dewi sekardadu dan upacara nyadran di sidoarjo

3
Dewi Sekardadu dan Upacara Nyadran di Sidoarjo Saat itu, diujung kejayaan Majapahit pada masa Prabu Minak Sembuyu dan mayoritas penduduk Jawa belum memeluk Islam. Dewi Sekardadu, putri Minak Sembuyu yang cantik jelita, diserang penyakit sangat berat. Segala macam upaya telah dicoba, tabib- tabib terkenal sudah dipanggil untuk berusaha menyembuhkannya, tapi sia-sia. Kira-kira pada tahun 1362 kebetulan Syech Maulana Iskak yang berasal dari Yaman tengah menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Dan saat itu Maulana berada di Blambangan. Raja yang putus asa akhirnya membuat sayembara. Siapa yang dapat menyebuhkan Dewi Sekardadu akan dijadikan menantu jika masih muda. Dan jika sudah tua, akan dijadikan kerabat kerajaan. Maulana sang ustadz, mengikuti sayembara tersebut, dan akhirnya sukses menyembuhkan Dewi Sekardadu. Syech dari Timur Tengah itu pun menikah dengan Dewi Sekardadu. Tapi Raja tidak menyukai Maulana karena dia tidak mau menjadi seorang muallaf. Itu membuat permusuhan di antara mereka. Diserang terus oleh Minak Sembuyu membuat Maulana pamit mundur kepada istrinya. Saat itu Dewi sudah hamil tujuh bulan. Jika yang lahir laki-laki, Maulana berpesan agar diberikan nama Raden Paku. Syech Maulana pun kemudian meninggalkan Blambangan, pergi berdakwah ke tempat lain. Tahun 1365 Sunan Giri alias Raden Paku pun lahir.

Upload: sinta-indriani

Post on 21-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

nyadran

TRANSCRIPT

Page 1: Dewi Sekardadu Dan Upacara Nyadran Di Sidoarjo

Dewi Sekardadu dan Upacara Nyadran di Sidoarjo

Saat itu, diujung kejayaan Majapahit pada masa Prabu Minak Sembuyu dan mayoritas penduduk Jawa belum memeluk Islam.  Dewi Sekardadu, putri Minak Sembuyu yang cantik jelita, diserang penyakit sangat berat. Segala macam upaya telah dicoba, tabib-tabib terkenal sudah dipanggil untuk berusaha menyembuhkannya, tapi sia-sia. Kira-kira pada tahun 1362 kebetulan Syech Maulana Iskak yang berasal dari Yaman tengah menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Dan saat itu Maulana berada di Blambangan. Raja yang putus asa akhirnya membuat sayembara. Siapa yang dapat menyebuhkan Dewi Sekardadu akan dijadikan menantu jika masih muda. Dan jika sudah tua, akan dijadikan kerabat kerajaan.

Maulana sang ustadz, mengikuti sayembara tersebut, dan akhirnya sukses menyembuhkan Dewi Sekardadu. Syech dari Timur Tengah itu pun menikah dengan Dewi Sekardadu. Tapi Raja tidak menyukai Maulana karena dia tidak mau menjadi seorang muallaf. Itu membuat permusuhan di antara mereka.

Diserang terus oleh Minak Sembuyu membuat Maulana pamit mundur kepada istrinya. Saat itu Dewi sudah hamil tujuh bulan. Jika yang lahir laki-laki, Maulana berpesan agar diberikan nama Raden Paku. Syech Maulana pun kemudian meninggalkan Blambangan, pergi berdakwah ke tempat lain. Tahun 1365 Sunan Giri alias Raden Paku pun lahir.

Raja Blambangan murka. Ia khawatir Raden Paku akan merusak wibawanya. Karena itu, ia memutuskan untuk membuang cucunya tersebut ke laut. Para prajurit memasukkan Raden Paku ke dalam peti dan mengapungkannya. Mengetahui anak tercintanya dibuang ke laut, Dewi Sekardadu ikut menceburkan diri ke laut mengejar anaknya. Namun sia-sia. Gelombang terlalu besar, dan apalah kemampuan berenang manusia.

Akhirnya jasad Dewi Sekardadu dan peti yang membawa Raden Paku harus terpisah. Dewi Sekardadu dibawa ke arah Sidoarjo, sementara peti berisi bayi Raden Paku mengarah ke Gresik.

Kebetulan pada 1365 itu, ada nelayan Balongdowo, Sidoarjo tengah mencari kerang di perairan Selat Madura. Betapa kagetnya mereka melihat jasad perempuan cantik yang digotong ramai-ramai oleh ikan keting. Jasad itu terdampar di pantai, dan dikebumikan secara terhormat oleh warga. Tempat itu akhirnya dinamakan Ketingan alias Kepetingan. 

Page 2: Dewi Sekardadu Dan Upacara Nyadran Di Sidoarjo

Karena itu, ritual nyekar atau ziarah di makam Dewi Sekardadu menjadi tradisi turun-temurun para nelayan di Sidoarjo. Upacara Nyadran senantiasa menjadi momen untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang telah mereka nikmati. Mereka juga berdoa, menggelar pengajian di kompleks makam Dewi Sekardadu, agar rezeki dari laut selalu dilimpahkan kepada para nelayan.

Sebuah kombinasi yang sangat harmonis. Para nelayan, khususnya ibu-ibu, menyiapkan tumpeng untuk dilarung di beberapa tempat penting di sepanjang sungai.Sebagian tumpeng dibawa ke kompleks makam Dewi Sekardadu. Setelah pengajian, dan mendengar khutbah yang cukup panjang, makanan rakyat itu pun dinikmati bersama. Warga Ketingan, sebagai tuan rumah dan penjaga makam Dewi Sekardadu menerima para tamunya dari Balongdowo atau Bluru Kidul dengan ramah.

Dari kompleks makam, proses perahu dilanjutkan ke tengah laut, dekat Selat Madura. Diyakini, zaman dahulu jasad Dewi Sekardadu ditemukan oleh para nelayan Sidoarjo, yang tak lain nenek-moyang para nelayan di Sidoarjo sekarang. Mereka melakukan napak tilas itu dengan mempersembahkan tumpeng utama di sana. Lalu, rombongan perahu Nyadran pun kembali untuk melanjutkan acara di kampungnya. 

Begitulah. Nyadran alias Tasyakuran Laut alias Petik Laut yang selalu menjadi hajatan meriah bagi keluarga besar nelayan Sidoarjo. Sebuah tradisi orang kampung untuk bersyukur kepada Allah yang Mahabesar.

http://marittaeka25.blogspot.com/2013/09/cerita-rakyat-sidoarjo.html