yang mereka rasakan.

Reys, Suydam, linguist, & Smith (1998) mengatakan bahwa siswa merupakan penilai

yang baik (the best assessor) terhadap perasaan dan pekerjaan mereka sendiri. Oleh karena

itu, guru dapat memulai proses penilaian diri dengan kesempatan siswa untuk melakukan

validasi pemikiran mereka sendiri atau jawaban-jawaban hasil pekerjaan mereka.

Siswa perlu memeriksa pekerjaan mereka dan memikirkan tentang apa yang terbaik

untuk dilakukan dan area mana mereka perlu dibantu. Untuk memnuntun siswa dalam

memahami proses penilaian diri, guru perlu melengkapi mereka dengan lembaran self-

assessment.

Manfaat Penilaian Diri.

Penilaian diri dapat memberikan beberapa manfaat baik bagi siswa maupun bagi guru

itu sendiri.

Keuntungan bagi siswa yaitu :

1. Siswa menjadi bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri

2. Siswa dapat menetapkan langkah – langkah berikutnya dalam belajar.

3. Siswa merasa aman tentang sesuatu yang tidak benar.

Page 11: diagram of 21st century pedagogy

11

4. Meningkatkan harga diri siswa dan menjadi sesuatu yang positif

5. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

6. Siswa menjadi lebih bebas dan termotivasi.

Keuntungan bagi guru yaitu :

1. Ada suatu pergesaran tanggung jawab dari guru ke siswa

2. Pelajaran lebih efisisen jika para siswa termotivasi dan mandiri

3. Umpan balik membantu guru mengidentifikasi kemajuan siswa

4. Guru dapat mengidentifikasi langkah – langkah berikutnya untuk suatu grup/

individu.

5. Terjadi persepsi antara sisawa dan guru, siswa menjelaskan strategimaka guru

mengidentifikasi proses berfikir

6. Pelajaran lebih efisien memboplehkan tantangan lebih besar

Beberapa alat penilaian yang digunakan untuk membantu memulai dan membangun

kepercayaan guru dan siswa dalam penilaian diri dalam kaitan dengan iklim sekolah, yaitu:

1. Interview

Siswa dapat diminta untuk melihat kemajuan mereka untuk memahami sebuah topik

dengan melakukan interview kemudian mendengarkan hasil rekaman interview yang mereka

lakukan untuk melihat kesesuaian antara hal yang diindentifikasi dengan hal yang menjadi

kriteria pembelajaran.

2. Jurnal

Siswa dapat diminta untuk mempelajari jurnal yang sesuai dengan apa yang dipelajari.

Agar aktifitas ini berkualitas maka dilakukan bukan sebagai rutinitas. Siswa dapat termotivasi

untuk menulis kemudian memberikan respons apabila apa yang mereka tulis dengan apa yang

mereka pelajari.

3. Portfolio

Metode ini merupakan informasi penting yang sangat terkenal, hal ini akan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan mengenai penilaian relatif

terhadap pekerjaan mereka dan untuk mendorong mereka mengumpulkan hasil capaian

mereka yang dianggap terbaik.

4. Pencatatan/ Rekaman

Hasil dari penilaian dicatat untuk berbagai tujuan. Guru membutuhkannya sebagai

laporan kemajuan siswa kepada orang tua atau pihak lain, atau bisa digunakan untuk

mengevaluasi efektifitas pembelajaran. Pada intinya semua informasi dapat disatukan dan

dicatat dari evaluasi diri dan dari penilaian yang lain.

5. Masalah Waktu

Pendahuluan dan penggunaan penilaian diri adalah salah satu cara yang harus

diketahui siswa tentang apa yang harus diketahui siswa tentang apa yang diharapkan dari

mereka dan seperangkat aturan dalam kelas yang harus mereka pahami. Poster yang

Page 12: diagram of 21st century pedagogy

12

dituliskan dengan kalimat-kalimat tanya yang mengandung penilaian diri akan menjadi hal

pertama yang terbaik, dengan berbagai pertanyaan yang diajukan pada diri mereka, misalnya

1. Apa yang sudah aku pelajari?

2. Apa yang menyenangkan dari pekerjaanku?

3. Kesulitan apa yang aku temui?

4. Bagaimana aku bisa mengembangkan ini?

6. Pelaksanaan Masalah

Satu kesulitan yang sering dihadapi guru ketika membuat penilaian diri adalah

membantu siswa mengembangkan pemahaman mereka tentang proses belajar dan peduli

terhadap kemajuan pemahaman mereka. Tanggapan pertama siswa dalam mengevaluasi

pekerjaan mereka biasanya simpel dan umum: “saya menyukai ini”, atau “saya rasa saya

mengerjakan ini dengan baik”.

Strategi Penilaian Diri

Sehubungan dengan penilaian diri siswa dalam kelas agar dapat memberi manfaat

bagi guru maupun siswa, dapat diidentifikasi 4 strategi yang dapat digunakan yaitu :

1. Modeling using exemplars

Strategi ini merupakan suatu teknik yang sangat bermanfaat untuk membangun

ketrampilan penilaian diri siswa. Teknik tersebut meliputi penggunaan suatu contoh bagian

pekerjaan untuk membantu siswa menilai diri mereka sendiri, dan dapat dilakukan dengan

beberapa tahap yang berbeda sepanjang proses pembelajaran, yakni:

a. Menunjukan pada siswa contoh bagian pekerjaan dan membandingkan dengan tujuan

yang telah ditetapkan.

b. Menggunakan model sebagai petunjuk untuk mengembangkan, memperbaiki, dan

memodifikasi pekerjaan siswa.

c. Menggunakan model sebagai pembanding pekerjaan siswa.

2. Questioning skills

Strategi ini merupakan bagian dari proses untuk mendorong siswa terpikir pada semua

tingkatan berpikir, mulai dari pengetahuan dasar sampai evaluasi dan penilaian secara analisis

3. Grafhic organizers

Strategi ini merupakan salah satu teknik untuk membantu siswa menjadi mahir dan cakap

dalam merefleksikan pekerjaan mereka.

4. Reflection as a process for closing the learning gap

Strategi ini merupakan suatu proses untuk mengatasi kesenjangan belajar. Sedangkan

keterampilan untuk mengatasi kesenjangan belajar memerlukan pemahaman yang jelas

tentang tujuan pembelajaran dan kriteria sukses.

Menurut Paul Black dan Dylan Wiliam (1998), ada hal-hal yang harus dilakukan guru

untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam melakukan penilaian diri. mereka

menganjurkan kepada guru untuk melakukan hal berikut:

a. Membagikan kriteria pada siswa

b. Tujuan belajar yang jelas (hasil belajar/intensi)

Page 13: diagram of 21st century pedagogy

13

2. Peer Assessment

Bostock (2010) menyatakan penilaian teman sejawat adalah penilaian oleh siswa

terhadap siswa yang lain, dalam penilaian formatif untuk pemberian balikan dan pemberian

skor. Bostock juga menuliskan menurut McDowell dan Mowl bahwa peer assessment adalah

salah satu bentuk penilaian inovatif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dan memberdayakan siswa. Keterlibatan peserta didik bukan hanya dalam

penilaian hasil akhir saja, akan tetapi juga dalam penentuan kriteria dan pemilihan bukti

pretasi atau adanya balikan (Biggs, 1999). Selain itu, Luca (2002) mengatakan bahwa

penilaian teman sejawat merupakan bentuk alternatif penilaian yang melibatkan individu

untuk memutuskan nilai kontribusi masing-masing teman mereka dalam suatu proses atau

pekerjaan.

Salah satu keuntungan dari penilaian teman adalah turut serta membangun personaliti

dan sifat sosial siswa. Siswa sebagai individu akan belajar berkomunikasi dengan teman

mereka dengan cara yang bebas. Penilaian teman sejawat juga dapat melatih siswa untuk

bersikap jujur dalam menilai dan mengembangkan pola berpikir yang mendalam.

C. Relevants tasks (tugas yang relevan)

Tugas yang relevan itu dapat berupa penilaian performansi (Performance

Assessment). Penilaian ini merupakan bentuk penilaian yang membangun respon siswa,

misalnya dalam hal berbicara atau menulis. Respon siswa dapat diperoleh guru dengan

melakukan observasi selama pembelajaran di kelas. Penilaian ini meminta siswa untuk

menyelesaikan tugas yang komplek dalam konteks pengetahuan, pembelajaran terkini, dan

keahlian yang relevan untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan. Siswa dapat

menggunakan bahan-bahan atau menunjukkan hasil aktifitas tangan dalam mengatasi

masalah, contoh: laporan berbicara, menulis, proyek individu maupun grup, pameran, dan

demonstrasi. Karakteristik penilaian perfomansi (diadaptasi dari Aschbacher:1991; Herman,

Aschbacher, dan Winters: 1992 dalam O’malley dan Pierce,1996:5) seperti di bawah ini:

Respon yang dibangun: siswa membangun respon, mengembangkan respon, meminta

bentuk performansi/tampilan atau menciptakan produk

Pemikiran tingkat tinggi: siswa menggunakan pikiran tingkat tinggi untuk

membangun respon ketika membuka dan mengakhiri pertanyaan.

Keotentikan: tugas itu penuh makna, menantang, meminta aktivitas siswa bahwa atau

konteks dunia nyata lain dimana siswa akan menunjukkannya.

Terpadu: tugas merupakan penyatuan dari kemampuan berbahasa.

Proses dan produk: prosedur dan strategi untuk memperoleh respon yang benar atau

untuk mencari solusi atas tugas yang kompleks.

Kedalaman vs keluasan: penilaian perfomansi menyediakan informasi yang

mendalam mengenai kemampuan siswa yang merupakan kebalikan dari tes pilihan

ganda yang cakupannya luas tetapi tidak mendalam.

Penilaian perfomansi biasanya meminta guru memutuskan respon yang ditunjukkan

siswa. Untuk membantu guru membuat keputusan yang akurat dan reliabel, penyekoran

merujuk pada penggunaan rubrik yang nilai numeriknya merupakan kumpulan tingkatan

Page 14: diagram of 21st century pedagogy

14

perfomansi, misalnya 1: dasar, 2: pandai, dan 3: mahir. Kriteria masing-masing tingkatan

harus ditetapkan tepat sesuai dengan kemampuan yang akan didemonstrasikan siswa. Salah

satu karakteristik penilaian perfomansi adalah kriteria dibuat umum dan diketahui dalam

tingkatannya. Oleh karena itu, siswa dapat berpartisipasi dalam penempatan dan penggunaan

kriteria penilaian diri terhadap penampilannya sendiri.

D. Timely and Appropriate Feedback ( Terus Menerus Dan Memberikan Umpan Balik)

Penilaian dilakukan harus terencana, bertahap,teratur, dan terus menerus serta

berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa sebagai

hasil kegiatan belajarnya. Penentuan pencapaian hasil belajar siswa tidak boleh dilakukan

hanya dengan satu tes, tetapi harus berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang

diperoleh secara berkesinambungan.

Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses umpan balik

(feedback) di kelas. Guru maupun peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menggunakan

penilaian berbasis kelas sebagai umpan balik. Dari hasil penilaian berbasis kelas guru

maupun peserta didik dapat melakukan saran perbaikan belajar. Melalui umpan balik ini

seluruh pihak yang berkepentingan di sekolah baik kepala sekolah, guru, dan peserta didik

dalam proses pembelajaran akan menjadi lebih efesien dan lebih efektif. Penilaian berbasis

kelas dapat dipandang sebagai alat untuk formatif. Penilaian berbasis kelas bukan hanya

untuk memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan

informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik.

Page 15: diagram of 21st century pedagogy

15

BAB III

KESIMPULAN

Berpikir adalah aktifitas mencurahkan daya pikir untuk maksud tertentu. Berpikir

adalah identitas yang memisahkan status kemanusiaan manusia dengan lainnya. Keterampilan

berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking),

kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking)

Menghafal adalah tingkat berfikir paling rendah, selanjutnya adalah keterampilan

dasar, berfikir kritis dan tingkatan yang terakhir adalah berfikir kreatif yang sifatnya orisinil

dan reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan

yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan

efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya

menelorkan hasil akhir yang baru.Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan

berfikir kreatif) yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang harus

dikembangkan dalam pembelajaran matematika.

Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran merupakan faktor pendukung

keberhasilan dalam proses dan hasil pembelajaran. Komunikasi yang diberikan harus

bermakna, mudah dimengerti peserta didik. Komunikasi yang diberikan juga harus dapat

merangsang peserta didik menghubungkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya,

memberikan motivasi belajar.

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran abad 21 merupakan suatu hal yang sangat

penting dalam menunjang aktivitas pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan

dan pemanfaatan teknologi turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian

siswa dalam proses pembelajaran, karena pada dasarnya teknologi mempunyai dua fungsi

utama, yaitu sebagai alat bantu dan sebagai sumber belajar bagi siswa.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berkembang saat ini dimana untuk

memiliki kemampuan mengakses atau memanfaatkannya merupakan salah satu bagian dari

ketrampilan kecakapan abad 21 yang harus dimiliki oleh semua orang terutama bagi siswa

sebagai peserta didik di sekolah. Penggunakan teknologi informasi dan komunikasi dapat

membantu dalam mengembangkan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai kecakapan

abad 21 dalam kemampuan komunikasi dan kolaborasi antar siswa.

Penilaian dalam pembelajaran dilakukan harus terencana, bertahap, teratur, dan terus

menerus serta berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar

siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya. Penentuan pencapaian hasil belajar siswa tidak boleh

dilakukan hanya dengan satu tes, tetapi harus berdasarkan informasi dari berbagai sumber

yang diperoleh secara berkesinambungan.

Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses umpan balik di

kelas. Guru maupun peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menggunakan penilaian

berbasis kelas sebagai umpan balik. Dari hasil penilaian berbasis kelas guru maupun peserta

didik dapat melakukan saran perbaikan belajar. Melalui umpan balik ini seluruh pihak yang

berkepentingan di sekolah baik kepala sekolah, guru, dan peserta didik dalam proses

pembelajaran akan menjadi lebih efesien dan lebih efektif.

Page 16: diagram of 21st century pedagogy

16

DAFTAR PUSTAKA

http://febrisartika257.wordpress.com/tugas-media/internet-dan-web-desain/artikel-

makalah/higher-order-thinking-skills-hots/

http://cheguzam.blogspot.com/2013/11/hots-higher-order-thinking-skills-

dalam.html#sthash.HDqBWgTH.dpuf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Christina%20Ismaniati,%20M.Pd./P

enggunaan%20Teknologi%20Informasi%20dan%20komunikasi%20dalam%20peningkatan%

20kualitas%20pembelajaran.pd

http://www.p4tkmatematika.org/seminar2013/Makalah-Seminar-Tamim.pdf

http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/penilaian-diri-siswa.html?m

http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/penilaian-diri-siswa.html?m=1

http://study.mdl2.com/mod/forum/discuss.php?d=20

http://www.referensimakalah.com/2013/02/jenis-jenis-assessmentpenilaian.html?m=1