dewan redaksi bulletin - ditjen psppsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buletin v - 2014.pdf · 1...

36
Daftar Isi Redaksi menerima tulisan yang berkenaan dengan prasarana dan sarana pertanian. Tulisan bisa dikirim melalui e-mail : [email protected]. Bulletin PSP Media Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Dewan Redaksi Pembina : DR. Ir. Sumardjo Gatot Irianto, MS.DAA Penasehat : Ir. Abdul Madjid Ir. Prasetyo Nuchsin, MM Ir. Tunggul Iman Panudju, M.Sc Ir. Suprapti DR.Ir. Muhlizar, MSc. Ir. Mulyadi Hendiawan, MM Penanggung Jawab : Uray Suhartono, SE. Ak. Redaktur : Drs. Sutrisno Nugroho, MM Sri Rahayu, SP, MSc Corryati Wardani, SE. MSc Koordinator Liputan : Dadang Werdaya Anggota : Prof. Sania Saenong DR. Adhisa Putra Windiya KP, S.Kom, Andri Sonjaya, SP Rori Setiawan, ST, Dwi A Rohmatillah, S.Si, Sumadi ST, Cindi F. Saragih, SP, Andy Arsalan, STP, Sekretariat : Suhartati Indra Bayu Edisi : No. V Tahun 2014 1 Panglima TNI Tanam Kedelai.......1 Banjir dan Puso di Kabupaten Cirebon dan Indramayu.................................2 Penandatanganan Kontrak ASIM WRISMP Phase II.....................3 Mewaspadai Kekeringan Pada Musim Kering 2014 .................4 Model Pelaporan Online Kendali di Darah ........................................6 Assesment Test Bagi PNS.............7 Capaian Kinerja Ditjen PSP 2011 - 2013 .........................................8 Realisasi Keuangan Ditjen PSP TA. 2013 .......................................18 Pupuk Bersubsidi, Antara Harapan dan Kenyataan........................20 Uji Coba Asuransi Usaha Tani Padi.........................................22 Etnohidrologi, Suatu Pendekatan Pemeliharaan Sumber Air .......24 Melihat Tingkat Kedisiplinan Pegawai Melalui Hand Keys........................................27 Mengenal Teknologi Dan Pemanfaatan Sumber Air ........29 Kegiatan Pengarusutamaan Gender di Ditjen PSP ..........................31 Promosi Program Ditjen PSP Melalui Keikutsertaan Pameran..................................34 Mekanisasi Pertanian Dalam Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Pangan ....................35 Panglima TNI Tanam Kedelai alam upaya mencapai target pengelolaan lahan dan penyempurnaan swasembada kedelai, Kementerian manajemen. Pertanian menggandeng TNI AD D dengan melaksanakan perluasan Provinsi Jawa Barat siap mendukung areal tanam kedelai seluas 340.000 ha pada perluasan areal tanaman kedelai tersebut 2014 di 15 provinsi dan 115 kabupaten. dengan berkontribusi seluas 78.100 ha. Perluasan dilakukan khususnya di empat kabupaten di wilayah pantura seluas 22.400 ha meliputi Indramayu, Cirebon, Subang dan Karawang. Dari kontribusi tersebut diharapkan Jawa Barat mampu menyumbang produksi kedelai sebanyak 146,8ribu ton biji kering. Mentan berharap kerjasama dengan TNI AD dapat melakukan pengawalan dan pendampingan bersama petugas teknis pertanian di lapangan hingga tanaman kedelai berhasil dengan baik. Belum lama ini Penglima TNI Moeldoko Kerjasama antara Kementerian Pertanian bersama Menteri Pertanian Suswono dengan TNI AD sangat produktif, sehingga melaksanakan perlu terus ditingkatkan di masa mendatang baik jenis kegiatan maupun luas arealnya. Mentan juga mengharapkan Panglima TNI Desa Cijengkol, Kecamatan dapat mengupayakan agar kerjasama Serang Panjang, Kabupaten Subang. (Rabu, Kementerian Pertanian dengan TNI AD 14/05/2014). dapat diperluas ke semua jajaran TNI, dalam upaya mendukung secara nyata di Menurut Menteri Pertanian, saat ini kebutuhan lapangan mewujudkan ketahanan pangan kedelai nasional mencapai 1,9 juta ton biji nasional.*** kering. Berdasarkan ATAP tahun 2012, kemampuan produksi dalam negeri baru mencapai 843.153 ton atau 44,38 persen dari kebutuhan. Sedangkan berdasarkan ARAM II tahun 2013 produksi baru mencapai 807.568 ton atau 42,5 persen. Dalam pemenuhan target, strategi yang dilakukan diantaranya dengan peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, optimasi penanaman kedelai di Kabupaten Subang sebagai pencanangan gerakan perluasan tanam kedelai. Acara dilaksanakan di Panglima TNI Moeldoko bersama Menteri Pertanian Suswono melakukan penanaman kedelai di Subang, Jawa Barat

Upload: haxuyen

Post on 07-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

Daftar Isi

Redaksi menerima tulisan yang berkenaan dengan prasarana dan

sarana pertanian. Tulisan bisa dikirim melalui e-mail : [email protected].

Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Dewan Redaksi

Pembina :DR. Ir. Sumardjo Gatot Irianto,

MS.DAA

Penasehat :Ir. Abdul Madjid

Ir. Prasetyo Nuchsin, MMIr. Tunggul Iman Panudju, M.Sc

Ir. SupraptiDR.Ir. Muhlizar, MSc.

Ir. Mulyadi Hendiawan, MM

Penanggung Jawab :Uray Suhartono, SE. Ak.

Redaktur :Drs. Sutrisno Nugroho, MM

Sri Rahayu, SP, MScCorryati Wardani, SE. MSc

Koordinator Liputan :Dadang Werdaya

Anggota :Prof. Sania Saenong

DR. Adhisa PutraWindiya KP, S.Kom, Andri Sonjaya, SPRori Setiawan, ST,

Dwi A Rohmatillah, S.Si, Sumadi ST,

Cindi F. Saragih, SP, Andy Arsalan, STP,

Sekretariat :Suhartati

Indra Bayu

Edisi : No. V Tahun 2014

1

Panglima TNI Tanam Kedelai.......1Banjir dan Puso di Kabupaten

Cirebon dan Indramayu.................................2

Penandatanganan Kontrak ASIM WRISMP Phase II.....................3

Mewaspadai Kekeringan Pada Musim Kering 2014 .................4

Model Pelaporan Online Kendali di Darah ........................................6

Assesment Test Bagi PNS.............7Capaian Kinerja Ditjen PSP 2011 -

2013 .........................................8Realisasi Keuangan Ditjen PSP TA.

2013 .......................................18Pupuk Bersubsidi, Antara Harapan

dan Kenyataan........................20Uji Coba Asuransi Usaha Tani

Padi.........................................22Etnohidrologi, Suatu Pendekatan

Pemeliharaan Sumber Air.......24Melihat Tingkat Kedisiplinan

Pegawai Melalui Hand Keys........................................27

Mengenal Teknologi Dan Pemanfaatan Sumber Air........29

Kegiatan Pengarusutamaan Gender di Ditjen PSP ..........................31

Promosi Program Ditjen PSP Melalui Keikutsertaan Pameran..................................34

Mekanisasi Pertanian Dalam Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Pangan ....................35

Panglima TNI Tanam Kedelai a lam upaya mencapa i ta rget pengelolaan lahan dan penyempurnaan swasembada kedelai, Kementerian manajemen.Pertanian menggandeng TNI AD Ddengan melaksanakan perluasan Provinsi Jawa Barat siap mendukung

areal tanam kedelai seluas 340.000 ha pada perluasan areal tanaman kedelai tersebut 2014 di 15 provinsi dan 115 kabupaten. dengan berkontribusi seluas 78.100 ha.

Perluasan dilakukan khususnya di empat kabupaten di wilayah pantura seluas 22.400 ha meliputi Indramayu, Cirebon, Subang dan Karawang. Dari kontribusi tersebut diharapkan Jawa Barat mampu menyumbang produksi kedelai sebanyak 146,8ribu ton biji kering.

Mentan berharap kerjasama dengan TNI AD dapat melakukan pengawalan dan pendampingan bersama petugas teknis pertanian di lapangan hingga tanaman kedelai berhasil dengan baik.

Belum lama ini Penglima TNI Moeldoko Kerjasama antara Kementerian Pertanian bersama Menteri Pertanian Suswono dengan TNI AD sangat produktif, sehingga melaksanakan perlu terus ditingkatkan di masa mendatang

baik jenis kegiatan maupun luas arealnya. Mentan juga mengharapkan Panglima TNI

Desa Cijengkol, Kecamatan dapat mengupayakan agar kerjasama Serang Panjang, Kabupaten Subang. (Rabu, Kementerian Pertanian dengan TNI AD 14/05/2014). dapat diperluas ke semua jajaran TNI,

dalam upaya mendukung secara nyata di Menurut Menteri Pertanian, saat ini kebutuhan lapangan mewujudkan ketahanan pangan kedelai nasional mencapai 1,9 juta ton biji nasional.***kering. Berdasarkan ATAP tahun 2012, kemampuan produksi dalam negeri baru mencapai 843.153 ton atau 44,38 persen dari kebutuhan. Sedangkan berdasarkan ARAM II tahun 2013 produksi baru mencapai 807.568 ton atau 42,5 persen.

Dalam pemenuhan target, strategi yang dilakukan diantaranya dengan peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, optimasi

penanaman kedelai di Kabupaten Subang sebagai pencanangan gerakan perluasan tanam kedelai. Acara dilaksanakan di

Panglima TNI Moeldoko bersama Menteri Pertanian Suswono melakukan penanaman kedelai di Subang,

Jawa Barat

Page 2: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

2Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

unjungan kerja Menteri Pertanian di Kabupaten Cirebon dilaksanakan di Kecamatan Kapetakan yang terkena banjir puso. Dalam kesempatan K

tersebut Menteri Pertanian memberikan bantuan berupa traktor tangan dan pompa air. Serah terima dilaksanakan di pinggir sawah yang terkena banjir puso.

Sementara itu dalam kunjungan kerja Menteri Pertanian ke Kabupaten Indramayu dilaksanakan di depan Gudang Dolog Indramayu. Dalam kesempatan tersebut Menteri Pertanian Suswono menegaskan bahwa Kementerian Pertanian tahun ini menggelontorkan bantuan Rp 50 miliar untuk pertanian di Indramayu.

Sementara itu, Bupati Indramayu, Anna Sophanah "Kami akui bahwa Indramayu adalah salah satu daerah mengungkapkan, bantuan yang diterima dari pemerintah lumbung padi nasional, makanya kami beri perhatian pusat untuk Kabupaten Indramayu sangat minim. dengan bantuan dana dan pupuk yang mencukupi. Tapi Menurut dia, itu tidak sebanding dengan kontribusi sayangnya, saya dengar dari APBD kabupatennya sendiri daerah Indramayu yang memasok pangan nasional.hanya Rp 5 miliar dari total APBD sekitar 1,6 triliun. Jadi,

kami minta agar ditingkatkan," kata Suswono di sela "Produksi beras dari Kabupaten Indramayu per tahun kunjungan kerja Kementerian Pertanian, di Gudang Bulog mencapai 1,6 juta ton, sementara untuk konsumsi Widasari, Kabupaten Indramayu, Kamis (6/2/2014).masyarakat hanya 250.000 ton dan untuk pengadaan beras di gudang Bulog 125.000 ton. Jadi, Indramayu mengalami surplus 1,25 juta ton beras per tahun yang di antaranya digunakan untuk memasok kebutuhan pangan nasional," tuturnya.

Menurut salah seorang Penyuluh Pertanian Kecamatan Kapetakan, sekitar 1.800 hektar lahan petani habis terkena banjir, baik lahan sawah maupun kolam/ empang. Menurutnya, banjir ini disebabkan oleh adanya pendangkalan pada saluran-saluran sungai akibat terisi oleh lumpur yang terbawa aliran sungai. Untuk itu, perlu adanya pengerukan (normalisasi) pada sungai-sungai yang ada di Kecamatan Kapetakan.*** (DW)

Suswono juga menjamin ketersediaan pupuk bagi para petani di Indramayu dan seluruh Indonesia, terutama yang terkena dampak banjir beberapa waktu lalu. Dia juga menyediakan 13.600 ton benih untuk areal pertanian yang kebanjiran di seluruh Indonesia.

Dalam kunjungannya ke Indramayu, Suswono tidak menyampaikan banyak hal kepada ratusan warga yang menunggunya. Dia kembali bertolak ke Jakarta setelah memberikan bantuan benih dan traktor secara simbolis kepada bupati dan perwakilan petani.

Banjir dan Puso di Kabupaten Cirebon dan IndramayuKunker Mentan

Pemberian Bantuan - Mentan memberikan bantuan Alsintan berupa traktor dan pompa air kepada petani yang terkena banjir di Kecamatan

Kapetakan Kabupaten Cirebon

Page 3: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

4Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

enandatangan Kontrak Konsultansi Agricultural Support for Irr igation Management (ASIM) Water Resouerces Pand Irirgation Sector Management Project

(WRISMP) Phase II

Bertempat di Kementerian Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, pada hari Kamis tanggal 3 April 2014 telah terjadi penandatanganan kontrak kerjasama antara Direktorat Pengelolaan Air Irigasi Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dengan

program pengembangan dan pengelolaan Perusahaan Pemenang Pengadaan Barang dan

Sumber Daya Air wilayah sungai dan irigasi Jasa Konsultasi untuk kegiatan ASIM WISMP 2,

serta produktivitas pertanian di lahan irigasi yaitu PT. Amurwa International berasosiasi

yang dibiayai oleh Bank Dunia yang mencakup dengan PT. Trippcons Internasional, PT.

pada 4 komponen dengan loan 8027 -ID INTERSYS Kelola Maju dan PT. Puser Bumi

sebesar USD 150.000.000 dan untuk NIUP Mekon. Penadatanganan dilakukan oleh Direktur

Pertanian sebesar USD 14.770.000. Rincian Pengelolaan Air Irigasi Ir. Tunggul Iman Panudju,

kerjasama yang termasuk dalam komponen 2 di M.Sc dengan Direktur dari masing-masing

bidang pertanian adalah di bidang peningkatan perusahaan disaksikan oleh Direktur Jenderal

lembaga pengelolaan irigasi partisipatif (PPSIP) PSP Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA dan

dan peningkatan pengembangan pertanian Sekretaris Ditjen PSP Ir. Abdul Madjid.

beririgasi dan adaptasi perubahan iklim dan pengelolaan Proyek serta Technical Asisstence

Penandatanganan kontrak kerjasama dilandasi melalui program ASIM WISMP 2

adanya surat Persetujuan No Objection Letter (NOL) dari World Bank perihal Penetapan

Ruang lingkup Program WISMP 2 yang Pemenang dan Draft Kontrak pada kegiatan

direncanakan akan dilaksanakan selama 5 Pengadaan Jasa Kosultansi Agriculture Support

(lima) tahun mulai tahun 2011 - 2016 dengan for Irrigation Management (ASIM) Water

target peningkatan produksi beras sebesar 15% Resources and Irrigation Sector Management

dalam area seluas 360 ha sawah dan sekaligus Program Phase 2 (WISMP 2) NPIU Pertanian

peningkatan kesejahteraan seluruh P3A di areal tanggal 21 Maret 2014 yang diterima NPIU pada

tersebut. Ruang lingkup tersebut meliputi (1) tanggal 24 Maret 2014.

Peningkatan Kapasitas Institusi Koordinasi dan Pengelola SDA Wilayah Sungai dan Kinerja

Kegiatan WISMP 2 mengacu pada kesepakatan Prasarana Sungai dalam penyediaan air bagi

Role Sharing Bappenas yang berisi 4 komponen masyarakat; (2) Peningkatan Kapasitas Institusi

dengan program ASIM WISMP 2 merupakan Pengelolaan Daerah Irigasi pada Daerah Irigasi kewenangan Kabupaten dan Provinsi yang merupakan kelanjutan Program WISMP I, serta Daerah Irigasi kewenangan Pusat dengan pola Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi partisipatif (PPSIP);

Sebaran propinsi dan Kabupaten/Kota yang menjadi target program WISPM 2 berada di pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara yang terdiri dari 14 propinsi dan 101 kabupaten.*** (Humas PSP)

Penandatanganan Kontrak ASIM WRISMP Phase II

Page 4: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

4Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Mewaspadai Kekeringan Pada Musim Kering 2014 dan Musim Hujan 2014/ 2015

Oleh : Ir. Tunggul Imam Panudju, Msc.Direktur Pengelolaan Air Irigasi, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Perubahan Iklim saat ini sudah semakin dirasakan dampaknya terutama pada Sektor Pertanian, Kenaikan Prakiraan Iklim di Indonesia 2014suhu muka laut, peningkatan luas lahan terkena banjir dan kekeringan, dampak Intrusi air laut akibat ROB Musim kemarau tahun 2014 diprediksi berada pada yang semakin meluas ke lahan pertanian, dan kondisi Normalnya pada sebagian besar wilayah peningkatan intensitas terjadinya iklim ekstrim Indonesia. Dari hasil analisis tim iklim dari Direktorat berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas hasil Pengelolaan Air Irigasi, dengan menggunakan prediksi pertanian. Pemerintah telah mempunyai modal dasar iklim dari BMKG dan APCC Korea, maka prediksi Iklim kelembagaan yang berkompeten untuk melakukan di Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:analisis dan melakukan prakiraan iklim dan cuaca antara lain BMKG dan LAPAN. Kementerian Pertanian juga memiliki institusi seperti Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, yang mempunyai tugas dan fungsi untuk mendukung mandat dari Undang - Undang 19 tahun 2013.

Kerugian akibat kekeringan dan banjir dari waktu kewaktu semakin meningkat yang tentunya sangat merugikan bagi petani. Berdasarkan informasi luas lahan sawah yang terkena banjir dan kekeringan hingga 5 Juni 2014 mencapai 428.053 ha dengan Puso 121.669 Ha. Besarnya Luas lahan sawah yang terkena Puso akibat banjir pada tahun 2014 disebabkan oleh curah hujan tinggi yang terakumulasi sejak dari akhir Desember 2013, Januari dan Februari 2014. Hal ini mengakibatkan tingginya aliran air permukaan sebagai akibat berkurangnya kapasitas dan daya tampung air di sungai karena tingginya tingkat sedimentasi. Lebih jauh, banyak lahan pertanian yang tidak memiliki drainase yang baik, sehingga air menggenangi lahan sawah pada umumnya berkisar atara 5 - 14 hari yang menyebabkan padi yang sudah ditanam petani (berkisar 15 - 20 HST) tidak dapat diselamatkan.

1. Prakiraan kondisi ENSO oleh Beberapa Institusi Meteorologi Dunia memprediksi bahwa pada bulan Juli hingga Agustus Kondisi El-Nino Lemah dan memasuki bulan September hingga November 2014 diprediksi kondisi El-Nino akan bergerak menjadi Moderate. Apabila kondisi tersebut terjadi maka diprediksi akan mempengaruhi Pola, Hari maupun Distribusi Curah Hujan di Indonesia dan panjang musim kemarau diprediksi akan lebih panjang + 10-30 hari dari kondisi Normalnya. Hal tersebut mengakibatkan awal Musim Hujan 2014/2015 secara umum akan mengalami kemunduran.

2. Prediksi indeks Dipole Mode Oleh BOM (Australia) dan BMKG pada bulan Juni hingga Nvember 2014 cenderung Normal sehingga tidak mempengaruhi penambahan maupun pengurangan curah hujan di Indonesia.

3. Prediksi Spasial Anomali Suhu muka laut di Indonesia pada bulan Juli hingga November cenderung Normal, namun berdasarkan hasil prediksi dapat dilihat bahwa perbedaan anomaly SST di Perairan Indonesia dengan Nino 3.4 cukup signifikan yang diprediksi dapat mempengaruhi dalam penurunan pasokan uap air di wilayah Indonesia terutama wilayah Indonesia bagian Tengah hingga Timur

“Kondisi Iklim yang semakin tidak menentu menyebabkan luas lahan pertanian yang terkena banjir dan kekeringan semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu seluruh masyarakat pertanian harus siap dalam mengantisipasi Dampak Perubahan Iklim sehingga dapat mengurangi resiko akibat perubahan iklim dan sekaligus meningkatan produksi pertanian tahun 2014."

Page 5: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

5Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

tentunya akan sangat merugikan para petani baik pada musim hujan dan musim kemarau. Alam akan mengikuti alur yang diakibatkan oleh perilaku manusia itu sendiri yang berakibat pada kejadian iklim ekstrim seperti sekarang ini, namun alam akan mengikuti perubahan atau mencari keseimbangan baru dengan membuat kejadian iklim ekstrim dimasa datang, yang belum tentu lebih baik dari hari ini. Petani dan stakeholder terkait sebagai pelaku langsung yang memanfaatkan fenomena alam, sudah seharusnya secara serius memperhatikan tanda-tanda alam (kearifan lokal) yang dipadukan dengan data data hasil analisa yang dilakukan oleh instansi pemerintah terkait untuk dapat beradaptasi dengan tanda-tanda alam yang baru.

Dari tanda tanda alam yang saat ini sudah sanga t dirasakan, namun mungkin masih b a n y a k y a n g belum menyadari, d i h a r a p k a n pelaku pertanian s u d a h m u l a i memperhatikan langkah langkah adaptasi antara Prakiraan curah hujan pada bulan Juli 2014 diprediksi

lain:akan mengalami penurunan dibanding dengan bulan 1. Sebelum mulai pertanaman atau usaha tani, perlu sebelumnya. Kisaran curah hujan di sebagian besar

memperhatikan informasi dan prediksi iklim yang wilayah Indonesia pada Bulan Juli 2014 diprediksi cukup dikeluarkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh rendah, berada pada 21-50 mm/bulan dan 50-100 pemerintah( BMKG).mm/bulan. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian

2. Melakukan pengaturan pemberian air sesuai besar wilayah Indonesia sudah memasuki Musim golongan pengairan dan menggerakkan pola Gilir-Kemarau 2014 yang terlihat pada penurunan curah giring air irigasi ke lahan petani.hujan bulanan di Bulan Juli 2014.

3. Berdasarkan pengalaman kebanjiran petani terendam banjir dan kemudian air surut dan Namun apabila dilihat dari sifat hujannya yang seterusnya mengalir kelaut tanpa dapat dicegah, dibandingkan dengan rata-rata Curah hujan 30 tahunan maka sebaiknya dilakukan upaya pemanenan air di wilayah tersebut, sebagian besar wilayah Indonesia pada saat musim hujan, sehingga kelebihan air berada pada kondisi Bawah Normal (61-84%) yang permukaan (runn off ) dapat ditampung dalam mengindikasikan bahwa pada bulan Juli 2014 embung yang dapat digunakan pada waktu musim diprakirakan akan mengalami penurunan curah hujan kemarau.yang tidak terlalu signifikan. Sedangkan pada wilayah

4. Kemarau atau kekeringan seyogianya tidak dilihat Jawa, Bali dan Nusa Tenggara berada pada kondisi Atas hanya dari sisi bencana yang mungkin akan Normal (>116%) diprakirakan akan mengalami berimplikasi pada penurunan produksi padi, namun penambahan curah hujan pada bulan Juli 2014. Pada kita juga harus melihat sebagai peluang baru untuk Wilayah Papua bagian Barat dan Tengah berada pada mengoptimalkan lahan rawa lebak (dangkal, Kondisi Bawah Normal (31-50%) diprakirakan akan tengahan dan dalam ) dengan luas berkisar 13,3 mengalami penurunan curah hujan yg cukup signifikan.juta hektar untuk pertanaman padi baru di musim kemarau. ***Kondisi dan fenomena pergeseran kejadian iklim yang

ekstrim sudah terjadi dan berada dihadapan kita yang

Gambar 1 dan 2 Prakiraan Hujan Juni 2014 di Indonesia oleh BMKG

Page 6: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

6Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

“ MPO akan menjadi kendali bila Provinsi dan Kementerian Keuangan dan Kementerian Pertanian.Kabupaten rutin menginput data pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan di lapangan. Dengan menginput data pelaksanaan kegiatan melalui MPO diharapkan laporan akan cepat dan akurat diterima di pusat", demikian paparan Sekditjen PSP - Ir Abdul Madjid dalam sambutan acara pembukaan TOT Model Pelaporan Online (MPO) yang dilaksanakan di Ruang Rapat Lamunti (5/3/2014). Hadir dalam acara tersebut para petugas MPO dari dinas Provinsi yang menangani kegiatan Ditjen PSP.

Menurutnya, pelaporan merupakan hal sangat penting, yaitu menyangkut realisasi fisik dan keuangan. Pelaporan melalui online bisa sangat lengkap mulai dari realisasi fisik, keuangan serta titik koordinat lokasi pelaksanaan kegiatan tertera di MPO tersebut. Berbeda pelaporan yang dilaksanakan melalui SAI, yang dilihat hanya r e a l i s a s i k e u a n g a n berdasarkan bukti SP2D. Hasil dari laporan MPO juga merupakan sumber data pendukung laporan M o n e v 2 0 1 4 y a n g d i p a n t a u o l e h

Sesditjen PSP berharap agar petugas provinsi yang telah ikut latihan ini dapat menyebarkan ilmunya ke petugas pelaporan di kabupaten masing-masing. Karena pentingnya petugas pelaporan, Sesditjen PSP berharap agar dapat dialokasikan honor untuk para petugas pelaporan.

Realisasi Kegiatan

Dalam model pelaporan online yang sudah disempurnakan ini tercantum blanko isian kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian baik untuk realisasi keuangan maupun fisik yang dilaksanakan di daerah yang harus diisi secara rutin. Dibuat dengan sederhana, sehingga memudahkan bagi para petugas pelaporan di daerah untuk dapat menginput data secara rutin.

Laporan dirancang secara detail sehingga kantor Pusat bisa memantau setiap saat perkembangan kegiatan, mulai dari realisasi kegiatan,kelompok tani pelaksana kegiatan serta , titik koordinatnya, nama desa/kecamatan, dan lainnya. Hal ini akan memudahkan pengendalian di daerah.***

Kendali Kegiatan Di Daerah

Model Pelaporan Online (MPO)

Page 7: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

7Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

irektorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian bekerjasama dengan Dinas Psikologi Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat melakukan kegiatan Dpemeriksaan psikologis atau yang lebih dikenal

dengan psikotes (Assesment Test) bagi Pejabat dan Staf Senior Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. Kegiatan ini dilaksanakan di Kantor Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Ged.D lantai 8, Kementerian Pertanian. (18-20/03/2014).

Psikotes dilaksanakan dalam rangka mengantisipasi perkembangan kemajuan teknologi dan sistem kinerja pegawai pada lembaga/ kementerian pemerintah. Melalui peningkatan kualitas pegawai, diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam mencapai efektifitas, efisiensi dan produktifitas kerja.

Peserta psikotes terdiri dari Pejabat eselon III, eselon IV dan Staf senior yang sudah mencapai golongan III s/d IV/b. Selanjutnya dari hasil psikotes akan menjadi pertimbangan bagi pimpinan untuk menyesuaikan jabatan atau pekerjaan yang akan diemban oleh pegawai bersangkutan (The Right Man and Right Job). Selain itu dapat memberikan informasi atau gambaran tentang intelektualitas, sikap dan keperibadian dari masing - masing pegawai, sebagai dasar bagi pimpinan organisasi untuk kepentingan penempatan, promosi dan rotasi serta pendidikan (mengikuti program studi) dengan pengembangan potensi pegawai. Dan tak kalah penting, hasil psikotes merupakan data penting bagi pimpinan organisasi, untuk melakukan pembinaan bagi pegawai yang bermasalah.***

Assesment Tes Bagi Pegawai Ditjen PSP

Page 8: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

8Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Capaian Kinerja Ditjen PSP

Tahun 2011 - 2013dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 273.391 Ha Meningkatnya Pengembangan Metode SRI (59,62%). Dengan proyeksi target pengembangan SRI Dan Luas Optimasi Lahan Pertanian tahun 2014 adalah sebesar 180.000 Ha, maka masih terdapat kekurangan seluas 185.089 Ha untuk pencapaian target renstra 2011-2014.

H a m b a t a n d a l a m p e l a k s a n a a n K e g i a t a n pengembangan metode SRI pada tahun 2013 adalah karena lokasi yang semula diusulkan telah digunakan untuk kegiatan lain sejenis, sehingga sebagian kegiatan pengembangan medote SRI tidak dapat dilaksanakan. Upaya kedepan diharapkan penang-

gung jawab kegiatan pengembangan SRI dan kegiatan Pengembangan Metode SRIlain sejenis di daerah melakukan koordinasi. Sedangkan hambatan dalam pencapaian target renstra Pengembangan Metode SRI Tahun 2013 terealisasi karena kegiatan optimasi lahan pertanian dibatasi 205.400 Ha atau 99,81% dari target 205.800 Ha dengan anggaran yang tersedia.(berhasil), sedangkan capaian tahun 2012 adalah outcome kegiatan pengembangan metode SRI di tahun sebesar 57.551 Ha dari target 60.300 Ha (95,44%). 2013 adalah memberikan kontribusi dalam Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka peningkatan produksi sebesar 308.100 ton. Secara pengembangan metode SRI di tahun 2013 mengalami umum gambaran realisasi capaian kegiatan peningkatan sebesar 147.849 Ha (256,90%). pengembangan metode SRI tahun 2011-2013 beserta kontribusinya digambarkan sebagai berikut :Target renst ra 2011-2014 untuk kegiatan

pengembangan SRI adalah seluas 458.480 Ha. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian kinerja pengembangan SRI

erdasarkan hasil pengukuran terhadap indikator kinerja utama pada sasaran meningkatnya luas Boptimasi lahan pertanian dan pengembangan

metode SRI, dapat disimpulkan bahwa penilaian Berhasil pada 2 indikator berikut :

Tabel 1. Capaian Sasaran Meningkatnya Luas Optimasi Lahan Pertanian dan Pengembangan SRI Tahun 2013

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

Meningkatnya

luas optimasi

lahan pertanian

dan

pengembangan

metode SRI

1

Berkembangnya

metode SRI

seluas (Ha) yang

dilaksanakan

oleh

petani/kelompok

tani

205.800 Ha 205.400 Ha 99,81 Berhasil

2

Berkembangnya

optimasi lahan

pertanian s eluas

(Ha) yang

dilaksanakan

oleh

petani/kelompok

tani

253.660 Ha 253.321 Ha 99,87 Berhasil

Sasaran

Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

Meningkatnya

luas optimasi

lahan pertanian

dan

pengembangan

metode SRI

1

Berkembangnya

metode SRI

seluas (Ha) yang

dilaksanakan

oleh

petani/kelompok

tani

205.800

Ha

205.400

Ha

99,81

Berhasil

2

Berkembangnya

optimasi lahan

pertanian s eluas

(Ha) yang

dilaksanakan

oleh

petani/kelompok

tani

253.660

Ha

253.321

Ha

99,87

Berhasil

Page 9: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

9Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Gambar 1. Realisasi Pengembangan Metode SRI Tahun 2011-2013

Sumber data: Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, 2013 Outcome dihitung dengan asumsi peningkatan Produktivitas 1,5 ton/ha

Optimasi Lahan Pertanian ton. Secara umum gambaran realisasi capaian kegiatan optimasi lahan tahun 2011-2013 beserta

Capaian Optimasi lahan Pertanian Tahun 2013 kontribusinya digambarkan sebagai berikut :adalah sebesar 253.321 Ha atau 99,87% dari target 253.660 Ha (berhasil), sedangkan capaian tahun 2012 adalah sebesar 199.068 Ha dari target 209.800 Ha (94,88%). Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka optimasi lahan pertanian di tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 6.332 Ha (27,25%).Target renstra 2011-2014 untuk kegiatan optimasi lahan adalah seluas 693.198 Ha. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian kinerja optimasi lahan pertanian dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 474.707 Ha (68,48%). Dengan proyeksi target optimasi lahan tahun 2014 adalah sebesar 200.000 Ha, maka masih terdapat kekurangan seluas 218.491 Ha untuk pencapaian target renstra 2011-2014.

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan optimasi lahan pertanian pada tahun 2013 adalah lokasi yang semula diusulkan telah digunakan untuk kegiatan lain sejenis, sehingga sebagian kegiatan pengembangan optimasi lahan tidak dapat dilaksanakan. Upaya ke-depan diharapkan penanggung jawab kegiatan Optimasi lahan dan kegiatan lain sejenis di daerah melakukan koordinasi. Sedangkan hambatan dalam pencapaian target renstra karena kegiatan optimasi lahan pertanian dibatasi dengan anggaran yang tersedia.outcome kegiatan optimasi lahan pertanian di tahun 2013 adalah m e m b e r i k a n k o n t r i b u s i d a l a m peningkatan produksi sebesar 379.982

Meningkatnya Luas Areal Pertanian pada Kawasan Tanaman Pangan

Tercetaknya areal sawah

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap indikator kinerja utama pada sasaran meningkatnya luas areal pertanian pada kawasan tanaman pangan, dapat disimpulkan bahwa penilaian Berhasil pada indikator berikut :

Tabel 2. Capaian Sasaran Meningkatnya Luas Areal Pertanian pada Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2013

Gambar 2. Realisasi Pengembangan Optimasi Lahan Tahun 2011-2013

Sumber data: Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, 2013 Outcome dihitung dengan asumsi peningkatan Produktivitas 1,5 ton/ha

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

Meningkatnya

luas areal

pertanian pada

kawasan

tanaman

pangan

1

Tercetaknya

areal sawah

seluas (Ha) yang

dimanfaatkan

untuk kegiatan

usahatani padi

62.275 Ha 55.558 Ha 84,39 Berhasil

Page 10: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

10Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Peningkatan luas areal pertanian pada kawasan tanaman pangan dilaksanakan melalui kegiatan pencetakan areal sawah. Pencetakan areal sawah Tahun 2013 terealisasi 55.558 Ha atau 84,39% dari target 62.275 Ha (Berhasil), sedangkan capaian tahun 2012 adalah sebesar 98.356,5 Ha dari target 100.730 Ha (97,70%). Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka pencetakan areal sawah di tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 42.808 Ha (43,52%).

Target renstra 2011-2014 untuk kegiatan pencetakan areal sawah adalah seluas 267.680 Ha. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian kinerja pencetakan areal sawah dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 267.680 Ha (100%). Dengan proyeksi target pencetakan areal sawah tahun 2014 adalah sebesar 40.000 Ha, maka pencetakan areal sawah sudah mencapai target renstra 2011-2014.

Hambatan dalam pelaksanaan Kegiatan pencetakan areal sawah pada tahun 2013 adalah karena : 1). terjadinya keterlambatan pelaksanaan SID, 2). adanya lahan yang masuk kedalam kawasan HPK dan lahan yang telah diidentifikasi tidak sesuai dengan kriteria di Pedoman Umum, 3). hasil SID masuk dalam kawasan Hutan Primer. Upaya ke depan yang di lakukan yaitu memperbaiki sistem p e l a k s a n a a n k e g i a t a n m u l a i d a r i perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan.

outcome kegiatan pencetakan areal sawah di tahun 2013 adalah memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi sebesar 138.895 ton. Secara umum gambaran realisasi capaian kegiatan pencetakan areal sawah tahun 2011-2013 beserta kontribusinya digambarkan sebagai berikut :

Meningkatnya Luas Areal Pertanian pada Kawasan Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap indikator kinerja utama pada sasaran meningkatnya luas areal pertanian pada kawasan hortikultura, perkebunan dan peternakan, dapat disimpulkan bahwa penilaian Berhasil pada 4 indikator berikut :

Sumber data: Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, 2013 Outcome dihitung dengan asumsi peningkatan Produktivitas 2,5 ton/ha

Gambar 3. Realisasi Cetak Sawah Tahun 2011-2013

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

Meningkatnya

luas areal

pertanian pada

kawasan

hortikultura,

perkebunan,

dan peternakan

1

Terlaksananya

perluasan areal

hortikultura (Ha)

yang

dilaksanakan

oleh

petani/kelompok

tani

2.020 Ha 2.020 Ha 100,00 Berhasil

2

Terlaksananya

perluasan areal

Perkebunan (Ha)

yang

dilaksanakan

oleh

petani/kelompok

tani

6.720 Ha 6.720 Ha 100,00 Berhasil

3

Terlaksananya

perluasan areal

Tebu (Ha) yang

dilaksanakan

oleh

petani/kelompok

tani

- Ha 3.000 Ha 100,00 Berhasil

4

Terlaksananya

perluasan areal

Peternakan ( Ha)

yang

dilaksanakan

oleh

petani/kelompok

tani

3.049 Ha 3.049 Ha 100,00 Berhasil

Tabel 3. Capaian Sasaran Meningkatnya Luas Areal Pertanian pada Kawasan Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan Tahun 2013

Page 11: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

11Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Perluasan Areal Hortikultura Kegiatan perluasan areal perkebunan di tahun 2013 dapat meningkatkan areal tanam komoditas

Peningkatan luas areal pertanian pada kawasan perkebunan, meningkatnya produksi komoditas Hortikultura dilaksanakan melalui kegiatan perluasan perkebunan unggulan nasional dan lokal, tersedianya areal hortikultura. Perluasan Areal Hortikultura Tahun produk perkebunan yang berkualitas, serta 2013 terealisasi 2.020 Ha atau 100% dari target 2.020 terbentuknya Kawasan Industr i Masyarakat Ha (berhasil), sedangkan capaian tahun 2012 adalah Perkebunan (KIMBUN). Selain itu, kegiatan perluasan sebesar 4.137 Ha dari target 4.205 Ha (98,38%). areal perkebunan memberikan pengaruh sosial dan Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka ekonomi bagi lingkungan sekitar karena menyerap perluasan areal hortikultura di tahun 2013 mengalami tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan dan penurunan sebesar 2.117 Ha (51,17%). kesejahteraan petani.

Target renstra 2011-2014 untuk kegiatan perluasan areal hortikultura adalah seluas 19.909 Ha. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian kinerja perluasan areal hortikultura dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 17.321 Ha (87,00%). Dengan proyeksi target perluasan areal hortikultura tahun 2014 adalah sebesar 2.500 Ha, masih terdapat kekurangan seluas 2.588 Ha untuk pencapaian target renstra 2011-2014.

Kegiatan perluasan areal hortikultura di tahun 2013 dapat meningkatkan areal tanam komoditas hortikultura, meningkatnya produksi komoditas hortikultura unggulan nasional dan lokal, tersedianya produk hortikultura yang berkualitas, serta terbentuknya kawasan sentra produksi hortikultura yang berwawasan agribisnis.

Perluasan Areal Perkebunan

Peningkatan luas areal pertanian pada kawasan Perkebunan dilaksanakan melalui kegiatan perluasan areal perkebunan. Perluasan Areal perkebunan Tahun 2013 terealisasi 6.720 Ha atau 100% dari target 6.720 Ha (Berhasil), sedangkan capaian tahun 2012 adalah sebesar 8.660 Ha dari target 8.961 Ha (96,64%). Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka perluasan areal perkebunan di tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 1.940 Ha (51,17%).

Target renstra 2011-2014 untuk kegiatan perluasan areal perkebunan adalah seluas 52.881 Ha. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian kinerja perluasan areal perkebunan dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 39.165 Ha (74,06%). Dengan proyeksi target perluasan areal perkebunan tahun 2014 adalah sebesar 10.000 Ha, masih terdapat kekurangan seluas 13.716 Ha untuk pencapaian target renstra 2011-2014.

Perluasan Areal Tebu

Peningkatan luas areal pertanian pada kawasan Perkebunan dilaksanakan salahsatunya melalui kegiatan perluasan areal tebu. Perluasan Areal tebu Tahun 2013 terealisasi 3000 Ha atau 100% dari target 3000 Ha (Berhasil). Kegiatan perluasan areal tebu baru dilaksanakan pada tahun 2013.

Kegiatan perluasan areal tebu di tahun 2013 dapat meningkatkan areal tanam komoditas tebu, meningkatnya produktivitas 60 ton/ha/tahun, Selain itu, kegiatan perluasan areal tebu memberikan pengaruh sosial dan ekonomi bagi lingkungan sekitar karena menyerap tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Perluasan Areal Peternakan

Peningkatan luas areal pertanian pada kawasan Peternakan dilaksanakan melalui kegiatan perluasan areal peternakan. Perluasan Areal peternakan Tahun 2013 terealisasi 3.049 Ha atau 100% dari target 3.049 Ha (Berhasil), sedangkan capaian tahun 2012 adalah sebesar 3.155 Ha dari target 3.221 Ha (97,95%). Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka perluasan areal peternakan di tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 66 Ha (22,40%).

Target renstra 2011-2014 untuk kegiatan perluasan areal peternakan adalah seluas 14.415 Ha. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian kinerja perluasan areal peternakan dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 11.634 Ha (80,71%). Dengan proyeksi target perluasan areal peternakan tahun 2014 adalah sebesar 2.500 Ha, masih terdapat kekurangan seluas 2.781 Ha untuk pencapaian target renstra 2011-2014.

Page 12: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

12Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Kegiatan perluasan areal peternakan di tahun 2013 dapat tersedianya hijauan makanan ternak dalam jumlah cukup dan berkualitas pada areal peternakan. Kontibusi untuk HMT berupa komoditas rumput gajah dapat menghasi lkan rumput segar dengan produktivitas 200 ton/Ha/tahun.

Secara keseluruhan, peningkatan luas areal pertanian pada kawasan hortikultura, perkebunan dan peternakan yang dilaksanakan melalui kegiatan perluasan areal hortikultura, perkebunan dan peternakan sesuai target renstra 2011-2014 adalah seluas 90.205 Ha. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian kinerja perluasan areal hortikultura, perkebunan dan peternakan dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 70.100 Ha (80,36%). Dengan proyeksi target perluasan areal hortikultura, perkebunan dan peternakan tahun 2014 adalah sebesar 15.000 Ha, masih terdapat kekurangan seluas 20.105 Ha untuk pencapaian target renstra 2011-2014.

Pelaksanaan kegiatan perluasan areal hortikultura, perkebunan dan peternakan pada tahun 2013 secara umum tidak mengalami hambatan, sehingga dapat terealisasi 100%. Upaya ke depan masih perlu ditingkatkan kinerja kegiatan ini untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Sedangkan hambatan dalam pencapaian target renstra karena kegiatan perluasan areal hortikultura, perkebunan dan peternakan dibatasi dengan anggaran yang tersedia.Realisasi capaian kegiatan perluasan areal hortikultura, perkebunan dan peternakan tahun 2011-2013 digambarkan sebagai berikut :

Meningkatnya Ketersediaan Air Irigasi dalam Mendukung Produksi Pertanian

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap indikator kinerja utama pada sasaran meningkatnya ketersediaan air irigasi dalam mendukung produksi pertanian, dapat disimpulkan bahwa penilaian Berhasil pada indikator berikut :

Tabel 4. Capaian Sasaran Meningkatnya Ketersediaan Air Irigasi dalam Mendukung Produksi Pertanian

Sumber data: PK dan Hasil pengukuran kinerja, 2013

Terbangun dan Terlaksananya Rehab Jaringan Irigasi

Peningkatan ketersediaan air irigasi dalam mendukung produksi pertanian dilaksanakan melalui kegiatan pembangunan dan rehab jaringan irigasi. Tahun 2013 terealisasi 536.610 Ha atau 97,57% dari target 550.000 Ha (Berhasil), sedangkan capaian tahun 2012 adalah sebesar 523.615 Ha dari target 534.148 Ha (100,07%). Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka pembangunan dan rehab jaringan irigasi di tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 12.995 Ha (2,48%).

Target renstra 2011-2014 untuk kegiatan pembangunan dan rehab jaringan irigasi adalah seluas 1.829.667 Ha. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian kinerja pembangunan dan rehab jaringan irigasi dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 1.267.134 Ha (69,25%). Dengan proyeksi target kegiatan pembangunan dan rehab jaringan irigasi tahun 2014 adalah sebesar 500.000 Ha, masih terdapat kekurangan seluas 562.533 Ha untuk pencapaian target renstra 2011-2014.

H a m b a t a n d a l a m p e l a k s a n a a n K e g i a t a n pembangunan dan rehab jaringan irigasi pada tahun 2013 adalah karena dikarenakan lokasi merupakan pengembangan irigasi wilayah baru yang lokasinya

Gambar 4. Realisasi Perluasan Areal Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan Tahun 2011-2013

Sumber data: Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, 2013

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

Meningkatnya

ketersediaan air

irigasi dalam

mendukung

produksi

pertanian

1

Terbangunnya

dan

terlaksananya

rehab jaringan

irigasi seluas

(Ha) yang

dimanfaatkan

petani/kelompok

tani untuk

kegiatan

usahatani

550.000

Ha

536.610

Ha

97,57 Berhasil

Page 13: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

mengikuti lokasi perluasan areal sawah 2013. Pembangunan jaringan irigasi yang tidak terealisasi merupakan lokasi perluasan areal sawah yang belum terealisasi. Upaya tindaklanjut adalah merelokasi kegiatan pengembangan jaringan irigasi yag belum terealisasi ke lokasi lain. Sedangkan hambatan dalam pencapaian target renstra karena kegiatan pembangunan dan rehab jaringan irigasi dibatasi dengan anggaran yang tersedia.

Outcome kegiatan pembangunan dan rehab jaringan irigasi di tahun 2013 adalah memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi sebesar 2.736.711 ton. Secara umum gambaran realisasi capaian kegiatan pembangunan dan rehab jaringan irigasi tahun 2011-2013 beserta kontribusinya digambarkan sebagai berikut :

Tabel 5. Capaian Sasaran Meningkatnya Pemanfaatan Alsintan untuk Pengolahan Lahan dan Pengairan

Gambar 5. Rincian Pembangunan dan Rehab Jaringan Irigasi Tahun 2011-2013

Sumber data: PK dan Hasil pengukuran kinerja, 2013

Terlaksananya Penyediaan Traktor Roda 2

Peningkatan pemanfaatan alsintan untuk pengolahan Sumber data: Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, 2013 lahan dan pengairan dilaksanakan melalui penyediaan Outcome dihitung dengan asumsi peningkatan traktor roda 2, Tahun 2013 terealisasi 3.996 Unit atau Produktivitas 5,1 ton/ha 100% dari target 3.996 unit (Berhasil), sedangkan

capaian tahun 2012 adalah sebesar 1.567 unit dari Meningkatnya Pemanfaatan Alsintan untuk target 1.567 unit (100,00%). Apabila dibandingkan pengolahan lahan dan pengairan dengan capaian 2012, maka penyediaan traktor roda 2

di tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 2.429 Berdasarkan hasil pengukuran terhadap indikator Unit (155,01%). Capaian kinerja kegiatan penyediaan kinerja utama pada sasaran meningkatnya traktor roda 2 dari tahun 2011-2013 adalah sebesar pemanfaatan alsintan untuk pengolahan lahan dan 6.415 Unit.pengairan, dapat disimpulkan bahwa penilaian Berhasil pada 5 indikator berikut : Terlaksananya Penyediaan Pompa Air

Peningkatan pemanfaatan alsintan untuk pengolahan lahan dan pengairan dilaksanakan melalui penyediaan pompa air, Tahun 2013 terealisasi 2.002 Unit atau 100% dari target 2.002 unit (Berhasil), sedangkan capaian tahun 2012 adalah sebesar 600 unit dari target

Sasaran

Strategis

Indikator Kinerja

Target

Realisasi

Capaian (%)

Meningkatnya

pemanfaatan

alsintan untuk

pengolahan

lahan dan

pengairan

1

Terlaksananya

penyediaan

Traktor Ro da 2

sebanyak (Unit)

yang digunakan

petani/kelompok

tani untuk

mengolah tanah

-

Unit

3.996

Unit

100,00 Berhasil

2

Terlaksananya

Penyediaan

Pompa Air

Sebanyak (Unit)

yang digunakan

petani/kelompok

tani untuk

mengolah tanah

2.002

Unit

2.002

Unit

100,00 Berhasil

3

Terlaksananya

Penyediaan Rice

Transplanter

Sebanyak (Unit)

yang digunakan

petani/kelompok

tani untuk

mengolah tanah

-

Unit

153

Unit

100,00 Berhasil

4

Terlaksananya

Penyediaan

chopper

Sebanyak (Unit)

yang digunakan

petani/kelompok

tani unt uk

mengolah tanah

-

Unit

154

Unit

100,00 Berhasil

5 Terlaksananya

Penyediaan

Cultivator

Sebanyak (Unit)

yang digunakan

petani/kelompok

tani untuk

mengolah tanah

- Unit 200 Unit 100,00 Berhasil

13Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Page 14: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

600 unit (100,00%). Apabila dibandingkan dengan adalah 24.192 unit. Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka penyediaan pompa air di tahun target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian 2013 mengalami peningkatan sebesar 1.402 Unit kinerja kegiatan pemanfaatan alsin dari tahun 2011-(233,67%). Capaian kinerja kegiatan penyediaan 2013 adalah 10.031 unit (41,46%). Dengan proyeksi pompa air dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 3.012 target kegiatan pemamfaatan alat dan mesin pertanian Unit. tahun 2014 adalah sebesar 14.362 Ha, masih terdapat

kekurangan sebesar 14.161 unit untuk pencapaian target renstra 2011-2014.

Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan alsintan pada tahun 2013 tidak mengalami hambatan sehingga dapat tercapai target 100%. Upaya ke depan masih perlu ditingkatkan kinerja kegiatan ini untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Sedangkan hambatan dalam pencapaian target renstra karena kegiatan pemanfaatan alsintan dibatasi dengan anggaran yang tersedia.

Kegiatan pemanfaatan alsintan di tahun 2013 dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kepemilikan alsintan oleh kelompok tani/UPJA untuk mempercepat pengolahan tanah dan penyediaan air irigasi. Diharapkan nantinya Traktor Roda Dua akan dapat mengolah lahan pertanian seluas 79.920 ha dan pompa air akan dapat mengairi lahan pertanian seluas 50.050 ha.

Realisasi capaian kegiatan pemanfaatan alsintan tahun 2011-2013 digambarkan sebagai berikut :

Gambar 6. Realisasi Pemanfaatan Alsintan Tahun 2011-2013

Te r l a k s a n a n y a P e n y e d i a a n Cultivator

Peningkatan pemanfaatan alsintan untuk pengolahan lahan dan pengairan dilaksanakan melalui penyediaan Cultivator, Tahun 2013 terealisasi 200 Unit atau 100% dari target 200 unit (Berhasil). Pada tahun 2011 dan 2012, tidak dialokasikan Cultivator. Apabila dibandingkan dengan capa ian 2012, maka penyediaan Cultivator di tahun 2013 Sumber data: Direktorat Alat dan Mesin Pertanian, 2013mengalami peningkatan sebesar 200 Unit (100%). Capaian kinerja kegiatan penyediaan Cultivator dari Terfasilitasinya penyaluran pupuk bersubsidi tahun 2011-2013 adalah sebesar 200 Unit.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap indikator Secara keseluruhan, target renstra 2011-2014 untuk kinerja utama pada sasaran penyediaan pupuk dan kegiatan pemanfaatan alat dan mesin pertanian yang pestisida sesuai azas 6 (enam) tepat, dapat meliputi penyediaan traktor roda 2, traktor roda 4, disimpulkan bahwa penilaian Sangat Berhasil pada pompa air, Rice Transplanter, Cultivator dan Chopper indikator berikut :

Terlaksananya Penyediaan Rice Transplanter

Peningkatan pemanfaatan alsintan untuk pengolahan lahan dan pengairan dilaksanakan melalui penyediaan Rice Transplanter, Tahun 2013 terealisasi 153 Unit atau 100% dari target 153 unit (Berhasil). Pada tahun 2012, tidak dialokasikan Rice Transplanter. Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka penyediaan Rice Transplanter di tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 153 Unit (100%). Capaian kinerja kegiatan penyediaan Rice Transplanter dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 327 Unit.

Terlaksananya Penyediaan Chopper

Peningkatan pemanfaatan alsintan untuk pengolahan pakan ternak dilaksanakan melalui penyediaan Chopper, Tahun 2013 terealisasi 154 Unit atau 100% dari target 154 unit (Berhasil). Pada tahun 2011 dan 2012, tidak dialokasikan Chopper. Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka penyediaan Chopper di tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 154 Unit (100%). Capaian kinerja kegiatan penyediaan Chopper dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 154 Unit.

14Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Page 15: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

Tabel 6. Capaian Sasaran Terfasilitasinya penyaluran pupuk bersubsidi

ditingkatkan kinerja kegiatan ini untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Sedangkan hambatan dalam pencapaian target renstra karena kegiatan pupuk bersubsidi dibatasi dengan

anggaran yang tersedia.

Kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi di tahun 2013 dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan jaminan ke te rsed iaan pupuk yang dapat menjaga/meningkatkan produktivitas/produksi komoditas pertanian.

Realisasi capaian kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi tahun 2011-2013 digambarkan sebagai berikut :

Gambar 7. Penyaluran Pupuk Bersubsidi Tahun 2011-2013

Sumber data: Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2013

Meningkatnya Produksi Pupuk Secara Insitu

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap indikator kinerja utama pada sasaran meningkatnya produksi pupuk secara insitu, dapat disimpulkan bahwa penilaian Berhasil pada indikator berikut :

sebesar 34.340.000 ton. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian kinerja kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi

dari tahun 2011-2013 adalah 25.669.282 ton (75,00%). Dengan proyeksi target kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi tahun 2014 adalah sebesar 9.550.000 ton, masih terdapat kekurangan sebesar 8.670.718 to n untuk pencapaian target renstra 2011-2014.

Pelaksanaan penyaluran pupuk bersubsidi pada tahun 2013 tidak mengalami hambatan sehingga dapat tercapai target 100%. Upaya ke depan masih perlu

Penyaluran Pupuk Bersubsidi yang digunakan oleh Petani sesuai azas 6 (enam) Tepat

Peningkatan pupuk dan pestisida sesuai azas 6 tepat dilaksanakan melalui penyaluran pupuk bersubsidi yang meliputi 5 jenis pupuk yaitu pupuk Urea, SP-36, ZA, NPK dan organik. Pada tahun 2013, realisasi penyaluran masing-masing pupuk sebagai berikut :1) Target Pupuk Urea sebanyak 3.860.101 Ton terealisasi 3.878.794 Ton (100,48%) 2) Target Pupuk SP-36 sebanyak 805.396 Ton terealisasi 820.186 Ton (101,84%) 3) Target Pupuk ZA sebanyak 1.075.000 Ton terealisasi 1.044.810 Ton (97,19%) 4) Target Pupuk NPK sebanyak 2 . 1 3 1 . 2 2 4 To n t e r e a l i s a s i 2.259.106 Ton (102,46.%) 5) Target Pupuk Organik sebanyak 739.329 Ton terealisasi 760.363 Ton (102,85%).

Penyaluran pupuk bersubsidi tahun 2013 secara total terealisasi sebesar 8.763.259 ton atau 101,77% dari target 8.611.050 ton (Sangat Berhasil), sedangkan capaian tahun 2012 adalah sebesar 8.812.021,987 ton dari target 10.528.920 ton (100,00%). Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka penyaluran pupuk bersubsidi di tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 48.763 ton (0,55%).

Secara keseluruhan, target renstra 2011-2014 untuk kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi yang meliputi pupuk urea, SP-36, ZA, NPK dan organik adalah

15Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

Terfasilitasinya

penyaluran

pupuk

bersubsidi

1 Penyaluran

pupuk bersubsidi

yang digunakan

oleh

petani/kelompok

tani sesuai azas

6 (enam) tepat

a. urea

3.860.101

Ton

3.878.794

Ton

100,48

Sangat

Berhasil

b. SP –

36

805.396

Ton

820.186

Ton

101,84

Sangat

Berhasil

c. ZA

1.075.000

Ton

1.044.810

Ton

97,19

Berhasil

d. NPK

2.131.224

Ton

2.259.106

Ton

106,00

Sangat

Berhasil

e. Organik

739.329

Ton

760.363

Ton

102,85

Sangat

Berhasil

Page 16: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

Meningkatnya

produksi pupuk

secara insitu

olen petani

1 Terbangunnya dan

terlaksananya

pembangunan UPPO

untuk penyediaan

kebutuhan pupuk

organik secara insitu

360 Unit 359 Unit 99,72 Berhasil

komunal. Sedangkan hambatan dalam pencapaian target renstra karena kegiatan pembangunan UPPO dibatasi dengan anggaran yang tersedia.

Kegiatan pembangunan UPPO di tahun 2013 dapat memberikan kontribusi dalam memenuhi kebutuhan pupuk organik anggota kelompok tani dan masyarakat sekitar, serta mendukung kegiatan SRI di

lokasi setempat.

Terbangunnya dan Terlaksananya Pembangunan Realisasi capaian kegiatan pembangunan UPPO UPPO untuk Penyediaan Kebutuhan Pupuk tahun 2011-2013 digambarkan sebagai berikut :Organik secara Insitu

Peningkatan produksi pupuk secara insitu dilaksanakan melalui p e m b a n g u n a n UPPO. Tahun 2013 terealisasi 359 unit atau 99,72% dari t a r g e t 3 6 0 u n i t ( B e r h a s i l ) , sedangkan capaian tahun 2012 adalah sebesar 100 unit dari t a r g e t 1 0 0 u n i t (100,00%). Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka pembangunan UPPO di tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 259 unit (259%).

Target renstra 2011-2014 untuk pembangunan UPPO adalah sebanyak 2.553 unit. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian kinerja pembangunan UPPO dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 1.593 unit (62,40%). Dengan proyeksi target kegiatan pembangunan UPPO tahun 2014 adalah sebesar 830 unit, masih terdapat kekurangan sebanyak 960 unit untuk pencapaian target renstra 2011-2014.

H a m b a t a n d a l a m p e l a k s a n a a n K e g i a t a n pembangunan UPPO pada tahun 2013 sehingga tidak tercapai target 100% adalah karena ada satu kelompok tani di Kabupaten Tabanan mengembalikan dana ke kas Negara dengan alasan tidak sanggup melaksanakan kegiatan karena kelompok tersebut tidak mampu menyediakan lahan untuk kegiatan dan tidak sanggup memelihara ternak sapi dengan sistem

Gambar 8. Pembangunan UPPO Tahun 2011-2013

Sumber data: Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2013

Meningkatnya Pelayanan Pembiayaan Petani melalui Bantuan Langsung Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap indikator kinerja utama pada sasaran meningkatnya pelayanan pembiayaan petani melalui bantuan langsung pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP), dapat disimpulkan bahwa penilaian Berhasil pada indikator berikut :

Tabel 8. Capaian Sasaran Meningkatnya Pelayanan Pembiayaan Petani melalui Bantuan Langsung Pengembangan Usaha Agibisnis Perdesaan (PUAP)

16Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Tabel 7. Capaian Sasaran Meningkatnya Produksi Pupuk secara Insitu

Sasaran

Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

Meningkatnya

Pelayanan

Pembiayaan

Petani melalui

Bantuan

Langsung

Pengembangan

Usaha

Agribisnis

Perdesaan

(PUAP)

1

BLM PUAP yang

digunakan gapoktan

sebanyak (Gapoktan)

untuk membiayai

kegiatan usahatani

baik on farm maupun

off farm

3.3 Gpkt

3.300

Gpkt

100,00 Berhasil00

Page 17: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

Terfasilitasinya Gapoktan BLM-PUAP dengan Dana Penguatan Modal Usaha

Meningkatnya pelayanan pembiayaan petani melalui bantuan langsung PUAP dilaksanakan melalui fasilitasi gapoktan BLM PUAP dengan dana penguatan modal usaha. Fasilitasi BLM PUAP tahun 2013 terealisasi ke 3.300 gapoktan atau 100% dari target 3.300 gapoktan (Berhasil), sedangkan capaian tahun 2012 adalah sebanyak 6.050 gapoktan dari target 6.050 gapoktan (100,00%). Apabila dibandingkan dengan capaian 2012, maka failitasi BLM PUAP di tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 2.750 gapoktan (45,45%).

Target renstra 2011-2014 untuk fasilitasi BLM PUAP adalah sebanyak 22.300 gapoktan. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2011-2014 tersebut, maka capaian kinerja fasilitasi BLM PUAP dari tahun 2011-2013 adalah sebesar 18.460 gapoktan (82,70%). Dengan proyeksi target kegiatan fasilitasi BLM PUAP tahun 2014 adalah sebesar 3.000 gapoktan, masih terdapat kekurangan sebanyak 2.750 gapoktan untuk pencapaian target renstra 2011-2014.

Pelaksanaan Kegiatan fasilitasi BLM PUAP pada tahun 2013 tidak mengalami hambatan, sehingga dapat tercapai target 100%. Sedangkan hambatan dalam pencapaian target renstra karena kegiatan fasilitasi BLM PUAP dibatasi dengan anggaran yang tersedia.

Kegiatan fasilitasi BLM PUAP di tahun 2013 dapat memberikan kontribusi pemanfaatan dana BLM-PUAP oleh 3.300 Gapoktan untuk meningkatkan usaha agribisnis, seperti : pembelian saprodi, pengolahan hasil pertanian dan usaha rumah tangga dan meningkatkan kemampuan kelembagaan 3.300 Gapoktan dalam mengelola usahanya.

Sumber data: Direktorat Pembiayaan, 2013

Gambar 9. Realisasi Fasilitasi BLM - PUAP Tahun 2011-2013

Sumber data: Direktorat Pembiayaan, 2013

Kompos Unik Produksi UPPO Kelompok Tani

Harapan Jaya

Ada yang unik dari produk kompos UPPO yang diproduksi Kel. Tani Harapan Jaya beralamat di Desa Bicali, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. UPPO yang dibangun pada Tahun Anggaran 2011 ini menghasilkan kompos yang dicampur nikotin. Untuk tujuan apa ya ...?

Ternyata kompos campur nikotin ini sangat ampuh untuk mencegah serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman mereka. Bahkan hama wereng pun yang dikenal sulit diberantas, enggan menyerang tanaman padi yang telah dipupuk dengan kompos unik ini.

Produksi kompos kelompok Harapan Jaya ini masih berjalan dan masih terus mencari pasar. Nikotin sebagai bahan campuran dibeli dari sisa pabrik rokok yang ada di wilayah tersebut.

Dari 3 kali uji coba, ternyata kompos ini memberikan hasil yang menggembirakan. Selain pertumbuhan padi tambah lebih subur juga tidak terjadi serangan hama dan penyakit. Menurut Ketua Kelompok, produksi padi yang dihasilkan sampai 10 ton per hektar.

Nikotin ditabur, hama dan penyakit pada kabur, itu mungkin kalimat yang pantas.....

17Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Page 18: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

ealisasi keuangan Ditjen Prasarana dan dan kegiatan Konservasi dan Antisipasi Anomali Sarana Pertanian Tahun Anggara 2013. Iklim dari total anggaran Rp. 25,260 milyar sudah

terealisasi 98,10 persen. Untuk kegiatan RPengembangan Jaringan Irigasi dari anggaran Rp. 550 1. Kegiatan Pengelolaan Air Irigasimilyar sudah tereal isasi sebesar 98 ,89 pe rsen , Realisasi keuangan kegiatan kegiatan Pemberdayaan Direktorat Pengelolaan Air Kelembagaan dar i to ta l Irigasi, yaitu Pengembangan anggaran Rp. 60,080 milyar Sumber Air sebesar Rp. 18 sudah terealisasi sebesar milyar terealisasi sebesar 99 92,05 persen. persen, kegiatan WISMP dari

total anggaran Rp. 10 milyar sudah terealisasi 22,65 persen,

Realisasi Keuangan Ditjen PSP Tahun Anggaran 2013Per 05 Februari 2014 (Setelah Pemotongan)

994 Layanan Perkantoran 4.338.395.000 1.550.956.050 35,75

Tabel 1. Realisasi Keuangan Pengelolaan Air Irigasi TA. 2013

Tabel 2. Realisasi Keuangan Perluasan dan Pengelolaan Lahan TA 2013

2. Kegiatan Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Perluasan Areal Hortikultura/Perkebunan/Peternakan dari masing-masing

Dari beberapa kegiatan Dit. Perluasan dan anggaran sebesar Pengelolaan Lahan cukup mengembirakan. Rp. 623,070 milyar Kegiatan Pengembangan Optimasi Lahan dari dan Rp. 112,523 anggaran Rp. 543 milyar sudah terealisasi 98,94 m i l y a r s u d a h persen. Demikian juga kegiatan SRI dari anggatan terealisasi sebesar Rp. 434 milyar sudah terealisasi 98,79 persen, 99,10 persen dan kegiatan Pengembangan Jalan Pertanian dari 1 0 0 , 0 0 p e r s e n . anggaran Rp. 29,3 milyar sudah terealisasi 99,32 Lebih lengkap dapat persen. Kegiatan Pra/Pasca Sertifikasi Lahan dilihat pada tabel 2 Pertanian realisasinya masih rendah, dari berikut.anggaran Rp.13,040 milyar baru terealisasi 69,65 persen. Kegiatan Perluasan Sawah dan

18Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Kantor Pusat Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Grand Total %

Pengembangan Sumber Air 18.000.000.000 17.820.000.000 17.820.000.000 99,00

Water Resources and Irrigation Sector Management Program (WISMP) 9.950.000.000 2.254.038.023 2.254.038.023 22,65

Konservasi Air dan Antisipasi Anomali Iklim 25.260.000.000 24.779.874.000 24.779.874.000 98,10

Pengembangan Jaringan Irigasi 550.000.000.000 543.901.908.400 543.901.908.400 98,89

Pemberdayaan Kelembagaan 60.080.000.000 55.302.054.950 55.302.054.950 92,05

OUTPUTPAGU PASCA

PEMOTONGAN

Realisasi

Kantor Pusat Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Grand Total %

Pengembangan Optimasi Lahan 543.371.000.000 537.636.680.250 537.636.680.250 98,94

Pengembangan SRI (System of Rice Intensification) 432.180.000.000 426.958.261.275 426.958.261.275 98,79

Pengembangan Jalan Pertanian 29.300.000.000 29.100.000.000 29.100.000.000 99,32

MIFEE 34.000.000 30.233.400 30.233.400 88,92

Pendampingan Cetak Sawah 19.500.000.000 17.233.419.750 17.233.419.750 88,38

Pra/Pasca Sertifikasi Lahan pertanian 13.040.000.000 9.083.009.000 9.083.009.000 69,65

Perluasan sawah 623.070.000.000 617.434.182.500 617.434.182.500 99,10

Perluasan Areal Holtikultura/Perkebunan/Peternakan 112.523.000.000 112.523.000.000 112.523.000.000 100,00

OUTPUTPAGU PASCA

PEMOTONGAN

Realisasi

Page 19: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

3. Fasilitasi Alat dan Mesin Pertanian

Kegiatan yang dilaksanan Dit. Alat dan Mesin Pertanian telah berhasil merealisasikan kegiatan Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian dengan anggaran Rp. 135,426 milyar telah terealisasi 99,35 persen. Selain itu untuk kegiatan Pengembangan UPJA Mandiri dari anggaran Rp. 5,014 milyar telah dapat direalisasikan sebesar 100 persen. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Realisasi Keuangan Alat dan Mesin Pertanian TA 2013

Tabel 4. Realisasi Keuangan Fasilitasi Pupuk dan Pestisida TA 2013

4. Fasilitasi Pupuk dan Pestisida

Kegiatan Fasilitasi Pupuk dan Pestisida meliputi kegiatan Unit Pengolahan Pupuk Organik dengan anggaran Rp. 80,823 milyar sudah terealisasi sebesar 99,91 persen, kegiatan Pendampingan Penyaluran Pupuk dari anggaran Rp. 38,576 milyar sudah terealisasi 71,62 persen. Kegiatan lainnya yaitu Penguatan Komisi Pengawas Pupuk Pestisida (Kp3) dengan anggaran Rp. 35,298 milyar sudah terealisasi 63,98 persen dan Pendampingan Penyaluran Bantuan Langsung Pupuk dari anggaran Rp. 345 juta terealisasi 26,42 persen.

19Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Kantor Pusat Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Grand Total %

Pengembangan alat dan mesin pertanian 135.426.600.000 134.546.712.816 134.546.712.816 99,35

Pengembangan UPJA Mandiri 5.014.000.000 5.013.957.825 5.013.957.825 100,00

Operasional Pengembangan, Pengawasan, dan Kelembagaan Alsintan 3.200.000.000 2.580.846.368 2.580.846.368 80,65

OUTPUTPAGU PASCA

PEMOTONGAN

Realisasi

Kantor Pusat Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Grand Total %

Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) 80.693.551.000 80.621.589.850 80.621.589.850 99,91

Pendampingan Penyaluran Pupuk 38.576.000.000 9.997.987.550 17.628.469.775 27.626.457.325 71,62

Penguatan Komisi Pengawas Pupuk Pestisida (KP3) 35.298.400.000 10.726.401.886 11.856.608.610 22.583.010.496 63,98

Pendampingan Penyaluran Bantuan Langsung Pupuk 345.000.000 91.165.600 91.165.600 26,42

OUTPUTPAGU PASCA

PEMOTONGAN

Realisasi

Tabel 5. Realisasi Keuangan Fasilitasi Pupuk dan Pestisida

5. Fasilitasi Pembiayaan Pertanian

Kegiatan Fasilitasi Pembiayaan Pertanian TA 2013 terdiri dari kegiatan Operasional PUAP dengan anggaran sebesar Rp. 9.975 milyar sudah terealisasi sebesar 81,99 persen, kegiatan Penyaluran Dana PUAP dengan total anggaran Rp. 330,624 milyar sudah terealisasi 99,98 persen. Lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 5 berikut. *** (Sumber : Evapel PSP)

Kantor Pusat Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Grand Total %

Operasional PUAP 9.975.000.000 1.406.333.350 6.771.810.800 8.178.144.150 81,99

Penyaluran dana pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP) 330.624.000.000 330.563.285.150 330.563.285.150 99,98

OUTPUTPAGU PASCA

PEMOTONGAN

Realisasi

Page 20: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

idak dapat dipungkiri bahwa penggunaan pupuk anorganik mampu meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman secara Tcepat. Sejak digulirkannya revolusi hijau pada

tahun 1960 dengan diperkenalkannya penggunaan pupuk urea yang berdampak pada peningkatan produksi tanaman pangan secara signifikan, saat ini petani semakin tergantung dengan pupuk anorganik dalam aktivitas budidayanya.

Dilain pihak, kemampuan petani untuk mengakses pupuk anorganik belum menggembirakan, dimana salah satu penyebabnya adalah kemapuan/daya beli petani yang masih rendah. Menyadari kondisi tersebut, sejak tahun 2003 pemerintah mulai memberikan fasilitasi penyediaan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian melalui pemberian subsidi kepada petani yang memiliki luas garapan tidak melebihi 2 ha setiap tahunnya.

Dari data yang ada, penyaluran pupuk bersubsidi tahun 2003 - 2013 memberikan pengaruh langsung terhadap peningkatan produksi dan produktivitas padi serta berkorelasi positif terhadap peningkatan luas tanam.

Kementerian Perdagangan dan Kementerian Dalam Negeri bersama dengan DPR RI adalah penentu kebijakan di tingkat Nasional/Pusat. Sedangkan pemerindah daerah (provinsi/kabupaten/kota) menyusun perencanaan kebutuhan serta pengawalan/pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi melalui peran Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3). Sedangkan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi merupakan tugas dan tanggung jawab dari PT. Pupuk Indonesia (Persero) beserta anak perusahaannya sebagaimana penugasan pemerintah untuk mengadakan dan menyalurkan pupuk bersubsidi ke masing-masing daerah yang menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Mekanisme Penyediaan Pupuk Bersubsidi Untuk menjamin optimalisasi penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi; Kementerian

Ketersediaan pupuk bersubsidi merupakan tanggung Pertanian selain mempunyai kewenangan untuk jawab dari berbagai pihak sesuai dengan tupoksinya mengalokasikan pupuk sampai tingkat provinsi, masing-masing. Pemerintah pusat yang terdiri dari melakukan realokasi antar provinsi juga berwenang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementeria Keuangan, Kementerian Pertanian,

Pupuk Bersubsidi, Antara Harapan dan Kenyataan

TAHUN LUAS

TANAM* ( Juta Ha)

LUAS PANEN** (Juta Ha)

PRODUKSI** (Juta Ton)

PROVITAS** (Ku/Ha)

Realisasi Pupuk*** ( Juta Ton)

2003

11,37

11,49

52,14

45,38

5,19

2004

12,06

11,92

54,09

45,36

5,76

2005

11,97

11,84

54,15

45,74

5,70

2006

11,98

11,79

54,45

46,20

5,67

2007

12,30

12,15

57,16

47,05

6,35

2008

12,51

12,33

60,33

48,94

6,92

2009

13,06

12,88

64,40

49,99

7,87

2010

13,51

13,25

66,47

50,15

7,36

2011

13,39

13,20

65,76

49,80

8,40

2012

13,54

13,45

69,06

51,36

8,91

2013

13,96

13,77

70,87

51,46

8,86 * Sumber data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

** Sumber data BPS, 2014 *** Sumber data Direktorat Pupuk dan Pestisida

Oleh : Made Gora, SP, MM

20Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Page 21: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

untuk menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi.

Dari sisi proses perencanaan anggaran, HPP (Harga Pokok Penjualan) diusulkan oleh BUMN (PT Pupuk Indonesia (Persero)) dan diajukan kepada Kementan untuk mendapat penetapannya. Secara sederhana terkait dengan volume pupuk bersubsidi, anggaran yang diperlukan, besaran HPP dan HET dapat digambarkan melalui formula sebagai berikut :

Besarnya Subsidi (RP) = (HPP(Rp/ton) - HET(Rp/ton)) x Volume (ton)

Pemerintah untuk kurang bayar tahun 2012 sebesar Rp. 6,6 triliun yang baru dapat diselesaikan melalui ABBN 2014 sebesar Rp. 3,0 triliun.

Petanyaannya adalah : begitu beratkah Pemerintah untuk memberikan tambahan alokasi anggaran subsdi pupuk bagi petani yang umumnya petani gurem yang mana kepada mereka kita bebankan tugas untuk mengamankan ketahanan pangan Nasional?. Subsidi pupuk sebesar Rp. 18,04 triliun sungguh tidak berarti banyak jika dibandingkan subsidi BBM yang telah mencapai lebih dari Rp. 200 triliun per tahun.

Permasalahan yang selalu timbul dalam penyusunan Sebagai penutup tulisan ini, saya ingin memberikan perencanaan subsidi pupuk adalah : 1) a l o k a s i saran untuk mengatasi permasalahan dalam anggaran subsidi pupuk merupakan wewenang dari pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi, yaitu : Kementerian Keuangan dan Badan Angaran DPR RI; 1) perbesar alokasi anggaran subsidi pupuk atau; 2) 2) HPP yang diusulkan oleh pihak produsen selalu mulai dipikirkan untuk menaikkan HET Pupuk mengalami perubahan/kenaikan sebagai akibat Bersubsidi. ***adanya kenakan harga bahan baku pupuk (terutama gas), ongkos produksi serta perubahan nilai kurs dollar; dan 3) besaran HET yang tidak pernah mengalami perubahan/kenaikan sejak tahun 2011.

Dengan adanya kondisi seperti tersebut diatas serta d ika i tkan mel ihat formulas i penyusunan pererencanaan subsidi pupuk, maka hanya volume pupuk bersubsidi merupakan variable yang dapat diubah/disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Dari perhitungan yang dilakukan menggunakan formulasi diatas, maka subsidi pupuk tahun 2014 sebesar Rp. 18,04 triliun dapat memberikan subdidi harga untuk volume pupuk sebanyak 7,778 juta ton. Sedangkan kebutuhan ideal pupuk di tingkat lapang berkisar 9,55 juta ton. Dengan demikian prakiraan sementara, pupuk sebanyak 7.778 juta ton hanya mampu mmemenuhi kebutuhan petani sampai bulan Oktober 2014.

Kekurangan alokasi pupuk bersubsidi sebagai akibat terbatasnya anggaran subsidi yang disediakan Pemerintah selalu terjadi setiap tahun. Untuk mengatasi hal tersebut maka Pemerintah terpaksa 'berhutang" kepada produsen pupuk agar pupuk bersubsidi tetap disalurkan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Keadaan seperti ini tentunya kurang sehat baik bagi Pemerintah yang harus menanggung beban bunga maupun bagi produsen yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap casflow mereka. Sebagai ilustrasi hutang

21Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Page 22: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

suransi pertanian sangat dibutuhkan oleh para petani untuk melindungi usahataninya dari risiko usaha/gagal panen sebagi akibat bencana alam Adan serangan OPT. Melalui asuransi pertanian,

petani mendapat penggantian kerugian jika mengalami puso (pertanaman rusak atau tidak panen hingga 75%/ha) dan terhindar dari peminjaman modal kerja dari pelepas uang berbunga tinggi.

Asuransi Pertanian, mendidik petani untuk meningkatkan produks i dan produkt iv i tas usahataninya karena petani diharuskan mengikuti anjuran teknis dan terus diawasi oleh pihak asuransi agar anjuran berusahatani padi yang dipersyaratkan dalam asuransi dapat dilaksanakan, sebagai bagian dari kewajiban untuk memperoleh, pertanggungan asuransi.

Kementerian Pertanian sedang berupaya agar Program Asuransi Pertanian dapat segera di implementasikan skala luas di lapangan, berkenaan dengan itu sebagai upaya pembelajaran, mulai Musim Tanam (MT) Oktober 2012 - Maret 2013, dan Oktober 2013-Maret 2014 Kementerian Pertanian telah melakukan ujicoba (pilot project) Asuransi Usahatani Padi (AUTP) seluas 2 ribu ha di 2 propinsi, yaitu Jawa Timur dan Sumatera Selatan, masing-masing seribu ha. Direncanakan pada tahun 2014 dikembangkan seluas 1000 ha di Prov Jawa Barat (Cirebon dan Ciamis).

Uji coba tersebut melibatkan partisipasi BUMN pertanian, seperti BUMN pabrik pupuk yang tergabung dalam PT Pupuk Indonesia (Persero) serta PT Jasindo sebagi pelaksana asuransi. Dalam rangka kemitraan dengan petani, BUMN memfasilitasi pembiayaan premi asuransi sebesar 80%, sedangkan 20% sisanya menjadi tanggungan petani. Uji coba AUTP tersebut juga dilaksanakan kerjasama dengan JICA di Provinsi Jawa Timur (Jombang dan Nganjuk) seluas 1500 ha untuk MT Oktober 2013-Maret 2014, dan rencananya untuk MT April-Sep 2014 seluas 1500 ha. Rekapitulasi pelaksanaan Ujicoba AUTP tersebut sebagai berikut

pembayaran 80% premi asuransi atau sebesar Rp. 144 ribu/Ha Atas nama petani (tertanggung) Menyediakan saprodi sesuai RDKK.2. Petani/Poktan (tertanggung) : Menerapkan rekomendasi teknis, Melaksanakan ketentuan Polis Membayar premi asuransi 20% atau sebesar Rp. 36 ribu/Ha.3. Perusahaan Asuransi : Menerbitkan Polis dan menagih premi ke petani dan BUMN/JICA, Membayar klaim sebesar Rp. 6 Juta rupiah.4. Kementan : Fasilitasi pelaksanaan program, Rekomendasi teknis.

Untuk satu hektar sawah dalam uji coba ini, premi yang harus disediakan sebesar Rp. 180 ribu, sebanyak Rp. 144 ribu disubsidi oleh BUMN Pupuk dan sisanya sebesar Rp. 36 ribu menjadi tanggungan petani. Dengan premi sebesar itu apabila petani gagal panen (Puso) akan mendapatkan santunan sebesar Rp. 6 juta.

Kriteria Calon Peserta Asuransi Usahatani Padi (CP-AUTP) : 1) Petani padi sawah yang bergabung dalam kelompok tani aktif dan mempunyai pengurus lengkap; 2) Bersedia mengikuti rekomendasi teknis, anjuran asuransi termasuk membayar premi sebesar 20%.

Kriteria Calon Lokasi Peserta Asuransi Usahatani Padi (CL-AUTP) : 1) Lokasi memenuhi persyaratan standar teknis penanaman padi; 2) Lokasi mempunyai batas Tanggung jawab para pihakdan ukuran luas yang jelas dengan luas areal yang diasuransikan maksimal 2 (dua) hektar.1. BUMN Pupuk/JICA : Menyediakan dana untuk

Uji Coba Asuransi Usaha Tani Padi Oleh : Dit. Pembiayaan

22Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

No Provinsi Kabupaten Luas (Ha) Klaim (Ha) %

a. Tahun 2012

1 Jawa Timur Tuban

320.00

80.00 25.00

Gresik

150.87

- -

2 Sumatera Selatan OKU Timur

152.25

7.28

4.78

Jumlah a

623.12

87.28 14.01

b. Tahun 2013

1 Jawa Timur Jombang

727.50

16.00 2.20

Nganjuk

709.11

- -

2 Sumatera Selatan OKU Timur

766.25

42.50

5.55

Jumlah b

2,202.86

58.50 2.66

c. Tahun 2014 (Rencana)

1 Jawa Timur Jombang

1,025.00

- -

Nganjuk

1,000.00

- -

2 Jawa Barat Cirebon

1,000.00

- -

Jumlah c

3,025.00

- -

Total a+b+c

5,850.98

145.78 2.49

Cirebon dan Ciamis

Page 23: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

23Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

edangkan petani membayar sebesar 20% atau Rp 36.000,- per ha.

5. Periode Pertanggungan, asuransi usahatani padi berlaku untuk satu musim tanam, dimulai pada tanggal perkiraan tanam dan berakhir pada tanggal perkiraan panen.

Catatan: pendaftaran calon peserta harus sudah dilaksanakan 2 (dua) bulan sebelum musim tanam.

Permasalahan

Implementasi ujicoba AUTP dilapangan masih menemui berbagai kendala dan perlu dipersiapkan dengan seksama. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan ujicoba tersebut antara lain:

1). kegiatan yang relatif baru baik petani sebagai Kriteria Gagal Panen (PUSO)tertanggung dan Asuransi sebagai penanggung sama-sama belum berpengalaman dalam menanggung rIsiko Puso adalah suatu keadaan kerusakan tanaman atau yang akan terjadi, sifat menolak atau "latgart" seringi bagian tanaman yang ditimbulkan oleh banjir, timbul mengingat sudah cukup bayak janji-janji yang keker ingan a tau serangan OPT, seh ingga diberikan kepada petani bahwa areal pertanaman padi menyebabkan tanaman atau bagian tanaman tersebut yang terkena puso akan diganti, sehingga mereka mengalami kerusakan > 75%. menganggap perlindungan pertanaman dalam bentuk asuransi tidak diperlukan, apalagi harus membayar Penggantian puso: Bila > 75 persen dari luas area lahan premi asuransi. 2). kesulitan pengumpulan premi dari sawah per petani terkena puso. Penggantian puso petani oleh perusahaan asuransi, karena jumlah relatif bukan berdasarkan total luas kelompok, tapi luas per kecil dan menyebar, sementara kelembagaan asuransi individu petani.ditingkat lapangan belum jalan.

Risiko yang DijaminPermasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan ujicoba menjadi pijakan dan learning by Tiga jenis risiko yang ditanggung dalam skim asuransi doing untuk memperbaiki sistem yang digunakan, usahatani padi ini yaitu: banjir, kekeringan, dan setidaknya sistem yang diujicobakan sudah berjalan dan serangan OPTinfrastruktur dalam pelaksanaan tersebut sudah tersedia berjalan sesuai kriteria.Premi Asuransi Usahatani Padi

Implementasi Asuransi Pertanian ke depan1. Harga pertanggungan, ditetapkan sebesar Rp 6.000.000,- per ha sebagai nilai santunan kerugian

Potensi asuransi pertanian di Indonesaia sangat besar. untuk membantu biaya menanam kembali, termasuk Khusus untuk tanaman padi saja diperkirakan mencapai untuk mempersiapkan lahan, ongkos tenaga kerja luas tanam (2 MT) sekitar 12,8 juta Ha pada tahun 2014. dan pupuk. Harga pertanggungan menjadi dasar Dari sejumlah itu 1,1 juta Ha masuk dalam program perhitungan premi dan merupakan batas maksimum GP3K (Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis santunan kerugian.Korporasi) dan 3 juta Ha masuk dalam program Sekolah 2. Suku Premi, sebesar 3% dari biaya usahatani (biaya Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL PTT). input) sebesar Rp 6.000.000,- atau Rp 180.000,- per Untuk tahap awal, bila kedua program itu saja masuk hektar. asuransi pertanian maka dampak usaha, kesempatan 3. Premi asuransi disubsidi Perusahaan BUMN kerja dan jaminan peningkatan produksi dan Pupuk/JICA sebesar 80% dan petani menanggung produktivitas dapat diandalkan.20%.

4. Perusahaan BUMN Pupuk/JICA sebagai Kontributor akan membayar premi sebesar Rp 144.000,- per ha,

Bagan Mekanisme Pelaksanaan Asuransi Usahatani Padi

POKTAN (Tertanggung)

Dinas Pertanian PROVINSI

AGEN Asuransi

Dinas Pertanian KAB/KOTA

PERSAHAAN ASURANSI (Penanggung)

Kec/Desa PPL/POPT-PHP

§ PKS § Penyaluran

Subsidi Premi

Kemitraan (BUMN/JICA)

KEMENTAN (DITJEN PSP)

Pendaftaran peserta dan pemeriksaan kerugian

§ Pembayaran Premi Swadaya

§ Pembayaran Klaim asuransi Pelaporan kepada

Penanggung

Page 24: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

24Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

esungguhnya intervensi manusia memanfaatkan dimunculkan sebatas identitas kebudayaan baru. sumber air dapat dibenarkan demi berlanjutnya Namun demikian, beberapa pakar dan pemerhati Ske-hidupan, apalagi untuk kepentingan sumber air l ingkungan berpendapat bahwa cara-cara

itu sendiri. Namun usikan manusia yang berlebihan ter- pengelolaan yang diterapkan di tempat-tempat itu kadang mengarah pada perilaku yang mengabaikan dapat dikatakan sudah berkembang menjadi kaidah-kaidah lingkungan, sumber air yang dibebani ekowisata. melebihi daya dukungnya mengakibatkan sumber air kehilangan fungsinya. Tindakan pengrusakan, peng- Beberapa tahun lampau, Jakarta pernah mengupaya-urugan, apalagi penutupan sumber air faktanya justru kan pemeliharaan lahan basah (Sungai Ciliwung) menghadirkan daya rusak air (tragedi Situ Gintung), yang diintegrasikan dengan pengembangan lokasi bencana banjir, serta ancaman berbagai penyakit. cagar budaya Betawi, namanya Condet di kawasan Sumber air yang terdegradasi juga menciptakan ke- Jakarta Timur . Pengembangan sarana dan langkaan air terutama pada musim kemarau. Akibat lebih prasarana fisik menjadikan kawasan ini terbuka dari lanjut menjadi ancaman keberlanjutan keaneka- isolasi, makin terkenal, dan mudah diakses. ragaman hayati, tumbuhan yang hidup di habitat itu Penduduk baru dari pusat kota berbondong-bondong tergusur dan satwanya pun terusir. Tidak hanya itu, masuk, membeli tanah, dan kemudian membangun lenyapnya sumber air juga berakibat kepada putusnya rumah baru di atas bekas tanah kebun buah-buahan. hubungan manusia dengan keanekaragaman hayati, Tanda-tanda kawasan Condet sebagai cagar budaya merenggangkan hubungan harmonis sesama warga Betawi pun semakin tidak terlihat. Bahkan lahan yang hidup berdampingan di sekitar sumber air, dan pohon salak Condet yang terlanjur jadi icon sudah menjauhkan kehidupan mereka sehari-hari dari sumber sulit ditemukan. Marzali (2005: 76) berpendapat air. bahwa yang terjadi di Condet adalah 'dilema

pembangunan ' , yakn i pe r -ubahan yang Menyadari seringnya bencana banjir dan kelangkaan air d i rencanakan ' dengan ' pe rubahan yang yang datang silih berganti, berbagai elemen dan lapisan sesungguhnya'. Munculnya dilema tersebut disebab-masyarakat terutama diperkotaan gencar menyuarakan kan cara Pemerintah DKI Jakarta mengabaikan tuntutan penangulangannya. Pemangku jabatan dari dampak dari hubungan antara sebuah kota yang berbagai tingkatan pun bergegas menanggapinya, ada sedang berkembang dengan komunitas pinggiran.yang sekedar melontarkan per-nyataan keprihatinan, menentukan sikap, hingga ber-tindak. Upaya Pada tahun 1998 organisasi ke-Betawi-an yang ter-penyelamatan dan mengembalikan fungsi fungsi sumber gabung di dalam Bamus Betawi mengajukan air senantiasa dilakukan dengan pola yang cenderung kawasan sekitar Setu Mangga Bolong dan Setu sama, biasanya diawali dengan penguasaan kawasan, Babakan sebagai kawasan cagar budaya Betawi, pembangunan fisik, kemudian mengamankannya pengganti Condet yang dianggap gagal. Di destinasi dengan memancang aturan dan ancaman. Per-kampungan Budaya Betawi saat ini sudah padat

dengan perumahan, permukiman, rumah ibadah, Upaya menyelamatkan lahan basah yang menampil-kan sekolah-sekolah, gedung pertemuan, kantor, serta identitas budaya setempat sudah banyak dilaku-kan di fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipentaskan-beberapa negara. Fenomena membangkitkan kembali nya pertunjukan kesenian Betawi. Untuk kepenting kesadaran entitas etnik tersebut nampaknya dipertegas wisata dan rekreasi, hampir sekeliling situ telah dan sengaja diperkenalkan di ruang publik. Romantisme dibangun turab atau taludisasi, pohon dan semak di pada kerinduan masa lalu tersebut terkesan konstruktif sempadan situ ditutup dengan pelataran konstruksi bagi pelestarian lingkungan dan sumberdaya air. Upaya beton. Temaram yang dihadirkan pada malam hari tak itu penting dan perlu di apresiasi, meskipun yang menyisakan lokasi yang pernah dianggap angker.

EtnohidrologiSuatu Pendekatan Pemeliharaan Sumber Air

Oleh : DR. Adhisa Putra

Opini

Page 25: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

25Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Ciri dan cara pembangunan kedua sumber air di Per- mendeskripsikan bahwa masyarakat adat di Indonesia kampungan Budaya Betawi ini umumnya mengguna- secara tradisional ada yang berhasil menjaga bahkan kan pendekatan rekayasa teknik hidro secara tunggal memperkaya keanekaragaman hayati. Keberhasilan (hidarulik murni), yang sering menyisakan masalah tersebut tidak lepas dari pengetahuan mereka yang ekologik. Beberapa tahun yang lalu Maryono (2001) peroleh dari generasi pendahulu mereka. mengusulkan agar pembangunan wilayah ke-airan dilakukan dengan pendekatan ekohidraulik, konsep ini Sisitem kebudayaan yang diterima masyarakat menegaskan usaha memanfaatkan sumber daya air pendukungnya ini landasan utamanya memang bukan sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia dan pada landasan teori atau keilmuan, melainkan lebih lingkungan secara integral dan berkesinambungan, karena kepercayaan dan kepatuhan mereka kepada tanpa menyebabkan kerusakan rezim dan kondisi pesan atau petuah yang mereka peroleh dan pahami ekologi sumber daya air yang bersangkutan. dari generasi sebelumnya dalam bentuk folklor , misal-Hehanusa (2004) menyebutnya sebagai "one river one nya ceritera prosa rakyat . Ceritera prosa rakyat dan plan and one integrated management". bentuk-bentuk folklor lainnya ini penyebarannya

melalui tradisi lisan, adakalanya cukup ampuh dalam Pada tahun 2004 Mujiyani mengusulkan sosio- mencegah tindakan orang-orang untuk melakukan hidraulik. Menurutnya ekohidraulik hanya dapat pengrusakan situ. Tokoh-tokoh di dalam legenda yang diterap-kan dan berhasil jika mendapat dukungan diinterpretasi masyarakat faktanya masih mampu sosial masyarakatnya. Konsep ini sangat penting menjaga kelestarian situ, ada juga tradisi lisan tersebut dalam mendukung keberhasilan pengelolaan sungai. ditanggapi sebagai teror, bahkan tokoh-tokoh di dalam Maryono (2005:3) sependapat, namun tetap pada nya diterima masyarakat sebagai mitos .pendiriannya bahwa sosiohidraulik hanya dapat dicapai bila masyarakat di kota maupun di desa paham Perlu kiranya pemahaman lebih mendalam bahwa tentang keterkaitan antara hulu dan hilir, paham hubungan manusia dengan mitos sesungguhnya di-mengenai ekosistem sungai, dan paham pula cara apa dasarkan atas kegunaan, bukan kebenaran. Nampak yang seharusnya mereka perbuat. nya memang manusia yang melakukan manipulasi

menurut kepentingannya masing-masing. Mitos itu ter-Konsep ekohidraulik dan atau sosiohidraulik masih cipta atau diciptakan, lalu menyebar, dan seterusnya menyisakan banyak per-tanyaan. Pada konsep eko- menguasai orang-orang ke berbagai lapisan elemen hidraulik, terdapat unsur nilai ekonomi dan manfaat masyarakat. Fungsi mitos memang mentransformasi-sosial yang masih harus didalami dan ditelusuri lebih kan kenyataan apakah itu baik atau buruk menjadi lanjut. Dalam konsep sosiohidraulik, unsur kesejahtera "yang seharusnya terjadi". Dengan demikian dapat an, kelembagaan, partisipasi, dan konservasi masih dikatakan bahwa skenyataanya mitos bekerja sekedar memerlukan kajian lebih mendalam. Pada tahun 2007, mengesahkan kenyataan menurut pembuat mitos Atmanto (2007) membuktikan adanya unsur-unsur tanpa orang menyadarinya, karena jika mereka sosiohidraulik pada masyarakat perkotaan yang dapat mengetahuinya, justru mitos menjadi tidak ada artinya. dijadikan sebagai modal sosial pembangunan wilayah keairan berkelanjutan. Namun akhirnya Atmanto juga Realitas budaya keairan masyarakat yang hidup mengajukan hipotesis yakni tanpa melibatkan budaya berdampingan dengan sumbera air inilah yang menjadi air masyarakat, sosiohidraulik juga akan sulit berhasil landasan berpikir etnohirologi. Istilah etnohidrologi diterapkan di Indonesia. Hal ini sesungguhnya pernah diinspirasi dari konsep hidraulik yang terus mengalami diingatkan oleh Yogaswara (2004), betapa pembangun perkembangan, yakni ekohidraulik, dan sosihidraulik. an dan pengelolaan wilayah keairan atau sumber daya Etno diartikan sebagai manusia yang terkait dengan air di Indonesia sangat kompleks, karena selain terkait kebudayaan dan tradisi. Berpedoman kepada Kamus dengan faktor fisik, juga terkait dengan faktor ekologi, Besar Bahasa Indonesia terdapat pengertian yang ekonomi, dan sosial. Selain itu juga adanya kondisi membedakan hidrologi, hidrolika, dan hidarulika. budaya masyarakat yang unik di masing-masing Hidrologi adalah ilmu tentang air di bawah tanah, wilayah keairan. keterdapatannya, peredaran dan sebarannya

persifatan kimia dan fisiknya, reaksi dengan Kondisi budaya masyarakat yang unik di masing- lingkungan, termasuk hubungannya dengan mahluk masing kelompok masyarakat umumnya terdapat hidup. Hidrolika diartikan sebagai cabang ilmu dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya dan tipologi teknologi yang berhubungan dengan mekanika zat alir ekosistem setempat. Sudah banyak studi yang terutama zat cair. Hidraulika diartikan sebagai cabang

Page 26: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

26Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

ilmu teknik yang berkenaan dengan gerakan air, yaitu mengenai penggunaan air untuk menghasilkan tenaga. Pendekatan etnohidrologi diartikan sebagai hidrologi yang dipelajari dari sudut pengetahuan etnik. Pen-dekatannya dilakukan dengan pemahaman mendalam yang pemikirannya didasarkan pada sistem budaya dan tradisi keairan yang hidup dalam suatu kelompok masyarat, yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam memelihara sumber air. Realitas penerimaan masyarakat mengenai budaya dan tradisi keairan perlu diformulasi dan ditrasformasikan agar dapat membentuk budaya dan tradisi keairan yang berlanjut. Menghadirkan etnohidrologi sebagai suatu pendekatan pemeliharaan sumber air diawali dengan menemukenali makna ekologi dari sistem kebudayan dan tradisi keairan yang pernah atau masih tersimpan di dalam folklor, kemudian menginterpretasi penerimaan masyarakatnya. Representasi penerima-an masyarakat di amati secara fisik dari realitas lingkungan terbangun, dan secara nonfisik ditelusuri dari realitas suasana yang hadir yaitu ekoliterasi dan penyakralan mereka kepada sumber air. ***

5) Pada Suku Ambai-Serui di Pulau Yapen, Papua, masih ada upacara penebangan kayu (tua) dari hutan (secara bersama) untuk keperluan pembuatan perahu. Upacara tersebut terkait dengan nama marga waromi, yang berasal dari kata wa artinya perahu bersama dan romi berarti kebun atau hutan milik bersama. Makna filosofis yang dikandung di dalam waromi adalah keharusan masyarakat adat mengelola romi agar menghasil wa sebagai perahu yang dapat mengantarkan mereka ke dunia luar. Nama-nama marga lainnya di Yapen seperti marga Karubaba, Antaribaba, dan Ayoribaba masing-masing adalah nama pohon. Adapun kata baba memiliki arti di bawah perlindungan (penelusuran Karubaba, 2007: 118-120). Menurut Suprapta (2008: 85), pertanian Bali dapat disebut sebagai "ibunya Budaya Bali", yang melahirkan, membesarkan, menjaga dan melindungi budaya Bali. Pendapat Suprapta ini didasarkan pada organisasi irigasi subak yang bertumpu pada konsepsi Tri Hita Karana, salah satu etika ajaran agama Hindu. Keunikan budaya Minangkabau yang erat kaitannya dengan lingkungan tercermin pada "alam takambang jadi guru", yakni cara orang Minangkabau menjaga daya dukung alamnya dengan cara atau tradisi merantau (Nursetiawati, 2008: 334).

6) Folklor berasal dari kata Inggris Folklore, terdiri atas dua kata dasar yaitu folk yang sama artinya dengan kata kolektif yaitu sekelompok orang yang memiliki cirri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan. Lore adalah tradisi folk yaitu sebagian kebudayaannya, yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Di antara bentuk folklor lisan yang banyak di Indonesia adalah ceritera prosa rakyat. Oleh William R. Bascom (Danandjaja, 2007:50), cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar yakni dongeng, legenda dan mitos.

7) Misalnya keengganan orang menebang pohon besar disebabkan mereka percaya pohon itu ada penunggunya, yakni makhluk halus. Jika ada yang berani menebangnya, diyakini orang itu akan kesambet atau kesurupan (istilah yang dikenal orang Betawi). Makna yang dapat diungkap dari keyakinan tersebut adalah bahwa pohon besar yang tua tidak sekadar memberikan keteduhan, menyegarkan, mengurangi panas atau temperatur udara mikro, namun juga berperan dalam menjaga dan menyerap air tanah. Contoh lainnya adalah keengganan orang menangkap ikan larangan di perairan umum (rawa, situ atau sungai). Orang yang berani melanggarnya diyakini akan mendapat teguran tasapo (istilah yang dikenal orang Minang). Demikian pula halnya dalam subak di Bali, terdapat istilah ajeg, yaitu tabu melakukan tindakan-tindakan tertentu pada waktu-waktu tertentu yang tidak sesuai dengan sistem nilai setempat.

1) Kawasan yang dapat dijadikan contoh antara lain Kampung Mengkuang Titi, 8) Kenangan sekitar tahun 1973 bersama teman sepermainan gemar bermain, Penang di Malaysia. Daerah seluas 86,7 km2 sepanjang Sungai Mengkuang ini berendam, berenang, berayun di dahan lalu melompat dari cabang pohon di atas di menampilkan suasana lingkungan tradisional Melayu melalui aktivitas harian situ Lembang yang lokasinya di perumahan elite Menteng Jakarta Pusat. Tersiar penduduk yang jumlahnya tidak lebih dari 1.000 orang, arsitektur rumah kabar bahwa terjadi perampokan di salah satu "rumah gedongan", perampok berornamen tradisional Melayu, permainan, makanan, dan flora-fauna yang khas. berhasil menggasak berbagai perhiasan dan barang berharga dan

mengangkutnya dengan mobil. Para perampok dan jarahannya terperangkap di Contoh lain, Daintree Village, di Queensland, Australia, adalah suatu desa yang dalam mobil yang tenggelam sampai dasar situ, bangkai mobil dan barang dihuni oleh 100 orang yang merupakan penduduk tetap. Desa ini memanfaatkan rampokan berhasil diangkat keesokan harinya namun hanya satu dari 3 mayat potensi alam seperti sungai, hutan tropis, dan hutan bakau, keanekaragaman flora- perampok yang ditemukan. Hingga saat ini kabar itu masih dipercaya. Prof Edi fauna di dalam hutan, termasuk fasilitas pendukung yang dibangun dengan bahan- Sedyawati terperangah dan menyerngitkan kening, karena sejak 1961 menetap di bahan alami setempat. Kemudian Chiba Prefectually-funded Boso Village di kawasan Situ Lembang, beliau tidak pernah mendengar berita yang membuatnya Jepang, yang terbentang dari Pantai Pasifik sampai ke Teluk Tokyo. Dengan rumah tertawa dan menggeleng-gelengkan kepala. Samurai (bangunan yang dikonservasi), kincir air, charcoal lodge, daerah ini menampilkan suatu desa yang direstorasi untuk melestarikan nilai-nilai budaya 9) Referensi mitos muncul ketika seseorang mengadakan keterarahan kepada pasca-zaman Edo awal dan Meiji akhir di Jepang. suatu obyek tertentu (Zefry, 1998: 25).

2) Kawasan ini mengapit sungai Ciliwung, meliputi tiga kelurahan di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Penetapannya sebagai lokasi cagar budaya dikukuhkan dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor D.17902/a/30/75 tahun 1975

3) Kawasan seluas 165 ha di Kelurahan Srengseng Sawah ini dikukuhkan dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 (Kebijakan 92/2000). Dukungan politik kepada Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi ditempuh kalangan elit Betawi dalam rangka membangun kembali entitas sosial dan kultural kaum Betawi, agar representasi identitas kebetawian dapat dimunculkan di ruang publik Kota Jakarta. Pada tahun 2005, status hukum kawasan ini ditingkatkan menjadi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Selain perluasan kawasan menjadi 285 ha, di dalam Perda itu juga dimuat aturan-aturan yang berhubungan dengan upaya pelestarian dan pengembalian fungsi situ, mengintegrasikan pengelolaan Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong dengan Perkampungan Budaya Betawi.

4) Di antara konsep yang seringkali menunjukkan kekhasan etnik adalah kosmologi, baik pada aspek kosmografi maupun kosmogoninya. Menurut Sedyawati (2008:19) ciri-ciri budaya dapat diamati juga dari aspek budaya yang sepenuhnya abstrak, berupa konsep-konsep dan nilai-nilai. Adapun mengenai nilai-nilai, yang pada umumnya dapat dibedakan adalah yang berkenaan dengan ukuran kepantasan atau kepatutan dalam kaitannya dengan hubungan-hubungan sosial, baik berkenaan dengan tingkah laku maupun tanda-tanda fisik.

Page 27: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

27Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

e n u r u t TL 1 : 07.31 - 08.00 Peraturan TL 2 : 08.01 - 08.30M e n t e r i TL 3 : 08.31 - 09.00MPer tan ian TL 4 : >=09.01

No. 06 tahun 2010 Sebagai gambarannya, hasil perhitungan rekam hand Tentang Pedoman key disajikan melalui gambar grafik berikut, yaitu grafik Peningkatan Disiplin persentase keterlambatan serta grafik kehadiran

Pegawai, disiplin adalah sikap mental Sumber Daya pegawai yang mematuhi jam kerja di lingkup Ditjen Manusia yang tercermin dalam perbuatan dan perilaku PSP.pribadi atau kelompok, berupa kepatuhan ketaatan terhadap aturan kerja, hukum dan norma kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan bernegara yang dilakukan secara sadar.

Salah satu bentuk dari disiplin dalam peraturan ini adalah disiplin jam kerja, yaitu menaati jam kerja senin - kamis mulai pukul 07.30 - 16.00 dan hari jum'at pukul 7.30 - 16.30. Bila dicermati, banyak penyebab mengapa pegawai terlambat datang ke kantor, mulai dari kemacetan ibukota, sampai dengan budaya terlambat yang sudah menjadi hal yang biasa di negara kita.

Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan pegawai, salah satu cara yang digunakan adalah merekapitulasi kehadiran pegawai yang direkam melalui hand key atau sistem absensi elektronik yang on line pada jaringan sistem informasi perkantoran ke dalam mesin hand key di lingkup Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. Perhitungan persentase rata-rata keterlambatan di masing-masing unit kerja dihitung dengan cara menjumlahkan persentase TL 1 s/d 4 kemudian hasil penjumlahan dibagi dengan jumlah pegawai yang dikali dengan jumlah hari kerja pada bulan bersangkutan. Hasil perhitungan kemudian dikali 100 untuk mendapatkan rata-rata persentase. Perhitungan persentase jumlah keterlambatan dan kehadiran sudah memperhitungkan pegawai yang dinas luar, tugas belajar, sakit, cuti atau ijin pada bulan bersangkutan. Perhitungan keterlambatan di hitung berdasarkan pegawai yang datang melewati jam kantor pada pukul 07.30 atau dalam Permentan No. 68 Tahun 2012 disebut TL1 s/d TL 4.

Secara rata-rata gambar 1 diatas menunjukkan bahwa persentase keterlambatan jam kerja pegawai yang tertinggi adalah pada bulan Pebruari di setiap unit kerja lingkup Ditjen PSP. Di Direktorat Alat dan Mesin Pertanian persentase keterlambatan pegawai mencapai 32,8 % atau dapat diartikan bahwa rata-rata setiap pegawai di Dit. Alsin terlambat sekitar 0,8 % pada bulan Pebruari. Dari grafik 2 dapat dilihat persentase total jumlah keterlambatan di unit kerja lingkup Ditjen PSP yang terbesar adalah di Dit. Alat dan Mesin Pertanian yaitu sebesar 25,2%. Sedangkan

Melihat Tingkat Kedisiplinan Pegawai Melalui Rekaman Hand Key

Page 28: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

28Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Sebagai perbandingan, perlu juga di informasikan pegawai diatas, tingkat kedisiplinan pegawai dalam persentase rata-rata pegawai yang mematuhi dan mematuhi jam kerja di lingkup Ditjen PSP belum menaati jam kerja yaitu yang datang sampai dengan mencapai angka 50% atau tepatnya sekitar 49, 1% pukul 7.30 wib di bulan januari s/d maret 2014 seperti pada bulan januari - maret 2014 atau rata-rata sekitar pada grafik 3 berikut : 167 orang pegawai dari 341 orang pegawai (data

pegawai bulan Maret 2014) yang datang sebelum pukul 7.30 setiap bulannya. Dengan demikian penegakan disiplin pegawai di lingkup Ditjen PSP perlu ditingkatkan lagi. Namun demikian, kiranya tulisan ini bisa dijadikan evaluasi bagi masing-masing pegawai untuk mematuhi jam kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penegakan disiplin kerja harus tetap ditingkatkan mengingat 63 kementerian/lembaga telah menerima tunjangan kinerja, termasuk Kementerian Pertanian sehingga dengan melanggar jam kerja maka pegawai yang bersangkutan akan terkena sanksi pemotongan tunjangan kinerja. Semakin besar keterlambatan maka semakin besar potongan tunjangan kinerja yang kita terima. (Arneey)

Dari gambar 4 diatas diketahui bahwa pegawai di unit kerja Dit. Pupuk dan Pestisida yang paling mematuhi jam kerja dengan tingkat kehadiran 54,4 % pada pukul 7.30 wib selama bulan januari - maret 2014, atau selama bulan januari-maret 2014 sebanyak 29 orang pegawai telah hadir dikantor tepat pada waktunya. Tingkat kehadiran pegawai terendah pada pukul 7.30 terdapat di unit kerja Alat dan Mesin Pertanian yang mencapai 41,0% selama bulan januari - maret 2014 atau selama bulan januari - maret 2014 sebanyak 22 orang telah hadir di kantor tepat pada waktunya. Setelah melihat hasil rekapitulasi data kehadiran

Pada gambar 3 diketahui bahwa tingkat kehadiran pegawai yang mematuhi jam kerja pukul 07.30 wib dengan tingkat persentase tertinggi ada di bulan Januari dengan tingkat kehadiran di atas 50%. Tingkat kehadiran pegawai yang mematuhi jam kerja kemudian menurun pada bulan pebruari dan maret menjadi 30-50%.

Untuk melihat jumlah keseluruhan rata-rata persentase kehadiran pegawai bulan januari - maret 2014 di lingkup Ditjen PSP bisa di lihat pada gambar 4 berikut :

Page 29: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

29Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

A. Pendahuluan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan

ir merupakan sumber kehidupan di bumi ini, dari mengutamakan kepentingan dan peranserta air bermula kehidupan dan karena air peradaban masyarakat petani dalam keseluruhan proses Atumbuh dan berkembang. Tanpa air peradaban pengambilan keputusan serta pelaksanaan

akan surut, bahkan kehidupan akan musnah. Sekarang pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi. ini air menjadi pokok masalah kita. Air secara sangat cepat menjadi sumber daya yang semakin langka dan B. Irigasi Dari Masa Ke Masatidak ada sumber penggantinya. Saat ini kita harus menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan Dari sejarah dapat kita ketahui bahwa sistem irigasi air yang cenderung menurun dan kebutuhan air sudah dikenal petani Indonesia sejak ratusan tahun semakin meningkat. Upaya untuk menyelamatkan yang lalu. Hal ini dapat dilihat dalam cara bercocok keberadaan air dengan pengelolaan air menjadi tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di tanggung jawab bersama yang tidak dapat lagi Indonesia, dengan membendung sungai secara diabaikan. Sumber daya air wajib dikelola dengan bergantian untuk dialirkan ke sawah. Cara lain adalah memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan dengan mencari sumber air pegunungan dan dialirkan ekonomi secara selaras. dengan bambu yang bersambung. Sejak jaman

kerajaan Mataram Kuno pemanfaatan sumber daya air Menghadapi permasalahan tersebut diperlukan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kebijakan pengelolaan sumber daya air sebagai bagian transportasi, dan untuk usaha tani dengan ketersediaan dari kebijakan pembangunan nasional harus mendapat air masih melimpah. Pusat Mataram terletak di perhatian yang lebih serius. Pemerintah saat ini telah pedalaman, bukan di pesisir pantai, sehingga pertanian memiliki Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang menjadi sumber kehidupan kebanyakan rakyat Sumber Daya Air sebagai pengganti Undang Undang Mataram. Masuk masa kolonial, pembangunan sumber Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang sudah daya air ditekankan untuk mengairi industri perkebunan tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan terutama tanaman tebu sebagai bahan baku utama dan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Dengan gula. adanya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 diharapkan dapat mengantisipasi perkembangan Setelah masa kemerdekaan lahan irigasi untuk tebu permasalahan sumber daya air, mewujudkan berubah fungsi untuk lahan sawah. Sampai dengan mekanisme dan proses perumusan kebijakan dan akhir jaman orde baru, model pembangunan maupun rencana pengelolaan sumber daya air yang lebih rehabilitasi sarana irigasi masih bersifat top down. demokratis. Banyak sarana irigasi yang dibangun dengan biaya

mahal diabaikan pemeliharaannya karena rendahnya Didalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 telah partisipasi petani. diatur berbagai hal mengenai pengelolaaan sumber daya air yang antara lain mengenai pengembangan dan Bangsa Indonesia pada dasarnya adalah bangsa pengelolaan sistem irigasi. Ketentuan tersebut agraris. Tradisi masyarakat yang mencerminkan memerlukan penjabaran lebih lanjut dengan peraturan budaya agraris diwujudkan dengan perayaan rasa pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam pasal syukur setelah panen ada diberbagai daerah di 41, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Indonesia. Salah satunya tradisi Wiwitan pada Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. masyarakat Jawa, wiwitan diartikan sebagai wujud

terima kasih dan rasa syukur kepada bumi dan Dewi Sri Irigasi sebagai salah satu komponen pendukung yang telah menumbuhkan padi yang ditanam sebelum keberhasi lan pembangunan pertanian yang panen. mempunyai peran sangat penting. Pengembangan dan

Mengenal Teknologi, Budidaya, Dan PemanfaatanSumber Air

(Subdit Pengembangan Sumber Air)[email protected]

Page 30: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

30Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Penelusuran jejak-jejak perjalanan masyarakat dalam pertanian pada masa kolonialisme Belanda adalah kaitannya dengan memanfaatkan sumber daya air Sistem Tanam Paksa. Sistem irigasi sederhana yang sebagai perwujudan karakter bangsa agraris dapat dibangun oleh masyarakat dirubah menjadi irigasi dilihat dari aspek modal sosial, aspek institusi teknis untuk mengairi industri perkebunan terutama (organoware) dan teknologi sebagai fungsi waktu. tanaman tebu sebagai bahan baku utama gula. Sebagai fungsi waktu dapat ditelusuri dari masa pra Menurunnya fungsi ini sampai masa masuknya kolonial, masa kolonial, dan masa kemerdekaan. kolonialisme Jepang. Masa kolonialisme Jepang yang

relatif sebentar, mengakibatkan pembangunan irigasi 1. Aspek Modal Sosial berhenti. Staknasi ini berlanjut sampai awal memasuki

masa kemerdekaan, karena pemerintah masih Gambar 1 memperlihatkan lengkung garis yang dihadapkan pada persoalan masih kentalnya warisan menggambarkan perubahan budaya dan teknologi kolonial, serta urusan politik. Pada masa orde lama ini pengairan dalam masyarakat dilihat dari aspek modal terjadi krisis pangan karena kemarau panjang dan sosial sebagai fungsi waktu. Pandangan masyarakat sistem irigasi yang telah dibangun pada masa dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air kolonialisme Belanda tidak dirawat dan dimanfaatkan disederhanakan dengan menempatkan air sebagai dengan baik. Krisis pangan ini berlanjut menjadi krisis pengatur siklus hidrologis, habitat dan estetika yang politik yang mengakibatkan runtuhnya orde lama. harus tetap dijaga keberadaannya sejalan dengan Masuk masa orde baru terjadi perubahan prioritas meningkatnya kebutuhan air untuk mencukupi pembangunan untuk mengatasi permasalahan krisis kebutuhan hidup manusia. pangan dengan melaksanakan rehabilitasi dan

pembangunan infrastruktur irigasi. Prestasi luar biasa yang diperoleh adalah Indonesia bisa mengubah status dirinya dari negara pengimpor beras di dunia menjadi negara pengekspor beras dan mencapai swasembada pangan pada tahun 1980-an. Kalau dilihat dari aspek modal sosial, pembangunan ini lebih menekankan keberadaan air sebagai fungsi produksi. Fungsi air sebagai pengatur siklus hidrologis, habitat dan estetika menjadi terabaikan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi.

Tumbangnya masa orde baru dengan lengsernya Presiden Soeharto untuk kemudian digantikan era reformasi diawali dengan krisis ekonomi disertai kemarau panjang. Dengan demikian, selama masa kemerdekaan dimulai dari orde lama, orde baru sampai Terlihat dari gambar bahwa selama masa pra kolonial, dengan orde reformasi dapat dikatakan terjadi staknasi keberadaan air sebagai pengatur proses hidrologis dan perkembangan aspek modal sosial masyarakat habitat dalam ekosistem yang harus dijaga masih kuat terhadap air dalam fungsinya sebagai pengatur siklus dalam pandangan hidup masyarakat, terutama pada hidrologis sekaligus habitat dan estetika.masa Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur

dan masa Kerajaan Mataram. Masuknya Islam tidak 2. Aspek Institusi (Organoware)merubah pandangan ini karena adanya kesamaan Gambar 2 memperlihatkan garis putus-putus yang dalam memandang alam. Keberadaan air masih menggambarkan perubahan budaya dan teknologi ditempatkan sebagai pengatur siklus hidrologi, habitat pengairan dari aspek institusi sebagai fungsi waktu. dan fungsi estetika.Komponen budaya dari aspek institusi disederhanakan sebagai hubungan sesama pemakai air irigasi Masuk masa kolonial, dimana orang barat datang ke (organoware). Tujuannya untuk mengelola air irigasi Indonesia pandangan modal sosial masyarakat agar dapat dimanfaatkan secara merata.mengalami penurunan, hal ini disebabkan pandangan orang barat berorientasi pada ekonomi. Penurunan ini Pada masa pra kolonial masyarakat sudah mampu mencapai puncaknya pada saat kekuasaan membuat irigasi sederhana secara bersamaan juga kolonialisme Belanda, yang selama hampir tiga berkembang institusi tradisional. Terlihat pada gambar setengah abad menjajah Indonesia. Kebijakan

Page 31: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

31Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

adanya kolam air yang dibangun di sekitar kerajaan. Seiring dengan pergeseran pengaruh kekuasaaan kerajaan berganti dengan pengaruh kekuasaan kolonial, irigasi sederhana yang dibangun oleh masyarakat bergeser menjadi teknologi pengairan yang dibangun oleh kekuasaan kolonialisme. Teknologi pengairan yang dibangun berupa irigasi teknis untuk mendukung sistem tanam paksa untuk tanaman tebu sebagai bahan utama gula. Masuk awal kemerdekaan perkembangan teknologi pengairan mengalami staknasi, karena pada masa itu situasi politik yang tidak kondusif untuk mengurusi pembangunan irigasi lebih 2 selama masa pra kolonial secara perlahan meningkat.

Institusi tradisional yang dibangun pada masa kerajaan bergeser menjadi institusi yang dikelola secara sentral saat kolonialisme Belanda masuk ke Indonesia. Pada masa kolonialisme ini dibangun dengan pendekatan birokrasi untuk mendukung keberhasilan sistem tanam paksa. Di setiap daerah irigasi dibentuk badan-badan yang mengurusi pembagian air. Saat itu ditetepkan hoofd ingenieur, yaitu seorang insinyur berpengalaman yang menjadi kepala irigatie-afdeling (kepala kantor irigasi), dibantu oleh para teknisi menengah (iopzichters) yang disebut mantri irigasi atau mantri ulu-ulu. Sedangkan untuk pemeliharaan bangunan irigasi dikerjakan oleh mandor-mandor irigasi (beambte waterbeheer) dan sekelompok pekerja (ploegkoelies).

lanjut. Kondisi staknasi perkembangan teknologi Peranan institusi pengairan mengalami staknasi saat pengairan sampai berakhirnya masa orde lama.pemerintahan orde lama, hal ini disebabkan setelah Masuk masa orde baru perkembangan teknologi kemerdekaan diwarnai situasi politik yang tidak kondusif pertanian berperan dalam penyediaan air sebagai untuk mengurusi pembangunan irigasi lebih lanjut. fungsi produksi untuk mensukseskan program Runtuhnya masa orde lama kemudian digantikan swasembada pangan. Pergantian masa orde baru oleh dengan orde baru, keberadaan institusi pengairan mulai pemerintahan orde reformasi, perkembangan teknologi berperan lagi. Pada masa orde baru institusi yang mengalami periode staknasi. Dalam jejak budaya dan dikelola secara sentral dan birokratik untuk mendukung teknologi pengairan dapat dipahami bahwa pergantian program swasembada pangan. Memasuki masa kekuasaan atau pemerintahan akan memberikan reformasi, institusi yang dikelola secara sentral dan pengaruh pada perkembangan teknologi pengairan, birokrasi mengalami pelemahan. Dalam jejak budaya dari sistem irigasi sederhana sampai dengan irigasi dan teknologi pengairan dapat dipahami bahwa teknis.pergantian kekuasaan atau pemerintahan akan mewarnai dinamika institusi pengairan. Dalam perjalanannya, saat ini sudah ada perubahan

dalam model pembangunan sarana irigasi, mulai 3. Aspek Teknologi adanya pemberdayaan. Peran serta petani dalam

pengelolaan air irigasi dalam setiap tahapan kegiatan, Gambar 3 memperlihatkan titik-titik yang membentuk mulai dari perencanaan, pembangunan, pemanfaatan garis lengkung merupakan gambaran jejak budaya dan h a s i l , s a m p a i d e n g a n o p e r a s i o n a l d a n teknologi pengairan dari aspek teknologi yang pemeliharaannya. ***dikembangkan oleh negara sebagai fungsi waktu. Pada masa pra kolonial telah terbangun teknologi pengairan sederhana di masyarakat. Salah satu bukti perkembangan teknologi pengairan pada masa kerajaan adalah adanya sistem irigasi sederhana serta

Page 32: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

32Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

engarusutamaan Gender atau lebih lazim sebagai salah satu unit kerja di dalam lingkup dikenal dengan akronim PUG mulai digaungkan Kementerian Pertanian menyambut baik adanya di Indonesia tahun 2000 dengan disahkannya kebijakan pengarusutamaan gender di lingkup PI n p r e s N o . 9 Ta h u n 2 0 0 0 t e n t a n g kementerian pertanian. Sebagai salah satu

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan pelaksanaan dari amanat dari PERATURAN MENTERI Nasional. Kementerian Pertanian merespon adanya KEUANGAN NOMOR 93/PMK.02/2011, Direktorat kebijakan pengarusutamaan gender ini dengan Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian membentuk Tim Koordinasi PUG sesuai SK Menteri melaksanakan inisiasi pengumpulan data terpilah Pertanian No. 247/Kpts/KP.150/4/ 2003 yang dalam kegiatan responsif gender. Pengumpulan data terpilah perjalanannya mengalami beberapa kali penyesuaian tersebut dilaksanakan dengan menggunakan metode hingga terakhir disahkan SK Menteri Pertanian studi kasus dan dilaksanakan di tiga provinsi di No.2813/Kpts/ OT/60/6/2011 tentang Tim Koordinasi Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah PUG Kementerian Pertanian. Istimewa Yogyakarta. Ketiga provinsi tersebut dipilih

berdasarkan diskusi tim PUG dengan Pakar PUG dari Untuk menegaskan keseriusan pemerintah dalam Kementerian PP PA. Selain dilihat dari produksi beras usaha pengarusutamaan gender, disusun beberapa beberapa tahun terakhir (yang berkaitan dengan peraturan turunan undang-undang yang menyentuh pelaksanaan pengembangan irigasi partisipatif) juga kesetaraan gender. Salah satunya adalah dilandaskan pada pengalaman tim PUG terhadap PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR perspektif gender dan PUG di Dinas Pelaksana 93/PMK.02/2011, dimana di dalamnya memuat Kegiatan responsif gender di ketiga provinsi tersebut.Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja Dari setiap provinsi terpilih, diseleksi beberapa dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Dalam kabupaten berdasarkan kriteria yang sama, yaitu PMK tersebut, dijabarkan secara spesifik berkenaan produksi padi tertinggi di provinsi terkait dan atau dengan penyusunan anggaran responsif gender. merupakan kabupaten yang pelaksana kegiatn PIP-nya Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, cenderung lebih mengerti konsep gender. Dari Provinsi

Kegiatan Pengarusutamaan Gender di Ditjen PSP

Page 33: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

33Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Jawa Barat terpilih Kabupaten Subang dan Kabupaten Namun secara umum, kegiatan fisik Pengembangan Karawang, dari Provinsi Jawa Tengah terpilih Irigasi Partisipatif yang responsive gender di lapangan Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara, sementara dilaksanakan oleh laki - laki dan perempuan dengan untuk Provinsi DIY terpilih Kabupaten Kulon Progo. perbandingan rata-rata kurang lebih 70 banding 30

pada masing - masing P3A/GP3A penerima manfaat. Dari studi kasus yang dilaksanakan di tiga provinsi Hal tersebut karena kegiatan PIP sebagian besar tersebut, terdapat beberapa karakteristik yang merupakan kegiatan fisik, dimana budaya kebanyakan cenderung seragam ditilik dari segregasi gender masyarakat tempat P3A/GP3A berada, masih berdasarkan data terpilah yang dikumpulkan di menjunjung tinggi nilai-nilai penghargaan terhadap lapangan. Dilihat dari aspek keanggotaan, sebagian kaum perempuan untuk lebih banyak berperan pada besar P3A/GP3A responden pengumpulan data sektor-sektor nonfisik. Kecuali untuk beberapa daerah, terpilah PIP sudah mempertimbangkan keikutsertaan dimana budaya masyarakatnya mulai bergeser, dimana perempuan di dalam struktur keanggotaannya, namun kaum lelakinya cenderung mencari nafkah ke kota dan jika diamati dari segi kepengurusan, sebagian besar hanya kembali ke desa untuk melaksanakan kegiatan P3A masih belum menyertakan perempuan di dalam agribisnis pada momen-momen besar seperti pada saat struktur kepengurusan P3A/GP3A. tanam atau panen.*** (Dwi Atmi)

Dari segi kelompok usia, sebagian besar pengurus P3A/GP3A responden pengumpulan data terpilah PIP berada pada kelompok usia 45 hingga 54 tahun. Di beberapa daerah, kepengurusan P3A/GP3A masih cukup banyak melibatkan petani yang berusia 55 tahun atau lebih, namun tidak cukup banyak petani berumur 34 - 45 tahun, dan sangat sedikit pengurus P3A/GP3A yang berusia lebih muda. Jika diamati dari segi jenjang pendidikan, sebagian besar pengurus P3A/GP3A responden pengumpulan data terpi lah PIP berpendidikan SMA atau lebih rendah. Bahkan di beberapa P3A, sebagian besar pengurus hanya berpendidikan SD atau SMP. Di sisi lain, di Jawa Tengah, ada pengurus P3A/GP3A yang berpendidikan Diploma/Akademi dan Universitas.

Karena dalam registrasi data terpilah belum dapat dilihat lebih jauh berkenaan dengan disparitas peran serta laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan Pengembangan Irigasi Partisipatif di daerah, maka untuk melihat lebih dalam digunakan metode AKPM. Dengan menggunakan metode AKPM, unsur-unsur pengukuran segregasi gender (Akses, Kontrol, Partisipasi, dan Manfaat) dapat lebih jelas terlihat.Diamati dari sisi partisipasi dan manfaat, keterlibatan perempuan dalam kegiatan PIP (baik langsung maupun tidak langsung) cenderung tidak berbeda dengan laki-laki. Ketidaksamaan ini tidak bisa diasumsikan dalam nilai kuantitatif yang sama, mengingat kegiatan PIP sebagian besar merupakan kegiatan fisik. Sementara dari sisi kontrol dan akses, perempuan cenderung masih belum terlalu dilibatkan dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan, serta sekolah lapang dan penguatan kelembagaan yang dilaksanakan sebagai salah satu unsur pelaksanaan kegiatan PIP.

Page 34: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

34Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

ameran dapat diartikan sebagai dapat tersosialisasi dan tepat kepada sasaran penyajian visual dengan benda-benda yaitu masyarakat pada umumnya dan petani dua dan tiga dimensi dengan maksud khususnya. P

mengkomunikasikan ide atau informasi kepada banyak orang (Sulaiman,1988). Di dalam setiap pameran yang di ikuti oleh

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Ditinjau dari jumlah sasaran yang ingin dicapai, Pertanian juga di dukung oleh kebijakan pameran pertanian termasuk jenis metode Pimpinan yang ada di Direktorat Jenderal penyuluhan yang menggunakan pendekatan Prasarana dan Sarana Pertanian, sehingga massal. Sedangkan, manfaatnya sendiri yaitu Sub Bagian Hukum dan Humas yang langsung dapat menarik perhatian dan meningkatkan berhubungan dengan pameran pertanian dapat pengertian banyak orang terhadap program- memfokuskan kegiatan pameran pada program dan kebijakan-kebijakan yang ada di sosialisasi program dan kebijakan dengan Kementerian Pertanian, memberikan alternatif menyajikan materi pameran dalam bentuk usahatani kepada pengunjung terhadap cara- poster serta beberapa publikasi lainnya dalam cara baru, dan dapat memperlihatkan proses bentuk leaflet, brosur dan buku-buku pedoman p e r b a i k a n serta multimedia t e k n o l o g i d a l a m b e n t u k pe r tan ian da r i tayangan VCD serta masa ke masa Stakeholder yang m e l a l u i m e n d u k u n g p e r k e m b a n g a n p r o g r a m d a n teknologi mesin- kegiatan Direktorat mesin pertanian Jenderal Prasarana yang ada pada d a n S a r a n a saat ini. Pertanian, seperti

s t a k e h o l d e r d i Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana bidang Pupuk dan Pestisida, stakeholder di Pertanian, Kementerian Pertanian melalui Sub bidang alat dan mesin pertanian, stakeholder di Bagian Hukum dan Humas menyadari betul bidang pengairan, dan lain-lain.bahwa Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebagai salah satu instansi Selain itu, keikutsertaan Direktorat Jenderal yang membidangi sektor pertanian yang Prasarana dan Sarana Pertanian di dalam langsung berhubungan dengan petani di setiap pameran merupakan salah satu exspose seluruh Indonesia. Melalui Keikutsertaan hasil pembangunan Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Prasarana dan Sarana Pertanian. Sehingga, Pertanian di dalam setiap pameran pertanian masyarakat mengetahui setiap kegiatan dan diharapkan masyarakat mengetahui program- pencapaian apa saja yang sudah dilakukan program dan kebijakan-kebijakan yang ada di oleh Kementerian Pertanian, khususnya Kementerian Pertanian, khususnya Direktorat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Pertanian untuk masyarakat dan petani di Sehingga, program dan kebijakan tersebut seluruh Indonesia. (NSD)

Promosi Program Ditjen PSPMelalui Keikutsertaan Pameran

Page 35: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

35Bulletin PSPMedia Informasi Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Terjadinya alih fungsi lahan pertanian dan penurunan tenaga kerja di sektor pertanian dari 38.699.043 orang (2010) menjadi 36.048.200 orang (2013) mengakibatkan tenaga kerja semakin mahal, sehingga mekanisasi pertanian menjadi pilihan untuk mengatasi masalah ini.

Sebagai gambaran untuk kebutuhan Traktor Roda 2 yang diperkirakan mencapai 400.160 unit, hanya tersedia sekitar 182.000 unit atau dengan tingkat kejenuhan 45,65%, juga untuk pompa air dari kebutuhan + 320.000 unit baru tersedia 208.000 unit dengan tingkat kejenuhan 65,03 %. Untuk alat tanam padi (Rice Transplanter) dan alat pemanen (Combine Harvester) yang baru diminati petani akhir-akhir ini jumlahnya masih sangat terbatas.

Fasilitasi ketersediaan alsintan yang telah dilaksanakan oleh Kementeri Pertanian antara lain memberikan bantuan alsintan pra panen dan pasca panen sebagai stimulator penyediaan alsintan diseluruh Provinsi/Kabupaten/Kota. Perkembangan bantuan alsintan pra panen tahun 2011 - 2014 sebagai berikut :

Menteri Pertanian No. 25/Permentan/PL.130/5/2008 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan UPJA. diharapkan daerah dapat mengakselerasi tumbuh kembangnya UPJA sebagai bagian dari Gapoktan/Poktan untuk mengelola pemanfaatan alsintan secara komersial yang disesuaikan dengan kearifan lokal; sehingga status dan kemampuan UPJA terus meningkat dari kelas Pemula, Berkembang menjadi UPJA yang Profesional, yang dapat mendiri dalam pengelolaan alsintan sehingga tidak lagi tergantung pada bantuan pemerintah.Jmlah UPJA di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 12.000, namun yang tergolong UPJA Profesional kurang dari 5 %.

Upaya pemerintah dalam menggenjot produksi padi antara lain terus menggerakan kegiatan tanam serempak melalui optimalisasi brigade tanam yang diperkuat dengan dukungan TNI-AD sebagai implementasi Nota Kesepakatan antara Menteri Pertanian RI dengan Panglima TNI No. 03/MoU/PP/310/M/4/2012 Db Bo, NK/9/IV/2012 tanggal 13 April 2012 tentang kerjasama dalam Program Pembangunan Pertanian dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional.

Upaya-upaya yang terus dilaksanakan Kementerian Pertanian dalam pengembangan mekanisasi pertanian :- Melakukan updating data ketersediaan dan

pemanfaatan alsintan secara berjenjang dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi dan pusat.

Catatan : Juga telah disalurkan sejumlah alsintan untuk kegiatan panen - Sinkronisasi kebijakan dibidang alsintan dengan dan pasca panen Kelembagaan/Institusi terkait baik di Pusat maupun di

daerah sehingga terwujud keterpaduan program yang Dalam rangka optimalisasi pemanfaatn alsintan, dikembangkan pada masing-masing institusi.Kementerian Pertanian telah menerbitkan berbagai produk - Identifikasi kebutuhan secara tepat baik dari aspek hukum untuk pengawalan dan pengawasan alsintan yaitu : teknis (luas lahan, tingkat kejenuhan alsintan, 1. PP No. 81 Tahun 2001 tentang Alat dan Mesin Budidaya keterbatasan tenaga kerja, pola dan jadwal tanam, jenis

Tanaman (sebagai penjabaran UU No. 12 Tahun 1992 kegiatan usaha tani), aspek ekonomi dan aspek sosial tentang Sistem Budidaya Tanaman) budaya.

2. Permentan No. 65/Permentan/OT.140/12/2006 tentang - Menumbuhkembangkan bengkel alsintan lokal yang Pedoman Pengawasan Pengadaan, Peredaran, dan dapat memperbaiki dan menyediakan suku cadang Penggunaan Alat dan Mesin Peranian. alsintan, sehingga perbaikan alsintan dapat lebih murah

3. Permentan No. 05/Permentan/OT.140/1/2007 tentang dan cepat layanannya.Syarat dan Tata Cara Pengujian dan Pemberian Sertifikat - Pemanfaat skema-skema kredit yang tepat untuk Alsin Budidaya Tanaman. membantu kepemilikan alsintan ditingkat kelompok tani.

4. Permentan No. 39/Permentan/OT.140/8/2008 tentang - Pengembangan infrastruktur usahatani seperti jalan Pembentukan Lembaga Sertifikasi Produk Alsintan. usahatani dan sarana irigasi yang merupakan bagian

5. Kepmentan No. 25/Permentan/PL.130/5/2008 tentang yang penting dalam mengoptimalkan penggunaan Pedoman dan Penumbuhan dan Pengembangan Unit alsintan.Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA). - Meningkatkan pembinaan dalam penguatan UPJA guna

penumbuhan jiwa wira usaha menuju UPJA yang mandiri Mencermati berbagai keterbatasan kemampuan kelompok dan profesional.tani dalam pengelolaan alsitan, maka melalui Peraturan

Mekanisasi Pertanian Dalam MendukungUpaya Peningkatan Produksi Pangan

Oleh : Dit. Alat dan Mesin Pertanian

Page 36: Dewan Redaksi Bulletin - Ditjen PSPpsp.pertanian.go.id/assets/file/2014/buleTIN V - 2014.pdf · 1 Panglima TNI Tanam Kedelai ... adanya pengerukan (normalisasi) ... pengelolaan Proyek

Motor Penggerak

Prasarana dan Sarana

Pertanian

Ditjen PSP

KEMENTERIAN PERTANIANDirektorat Jenderal Prasarana dan Sarana PertanianKanpus Kementerian Pertanian Gedung DJl. Harsono RM No. 3, Ragunan, PasarmingguJakarta Selatan 12550Telpon (021) 7816080; Fax. (021) 7816081