diabetes mellitus

39
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya. Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Mukaddam Alaydrus sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang ikut serta berpartisipasi dan membantu kami dalam proses tutorial ini. Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian hari. SKENARIO 1 Kelompok 6 1

Upload: sri-rohmayana

Post on 14-Feb-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Tutorial Skenario 1 blok 15

TRANSCRIPT

Page 1: Diabetes Mellitus

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan menyusun

laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Mukaddam Alaydrus

sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang ikut serta

berpartisipasi dan membantu kami dalam proses tutorial ini.

Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang

ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan

kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun yang harus kami lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik

lagi di kemudian hari.

Mataram, 11 Desember 2015

Kelompok Tutorial VI

SKENARIO 1 Kelompok 6 1

Page 2: Diabetes Mellitus

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... 1

Daftar Isi.......................................................................................................... 2

I. Pendahuluan

1.1 Skenario 1............................................................................................. 3

1.2 Unfamiliar Terms dan Keywords......................................................... 3

1.3 Learning Objectives.............................................................................. 4

1.4 Mind Map............................................................................................. 5

II. Pembahasan

2.1 Hipotiroidisme ..................................................................................... 6

2.2 Hipertiroidisme..................................................................................... 16

2.3 Analisis Skenario ................................................................................. 24

III.Penutup

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 26

IV. Daftar Pustaka.......................................................................................... 27

SKENARIO 1 Kelompok 6 2

Page 3: Diabetes Mellitus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 SKENARIO 1

1.2 Unfimiliar Terms dan Keywords

Unfimiliar Term: -

Keywords

- Benjolan di leher, ikut bergerak saat menelan

- Keringatan malam hari

- Tangan gemetar

- Hipertensi

- Memiliki riwayat benjolan di leher

- Sembalun

SKENARIO 1 Kelompok 6 3

Inak, side gondok

Seorang perempuan berusia 35 tahun datang berobat ke Puskesmas Sembalun dengan

keluhan benjolan di leher yang dideritanya sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan

muncul setelah melahirkan anak pertama dan semakin membesar. Pasien menyangkal adanya

penurunan berat badan drastis. Riwayat benjolan di leher pada usia 12 tahun dan menghilang

setelah pengobatan 6 bulan. Dari pemeriksaan fisik leher, didapatkan benjolan dengan

ukuran 5 cm x 3cm x 2cm, konsistensi padat kenyal, rasa nyeri disangkal, dan ikut bergerak

saat menelan. Pasien mengeluh 2 minggu terahir sering keringatan malam hari dan kedua

tangannya gemetar. Hasil pemeriksaan tanda vital tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 100

x/mnt, frekuensi nafas 18x/mnt, suhu 37,60C. Kemudian dokter menyarankan pemeriksaan

penunjang untuk menegakkan diagnosis.

Page 4: Diabetes Mellitus

1.3 LEARNING OBJECTIVE

1. Bagaimana definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

penegakan diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari setiap

diagnosis banding untuk kasus pada skenario (hipotiroidisme dan

hipertiroidisme)?

2. Bagaimana analisis kasus pada skenario?

SKENARIO 1 Kelompok 6 4

Page 5: Diabetes Mellitus

1.4 MIND MAP

SKENARIO 1 Kelompok 6 5

Epidemiologi

Etiologi

Definisi

Patofisiologi Oxyuriasis

Pemeriksaan Penunjang

Tatalaksana Awal

Identitas: Perempuan, usia 35 tahun

KU: keluhan benjolan di leher 1 tahun yang lalu, muncul setelah melahirkan, semakin

membesar

RPD: Riwayat benjolan di leher pada usia 12 tahun dan menghilang setelah pengobatan 6

bulan

Pemeriksaan Fisik

- benjolan dengan ukuran 5 cm x 3cm x 2cm, konsistensi padat kenyal, rasa nyeri disangkal, dan ikut bergerak saat menelan

- mengeluh 2 minggu terakhir sering keringatan malam hari dan kedua tangannya gemetar- tanda vital: tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 100 x/mnt, frekuensi nafas 18x/mnt, suhu 37,60C

Diagnosis Banding:- HIPOTIROIDISME- HIPERTIROIDISME

Manifestasi Klinis

Penegakan Diagnosis

Penatalaksanaan

Komplikasi

Prognosis

Page 6: Diabetes Mellitus

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HIPOTIROIDISME

Definisi

Hipotiroidisme merupakan suatu penyakit akibat kekurangan produksi

hormontiroid atau adanya defek pada reseptornya. Kelainan tersebut dapat

ditemukan sejak lahir yang sering dikenal sebagai hipotiroid kongenital,

namun bila tampak gejala-gejala setelah periode fungsi tiroid yang tampaknya

normal maka kelainan ini merupakan kelainan yang“didapat” yang biasanya

akibat defek kongenital karena manifestasi defisiensinya terlambat.

Epidemiologi

Kejadian hipotiroid paling umum terjadi pada populasi lanjut usia dengan

persentase berkisar dari 2-20%, sedangkan pada populasi muda usia kurang

dari 22 tahun angka prevalensinya lebih rendah. Insidensi meningkat pada

keadaan Sindrom Down. Perbandingan angka kejadian antara laki-laki dan

perempuan juga berbeda. angka kejadian pada perempuan lebih banyak dari

pada laki-laki 2 berbanding 1. Prevalensi hipotiroid congenital diperkirakan 1

dari 4000 kelahiran, 1 dari 2000 orang pada ras timur, 1 dari 5500 pada ras

Eropa dan 1 dari 32000 pada ras Afrika.

Etiologi

Hipotiroidisme dibedakan atas hipotiroidisme sentral dan perifer (primer).

a. Hipotiroidisme sentral

Hipotiroidisme sentral ini mencakup hipotiroidisme sekunder dan

tertier. Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena ada kegagalan hipofisis

disebut hipotiroidisme sekunder dan jika kegagalan terletak di hipotalamus

SKENARIO 1 Kelompok 6 6

Page 7: Diabetes Mellitus

disebut hipotiroidisme tertier. Lima puluh persen (50%) hipotiroidisme sentral

disebabkan karena tumor hipofisis.

b. Hipotiroidisme perifer (primer)

Hipotiroidisme primer disebabkan karena hipogenesis atau agenesis

kelenjar tiroid. Jarang ditemukan, tetapi merupakan etiologi terbanyak dari

hipotiroidisme kongenital di Negara Barat. Umumnya ditemukan pada

program skrining missal.

Kerusakan tiroid dapat terjadi karena (1) operasi, (2) radiasi, (3)

tiroiditis autoimun, (4) karsinoma, (5) tiroiditis subakut, (6)

dishormonogenesis, dan (7) atrofi.

Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih

kecil), subtotal, atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang

menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal morbus gravis sering

menjadi hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena

jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang

mendasarinya.

Pascaradiasi. Pemberian iodine radioaktif pada hipertiroidisme

menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10

tahun. Tetapi pemberian iodine radioaktif pada nodus toksik hanya

menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%.

Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun,

dimana berperan antibody antitiroid, yaitu antibody terhadap fraksi

tiroglobulin (antibody-antitiroglobulin, ATg-Ab). Kerusakan yang luas dapat

menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium,

hormon (estrogen meningkatkan respon imun, androgen dan supresi

kortikosteroid), stress mengubah interaksi system imun dengan

neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis atrofis gejala klinisnya mencolok.

Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen.

Tiroiditis pascapartum. Merupakan peristiwa autoimun yang terjadi

pada wanita postpartum, dengan silih berganti antara hipotiroidisme dan

SKENARIO 1 Kelompok 6 7

Page 8: Diabetes Mellitus

hipertiroidisme. Dapat sebagai penyakit sendiri atau eksaserbasi Graves. Ada

fase toksis dan fase hipotiroidisme dengan depresi. Apabila ditemukan

antibody tiroid di trimester pertama kehamilan, maka peluang menderita

tiroiditis di fase postpartum sebesar 35-50%. Monitoring jangka panjang

penting karena 23% akan menjadi hipotiroidisme menetap, dan selebihnya

eutiroid dalam tempo setahun. Antibodi-anti TPO (tiroperoksidase) dan

antibody-anti Tg merupakan penanda untuk AIT pada kehamilan.

Tiroiditis subakut (De Quervain). Nyeri di kelenjar atau sekitar,

demam, menggigil. Etiologi: virus. Akibat nekrosis jaringan, hormone

merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme).

Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas (transient).

Dishormonogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada

langkah-langkah proses hormonogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat

resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining

hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lebih lanjut.

Defective organification adalah salah satu sebab hipotiroidisme congenital.

Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder,

amat jarang.

Hipertiroidisme sepintas (transient). Merupakan keadaan

hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya

pasca pengobatan iodine radioaktif, pascatiroidektomi subtotal. Pada tahun

pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme

ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih

kembali, sehingga jarang tergesa member substitusi. Pada neonatus di daerah

dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan mereka

beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.

SKENARIO 1 Kelompok 6 8

Page 9: Diabetes Mellitus

Patofisiologi

Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau

gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid

diatur sebagai berikut :

Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang

merangsang hipofisis anterior.

Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone =

TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.

Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan

Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan

yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,

metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja

daripada hormon-hormon lain.

SKENARIO 1 Kelompok 6 9

Page 10: Diabetes Mellitus

Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,

atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka

kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH

karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan

hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka

kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari

hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH

maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus

akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.

Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya

otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan

penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik

negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi

tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini.

Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto. Pada

tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme

terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih

berfungsi. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap

hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung

menyebabkan hipotiroidisme. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat

defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid.

Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif

berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang

tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan

TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka

panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang

kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak

selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang

dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH,

SKENARIO 1 Kelompok 6 10

Page 11: Diabetes Mellitus

atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua

pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi,

terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium

juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut

merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

Karena sebab-sebab yang dijelaskan di atas maka akan terjadi gangguan

metabolisme. Dengan adanya gangguan metabolisme ini, menyebabkan

produksi ADP dan ATP akan menurun sehingga menyebabkan kelelahan serta

terjadinya penurunan fungsi pernapasan yang berujung pada depresi ventilasi

dan timbul dyspneu kemudian pada tahap lebih lanjut kurangnya jumlah ATP

dan ADP dalam tubuh juga berdampak pada sistem sirkulasi tubuh terutama

jantung karena suplai oksigen ke jantung ikut berkurang dan terjadilah

bradycardia, disritrmia dan hipotensi. Gangguan pada sistem sirkulasi juga

dapat menyebabkan gangguan pada sistem neurologis yaitu berupa terjadinya

gangguan kesadaran karena suplai oksigen yang menurun ke otak. Selain itu

gangguan metabolisme juga menyebabkan gangguan pada fungsi

gastrointestinal dan pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya fungsi

peristaltik usus sehingga menimbulkan konstipasi. Metabolisme yang

terganggu juga berdampak pada turunnya suhu tubuh karena produksi kalor

yang menurun sehingga terjadi intoleransi suhu dingin.

SKENARIO 1 Kelompok 6 11

Page 12: Diabetes Mellitus

Manifestasi Klinis

Gejala Tanda

Fatigue Kulit yang kasar dan kering

Rasa dingin (hipotermia) Ekstremitas dingin

Kemampuan mengingat dan konsentrasi

menurun

Myxedema (penumpukan

mukopolisakarida pada kulit)

Konstipasi, dyspepsia Rambut rontok

Penambahan berat badan meski nafsu

makan berkurang

Denyut nadi menurun

Shortness of breath Pembengkakan ekstremitas

Suara serak Relaksasi tertunda pada refleks tendon

Pada wanita, periode menstruasi yang Carpal tunnel syndrome

SKENARIO 1 Kelompok 6 12

Page 13: Diabetes Mellitus

berat (kemudian diikuti dengan periode

yang ringan)

Sensasi abnormal Efusi pleura, asites, efusi perikardial

Pendengaran menurunan

Diagnosis

a. Pemeriksaan fungsi tiroid T4 dan TSH dilakukan untuk memastikan diagnosis.

intepretasi hasil pemeriksaan laboratoitum adalah sebagai berikut :

1) Kadar T4 bebas yang rendah dan meningkatnya kadar TSH

mengkonfirmasi hipotiroid primer, sedangkan kadar T4 bebas rendah dan

TSH rendah pula mengarahkan pada diagnosis hipotiroid sekunder atau

tersier.

2) Pada hipotiroid transien kadar T4 mula-mula rendah dan TSH tinggi, lalu

pada pemeriksaan selanjutnya kadar T4 dan TSH normal.

3) Pada defisiensi TBG kadar T4 rendah , TSH normal dan kadar TBG

rendah. Pada bayi preterm sering dijumpai kadar T3 dan T4 rendah sedangkan

TSH normal. Keadaan ini merupakan adaptasi fisiologis bayi yang mendapat

stres tertentu, maka tidak boleh dianggap sebagai hipotiroid. Pada bayi

prematur kadar T3 dan T4 akan mencapai kadar sesuai bayi aterm setelah usia

12 bulan.

b. Pemeriksaan darah perifer lengkap

c. Apabila ibu dicurigai menderita hipotiroid maka bayi perlu diperiksa antibody

antitiroid. Kadar TBG diperiksa bila ada dugaan defisiensi TBG yaitu bila

dengan hormon tiroid tidak ada respon.

d. Pemeriksaan radiologis :

1) Color Doppler ultrasonografi , tidak menggunakan radiasi, prosedur ini

merupakan alternative pertama yang dianjurkan untuk pencitraan tiroid

SKENARIO 1 Kelompok 6 13

Page 14: Diabetes Mellitus

2) Bone age, adanya retardasi perkembangan tulang misalnya disgenesis

epifise atau deformitas veterbra

3) Untuk menentukan penyebabnya maka dilakukan pemeriksaan skintigrafi

kelenjar tiroid untuk membantu memperjelas penyebab yang mendasari bayi

dengan hipotiroidisme kongenital. Pasien meminum radioaktif yodium atau

technetium dan ditunggu hingga substansi tersebut ada pada kelenjar tiroid.

Jika tiroid berfungsi maka akan terlihat level penyerapan yang sama pada

seluruh kelenjar tiroid. Bila ada aktivitas berlebih akan terlihat daerah

berwarana putih. Sedangkan area yang kurang aktif akan terlihat lebih gelap.

4) X-foto tengkorak, menunjukkan adanya fontanella besar dan sutura yang

melebar, tulang antar sutura (wormian) biasanya ada, terlihatnya sella tursika

yang membesar dan bulat, dan mungkin terlihat adanya erosi dan penipisan.

Tatalaksana

Pendekatan penatalaksanaan hipotiroid dapat dilakukan dengan

melihat manifestasi klinis pada penderita. Pada pasien dengan gejala

hipotiroid yang nyata dan disertai dengan penurunan T4 bebas dan kenaikan

TSH (hipertiroid klinis) memerlukan terapi levotiroksin. Pada umumnya dosis

yang diperlukan sebesar 1,6µg/KgBB/hari (total : 100-150 µg/hari). Pada

pasien dewasa ˂60 tahun tanpa disertai penyakit kardiovaskular, pemberian

levotiroksin dimulai dengan dosis yang rendah (50 µg/hari). Kadar TSH

diukur 2 bulan dihitung dari mulai awal terapi. Peningkatan dosis levotiroksin

dilakukan secara perlahan, apabila kadar TSH berada diatas nilai normal maka

penambahan dosis sebesar 12,5-25 µg/hari dilakukan setiap 2 bulan.

Penurunan dosis sebesar 12,5-25 µg/hari juga dilakukan apabila kadar TSH

menurun dibawah normal sebagai akibat adanya penekanan produksi TSH.

Komplikasi

Komplikasi hipotiroid adalah sebagai berikut :

SKENARIO 1 Kelompok 6 14

Page 15: Diabetes Mellitus

- Pembesaran tiroid saat lahir dapat mengakibatkan distres pernafasan

- Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak

diobati, dan merupakan situasi yang mengancam nyawa yang ditandai

oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroideisme, termasuk

hipotermia, hipotensi, hipoventilasi, hipoglikemia, hiponatremia,

intoksikasi air, penurunan kesadaran hingga koma.

- Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan hormon tiroid dan tidak

menstabilisasi semua gejala

Prognosis

Undertreatment menyebabkan perkembangan penyakit dengan bertahap

memburuknya gejala dan derangements metabolik lebih lanjut.

Pada kebanyakan pasien lebih dari 3 tahun, tanda-tanda dan gejala

hipotiroidisme dibalik dengan pengobatan hormon tiroid.

Dengan pengobatan, tingkat sirkulasi lipid harus meningkatkan ke tingkat

yang ringan. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan penyakit arteri

koroner (CAD).

2.2 HIPERTIROIDISME

SKENARIO 1 Kelompok 6 15

Page 16: Diabetes Mellitus

Definisi

Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi

kelebihan sekresi hormone tiroid. Tirotoksikosis muncul pada manifestasi

klinis yang terjadi bila jaringan tubuh di stimulasi oleh peningkatan

hormone ini. Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat

dicegah. Seperti kebanyakan kelenjar tiroid, kelainan ini merupakan

kelainan yang sangat menonjol pada wanita. Kelainan menyebabkan

wanita 4 kali lebih banyak dari pada pria, terutama wanita muda yang

berusia antara  20 dan 40 tahun.

Epidemiologi

Hipertiroidisme menyerang wanita 5 kali lebih sering dibanding

laki-laki dan insidennya akan memuncak pada usia ketiga serta keempat.

Penderita penyakit tyroid saat ini 2% sampai dengan 5 % adalah

kebanyakan wanita, wanita tersebut 1% sampai dengan 2% adalah wanita

reproduktif.

Etiologi

Hipertiroid dapat diakibatkan oleh penyebab primer yang

berhubungan langsung dengan kelenjar tiroid, atau penyebab sekunder

yang berasal dari faktor di luar kelenjar tiroid.

Grave’s disease. Penyakit autoimun organ spesifik yang terjadi

disebabkan oleh faktor genetik dan pengaruh lingkungan. Grave’s

disease merupakan penyebab terbanyak hipertiroid di dunia (50-60%

kasus). Penyakit ini ditandai dengan sirkulasi antibodi yang bervariasi

seperti antibodi autoimun umum, juga anti-TPO dan anti-TG.

Toxic thyroid adenoma, merupakan tumor jinak dari kelenjar tiroid.

Toxic multinoduler goiter, dikenal juga sebagai Plummer’s disease.

Kadar hormone tiroid yang tinggi dalam darah (hipertiroksinemia)

dapat terjadi akibat alasan yang bervariasi:

SKENARIO 1 Kelompok 6 16

Page 17: Diabetes Mellitus

Inflamasi dari kelenjar tiroid yang disebut tiroiditis. Tiroiditis awalnya

diasosiasikan dengan sekresi hormone tiroid yang berlebihan namun

berlanjut menjadi disfungsi kelenjar tiroid dan akhirnya

mengakibatkan defisiensi hormone dan hipotiroidisme

Konsumsi oral yang berlebihan dari tablet hormone tiroid

Amiodarone, obat anti aritmia yang secara struktural mirip dengan

tiroksin dan dapat menyebabkan aktivitas berlebihan dari kelenjar

tiroid

Postpartum tiroiditis, yang terjadi sekitar 7% pada wanita di tahun

mereka baru melahirkan. Kondisi ini biasanya akan sembuh sendiri

tanpa harus ditatalaksanai dengan medikamentosa

Struma ovarii, yang merupakan bentuk langka dari teratoma yang

sebagian besar terdiri dari jaringan tiroid, biasanya dapat menyebabkan

hipertiroidisme di kemudian hari

Konsumsi iodin berlebihan

Patofisiologi

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter

toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid

membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan

banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel,

sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan

dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan

sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar

daripada normal.

Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada

sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah

antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating

Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama

dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang

SKENARIO 1 Kelompok 6 17

Page 18: Diabetes Mellitus

aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.

Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun,

sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek

perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,

berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya

sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga

menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan

hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut,

sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang

sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat

hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme

tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang

menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami

kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus

otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya

tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga

penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi

atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada

sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi

inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-

otot  ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

Manifestasi Klinis

Hipertiroid pada Grave’s disease akibat antibodi reseptor TSH yang

merangsang aktivitas tiroid, sedang pada goiter multinodular toksik

berhubungan dengan autoimun tiroid. Penyakit hipertiroid biasanya

perlahan dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Manifestasi yang

mencolok merupakan penurunan berat badan lelah dan tremor, serta

pembesaran tiroid

SKENARIO 1 Kelompok 6 18

Page 19: Diabetes Mellitus

Hipertiroid mempunyai tanda dan gejala yang bervariasi

Banyak keringat

Tidak tahan panas

Sering BAB, dan diare

Jari tangan gemetar (tremor)

Nervous, tegang, mudah tersinggung, gelisah, cemas

Jantung berdebar cepat

Haid tidak teratur

Exopthalmus (bola mata menonjol) disertai penglihatan ganda

Denyut nadi tidak (usia >60 tahun)

Tekanan darah meningkat

Denyut nadi meningkat (>100 kali/menit)

Berat badan menurun

Otot lemas, terutama ekstremitas atas dan bawah

Rambut mudah rontok dan rapuh

Kulit halus dan tipis

Pikiran sulit konsentrasi

Keguguran

Perubahan pada mata, perubahan pembentukan air mata, iritasi, peka

terhadap cahaya

Diagnosis

Untuk mendiagnosis penyakit ini harus dilakukan beberapa

pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik dan tes darah laboratorium untuk

melihat kadar hormon T3, T4 dan THS. Jika kadar hormon tiroid tinggi

dan kadar hormon THS rendah, hal ini mengindikasikan kelenjar tiroid

terlalu aktif yang disebabkan oleh adanya suatu penyakit. Bisa juga

dideteksi dengan menggunakan scan tiroid yang menggunakan sinar X-

ray untuk melihat kelenjar tiroid setelah menggunakan iodin radioaktif

melalui mulut.

SKENARIO 1 Kelompok 6 19

Page 20: Diabetes Mellitus

Untuk mendiagnosis hipertiroid bisa menggunakan Indeks Wayne

seperti terlihat pada table di bawah ini.

Tabel. Indeks Wayne

No. Gejala Yang Baru Timbul Dan

Atau Bertambah Berat

Nilai

1.   Sesak saat kerja +1

2.   Berdebar +2

3.   Kelelahan +3

4.   Suka udara panas -5

5.   Suka udara dingin +5

6.   Keringat berlebihan +3

7.   Gugup +2

8.   Nafsu makan naik +3

9.   Nafsu makan turun -3

10.   Berat badan naik -3

11.   Berat badan turun +3

No Tanda Ada Tidak

1. Tyroid Teraba +3 -3

2. Bising Tyroid +2 -2

3. Exoptalmus +2 -

4. Kelopak Mata

Tertinggal

Gerak Bola

Mata

+1 -

5. Hiperkinetik +4 -2

6. Tremor Jari +1 -

7. Tangan Panas +2 -2

8. Tangan Basah +1 -1

SKENARIO 1 Kelompok 6 20

Page 21: Diabetes Mellitus

9 Fibrilasi

Atrial

+4 -

10. Nadi Teratur

<80 x/menit

80-90 x/menit

>90 x/menit

-

-

+3

-3

-

-

Interpretasi :

Hipertiroid : ≥ 20

Eutiroid:  11 - 18

Hipotiroid: <11

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gambaran yang khas seperti: pasien

tegang disertai cara bicara dan tingkah laku yang cepat, tanda-tanda pada

mata, telapak tangan basah dan hangat, tremor, pembesaran leher,

peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, dan peingkatan

frekuensi pernapasan.

Pemeriksaan khusus pada kelenjar tiroid:

Kelenjar tiroid didapatkan mengalami pembesaran

Pada saat palpasi kelenjar terasa lunak dan terasa pulsasi arteri

thyroidea

Terasa adanya vibrasi

Pada saat auskultasi didapatkan suara bruit pada arteri thyroidea

Untuk konfirmasi diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan hormone

tiroid (Thyroid Function Test), seperti kadar T3 dan T4 maupun kadar

free thyroxine index (FT4I). Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan

seperti: pemeriksaan antibody tiroid yang meliputi anti tiroglobulin dan

SKENARIO 1 Kelompok 6 21

Page 22: Diabetes Mellitus

antimikrosom, pengukuran kadar TSH serum, radioactive iodine uptake,

dan thyroid scanning.

Tatalaksana

Untuk pasien hipertiroid dapat diberikan obat anti tiroid (OAT)

yang meliputi:

Prophyltyourasil (PTU) diberikan dengan dosis 200-600 mg/hari

Metimazol dan carbimazol diberikan dengan dosis 30-40 mg /12 jam

Biasanya remisi spontan dalam waktu 1-2 bulan dan dosis dapat

diturunkan menjadi 50-200 mg (dalam dosis terbagi 2x1 untuk PTU dan

5-20mg (dosis 1-2 x sehari untuk metimazol. Dosis mentanance dapat

diberikan hingga 2 tahun untuk mencegah relaps.

Pembedahan

Pilihan untuk penderita dengan pembesaran kelenjar gondok yang sangat

besar atau multinoduler dapat dilakukan subtotal atau total

thyroidectomy.

Terapi Yodium Radioaktif

Pemberian radiasi secara oral dilakukan apabila ada kontraindikasi

pemberian obat OAT.

Radioaktif diberikan apabila funsi jantung normal dan

dikontraindikasikan pada ibu hamil.

Radiasi dapat menghambat proses autoimun pada penyakit graves

tetapi punay efek samping hieprtiroidisme permanen

Pilihan obat lain

Beta blocker (propanolol 10-40 mg/hari) untuk menghambat gejala

takikardi, hipotensi dan fibrilasi atrium

Barbiturate (phenobarbital) sebagai obat penenang

Komplikasi

SKENARIO 1 Kelompok 6 22

Page 23: Diabetes Mellitus

Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari

kelenjar tiroid, yang terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa

menyebabkan :

1. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan

2. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa

3. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)

4. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan

Badal tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat

berbahaya dan memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada

jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa

berakibat fatal (aritmia) dan syok. Badal tiroid biasanya terjadi karena

hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat dan

bisa dipicu oleh :

- Infeksi

- Pembedahan

- Stress

- Diabetes yang kurang terkendali

- Ketakutan

- Kehamilan atau persalinan

Prognosis

Prognosis hipertiroid sangat tergantung pada penyebab. Dengan

penanganan dan pemantauan yang disiplin, umumnya gejala hipertiroid

akan terkendali dan teratasi. Dosis obat perlu disesuaikan secara berkala

sampai kondisi telah normal (euthyroid). Pengobatan perlu dilanjutkan

minimal 18 – 24 bulan, bila tetap terkendali dan stabil, obat dapat

dihentikan.

Umumnya pendeita hipertiroid memberi respons yang baik dengan

pengobatan, walaupun ada kemungkinan terjadi kekambuhan.

SKENARIO 1 Kelompok 6 23

Page 24: Diabetes Mellitus

2.3 ANALISIS SKENARIO

Identitas

• Nama : Ibu. X

• Jenis kelamin : Perempuan

• Umur : 35 tahun

Anamnesis

KU : muncul benjolan di leher

Onset : 1 tahun lalu

KP : 2 minggu terakhir keringat malam hari dan kedua tangan

gemetar

RPD : 12 tahun lalu memiliki benjolan dan menghilang setelah

pengobatan

RPK : -

Riwayat terapi :

Pasien sudah berobat karena benjolan sebelumnya pada usia 12 tahun,

dan sembuh 6 bulan setelah pengobatan

Riwayat Sosial : -

Pemeriksaan Fisik dan tanda vital

Pada pemeriksaan fisik dan tanda vital didapatkan didapatkan :

Tekanan darah 160/110 mmHg

Tekanan darah yang rendah menunjukkan keadaan hipertensi

Nadi 100 x/menit,

Frekuensi nadi normal

Pernapasan 18 x / menit,

Frekuensi pernapasan normal

Suhu 37,6o C

Pemeriksaan fisik leher

SKENARIO 1 Kelompok 6 24

Page 25: Diabetes Mellitus

Didapatkan benjolan dengan ukuran 5 cm x 3cm x 2cm, konsistensi padat

kenyal, rasa nyeri disangkal, dan ikut bergerak saat menelan.

Differensial Diagnosis

Dari tanda dan gejala yang didapatkan dari scenario , differensial diagnosis

yang memungkinkan yaitu :

1. Hipotiroid

2. Hipertiroid

Benjolan yang timbul dapat dikarenakan karena gangguan pada penyakit

tiroid baik Hipotiroid maupun Hipertiroid, beberapa faktor resiko pada pasien

seperti tinggal di daerah Sembalun, perempuan dan usia 35 tahun, melahirkan,

serta memiliki penyakit yang sama sebelumnya. Perbedaan antara Hipotiroid

dan Hipertiroid, pada Hipotiroid semua metabolisme pada tubuh menurun,

kecuali berat badan dan hormon TSH yang meningkat, sedangkan pada

Hipertiroid meningkat, kecuali berat badan yang menurun serta hormon TSH

yang menurun.

Pada skenario pasien berat badan menurun walau tidak drastis, dan tremor

serta keringat malam yang mengarah pada hipertiroid.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan

1. TSH serum

2. T3, dan T4

3. Test darah hormon tiroid

4. X-ray scan, CT-scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

SKENARIO 1 Kelompok 6 25

Page 26: Diabetes Mellitus

Hipotiroid dan Hipertiroid adalah suatu kelainan pada kelenjar tiroid yang di

sebabkan oleh beberapa faktor. Hipotiroid terjadi karena kelainan yang disebabkan

berkurangnya fungsi kelenjar tiroid. sedangkan hipertiroidisme suatu

ketidakseimbangan  metabolik  yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid

yang berlebihan. Pada hipotiroid penyakit yang dapat terjadi yaitu kretinisme,

sedangkan pada hipertiroid yaitu penyakit Graves.

Prisip pengobatan pada hipotiroid yang perlu diperhatikan ialah a). dosis awal,

b). cara menaikkan dosis tiroksi. Tujuan pengobatan hipotiroidisme ialah: 1).

Meringankan keluhan dan gejala, 2). Menormalkan TSH, 3). Menormalkan

metabolism, 4). Membuat T3 dan T4 normal, 5). Menghindarkan komplikasi risiko.

Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksanakan subtitusi. Sedangkan prinsip

pengobatan pada hipertiroid tergantung dari etiologi a). tirotoksikosis, b). usia pasien,

riwayat alamiah penyakit, c). tersedianya modalitas pengobatan, d). situasi pasien,

e).resiko pengobatan, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22. Jakarta: EGC

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC

SKENARIO 1 Kelompok 6 26

Page 27: Diabetes Mellitus

Sherwood & Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakarta:

EGC

Sudoyo, A.W., et al, 2009. Buku ajar penyakit dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta: Pusat

Penerbit Ilmu Penyakit Dalam.

Healthy Enthusiast. 2012. Hipertiroid, Hipotiroid.

http://www.HealthyEnthusiast.com (Diakses tanggal 7 Desember 2015).

SKENARIO 1 Kelompok 6 27