diagnosis sindrom mayer

Upload: tetehthikeu

Post on 04-Jun-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer

    1/10

    1

    Diagnosis Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser menggunakan MRI:

    Peran Pencitraan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi variasi dalam

    perkembangan traktus gential wanita.

    ABSTRAK

    Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH) merupakan spektrum anomali duktus

    Mullerian yang ditandai dengan aplasia kongenital dari uterus dan bagian dua pertiga atas

    vagina, terjadi pada wanita muda bahkan dengan status endokrin yang normal. Ovarium dan

    tuba fallopi masih tetap ada. Sindrom ini merupakan penyebab paling umum amenore

    primer dan mempengaruhi setidaknya 1 dari 4500 wanita. Sindrom MRKH biasanya tidak

    terdeteksi sampai pasien mengalami amenore primer meskipun ciri seksual sekunder masih

    tetap ada, sehingga pencitraan dapat dilakukan secara non invasiv pada kelainan

    perkembangan traktus genital. Kami melaporkan laporan kasus sindrom MRKH pada wanita

    yang berusia 16 tahun yang mengalami amenorhea primer, menekankan pada peranan dan

    keuntungan pencitraan dalam diagnosis banding.

    LAPORAN KASUS

    Wanita yang berusia 16 tahun dirujuk oleh dokter umum dengan dugaan amenore

    primer. Pada rekam medis tercatat awal menstruasi pertama terjadi pada umur 9 tahun dan

    telarke terjadi pada usia 11 tahun. Pasien tidak pernah mengeluh nyeri dan pertumbuhan

    tinggi dan berat badan normal dengan perkembangan ciri seksual sekunder normal (rambut

    pubis dan axilla tumbuh normal dan payudara tumbuh normal). Pemeriksaan vagina ditunda

    karena selaput dara masih utuh. Diagnosis himen perforata belum bisa disingkirkan pada

    tahap ini. Pemeriksaan profil hormon telah diusulkan.

    Hasil pemeriksaan kromosom pasien menunjukkan kariotipe yang normal (46, XX).

    Pemeriksaan USG menunjukkan adanya agenesis uterus dan adanya struktur tubular. Ada

    kesulitan saat memvisualisasikan ovarium. Oleh karena itu pemeriksaan MRI pelvis

    dilakukan untuk mengintegrasikan temuan-temuan yang telah ditemukan.

  • 8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer

    2/10

    2

    Hasil pemeriksaan MRI mengkonfirmasi bahwa uterus dan serviks tidak ada,

    disertai dengan agenesis sepertiga atas vagina (gambar 1). Morfologi dan ukuran ovarium

    sesuai dengan usia pasien (3,6 ml), dengan kista berisi cairan dengan ukuran milimeter

    (gambar 2), namun lokasi ovarium lebih tinggi dibandingkan dengan posisi rata-rata.

    Menariknya, ligamen utero-ovarii dan broad ligament (ligamen latum) tidak

    ditemukan. Temuan ini sama dengan sindrom MRKH. Integrasi diagnosis menggunakan USG

    abdomen menyingkirkan aplasia duktus mulerian, agenesis renal unilateral, dan anomali

    cervico-thoracal somite (MURCS). Ekokardiagram menunjukkan gambaran jantung yang

    normal secara fungsi dan tanpa kelainan morfologi.

    USG thyroid tidak menemukan abnormalitas.

    Seorang dokter bedah yang ahli bedah rekonstruksi dan seorang psikolog

    dilibatkan dan saat ini tidak ada rencana pembedahan untuk pasien. Temuan dan implikasi

    yang bekaitan dengan fertilitas dan kehamilan telah dijelaskan pada pasien.

    Penatalaksanaan multidisiplin telah direncanakan.

    Vaginoplasti dilakukan setelah penatalaksanaan non operatif dilakukan.

    DISKUSI

    Amenore primer berkontribusi sekitar 5% dari sekian wanita yang mengalami

    amenore dan umumnya didiagnosis pada wanita dengan perkembangan pubertas pada usia

    16 tahun atau 14 tahun pada wanita tanpa tanda-tanda pubertas. Diagnosis ditegakkan

    melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang fokus pada perkembangan pubertas dan

    mengikuti alogaritma diagnostik. Kemungkinan kondisi pada pasien ini disebabkan oleh

    sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH). Walupun sindrome MRKH merupakan

    sindrom yang jarang dengan insiden 1:4000, dan merupakan penyebab ke dua paling sering

    dari amenore primer. Diagnosis biasanya dibuat saat puber, dengan perkembanagan adanya

    ciri seksual sekunder tanpa disertai menarke dan diagnosis berdasarkan ekslusi genetik

    negatif dan tes endokrin.

    Sindrom MRKH merupakan sebuah malformasi yang kompleks yang terdiri dari

    atresia vagina dengan kelainan duktus mullerian lainnya, misalnya uterus rudimenter.

  • 8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer

    3/10

    3

    Sindrom ini pertama kali dijelaskan oleh Mayer pada tahun 1829 oleh Mayer, yang

    mendemonstrasikan duplikasi vagina parsial dan total pada bayi baru lahir sebagai suatu

    kelainan di antara banyak kelainan teramasuk bibir sumbing, kelainan jantung dan urologi.

    Pada tahun 1838, Rokitansky melakukan otopsi pada 19 mayat dewasa dan menemukan

    adanya utero-vaginal agenesis termasuk tiga agenesis renal. Pada tahun 1961, Hauser dan

    Schreiner menekankan pada pentingnya membedakan sindrom ini dengan feminisasi

    testikular, keduanya memeiiki gambaran defek perkembangan vagina.

    Ovarium normal berada di tempat yang tinggi di dalam pelvis, karena itu tidak

    dapat dicapai melalui pemeriksaan rektal, sindroma ini termasuk kelainan perkembangan

    yang bergantung pada derajat agenesis Mullerian. Kelainan duktus mullerian termasuk

    atresia dua pertiga atas dari vagina dan uterin, dari mulai tidak terbentuknya uterus total

    atau sebagian sampai uterus ganda atau satu uterus tanpa adanya introitus dan kelainan

    ginjal. Kelainan ini mungkin bisa terjadi pada pasien dengan kelainan kloaka atau pada anak

    dengan genitalia eksternal yang normal.

    Etiologinya masih belum diketahui, walaupun ada beberapa kasus yang

    berhubungan dengan keluarga.

    Perkembangan sistem urin dan genitalia secara embriologi berhubungan. Duktus-

    duktus Mullerian menyatu, menjadi uterus, cervix, dan dua pertiga atas vagina. Tuba fallopi

    berkembang dari ujug-ujung sistem Mullerian yang tidak menyatu.

    Pada pasien dengan sindro MRKH, kegagalan perkembangan mengakibatkan

    abnormalitas seperti yang dijelaskan di atas, tetapi yang paling sering adalah atresia vagina

    dan agenesis uterus dan cervix. Karena sepertiga bawah vagina berasal dari sel ektodermal,

    akan berkembang dan membentuk kantong yang pendek atau sebuah cekungan di

    perineum. Genitalia eksterna berkembang secara normal. Perkembangan dan fungsi

    ovarium masih dipertahankan, karena organ-organ ini muncul dari mesoderm primitif dan

    bermigrasi ke panggul seiring dengan tumbuhnya janin tumbuh.

    Sindrom MRKH tipe II dihuungkan dengan 40% kasus dengan abnormalitas ginjal

    (15% dari wanita akan terlahir hanya dengan satu ginjal), 10% akan mempunyai masalah

    pendengaran, dan 10-12% akan mempunyai kelainan tulang.

  • 8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer

    4/10

    4

    Pada tahun 1979, Duncan meninjau 30 kasus dan mengusulkan bahwa adanya tiga

    kelainan sistem yang bersamaan disebut sebagai Asosiasi MURC. Empat malformasi yang

    paing banyak yang berhubungan dengan Asosiasi MURC adalah 1) hipoplasia atau

    hipoplasia uterine 2) aplasia renal agenesis atau ektopik 3) kelainan certebral dan 4) tinggi

    saat sewasa kurang dari 152 cm.

    Strubble dan kawan-kawan mengusulkan dua kelompok yang terpisah untuk

    sindrom ini yaitu, kelompok tipikal yang mengikutsertakan mereka yang mempunyai yang

    hanya mempunyai bentuk dari agenesis kongenital vagina dan uterus saja dan kelompok

    atipikal yang mengikutsertakan mereka yang mempunyai ciri khas yang agenesis vagina dan

    uterus ditambah kelainan renal. Istilah sindrom GRES (Genital, Renal, Ear, Skletal) diusulkan

    untuk menggantikan kelompok atipikal.

    Pittock dan kawan-kawan menjelaskan kelainan jantung, suatu kelainan yang

    belum dijelaskan sebelumnya, teradi pada 16% pasiennya yang menunjukkan bahwa adanya

    anomali yang lain (seperti kelainan jantung) yang mungkin menyertai.

    Displasia urogentital merupakan bagian dari diagnosis banding dari sindrom

    MRKH. Kelainan agenesis renal unilateral atau bilateral berhubungan dengan penurunan

    secara autosomal. Kelainan anomali termasuk uterus unikornu atau bikornu, uterus ganda,

    atau kelainan vagina seperti septum vagina.

    MRKH telah dilaporkan berhubungan dengan kelainan tulang belakang, kelainan

    tulang rusuk, hipoplastik radii, kelainan tulang karpal, dan hipoplasti phalang. Satu-satunya

    kelainan ektremitas bawah yang pernah dilaporkan adalah hipoplasia femour bilateral.

    Pada alur kerja diagnostik, penilaian hormon sex harus lihat sebagai komponen

    dasar karena fungsi ovarium masih dipertahankan dengan kadar hormon yang masih

    normal. Analisis kromosom harus dilakukan untuk membedakan sindrom MRKH dengan

    sindrom lainnya yang memiliki gejala primer amenore dan merupakan sebuah alat untuk

    diagnosis berdasarkan ekslusi (dengan menyingkirkan diagnosis banding). Laparoskopi

    merupakan standar baku emas untuk diagnosis agenesis Mullerian.

    Diagnosis banding aplasia Mullerian adalah pasien yang mengalami amenore

    dengan tanda-tanda seksual sekunder yang normal. Pertama yang harus dipikirkan adalah

  • 8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer

    5/10

    5

    menyingkirkan adanya disgenesis gonad. Diagnosis banding lainnya adalah aplasis atau

    agenesis uterus dan vagina, atresia vagina saja, sindrom insensitivitas androgen (AIS) dan

    MMTV tipe tak bersayap, kelainan anggota 4 (WNT4) (lihat tabel diagnosis banding). Septum

    transversa vagina dan himen imperforata, yang mungkin awalnya menyebabkan kekeliruan,

    tidak dimasukkan dalam diagnosis banding. Namun, pasien dengan himen imperforata

    mempunyai cervix dan uterus yang normal , keduanya dapat dipalpasi pada saat

    pemeriksaan rektal.

    AIS dulunya dikenal sebagai feminisasi testis, merupakan kondisi yang

    berhubungan dengan tautan kromosom X (X-linked) resesif, yang menyebabkan kegagalan

    maskulinisasi organ genital eksterna pada individu yang memiliki kromosom laki-laki.

    Kegagalan ini bisa disebabkan oleh sindrom insensitivitas androgen total (CAIS) atau

    sindrom insensitivitas androgen pasrial (PAIS), tergantung jumlah reseptor yang tersisa yang

    berfungsi. Baik individu dengan PAIS atau CAIS mempunyai kariotipe 46,XY. Individu dengan

    CAIS mempunyai genitalia eksterna wanita dengan labia, klitoris, dan introitus vagina yag

    normal. Fenotipe individu dengan PAIS bervariasi dari (klitorimegali tanpa kelainan ekternal

    lainnya) sampai (hipospadia dan atau ukuran penis yang sangat kecil).

    Pada keuda kasus, individu yang terkena mempunyai testis yang normal dengan

    produksi testosteron yang normal dan konversi ke dihidrotestosterone yang normal, yang

    membedakan penyekit ini dengan defisiensi 5-alpha reduktase. Karena testis memproduksi

    Mullerian inhibiting factor (MIF) yang nromal, individu yang terkena tidak mempunyai tuba

    fallopin , uterus, atau vagina proksimal.

    Etiologi dasar dari insensitivitas androgen adalah mutasi pada gen reseptor

    androgen. Hilangnya fungsi reseptor androgen artinya bahwa meskipun sintesis dan kadar

    androgen normal, kejadian post reseptor yang memediasi efek hormon pada jaringan lah

    yang tidak terjadi. Hal ini mennagakibatkan fenotipe kelainan perkembangan genitalia

    eksterna, tidak adanya rambut pubis atau rambut axilla, tidak adanya jerawat, dan tidak

    adanya perubahan suara pada saat puber. Semua pasien dengan sindrom insensitivitas

    androgen memiliki kromosom dan gonad laki-laki. Kebanyakan kasus AIS terdeteksi saat

    bayi dengan adanya masa di inguinal, yang kemudian dikenali sebagai testis saat operasi.

    Pada beberapa pasien pertamakali teridentifikasi pada saat remaja untuk evaluasi amenore.

  • 8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer

    6/10

    6

    Kebanyakan pasien tersebut mempunyai riwayat hernia atau adanya gonad pada kanalis

    inguinalnya yang kemudian dikembalikan ke abdomen.

    Kalinan WNT4 merupakan kondisi yang bercirikan mutasi pada gen WNT4 yang

    menyebakan kelainan perkembangan diferensiasi seksual.

    Kondisi ini mirip tapi berbeda dengan sindrom MRKH (lihat bagian etiologi),noleh

    karena itu menyebabkan kebingungan. Bukti adanya hiperandrogenisme pada wanita yang

    mempunyai gejala fenotipe normal wanita seharusnya membuat klinisi WNT4 sebagai

    penyebab.

    USG transabdominal merupakan metode yang sederhana dan noninvasif, dan

    harus menjadi modalitas utama dalam mengevaluasi pasien dengan dugaan aplasia

    Mullerian. Tehnik ini menyingkap tidak adanya struktur uterus di antara kandung kemih dan

    rektum. Namun, struktur quadrangular retrovesika mungkin salah dikenalai sebagai uterus

    yang hipoplasti atau juvenile uterus: hal ini disebabkan lamina vestigial yang berada

    dibawah lipatan peritoneum, menempatkan diri secara transversal ke sisi posterior kandung

    kemih, di mana ligamen utero-sakral melekat. Karena lamina vestigial tidak menunjukkan

    adanya kavitas, tidak ada bukti adanya garis hiperekoik, yang secara normal ada pada

    membran mukosa uterus. Akhirnya, malformasi sebenarnya secara sistematis harus

    dievaluasi selama USG.

    Namun, USG merupakan tehnik yang bergantung pada keahlian dan pengalaman

    operator yang bisa saja gagal dalam mengenali struktur anatomis pelvis. MRI dapat

    mengevaluasi kelainan utero-vaginal secara akurat karena pencitraan multi-planar

    menyebabkan visualisasi terbaik dari struktur yang diperiksa.

    MRI merupakan teknik non invasiv yang lebih sensitif dan spesifik dalam

    mendiagnosis dibandingkan dengan USG. MRI semakin menjadi alat diagnostik yang penting

    di samping laparoskopi dalam menentukan karakteristik anatomi yang tepat dari sindrom

    MRKH.

    MRI harus dilakukan jika temuan pada USG tidak dapat disimpulkan atau tidak

    lengkap. MRI memungkinkan visualisasi detil dari anaomi pelvis dan morfologi organ genital

    interna dan memungkinkan evaluasi akurat adanya aplasia uterus, juga visualisasi kornu

  • 8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer

    7/10

    7

    rudimenter dan ovarium. Penentuan panjang segmen yang agenesis dan demonstrasi lokasi

    ektopik gonad juga bisa dilakukan dengan MRI.

    Aplasia uterus paling baik ditampilkan pada potongan sagital, sedangkan aplasia

    vagina paling baik dilihat pada tampilan transversa. Selain itu, MRI dapat digunakan pada

    saat yang sama mencari adanya malformasi renal dan skletal. Operasi sebelumnya membuat

    susah untuk melakukan interpretasi, oleh karena itu, jika memungkinkan, MRI seharusnya

    dilakukan sebelum operasi.

    Konsekuensinya, MRI memfasilitasi pendekatan operasi, misal rekonstruksi

    vagina. Membedakan sindrom MRKH dengan kelainan Mullerian yang lainnya dan lebih

    spesifik lagi malformasi traktus genital distal yang memerlukan strategi pembedahantertentu, tetpai juga perbedaan potensi reproduksi dan dampak psikologis.

    POINT PEMBELAJARAN

    Sindrom MRKH merupakan salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan amenore

    primer dan demonstrasi morfologi vagina, cervix, dan uterus dengan MRI memberikan

    kontribusi yang signifikan untuk rencana pengobatan dan managemen pasien. Studi

    sonografi sangat berguna untuk mengevaluasi traktus genitourinaria untuk mendiagnosis

    adanya kelainan renal. MRI lebih tepat dibandingkan dengan sonografi dan kurang invasiv

    dan mahal dibandingkan dengan laparoskopi, yang memberi kontribusi yang signifikan

    untuk rencana tatalaksana dan managemen pasien. Meskipun kondisi ini mempunyai

    dampak psikologis yang sangat membuat pennderita terpuruk, kelainan anatomi bisa

    ditangani dengan pembedahan sehingga memungkinkan fungsi sexual dan reproduksi yang

    normal. Oleh karena itu evaluasi yang tepat dan managemen yang tepat pada pasien ini

    merupakan suatu kewajiban keharusan.

    Penjelasan Gambar

    Gambar 1 (atas): 16 gadis 16 tahun dengan sindrom MRKH. USG transabdominal Axial scan

    menunjukkan sepertiga inferior dari vagina yang tak berlubang (anak panah putih). Gambartersebut mengkonfirmasi bahwa tidak ada uterus dengan interposisi dengan usus besar.

  • 8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer

    8/10

    8

    Gambar 2 (kanan): gadis 16 tahun tanpa adanya servix dan uterus pada sindrom MRKH. MRI

    setinggi T2 (a), corobal (b), dan sagital (c). Scan ini mendemosntrasikan tidak adanya uterus

    dan servix, dengan agenesis dua pertiga atas vagina. Kandung kemih (yang dilingkari dengan

    warna oranye), uretra (warna kuning) bagian bawah vagina (warna merah muda)dan rektum

    (warna hijau).

    Gambar 3: wanita 16 tahun dengan sindrom MRKH. MRI yang difokuskan setinggi T2

    menunjukkan ovarium kiri (anak panah putih) dan kanan (anak panah hitam) dengan ukuran

    dan morfologi yang normal tetapi berlokasi di tempat yang lebih tinggi dari lokasi rata-rata.

    Tidak adan ligamen utero-ovaria dan ligamentum latum.

    Tabel 1: ringkasan sindrom MRKH

    Etiologi Penyebab sindrom MRKH tidak diketahui.

    Beberapa gen telah diuji untuk

    mempelajari kemungkinan etiologi dari

    sindrom ini adalah genetik, tetapi tidak ada

    faktor tunggal yang berhasil diidentifikasi

    sebagai penyebab sindrom ini.

    Insiden Sekitar 1:4500 kelahiran bayi perempuan

    Rasio jenis kelamin Sindrome hanya terjadi pada wanita

    Predileksi usia Malformasi kongenital. Biasanya

    takterdeteksi sampai pasien mengeluh

    amenore walaupun ditandai dengan tanda-

    tanda seksual sekunder

    Faktor resiko Masih belum diketahui.

    Pengobatan Setelah pengobatan non-opreasi dengan

    dilator, dilakukan operasi rekonsttruksi

    pada pasien. Managemen juga

    mengikutsertakan evaluasi yang

  • 8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer

    9/10

    9

    berhubungan dengan kelainan dan

    dukungan psikologis

    Prognosis Operasi memungkinkan pasien mempunyai

    fungsi seksual dan reproduksi yang normal,

    Temuan pencitraan USG Pelvis

    Agenesis dari uterus atau rudimenter

    uterus dengan adanya struktur yang

    tubuler. Ovarium secara morfologis dan

    ukuran normal.

    MRI

    Axial plane: adanya kandung kemih dan

    rektum tanpa interposisi uterus. Morfologi

    ovarium dan kuran ovarium normal.

    Potongan sagital: tidak terligat adanya

    uterus dan hanya vagina bagian bawah saja

    yang terlihat.

    Potongan koronal: uterus dan cervix tidak

    ada dan agenesis dua pertiga atas vagina

    Tabel 2. Diagnosis banding sindrom MRKH

    MRKH/MURCS Vaginal

    atresia saja

    Insensitivias

    androgen

    Kelainan

    WNT4

    Vagina bagian atas Tidak ada Bervariasi Tidak ada Tidak ada

    Uterus Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada

    Gonad Ovarium Ovarium testis Maskulinisasi

    Hiperandrogenisme Tidak tidak tidak Ya

    Perkembangan

    payudara

    Nomal Nomal Nomal Nomal

    Kariotipe 46, XX 46, XX 46, XY 46, XX

    Perkembangan Normal Nomal Nomal Nomal

  • 8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer

    10/10

    10

    rambut pubis