diabetes mellitus
DESCRIPTION
Laporan Tutorial Skenario 1 blok 15TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan menyusun
laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Mukaddam Alaydrus
sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang ikut serta
berpartisipasi dan membantu kami dalam proses tutorial ini.
Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang
ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan
kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun yang harus kami lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik
lagi di kemudian hari.
Mataram, 11 Desember 2015
Kelompok Tutorial VI
SKENARIO 1 Kelompok 6 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... 1
Daftar Isi.......................................................................................................... 2
I. Pendahuluan
1.1 Skenario 1............................................................................................. 3
1.2 Unfamiliar Terms dan Keywords......................................................... 3
1.3 Learning Objectives.............................................................................. 4
1.4 Mind Map............................................................................................. 5
II. Pembahasan
2.1 Hipotiroidisme ..................................................................................... 6
2.2 Hipertiroidisme..................................................................................... 16
2.3 Analisis Skenario ................................................................................. 24
III.Penutup
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 26
IV. Daftar Pustaka.......................................................................................... 27
SKENARIO 1 Kelompok 6 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 SKENARIO 1
1.2 Unfimiliar Terms dan Keywords
Unfimiliar Term: -
Keywords
- Benjolan di leher, ikut bergerak saat menelan
- Keringatan malam hari
- Tangan gemetar
- Hipertensi
- Memiliki riwayat benjolan di leher
- Sembalun
SKENARIO 1 Kelompok 6 3
Inak, side gondok
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang berobat ke Puskesmas Sembalun dengan
keluhan benjolan di leher yang dideritanya sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan
muncul setelah melahirkan anak pertama dan semakin membesar. Pasien menyangkal adanya
penurunan berat badan drastis. Riwayat benjolan di leher pada usia 12 tahun dan menghilang
setelah pengobatan 6 bulan. Dari pemeriksaan fisik leher, didapatkan benjolan dengan
ukuran 5 cm x 3cm x 2cm, konsistensi padat kenyal, rasa nyeri disangkal, dan ikut bergerak
saat menelan. Pasien mengeluh 2 minggu terahir sering keringatan malam hari dan kedua
tangannya gemetar. Hasil pemeriksaan tanda vital tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 100
x/mnt, frekuensi nafas 18x/mnt, suhu 37,60C. Kemudian dokter menyarankan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis.
1.3 LEARNING OBJECTIVE
1. Bagaimana definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penegakan diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari setiap
diagnosis banding untuk kasus pada skenario (hipotiroidisme dan
hipertiroidisme)?
2. Bagaimana analisis kasus pada skenario?
SKENARIO 1 Kelompok 6 4
1.4 MIND MAP
SKENARIO 1 Kelompok 6 5
Epidemiologi
Etiologi
Definisi
Patofisiologi Oxyuriasis
Pemeriksaan Penunjang
Tatalaksana Awal
Identitas: Perempuan, usia 35 tahun
KU: keluhan benjolan di leher 1 tahun yang lalu, muncul setelah melahirkan, semakin
membesar
RPD: Riwayat benjolan di leher pada usia 12 tahun dan menghilang setelah pengobatan 6
bulan
Pemeriksaan Fisik
- benjolan dengan ukuran 5 cm x 3cm x 2cm, konsistensi padat kenyal, rasa nyeri disangkal, dan ikut bergerak saat menelan
- mengeluh 2 minggu terakhir sering keringatan malam hari dan kedua tangannya gemetar- tanda vital: tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 100 x/mnt, frekuensi nafas 18x/mnt, suhu 37,60C
Diagnosis Banding:- HIPOTIROIDISME- HIPERTIROIDISME
Manifestasi Klinis
Penegakan Diagnosis
Penatalaksanaan
Komplikasi
Prognosis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HIPOTIROIDISME
Definisi
Hipotiroidisme merupakan suatu penyakit akibat kekurangan produksi
hormontiroid atau adanya defek pada reseptornya. Kelainan tersebut dapat
ditemukan sejak lahir yang sering dikenal sebagai hipotiroid kongenital,
namun bila tampak gejala-gejala setelah periode fungsi tiroid yang tampaknya
normal maka kelainan ini merupakan kelainan yang“didapat” yang biasanya
akibat defek kongenital karena manifestasi defisiensinya terlambat.
Epidemiologi
Kejadian hipotiroid paling umum terjadi pada populasi lanjut usia dengan
persentase berkisar dari 2-20%, sedangkan pada populasi muda usia kurang
dari 22 tahun angka prevalensinya lebih rendah. Insidensi meningkat pada
keadaan Sindrom Down. Perbandingan angka kejadian antara laki-laki dan
perempuan juga berbeda. angka kejadian pada perempuan lebih banyak dari
pada laki-laki 2 berbanding 1. Prevalensi hipotiroid congenital diperkirakan 1
dari 4000 kelahiran, 1 dari 2000 orang pada ras timur, 1 dari 5500 pada ras
Eropa dan 1 dari 32000 pada ras Afrika.
Etiologi
Hipotiroidisme dibedakan atas hipotiroidisme sentral dan perifer (primer).
a. Hipotiroidisme sentral
Hipotiroidisme sentral ini mencakup hipotiroidisme sekunder dan
tertier. Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena ada kegagalan hipofisis
disebut hipotiroidisme sekunder dan jika kegagalan terletak di hipotalamus
SKENARIO 1 Kelompok 6 6
disebut hipotiroidisme tertier. Lima puluh persen (50%) hipotiroidisme sentral
disebabkan karena tumor hipofisis.
b. Hipotiroidisme perifer (primer)
Hipotiroidisme primer disebabkan karena hipogenesis atau agenesis
kelenjar tiroid. Jarang ditemukan, tetapi merupakan etiologi terbanyak dari
hipotiroidisme kongenital di Negara Barat. Umumnya ditemukan pada
program skrining missal.
Kerusakan tiroid dapat terjadi karena (1) operasi, (2) radiasi, (3)
tiroiditis autoimun, (4) karsinoma, (5) tiroiditis subakut, (6)
dishormonogenesis, dan (7) atrofi.
Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih
kecil), subtotal, atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang
menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal morbus gravis sering
menjadi hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena
jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang
mendasarinya.
Pascaradiasi. Pemberian iodine radioaktif pada hipertiroidisme
menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10
tahun. Tetapi pemberian iodine radioaktif pada nodus toksik hanya
menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%.
Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun,
dimana berperan antibody antitiroid, yaitu antibody terhadap fraksi
tiroglobulin (antibody-antitiroglobulin, ATg-Ab). Kerusakan yang luas dapat
menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium,
hormon (estrogen meningkatkan respon imun, androgen dan supresi
kortikosteroid), stress mengubah interaksi system imun dengan
neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis atrofis gejala klinisnya mencolok.
Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen.
Tiroiditis pascapartum. Merupakan peristiwa autoimun yang terjadi
pada wanita postpartum, dengan silih berganti antara hipotiroidisme dan
SKENARIO 1 Kelompok 6 7
hipertiroidisme. Dapat sebagai penyakit sendiri atau eksaserbasi Graves. Ada
fase toksis dan fase hipotiroidisme dengan depresi. Apabila ditemukan
antibody tiroid di trimester pertama kehamilan, maka peluang menderita
tiroiditis di fase postpartum sebesar 35-50%. Monitoring jangka panjang
penting karena 23% akan menjadi hipotiroidisme menetap, dan selebihnya
eutiroid dalam tempo setahun. Antibodi-anti TPO (tiroperoksidase) dan
antibody-anti Tg merupakan penanda untuk AIT pada kehamilan.
Tiroiditis subakut (De Quervain). Nyeri di kelenjar atau sekitar,
demam, menggigil. Etiologi: virus. Akibat nekrosis jaringan, hormone
merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme).
Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas (transient).
Dishormonogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada
langkah-langkah proses hormonogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat
resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining
hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lebih lanjut.
Defective organification adalah salah satu sebab hipotiroidisme congenital.
Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder,
amat jarang.
Hipertiroidisme sepintas (transient). Merupakan keadaan
hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya
pasca pengobatan iodine radioaktif, pascatiroidektomi subtotal. Pada tahun
pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme
ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih
kembali, sehingga jarang tergesa member substitusi. Pada neonatus di daerah
dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan mereka
beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.
SKENARIO 1 Kelompok 6 8
Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid
diatur sebagai berikut :
Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang
merangsang hipofisis anterior.
Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone =
TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan
Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan
yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,
metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja
daripada hormon-hormon lain.
SKENARIO 1 Kelompok 6 9
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH
karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka
kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari
hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH
maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus
akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya
otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan
penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik
negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi
tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini.
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto. Pada
tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme
terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih
berfungsi. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap
hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung
menyebabkan hipotiroidisme. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat
defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid.
Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif
berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang
tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan
TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka
panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang
kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak
selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang
dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH,
SKENARIO 1 Kelompok 6 10
atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua
pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi,
terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium
juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut
merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
Karena sebab-sebab yang dijelaskan di atas maka akan terjadi gangguan
metabolisme. Dengan adanya gangguan metabolisme ini, menyebabkan
produksi ADP dan ATP akan menurun sehingga menyebabkan kelelahan serta
terjadinya penurunan fungsi pernapasan yang berujung pada depresi ventilasi
dan timbul dyspneu kemudian pada tahap lebih lanjut kurangnya jumlah ATP
dan ADP dalam tubuh juga berdampak pada sistem sirkulasi tubuh terutama
jantung karena suplai oksigen ke jantung ikut berkurang dan terjadilah
bradycardia, disritrmia dan hipotensi. Gangguan pada sistem sirkulasi juga
dapat menyebabkan gangguan pada sistem neurologis yaitu berupa terjadinya
gangguan kesadaran karena suplai oksigen yang menurun ke otak. Selain itu
gangguan metabolisme juga menyebabkan gangguan pada fungsi
gastrointestinal dan pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya fungsi
peristaltik usus sehingga menimbulkan konstipasi. Metabolisme yang
terganggu juga berdampak pada turunnya suhu tubuh karena produksi kalor
yang menurun sehingga terjadi intoleransi suhu dingin.
SKENARIO 1 Kelompok 6 11
Manifestasi Klinis
Gejala Tanda
Fatigue Kulit yang kasar dan kering
Rasa dingin (hipotermia) Ekstremitas dingin
Kemampuan mengingat dan konsentrasi
menurun
Myxedema (penumpukan
mukopolisakarida pada kulit)
Konstipasi, dyspepsia Rambut rontok
Penambahan berat badan meski nafsu
makan berkurang
Denyut nadi menurun
Shortness of breath Pembengkakan ekstremitas
Suara serak Relaksasi tertunda pada refleks tendon
Pada wanita, periode menstruasi yang Carpal tunnel syndrome
SKENARIO 1 Kelompok 6 12
berat (kemudian diikuti dengan periode
yang ringan)
Sensasi abnormal Efusi pleura, asites, efusi perikardial
Pendengaran menurunan
Diagnosis
a. Pemeriksaan fungsi tiroid T4 dan TSH dilakukan untuk memastikan diagnosis.
intepretasi hasil pemeriksaan laboratoitum adalah sebagai berikut :
1) Kadar T4 bebas yang rendah dan meningkatnya kadar TSH
mengkonfirmasi hipotiroid primer, sedangkan kadar T4 bebas rendah dan
TSH rendah pula mengarahkan pada diagnosis hipotiroid sekunder atau
tersier.
2) Pada hipotiroid transien kadar T4 mula-mula rendah dan TSH tinggi, lalu
pada pemeriksaan selanjutnya kadar T4 dan TSH normal.
3) Pada defisiensi TBG kadar T4 rendah , TSH normal dan kadar TBG
rendah. Pada bayi preterm sering dijumpai kadar T3 dan T4 rendah sedangkan
TSH normal. Keadaan ini merupakan adaptasi fisiologis bayi yang mendapat
stres tertentu, maka tidak boleh dianggap sebagai hipotiroid. Pada bayi
prematur kadar T3 dan T4 akan mencapai kadar sesuai bayi aterm setelah usia
12 bulan.
b. Pemeriksaan darah perifer lengkap
c. Apabila ibu dicurigai menderita hipotiroid maka bayi perlu diperiksa antibody
antitiroid. Kadar TBG diperiksa bila ada dugaan defisiensi TBG yaitu bila
dengan hormon tiroid tidak ada respon.
d. Pemeriksaan radiologis :
1) Color Doppler ultrasonografi , tidak menggunakan radiasi, prosedur ini
merupakan alternative pertama yang dianjurkan untuk pencitraan tiroid
SKENARIO 1 Kelompok 6 13
2) Bone age, adanya retardasi perkembangan tulang misalnya disgenesis
epifise atau deformitas veterbra
3) Untuk menentukan penyebabnya maka dilakukan pemeriksaan skintigrafi
kelenjar tiroid untuk membantu memperjelas penyebab yang mendasari bayi
dengan hipotiroidisme kongenital. Pasien meminum radioaktif yodium atau
technetium dan ditunggu hingga substansi tersebut ada pada kelenjar tiroid.
Jika tiroid berfungsi maka akan terlihat level penyerapan yang sama pada
seluruh kelenjar tiroid. Bila ada aktivitas berlebih akan terlihat daerah
berwarana putih. Sedangkan area yang kurang aktif akan terlihat lebih gelap.
4) X-foto tengkorak, menunjukkan adanya fontanella besar dan sutura yang
melebar, tulang antar sutura (wormian) biasanya ada, terlihatnya sella tursika
yang membesar dan bulat, dan mungkin terlihat adanya erosi dan penipisan.
Tatalaksana
Pendekatan penatalaksanaan hipotiroid dapat dilakukan dengan
melihat manifestasi klinis pada penderita. Pada pasien dengan gejala
hipotiroid yang nyata dan disertai dengan penurunan T4 bebas dan kenaikan
TSH (hipertiroid klinis) memerlukan terapi levotiroksin. Pada umumnya dosis
yang diperlukan sebesar 1,6µg/KgBB/hari (total : 100-150 µg/hari). Pada
pasien dewasa ˂60 tahun tanpa disertai penyakit kardiovaskular, pemberian
levotiroksin dimulai dengan dosis yang rendah (50 µg/hari). Kadar TSH
diukur 2 bulan dihitung dari mulai awal terapi. Peningkatan dosis levotiroksin
dilakukan secara perlahan, apabila kadar TSH berada diatas nilai normal maka
penambahan dosis sebesar 12,5-25 µg/hari dilakukan setiap 2 bulan.
Penurunan dosis sebesar 12,5-25 µg/hari juga dilakukan apabila kadar TSH
menurun dibawah normal sebagai akibat adanya penekanan produksi TSH.
Komplikasi
Komplikasi hipotiroid adalah sebagai berikut :
SKENARIO 1 Kelompok 6 14
- Pembesaran tiroid saat lahir dapat mengakibatkan distres pernafasan
- Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak
diobati, dan merupakan situasi yang mengancam nyawa yang ditandai
oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroideisme, termasuk
hipotermia, hipotensi, hipoventilasi, hipoglikemia, hiponatremia,
intoksikasi air, penurunan kesadaran hingga koma.
- Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan hormon tiroid dan tidak
menstabilisasi semua gejala
Prognosis
Undertreatment menyebabkan perkembangan penyakit dengan bertahap
memburuknya gejala dan derangements metabolik lebih lanjut.
Pada kebanyakan pasien lebih dari 3 tahun, tanda-tanda dan gejala
hipotiroidisme dibalik dengan pengobatan hormon tiroid.
Dengan pengobatan, tingkat sirkulasi lipid harus meningkatkan ke tingkat
yang ringan. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan penyakit arteri
koroner (CAD).
2.2 HIPERTIROIDISME
SKENARIO 1 Kelompok 6 15
Definisi
Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi
kelebihan sekresi hormone tiroid. Tirotoksikosis muncul pada manifestasi
klinis yang terjadi bila jaringan tubuh di stimulasi oleh peningkatan
hormone ini. Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat
dicegah. Seperti kebanyakan kelenjar tiroid, kelainan ini merupakan
kelainan yang sangat menonjol pada wanita. Kelainan menyebabkan
wanita 4 kali lebih banyak dari pada pria, terutama wanita muda yang
berusia antara 20 dan 40 tahun.
Epidemiologi
Hipertiroidisme menyerang wanita 5 kali lebih sering dibanding
laki-laki dan insidennya akan memuncak pada usia ketiga serta keempat.
Penderita penyakit tyroid saat ini 2% sampai dengan 5 % adalah
kebanyakan wanita, wanita tersebut 1% sampai dengan 2% adalah wanita
reproduktif.
Etiologi
Hipertiroid dapat diakibatkan oleh penyebab primer yang
berhubungan langsung dengan kelenjar tiroid, atau penyebab sekunder
yang berasal dari faktor di luar kelenjar tiroid.
Grave’s disease. Penyakit autoimun organ spesifik yang terjadi
disebabkan oleh faktor genetik dan pengaruh lingkungan. Grave’s
disease merupakan penyebab terbanyak hipertiroid di dunia (50-60%
kasus). Penyakit ini ditandai dengan sirkulasi antibodi yang bervariasi
seperti antibodi autoimun umum, juga anti-TPO dan anti-TG.
Toxic thyroid adenoma, merupakan tumor jinak dari kelenjar tiroid.
Toxic multinoduler goiter, dikenal juga sebagai Plummer’s disease.
Kadar hormone tiroid yang tinggi dalam darah (hipertiroksinemia)
dapat terjadi akibat alasan yang bervariasi:
SKENARIO 1 Kelompok 6 16
Inflamasi dari kelenjar tiroid yang disebut tiroiditis. Tiroiditis awalnya
diasosiasikan dengan sekresi hormone tiroid yang berlebihan namun
berlanjut menjadi disfungsi kelenjar tiroid dan akhirnya
mengakibatkan defisiensi hormone dan hipotiroidisme
Konsumsi oral yang berlebihan dari tablet hormone tiroid
Amiodarone, obat anti aritmia yang secara struktural mirip dengan
tiroksin dan dapat menyebabkan aktivitas berlebihan dari kelenjar
tiroid
Postpartum tiroiditis, yang terjadi sekitar 7% pada wanita di tahun
mereka baru melahirkan. Kondisi ini biasanya akan sembuh sendiri
tanpa harus ditatalaksanai dengan medikamentosa
Struma ovarii, yang merupakan bentuk langka dari teratoma yang
sebagian besar terdiri dari jaringan tiroid, biasanya dapat menyebabkan
hipertiroidisme di kemudian hari
Konsumsi iodin berlebihan
Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid
membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan
banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel,
sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar
daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada
sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah
antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama
dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang
SKENARIO 1 Kelompok 6 17
aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun,
sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga
menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan
hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut,
sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang
sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami
kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus
otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya
tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga
penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi
atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada
sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi
inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-
otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
Manifestasi Klinis
Hipertiroid pada Grave’s disease akibat antibodi reseptor TSH yang
merangsang aktivitas tiroid, sedang pada goiter multinodular toksik
berhubungan dengan autoimun tiroid. Penyakit hipertiroid biasanya
perlahan dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Manifestasi yang
mencolok merupakan penurunan berat badan lelah dan tremor, serta
pembesaran tiroid
SKENARIO 1 Kelompok 6 18
Hipertiroid mempunyai tanda dan gejala yang bervariasi
Banyak keringat
Tidak tahan panas
Sering BAB, dan diare
Jari tangan gemetar (tremor)
Nervous, tegang, mudah tersinggung, gelisah, cemas
Jantung berdebar cepat
Haid tidak teratur
Exopthalmus (bola mata menonjol) disertai penglihatan ganda
Denyut nadi tidak (usia >60 tahun)
Tekanan darah meningkat
Denyut nadi meningkat (>100 kali/menit)
Berat badan menurun
Otot lemas, terutama ekstremitas atas dan bawah
Rambut mudah rontok dan rapuh
Kulit halus dan tipis
Pikiran sulit konsentrasi
Keguguran
Perubahan pada mata, perubahan pembentukan air mata, iritasi, peka
terhadap cahaya
Diagnosis
Untuk mendiagnosis penyakit ini harus dilakukan beberapa
pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik dan tes darah laboratorium untuk
melihat kadar hormon T3, T4 dan THS. Jika kadar hormon tiroid tinggi
dan kadar hormon THS rendah, hal ini mengindikasikan kelenjar tiroid
terlalu aktif yang disebabkan oleh adanya suatu penyakit. Bisa juga
dideteksi dengan menggunakan scan tiroid yang menggunakan sinar X-
ray untuk melihat kelenjar tiroid setelah menggunakan iodin radioaktif
melalui mulut.
SKENARIO 1 Kelompok 6 19
Untuk mendiagnosis hipertiroid bisa menggunakan Indeks Wayne
seperti terlihat pada table di bawah ini.
Tabel. Indeks Wayne
No. Gejala Yang Baru Timbul Dan
Atau Bertambah Berat
Nilai
1. Sesak saat kerja +1
2. Berdebar +2
3. Kelelahan +3
4. Suka udara panas -5
5. Suka udara dingin +5
6. Keringat berlebihan +3
7. Gugup +2
8. Nafsu makan naik +3
9. Nafsu makan turun -3
10. Berat badan naik -3
11. Berat badan turun +3
No Tanda Ada Tidak
1. Tyroid Teraba +3 -3
2. Bising Tyroid +2 -2
3. Exoptalmus +2 -
4. Kelopak Mata
Tertinggal
Gerak Bola
Mata
+1 -
5. Hiperkinetik +4 -2
6. Tremor Jari +1 -
7. Tangan Panas +2 -2
8. Tangan Basah +1 -1
SKENARIO 1 Kelompok 6 20
9 Fibrilasi
Atrial
+4 -
10. Nadi Teratur
<80 x/menit
80-90 x/menit
>90 x/menit
-
-
+3
-3
-
-
Interpretasi :
Hipertiroid : ≥ 20
Eutiroid: 11 - 18
Hipotiroid: <11
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gambaran yang khas seperti: pasien
tegang disertai cara bicara dan tingkah laku yang cepat, tanda-tanda pada
mata, telapak tangan basah dan hangat, tremor, pembesaran leher,
peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, dan peingkatan
frekuensi pernapasan.
Pemeriksaan khusus pada kelenjar tiroid:
Kelenjar tiroid didapatkan mengalami pembesaran
Pada saat palpasi kelenjar terasa lunak dan terasa pulsasi arteri
thyroidea
Terasa adanya vibrasi
Pada saat auskultasi didapatkan suara bruit pada arteri thyroidea
Untuk konfirmasi diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan hormone
tiroid (Thyroid Function Test), seperti kadar T3 dan T4 maupun kadar
free thyroxine index (FT4I). Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan
seperti: pemeriksaan antibody tiroid yang meliputi anti tiroglobulin dan
SKENARIO 1 Kelompok 6 21
antimikrosom, pengukuran kadar TSH serum, radioactive iodine uptake,
dan thyroid scanning.
Tatalaksana
Untuk pasien hipertiroid dapat diberikan obat anti tiroid (OAT)
yang meliputi:
Prophyltyourasil (PTU) diberikan dengan dosis 200-600 mg/hari
Metimazol dan carbimazol diberikan dengan dosis 30-40 mg /12 jam
Biasanya remisi spontan dalam waktu 1-2 bulan dan dosis dapat
diturunkan menjadi 50-200 mg (dalam dosis terbagi 2x1 untuk PTU dan
5-20mg (dosis 1-2 x sehari untuk metimazol. Dosis mentanance dapat
diberikan hingga 2 tahun untuk mencegah relaps.
Pembedahan
Pilihan untuk penderita dengan pembesaran kelenjar gondok yang sangat
besar atau multinoduler dapat dilakukan subtotal atau total
thyroidectomy.
Terapi Yodium Radioaktif
Pemberian radiasi secara oral dilakukan apabila ada kontraindikasi
pemberian obat OAT.
Radioaktif diberikan apabila funsi jantung normal dan
dikontraindikasikan pada ibu hamil.
Radiasi dapat menghambat proses autoimun pada penyakit graves
tetapi punay efek samping hieprtiroidisme permanen
Pilihan obat lain
Beta blocker (propanolol 10-40 mg/hari) untuk menghambat gejala
takikardi, hipotensi dan fibrilasi atrium
Barbiturate (phenobarbital) sebagai obat penenang
Komplikasi
SKENARIO 1 Kelompok 6 22
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari
kelenjar tiroid, yang terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa
menyebabkan :
1. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan
2. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
3. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
4. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Badal tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat
berbahaya dan memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada
jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa
berakibat fatal (aritmia) dan syok. Badal tiroid biasanya terjadi karena
hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat dan
bisa dipicu oleh :
- Infeksi
- Pembedahan
- Stress
- Diabetes yang kurang terkendali
- Ketakutan
- Kehamilan atau persalinan
Prognosis
Prognosis hipertiroid sangat tergantung pada penyebab. Dengan
penanganan dan pemantauan yang disiplin, umumnya gejala hipertiroid
akan terkendali dan teratasi. Dosis obat perlu disesuaikan secara berkala
sampai kondisi telah normal (euthyroid). Pengobatan perlu dilanjutkan
minimal 18 – 24 bulan, bila tetap terkendali dan stabil, obat dapat
dihentikan.
Umumnya pendeita hipertiroid memberi respons yang baik dengan
pengobatan, walaupun ada kemungkinan terjadi kekambuhan.
SKENARIO 1 Kelompok 6 23
2.3 ANALISIS SKENARIO
Identitas
• Nama : Ibu. X
• Jenis kelamin : Perempuan
• Umur : 35 tahun
Anamnesis
KU : muncul benjolan di leher
Onset : 1 tahun lalu
KP : 2 minggu terakhir keringat malam hari dan kedua tangan
gemetar
RPD : 12 tahun lalu memiliki benjolan dan menghilang setelah
pengobatan
RPK : -
Riwayat terapi :
Pasien sudah berobat karena benjolan sebelumnya pada usia 12 tahun,
dan sembuh 6 bulan setelah pengobatan
Riwayat Sosial : -
Pemeriksaan Fisik dan tanda vital
Pada pemeriksaan fisik dan tanda vital didapatkan didapatkan :
Tekanan darah 160/110 mmHg
Tekanan darah yang rendah menunjukkan keadaan hipertensi
Nadi 100 x/menit,
Frekuensi nadi normal
Pernapasan 18 x / menit,
Frekuensi pernapasan normal
Suhu 37,6o C
Pemeriksaan fisik leher
SKENARIO 1 Kelompok 6 24
Didapatkan benjolan dengan ukuran 5 cm x 3cm x 2cm, konsistensi padat
kenyal, rasa nyeri disangkal, dan ikut bergerak saat menelan.
Differensial Diagnosis
Dari tanda dan gejala yang didapatkan dari scenario , differensial diagnosis
yang memungkinkan yaitu :
1. Hipotiroid
2. Hipertiroid
Benjolan yang timbul dapat dikarenakan karena gangguan pada penyakit
tiroid baik Hipotiroid maupun Hipertiroid, beberapa faktor resiko pada pasien
seperti tinggal di daerah Sembalun, perempuan dan usia 35 tahun, melahirkan,
serta memiliki penyakit yang sama sebelumnya. Perbedaan antara Hipotiroid
dan Hipertiroid, pada Hipotiroid semua metabolisme pada tubuh menurun,
kecuali berat badan dan hormon TSH yang meningkat, sedangkan pada
Hipertiroid meningkat, kecuali berat badan yang menurun serta hormon TSH
yang menurun.
Pada skenario pasien berat badan menurun walau tidak drastis, dan tremor
serta keringat malam yang mengarah pada hipertiroid.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
1. TSH serum
2. T3, dan T4
3. Test darah hormon tiroid
4. X-ray scan, CT-scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
SKENARIO 1 Kelompok 6 25
Hipotiroid dan Hipertiroid adalah suatu kelainan pada kelenjar tiroid yang di
sebabkan oleh beberapa faktor. Hipotiroid terjadi karena kelainan yang disebabkan
berkurangnya fungsi kelenjar tiroid. sedangkan hipertiroidisme suatu
ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid
yang berlebihan. Pada hipotiroid penyakit yang dapat terjadi yaitu kretinisme,
sedangkan pada hipertiroid yaitu penyakit Graves.
Prisip pengobatan pada hipotiroid yang perlu diperhatikan ialah a). dosis awal,
b). cara menaikkan dosis tiroksi. Tujuan pengobatan hipotiroidisme ialah: 1).
Meringankan keluhan dan gejala, 2). Menormalkan TSH, 3). Menormalkan
metabolism, 4). Membuat T3 dan T4 normal, 5). Menghindarkan komplikasi risiko.
Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksanakan subtitusi. Sedangkan prinsip
pengobatan pada hipertiroid tergantung dari etiologi a). tirotoksikosis, b). usia pasien,
riwayat alamiah penyakit, c). tersedianya modalitas pengobatan, d). situasi pasien,
e).resiko pengobatan, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22. Jakarta: EGC
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC
SKENARIO 1 Kelompok 6 26
Sherwood & Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakarta:
EGC
Sudoyo, A.W., et al, 2009. Buku ajar penyakit dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta: Pusat
Penerbit Ilmu Penyakit Dalam.
Healthy Enthusiast. 2012. Hipertiroid, Hipotiroid.
http://www.HealthyEnthusiast.com (Diakses tanggal 7 Desember 2015).
SKENARIO 1 Kelompok 6 27