diagram of 21st century pedagogy
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan dengan percepatan peningkatan
pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan pengetahuan ini didukung oleh
penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan information super highway
(Gates, 1996). Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin
peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan
teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan
keterampilan untuk hidup (life skills).
Kurikulum pendidikan abad 21 tak bisa mengelak dari keharusan untuk mengawal
penguasaan ilmu secara interdisipliner. Dalam konteks kurikulum pendidikan abad 21,
interdisipliner berada dalam satu spektrum makna sebagai berikut. Pertama, seluruh disiplin
ilmu yang tersebar dalam ranah MIPA (matematika dan ilmu pengetahuan alam) dan IPS
(ilmu pengetahuan sosial) diperlakukan sebagai sains. Kedua, ilmu pengetahuan yang berada
di luar pengelompokan sains tersebut masuk dalam kategori kultur. Sehingga secara
kategoris, kurikulum pendidikan abad 21 terbagi dalam dua besaran pokok, yaitu sains dan
kultur. Interdisipliner berdasarkan kategori keilmuan semacam ini memungkinkan
kembalinya filsafat berperan sebagai faktor penentu terjadinya titik temu antara sains dan
kultur. Baik sains maupun kuktur dimengerti sebagai dua dimensi yang berbeda. Tetapi
keduanya dipersatukan oleh ikatan dan persenyawaan yang bersifat filosofis. Dengan
demikian pula, pengdayagunaan filsafat jelas dan tegas, yaitu menemukan poin-poin saling
keterkaitan antara sains dan kultur. Dirancang berdasarkan pedagogi yang menyenangkan dan
mudah dimengerti peserta didik, sains dan kultur diajarkan berdasarkan semangat
holistisisme keilmuwan.
Membangun siswa agar memiliki keterampilan abad 21 tersebut merupakan suatu
tantangan tersendiri. Paradigma pembelajaran lama sudah tidak bisa lagi dipertahankan.
Paradigma pendidikan modern yang lebih bersifat student-centered dan constructive learning
sebaiknya segera dilakukan mulai saat ini, mulai dari hal yang kecil/sederhana. Paradigma
pembelajaran konvensional berubah. Pembelajaran berpusat pada guru, berubah menjadi
pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya, belajar
melalui penemuannya dan siswa dapat menentukan sendiri tingkat capaian pembelajarannya.
Peran guru berkembang menjadi fasilitator. Memfasilitasi siswa untuk melakukan
pembelajaran. Guru lebih banyak menyiapkan alat bantu bagi proses pembelajaran, dan
memastikan bahwa standar tercapai. Mutu pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat
tergantung dari ketrampilan dan kemampuan guru dalam mengelola dan memilih metode
pembelajaran yang tepat bagi anak didiknya.
Kurikulum dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan anak
yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skills).
Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah
(problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan
2
berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh siswa. Guru mengembangkan
rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang siswa untuk berpikir
kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong siswa untuk bekerja sama dan
berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.
Selain pendekatan pembelajaran, siswa pun harus diberi kesempatan untuk
mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi -
khususnya komputer. Literasi teknologi informasi dan komunikasi adalah suatu kemampuan
untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk mencapai kecakapan
berpikir dan belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh guru adalah kegiatan
yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan teknologi komputer untuk
melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan masalah melalui kolaborasi dan
komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli atau orang lain yang memiliki minat yang
sama.
Aspek lain yang tidak kalau pentingnya adalah Assessment atau penilaian. Guru harus
mampu merancang sistem assessment yang bersifat berkelanjutan sejak siswa melakukan
kegiatan, sedang dan setelah selesai melaksanakan kegiatannya. Assessment bisa diberikan
diantara siswa sebagai feedback, oleh guru dengan rubrik yang telah disiapkan atau
berdasarkan kinerja serta produk yang mereka hasilkan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana tingkatan kemampuan dan keterampilan berfikir siswa?
b. Bagaimana kolaborasi yang mendukung pembelajaran abad 21?
c. Bagaimana peran teknologi dalam pembelajaran abad 21?
d. Bagaimana penilaian yang harus dilakukan dalam pembelajaran abad 21?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Memahami tingkatan kemampuan dan keterampilan berfikir siswa
b. Memahami kolaborasi yang mendukung pembelajaran abad 21
c. Memahami peran teknologi dalam pembelajaran abad 21
d. Memahami penilaian yang harus dilakukan dalam pembelajaran abad 21
3
BAB II
PEMBAHASAN
21ST Century Pedagogy
HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
Berpikir adalah aktifitas mencurahkan daya pikir untuk maksud tertentu. Berpikir
adalah identitas yang memisahkan status kemanusiaan manusia dengan lainnya. Karenanya
sejauhmana manusia pantas disebut manusia dapat dibedakan dengan sejauhmana pula ia
menggunakan pikirannya.
Adapun karakteristik-karakteristik dari HOTS:
1. Evaluasi dengan kriteria
2. Menunjukkan skeptisme
3. Keputusan yang menggantung
4. Menggunakan analisa logis
5. Sistematis
A. Tingkatan Keterampilan Berfikir
Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: menghafal
(recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative
thinking) (Krulik & Rudnick, 1999).
Menghafal adalah tingkat berfikir paling rendah. Keterampilan ini hampir otomatis
atau refleksif sifatnya. Contoh dari keterampilan ini adalah menghafal 3 x 4 = 12 dan 5 + 4 =
9. Mengingat alamat atau nomor HP seseorang termasuk dalam keterampilan tingkat ini.
Siswa, terutama pada kelas-kelas awal, seringkali dipaksa untuk menghafal fakta-fakta ini.
Tingkat berfikir selanjutnya disebut sebagai keterampilan dasar. Keterampilan ini
meliputi memahami konsep-konsep seperti penjumlahan dan pengurangan, termasuk
aplikasinya dalam soal-soal. Contoh dari konsep perkalian adalah mencari harga total 12
kilogram beras bila harga perkilonya adalah Rp 6.350.
Berfikir kritis adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi
semua aspek situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir,
mengingat, dan menganalisa informasi. Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca
dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan.
Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu
menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data merupakan bagian
dari keterampilan berfikir kritis. Dengan kata lain, berfikir kritis adalah analitis dan refleksif.
Tingkatan yang terakhir adalah berfikir kreatif yang sifatnya orisinil dan reflektif.
Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan
di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya. Berfikir
kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir
yang baru.
Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan berfikir kreatif) yang disebut
sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam pembelajaran
matematika.
4
B. Pertanyaan-pertanyaan Inovatif
Pendekatan pemecahan masalah, seperti dinyatakan oleh Standar Isi, merupakan
fokus dalam pembelajaran matematika. Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
(Permen 22 tahun 2006). Kemampuan yang terakhir ini merupakan pengembangan dari
langkah keempat Polya Looking Back (Polya, 1989). Menafsirkan solusi mengandung arti
bahwa siswa tidak berhenti menelaah soal hanya karena jawaban terhadap soal telah
ditemukan. Akan tetapi kegiatan penafsiran ini selain tidak begitu jelas, juga tidak cukup
membuat siswa menggunakan keterampilan berfikir tingkat tingginya. Untuk itu diperlukan
kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif
siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif: Adakah Cara lain? (What’s
another way?), Bagaimana jika…? (What if …?), Manakah yang salah? (What’s wrong?),
dan Apakah yang akan dilakukan? (What would you do?) (Krulik & Rudnick, 1999).
HOTs (Higher Order Thinking Skills) dalam Matematik
Sekarang ini setiap negara sibuk memberikan guru-guru kursus untuk HOTs (Higher Order
Thinking Skills) dalam Sains dan Matematik. Gunanya adalah untuk mengukur tingkat
kemampuan berfikir pelajar terhadap pengajaran dan pembelajaran.
ada banyak istilah yang muncul :
TIMMS - Trends in International Mathematics and Science Study
HOTS - High Order Thinking Skills
LOTS - Low Order Thinking Skills
HOTs (Higher Order Thinking Skills) ataupun Kemahiran Berfikir Tingkat Tinggi
merupakan hal yang sangat ditekankan untuk dipraktikkan dalam pengajaran Sains dan
Matematika pada masa kini.
Tujuan Diperkenalkan HOTs
1. Mengubah kegiatan hafalan menjadi pemahaman
2. Meningkatkan pemahaman pengetahuan (lebih banyak analisa, menilai dan mencipta)
3. Menerapkan pemecahana masalah dan penemuan
4. Pengaplikasian pendekatan saintifik
5
Apa Yang Guru Perlu Ubah?
1. Mengubah cara berfikir
2. Mengubah cara memberikan permasalahan
3. Mengubah cara memotivasi
4. Menekankan pada aktivitas hands-on
5. Mengubah jenis tugas
6. Mengubah cara pentaksiran
7. Mengubah cara berkomunikasi
Peranan Guru Untuk HOTs
1. Memastikan murid aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. Memberi peluang kepada murid untuk berkomunikasi, bertanya dan memberi
pendapat
3. Memvariasikan strategi
4. Mengemukakan permasalahan yang membina, memimpin serta berfikir tingkat tinggi.
Perbedaan HOTs Dan LOTs
Jika diperhatikan pada perbedaan antara HOTs dan LOTs, kita dapat menyimpulkan secara
ringkas bahwa permasalahan LOTs adalah permasalahan yang terus kepada jawaban dan
jawaban yang ada hanyalah betul atau salah saja. Namun pada permasalahan HOTs, pelajar
perlu kreatif untuk mencari jawaban dan bisa memberikan jawaban lebih dari satu, selama
masih benar.
ENCAURAGING COLLABORATION WITH (KOLABORASI YANG MENDUKUNG
PEMBELAJARAN)
1. Suitable Technologies (Penggunaan Teknologi yang Tepat)
Di abad 21 orang-orang hidup dan diliputi oleh teknologi dan media beragam,
ketersediaan akses ke sejumlah banyak informasi, perubahan yang cepat dalam alat-alat
teknologi, dan tuntutan kemampuan untuk berkolaborasi dan membuat kontribusi individu
pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga dipelukan kecakapan-kecakapan
terkait hal tersebut, meliputi:
• Literasi Informasi
6
• Literasi Media dan
• Literasi ICT.
Penggunaan teknologi yang tepat pada pembelajaran tentunya akan semakin
mendukung tercapainya tujuan dari pembelajaran dan sebaliknya. Pada abad 21
perkembangan teknologi sangat pesat di semua bidang kehidupan. Di dalam dunia pendidikan
penggunaan komputer, internet, audiovideo, alat komunikasi elektronik bukanlah merupakan
hal yang baru lagi, dan tentunya pada abad ke 21 kelak perkembangan teknologi tersebut
akan semakin mencengangkan kita semua.
Jika dirancang dengan benar produk Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran baik sebagai alat bantu belajar, alat bantu interaksi belajar-
mengajar, sumber belajar mandiri bagi peserta didik dalam rangka meningkatkan hasil
pembelajaran baik dari segi proses mapun hasilnya. Beberapa contoh pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran antara lain pemanfaatan audiovideo dalam
pembelajaran, TV-edukasi, pemanfaatan jejaring sosial, e-mail, dan e-learning.
2. Effective Communication (Komunikasi yang Efektif)
Komunikasi. Pekerjaan-pekerjaan di abad 21 memerlukan adanya komunikasi yang
kompleks serta adanya kolaborasi dan kerjasama dalam menyelesaikan masalah. Komunikasi
dan kolaborasi juga tak sekedar bekerja dalam kelompok yang kecil dan lokal tapi bisa jadi
dalam skala yang besar dan global. Pembelajaran hendaknya diarahkan kepada melatih
kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan baik.
Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran merupakan faktor pendukung
keberhasilan dalam proses dan hasil pembelajaran. Komunikasi yang diberikan harus
bermakna, mudah dimengerti peserta didik. Komunikasi yang diberikan juga harus dapat
merangsang peserta didik menghubungkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya,
memberikan motivasi belajar.
3. Team Skills (Kemampuan Kelompok)
Kemampuan yang diharapkan berkembang dari peserta didik adalah mereka mampu
bekerjasama dalam kelompok, saling memberi, mengajari dan berbagi atas pemahaman atau
pelajaran yang didapatkan kepada sesama peserta didik.
4. Inter Disciplinary approach (Pendekatan Antar Disiplin Ilmu)
Ilmu pengetahuan saling berhubung satu dengan yang lainnya, hubungannya saling
menguatkan satu sama lain. Dengan pendekatan antar disiplin ilmu dalam pembelajaran dapat
memicu semangat rasa ingin tahu siswa tentang pengetahuan yang baru didapatnya,
bagaimana pengaplikasiannya pada bidang ilmu yang lain.
ENABLING TECHNOLOGIES (TEKNOLOGI YANG MENDUKUNG)
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran abad 21 merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam menunjang aktivitas pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan
dan pemanfaatan teknologi turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian
siswa dalam proses pembelajaran, karena pada dasarnya teknologi mempunyai dua fungsi
utama, yaitu sebagai alat bantu dan sebagai sumber belajar bagi siswa.
7
1. Interdiciplinary Approach (Pendekatan Antar-Disiplin)
Jika dahulu siswa hanya mempelajari sebuah materi atau fenomena dari satu sisi
pandang ilmu, maka konteks pemahaman pembelajaran abad 21 jauh lebih baik dimengerti
melalui pendekatan pengetahuan antar-disiplin.
Dalam penyelenggaraan pendidikan diusahakan agar siswa dapat mengembangkan
pemikiran dan perasaannya sebaik-baiknya sehingga makin mampu menguasai berbagai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di samping diusahakan perkembangan siswa secara individual
juga ditumbuhkan rasa kebersamaan dengan sesama siswa dan masyarakat pada umumnya.
Dalam mempelajari segala macam ilmu pengetahuan ditumbuhkan kesadaran dan pengertian
bahwa semua ilmu pengetahuan ada hubungannya satu sama lain karena semua berasal dari
kehidupan manusia. Kemudian timbul sikap bahwa semua aspek kehidupan adalah penting
dan sebagai manusia yang harus diperhatikan adalah mengerjakan apa saja dengan sebaik-
baiknya.. Manusia dapat dikatakan unggul kalau ia mampu untuk mengerjakan segala hal
yang dihadapinya dengan memberikan hasil sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, penggunaan
teknologi dalam kaitan pendekatan antar-disiplin merupakan hal yang sangat penting yang
dapat memberikan manfaat yang besar dalam proses mengembangkan antar ilmu
pengetahuan.
Dengan kemajuan teknologi, proses menghubungkan seluruh informasi pengetahuan
yang ada dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga menghasilkan siswa dengan
tingkat pemahaman ilmu antar-disiplin yang tinggi.
2. Collaborative Mediums (Media Kolaboratif)
Siswa harus diajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi
dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam
menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi
dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan
bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran
dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi individu yang bertanggung jawab,
sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya.
Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat,
seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Dengan
kemajuan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi. Ruang gerak
sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat tinggalnya, tapi dapat menjangkau
lapisan masyarakat yang ada di berbagai belahan dunia.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berkembang saat ini dimana untuk
memiliki kemampuan mengakses atau memanfaatkannya merupakan salah satu bagian dari
ketrampilan kecakapan abad 21 yang harus dimiliki oleh semua orang terutama bagi siswa
sebagai peserta didik di sekolah. Penggunakan teknologi informasi dan komunikasi dapat
membantu dalam mengembangkan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai kecakapan
abad 21 dalam kemampuan komunikasi dan kolaborasi antar siswa.
Banyak media kolaboratif yang dapat digunakan siswa dalam proses pembelajaran.
Sebagai contoh adalah penggunaan social media (media sosial) dan akun email yang dapat
diakses dengan teknologi internet. Dengan adanya media sosial, siswa dapat saling bertukar
8
pikiran, berkolaborasi, dan berdiskusi kapanpun dan dimanapun. Sehingga proses kolaboratif
menjadi tak terbatas.
Salah satu faktor keberhasilan proses komunikasi dan kolaborasi adalah penggunaan
media. Peluang ini ditangkap dan dilihat oleh para ahli untuk mengembangkan bentuk-bentuk
e-media, yang bertujuan untuk memberi alternatif model pendidikan yang tidak terikat oleh
tempat dan waktu. e-Media merupakan media yang berbasikan pada peralatan elektronik. e-
Media berkembang sangat variatif, seiring dengan perkembangan media- media elektronik,
seperti e-media konvensional berupa kaset rekaman pengajaran dan program TV pendidikan,
e-media berbasis komputer terdiri dari CD, CD MP3, VDC dan DVD, serta e-media berbasis
internet seperti e-news, e-Journal, e-Book, e-Consultant, Chatting, Newsgroup dan lain
sebagainya.
3. Digital Tools (Alat-Alat Digital)
Penggunaan alat-alat digital dalam pembelajaran abad 21 merupakan media yang
sangat menunjang aktivitas pembelajaran. Literasi teknologi informasi dan komunikasi
adalah suatu kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk
mencapai kecakapan berpikir dan belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh
guru adalah kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan
teknologi komputer untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan
masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli atau orang
lain yang memiliki minat yang sama.
Komputer mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mencakup tutor dan tools dalam implementasi dan
aplikasi bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan IPTEK itu sendiri. Dengan
perkembangan teknologi komputer ini, maka metode pendidikan juga berkembang, sehingga
proses pengajaran berbantuan komputer ini maju terus menuju kesempurnaannya.
Dalam bidang matematika, salah satu penggunaan alat-alat digital adalah kalkulator.
Dalam sebuah penelitian terbaru tentang efek jangka panjang dari penggunaan kalkulator,
Groves dan Stacey (1998) membentuk kesimpulan ini :
1. Siswa tidak akan bergantung pada penggunaan kalkulator
2. Siswa yang belajar matematika menggunakan kalkulator memiliki prestasi dalam
bidang matematika yang lebih tinggi daripada siswa noncalculator.
3. Siswa yang belajar matematika menggunakan kalkulator menunjukkan pemahaman
secara signifikan lebih
4. Siswa yang belajar matematika menggunakan kalkulator berperforma lebih baik
dalam menafsirkan jawaban mereka, terutama dalam hal desimal.
5. Kalkulator dapat membantu memperkenalkan konsep dasar aljabar melalui eksplorasi
yang luas dengan perhitungan numerik (Demana dan Leitzel, 1988).
Dalam sebuah studi dari siswa yang menggunakan kalkulator sambil belajar kalkulus,
Gimmestad (1982) menyimpulkan bahwa :
1. Terkadang siswa mengubah pendekatan solusi mereka karena akses mereka ke
kalkulator.
9
2. Siswa yang menggunakan kalkulator akan lebih efektif dalam mengeksplorasi ide-ide
atau pendekatan solusi dalam konteks masalah.
3. Siswa yang menggunakan kalkulator jauh lebih mungkin untuk memeriksa pekerjaan
mereka dengan menyelidiki ulang langkah penyelesaian.
4. Siswa menggunakan kalkulator mencapai keseluruhan pada tingkat yang sama dengan
siswa tanpa kalkulator.
Teknologi komputasi interaktif meningkatkan baik pengajaran dan pembelajaran
matematika. Manfaat besar terjadi jika kekuatan teknologi ini (1) dapat dikontrol, baik oleh
siswa maupun guru, (2) mudah diakses dengan cara yang memungkinkan eksplorasi siswa,
dan (3) mempromosikan generalisasi siswa (Demana dan Waits, 1990).
Semua teknologi yang mendukung situasi dan kondisi di atas sudah dikembangkan
saat ini. Satu hal yang penting yaitu perkembangan teknologi di abad 21 akan berlangsung
sangat baik mengikuti grafik eksponensial dimana perubahan yang akan berlangsung sangat
luar biasa dan banyak hal yang tidak diduga yang akan terjadi di masa depan.
ASSESSING STUDENT WITH (PENILAIAN SISWA)
Abad 21 dikenal semua orang sebagai abad pengetahuan yang merupakan landasan
utama dari segala aspek kehidupan. Salah satu bentuk yang terdapat didalamnya yaitu bentuk
penilaian siswa. Dimana penilaian terhadap siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu: Clear transparent goals & objectives (tujuan yang jelas dan objektif); self and peer
assessment (diri sendiri dan teman sekelompok); Relevants tasks (mengembangkan soal);
timely and appropriate Feedback ( terus menerus dan memberikan umpan balik).
A. Clear Transparent Goals & Objectives (Tujuan Yang Jelas Dan Objektif)
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian, agar
penilaian yang dilakukan dapat memberi gambaran yang sebenarnya tentang keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip penilaian tersebut adalah
sebagai berikut:
1.) Berorientasi pada pencapaian kemampuan siswa
Penilaian yang dilakukan harus berfungsi untuk mengukur tercapai tidaknya
kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2.) Valid/sahih
Penilaian harus dapat menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat
ukur yang sesuai untuk mengukur kompetensi siswa. Untuk itu diperlukan alat ukur
yang valid(menurut cara yg semestinya; berlaku; sahih) dan reliabel (dapat dipercaya;
andal; mempunyai atau mendatangkan hasil yang sama pada setiap pengukuran yang
benar).
3.) Objektif
Objektivitas penilaian biasanya dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Usahakan
dalam melakukan penilaian menghindari unsur-unsur subjektivitas. Unsur-unsur
subjektivitas itu antara lain: perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya,
bahasa, gender, dan hubungan emosional.
10
4.) Adil (tidak berat sebelah, tidak memihak)
Dalam melakukan penilaian hendaknya berlaku adil terhadap seluruh siswa. Beri
kesempatan kepada siswa agar memperoleh perlakuan yang sama.
5.) Menyeluruh
Penilaian yang dilakukan harus dapat menilai seluruh aspek kemampuan siswa. Aspek
kemampuan siswa tersebut mencakup aspek pengetahuan (kognitif), aspek
keterampilan (psikomotorik), serta aspek nilai dan sikap (afektif).
6.) Terbuka
Maksudnya dalam melakukan penilaian, kriteria dan dasar pengambilan keputusannya
harus jelas dan terbuka bagi semua pihak yang berkepentingan (siswa, guru, sekolah,
orang tua, dan pihak lain yang terkait).
7.) Bermakna
Penilaian hasil belajar oleh guru hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti,
bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak terutama guru, peserta didik,
orangtua dan pihak pihak yang berkepentingan.
8.) Berkesinambungan
Penilaian dilakukan harus terencana, bertahap,teratur, dan terus menerus serta
berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa
sebagai hasil kegiatan belajarnya. Penentuan pencapaian hasil belajar siswa tidak
boleh dilakukan hanya dengan satu tes, tetapi harus berdasarkan informasi dari
berbagai sumber yang diperoleh secara berkesinambungan.
B. Self and Peer Assessment (Penilaian Diri Sendiri Dan Teman Sekelompok)
1. Self Assessment
Penilaian diri merupakan suatu metode penilaian yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengambil tanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri. Mereka diberi
kesempatan untuk menilai pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai dengan pengalaman
yang mereka rasakan.
Reys, Suydam, linguist, & Smith (1998) mengatakan bahwa siswa merupakan penilai
yang baik (the best assessor) terhadap perasaan dan pekerjaan mereka sendiri. Oleh karena
itu, guru dapat memulai proses penilaian diri dengan kesempatan siswa untuk melakukan
validasi pemikiran mereka sendiri atau jawaban-jawaban hasil pekerjaan mereka.
Siswa perlu memeriksa pekerjaan mereka dan memikirkan tentang apa yang terbaik
untuk dilakukan dan area mana mereka perlu dibantu. Untuk memnuntun siswa dalam
memahami proses penilaian diri, guru perlu melengkapi mereka dengan lembaran self-
assessment.
Manfaat Penilaian Diri.
Penilaian diri dapat memberikan beberapa manfaat baik bagi siswa maupun bagi guru
itu sendiri.
Keuntungan bagi siswa yaitu :
1. Siswa menjadi bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri
2. Siswa dapat menetapkan langkah – langkah berikutnya dalam belajar.
3. Siswa merasa aman tentang sesuatu yang tidak benar.
11
4. Meningkatkan harga diri siswa dan menjadi sesuatu yang positif
5. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
6. Siswa menjadi lebih bebas dan termotivasi.
Keuntungan bagi guru yaitu :
1. Ada suatu pergesaran tanggung jawab dari guru ke siswa
2. Pelajaran lebih efisisen jika para siswa termotivasi dan mandiri
3. Umpan balik membantu guru mengidentifikasi kemajuan siswa
4. Guru dapat mengidentifikasi langkah – langkah berikutnya untuk suatu grup/
individu.
5. Terjadi persepsi antara sisawa dan guru, siswa menjelaskan strategimaka guru
mengidentifikasi proses berfikir
6. Pelajaran lebih efisien memboplehkan tantangan lebih besar
Beberapa alat penilaian yang digunakan untuk membantu memulai dan membangun
kepercayaan guru dan siswa dalam penilaian diri dalam kaitan dengan iklim sekolah, yaitu:
1. Interview
Siswa dapat diminta untuk melihat kemajuan mereka untuk memahami sebuah topik
dengan melakukan interview kemudian mendengarkan hasil rekaman interview yang mereka
lakukan untuk melihat kesesuaian antara hal yang diindentifikasi dengan hal yang menjadi
kriteria pembelajaran.
2. Jurnal
Siswa dapat diminta untuk mempelajari jurnal yang sesuai dengan apa yang dipelajari.
Agar aktifitas ini berkualitas maka dilakukan bukan sebagai rutinitas. Siswa dapat termotivasi
untuk menulis kemudian memberikan respons apabila apa yang mereka tulis dengan apa yang
mereka pelajari.
3. Portfolio
Metode ini merupakan informasi penting yang sangat terkenal, hal ini akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan mengenai penilaian relatif
terhadap pekerjaan mereka dan untuk mendorong mereka mengumpulkan hasil capaian
mereka yang dianggap terbaik.
4. Pencatatan/ Rekaman
Hasil dari penilaian dicatat untuk berbagai tujuan. Guru membutuhkannya sebagai
laporan kemajuan siswa kepada orang tua atau pihak lain, atau bisa digunakan untuk
mengevaluasi efektifitas pembelajaran. Pada intinya semua informasi dapat disatukan dan
dicatat dari evaluasi diri dan dari penilaian yang lain.
5. Masalah Waktu
Pendahuluan dan penggunaan penilaian diri adalah salah satu cara yang harus
diketahui siswa tentang apa yang harus diketahui siswa tentang apa yang diharapkan dari
mereka dan seperangkat aturan dalam kelas yang harus mereka pahami. Poster yang
12
dituliskan dengan kalimat-kalimat tanya yang mengandung penilaian diri akan menjadi hal
pertama yang terbaik, dengan berbagai pertanyaan yang diajukan pada diri mereka, misalnya
1. Apa yang sudah aku pelajari?
2. Apa yang menyenangkan dari pekerjaanku?
3. Kesulitan apa yang aku temui?
4. Bagaimana aku bisa mengembangkan ini?
6. Pelaksanaan Masalah
Satu kesulitan yang sering dihadapi guru ketika membuat penilaian diri adalah
membantu siswa mengembangkan pemahaman mereka tentang proses belajar dan peduli
terhadap kemajuan pemahaman mereka. Tanggapan pertama siswa dalam mengevaluasi
pekerjaan mereka biasanya simpel dan umum: “saya menyukai ini”, atau “saya rasa saya
mengerjakan ini dengan baik”.
Strategi Penilaian Diri
Sehubungan dengan penilaian diri siswa dalam kelas agar dapat memberi manfaat
bagi guru maupun siswa, dapat diidentifikasi 4 strategi yang dapat digunakan yaitu :
1. Modeling using exemplars
Strategi ini merupakan suatu teknik yang sangat bermanfaat untuk membangun
ketrampilan penilaian diri siswa. Teknik tersebut meliputi penggunaan suatu contoh bagian
pekerjaan untuk membantu siswa menilai diri mereka sendiri, dan dapat dilakukan dengan
beberapa tahap yang berbeda sepanjang proses pembelajaran, yakni:
a. Menunjukan pada siswa contoh bagian pekerjaan dan membandingkan dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Menggunakan model sebagai petunjuk untuk mengembangkan, memperbaiki, dan
memodifikasi pekerjaan siswa.
c. Menggunakan model sebagai pembanding pekerjaan siswa.
2. Questioning skills
Strategi ini merupakan bagian dari proses untuk mendorong siswa terpikir pada semua
tingkatan berpikir, mulai dari pengetahuan dasar sampai evaluasi dan penilaian secara analisis
3. Grafhic organizers
Strategi ini merupakan salah satu teknik untuk membantu siswa menjadi mahir dan cakap
dalam merefleksikan pekerjaan mereka.
4. Reflection as a process for closing the learning gap
Strategi ini merupakan suatu proses untuk mengatasi kesenjangan belajar. Sedangkan
keterampilan untuk mengatasi kesenjangan belajar memerlukan pemahaman yang jelas
tentang tujuan pembelajaran dan kriteria sukses.
Menurut Paul Black dan Dylan Wiliam (1998), ada hal-hal yang harus dilakukan guru
untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam melakukan penilaian diri. mereka
menganjurkan kepada guru untuk melakukan hal berikut:
a. Membagikan kriteria pada siswa
b. Tujuan belajar yang jelas (hasil belajar/intensi)
13
2. Peer Assessment
Bostock (2010) menyatakan penilaian teman sejawat adalah penilaian oleh siswa
terhadap siswa yang lain, dalam penilaian formatif untuk pemberian balikan dan pemberian
skor. Bostock juga menuliskan menurut McDowell dan Mowl bahwa peer assessment adalah
salah satu bentuk penilaian inovatif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan memberdayakan siswa. Keterlibatan peserta didik bukan hanya dalam
penilaian hasil akhir saja, akan tetapi juga dalam penentuan kriteria dan pemilihan bukti
pretasi atau adanya balikan (Biggs, 1999). Selain itu, Luca (2002) mengatakan bahwa
penilaian teman sejawat merupakan bentuk alternatif penilaian yang melibatkan individu
untuk memutuskan nilai kontribusi masing-masing teman mereka dalam suatu proses atau
pekerjaan.
Salah satu keuntungan dari penilaian teman adalah turut serta membangun personaliti
dan sifat sosial siswa. Siswa sebagai individu akan belajar berkomunikasi dengan teman
mereka dengan cara yang bebas. Penilaian teman sejawat juga dapat melatih siswa untuk
bersikap jujur dalam menilai dan mengembangkan pola berpikir yang mendalam.
C. Relevants tasks (tugas yang relevan)
Tugas yang relevan itu dapat berupa penilaian performansi (Performance
Assessment). Penilaian ini merupakan bentuk penilaian yang membangun respon siswa,
misalnya dalam hal berbicara atau menulis. Respon siswa dapat diperoleh guru dengan
melakukan observasi selama pembelajaran di kelas. Penilaian ini meminta siswa untuk
menyelesaikan tugas yang komplek dalam konteks pengetahuan, pembelajaran terkini, dan
keahlian yang relevan untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan. Siswa dapat
menggunakan bahan-bahan atau menunjukkan hasil aktifitas tangan dalam mengatasi
masalah, contoh: laporan berbicara, menulis, proyek individu maupun grup, pameran, dan
demonstrasi. Karakteristik penilaian perfomansi (diadaptasi dari Aschbacher:1991; Herman,
Aschbacher, dan Winters: 1992 dalam O’malley dan Pierce,1996:5) seperti di bawah ini:
Respon yang dibangun: siswa membangun respon, mengembangkan respon, meminta
bentuk performansi/tampilan atau menciptakan produk
Pemikiran tingkat tinggi: siswa menggunakan pikiran tingkat tinggi untuk
membangun respon ketika membuka dan mengakhiri pertanyaan.
Keotentikan: tugas itu penuh makna, menantang, meminta aktivitas siswa bahwa atau
konteks dunia nyata lain dimana siswa akan menunjukkannya.
Terpadu: tugas merupakan penyatuan dari kemampuan berbahasa.
Proses dan produk: prosedur dan strategi untuk memperoleh respon yang benar atau
untuk mencari solusi atas tugas yang kompleks.
Kedalaman vs keluasan: penilaian perfomansi menyediakan informasi yang
mendalam mengenai kemampuan siswa yang merupakan kebalikan dari tes pilihan
ganda yang cakupannya luas tetapi tidak mendalam.
Penilaian perfomansi biasanya meminta guru memutuskan respon yang ditunjukkan
siswa. Untuk membantu guru membuat keputusan yang akurat dan reliabel, penyekoran
merujuk pada penggunaan rubrik yang nilai numeriknya merupakan kumpulan tingkatan
14
perfomansi, misalnya 1: dasar, 2: pandai, dan 3: mahir. Kriteria masing-masing tingkatan
harus ditetapkan tepat sesuai dengan kemampuan yang akan didemonstrasikan siswa. Salah
satu karakteristik penilaian perfomansi adalah kriteria dibuat umum dan diketahui dalam
tingkatannya. Oleh karena itu, siswa dapat berpartisipasi dalam penempatan dan penggunaan
kriteria penilaian diri terhadap penampilannya sendiri.
D. Timely and Appropriate Feedback ( Terus Menerus Dan Memberikan Umpan Balik)
Penilaian dilakukan harus terencana, bertahap,teratur, dan terus menerus serta
berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa sebagai
hasil kegiatan belajarnya. Penentuan pencapaian hasil belajar siswa tidak boleh dilakukan
hanya dengan satu tes, tetapi harus berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang
diperoleh secara berkesinambungan.
Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses umpan balik
(feedback) di kelas. Guru maupun peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menggunakan
penilaian berbasis kelas sebagai umpan balik. Dari hasil penilaian berbasis kelas guru
maupun peserta didik dapat melakukan saran perbaikan belajar. Melalui umpan balik ini
seluruh pihak yang berkepentingan di sekolah baik kepala sekolah, guru, dan peserta didik
dalam proses pembelajaran akan menjadi lebih efesien dan lebih efektif. Penilaian berbasis
kelas dapat dipandang sebagai alat untuk formatif. Penilaian berbasis kelas bukan hanya
untuk memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan
informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik.
15
BAB III
KESIMPULAN
Berpikir adalah aktifitas mencurahkan daya pikir untuk maksud tertentu. Berpikir
adalah identitas yang memisahkan status kemanusiaan manusia dengan lainnya. Keterampilan
berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking),
kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking)
Menghafal adalah tingkat berfikir paling rendah, selanjutnya adalah keterampilan
dasar, berfikir kritis dan tingkatan yang terakhir adalah berfikir kreatif yang sifatnya orisinil
dan reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan
yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan
efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya
menelorkan hasil akhir yang baru.Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan
berfikir kreatif) yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang harus
dikembangkan dalam pembelajaran matematika.
Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran merupakan faktor pendukung
keberhasilan dalam proses dan hasil pembelajaran. Komunikasi yang diberikan harus
bermakna, mudah dimengerti peserta didik. Komunikasi yang diberikan juga harus dapat
merangsang peserta didik menghubungkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya,
memberikan motivasi belajar.
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran abad 21 merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam menunjang aktivitas pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan
dan pemanfaatan teknologi turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian
siswa dalam proses pembelajaran, karena pada dasarnya teknologi mempunyai dua fungsi
utama, yaitu sebagai alat bantu dan sebagai sumber belajar bagi siswa.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berkembang saat ini dimana untuk
memiliki kemampuan mengakses atau memanfaatkannya merupakan salah satu bagian dari
ketrampilan kecakapan abad 21 yang harus dimiliki oleh semua orang terutama bagi siswa
sebagai peserta didik di sekolah. Penggunakan teknologi informasi dan komunikasi dapat
membantu dalam mengembangkan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai kecakapan
abad 21 dalam kemampuan komunikasi dan kolaborasi antar siswa.
Penilaian dalam pembelajaran dilakukan harus terencana, bertahap, teratur, dan terus
menerus serta berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar
siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya. Penentuan pencapaian hasil belajar siswa tidak boleh
dilakukan hanya dengan satu tes, tetapi harus berdasarkan informasi dari berbagai sumber
yang diperoleh secara berkesinambungan.
Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses umpan balik di
kelas. Guru maupun peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menggunakan penilaian
berbasis kelas sebagai umpan balik. Dari hasil penilaian berbasis kelas guru maupun peserta
didik dapat melakukan saran perbaikan belajar. Melalui umpan balik ini seluruh pihak yang
berkepentingan di sekolah baik kepala sekolah, guru, dan peserta didik dalam proses
pembelajaran akan menjadi lebih efesien dan lebih efektif.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://febrisartika257.wordpress.com/tugas-media/internet-dan-web-desain/artikel-
makalah/higher-order-thinking-skills-hots/
http://cheguzam.blogspot.com/2013/11/hots-higher-order-thinking-skills-
dalam.html#sthash.HDqBWgTH.dpuf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Christina%20Ismaniati,%20M.Pd./P
enggunaan%20Teknologi%20Informasi%20dan%20komunikasi%20dalam%20peningkatan%
20kualitas%20pembelajaran.pd
http://www.p4tkmatematika.org/seminar2013/Makalah-Seminar-Tamim.pdf
http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/penilaian-diri-siswa.html?m
http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/penilaian-diri-siswa.html?m=1
http://study.mdl2.com/mod/forum/discuss.php?d=20
http://www.referensimakalah.com/2013/02/jenis-jenis-assessmentpenilaian.html?m=1