diagnosis sindrom mayer
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer
1/10
1
Diagnosis Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser menggunakan MRI:
Peran Pencitraan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi variasi dalam
perkembangan traktus gential wanita.
ABSTRAK
Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH) merupakan spektrum anomali duktus
Mullerian yang ditandai dengan aplasia kongenital dari uterus dan bagian dua pertiga atas
vagina, terjadi pada wanita muda bahkan dengan status endokrin yang normal. Ovarium dan
tuba fallopi masih tetap ada. Sindrom ini merupakan penyebab paling umum amenore
primer dan mempengaruhi setidaknya 1 dari 4500 wanita. Sindrom MRKH biasanya tidak
terdeteksi sampai pasien mengalami amenore primer meskipun ciri seksual sekunder masih
tetap ada, sehingga pencitraan dapat dilakukan secara non invasiv pada kelainan
perkembangan traktus genital. Kami melaporkan laporan kasus sindrom MRKH pada wanita
yang berusia 16 tahun yang mengalami amenorhea primer, menekankan pada peranan dan
keuntungan pencitraan dalam diagnosis banding.
LAPORAN KASUS
Wanita yang berusia 16 tahun dirujuk oleh dokter umum dengan dugaan amenore
primer. Pada rekam medis tercatat awal menstruasi pertama terjadi pada umur 9 tahun dan
telarke terjadi pada usia 11 tahun. Pasien tidak pernah mengeluh nyeri dan pertumbuhan
tinggi dan berat badan normal dengan perkembangan ciri seksual sekunder normal (rambut
pubis dan axilla tumbuh normal dan payudara tumbuh normal). Pemeriksaan vagina ditunda
karena selaput dara masih utuh. Diagnosis himen perforata belum bisa disingkirkan pada
tahap ini. Pemeriksaan profil hormon telah diusulkan.
Hasil pemeriksaan kromosom pasien menunjukkan kariotipe yang normal (46, XX).
Pemeriksaan USG menunjukkan adanya agenesis uterus dan adanya struktur tubular. Ada
kesulitan saat memvisualisasikan ovarium. Oleh karena itu pemeriksaan MRI pelvis
dilakukan untuk mengintegrasikan temuan-temuan yang telah ditemukan.
-
8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer
2/10
2
Hasil pemeriksaan MRI mengkonfirmasi bahwa uterus dan serviks tidak ada,
disertai dengan agenesis sepertiga atas vagina (gambar 1). Morfologi dan ukuran ovarium
sesuai dengan usia pasien (3,6 ml), dengan kista berisi cairan dengan ukuran milimeter
(gambar 2), namun lokasi ovarium lebih tinggi dibandingkan dengan posisi rata-rata.
Menariknya, ligamen utero-ovarii dan broad ligament (ligamen latum) tidak
ditemukan. Temuan ini sama dengan sindrom MRKH. Integrasi diagnosis menggunakan USG
abdomen menyingkirkan aplasia duktus mulerian, agenesis renal unilateral, dan anomali
cervico-thoracal somite (MURCS). Ekokardiagram menunjukkan gambaran jantung yang
normal secara fungsi dan tanpa kelainan morfologi.
USG thyroid tidak menemukan abnormalitas.
Seorang dokter bedah yang ahli bedah rekonstruksi dan seorang psikolog
dilibatkan dan saat ini tidak ada rencana pembedahan untuk pasien. Temuan dan implikasi
yang bekaitan dengan fertilitas dan kehamilan telah dijelaskan pada pasien.
Penatalaksanaan multidisiplin telah direncanakan.
Vaginoplasti dilakukan setelah penatalaksanaan non operatif dilakukan.
DISKUSI
Amenore primer berkontribusi sekitar 5% dari sekian wanita yang mengalami
amenore dan umumnya didiagnosis pada wanita dengan perkembangan pubertas pada usia
16 tahun atau 14 tahun pada wanita tanpa tanda-tanda pubertas. Diagnosis ditegakkan
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang fokus pada perkembangan pubertas dan
mengikuti alogaritma diagnostik. Kemungkinan kondisi pada pasien ini disebabkan oleh
sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH). Walupun sindrome MRKH merupakan
sindrom yang jarang dengan insiden 1:4000, dan merupakan penyebab ke dua paling sering
dari amenore primer. Diagnosis biasanya dibuat saat puber, dengan perkembanagan adanya
ciri seksual sekunder tanpa disertai menarke dan diagnosis berdasarkan ekslusi genetik
negatif dan tes endokrin.
Sindrom MRKH merupakan sebuah malformasi yang kompleks yang terdiri dari
atresia vagina dengan kelainan duktus mullerian lainnya, misalnya uterus rudimenter.
-
8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer
3/10
3
Sindrom ini pertama kali dijelaskan oleh Mayer pada tahun 1829 oleh Mayer, yang
mendemonstrasikan duplikasi vagina parsial dan total pada bayi baru lahir sebagai suatu
kelainan di antara banyak kelainan teramasuk bibir sumbing, kelainan jantung dan urologi.
Pada tahun 1838, Rokitansky melakukan otopsi pada 19 mayat dewasa dan menemukan
adanya utero-vaginal agenesis termasuk tiga agenesis renal. Pada tahun 1961, Hauser dan
Schreiner menekankan pada pentingnya membedakan sindrom ini dengan feminisasi
testikular, keduanya memeiiki gambaran defek perkembangan vagina.
Ovarium normal berada di tempat yang tinggi di dalam pelvis, karena itu tidak
dapat dicapai melalui pemeriksaan rektal, sindroma ini termasuk kelainan perkembangan
yang bergantung pada derajat agenesis Mullerian. Kelainan duktus mullerian termasuk
atresia dua pertiga atas dari vagina dan uterin, dari mulai tidak terbentuknya uterus total
atau sebagian sampai uterus ganda atau satu uterus tanpa adanya introitus dan kelainan
ginjal. Kelainan ini mungkin bisa terjadi pada pasien dengan kelainan kloaka atau pada anak
dengan genitalia eksternal yang normal.
Etiologinya masih belum diketahui, walaupun ada beberapa kasus yang
berhubungan dengan keluarga.
Perkembangan sistem urin dan genitalia secara embriologi berhubungan. Duktus-
duktus Mullerian menyatu, menjadi uterus, cervix, dan dua pertiga atas vagina. Tuba fallopi
berkembang dari ujug-ujung sistem Mullerian yang tidak menyatu.
Pada pasien dengan sindro MRKH, kegagalan perkembangan mengakibatkan
abnormalitas seperti yang dijelaskan di atas, tetapi yang paling sering adalah atresia vagina
dan agenesis uterus dan cervix. Karena sepertiga bawah vagina berasal dari sel ektodermal,
akan berkembang dan membentuk kantong yang pendek atau sebuah cekungan di
perineum. Genitalia eksterna berkembang secara normal. Perkembangan dan fungsi
ovarium masih dipertahankan, karena organ-organ ini muncul dari mesoderm primitif dan
bermigrasi ke panggul seiring dengan tumbuhnya janin tumbuh.
Sindrom MRKH tipe II dihuungkan dengan 40% kasus dengan abnormalitas ginjal
(15% dari wanita akan terlahir hanya dengan satu ginjal), 10% akan mempunyai masalah
pendengaran, dan 10-12% akan mempunyai kelainan tulang.
-
8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer
4/10
4
Pada tahun 1979, Duncan meninjau 30 kasus dan mengusulkan bahwa adanya tiga
kelainan sistem yang bersamaan disebut sebagai Asosiasi MURC. Empat malformasi yang
paing banyak yang berhubungan dengan Asosiasi MURC adalah 1) hipoplasia atau
hipoplasia uterine 2) aplasia renal agenesis atau ektopik 3) kelainan certebral dan 4) tinggi
saat sewasa kurang dari 152 cm.
Strubble dan kawan-kawan mengusulkan dua kelompok yang terpisah untuk
sindrom ini yaitu, kelompok tipikal yang mengikutsertakan mereka yang mempunyai yang
hanya mempunyai bentuk dari agenesis kongenital vagina dan uterus saja dan kelompok
atipikal yang mengikutsertakan mereka yang mempunyai ciri khas yang agenesis vagina dan
uterus ditambah kelainan renal. Istilah sindrom GRES (Genital, Renal, Ear, Skletal) diusulkan
untuk menggantikan kelompok atipikal.
Pittock dan kawan-kawan menjelaskan kelainan jantung, suatu kelainan yang
belum dijelaskan sebelumnya, teradi pada 16% pasiennya yang menunjukkan bahwa adanya
anomali yang lain (seperti kelainan jantung) yang mungkin menyertai.
Displasia urogentital merupakan bagian dari diagnosis banding dari sindrom
MRKH. Kelainan agenesis renal unilateral atau bilateral berhubungan dengan penurunan
secara autosomal. Kelainan anomali termasuk uterus unikornu atau bikornu, uterus ganda,
atau kelainan vagina seperti septum vagina.
MRKH telah dilaporkan berhubungan dengan kelainan tulang belakang, kelainan
tulang rusuk, hipoplastik radii, kelainan tulang karpal, dan hipoplasti phalang. Satu-satunya
kelainan ektremitas bawah yang pernah dilaporkan adalah hipoplasia femour bilateral.
Pada alur kerja diagnostik, penilaian hormon sex harus lihat sebagai komponen
dasar karena fungsi ovarium masih dipertahankan dengan kadar hormon yang masih
normal. Analisis kromosom harus dilakukan untuk membedakan sindrom MRKH dengan
sindrom lainnya yang memiliki gejala primer amenore dan merupakan sebuah alat untuk
diagnosis berdasarkan ekslusi (dengan menyingkirkan diagnosis banding). Laparoskopi
merupakan standar baku emas untuk diagnosis agenesis Mullerian.
Diagnosis banding aplasia Mullerian adalah pasien yang mengalami amenore
dengan tanda-tanda seksual sekunder yang normal. Pertama yang harus dipikirkan adalah
-
8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer
5/10
5
menyingkirkan adanya disgenesis gonad. Diagnosis banding lainnya adalah aplasis atau
agenesis uterus dan vagina, atresia vagina saja, sindrom insensitivitas androgen (AIS) dan
MMTV tipe tak bersayap, kelainan anggota 4 (WNT4) (lihat tabel diagnosis banding). Septum
transversa vagina dan himen imperforata, yang mungkin awalnya menyebabkan kekeliruan,
tidak dimasukkan dalam diagnosis banding. Namun, pasien dengan himen imperforata
mempunyai cervix dan uterus yang normal , keduanya dapat dipalpasi pada saat
pemeriksaan rektal.
AIS dulunya dikenal sebagai feminisasi testis, merupakan kondisi yang
berhubungan dengan tautan kromosom X (X-linked) resesif, yang menyebabkan kegagalan
maskulinisasi organ genital eksterna pada individu yang memiliki kromosom laki-laki.
Kegagalan ini bisa disebabkan oleh sindrom insensitivitas androgen total (CAIS) atau
sindrom insensitivitas androgen pasrial (PAIS), tergantung jumlah reseptor yang tersisa yang
berfungsi. Baik individu dengan PAIS atau CAIS mempunyai kariotipe 46,XY. Individu dengan
CAIS mempunyai genitalia eksterna wanita dengan labia, klitoris, dan introitus vagina yag
normal. Fenotipe individu dengan PAIS bervariasi dari (klitorimegali tanpa kelainan ekternal
lainnya) sampai (hipospadia dan atau ukuran penis yang sangat kecil).
Pada keuda kasus, individu yang terkena mempunyai testis yang normal dengan
produksi testosteron yang normal dan konversi ke dihidrotestosterone yang normal, yang
membedakan penyekit ini dengan defisiensi 5-alpha reduktase. Karena testis memproduksi
Mullerian inhibiting factor (MIF) yang nromal, individu yang terkena tidak mempunyai tuba
fallopin , uterus, atau vagina proksimal.
Etiologi dasar dari insensitivitas androgen adalah mutasi pada gen reseptor
androgen. Hilangnya fungsi reseptor androgen artinya bahwa meskipun sintesis dan kadar
androgen normal, kejadian post reseptor yang memediasi efek hormon pada jaringan lah
yang tidak terjadi. Hal ini mennagakibatkan fenotipe kelainan perkembangan genitalia
eksterna, tidak adanya rambut pubis atau rambut axilla, tidak adanya jerawat, dan tidak
adanya perubahan suara pada saat puber. Semua pasien dengan sindrom insensitivitas
androgen memiliki kromosom dan gonad laki-laki. Kebanyakan kasus AIS terdeteksi saat
bayi dengan adanya masa di inguinal, yang kemudian dikenali sebagai testis saat operasi.
Pada beberapa pasien pertamakali teridentifikasi pada saat remaja untuk evaluasi amenore.
-
8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer
6/10
6
Kebanyakan pasien tersebut mempunyai riwayat hernia atau adanya gonad pada kanalis
inguinalnya yang kemudian dikembalikan ke abdomen.
Kalinan WNT4 merupakan kondisi yang bercirikan mutasi pada gen WNT4 yang
menyebakan kelainan perkembangan diferensiasi seksual.
Kondisi ini mirip tapi berbeda dengan sindrom MRKH (lihat bagian etiologi),noleh
karena itu menyebabkan kebingungan. Bukti adanya hiperandrogenisme pada wanita yang
mempunyai gejala fenotipe normal wanita seharusnya membuat klinisi WNT4 sebagai
penyebab.
USG transabdominal merupakan metode yang sederhana dan noninvasif, dan
harus menjadi modalitas utama dalam mengevaluasi pasien dengan dugaan aplasia
Mullerian. Tehnik ini menyingkap tidak adanya struktur uterus di antara kandung kemih dan
rektum. Namun, struktur quadrangular retrovesika mungkin salah dikenalai sebagai uterus
yang hipoplasti atau juvenile uterus: hal ini disebabkan lamina vestigial yang berada
dibawah lipatan peritoneum, menempatkan diri secara transversal ke sisi posterior kandung
kemih, di mana ligamen utero-sakral melekat. Karena lamina vestigial tidak menunjukkan
adanya kavitas, tidak ada bukti adanya garis hiperekoik, yang secara normal ada pada
membran mukosa uterus. Akhirnya, malformasi sebenarnya secara sistematis harus
dievaluasi selama USG.
Namun, USG merupakan tehnik yang bergantung pada keahlian dan pengalaman
operator yang bisa saja gagal dalam mengenali struktur anatomis pelvis. MRI dapat
mengevaluasi kelainan utero-vaginal secara akurat karena pencitraan multi-planar
menyebabkan visualisasi terbaik dari struktur yang diperiksa.
MRI merupakan teknik non invasiv yang lebih sensitif dan spesifik dalam
mendiagnosis dibandingkan dengan USG. MRI semakin menjadi alat diagnostik yang penting
di samping laparoskopi dalam menentukan karakteristik anatomi yang tepat dari sindrom
MRKH.
MRI harus dilakukan jika temuan pada USG tidak dapat disimpulkan atau tidak
lengkap. MRI memungkinkan visualisasi detil dari anaomi pelvis dan morfologi organ genital
interna dan memungkinkan evaluasi akurat adanya aplasia uterus, juga visualisasi kornu
-
8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer
7/10
7
rudimenter dan ovarium. Penentuan panjang segmen yang agenesis dan demonstrasi lokasi
ektopik gonad juga bisa dilakukan dengan MRI.
Aplasia uterus paling baik ditampilkan pada potongan sagital, sedangkan aplasia
vagina paling baik dilihat pada tampilan transversa. Selain itu, MRI dapat digunakan pada
saat yang sama mencari adanya malformasi renal dan skletal. Operasi sebelumnya membuat
susah untuk melakukan interpretasi, oleh karena itu, jika memungkinkan, MRI seharusnya
dilakukan sebelum operasi.
Konsekuensinya, MRI memfasilitasi pendekatan operasi, misal rekonstruksi
vagina. Membedakan sindrom MRKH dengan kelainan Mullerian yang lainnya dan lebih
spesifik lagi malformasi traktus genital distal yang memerlukan strategi pembedahantertentu, tetpai juga perbedaan potensi reproduksi dan dampak psikologis.
POINT PEMBELAJARAN
Sindrom MRKH merupakan salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan amenore
primer dan demonstrasi morfologi vagina, cervix, dan uterus dengan MRI memberikan
kontribusi yang signifikan untuk rencana pengobatan dan managemen pasien. Studi
sonografi sangat berguna untuk mengevaluasi traktus genitourinaria untuk mendiagnosis
adanya kelainan renal. MRI lebih tepat dibandingkan dengan sonografi dan kurang invasiv
dan mahal dibandingkan dengan laparoskopi, yang memberi kontribusi yang signifikan
untuk rencana tatalaksana dan managemen pasien. Meskipun kondisi ini mempunyai
dampak psikologis yang sangat membuat pennderita terpuruk, kelainan anatomi bisa
ditangani dengan pembedahan sehingga memungkinkan fungsi sexual dan reproduksi yang
normal. Oleh karena itu evaluasi yang tepat dan managemen yang tepat pada pasien ini
merupakan suatu kewajiban keharusan.
Penjelasan Gambar
Gambar 1 (atas): 16 gadis 16 tahun dengan sindrom MRKH. USG transabdominal Axial scan
menunjukkan sepertiga inferior dari vagina yang tak berlubang (anak panah putih). Gambartersebut mengkonfirmasi bahwa tidak ada uterus dengan interposisi dengan usus besar.
-
8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer
8/10
8
Gambar 2 (kanan): gadis 16 tahun tanpa adanya servix dan uterus pada sindrom MRKH. MRI
setinggi T2 (a), corobal (b), dan sagital (c). Scan ini mendemosntrasikan tidak adanya uterus
dan servix, dengan agenesis dua pertiga atas vagina. Kandung kemih (yang dilingkari dengan
warna oranye), uretra (warna kuning) bagian bawah vagina (warna merah muda)dan rektum
(warna hijau).
Gambar 3: wanita 16 tahun dengan sindrom MRKH. MRI yang difokuskan setinggi T2
menunjukkan ovarium kiri (anak panah putih) dan kanan (anak panah hitam) dengan ukuran
dan morfologi yang normal tetapi berlokasi di tempat yang lebih tinggi dari lokasi rata-rata.
Tidak adan ligamen utero-ovaria dan ligamentum latum.
Tabel 1: ringkasan sindrom MRKH
Etiologi Penyebab sindrom MRKH tidak diketahui.
Beberapa gen telah diuji untuk
mempelajari kemungkinan etiologi dari
sindrom ini adalah genetik, tetapi tidak ada
faktor tunggal yang berhasil diidentifikasi
sebagai penyebab sindrom ini.
Insiden Sekitar 1:4500 kelahiran bayi perempuan
Rasio jenis kelamin Sindrome hanya terjadi pada wanita
Predileksi usia Malformasi kongenital. Biasanya
takterdeteksi sampai pasien mengeluh
amenore walaupun ditandai dengan tanda-
tanda seksual sekunder
Faktor resiko Masih belum diketahui.
Pengobatan Setelah pengobatan non-opreasi dengan
dilator, dilakukan operasi rekonsttruksi
pada pasien. Managemen juga
mengikutsertakan evaluasi yang
-
8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer
9/10
9
berhubungan dengan kelainan dan
dukungan psikologis
Prognosis Operasi memungkinkan pasien mempunyai
fungsi seksual dan reproduksi yang normal,
Temuan pencitraan USG Pelvis
Agenesis dari uterus atau rudimenter
uterus dengan adanya struktur yang
tubuler. Ovarium secara morfologis dan
ukuran normal.
MRI
Axial plane: adanya kandung kemih dan
rektum tanpa interposisi uterus. Morfologi
ovarium dan kuran ovarium normal.
Potongan sagital: tidak terligat adanya
uterus dan hanya vagina bagian bawah saja
yang terlihat.
Potongan koronal: uterus dan cervix tidak
ada dan agenesis dua pertiga atas vagina
Tabel 2. Diagnosis banding sindrom MRKH
MRKH/MURCS Vaginal
atresia saja
Insensitivias
androgen
Kelainan
WNT4
Vagina bagian atas Tidak ada Bervariasi Tidak ada Tidak ada
Uterus Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada
Gonad Ovarium Ovarium testis Maskulinisasi
Hiperandrogenisme Tidak tidak tidak Ya
Perkembangan
payudara
Nomal Nomal Nomal Nomal
Kariotipe 46, XX 46, XX 46, XY 46, XX
Perkembangan Normal Nomal Nomal Nomal
-
8/13/2019 Diagnosis Sindrom Mayer
10/10
10
rambut pubis