diagnosis mati batang otak

8
Diagnosis mati batang otak 1 1. Identifikasi riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang menyatakan etiologi dari disfungsi otak. Pernyataan mati otak memerlukan idenifikasi penyebab yang paling mungkin dari koma ireversibel. Sebagai contoh penyebab dari koma yang ireversibel adalah cedera kepala berat, stroke hemoragik, stroke non-hemoragik, gagal hati. Evaluasi dari koma ireversibel dapat dilakukan dengan neuro- imaging. 2. Beberapa keadaan yang dapat mempersulit pemeriksaan fungsi batang otak sehingga mati batang otak tidak dapat ditegakkan, yaitu : a. Syok/hipotensi b. Hipotermi (<32 o C) c. Obat-obatan yang mengubah fungsi neurologic, fungsi neuromuscular dan hasil EEG seperti; obat anastesi, neuroparalitik, methaqualone, barbiturate, benzodiazepine, bretylium dosis tinggi, amitryptiline, meprobamate, trichlororthylene, alkohol. d. Ensefalitis batang otak e. Guillain-Barre’ Syndrome f. Ensefalopati yang berkaitan dengan gagal hati, uremia, dan koma hyperosmolar g. Hipofosfatemia berat 3. Pemeriksaan neurologis lengkap : a. Motorik : hilangnya gerak spontan seperti deseberasi atau dekortikasi, kejang, menggigil, respon terhadap

Upload: claranatasya

Post on 19-Jul-2016

146 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

diagnosis mati batang otak

TRANSCRIPT

Page 1: Diagnosis Mati Batang Otak

Diagnosis mati batang otak1

1. Identifikasi riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang menyatakan etiologi dari

disfungsi otak. Pernyataan mati otak memerlukan idenifikasi penyebab yang paling

mungkin dari koma ireversibel. Sebagai contoh penyebab dari koma yang ireversibel

adalah cedera kepala berat, stroke hemoragik, stroke non-hemoragik, gagal hati.

Evaluasi dari koma ireversibel dapat dilakukan dengan neuro-imaging.

2. Beberapa keadaan yang dapat mempersulit pemeriksaan fungsi batang otak sehingga

mati batang otak tidak dapat ditegakkan, yaitu :

a. Syok/hipotensi

b. Hipotermi (<32oC)

c. Obat-obatan yang mengubah fungsi neurologic, fungsi neuromuscular dan

hasil EEG seperti; obat anastesi, neuroparalitik, methaqualone, barbiturate,

benzodiazepine, bretylium dosis tinggi, amitryptiline, meprobamate,

trichlororthylene, alkohol.

d. Ensefalitis batang otak

e. Guillain-Barre’ Syndrome

f. Ensefalopati yang berkaitan dengan gagal hati, uremia, dan koma

hyperosmolar

g. Hipofosfatemia berat

3. Pemeriksaan neurologis lengkap :

a. Motorik : hilangnya gerak spontan seperti deseberasi atau dekortikasi, kejang,

menggigil, respon terhadap suara, dan respon terhadap nyeri. Namun refleks

spinal masih mungkin ada.

b. Pupil : hilangnya refleks cahaya pupil. Pupil mungkin anisokor atau dilatasi.

Beberapa penyebab lain yang dapat mengubah refleks pupil yaitu, trauma

mata, katarak, dopamine dosis tinggi, glutethamide, scopolamine, atropine,

bretilium, atau monoamine oxidase inhibitors.

c. Refleks kornea, oculocephalic, batuk, dan muntah hilang. Refleks kornea

dapat hilang sebagai akibat terganggunya kelemahan wajah.

d. Refleks oculovestibular hilang yang dapat dievaluasi dengan tes kalorik.

Keadaan lain yang dapat mengubah respon dari test kalorik adalah penyakit

labirin, antikolinergik, antikonvulsan, antidepresan trisiklik, atau obat sedative

lain.

Page 2: Diagnosis Mati Batang Otak

e. Hilangnya fungsi nervus dan nucleus vagus yang dievaluasi dengan 1-2mg

atropine IV. Jika nadi tidak meningkat 5detak per menit, hal ini

mengindikasikan fungsi vagus sudah hilang.

f. Resiratory effort menghilang pada keadaan hipercarbia. Tes apnea dapat

dilakukan setelah pemeriksaan refleks batang otak kedua. Pada saat akan

melakukan tes apnea, kondisi pasien harus memenuhi syarat, yaitu :

Suhu tubuh >36,5oC

Euvolemia : keseimbangan cairan dalam waktu 6 jam sebelumnya

Normal PCO2 ≥ 40 mmHg

Normal PO2 ≥ 200 mmHg

4. Tes Apnea :

Alirkan oksigen 6L per menit ke dalam trakea dengan kanul. Caranya :

tempatkan kanul setinggi karina.

Melihat gerakan pernapasan dada atau perut yang menghasilkan valume tidal

yang cukup.

Mengukur gas darah arteri PO2, PCO2, dan ph setelah ± 8 menit dan

sambungkan kanul ke ventilator kembali.

Jika gerakan pernapasan tidak muncul dan PCO2≥ 60 mmHg atau kenaikan

20mmHg dari batas normal PCO2, tes apnea dikatakan positif.

Jika muncul gerakan pernapasan, tes apnea negatif.

Jika dalam pemeriksaan ditemukan :

o Tekanna sistolik menjadi <90 mmHg, atau

o Muncul desaturasi oksigen yang signifikan, atau

o Muncul aritmia jantung

Segera lakukan analisa gas darah

o Jika PCO2 ≥ 60 mmHg atau kenaikan 20mmHg dari batas normal

PCO2, tes apnea dikatakan positif

o Jika PCO2 < 60 mmHg dan kenaikan PCO2 < 20 mmHg dari batas

normal, maka tes dikatakan tidak valid dan dapat dipertimbangkan

untuk melakukan tes untuk konfirmasi lebih lanjut.

o Tes apnea dapat dilakukan setelah melakukan preoksigenasi selama 10

menit dengan FiO2 1L dan mengembalikan PaCO2 menjadi 40mmHg

5. Hasil pemeriksaan neurologis :

Page 3: Diagnosis Mati Batang Otak

a. Pupil tidak berespon terhadap cahaya, ukuran midposition (4mm) sampai

dilatasi (9mm)

b. Gerakan bola mata

o Tidak ada refleks oculocephalic (tes ini dilakukan jika tidak tampak

fraktur atau instabilitas vertebra servikal atau basis kranii intak)

o Tidak ada deviasi mata terhadap test kalorik

c. Respon sensorik dan motorik wajah

o Tidak ada refleks kornea (nervus V dan VII)

o Tidak ada refleks rahang (nervus IX)

o Tidak ada respon ekspresi wajah dari rangsang nyeri (aferen V dan

eferen VII)

d. Refleks faring dan trakea (nervus IX dan X)

o Tidak ada respon setelah stimulasi faring posterior

o Tidak ada refleks batuk

6. Manifestasi klinis yang sering disalahartikan sebagai fungsi batang otak adalah :

Gerakan spontan anggota gerak selain dekortikasi dan deserebrasi

Gerakan yang mirip dengan gerakan pernapasan seperti, mengangkat bahu dan

aduksi, back-arching, ekspansi interkosta tanpa volum tidal yang signifikan)

Berkeringat, kemerahan, takikardi

Tekanan darah normal tanpa obat-obatan atau kenaikan tekanan darah yang tiba-

tiba

Absence of diabetes insipidus

Respon refleks tendon, refleks abdomen, dan triple flexion

Refleks Babinski

7. Tes konfirmasi dilakukan jika kriteria mati otak tidak terpenuhi. Tes yang dapat

dilakukan, yaitu :

Angiografi :

Matinya otak dikonfirmasi dengan didapatkan berhentinya aliran darah ke otak

EEG : hilangnya aktifitas otak minimal 30 menit

Nuclear brain scanning : Hilangnya pengambilan isotope ke dalam parenkim otak

dan atau pembuluh darah (fenomena hollow skull)

Somatosensory evoked potentials (SEP) : hilangnya respon N20-P22 saat

stimulasi nervus median

Page 4: Diagnosis Mati Batang Otak

Transcranial Doppler ultrasonography : munculnya puncak systole kecil pada

awal systole yang tidak diikuti dengan diastole, atau adanya suara aliran berulang

yang mengindikasikan sangat tingginya resistensi pembuluh darah yang

berhubungan dengan meningkatnya tekanan intrakranial. Namun ketebalan tulang

tengkorak sangat mempengaruhi test ini sehingga sinyal yang muncul belum dapat

diinterpretasikan sebagai mati otak secara pasti.

Algoritma mati batang otak2

Page 5: Diagnosis Mati Batang Otak

Daftar ketentuan mati batang otak3

Daftar Pustaka

1. Goila AK, Pawar M. The diagnosis of brain death. Jan-Mar 2009; 13(1): 7-11.

Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2772257/

2. Academy of Medical Royal Colleges. A code of practice for the diagnosis and

confirmation of death. 2008. PPG design and print ltd. Available at

http://www.aomrc.org.uk/doc_view/42-a-code-of-practice-for-the-diagnosis-and-

confirmation-of-death

3. American academy of neurology. Update: determining brain death in adults. 2010; 74:

1911-1918. Available at

https://www.aan.com/Guidelines/Home/GetGuidelineContent/432