diagnosis dan terapi pada pasien tb dengan hiv
DESCRIPTION
diagnosisTRANSCRIPT
Devi Anggraini-11.2011.228Diagnosis dan Terapi pada Pasien TB dengan HIV
Diagnosis dan Terapi pada Pasien TB dengan HIV
AIDSDefinisi AIDS (Acquaired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk family retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.1
Gejala Klinis Sindrom HIV akut :2
Sindrom akut terjadi sete;ah infeksi dalam waktu 3-6minggu. Gejala pada sindrom akut berlangsung 1-2minggu dan mereda spontan seraya respons imun terhadap HIV berkembang dan beban virus menurun dari kadar puncaknya. Selanjutnyq sebagian besar penderita memasuki fase laten klinis.2
Gejala klinis pada sindrom HIV akut :2
1. Demam2. Nyeri menelan3. Pembengkakan kelenjar getah bening4. Diare5. Faringitis
Infeksi AsimtomatikLamanya waktu antara infeksi HIV dengan timbulnya infeksi bervariasi besar, tetapi
median diperkirakan selama 10 tahun pada individu yang tidak di terapi. Penyakit HIV dengan replikasi virus yang aktif biasanya berkembang selama masa asimtomatik ini dan jumlah sel T CD4 menurun.2
Penyakit SimtomatikGejala klinis penyakit HIV dapat berkembang pada setiap saat selama perjalanan infeksi
HIV. Umumnya spectrum kelainan berubah seraya jumlah sel T CD4 menurun. Komplikasi infeksi HIV yang lebih berat dan mengancam jiwa terjadi pada penderita dengan jumlah sel T CD4 <200/µL. HIV berubah menetap seraya penderita mampu hidup lebih ;ama dan pendekatan terapi dan profilaksis opurtunistik yang baru dan yang lebih baik dapat dikembangkan. Sindrom klinis yang utama ditemukan pada infeksi HIV stadium simtomatik adalah :2
1. Limfadenopati generalisata yang menetap Adenopati yang teraba pada dua tempat ekstrainguinal atau lebih yang menetap
selama > 3 bulan tanpa penjelasan selain infeksi HIV.
Stase Penyakit Dalam periode 23 Juli-29 September 2012RS.Efarina Etaham, Purwakarta
Devi Anggraini-11.2011.228Diagnosis dan Terapi pada Pasien TB dengan HIV
2. Gejala konstitusional Demam yang mentap selama >1 bulan, penurunan berat badan involunter >10%,
dan diare >1bulan tanpa ada penyebab yang dapat dijelaskan.3. Kelainan neurologis
Meningtis, mielopati.4. Penyakit infeksiosa sekunder
M.tuberculosis, esofagitis
Pemeriksaan HIVProsedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV sesuai dengan panduan Nasional yang
berlaku pada saat ini, yaitu dengan menggunakan 3 strategi dan selalu di dahului dengan konseling pra tes. Untuk pemeriksaan pertama (A1) biasanya dogunakan tes cepat dengan sensitifitas yang cukup tinggi, sedang untuk pemeriksaan selanjutnya (A2 dan A3) digunakan tes kit dengan spesitifitas yang lebih tinggi. Antibody biasanya baru dapat terdeteksi sejak 2 minggu hingga 3 bulan setelah terinfeksi HIV (97%). Masa tersebut disebut masa jendela. Oleh karenanya bila hasil tes HIV negatif yang dilakukan dalam masa 3 bulan setelah kemungkinan terinfeksi, perlu dilakukan tes ulang terlebih bila masih terus terdapat perilaku yang berisiko seperti para penjaja sex, pemakaian alat suntik bersamaan diantara pengguna napza suntikan.3
Hubungan TB dengan HIVMenurut WHO infeksi HIV akan terbukti merupakan faktor yang mempermudah
terjadinya proses “sakit” pada orang yang telah terinfeksi TB, meningkatkan resiko Tb Latent
Stase Penyakit Dalam periode 23 Juli-29 September 2012RS.Efarina Etaham, Purwakarta
Devi Anggraini-11.2011.228Diagnosis dan Terapi pada Pasien TB dengan HIV
menjadi TB aktif. TB diketahui sebagai infeksi opurtunistik yang paling sering doderita oleh orang dengan seropositif HIV. Apabila seseorang dengan seropositif HIV tertular kuman TB maka karena kekebalannya rendah, besar sekali kemungkinan akan langsung menderita TB.4
Diagnosis TB dengan HIVGambaran klinis pasien TB dengan HIV/AIDS tergantung dari derajat berat ringannya.
Pada saat awal ketika imunitas masih baik gejala TB tidak banyak berbeda dengan pasien TB tanpa HIV. Misalnya terdapat keluhan batuk-batuk, demam terutama sore hari, keringat malam, nafsu makan berkurang, berat badan turun dan batuk darah. Bila proses telah berlanjut dengan imuniti sangat rendah maka gambaran klinik menjadi tidak khas lagi. Dengan demikian sangat penting mengetahui riwayat penyakit, serta kemungkinan ada tidaknya faktor resiko.4
Gejala klinik mengarah dan atau curiga pada TB-HIV, bila dijumpai proses perburukan klinis yang berlangsung sangat cepat. Misalnya keadaan umum menurun drastis, demam tinggi, dan atau timbulnya sesak nafas yang bukan oleh karena bronkospasme yang ditandai bunyi wheezing. Bila HIV/AIDS sudah lanjut tentu saja disertai tanda tanda klinis HIV/AIDS yang jelas. TB pada HIV sering bermanifestasi klinis sebagai proses TB ekstra paru misalnya imfadenitis, efusi pleura, efusi pericard atau TB milier.4
Pemeriksaan sputum BTA tetap merupakan pemeriksaan paling penting dalam penegakan diagnosis TB. Jumlah kuman yang terkandung dalam sputum lebih sedikit sehingg pada pemeriksaan mikroskopik per satuan lapang pandang juga lebih sedikit. Bila ada bahan lain selain sputum yang bisa diperiksa, sebaiknya dikirim untuk pemeriksaan BTA, misalnya feces, cairan pleura, LCS atau pus hasil aspirasi. Bila memungkinkan dilakukan juga pemeriksaan biakan atau kultur-resistensi.4
Pemeriksaan radiologis untuk menegakkan diagnosis penting sebagai pemeriksaan penunjang. Terutama bila pemeriksaan sputum BTA 3x negatif, dan pemberian antibiotik sprektum luas tidak memberikan respon. Gambaran radiologis juga tergantung dari berat ringannya HIV. Pada tahap awal atau early HIV ketika CD-4 masih normal, gambaran radiologis masih tipikal, seperti infiltrate, fibrosis kaviti dan kalsifikasi dengan lokasi yang masih di apeks. Bila imunitas sudah menurun atau pada late HIV gambaran radiologis bisa berubah menjadi atipikal dengan bayangan infiltrate di inferior, atau berupa pembesaran kelenjar hilus. Manifestasi yang sering dijumpai berupa TB ekstra paru seperti efusi pleura, efusi perikard atau gabaran milier. Tetapi yang sulit kadang-kadang TB-paru pada pasien HIV gambaran foto rongent dadanya dapat normal.4
Stase Penyakit Dalam periode 23 Juli-29 September 2012RS.Efarina Etaham, Purwakarta
Devi Anggraini-11.2011.228Diagnosis dan Terapi pada Pasien TB dengan HIV
Algoritme Diagnosis TB pada Pasien dengan HIV (CDC, 2007)
Pengobatan pada TB-HIV
Stase Penyakit Dalam periode 23 Juli-29 September 2012RS.Efarina Etaham, Purwakarta
Terapi TB meliputi :2RHZE/4RH
Rifampisin : dosis 10mg/kgBB/hari
INH : dosis 5mg/kgBB/hari
Pirazinamid : dosis 25mg/kgBB/hari
Etambutol : dosis 5mg/kgBB/hari
ART : Zidovudine (AZT) : dosis
200mg/8jam atau 300mg setiap 2x/hari
Lamivudin : dosis 150mg x 2/hari
Efavirenz : dosis
Devi Anggraini-11.2011.228Diagnosis dan Terapi pada Pasien TB dengan HIV
Daftar pustaka
1. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I edisi V. Jakarta : Interna Pubishing; 2009. Hal 2861-9
2. Longo, Dan L, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine 18 th edition. United States: the McGraw-Hill companies; 2012
3. Asik, Surya, dkk. Pedoman NAsional Terapi Antiretroviral edisi kedua. Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2007.
4. Hudoyo, Ahmad, dkk. Diagnosis TB Paru pada Pasien dengan HIV-AIDS. Jakarta : Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI/RS Persahabatan. Diunduh dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/420715.pdf.
Stase Penyakit Dalam periode 23 Juli-29 September 2012RS.Efarina Etaham, Purwakarta