diagnosis dismenore

3
Diagnosis dismenore Diagnosis Dismenore primer Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat menstruasi. Perubahan apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan yang sakit dan perubahan pada jumlah dan lama menstruasi. Pada gadis yang mengalami nyeri kram ringan cukup dilakukan pemeriksaan menyeluruh serta pemeriksaan genitalia untuk menyingkirkan kelainan duktus Mülleri obstruktif. Pada pasien yang lebih tua,terutama yang mengalami dismenore berat, sebaliknya dilakukan pemeriksaan pelvis menyeluruh Diagnosis Dismenore sekunder Membutuhkan pemeriksaan ginekologis; perubahan-perubahan seperti itu dapat menandakan sebab dari dismenore sekunder 1. Ultrasonografi : untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam anatomi rahim, misalnya posisi, ukuran, dan luas ruangan dalam rahim 2. Histerosalphingografi : untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam rongga rahim, seperti polypendometrium, myoma submukcosa, atau adenomyosis 3. Histerokopi : untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti polyp atau tumor lain. 4. Laparoskopi : untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis, dan penyakit-penyakit laindalam rongga panggul. Tatalaksana dismenore Farmakologi A. Pemberian obat analgesik Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. B. Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)

Upload: teru-kira

Post on 15-Sep-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

vcv c v

TRANSCRIPT

Diagnosis dismenore

Diagnosis Dismenore primerDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat menstruasi. Perubahan apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan yang sakit dan perubahan pada jumlah dan lama menstruasi.Pada gadis yang mengalami nyeri kram ringan cukup dilakukan pemeriksaan menyeluruh serta pemeriksaan genitalia untuk menyingkirkan kelainan duktus Mlleri obstruktif. Pada pasien yang lebih tua,terutama yang mengalami dismenore berat, sebaliknya dilakukan pemeriksaan pelvis menyeluruh

Diagnosis Dismenore sekunder

Membutuhkan pemeriksaan ginekologis; perubahan-perubahan seperti itu dapat menandakan sebab dari dismenore sekunder1. Ultrasonografi : untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam anatomi rahim, misalnya posisi, ukuran, dan luas ruangan dalam rahim

2. Histerosalphingografi : untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam rongga rahim, seperti polypendometrium, myoma submukcosa, atau adenomyosis

3. Histerokopi : untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti polyp atau tumor lain.

4. Laparoskopi : untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis, dan penyakit-penyakit laindalam rongga panggul.

Tatalaksana dismenore

Farmakologi

A. Pemberian obat analgesik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein.

B. Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)

NSAID menghambat sintesis prostaglandin dan memperbaiki gejala pada 80% kasus. Nasihatkan wanita untuk mengonsumsinya pada saat atau sesaat sebelum awitan nyeri 3 kali/hari pada hari pertama hingga ketiga. ibuprofen 400-600 mg 3 kali/hari naproksen 250 mg 2 kali/hari asam mefenamat 250 mg 4 kali/hari asam meklofenamat 50-100 mg 3 kali/hariMekanisme keempat obat tersebut adalah Menghambat reaksi inflamasi dan nyeri dengan mengurangi aktivitas siklooksigenase, yang mengakibatkan penurunan sintesis prostaglandin.

Pemberian dilakukan 24-72 jam prahaidC. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dan menurunkan produksi prostaglandin karena atrofi endometrium desidual.Nonfarmakologi

A. Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhyul mengenai haid perlu dibicarakan . nasihat-nasihat mengenai makanan sehat istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi. Olahraga dapat mengurangi rasa nyeri oleh karena terkontrolnya emosional seperi suasana hati dan tekanan.B. Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama (teknik relaksasi nafas dalam. Contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan.