diabetes mellitus sujito
TRANSCRIPT
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Medis
1. Definisi
Diabetes militus adalah sekelompok kelainan heterogen yang
terdiri oleh kadar gula dalam darah/hiperglikemia. ( Brunner & Suddarth,
2002; 1220 )
Diabetes melitus adalah penyakit kronis karena tubuh tidak
menghasilkan insulin/hanya sedikit/menahan insulin sehingga tidak
diproduksi. ( Dr. Robert B. Cooper,1996;510 )
Diabetes militus gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. ( Price,1996; 576 )
Diabetes militus adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf dan
pembuluhdarah diserai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron. ( Arif Mansjoer, 2001; 580 )
Diabetes militus adalah penyakit kronis metabolisme abnormal
yang memerlukan pengobatan seumur hidup dengan diit latihan dan obat-
obatan. (Carpenito,1999; 143 )
Diabetes melitus adalah masalah yang mengancam hidup yang
disebabkan oleh defisiensi insulin relatif/absolut. ( Doenges, 2006; 726 )
Gangren adalah kematian jaringan tubuh setempat karena
gangguan peredaran darah, cedera atas penyakit perubahan membusuk
jaringan yang mati. ( Dr. Med Ahmad R, 2003; 135 )
Gangren adalah neterosis koogenlativa yag biasanya disebabkan
oleh tidak adanya suplay darah disertai pertumbuhan bakteri saprosit.
( Price; 1996; 28 )
Gangren adalah akibat dari insusiensi arteri yang terjadi akibat
trauma . ( Brunner & suddarth, 2002; 918 )
2. Etiologi
Penyebab diabetes militus hingga saat ini belum diketahui, tetapi
faktor genetik memegang peranan penting dalam perkembangan penyakit
ini. Pada diabetes tipe I, sel pankreas yang menghasilkan insulin
mengalami kerusakan kemungkinan disebabkan oleh gangguan sistem
imun, konsekuensinya, sel-sel ini tidak dapat membentuk insulin atau
dapat membentuk insulin dalam jumlah yang kecil.
Pada tipe II diabetes, sel-sel dalam pankreas dapat membentuk
insulin tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Penderita
diabetes oleh kehamilan, stres emosional atau fisik dan pemakaian
berbagai jenis obat-obatan. ( Dr. Robert B. Cooper, 1996; 516 )
9
3. Tanda Dan Gejala
- DDM - NIDDM
1. Poliuria 1. keletihan
2. Polidipsi 2. Poliuria
3. Polifagi 3. Polidipir
4. Kelemahan 4. Perubahan pandangan
5. Keletihan 5. kesemuatan kebasexxemitas
6. Malaise 6. Penyembuhan terlambat
7. Penurunan berat badan 7. Infeksi kulit pruritus
8. Peka rangsang 8. Mengantuk
( Tucker, 402; 1997 )
4. Patofisiologis
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar gula/glukosa darah yang
tinggi daripada rentang kadar puasa normal 80-90 mg/100 ml darah atau
rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100ml darah. Hiploglikemia
biasanya disebakan oleh defisieansi insulin, seperti dijumpai pada diabetes
tipe I atau karena penurunan responsivitas sel terhadap insulin seperti
dijumpai pada diabetes tipe II. Hiperkortisolemia yang terjadi pada
sindrom cashing dan sebagai respon terhadap stres kronik dapat
menyebabkan hiperglikemia melalui melalui perangsangan
glukoneogenesis hati. Keadaan akut kelebihan hormon tiroid, prolaksin
dan hormon pertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah.
Peningkatan kadar hormon-hormon tersebut dalam jangka panjang
10
terutama hormon pertumbuhan dianggap diabetogenik ( menimbulkan
diabetes ). Hormon-hormon tersebut merangsang pengeluaran insulin
secara berlebihan oleh sel-sel beta puloulangerhans pankreas sehingga
akhirnyaterjadi penurunan respons sel terhadap insulin.
Hipoglikemia adalah glukosa darah yang kurang dari 80 mg/100 ml
darah. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh puasa khususnya yang disertai
oleh raga karena olah raga meningaktkan pemakaian glukosa oleh sel-sel
otot rangka. Namun hipoglikemia lebih sering disebabkan oleh kelebihan
dosis insulin pada pengidap diabetes dependen insulin karena otak
memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi utamanya maka
hipoglikemia menyebabkan timbulnya berbagai gejala gangguan fungsi
susunan syaraf pusat berupa konfusi iritabilitas, kejang dan koma.
Hipoglikemia dapat menyebabkan nyeri kepala akibat perubahan aliran
darah otak dan perubahan keseimbangan air secara sistematis,
hipoglikemia menyebabkan pengaktifan sistem syaraf simpatik yang
merangsang rasa lapar, kegelisahan, berkeringat dan takikardia.
( Eizabeth.J.arvin, 2001; 441)
5. Pemeriksaan Penunjang
Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl atau lebih.
Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
Asma lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningakat
Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
m Os ml.
11
Elektrolit :
Natrium Mungkin normal, meningkat/menurun.
Kalium : Normal/peningkatan semu (perpindahan
seluler) selanjutnya akan menurun.
Fosfor lebih sering menurun
Hemoglobin glikosit kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan kontrol DM
yang kurang selama 4 bulan terakhir.
Gas darah artei Biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 dngan kompensasi
alkoholis respiatonik.
Trombosit darah Ht mungkin meningkat leukosis,
nemokonsentrasi, merupakan respon
tehadap stres/infeksi.
Ureum/kreotinin mungkin meningkat /normal
Amilase darah mungkin meningkat yang
Insulin darah : Mungkin meningkat bahkan smapai tak
ada/normal samapai tinggi
Urine : Gula dan aseton positif berat jenis dan
osmolalitas mungkinmeningkat
Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih infeksi pernafasan dan infeksi pada
luka
12
6. Komplikasi
IDDM NIDDM
Akut Diabetik ketoasidosis (DKA)
Hipoglikemia
Koma non ketatik
hiperglikemik hiperosmotor
Hipoglikemia
DKA
Jangka
panjang
Mikroongiopati
Retinopati
Nesfrapati
Neuoropati
Makroangiopati
Kardiovaskuler
Serebrovaskuler
Vaskulerperifer
Mikroongiopati
Retinopati
Nesfrapati
Neuoropati
Makroangiopati
Kardiovaskuler
Serebrovaskuler
Vaskulerperifer
( Tucker, 1998; 402 )
7. Penatalaksanaan
IDDM :
1. Preporat insulin kerja cepat kerja intermediet biasanya dosis terpisah.
2. Diet biasanya pengganti ADA (biasanya 3 makanan seimbang dan
kudapan)
3. Program latihan teratur.
4. Pemantauan glukosa darah sendiri.
5. Pengobatan komplikasi yang terjadi
13
NIDDM
1. Diet biasanya pengganti ADA dengan pengurangan kalori ( biasanya 3
x makanan seimbang dan 1 x kudapan )
2. Hipoglikemik oral dan insulin mungkin juga diberikan
3. Program latihan teratur
4. Pemantauan glukosa darah sendiri
5. Pengobatan komplikasi yang terjadi.
( Tucker, 1998; 403 )
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Dasar
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik difokuskan pada tanda dan
gejala hiperglikemik dan pada sektor-sektor fisik, emosional, serta sosial
yang dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk mempelajari dan
melaksanakan berbagai aktivitas perawatan mandiri diabetes.
Pasien dikaji dan diminta menjelaskan gejala yang mendahului diagnosis
diabetes polioria, polidipsia, polifagia, kulit kering, penglihatan kabur,
penambah berat badan, perasaan gatal-gatal pada vagina dan luka yang
lama sembuh. Kadar glukosa darah dan utnuk penderita diabetes tipe I
kadar keton almarin harus diukur.
Pada penderita diabetes tipe I dilakukan pengkajian untuk
mendeteksi tanda dan gejala ketaodiosis siabetik yang mencakup
pernafasan kusmonal, hipertensi onastatik dan alergi. Pasien ditanya
tentang gejala ketoosidosis diabetik seperti mual, muntah dan nyeri
14
abdomen. Hasil-hasil laboratorium dipantau untuk mengenali tanda-tanda
osidosis metabolik seperti penurunan nilai pH dan kadar bikarbonat dan
untuk mendeteksi tanda-tanda dan gangguan keseimbangan elektrolit.
( Brunner & Suddart, 2002; 1263 )
a. Pengkajian Pola Fugsional
Pola fungsional yang digunakan yaitu pola fungsional menurut
Virginia Henderson teori keperawatan Virginia Henderson. (Hormer &
Henderson,1995 ) mencakup seluruh kebutuhan dasar manusia.
Henderson (1964) mendefinisikan keperawatan sebagai pembantu
individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang
memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuahnnya bila ia
memiliki kekuatan, kemudian pengetahuan yang dibutuhkan. Dan hal
ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kembali
kemandiriannya secepat mungkin.
Kebutuhan dasar menurut Virginia Henderson memberikan
kerangka kerja dalam melakukan keperawatan diantaranya.
1) Bernafas secara normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien perawat adalah
membantu memiliki tempat tidur,kursi yang cocok serta
menggunakan bantal, alas, dan sejenisnya sebagai alata bantau
klien agar dapat bernafas dengan normal.
15
2) Kebutuhan akan nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan
berat badan yang normal kebutuhan nutrisi yang diperlukan
pemilihan dan penyediaan makanan.
3) Kebutuhan eliminasi
Perawat dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh, perawat
harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan
normalnya jarak waktu pengeluaran dan sekresi muntah BAB dan
BAK.
4) Gerak dan keseimbangan tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip keseimbangan tubuh
miring dan bersandar artinya perawat harus bisa memberikan
rangsangan dalam semua posisi dan tidak membiarkan berbaring
terlalu lama dalam 1 posisi.
5) Kebutuhan istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sebagai tergantung pada relaxasi otot untuk itu
perawat harus mengetahui tentang pergerakan badan yang baik,
disamping itu juga dipengaruhi oleh emosi.
6) Kebutuhan berpakaian
Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian
yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk
memakaianya.
16
7) Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
Perawat harus mengetahui physiologi panan dan bisa mendorong
kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan
mengubah temperatur.
8) Kebutuhan akan personal
Klien harus disediakan fasilitas perawatan dan bantuan dari
perawat sangat dibutuhkan untuk membersihkan kulit, rambut,
kuku, hidung, mulut dan giginya.
9) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Dalam keadaan sehat seseorang bebas mengontrol keadaan
sekelilingnya sikap tersebut tidak dapat dilakukannya
ketidaktahuan dapat menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu
baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
10) Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi
Keingintahuan rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat tiap
gerakan emosi nampak pada expresi fisik bertambah cepatnya
denyut jantung/pernafasan/muka yang mendadak merah dengan
interprestasi sebagai pernyataan jiwa/emosi.
11) Kebutuhan spiritual
Dalam memberikan perawatan dalam situasi apapun kebutuhan
spiritual klien harus dihormati dan perawat harus membantu
pemenuhan kebutuhan itu.
17
12) Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan maka penilaian terhadap interprestasi terhadap
kebuthan klien adalah sangat penting, solat bisa menjadi lebih
ringan apabila seseorang dapat terus bekerja.
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Seringkali keadaan sakit menyebabkan seseorang kehilangan
kesempatan menikmati variasi dan udara segar serta rekreasi untuk
itu perlu dipilihkan kecerdasan, pengalaman.
14) Kebutuhan belajar
Bimbingan latihan/pendidikan merupakan sebagian dari pelajaran
dasar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan
kesehatan serta memperkecil dan mengikuti rencana.
b. Pemeriksaan Fisik
Kita harus melihat mitos laboratorium dipantau untuk melihat adanya
tanda hiper osmoloritas dan ketidakseimbangan elektrolit. Faktor-
faktor fisik yang dapat mengganggu kemampuan dalam melakukan
perawatan mandiri.
b) Gangguan penglihatan
c) Gangguan koordinasi motorik
d) Gangguan neurologis
Perawat mengaevaluasi situasi sosial pasien untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terapi diabetes dan
pendidikannya seperti :
e) penuruanan kemampuan membaca
18
f) keterbatasan sumber-sumber finansial/tidak memiliki asumsi
kesehatan
g) Ada tidak dukungan keluarga
h) Jadwal harian yang khas
Status emosional pasien dikaji dengan mengamati sikap/tingkah laku
yang tampak dan bahasa tubuh. Tanyakan kepada pasien tentag
kekuatiran yang utama dan ketakutannya terhadap penyakit diabetes.
Ketrampilan dalam mengatasi persoalan dikaji dengan menanyakan
coraps menghadapi berbagai situasi sulit yang dialami dimasa lampau.
( Brunner & Suddart, 2002: 1263 )
19
2. Clinical Pathways dan Fokus Intervensi
a. Pathways
20
Genetik
Ruraknya sel imun penghasil
insulin
Penyakit pankreas
Produksi insulin menurun
Obesitas
Resistensi insulin
Usia
Menurunnya fungsi pankreas
Obat-obatan
Diuretic, kortikosteroid,
dilantinDefisiensi
insulinGTG
Produksi insulin menurun
GTG
Peningkatan kadar glukosa darah
Masuk tubulus ginjal
Melebih ambang ginjal
Gukosuria
Diulesis osmotik
Poliuri Polidipsi
Kurangnya volume cairan
Glukosa tidak
sampai sel
Starvasi sel
Peningkatan metabolisme protein dan
lemak
Gangguan keseimbangan
asam basa
Mual/muntah
Anoreksia
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Keseimbangan kalori negatif
Rasa lapar (polifagi)
Kelelahan
Komplikasi vaskuler
Mikro angiopati
Pelebaran vaskuler kecil di arteriola
Perdarahan
Jaringan parut retina
Kebutaan
Perubahan persepsi sensori
Timbunan sorbitol dan
fruktosa
Gangguan metabolisme
sel shwan
Parestesia
Hilangnya reflek tendon
Kelemahan otot
Makro angiopati
Aterosklerosis
Sumbatan vaskuler
Arteri perifer
Insufisiensi vaskuler perifer
Gangrene
Infeksi/sepsis
Kronis
Ketergantungan orang lain
Ketidakberdayaan
Salah interpretasi informasi
Tidak akurat
mengikuti instruksi
Kurang pengetahuan
(Brunner & Suddarth, 2002, 918)
(Price, 1996, 576)
Fokus Intervensi1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Diuresis osmotik,
diare, muntah, kacau mental.
Ditandai :
Peningkatan keluaran urine, urine encer, kelemahan , haus,
penurunan berat badan, membran mukosa kering, turgor kulit
buruk, hipotensi, takikardia, pelambatan pengisian kapiler.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil nadi perifer dapat diraba,turgon kulit dan pengisian kapiler
baik haluaran urine tepat secara individu dan kadar elektrolit
dibatas normal.
Intervensi :
a) Dapatkan riwayat pasien berhubungan dengan intensitas dari
gejala muntah pengeluaran urine yang sangat berlebihan.
b) Pantau keadaan vital, contohnya adanya perubahan TD
ortortatik
c) Pola nafas seperti adanya pernafasan kusmunal/pernafasan
berbau keton
d) RR dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas dan
adanya opner dan munculnya cynosis.
e) Suhu, warna, kulit / kelembabannya.
f) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran
mukosa.
21
g) Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
h) Ukur berat badan setiap hari.
i) Pertahankan utnuk memberikan cairan paling sedikit 2500
cc/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.
j) Kaji adanya perubahan mental/sensori.
k) Cata hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen,
muntah dan distensi lambung.
l) Observasi adanya kelelahan, peningkatan berat badan, edema,
nadi tidak teratur.
m) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
n) Pasang/pertahankan kateter urine tetap terpasang.
o) Pantau lab seperti :Hati, BUM, osmolalitas darah, Na Kl
p) Berikan kalium/elektrolit lain melalui LU/oral sesuai indikasi.
q) Berikan bikarbonat jika pH kurang dari 70.
r) Pasang selang NGT dan lakukan pengisapan sesuai dengan
indikasi.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan insulin, anoreksia, mual,lambung penuh,
nyeri abdomen,perubahan kesadaran, pelepasan hormon,stre,
proses inseksius.
22
Tanda :
Intake tidak adekuat kurang minat pada makanan, penurunan berat
badan, kelemahan,kelelahan, tour,otot berat, diare.
Tujuan dan KH :
a) Menerima jumlah nutrien yang tepat
b) Menunjukkan tingkat energi biasanya
c) Mendemonstrasikan berat badan stabil/penambahan kearah
rentang yang diinginkan dengan nilai lab. Normal
Intervensi :
a) Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi.
b) Tentukan program diet dan pola makan pasien.
c) Auskultasi bising usus, catat adanya kembung,mual,muntah,
pertahankan puasa sesuai indikasi
d) Berikan makanan cair yang mengandung nutrien dan
elektrolit dengan segera jika sadar.
e) Identifikasi makanan yang disukai.
f) Laibatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini
sesuai indikasi.
g) Observasi tanda-tanda hipoglikemia.
h) Lakukan cek gula darah dengan fungsi stiek.
i) Pantau lab gula darah,aseton,pH dan HCO3.
j) Berikan insulin secara teratur dengan metode secara
intermiten/kontinu.
23
k) Berikan larutan glukosa misalnya dekstrosa dan setengah
salin normal.
l) Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
m) Berikan diet kira-kira 60 % karbohidrat, 20 % protein dan 20
% lemak dalam PMT.
n) Berikan obat metoklopramid.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi
pernafasan yang ada sebelumnya
Tujuan dan KH :
a) Mengidentifikasi intervensi untuk menegah / menurunkan
resiko infeksi.
b) Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
a) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
b) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci
tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan
dengan pasien tersebut termasuk pasiennya sendiri.
c) pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif lakukan
pengobatan melalui IV sesuai indikasi.
d) Pasang kateter / lakukan perawatan perifal dengan baik.
24
e) Berikan perawatan kulit dengan tsater jaga kulit tetap kering,
linen kering dan tetap kencang.
f) Aukultasi bunyi nafas.
g) Posisikan pasien pada semifolu.
h) Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitasi dengan dengan
indikasi.
i) Berikan antibiotik yang sesuai.
4) Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan
dengan perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan
glukosa/insulin dan elektrolit.
Tujuan dan KH :
a) Mempertahnkan tingkat mental biasanya.
b) Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
a) Pantau tanda-tanda vital
b) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai
denga kebutuhannya.
c) pelihara aktivita rutin pasien sekonsisten mengkin, dorong
untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
d) Lindungi pasien dari cedera ketika tingkat kesadaran pasien
terganggu.
e) evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi.
25
f) Selidiki adanya keluhan porestesia, nyeri/kehulangan sensori
pada paha/kaki.
g) Berikan tempat tidur yang lembut.
h) Bantu pasien dalam ambulasi/perubahan posisi.
i) Berikan pengobatan sesuai dengan obat ditentukan untuk
mengatasi DKA sesuai indikasi.
j) Pantau nilai lab seperti gula darah, osmolalitas darah,Hb/Ht,
ureum kretinin.
k) Bantu dengan memblok syaraf setemapt, mempertahankan
unit TENS.
5) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik, perubahan kimia darah infensifiasi insulin, peningkatan
kebutuhan energi;status hipermetabolik/infeksi.
Tanda-tanda kurang energi yang berlebihan, ketidakmampuan
untuk mempetahankan rutinitas biasanya, penurunan kinerja,
kecederungan untuk kecelakaan.
Tujuan dan KH :
- Mengungkapkan peningkatan tingkat energi, menunjukkan
perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan.
Intervensi :
a) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
26
b) Berikan aktivitas alternatif dengan periode yang cukup/tanpa
diganggu.
c) pantau TTV sebelum/sesudah aktivitas.
d) Diskusiakan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah
tempat dan seabagainya.
e) Tingkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
6) Ketidak berdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang,
ketergantungan pada orang lain.
Tanda :
Apatis, MD, marah, tidak berpatisipasi dalam perawatan,
penekanan terhadap komplikasi fisik meskipun pasien bekerja
sama denagn aturan.
Tujuan dan KH :
Mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat
untuk menghadapi perasaan, membantu dalam merencanakan
perawatan sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab
untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
a) Anjurkan pasien untuk mengexpresikan perasaan tentang
perawatan di rumah sakit.
b) Akui nomalitas dari perasaan.
27
c) Kaji bagaimana pasien telah menangani maslahnya dimsa
lalu.
d) Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengexpresikan
perhatiannya.
e) Tentukan tujua/harapan dari pasien/keluarga.
f) Tentukan apakah ada perubahan yang berhubungan dengan
orang terdekat.
g) Anjurkan untuk membuat keputusan berhubungan dengan
perawatannya.
h) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta
dalam perawatan diri.
7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat,
kesalahan interprestasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
Tanda :
Meminta informasi, mengungkapkan masalah, ketidakakuratan
mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan dan KH :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, mengidentifikasi
hubungan dan tanda dan gejala dengan proses penyakit, dengan
benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional
tindakan, berpartisipasi dalam program pengobatan.
28
Intervensi :
a) Ciptakan lingkungan saling percaya.
b) Diskusikan topik-topik utama.
c) Demonstrasikan cara pemeriksaan gula darah dengan fungsi
stiek dan beri kesempatan pasien untuk mendemonstrasikan
kembali.
d) Diskusikan tentang rencana diet.
e) Pantau ulang program pengobatan meliputi amitan,
puncotilamangadosis insulin, bila disesuaikan dengan
pasien/keluarga.
( Doenges, 2000; 729 )
29