dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah … · untuk senantiasa bisa mendapatkan...
TRANSCRIPT
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
RISALAH
RAPAT KERJA DENGAN MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN BPKH
SELASA, 23 APRIL 2019
Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : IV Jenis Rapat/ke- : Rapat Kerja / ke – Dengan : Menteri Agama Dan Kepala Badan BPKH Sifat Rapat : Terbuka. Hari, Tanggal : SELASA, 23 APRIL 2019 Waktu : Pukul 10.45 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi VIII DPR RI Gedung Nusantara II lantai
1 Jl. Jenderal Gatot Subroto – Jakarta 10270 Ketua Rapat : DR. H.M. Ali Taher, S.H., M.Hum Sekretaris Rapat : Sigit Bawono Prasetyo, S.Sos., M.Si. Acara : 1. Rapat Kerja Pembahasan Penambahan Kuota Haji Th
1440H/2019 M dan Rapat Dengar Pendapat Dengan Kepala BPKH.
Hadir : 1. 37 orang dari 49 orang Anggota Komisi VIII DPR RI. 2. Menteri Agama Beserta Jajarannya.
KETUA RAPAT (Dr. H.M. ALI TAHER, SH.M.Hum/F-PAN):
Pak Menteri kita mulai ya?
Bismillahirahmanirrahim,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Selamat pagi, dan
Salam sejahtera untuk kita semua.
Yang terhormat Menteri Agama Republik Indonesia beserta jajarannya,
Yang terhormat Saudara Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji beserta
jajarannya,
Yang terhormat Saudara Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR Republik
Indonesia.
Mengawai rapat pada pagi hari ini, pertama-tama marilah kita panjatkan puji
syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala. Hanya kepada-Nyalah kita
menyembah, hanya kepada-Nyalah kita memohon permohonan, dan hanya kepada-
Nyalah kita akan kembali. Karena pada hari ini kita masih diberikan kesempatan
untuk mengikuti Rapat Kerja dan Dengar Pendapat Komisi VIII DPR RI dengan
Menteri Agama Republik Indonesia dan Kepala Badan Pelaksana BPKH.
Sebelum acara dilanjutkan marilah kita bersama-sama berdoa untuk
kesuksesan kelancaran acara ini, dan marilah kita baca Ummul Kitab bagi yang
beragama Islam dan bagi Saudara-Saudaraku selain Islam berdoa sesuai dengan
keyakinan masing-masing.
(BERDOA MULAI)
(BERDOA SELESAI)
Hadirin yang kami hormati,
Menindaklanjuti surat Menteri Agama Nomor MA/144/4/2019, tanggal 15 April
2019 dan sesuai dengan arahan Pimpinan DPR RI yang menyetujui untuk
dilaksanakan Rapat Kerja dengan Kementerian Agama dan Rapat Dengar Pendapat
dengan Kepala Badan Pelaksana BPKH pada masa reses di Masa Persidangan ke-
IV, Tahun Sidang 2018-2019 maka pada hari ini Selasa, tanggal 23 April 2019
Komisi VIII menyelenggarakan Rapat Kerja dan RDP dengan agenda pembahasan
dan masukan atas revisi BPIH terkait penambahan kuota Jamaah Haji Tahun 1440
Hijriyah/2019.
Menurut laporan dari Sekretariat Komisi VIII DPR RI, pada rapat kali ini telah
hadir sebanyak tanda tangan 15, hadir 15, Fraksi 9, ijin 7 dari 49 Anggota Komisi VIII
DPR RI. Dan telah lebih dari setengah Anggota dari Fraksi DPR RI. Sesuai dengan
Tata Tertib DPR RI Pasal 251 Ayat (1) kuorum telah tercapai.
Atas persetujuan Saudara Menteri Agama RI dan Kepala Badan Pelaksana
BPKH serta rekan-rekan Anggota Komisi VIII DPR RI maka Rapat ini kami buka dan
dinyatakan terbuka untuk umum.
(RAPAT : SETUJU)
Hadirin yang kami hormati,
Sesuai dengan undangan Rapat Kerja dan RDP Komisi VIII DPR RI pada hari
ini adalah:
1. Pengantar Ketua Rapat,
2. Penjelasan Menteri Agama RI tentang revisi BPIH Tahun 1440 Hijriyah/2019
Masehi,
3. Penjelasan Kepala Badan Pelaksana BPKH terkait masukan atas revisi BPIH,
4. Tanya-jawab,
5. Kesimpulan rapat,
6. Penutup.
Apakah dapat disetujui?
(RAPAT : SETUJU)
Selanjutnya rapat akan berakhir pada pukul 13.00 ya. Selambat-lambatnya.
(RAPAT : SETUJU)
Saudara Menteri Agama RI, Kepala Badan Pelaksana BPKH, Pimpinan dan
Anggota Komisi VIII DPR RI yang kami hormati,
Pembahasan mengenai Biaya Penyelenggara Ibadah Haji/BPIH merupakan
pembahasan rutin Komisi VIII DPR RI. Komisi VIII DPR RI telah melakukan
pembahasan dengan Menteri Agama RI dan telah membahas detail. Besaran BPIH
baik direct cost maupun indirect cost ditingkat Panitia Kerja. Kemudian pada tanggal
4 Februari 2019 telah disetujui dan disahkan besaran BPIH antara Menteri Agama
RI dengan Komisi VIII yang diantara kesimpulannya sebagai berikut:
1. Komisi VIII DPR RI dan Menteri Agama menyepakati kuota Jamaah Haji
Reguler sebanyak 204.000 Jamaah dan kuota petugas haji sebanyak 4100
orang.
2. Direct cost biaya yang dibayar oleh Jamaah pada BPIH Tahun 1440
Hjiriyah/2019 rata-rata per Jamaah sebesar Rp35.235.602,-.
3. Total penggunaan nikai manfaat/optimalisasi setoran BPIH Reguler dan
efisiensi sebelumnya untuk mendukung biaya operasional Haji indirect cost
Tahun 2019/1440 Hijriyah sebesar … (suara tidak jelas).
Selanjutnya seperti yang dilaporkan oleh Menteri Agama dalam surat kepada
Komisi VIII DPR RI bahwa sesuai dengan hasil pertemuan antara Presiden RI
dengan Raja Kerajaan Arab Saudi tanggal 14 April 2019, menyepakati tambahan
kuota Jamaah Haji Reguler sebanyak 10.000 Jamaah. Tambahan kuota tersebut
berimplikasi terhadap penambahan biaya indirect cost BPIH, jumlah kloter dan
petugas kloter berikut honorariumnya. Pengadaan akomodasi tanah suci,
penambahan fasilitas serta pelayanan lainnya.
Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan amanat Pasal 21 Ayat (1)Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang
menyebutkan bahwa besaran BPIH ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri
setelah mendapat persetujuan DPR RI. Maka pada hari ini Komisi VIII DPR RI ingin
mendapatkan penjelasan dari Menteri Agama RI dan Kepala Badan Pelakasana
BPKH mengenai beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagaimana usulan revisi BPIH Tahun 1440 Hijriyah/2019 Masehi khususnya
terkait dengan perubahan besaran indirect cost.
2. Komponen BPIH apa saja yang mengalami kenaikan dan memerlukan
penambahan biaya.
3. Darimana rencana pembiayaan kekurangan indirect cost tersebut.
4. Bagaimana hasil koordinasi antara Kementerian Agama RI dan BPKH terkait
pembiayaan kekurangan indirect cost pada BPIH Tahun 1440 Hijriyah/2019
Masehi.
Hadirin yang kami hormati,
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan. Semoga Allah Subhanahu
Wata’ala memberikan kita semua kebaikan dan keberkahan.
Selanjutnya sesuai dengan acara yang telah kita sepakati. Kami persilakan
kepada Menteri Agama dan Kepala Badan Pelaksana BPKH memberikan
penjelasannya.
Sebelum saya mulai saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh
Pimpinan dan Anggota, baik caleg maupun tidak caleg. Semoga mendapatkan
kebaikan pada masa-masa yang akan datang. Percayalah Allah sangat tergantung
pada prasangka hamba-Nya. Rahmat Allah meliputi seluruh isi alam.
Kami persilakan kepada Pak Menteri.
Silakan Pak Menteri.
MENTERI AGAMA RI:
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Selamat pagi, dan
Salam sejahtera bagi kita semua.
Yang saya hormati Ketua Komisi VIII,
Yang saya hormati para Wakil Ketua Komisi VIII,
Yang saya hormati seluruh Anggota Komisi VIII DPR RI,
Yang saya hormati Kepala BPKH. Pak Iskandar dari BPKH.
Seluruh peserta Rapat Kerja kita pada pagi hari ini.
Pertama tentu saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh Pimpinan dan Anggota Komisi
VIII yang meskipun ditengah-tengah masa reses itu tetap bersedia untuk
menyelenggarakan Rapat Kerja. Jadi ini Rapat Kerja Khusus ditengah masa reses.
Yang tentu sesuatu yang sekali lagi kami sangat mengapresiasi dan menyampaikan
terima kasih atas terselenggaranya Rapat Kerja ini.
Sebagaimana tadi yang telah disampaikan oleh Bapak Ketua bahwa agenda
kita, Rapat Kerja ini adalah terkait dengan tindak lanjut mengenai adanya
penambahan kuota Haji sebesar 10.000 Jamaah pada tahun ini. Tentu ini adalah
merupakan buah dari apa yang selama ini diperjuangkan oleh Pemerintah Indonesia
untuk senantiasa bisa mendapatkan tambahan kuota dan kita bersyukur pada tahun
ini Pemerintah Saudi Arabia melalui Raja Salman itu telah mengabulkan
permohonan kita. Jadi dalam pemerintahan ini tambahan kuota 10.000 adalah kali
ke-2 setelah Tahun 2017 yang lalu kita mendapatkan tambahan 10.000 dan
Alhamdulillah Tahun ini 2019 kita mendapatkan juga tambahan yang kedua sebesar
10.000 tambahan yang sama. Bagi kami tentu ini sesuatu yang harus kita
laksanakan. Tidak ada pilihan lain selain ya kami harus segera berupaya untuk
menyediakan segala sesuatunya, seluruh pelayanan, fasilitas untuk penambahan
10.000 ini. Meskipun saat ini kami sudah sampai pada persiapan akhir sebenarnya
untuk menyediakan 204.000 Jamaah Reguler. Namun tambahan 10.000 ini tetap
kami maknai sebagai tambahan medan amal kita yang semakin diperluas dan
karenanya tidak ada kata selain kita harus menyiapkan segala sesuatunya all out
bekerja untuk agar pelayanan ini tidak menurun kualitasnya meskipun ada
penambahan 10.000.
Oleh karenanya menjawab apa yang tadi disampaikan oleh Bapak Ketua, apa
implikasi dari penambahan 10.000 kuota ini maka ini tentu. Pertama adalah terkait
dengan pembengkakkan atau perlunya tambahan biaya terkait dengan tambahan
10.000 ini yaitu anggaran yang indirect cost dan yang sumbernya dari APBN. Untuk
yang indirect cost itu setidaknya kami memerlukan tambahan anggaran sebesar
Rp353.729.060.559,-. Sementara untuk tambahan yang sumbernya APBN, ini untuk
membiayai pertambahan petugas. Karena dengan tambahan 10.000 Jamaah itu
setidaknya 25 sampai 30 kloter itu harus ditambahkan. Dan kita tahu setiap kloter itu
setidaknya ada 5 petugas kloter maka tambahan petugas itu setidaknya ada 125
petugas kloter yang tentu harus disediakan angkutan udaranya, hotelnya,
cateringnya sampai dengan pakaian seragam dan pelatihan-pelatihan kepada
mereka. Itu anggaran untuk mereka sebesar Rp6.805.482.100,-. Yang ini nanti
sumbernya adalah APBN karena seluruh petugas itu didanai oleh APBN.
Bapak/Ibu Pimpinan dan seluruh Anggota Komisi VIII yang saya hormati,
Terkait dengan rincian anggaran indirect cost itu kami rinci pada halaman 3
yaitu pelayanan Jamaah di Arab Saudi itu sebesar Rp334.182.437.419,-. Lalu
kemudian pelayanan Jamaah di dalam negeri itu sebesar Rp17.725.020.473,-.
Sementara untuk operasional Haji yang di Arab Saudi itu sebesar Rp35.878.698,-
dan untuk opersional didalam negeri itu sebesar Rp798.157.431,-. Lalu juga untuk
save guarding. Ini karena memang ketentuannya seperti itu untuk 10.000 Jamaah.
Save guarding yang harus disediakan adalah sebesar Rp987.566.537,-.
Untuk diketahui bahwa penambahan 10.000 itu sama costnya per Jamaah
sebenarnya yaitu Rp35.372.906,-. Jadi per Jamaah itu kita harus menyediakan
anggaran yang sumbernya dari indirect cost itu sebesar Rp35.372.906,-. Memang
ada sedikit selisih dibanding untuk yang kuota Reguler yang sebelumnya. Artinya
yang selain 10.000 itu. Karena khusus terkait dengan manasik Haji. Ini yang untuk
10.000 sepenuhnya harus ditanggung oleh Jamaah. Kita tahu biaya manasik Haji
untuk yang kuota reguler sebelumnya, itu sepenuhnya ditalangi atau bersumber dari
dana kemaslahatan yang selama ini dikelola oleh BPKH. Tapi untuk tambahan yang
10.000 ini sudah tidak memungkinkan lagi diambil dari dana kemaslahatan karena
sudah tidak memungkinkan karenanya tidak ada pilihan lain ya diambilkan dari
Jamaah itu sendiri. Maka lalu kemudian tambahannya menjadi selisih sebesar
Rp611.542,- per Jamaahnya. Jadi itu kami pilah, baik untuk yang di Jawa. Jadi
10.000 itu nanti distribusinya. 427 itu berasal dari Jawa, dan yang 5973 orang itu
dari luar Jawa. Karena manasiknya berbeda. Di Jawa itu 6 kali pertemuan.
Sementara diluar Jawa itu 8 kali pertemuan. Sehingga lalu kemudian ada sedikit
selisih per Jamaah.
Selanjutnya terkait dengan usulan tambahan yang bersumber dari APBN. Itu
juga rinciannya adalah sebesar Rp4.991.082.100,-. Itu untuk biaya penerbangan,
pulang-pergi petugas, lalu uang harian petugas yang menyertai Jamaah yaitu
petugas kloter. Lalu biaya-biaya pelatihan, pembekalan bagi petugas termasuk juga
pengadaan seragam serta atribut petugas lainnya. Sementara untuk akomodasi,
konsumsi dan transportasi selama di Arab Saudi jumlah yang harus ditambahkan
untuk petugas adalah sebesar Rp1.814.400.000,-.
Selanjutnya sumber pembiayaan yang bisa kami persiapkan untuk
menanggung penambahan 10.000 Jamaah ini. Pertama adalah efisiensi yang
dilakukan oleh BPKH. Jadi ada hasil efisiensi terkait dengan pengadaan Saudi Riyal
tahun ini sehingga lalu kemudian bisa kita sisihkan dana sebesar 65 Miliar dari
efisiensi pengadaan SAR. Lalu yang kedua dari efisiensi pengadaan akomodasi di
Mekkah tahun ini. Jadi ini juga patut kita syukuri bahwa Alhamdulillah saat ini sudah
100% hotel-hotel di Mekkah yang akan didiami oleh Jamaah kita sudah kita sewa
dan dari total biaya yang harus kita bayar dibanding dengan pagu alokasi anggaran.
Kita bisa mengefisienkan sebesar 120 Riyal per Jamaah. Jadi itulah kemudian kita
bisa sisihkan 50 Miliar Rupiah untuk biaya 10.000 Jamaah ini. Sehingga masih
diperlukan anggaran sebesar Rp238.729.060.559,-. Yang ini nanti sumbernya dari
mana maka Rapat Kerja inilah yang kami harapkan bisa membahas dan
memutuskan akan diambilkan dari mana untuk menutupi sisa kebutuhan ini.
Bapak/Ibu Pimpinan dan seluruh Anggota Komisi VIII yang saya hormati, juga
para Pejabat dari BPKH,
Terkait dengan disribusi 10.000. Jadi kami menetapkan, mengusulkan bahwa
prinsipnya adalah didistribusikan berdasarkan proporsionalitas. Jadi karena masing-
masing Provinsi sudah memiliki kuotanya masing-masing untuk diketahui bahwa
penetapan kuota masing-masing Provinsi adalah dihitung dari jumlah populasi
mulsim di suatu daerah dimasingm-masing Provinsi dikali seperseribu. Jadi kuota itu
sepermil dari jumlah populasi muslim disatu daerah. Oleh karenanya masing-masing
Provinsi tentu kuotanya berbeda-beda dan dari situlah lalu kemudian 10.000 ini
didistribusikan berdasarkan pendekatan proporsional.
Yang kedua, kami menerapkan untuk penambahan 10.000 ini dari kuota yang
ada maka masing-masing Provinsi memprioritaskan 25% untuk Jamaah Lansia. Dan
Lansia ini akan ditentukan berdasarkan yang paling tua nanti urutannya. Ini usulan
kami. Mudah-mudahan bisa disepakati karena ini juga hakikatnya aspirasi Komisi
VIII juga. Jadi Lansia itu bukan yang paling lama. Yang paling dulu setoran awalnya
tapi yang paling tua usianya. Jadi katakanlah meskipun baru 2 tahun yang lalu
setoran awalnya tapi kalau usianya misalnya 95 tahun katakanlah dan itu yang
paling tua maka itu yang kita minta untuk diprioritaskan. Jadi 25% itu adalah untuk
Lansia, 25% lainnya itu untuk pendamping Lansia. Karena yang Lansia ini tentu
harus ada pendampingnya. Dan tentu Lansia maupun pendamping tentu yang sudah
memiliki nomor porsi. Artinya yang sudah mendaftar, yang sudah mengeluarkan
setoran awal, yang memiliki nomor porsi. Nah lalu 50% sisanya adalah sesuai
dengan nomor urut masa tunggu berikutnya. Jadi daftar tunggu berikutnya sesuai
dengan ketentuan yang ada. Itulah pola yang akan kami terapkan dalam
mengimplementasikan bagaimana distribusi dari 10.000 tambahan kuota ini.
Selanjutnya Bapak Pimpinan dan seluruh anggota yang saya hormati. Kami
pun juga ingin meminta persetujuan terkait adanya perubahan alokasi anggaran
karena adanya pembengkakkan biaya untuk pengadaan akomodasi Madinah. Jadi
kita tahu ini juga dalam rangka memenuhi aspirasi Komisi VIII dan masyarakat
secara luas bahwa tahun ini kita ingin betul-betul memastikan seluruh Jamaah Haji
kita berada diwilayah Markaziah di Madinah. Dan untuk itu maka pola sewanya itu
harus diperbaiki yaitu sewa full musim. 1 musim penuh itu harus diperbanyak. Tahun
ini kita terapkan 75% dari total Jamaah itu akan mendiami hotel-hotel yang kita sewa
full musim. Ini dalam rangka untuk kepastian bahwa mereka betul-betul akan tinggal
diwilayah Markaziah dan ini juga mempermudah sistem penerbangan slot time
kedatangan dan keberangkatan Jamaah kita yang mendarat di Madinah dan pulang
dari Madinah. Sehingga yang blocking time itu hanya 25%. Implikasinya maka
biayanya memang sedikit membesar. Jadi pagu yang kita tetapkan kemarin untuk
Madinah sebesar 1200 Saudi Riyal per Jamaah itu ternyata realisasinya menjadi
1240 Saudi Riyal. Jadi ada penambahan per Jamaah 40 Riyal. 40 Riyal ini akan kita
ambilkan dari hasil efisiensi yang kita dapatkan ketika kita melakukan pengadaan
akomodasi di Mekkah yang 120 Riyal itu. Jadi dari 120 Riyal efisiensi di Mekkah
akan kita ambil 40 Riyal untuk Madinah. Mudah-mudahan ini bisa disetujui oleh
Komisi VIII DPR RI.
Demikianlah yang ingin kami sampaikan dalam kesempatan Rapat Kerja ini
dan tentu kami berharap mudah-mudahan tambahan 10.000 kuota Jamaah ini betul-
betul bisa kita realisasikan di tahun ini tidak di tahun yang akan datang datang.
Demikian.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’allaikumsalam.
Jadi artinya 10.000 itu tahun sekarang dan yang akan datang, dan
seterusnya. Memang idealnya paling tidak 250 ribulah. Ideal Inshaa Allah.
Selanjutnya kepada Pak Dr. Anggito sebagai Kepala BPKH.
Kami persilakan.
KEPALA BPKH (ANGGITO ABIMANYU):
Bismillahirahmanirrahim,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Yang terhormat Pimpinan Komisi VIII DPR RI, para Anggota Komisi VIII DPR RI,
Bapak Menteri Agama, dan seluruh jajaran dari Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Pak Dirjen dan para Direktur.
Bapak/Ibu sekalian yang dirahmati Allah,
BPKH dalam hal penetapan dan pelaksanaan PPIH adalah bagian dari
Pemerintah. Dan kami berusaha semaksimal mungkin untuk mendukung kebijakan
dari Kementerian Agama.
BPKH telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Agama. Kami
bertemu langsung dengan Bapak Menteri, pada hari Rabu di Kantor Beliau dan
mendengarkan penjelasan dari Bapak Menteri langsung mengenai maksud dan
tujuan dari kebijakan untuk menambah kuota Jamaah Haji Reguler 10.000.
Dan terakhir kemarin sore kami sudah bertemu dengan Pak Dirjen PHU dan
juga jajarannya mendapatkan penjelasan dari rincian mengenai kebutuhan anggaran
terkait dengan tambahan 10.000 kuota Jamaah Haji.
Bapak/Ibu sekalian,
Sekali lagi kami mohon maaf. Kami sudah menyampaikan program kami,
target nilai manfaat di Tahun 2019 kepada Komisi VIII. Kami untuk tahun ini diminta
untuk menyediakan nilai manfaat sebesar 7 Triliun yang dimanfaatkan untuk indirect
cost dan Inshaa Allah kami akan berupaya keras untuk memenuhi target tersebut.
Termasuk diantaranya penyediaan 2 Miliar SAR untuk pembayaran penyediaan
pelayanan Haji di Arab Saudi. Disamping itu kami juga menyediakan nilai manfaat
dari Dana Abadi Umat sebesar Rp120.000.000.000,- untuk kegiatan manasik Haji di
KUA. Juga termasuk untuk merealokasikan anggaran virtual account yang waktu itu
diputuskan dan dipimpin oleh Pak Ace diruangan ini sebesar 500 Miliar. Jadi
anggaran virtual account kami sudah terpotong cukup banyak dan untuk memotong
lagi nampaknya tidak mungkin karena berarti akan mengurangi alokasi virtual
account dibandingkan dengan Tahun 2018.
Bapak/Ibu sekalian,
Kemampuan BPKH saat ini masih sangat terbatas dan karena nilai manfaat
yang dipergunakan adalah tahun berjalan. Masih terlalu dini sebetulnya untuk bisa
memproyeksikan berapa kemampuan atau berapa realisasi dari penerimaan nilai
manfaat Tahun berjalan yang akan dipakai untuk BPIH 2019.
Jadi kalau kami ditanya, apakah masih ada kemampuan untuk nilai manfaat
lebih? Tentu kami belum bisa menyampaikan pada hari ini karena masih 1 kuartal.
Dan kami tentu setiap waktu kami memonitor, memantau dan kami berupaya untuk
bisa mencapai syukur bisa melebihi target nilai manfaat yang dibebankan kepada
kami.
Bapak/Ibu sekalian,
Sesuai dengan paparan Bapak Menteri, kami sudah menyampaikan bahwa
kami Alhamdulillah bisa melakukan efisiensi untuk pengadaan Riyal yaitu jumlahnya
adalah 65 Miliar. Meskipun uang tersebut masih an audited Bapak-Bapak. Jadi
masih belum di audit oleh BPK. Jadi, namun demikian dari perhitungan kami ya
Alhamdulillah kita bisa melakukan efisiensi sebesar 65 Miliar.
Kepada Bapak Menteri kami menyampaikan bahwa yang seharusnya menjadi
sumber utama dalam keadaan dimana negara membutuhkan itu adalah APBN.
Karena menurut kami. Saya 12 tahun di Kementerian Keuangan. Jadi seharusnya
dalam hal-hal yang menyangkut kebutuhan negara, itu negara harus hadir dalam
pengurusan penyelenggaraan kenegaraan seperti ini. Maka saya menghargai Bapak
Menteri sudah menyampaikan kepada Menteri Keuangan. Tentu jawabannya
sampai saat ini belum didapat. Jadi namun demikian tentu kami mengharapkan
bahwa APBN itu menjadi tiang utama penyelenggara sumber dari BPIH tambahan
kuota 10.000 Jamaah Haji.
Disamping itu Bapak/Ibu sekalian,
Kami juga sudah menyampaikan dalam hal seperti ini maka penyelenggara
negara termasuk BUMN-BUMN itu bisa memberikan layanan tanpa mendapatkan
keuntungan. Contohnya Garuda. Jadi Garuda ataupun penerbangan atau pun
pelayanan-pelayanan BUMN itu harusnya mendukung penyelenggaraan ini tanpa
harus memungut margin. Sehingga ada efisiensi yang diperoleh dari … (suara tidak
jelas).
Kami juga sudah menyampaikan bahwa pada hari ini Alhamdulillah nilai tukar
kita juga sudah menguat. Jadi sebetulnya menurut perhitungan kami biaya indirect
cost tidak sebesar seperti pada waktu kita menghitung BPIH pada biaya indirect cost
sebesar seperti pada waktu kita menghitung BPIH pada masa-masa sebelumnya.
Jadi hal-hal seperti itu kami sudah sampaikan kepada Bapak Menteri. Jadi
pada prinsipnya kami mendukung. Namun demikian pada saat ini kemampuan
keuangan BPKH masih sangat terbatas Pak. Jadi ini mohon bisa dimaklumi. Namun
demikian kalau untuk perhitungan teknisnya kami bisa menyampaikan hal-hal yang
barangkali bisa menambah efisiensi. Kami juga bersedia Pak kalau kami harus
melakukan efisiensi pada anggaran kami sendiri Pak. Jadi kami bersedia untuk
mengurangi anggaran kami sendiri. Tapi bukan anggaran untuk optimalisasi. Karena
kami belum bisa memberikan komitmen. Tapi kami bisa menambah atau
mengurangi melakukan efisiensi anggaran kami sendiri yang Bapak-Bapak sudah
setujui pada waktu itu. Jadi kami bersedia. Karena ini adalah tugas mulia yang harus
kita sukseskan bersama-sama.
Saya kira demikian paparan kami. Dan terima kasih atas undangan kepada
BPKH untuk menghadiri rapat pada pagi hari ini.
Demikian.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’allaikumsalam Waramatullahi Wabarakaatuh.
Terima kasih Pak Anggito yang mewakili Badan Pelaksanaan BPKH, Pak
Menteri dan kita semua.
Tiba gilirannya adalah Anggota menyampaikan pandangan-pandangannya.
Kami persilakan.
Di meja Pimpinan sudah terdaftar, yang pertam adalah Pak Choirul Muna.
Kami persilakan.
F-NASDEM (DRS. KH. CHOIRUL MUNA):
Terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Pimpinan, Anggota Komisi VIII yang terhormat,
Bapak Menteri beserta jajarannya, Bapak Kepala BPKH, dan semua yang hadir
ditempat ini.
Kami sangat apresiasi atas sesuatu yang mengejutkan, membanggakan,
menyenangkan sekaligus tantangan. Dimana Pemerintah Indonesia mendapatkan
tambahan kuota selama periodisasi kami sudah 2 kali mendapatkan tambahan kuota
yang tidak diberikan kepada negara-negara lain. Inilah sesuatu yang luar biasa yang
perlu kita apresiasi dan ktia syukuri. Tapi sekaligus merupakan suatu tantangan.
Pertama kali memang kalau kita lihat beban yang harus ditanggung itu tidak
sedikit. Pertama, persoalan yang berhubungan dengan masalah anggaran biaya
untuk Jamaah. Kalau kita lihat yang kemarin saja itu 35 Juta per Jamaah untuk
indirect costnya beserta dengan APBN-nya. Kalau 35 Juta per Jamaah dikalikan
10.000 berarti 350 Miliar yang harus kita adakan. Darimana tadi sudah dipaparkan
oleh Pak Menteri bahwa 1. Adalah efisiensi pengadaan SAR oleh BPKH 65 Miliar,
kemudian ditambah relokasi anggaran pengadaan akomodasi di Mekkah 50 Miliar.
Kalau namanya tadi Pak Dirjen non formal bicara ada suatu efisiensi lagi barangkali
20 Miliar. Kalau memang betul itu ada tambahan lagi. Kalau tidak salah Pak Anggito
waktu berkunjung ke rumah saya Beliau ini untuk melihat bantuan yang tak kunjung
hadir. Jadi ada bantuan BPKH, kemaslahatan umat. Itu ditempat kami ini sudah 2
kali dikunjungi Pak Anggito sudah serah terima secara simbolis tapi tak kunjung
hadir.
…………:
Sekarang sudah belum?
F-NASDEM (DRS. KH. CHOIRUL MUNA):
Belum. Baru cerita. Jadi inilah anomaly namanya.
Pak Anggito mengatakan sekitar efisiensi itu 100 Miliar. Kami akan tahu yang
sesungguhnya kalau 100 Miliar itu darimana.
Kemudian, kalau namanya betul dari BPKH itu ada 100 Miliar ditambah
dengan akomodasi 150 Miliar. Berarti kita butuh hanya … Miliar. Nah kalau namanya
203 Miliar apa pun yang terjadi. Kalau namanya kita mau ambil BA BUN itu
prosesnya terlalu panjang. Tidak mungkin untuk nuntut ini karena waktunya tinggal 2
bulan. Tidak mungkin. APBN sampai sekarang inipun belum ada jawaban dari
Menteri Keuangan. Oleh karenanya hanya satu-satunya, bagaimana? Karena ini
adalah sesuatu yang emergency. Tidak ada lain dan tidak ada bukan. Kalau
namanya bisa disepakati adalah mengambil uang dari virtual account tadi. Karena
tidak ada lain. Dan itu adalah dari Jamaah untuk Jamaah, bukan untuk yang lain.
Perlu untuk kita ketahui bahwa hal itu kenapa ini bisa dilakukan? Karena sesuatu
yang emergency. Kita mau ambil Menteri Keuangan. Menteri Keuangan tidak
memberikan jawaban untuk itu.
Nah oleh karenanya kami mohon untuk lebih berlapang dada lagi, bagaimana
supaya ini bisa mengambil virtual account lagi yang jumlahnya 1,2 Miliar ini bisa
dipakai …. 203 Miliar ini bisa mengambil lagi virtual account. Berarti virtual account
itu sekitar 1,2 Triliun. Berarti kalau namanya dikurangi itu 1 Triliun digunakan untuk
virtual account. Yang 200 itu adalah digunakan untuk menutup kebutuhan yang
indirect yang ada sekarang ini.
Saya yakin Komisi VIII semua akan menyetujui dengan hal ini karena ini
adalah kebijakan dari Komisi VIII. Persoalan masalah yang berhubungan dengan
BPKH ini.
Oleh karenanya saya mohon barangkali ini solusi yang terakhir karena
sampai detik ini pun dari Menteri Keuangan belum ada jawaban. Karena emergency
tidak ada lain yang bisa kita koreksi lagi yang kita gunakan. Efisiensi Tahun 2017
sudah dipakai, efisiensi 2018 sudah dipakai. Jadi sudah tidak ada peluang lain
kecuali itu.
Kemudian dalam hal akomodasi. Kalau ini memang sudah final ya memang
sudah tidak bisa lagi. Cuma barangkali nanti bisa ada efisiensi. Tapi kalau Garuda
itu saya pikir wong kita turunkan 20 Dollar saja sulitnya luar biasa. Apalagi mau
minta dia marginnya untuk diturunkan menjadi 3 saja tidak mau. Dia tetap mintanya
5. Tapi barangkali kalau namanya Pak Anggito ini karena Direkturnya ini adalah
muridnya Pak Anggito ya silakan saja barangkali ini bisa ada efisiensi lewat
muridnya.
Inilah yang bisa saya haturkan yang berhubungan dengan masalah efisiensi.
Tapi mohon maaf Pak Menteri, saya tetap akan bicara tentang keluhan Jamaah.
Selama ini yang berhubungan dengan bio metric Pak Menteri sangat luar biasa. Dari
Magelang saja ke Yogya itu yang pingsan sudah banyak. Karena apa? Yang
namanya umur 80-an tahun itu naik mobil 2 jam, disana nunggunya 5 jam. Itu
pingsan nunggunya 5 jam ini. Nah inilah yang hanya 42 kilo. Apalagi kalau namanya
seperti yang luar Jawa yang sangat jauh. Oleh karenanya masalah bio metric ini
sekarang ini berbeda Pak Menteri. Kalau kemarin itu bio metric sudah ada di
embarkasih baru bio metric. Sekarang ini sebelum di embarkasi sudah pakai bio
metric. Sehingga itu menambah biaya yang luar biasa oleh Jamaah. Perlu untuk
diketahui persoalan masalah biometric ini supaya ada efisiensi dari Jamaah.
Kelelahannya luar biasa karena nunggunya itu berjam-jam sampai 5 jam, 6 jam itu
tiap Jamaah. Perlu untuk dipertimbangkan kembali persoalan masalah bio metric.
Yang kedua Pak Menteri untuk PMA tentang sekarang ini maraknya ada dana
talangan dari DPP BPR untuk Jamaah Haji. Luar biasa di Jawa Tengah ada
talangan dari BPR. Oleh karenanya saya mohonkan untuk ditegaskan kembali.
Tidak boleh ada talangan karena ini akan menambah waiting list yang luar biasa.
Sekarang meledak luar biasa, kesana kemari dor to dor BPR untuk menawarkan 5
juta sudah bisa mendapatkan porsi. Nah inilah yang sekarang ini saya prihatin betul
ada yang demikian.
Yang ketiga, saya mohon untuk PMA di ubah dari 12 tahun anak itu
mendaftar. Mulai lahirlah sekarang ini diperbolehkan untuk. Karena di Sulawesi
Selatan sudah waiting listnya 41 tahun. Jadi lahir itu pun kalau namanya daftar Haji
itu sudah nanti punya cucu 2. Berangkatnya. Nah inilah yang perlu dipikirkan
kembali persoalan masalah-masalah yang berhubungan dengan bagaimana sulitnya
Jamaah Haji untuk mendaftar tentang itu.
Terima kasih Pak Menteri.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’allaikumsalam.
Jadi Pak Muna, 203 Miliar itu dianggap cukup membantu untuk supaya bisa
dianggarkan oleh BPKH. Penegasan saja. Jadi 1,2 Triliun. Dari 1,2 Triliun.
F-NASDEM (DRS. KH. CHOIRUL MUNA):
Aslinya itu 1,7. Kemudian kemarin dipotong 500, masih 1,2. Kalau dikurangi
200 lagi itu saya pikir cukup.
KETUA RAPAT:
Maksud saya penegasan saja.
Lanjut Pak Kyai Umam Wiranu.
Kami persilakan.
F-PD (KHATIBUL UMAM WIRANU, M.Hum):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Saudara Pimpinan yang kami hormati beserta seluruh Anggota Komisi VIII,
Saudara Menteri Agama beserta seluruh jajarannya,
Saudara Ketua BPKH dan seluruh Anggota yang hadir.
Pertama-tama tentu saja atas nama pribadi ikut bergembira mendengar
penjelasan Menteri Agama tadi yang menyatakan siap untuk menjalankan tugas
tambahan memberangkatkan 10.000 Jamaah yang mendapatkan kuota tambaha
baru dari Kerajaan Saudi Arabia. Suatu yang saya kira sudah tepat karena tahun-
tahun sebelumnya juga sebenarnya sudah mendapatkan tambahan tetapi kesiapan
penyelenggaraan Haji belum dianggap siap.
Nah dari penjelasan Saudara Menteri tadi memang kita dapatkan untuk
beberapa kebutuhan yang harus segera diselesaikan untuk memberangkatkan
10.000 Jamaah ini, baik kebutuhan berupa biaya Jamaah. Mulai tentu saja dari tiket
pesawat, harian, seragam dan seterusnya, konsumsi, akomodasi dan lain-lain. Juga
kebutuhan akan bertambahnya petugas Haji.
Dari penjelasan kebutuhan petugas Haji tadi 10.000 Jamaah Haji itu
diasumsikan 25 kloter. 25 kloter berarti perlu petugas Haji. 5x25 menjadi 125. Saya
kira pendistribusiannya dari 125 itu 50. Kalau dilihat dari petugas dibagi 2 ada TPHI
dan TPIHI maka perkiraan saya Departeman Agama membutuhkan 50 orang.
Kemudian Departemen Kesehatan membutuhkan 75 orang. Kalau tidak salah hitung
saya. Karena 25 kloter x 2 untuk petugas TPHI dan TPIHI, kemudian 25x3 untuk
Kementerian Kesehatan. Itu artinya sebenarnya kebutuhan 6 Miliar koma sekian itu
ditanggung oleh 2 Kementerian, Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan.
Dan tadi sudah disampaikan bahwa itu sudah tertangani dan sudah tersedia
biayanya.
Nah kemudian komponen biaya Haji yang sekurang-kurangnya tadi
dibutuhkan, baik APBN maupun indirect cost itu 358 atau 352 Miliar. Tadi sudah
disampaikan oleh Saudara Kyai Haji Choirul Muna saya kira cukup bisa diterima
usulannya dan saya secara pribadi juga setuju karena kalau kita mengambil
anggaran APBNP itu tidak mungkin karena waktunya baru dimulai pembahasan di
bulan Oktober atau bulan September. Kalau dari BA BUN juga memerlukan waktu
yang cukup lama, karena paling tidak perlu proses hampir 2 bulan bahkan lebih saya
kira.
Nah karena itu memang kita perlu penjelasan dari Departemen Agama,
konteksnya Dirjen Haji ini. Berapa yang bisa diefisienkan dari Departemen Agama
yang diambil dari entah dari biaya yang mana. Kemudian dari BPKH juga harus ada
penjelasan secara rinci darimana diambil.
Nah tadi memang hitung-hitungan yang masih kasar. Ada 150 Miliar itu sudah
bisa diselesaikan di 2 institusi ini, Kemenag dan BPKH. Berarti kurang, dari 360
berarti sekitar kurang 210 atau … tadi. Nah dari sini saya kira yang pertama-tama
harus dikerjakan oleh Menteri Agama, 1. Regulasi yang dibutuhkan untuk sebagai
payung hukum dari dana yang mau dipakai. Saya kira itu sudah protab. Payung
hukum dari implementasi penambahan kuota 10.000 Jamaah. Kemudian payung
hukum juga dari biaya APBN atau indirect cost atau penjelasan lain atau dari sumber
lain. Sebab kita menghindari Panja. Jadi kita tidak perlu membikin Panja yang
memang waktunya juga tidak memungkinkan tetapi cukup mengacu pada satuan
hasil dari Panja sebelumnya. Itu dimasukan kedalamnya. Nah kemudian dikasih
KMA (Keputusan Menteri Agama). Itu sudah cukup. Dan Komisi VIII secara politik
saya kira akan mengambil jalan ini dalam kesimpulan nanti Pak Ketua itu. Sehingga
pekerjaan Departemen Agama menjadi lebih cepat untuk segera mempersiapkan
apa yang dibutuhkan 10.000 Jamaah yang akan diberangkatkan. Payung hukumnya.
Nah saya mempertegas saja apa yang disampaikan oleh Kyai Haji Choirul
Muna. Yang tadi menyampaikan bahwa memang mau tidak mau harus diambil dari
virtual account dana yang kekurangannya sekitar 210 tadi karena, pertama ini pasti
yang keberatan kan Pak Anggito. Tapi keberatan itu saya kira juga bisa kita jawab
bersama-sama. Pasal 3 Undang-Undang BPKH, pengelolaan keuangan Haji
bertujuan meningkatkan: a. kualitas penyelenggaraan Ibadah Haji, b. rasionalitas
dan efisiensi penggunana BPIH, dan c. manfaat bagi kemaslahatan umat Islam.
Pasal 3 point a., itu saya kira sudah cukup untuk memaksa kita BPKH untuk
menyetujui virtual account dipakai untuk kekurangan dana untuk 10.000 dari Jamaah
yang mau kita berangkatkan. Karena ini adalah menurut ahli hukum Saudara senior
saya, ini Komandan PDIP hadir khusus untuk acara ini disini. Ketua Alumni UII. Ini
senior saya sejak saya Mahasiswa Yogya. Jadi kalau aksi Beliau ini ngompor-
ngomporin, Saudara Erwin Muslimin Singajuru. Ini perintah Undang-Undang, kata
Beliau. Karena memang situasinya sudah sangat mendesak dan Beliau tentu saja
sebagai partai yang istilahnya menjadi koalisi Pak Jokowi. Itu tidak ingin
penyelenggaraan Haji ini tidak berjalan dengan sukses. Karena Beliau tidak mau
bicara tapi hanya bisik-bisik ke saya. Walaupun partainya beda dan pilihan calon
Presidennya beda. Itu Pak Menteri dan Pak Kepala BPKH.
Intinya jadi mau tidak mau memang kita harus sama-sama berkorban demi
penyelenggaraan Ibadah Haji yang baik tahun ini. Karena ada banyak hal juga selain
hal ini yang kita juga harus antisipasi. Ini yang menyangkut yang kedua diluar soal
Pasal 3 Ayat a ini dalam Undang-Undang BPKH. Jadi kita meminta dengan sangat
agar kekurangannya diambil dari virtual account dengan sejumlah pertimbangan
seperti yang disampaikan oleh Saudara Kyai Haji Choirul Muna yang juga alumni
UII. Seniornya Erwin Muslimin Singajuru juga. Yuniornya maksud saya.
Nah yang kedua Pak Menteri, ini harus juga diantisipasi soal pergantian
metode atau pergantian cara pembagian kuota tidak berdasarkan … seperti yang
sudah-sudah. Ini memang salah satu kelemahannya adalah kita harus
mengantisipasi masalah-masalah yang akan ditimbulkan dilapangan saat ada
banyak Jamaah yang merasa iri atas posisi-posisi tempat dan fasilitas. Nah ini harus
betul-betul diantisipasi supaya tidak ada profovaksi agar mereka melakukan
tindakan-tindakan yang tidak baik selama proses Haji disana. Ini memang cara baru
ini atau sistem baru ini memang saya terlambat tahunya. Jadi terlambat protesnya.
Saya baru tahu setelah kunjungan kemarin ke Mekkah, Madinah. Tapi apa daya itu
sudah diputuskan.
Nah ini harus sama-sama kita antisipasi. Karena atas dasar apa satu Jamaah
Jakarta ditempatkan lebih baik daripada yang dari Papua misalnya atau sebaliknya
dan sebagainya.
Kalau qur’ah itu kan sebenarnya sistem Indonesia. Jadi orang bisa saja
berpisah. Orang Jakarta berpisah tempatnya, gabung dengan Papua. Tapi pada
saat pulang bareng lagi. Jadi meng-Indonesia ketika dia dipisah dari komunitasnya.
Tetapi pada akhirnya toh dia bersatu kembali. Sebetulnya sistem qur’ah jauh lebih
bagus menurut saya. Terbukti sudah membuat penyelenggaraan lebih baik. Tapi
okelah itu sudah diputuskan. Meskipun menurut saya sangat diskriminatif. Itu harus
diantisipasi akibat-akibat yang akan ditimbulkan.
Nah ini serius benar karena complain ini datang dari Departemen Agama
juga. Teman-teman yang sudah lama melakukan tugas haji disana atau ditugaskan
disana. Cukup kaget dengan sistem ini. Padahal sistem qur’ah sudah berjalan
sekian tahun dan berhasil dengan baik.
Itu 2 hal pokok Saudara Ketua. Mudah-mudahan bisa menjadi pertimbangan.
Tetapi yang paling terakhir saya tekankan lagi soal BPKH ini. BPKH itu saya juga
tanya kepada Pak Anggito mumpung ada ini. Saya membaca berita bahwa Saudara
menyampaikan surat kepada Presiden. Yang terkait dengan apa, saya lupa. Karena
itu hanya berita sekilas. Tapi kesan saya itu surat itu tidak ikut bertanggungjawab
jika terkait dengan apa. Makanya saya … disini. Yang saya agak janggal. Ini kok
beda dengan keputusan Komisi VIII gitu loh. Tiba-tiba dia memberikan surat atau
menulis surat kepada Presiden. Saya minta apa isinya, itu dibuka disini. Supaya
jangan ada dusta diantara kita dan jelas posisinya. Karena saya tidak ingin. Apalagi
tadi yang disampaikan Pak Kyai Muna. Pak Kyai Muna beruntung dapat bagian
berupa pengelolaan bantuan kemaslahatan umat katanya ya. Yang itupun dibagi
kepada pilihan tergantung sesuka Pak Anggito. Yang dapat Pimpinan dan Anggota.
Anggota pun dipilih. Tidak semua Anggota dapat. Saya tidak dapat, Alhamdulillah.
Sehingga tidak mendapatkan fitnah. Ini saya kira buruk sekali pola-pola bantuan
kemaslahatan umat tapi berdasarkan like and dislike, suka tidak suka, dekat tidak
dekat. Itu saya protes keras terhadap model-model kebijakan seperti ini di Komisi
VIII. Baru pernah terjadi ini. Saya kaget nih Kyai Choirul Muna menyatakan itu. Agak
sedikt emosi. Karena Komisi VIII itu fare-fare dari dulu kok. Kasih bantuan Depag,
fare semua dapat. Tidak ada pilih kasih dan tidak ada bawah tanah. Bawah tanah itu
maksudnya, hanya dibahas diluar forum Komisi VIII dan rapat. Ini bisa jadi temuan
soalnya. Karena Saudara punya kebijakan yang jelas-jelas melakukan pelanggaran
terhadap keputusan rapat.
Untuk ini contohlah Kementerian Agama. Kalau membagi itu fare. Fare dalam
pengertian itu semua Anggota. Tentu saja ada Anggota yang tidak ngurus tidak
dapat akhirnya. Itu adalah kesalahan Anggota. Atau tidak sempat. Tapi kalau sudah
baginya saja dipilih-pilih Anggota tertentu. Yang Anggota sudah dikasih pun belum
diturunkan itu juga tragis lagi. Tolong dibuka Saudara Anggito surat kepada
Presiden, isinya apa. Jangan mengadu domba kita Komisi VIII dengan Kementerian
Agama. Ini yang paling tidak suka saya. Di akhir masa jabatan saya harus ngomong
pahit. Qullil Haqqo Walau Kaana Murran. Saya katakan pahit meskipun. Saya
katakan kebenaran meskipun itu pahit. Mohon maaf, agak emosi nih soal ini.
Itu saja Ketua.
Terima kasih.
Mohon maaf atas semua penjelasan saya. Tapi saya memang harus
ngomong terbuka supaya tidak jadi omongan dibelakang. Dan kita ini sama-sama
sudah dewasa. Sama-sama sudah lama menjadi Pejabat. Tentu saja kita harus
berhati-hati didalam menjalankan amanah jabatan kita.
Wallahul Muwafiq Ila Aqwamith Thoriq,
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’allaikumsalam.
Baru kali ini saya dengar Pak Kyak Umam ini agak sensitive. Tapi itu bagian
dari hubungan transidental. Ya itu kan soal rasa dan energy.
Lanjut pada Pak Kyai Surahman.
F-PKS (Dr. KH. SURAHMAN HIDAYAT, MA):
Bismillahirahmanirrahim,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Surahman Hidayat, PKS. Dapil Jawa Barat X.
Saudara Menteri, Saudara Ketua BPKH.
Tentu yang pertama kali saya turut bersyukur atas penambahan 10.000 kuota
untuk Jamaah Haji Reguler. Ini mudah-mudahan bagian dari keberkahan kita
menyambut bulan suci Ramadhan. Tentu ini untuk terus direalisasikan dengan
sebaik-baiknya. Pola yang tadi ditawarkan oleh Pak Menteri. Lansia didahulukan itu
bagus. Bagian dari keikhsanan kita kepada orang tua. Tapi juga tentu prinsip
keadilan. Setelah dialokasikan kepada Lansia, bukan hanya alokasi tentu
pelayanannya mereka itu para pendamping, dan apa yang diperlukan termasuk tadi
bimbingan manasiknya. Tadi disebutkan kok bimbingannya tidak diikutsertakan
dengan program atau pembiayaan yang sudah ada tapi mereka dipungut tersendiri.
Nah ini 1 pertanyaan. Sebelum mereka bertanya tentu perlu dijelaskan, kenapa?
Padahal haknya kan sama. Ini mungkin perlu dijelaskan. Dari BPKH juga tidak
mengalokasikan untuk itu mungkin juga perlu penjelasan. Tapi tadi Pak Anggito ada
point positif bersedia mengurangi anggaran dapurnya untuk membantu realisasi
yang 10.000 ini. Itu 1 point bagus. Bahkan ada himbauan kalau dari BUMN-BUMN
kita yang bergerak dibidang penerbangan misal bisa dihimbau juga untuk
memberikan keringanan tanpa memungut margin. Itu satu hal yang bagus untuk
nanti komunikasinya pihak Kementerian Agama dengan BUMN-BUMN tadi. Ini point
pertama. Jadi ini harus sukses. Untuk tambahan 10.000 ini dengan penuh
pengelolaan yang baik.
Yang kedua, kemarin kan akhir-akhir kampanye kan semua Anggota turun.
Ada masukan-masukan bagus dari masyarakat terkait dengan BPKH. Mereka
menanyakan tentu saja. Kedepan ini masukan. Mungkin sudah dipikirkan juga
bahwa hasil daripada investasi dari keuangan Haji ini yang namanya kemanfaatan,
kemaslahatan umat ini harus betul-betul konkrit, rill dan terprogram. Termasuk juga,
kenapa kita tidak memikirkan misalkan kedepan punya hotel untuk Haji dan Umroh
Indonesia. Padahal kan umroh ini tidak ada matinya sekarang. Terus begitu kan.
Jadi ketimbang kita nyewa-nyewa saja kan jatuhnya mahal. Tapi kalau kita punya
sendiri tentu ini akan lain. Atau kalau perlu ngontrak mungkin dalam term yang
panjang, berapa tahun. Sehingga ini juga akan nanti meringankan biaya dan juga
ada keuntungan-keuntungannya. Ini betul-betul dipesan dari masyarakat agar
disampaikan ke BPKH supaya berpikir lebih maju kedepan katanya. Mohon dicatat.
Juga mereka tentu di masyarakat itu kan yang namanya kemajuan agama itu lebih
melihat kepada fisik sarpras. Nah ini apakah bisa katanya. Kemanfaatan itu juga
yang muncul dalam bentuk bantuan-bantuan sarpras, pesantrenlah, masjid, mushola
dan kobong kan begitu. Ini juga pesan dari mereka untuk disampaikan agar tentu
menjadi visi kedepan. Karena kemajuan yang sifatnya non fisik bagi masyarakat
kurang terasakan tetapi lebih mana katanya. Kita sudah lama tapi belum terlihat …
yang namanya sharing dari kemanfaatan kemaslahatan itu.
Yang ketiga saya juga mendukung tadi Pak Muna soal pendaftaran Haji.
Kapan pun daftar orang itu dilayani saja kan. Jadi tidak perlu dibatasi usia tertentu
karena ini terkait dengan istithaah. Jadi sehingga akan lebih bisa mengatur antrian
itu tidak terlalu panjang.
Demikian tambahan saya.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Kyai.
Lanjut kepada Pak Kyai Haji Pak Mustafa Bakri.
F-PG (MUSTAFA BAKRI):
Bismillahirahmanirrahim,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Mohon perkenalan saya Pak Menteri. Saya dari Golkar. Kebetulan PAW di
akhir waktu. Saya mendapat …. Ada istilah wal’ awalu. Saya dapatnya wal’akhiru.
Tapi zohir.
Salam sejahtera untuk kita semua,
Tadi sahabat-sahabat saya dari Komisi VIII juga para senior saya
menyampaikan berbagai pandangan. Tapi saya mengubah yang namanya
pandangan menjadi direct talk kepada Pak Anggito. Tadi kalau namanya indirect
cost, saya buat direct talk supaya indirect costnya jelas.
Saya lama di Malaysia dan kuliah di Malaysia. Dari S-1 sampai S-3. Tapi S-
3nya belum dapat surat Diktinya karena mengurusnya pun agak ribet. Juga saya
pernah lama di Turki dan di Spanyol. Kedua orang tua saya adalah Depag.
Pensiunan Depag. Ibu saya juga pensiunan Depag. Jadi saya kenal itu Depag dan
Kemenag. Dari kecil sampai saya tua seperti ini.
Namun prestasi Depag dan Kemenag ini masih jauh dari Kementerian yang
lain. Saya tidak mengerti. Karena ayat-ayat Al-quran dan hadist disana mungkin
terlalu banyak dihafal sehingga pemikiran agak sempit.
Pertama, pertanyaan saya tentang tambahan anggaran ini. Direct talk ini saya
ingin sampaikan kepada Bapak Ketua BPKH. Beberapa pelajaran kita namanya
komparatif study tentang penyelenggaraan negara, baik DPR maupun Pemerintah
selalu study. Namun hasilnya harus ada implementasi.
Pertanyaan saya pertama adalah mengandung hal yang bersifat pembiayaan,
penyelenggaraan Haji. Ada pembiayaan seperti kata Pak Choirul Muna tadi dan juga
disampaikan dari PKS bahwa pendaftaran Haji itu kadang ada yang sampai 10
tahun kemudian baru berangkat. 2 tahun kemudian baru berangkat, 3 tahun, bahkan
ada yang sampai 30 tahun saya lihat. Dan saya punya makcik pun 15 tahun
kemudian baru bisa berangkat Beliau. Karena daftar gilir. Karena makanya saya
heran. Orang mendapat pendaftaran itu tapi berangkatnya lambat walaupun kadang
sudah sempurna setorannya. Nah saya menyangkut tabungan Haji Pak Anggito.
Sebelumnya saya tidak ikut rapat. Ada beberapa kali karena ada tugas diluar. Tapi
saya membaca apa hasil-hasil yang sampai keruangan saya tentang rapat tersebut.
Ini kita dialog untuk melihat mengapa anggaran tambahan ini belum diperlukan
sebenarnya dengan suasana yang sekarang. Pertama, setoran Jamaah Haji
Indonesia. Saya ingin tahu total daripada setoran yang sudah ada disimpan. Total
biaya Haji yang telah tersimpan di simpangan Bank kita, dan kedua dibagi kepada
jumlah Jamaah Haji yang berangkat tahunan. Berapa Triliun?
Yang kedua, faidah daripada dana yang tersimpan tersebut persentasinya
berapa per tahun. Dibagi dengan jumlah Jamaah Haji yang berangkat tiap tahun.
Bukan ratusan Miliar Pak, Triliunan.
Yang ketiga, efektifitas dan efisiensi dana tersebut terhadap pelaksanaan Haji
yang lebih utama dan kepentingan umat. Pelaksanaan Haji dan kepentingan umat
karena itu dana Haji. Apa yang disampaikan sahabat saya dari PKS tadi. Dan saya
itu ingin jabaran rinci. Karena saya juga memegang data itu. Kenapa? Karena apa
yang disampaikan sahabat saya dari PKS tadi, saya ikut didalam beberapa rapat
tabung Haji Malaysia. Sekelas dengan jumlah Jamaah Haji Malaysia yang begitu
sedikit dibanding Indonesia. Malaysia bisa membeli hotel dan penginapan sendiri
untuk Jamaah Hajinya. Mengapa Indonesia sampai tua begini juga belum punya.
Perlu dipikirkan alokasi itu. Karena apa? Itu dana umat harus kembali ke umat dan
haji harus kembali kepada pelaksana haji, dan yang melaksanakan haji.
Yang ketiga masalah program. Saya mohon ijin apa yang sahabat saya tadi
dibelakang saya tadi. Ada sedikit kata Pak Ketua itu agak sensitive tetapi kita
supaya tidak ada dusta diantara kita keterbukaan. Saya mencoba berdiskusi dengan
kolega Komisi VIII dalam hal program-program Kementerian Agama. Tadi ada
sahabat saya menyampaikan seperti ada pilih kasih atau apa begitu Pak Menteri.
Ada yang mendapat program, ada yang tidak. Tetapi yang saya terima walaupun
saya baru disini tapi saya mengakses semua informasi yang ada. Berkomunikasi
dengan Kementerian Agama dalam hal program-program agak sulit. Ini mohon
supaya kita semua terbuka. Mengapa hal itu demikian. Kalau kita nama suannya
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Mesti jawabnya
Wa’allaikumsalam Warahmatullahi Wabarakaatuh. Indirect atau direct mesti
langsung karena hukumnya langsung. Maka Komisi VIII juga Assalamu'alaikum
Warahmatullahi Wabarakaatuh dengan Kemenag, juga harus Wa’allaikumsalam
Warahmatullahi Wabarakaatuh dengan cepat dan mudah. Karena hukumnya wajib
menjawab salamnya. Kalau salam … dengan Komisi VIII, jawab dari Kemenag juga
harus salamnya juga cepat karena hukumnya wajib. Kalau salah mohon para Pak
Kyai menegur saya. Kalau ada yang mengatakan Sunnat silakan. Maksudnya
adalah Bahasa itu program. Supaya program-program dari Komisi VIII dan Kemenag
ini sinergitasnya tinggi. Jadi komunikasi juga bisa lebih intens. Tidak tersendat.
Terima kasih Pak. Itu saja.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’allaikumsalam Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Terima kasih.
Kami lanjut dengan Pak Haji Achmad Fauzan Harun.
F-PPP (H. ACHMAD FAUZAN HARUN, SH, M.KOM, I):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Terima kasih Pimpinan Rapat. Ketua Komisi VIII.
Yang kami hormati Pimpinan dan para Anggota Komisi VIII,
Yang kami hormati Menteri Agama beserta jajaran,
Yang kami hormati Ketua BPKH beserta jajaran.
Nama saya Achmad Fauzan Harun dari Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan. Ingin menyampaikan beberapa hal. Yang pertama, hasil dari
kunjungan saya ke Dapil sering saya kemukakan program-program Kementerian
Agama. 99% masyarakat mengetahui dan merasa puas. Pertama pendidikan
madrasah. Pendidikan madrasah banyak yang mengucapkan terima kasih karena
madrasah lancar dikelola oleh Kementerian Agama. Namun itu Madrasah Negeri.
Tapi Madrasah Swasta yang belum begitu signifikan bantuan dari Pemerintah
sehingga tetap merasa berat. Dan kebanyakan yang sekolah di Madrasah Swasta
adalah orang-orang yang dibawah penghasilannya.
Oleh karena itu saya mempunyai usul, gagasan. Bagaimana yang Madrasah
Swasta itu punya Undang-Undang sendiri supaya ada kesamaan dengan Madrasah
Negeri. Minimal biaya yang dipikul oleh masyarakat. Terutama kalau Madrasah
Swasta itu bangunan diusahakan oleh yayasannya dan biaya-biaya yang lainnya.
Sehingga Madrasah Swasta mengalami kesulitan biaya oleh masyarakatnya.
Yang kedua, program pelayanan Haji. Semua saya sampaikan, bagaimana
pendaftaran yang dilakukan oleh Kementerian Agama bagus. Tidak ada kesulitan-
kesulitan. Tetapi mereka mengeluh dengan lamanya menunggu. Nah itu. Jadi itu
dirasakan oleh masyarakat, karena dengan adanya kebijakan Arab Saudi dengan
merehab Masjid yang sekian lama sehingga dikurangi Jamaah-Jamaah Haji
sehingga sekarang resikonya menumpuk dan ada daerah-daerah yang hampir 10
tahun, bahkan ada yang 15 tahun. Oleh karena itu saya sependapat dengan usulan
Pak Choirul Muna, pendaftaran dibuka semenjak bayi lahir. Sehingga untuk
menunggu sekian tahun Inshaa Allah bisa terpenuhi.
Yang kedua, Pak Menteri sudah 2 kali mendapat tambahan dari Kerajaan
Arab Saudi. Saya mengucapkan apresiasi. Dan ini merupakan prestasi yang
diperoleh oleh Kementerian Agama dan tentunya Komisi VIII. Karena Komisi VIII
sering mendesak bahwa Menteri Agama harus berusaha untuk menambah atau
memperoleh tambahan kuota. Dan Alhamdulillah tahun ini dapat 10.000. Oleh
karena ini kemauan rakyat untuk menutupi kebijakan-kebijakan merehab Masjidil
Haram dan sekarang sudah jadi. Walaupun sudah jadi tapi Jamaah sudah numpuk.
Oleh karena itu kita sambut gembira dan mengucapkan apresiasi kepada Menteri
Agama untuk. Dengan Ketua Komisi VIII ya. Komisi VIII juga ikut betul-betul
mendesak Pimpinan, Wakil Pimpinan juga dapat ya. Anggota juga dapat. Cuma
presentasinya dapatnya sedikit-sedikit. Termasuk Kedutaan Besar yang ada di Arab
Saudi yang namanya Jibril. Itu juga dapat.
Nah tentu dengan kita mengucapkan apresiasi dan amanah ini kita harus
pikul bersama. Tentu ini sudah laporan dari Menteri Agama yang dananya ini yang
masih dibicarakan di Rapat DPR ini adalah 238 Miliar sekian. Nah kalau saya
melihat setiap tahun kan ada efisiensi. Tiap tahun ada efisiensi. Efisiensi itu nanti
akan kembali kepada BPKH. Nah oleh karena itu kepada Bapak Ketua BPKH ini kan
yang lebih tahu tentang keuangan adalah Pak Anggito karena mantan Dirjen. Dirjen
di Kementerian Keuangan. Jadi usul saya sependapat dengan kawan-kawan. Kalau
APBN lama maka usulnya seperti Choirul Muna menggunakan dari virtual account.
Tapi Pak Anggito ini kan Antum A’lamu Bi Amri Dunyakum. Lebih tahu tentang dunia
keuangan ini.
Nah kemudian sudah baguslah Menteri Agama ini di Daerah DKI itu cukup
positif program-program yang disampaikan termasuk Haji. Dan ini dapat 10.000
tambahan. Ini mengangkat lagi nilai Menteri Agama. Mudah-mudahan Menteri
Agama diangkat lagi. Tapi …menang Presidennya atau kalah? Ini Pak Ketua ini
tegang juga. Ya ini kita tunggu saja ya. Sabar. Tetapi Pak Menteri saya ingin
mengadukan kepada Pak Menteri, mungkin untuk kebaikan bersama. Saya punya
relawan Pak Menteri namanya Uken melapor ke saya. Pak, saya dapat nilai 70%.
Masa saya kan dekat sama Bapak tapi kok dikalahkan dengan yang 50%. Ini hasil
test ujian Petugas Haji. Jadi mohon Pak Menteri yang hal-hal demikian harus teliti
kepada bawahan. Dan saya selalu mendukung Kementerian Agama. Kalau tadi Pak
Gusmus, Muhammad Mustofa tadi turunan dari Kementerian Agama. Saya lebih
turunan Pak. Karena apa? Kakek saya, Paman saya, semua di Kementerian Agama.
Ketua Pengadilan Agama Indramayu itu Paman saya. Dan terus. Makanya saya
wajib untuk membela Kementerian Agama. Tetapi jangan dibalas dengan yang
kurang-kurang bagus. Orang saya disisihkan. Jangan begitu Pak siapa namanya.
Yang petugas. Mohon dibantu Pak Menteri. Karena 70 dengan 50 dan kalau
diadakan seleksi percuma kalau tidak diambil nilai yang terbagus.
Barangkali itu Pak Menteri dan Pak Ketua.
Terima kasih Pak Ketua.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’allaikumsalam Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Terima kasih Pak Fauzan yang selalu bernostalgia.
Terima kasih. Tadi dari Pesantren langsung ke Haji. Namanya Anggota
Dewan tidak boleh dibantah Pak.
Lanjut Pak Kyai Dja’far Shodiq.
F-NASDEM (K.H. DJA’FAR SHODIQ, S.H):
Terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Bapak Menteri Agama beserta Kepala BPKH dan seluruh staf,
Yang pertama bahwa kita ini perlu adanya untuk komunikasi yang lebih baik
Pak. Ya seperti teman saya tadi Gus Umam menyampaikan, saya sebenarnya
sudah lama Cuma kok tidak etis kalau kita sampaikan seperti itu kok kayaknya
Komisi VIII ini pengemis. Mau minta-minta kepada Bapak. Bagi saya itu sangat-
sangat tabu Pak. Tapi persoalannya kan memang pada saat pembahasan APBN
2018. Saya melontarkan 1 pertanyaan waktu itu. Dananya Jamaah Haji yang disetor
itu 30 Juta. Kalau 20 tahun di Deposito itu sudah berapa. Hitungan saya antara 24
sampai 25 Juta. Kalau ditambah dengan uang setoran, misalkan 35 itu hampir 60
Juta Pak. Tidak dikelola saja sudah uangnya Jamaah itu sudah nominalnya sekian.
Dan itu apalagi kalau Pak Anggito ini seorang professional. Tentunya kita harapkan
bisa mengelola uang itu lebih dari itu. Supaya beban pada Jamaah semakin ringan.
Itu logika saya seperti itu. Pertanyaan itu belum dijawab dan tak terjawab saat itu. Ya
karena iming-iming tadi. Ada mobil ini dan sebagainya. Tapi kabar itu ada, kabar itu
hilang. Ya sampai sekarang ya hilang. Tolonglah mari ya kita. Jangan perlakukan
kami ini kayak seorang yang mau ngemis-ngemis, minta-minta. Sehingga kami ini
menjadi orang yang terhina dan tidak terhormat. Bagi saya Pak sebagai Anggota
tidak akan saya minta-minta. Kalau memang itu semua komitmen untuk kepentingan
masyarakat tidak apa-apa. Tapi untuk pribadi saya tidak Pak. Untuk masyarakat
seperti yang saya ceritakan kemarin. Mohon maaf Pak. Warga kami yang di Jakarta
naik ambulance remnya blong. Karena mereka hidup, rakyat kami di Madura, di
Jakarta ini ya jual kopi dan sebagainya. Mereka mati tidak punya biaya. Kalau untuk
itu saya minta tidak apa-apa Pak. Tidak diberikan pun juga tidak apa-apa. Tapi
jangan sampai ada like and dislike seperti yang disampaikan tadi. Mohon maaf.
Disini ada Pimpinan, ada Kapoksi. Jangan ada rapat diluar rapat. Sehingga saya
katakan berangkat dari komunikasi yang baguslah diantara kita. Jangan
memperlakukan kami. Kami ini punya hak loh Pak. Berangkat dari daerah, dari Dapil
disumpah ketika dilantik. Demi Allah saya bersumpah memperjuangkan aspirasi
daerah yang kita wakili. Dan itu yang kita perjuangkan. Jangan dimaknai yang
negative. Ya mohon maaf loh. Supaya misalkan tadi ada 10.000 porsi kita berapa.
Setidak-tidaknya saya tahu porsinya untuk Jawa Timur. Apalagi bisa rigit ke Dapil
saya misalkan. Itu lebih baik. Sehingga komunikasi awal ketika saya ketemu
komunitas ulama. Ketika mereka nanya kita bisa jawab Pak. Kementerian Agama
bagus ya Komisi VIII bagus. Otomatis yang duduk di Komisi VIII juga. Kalau terjadi
sesuatu yang jelek ya kita juga jelek Pak. Dianggap kita ke Jakarta ini tidur, makan.
Kayak tidak serius, tidak sungguh-sungguh kita ini. Padahal kita ini sudah berniat
dalam hati sungguh-sungguh. Cuma yang dikatakan tadi Komisi VIII selama ini fare.
Nah itu sangat suka tapi sejauhmana ini. Apa hanya diucapkan saja atau tidak?
Saya kira kalau masalah anggaran Pak. Sekali lagi kalau saya pribadi untuk
kepentingan yang 10.000 ini kita tidak pernah menolak kalau saya pribadi Pak.
Asalkan pelayanan kepada masyarakat itu bagus. Ada reward tiap tahun, bertambah
bagus. Kita akan pasti dukung Pak kalau untuk rakyat. Tapi juga didalam
pengelolaan dana Haji ini tolonglah juga kami diberi informasi yang lebih detail.
Kalau saya persoalkan ini satu per satu … tidak selesai Pak. Ini berapa hitungannya
dan sebagainya. Ini kan akhirnya kita menjadi kurang baik. Waktu kita habis untuk
hal-hal yang demikian. Kita tidak ingin itu terjadi. Kadang-kadang kekritisan kita yang
berdasarkan realita di lapangan ingin kita sampaikan kepada Bapak Menteri dan
kawan-kawan sebagai pengemban amanah, eksekutif. Karena eksekutif itu punya
kekuatan 2 Pak. Pertama, kekuatan memerintah. Dia punya kekuatan memerintah
dibawah. Yang kedua, kekuatan anggaran Pak. Dengan 2 hal ini maka dibawah
akan manut. Kami Cuma punya fungsi pengawasan. Oleh karena itu pada fungsi
masing-masing ini supaya kita pada posisi yang terhormat. Bukan pada posisi yang
tidak terhormat. Seakan-akan kita-kita ini, TA-TA kita datang kesana. Ke mitra kita
sudah ditatar sedemikian rupa, diberi petunjuk. Tapi setelah itu bagaimana. Kita
sudah janji dengan seorang ulama. Ini loh dana yang saya berikan kepada Pak Kyai
ini dana Haji. Tidak benar kalau dana Haji ini dipakai untuk infrstruktur. Tidak benar
ini kalau dana Haji ini dikelola dengan cara riba. Saya ini juga menjadi corongnya
Menteri Agama Pak. Walaupun Bapak tidak perintah kita. Tapi realita ini ketika tidak
ada dibawah waduh bohong Bapak ini. Jadi kita jangan diiming-imingi seperti itu
sehingga menjadi miss comuncation Pak. Terutama saya dengan. Kalau dengan
rakyat tidak apa-apa. Tapi kalau sudah seorang ulama, mereka mengkritisi,
menanya kepada kita. Inilah persoalan yang harus kita selesaikan. Jadi sekali lagi
soal komunikasi ini mari kita lakukan dan kita evaluasi dengan baik. Dan tolong kita
juga sudah menjadi corongnya. Kita ingin Pak image dibawah Kementerian Agama
dengan Komisi VIII itu bagus Pak. Pasti kita bela Pak. Tapi realita yang ada inilah
yang perlu kita buktikan bersama.
Sekian.
Terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’allaikumsalam Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Terima kasih Pak Kyai.
Lanjut ke Ibu Endang Maria.
F-PG (HJ. ENDANG MARIA ASTUTI, S.Ag, SH, MH):
Terima kasih Pimpinan.
Pak Menteri beserta jajarannya,
Pak Anggito dari BPKH dan Pak Iskandar,
Rekan-rekan Komisi VIII yang saya cintai.
Jadi pertama tentu kita. Saya secara pribadi tentu mengapresiasi ya atas
penambahan kuota Haji yang 10.000 ini. Tentunya kita harus segera mencarikan
solusi bagaimana 10.000 ini bisa berangkat dengan penataan yang baik. Tentunya
ini adalah berkaitan dengan anggaran. Nah darimanakah anggaran itu akan
diambilkan? Tentunya yang tadi sudah dipaparkan, tentu kita harus segera
menyepakatinya di point-point apa saja tentunya untuk bisa segera di
implementasikan kebawah. Jika apa yang disampaikan oleh BPKH Pak Anggito tadi
agak keberatan mengenai virtual account-nya nanti berkurang. Lantas apa solusi
yang harus diberi oleh BPKH karena mau tidak mau itu kan harus segera Pak.
Sebab kalau ini tidak kita ambil seperti dulu akhirnya tidak diambil maka kita akan
berpikir antrian panjang itu semakin lama tidak akan semakin berkurang. Itu yang
pertama, jika ini tidak segera dicarikan solusi.
Yang kedua, agar supaya kedepan juga tidak berkaitan dengan yang 10.000
ini. Antrian panjang tidak akan pernah berkurang ketika tadi apa yang disampaikan
oleh Pak Muna dan juga ini aspirasi dari masyarakat. Dana talangan ini tentu akan
mengembalikan posisi calon jamaah haji itu waiting listnya juga semakin panjang.
Jadi kedepan tidak dibahas saat ini tentu kedepan ini harus juga mendapatkan
perhatian, baik dari Pemerintah dan BPKH serta Komisi VIII agar supaya kita bisa
menekan dengan berbagai persoalannya tentu.
Kemudian dari yang tadi dipaparkan oleh Pak Menteri dari beberapa efisiensi.
Sekiranya apakah ini nanti mendapatkan persetujuan dan langkah-langkah
bagaimana Pak Ketua. Ini memang harus perlu mendapatkan kesepakatan
bersama. Jadi ini yang menjadi sangat penting sekali. Bagaimana kita mencarikan
solusi bahwa 10.000 untuk Jamaah Haji, kemudian untuk petugas dan sebagainya.
Ini yang harus segera dibahas. Meskipun tidak harus dengan Panja. Tetapi kita tidak
bisa kalau seperti ini terbuka tentu akan lebih lama Pak Ketua. Atau mungkin
Pimpinan juga punya formulasi khusus bagaimana bisa menyelesaikan ini. Duduk
bersama agar supaya jauh lebih cepat untuk break, baru kemudian nanti kita
rapatkan kembali. Sehingga hasilnya akan lebih cepat. Sebab kalau ini kan
pertanyaan pasti akan melebar. Seperti tadi yang mengenai aspirasi dan
sebagainya. Kalau itu pasti menyangkut samalah. Semua ya dengan apa yang
disampaikan juga oleh Pak Dja’far Sidiq itu memang nanti akan bertambah. Karena
saling saut menyaut. Tadi kan disampaikan harus ada keterbukaan Pimpinan dan
Anggota, Kapoksi. Nah merasa sini kan tanpa ada Anggota segala sesuatu itu juga
tentu tidak akan bisa disetujui. Nah oleh karena itu saya kira Pimpinan, ini di
break dulu untuk duduk bersama yang dipandang perlu sambil sholat untuk mungkin
ada solusi tercepat. Saya kira itu baru kemudian nanti di floor-kan kembali.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Begini saja. Selesaikan dulu, penanya dulu baru kita diskusikan.
Bu Lilis silakan. Kalau bisa waktunya dipertimbangkan.
F-PKB (Dra. HJ. LILIS SANTIKA):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Terima kasih Bapak Pimpinan dan juga teman-teman Komisi VIII.
Terima kasih Pak Menteri beserta seluruh jajaran, juga Pak Anggito selaku
Ketua BPKH.
Alhamdulillah bahwa dengan tambahan kuota 10.000 ini mudah-mudahan
membawa berkah, manfaat untuk masyarakat Haji Indonesia tapi didalam hal ini
tentu saya juga ingin mengingatkan atau juga menyampaikan kepada Pak Menteri
bahwa kesiapan untuk transportasi, hotel, catering, itu semua kan betul-betul
dengan 10.000 tambahan ini saya sampai minta jangan sampai kedodoran. Dan
apakah BPKH juga sudah siap dengan pembayaran seperti itu. Termasuk mungkin
tetap saya mengingatkan kesiapan Riyal yang untuk living cost. Jadi maaf disini
saya mengulang living cost yang diberikan nanti, dulu ketika pemberian living cost ini
ditangani Kementerian Agama. Uang itu kan recehan semua artinya saya minta juga
kepada BPKH bahwa harus siap didalam amplop itu 1500 Riyal itu. Jangan hanya
500 Riyal 2, 200 Riyal 2, 100 Riyal 2, 50 Riyal 2. Itu kan menyulitkan Jamaah. Jadi
BPKH didalam hal ini ya memang harus sanggup dan mampu memberikan
kenyamanan kepada masyarakat Haji Indonesia yang akan berangkat ditiap
embarkasih.
Terus saya juga mendapatkan titipan dari teman-teman penyelenggara
bahwa apakah tambahan 10.000 kuota ini hanya untuk reguler. Sementara dari
asosiasi, para penyelenggara mereka juga meminta. 8%-lah cukup katanya. 8%
mengambil dari 10.000 itu. Sehingga 25% untuk Lansia, 25% untuk pendamping,
50% untuk waiting list. Tentu mereka pun berhak ya untuk mendapatkan juga
tambahan kuota ini. 8% saja mereka merasa cukup. Dan saya juga menambahkan
sedikit bahwa didaerah itu cukup resah dengan adanya zonase itu. Kalau bisa
ditinjau ulang zonase per kecamatan itu. Seperti apa. Sehingga mereka dari KBIH-
KBIH didaerah itu merasa betul-betul tetap bisa melayani dengan penuh walaupun
disini kita sudah mendapatkan informasi bahwa untuk Jawa Barat …
penempatannya. Dan awal maupun akhir toh mereka juga sama-sama tetap
berkumpul ditempat itu. Nah sekarang dengan adanya 10.000 tambahan ini. Saya
juga mengharapkan jangan sampai ada yang keluar dari wilayah itu. Kenapa?
Kasihan mereka kalau diberi tempat terlalu jauh. Saya bahkan dulu pernah. Saya
juga sampaikan ada wilayah yang dipakai yang menurut saya tidak layaklah dihuni
oleh Jamaah. Mudah-mudahan tahun ini tidak ada lagi sistem penempatan seperti
itu. Dulu pernah kan terjadi ada Jamaah ditempatkan dirumah-rumah penduduk di
Sareh …. Itu 2 kali naik bisnya. Rumah-rumah orang Arab dipakai tinggal Jamaah
Haji. Itu sudah tidak akan ada lagi kan walaupun misalnya sekarang ada tambahan
10.000. Kita tetap berharap bahwa hanya hotel-hotel yang layak pakai, layak huni
untuk masyarakat Haji Indonesia sehingga hadiah dari Raja Salman untuk Bapak
Jokowi, untuk masyarakat Haji Indonesia betul-betul dirasakan manfaatnya di musim
Haji tahun ini. Dan terima kasih, tentu kita sebagai pelayan masyarakat yang
menyampaikan apa yang diinginkan, mudah-mudah kita juga bisa memberikan yang
terbaik untuk masyarakat Haji Indonesia.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Bu Lilis.
Lanjut ke Pak Kyai Romzi.
F-PKS (Drs. H. MOHAMMAD IQBAL ROMZI):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Pimpinan dan Anggota Komisi VIII yang kami hormati,
Saudara Menteri Agama, Kepala Badan BPKH yang kami hormati,
Sudah banyak yang menyampaikan pertimbangan-pertimbangan, gagasan-
gagasan terkait dengan penambahan kuota 10.000 ini. Persoalan sekarang itu
adalah terkait dengan sumber dana. Sumber dana APBN, kemudian BPKH. Dan
sumber dana itu macam-macam, ada yang sudah menyusut, ada yang mulai kering.
Kira-kira yang masih melimpah ini dimana. Kira-kira begitu.
Saya juga mau bertanya dengan BPKH tadi. Kami siap untuk mengurangi
anggaran kami sendiri. Kira-kira potensinya berapa. Daripada sedikit-sedikit,
mendingan … 500 itu saja. Jadi mudah. Saya rasa begitu. Jadi yang tahu persis
bagaimana potensi-potensi untuk menutupi kekurangan ini saya rasa kita minta
penjelasan. Kira-kira manfaat dan mudoratnya seperti apa. Kalau ini dipotong atau
sudah sangat kecil tadi sudah sangat mongering. Ini juga penting pertimbangan.
Tapi secara politis. Kami juga dari PKS sangat mendukung dan bersyukur. Kata Bu
Lis tadi, ini hadiah untuk Pak Jokowi dan juga umat Islam. Nah karena itu libatkan
juga Beliau ini untuk memikirkan bagaimana kekurangan dana ini juga kira-kira.
Saya rasa Menteri Keuangan harus … begitu. Ini soal negara, kehadiran ya. Jadi
APBN jangan kita tutup dulu. Mungkin ada solusi. Karena dalam keadaan mendesak
ini kan. Siapa tahu dalam keadaan mendesaknya ini ada barokahnya untuk kita
semua.
Jadi prinsipnya kita mendukung ini dan kita mencari solusi. Mungkin tawaran
bagaimana caranya untuk mengerucutkan itu mungkin Pimpinan. Sehingga lebih-
lebih focus tadi.
Selanjutnya, saya juga bertanya Pak. Kami didaerah itu sudah sangat paham
tentang Asma’ al-Khamsah, tentang kemaslahatan. Tidak hafallah. Tapi belum juga
kelihatan kira-kira. Kalau memang untuk kepentingan umat dan itu masih
memungkinkan angkanya cukup cantik juga. Ya … saja, ini lebih mendesak
barangkali. … khoir mahjur, boleh juga tapi. Tapi kalau sering tidak nyambung …
jaka sembung naik ojek. Tidak nyambung, tidak connect. Hanya kita-kita juga, tidak
bagus juga itu.
Jadi kita coba lihat potensi-potensi itu juga. Dan mungkin beberapa catatan-
catatan tadi. Dalam hal ini negara memang harus hadir. Dan kalau kemarin hasil
juga mungkin dari pertemuan dan rapat-rapat kita di Komisi VIII terkait dengan
kepentingan … itu mungkin juga kita untuk coba kita lihat kembali … itu. Prinsipnya
10.000 kuota ini tidak boleh mubajir dan harus dibagi habis, dan juga harus
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Itu mungkin Pimpinan yang dapat kami sampaikan.
Tatapan mata yang penuh cinta, membuat yang terpendam menjadi indah
memikat. Kita syukuri tambahan kuota, harus dimanfaatkan dengan cepat dan tepat.
Demikian saja.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Hebatnya PKS itu begitu. Antara maslahat dan manfaat.
Terima kasih.
Dari Pimpinan ada?
Kalau tidak ada kita lanjut.
Pak Ace, silakan.
WAKIL KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.TB ACE HASAN SYADZILY, M.Si/F-
PG):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Pak Ketua, Pimpinan dan seluruh Anggota Komisi VIII yang saya hormati dan
saya banggakan. Yang ditengah kegalauannya menunggu hasil rekapitulasi suara
tetapi masih menyempatkan dan semangat. Saya bilang ini bukan urusan politik ini.
Ini urusan umat. Jadi oleh karena itu kita harus segera merapatkan diri, menanggapi
tambahan kuota yang membutuhkan respon kita yang cepat.
Pak Menteri Agama dan seluruh jajaran, serta Pak Kepala BPKH dan seluruh
jajaran yang saya hormati.
Pertama, sekali lagi saya kira semua harus menyambut dengan baik. Karena
ini juga salah satu yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat terutama para Jamaah
Haji kita. Yang memang sangat-sangat menunggu. Semakin cepatnya mereka bisa
berangkat. Dan tentu ini penting untuk kita respon dengan cepat karena mereka
menunggu apakah ini berlaku untuk tahun ini atau untuk tahun yang akan datang.
Secara informal saya sudah bicara dengan Pak Menteri bahwa memang pada
awalnya terus terang saja Pak Menteri saya pun juga sempat telepon sama Pak
Dirjen ketika Pak Jokowi bertemu dengan Raja Salman dan saya juga dikasih tahu
waktu itu langsung. Bagaimana respon kita, apakah bisa dilaksanakan tahun
sekarang atau tidak? Nah saya sore-sore ditelepon Pak Menteri, saya bilang kalau
memang memungkinkan untuk dilaksanakan tahun sekarang tentu itu lebih bagus.
Dan bagusnya rapatnya dilaksanakan setelah Pilpres. Karena pasti semua
bicaranya soal kepentingan umat. Tidak lagi bicara soal politik gitu ya. Karena
politiknya sudah selesai. Kita tinggal nunggu KPU saja.
Nah memang ini pasti akan mengganggu for casting kita Pak Kepala BPKH.
Dan saya kira mau tidak mau kita semua harus mereview kembali atau mengkaji
kembali terhadap apa yang sudah kita putuskan bersama. Saya kira bukan hanya
dengan Kementerian Agama tetapi juga dengan BPKH. Karena bagaimana pun
kalau yang disampaikan oleh Pak Menteri Agama tadi menyebutkan ada tambahan
dari efisiensi pengadaan SAR, kemudian realokasi anggaran pengadaan akomodasi
tentu bagi saya itu sesuatu yang petut di apresiasi. Namun kan yang harus kita
carikan solusi adalah bagaimana kita bisa menutupi yang 328 Miliar ini yang begitu
sangat besar. Saya sebetulnya Pak Kepala BPKH asumsikan bahwa pelaksanaan
ibadah Haji dengan alokasi 231.000 untuk tahun ini, itu juga menjadi bagian yang
dialokasikan oleh BPKH dari nilai manfaat proyeksi. Nah kira-kira pertanyaan saya
yang paling sederhana sama Pak Kepala BPKH, kesiapan untuk menutupinya itu
kalau katakanlah tahun ini kita 231.000 itu asumsinya berapa yang bisa diambil.
Kalau asumsinya 231.000. Kalau kemarin kan kita mengasumsikannya adalah
221.000. Kalau sekarang 231.000. Itu artinya bahwa for casting kita pun kalau
231.000 itu diambilnya darimana. Kan tidak bisa juga kita BPKH menyampaikan
bahwa kita tidak. Tadi saya agak terganggu juga dengan pernyataannya. Kan begini,
tentu Pak Anggito juga sebagai mantan Kepala BKF ya yang tahu-tahu soal
anggaran negara. Tentu tidak mudah juga Pak. Dan saya kira saya bisa memahami
Ibu Sri Mulyani Menteri Keuangan dalam jangka waktu uang harus tersedia. Kita
persiapan ini bulan Ramadhan ini sudah bulan depan. Penganggaran proses di DPR
pasti akan sangat-sangat berbelit-belit juga. Harus rapat anggaranlah, inilah, itulah.
Termasuk soal apakah kita alokasi anggaran untuk pembiayaan yang diperuntukkan
untuk Jamaah Haji itu juga dimungkinkan dibayari oleh negara. Karena itu pasti juga
akan menimbulkan. Mohon maaf, pasti akan menimbulkan mungkin kecemburuan
warga negara yang lain yang tidak naik Haji. Kenapa untuk 10.000 ini harus
dibebankan kepada APBN. Sementara kami tidak dibebankan dari APBN.
Jadi oleh karena itu menurut saya perlu dipertimbangkan. Jadi menurut saya
agak sulit kayaknya kita mendesak kepada Pemerintah. Dan menurut saya
disampaikan saja sama Pak Menteri juga soal harus ada rasionalisasi juga seperti
yang disampaikan oleh Pak Kepala itu. Jadi menurut saya mencari solusi 238 Miliar
ini tidak ada jalan lain kecuali BPKH harus mereview ulang sumber dari mana. Tadi
Pak Kyai Choirul Muna telah menyampaikan, apakah dimungkinkan misalnya kita
mengambil sementara. Saya terus saja Pak Kepala ya, agak tenang kemarin itu.
Ketika kita rapat pada tanggal 28 Maret ya. Termasuk secara khusus menyetujui
usulan untuk pembiayaan BPKH. Walaupun saya dapat informasi, konon katanya
BPKH juga belum mendapatkan honor atau apa ya sebagaimana layak dan
mestinya. Jadi mungkin itu juga Pak Menteri perlu juga menjadi perhatian itu. Jadi
BPKH yang mengelola keuangan yang besar tapi soal honorarium atau apa
namanya Pak. Soal gajinya katanya belum. Mungkin itu pula yang membuat Pak
Choirul Muna kita tidak turun-turun itu Pak. Merekanya sendiri juga belum dapat
katanya Pak. Jadi penting juga mendapatkan perhatian. Tapi dia simbolis saja belum
Pak katanya. Sudah setahun katanya ya Pak. Nah jadi saya kira itu juga patut
mendapat perhatian. Jangan sampai mengelola uang sampai 113 Triliun tetapi hak
mereka untuk mengelola itu belum dapat juga. Itu juga menurut saya juga gak fare.
Jadi intinya Pak Kepala. Saya senang sebetulnya. Komunikasi antara Pak
Menteri dengan Pak Kepala sangat baik untuk merespon ini semua. Tapi
kelihatannya, kecuali kalau betul-betul dapat diusahakan. Kalau alokasi dari APBN
dalam jangka waktu kita 1-2 bulan ini apakah mungkin atau tidak. Saya kok ragu ya.
Apalagi misalnya ini membiayai indirect cost yang langsung kepada para Jamaah.
Kecuali kalau misalnya hal-hal yang sangat, misalnya soal petugas kesehatan, atau
misalnya petugas dari Kementerian Agama dan lain-lain, itu meurut saya sangat
mungkin. Tetapi kalau indirect cost ini dipergunakan untuk kepentingan Jamaah
tentu harus dilihat juga, apakah dimungkinkan tidak secara Undang-Undang seperti
itu.
Jadi oleh karena itu usulan Pak Kepala, mungkin harus direview kembali.
10.000 itu kira-kira diambil dari nilai manfaat yang awalnya diproyeksikan tahun
depan itu bisa ditarik untuk tahun ini. Jadi proyeksi 10.000 untuk Tahun 2020 kita
tarik saja untuk Tahun 2019, berapa? Jadi oleh karena itu saran saya itu Pak.
Karena bagaimana pun ya kita tidak boleh melewati peluang yang sangat besar ini
dan ditunggu-tunggu oleh masyarakat.
Saya kira itu Pimpinan.
Satu lagi Ketua, saya juga sama mengusulkan dengan Ibu Hj. Lilis. Ada
beberapa KBIH telepon ke saya Pak Dirjen soal zonasi untuk bimbingan terutama
untuk KBIH itu. Karena kalau KBIH-nya zonasinya per Kecamatan itu membuat
KBIH ditingkat Kabupaten itu dia tidak bisa melakukan pembinaan terhadap
penafsiran mereka begitu. Ya nanti saya tolong dijelasin deh.
Saya kira demikian.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’allaikumsalam.
Terima kasih Pak Ketua.
Pak Iskan silakan.
F-PKS (ISKAN QOLBA LUBIS):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Terima kasih Pimpinan dan Pak Menteri Agama.
Pertama saya tujukan kepada BPKH ya. Memang kalau kita lihat bisnis BPKH
ini kan belum terlihat kalau baru 1 tahun. Sama dengan kalau kita usaha juga itu
biasanya 4 bulan, 6 bulan itu masih kita subsidi. Jadi memang setahun terakhir ini
saya lihat paling bisnisnya BPKH itu baru sekitar 500 yang langsung ya. Kita
berharap nanti kalau bisa kelihatan trend pemasukan BPKH ini kan nanti sekitar 3
tahun yang akan datang. Memang mungkin ada beban juga BPKH, kok sudah
ditentukan jadi virtual account kok jadi dikurangi lagi. Ini kan hanya account
bayangan Pak. Masyarakat tidak terlalu tahu juga. Kita berharap nanti 3 tahun yang
akan datang itu bisnis BPKH mulai kelihatan nanti. Karena setahun … belum
konsolidasi, wataknya, komisionernya, Ketuanya yang macam-macam, ada yang
ekspansif, ada yang tradisional, macam-macam. Jadi saya setuju diambil saja dari
dana virtual tetapi waktu kita kemarin sosialisasi tentang BPKH waktu kita jelaskan
bahwa biaya Haji itu sebetulnya 68-69 Juta, antara 68 sampai 40. Mereka manggut-
manggut juga. Oh begitu. Ini membuktikan memang tidak tersosialisasikan oleh
Kementerian Agama selama ini. Artinya kedepan peluang kalau memang ingin
supaya lebih rasional biaya Haji ini. Kan kedepan kalau memang pemasukan dari
BPKH tidak terlalu besar. Kemungkinan untuk kita naikan itu sangat mungkin ya.
Apalagi kalau kemarin kan ingin mengamankan Pak Choirul Muna. Mudah-mudahan
sudah masuk. Jadi kita sudah agak enakan 2-3 tahun yang akan datang. Jadi itu
saja Pak Ketua BPKH ini. Dana virtual itu kita buat dana bayangan nanti. Ini kan
dana bayangan nanti. Investasi … akan datang kira-kira nanti bisa kita perbesar ke
dana virtual itu. atau kalau itu tidak terlalu signifikan nanti peluang kita naikan juga
bisa. Artinya menurut saya secara etika kalau Saudi Arabia sudah memberikan
tambahan. Kita tidak boleh menolak. Secara etika Kenegaraan ini sangat sensitive
urusan negara ya. Kamu minta terus ditambah gak, itu nanti repot kitanya. Jadi kita
tidak mungkin.
Terus yang kedua apalagi kalau Bapak lihat kampanye saya di Sosmed itu
menyasar sekitar 650.000. Itu kampanye saya itu. Menambah kuota Lansia dan
menambah kuota Haji. Nyambung ini barang. Jadi orang merasa oh, janjinya Pak
Iskan jalan. Jadi tidak mungkin kita menolak ini. Saya rasa sudah bagus itu. Jadi kita
buat virtual account ini sebagai bayangan. Nanti kita buat juga investasi bayangan 3
tahun kedepan seperti apa. Kemudian juga kalau investasinya tidak terlalu bagus
peluang menaikan 500 sampai 1 Juta kan masih bisa kita inikan kedepan. Memang
tahun kemarin agak berat apalagi pak Choirul Muna ini keras banget. Ini tahun
politik. Nah memang resiko tahun politik memang begitu. DPR ini kan lembaga
politik. Tidak bisa dilepaskan dari politik ya. Jadi saya rasa itu sederhana saja. Jadi
tidak perlu ada beban bagi Pak Ketua BPKH nanti kita jelaskan ke masyarakatlah.
Yang kedua, ini untuk Pak Menteri Agama. Disini kan surat …. Saya minta
supaya ada istilah negara itu kan one paper ya. Jadi harus ada bukti bahwa Saudi
Arabia itu nambah kita 10.000, apakah surat dari Raja atau surat dari Kedutaan,
harus. Jadi berdasarkan surat dari Saudi Nomor sekian, itu kita tidak bisa … Arab
ini. Jadi kalau orang Arab ini kalau … Inshaa Allah mati … saja. Jangan percaya itu.
Bisa kacau kita nanti. Kita daftar orang tiba-tiba tidak berangkat Haji. Cuma Inshaa
Allahnya orang Arab itu bukan Inshaa Allahnya orang tua kita sama kita, tidak. Dan
menurut saya Inshaa Allah itu masih fifty-fifty. Kita menganggap karena bajunya
putih Inshaa Allahnya 95%. Inshaa Allahnya orang Arab itu masih 50%. Jadi tolong
disampaikan ke kita Nomor keputusannya. Kan pasti ada kan? …, apa saja yang
resmi atau dari Dubes. Jadi tidak bisanya begini. Kita tidak boleh main-main dengan
masalah negara ya. Harus ada one paper ya, satu lembar surat baru kita percaya.
Yang ketiga, saya kemarin ada memasukan kritikan dan belum ditindaklanjuti
tentang adanya pungutan manasik Haji di Padang Sidempuan. Pernah saya
sampaikan. Sampai mereka ada yang bayar 3,5 Juta. Kayaknya ada semacam
kerjasama antara Kementerian Agama dengan Ustad-Ustad. Itu terlalu
memberatkan. Itu hampir 3,5 Juta mereka bayar manasik Haji. Memang belum
manasik Haji mereka sudah merasakan. Tapi kan tidak boleh Kementerian Agama
itu harus mengontrol. Mengontrol itu jangan ada Haji ini dibisniskan. Bagi mereka
ada salah satu Jamaah Haji itu dia untuk membayar pelunasan itu dia minta tolong
sama keluarga. Tiba-tiba dia harus bayar 3,5 Juta. Itu di Padang Sidempuan.
Padang Sidempuan 2 kemungkinan. Kotamadya Padang Sidempuan atau
Kabupaten Tapanuli Selatan. Salah satu itu. Karena Tapanuli Selatan itu kan
Ibukotanya masih Padang Sidempuan itu. Itu mereka bayar 3,5 Juta. Itu sangat
memberatkan mereka. Kalau mungkin mereka sekedar uang transport Ustad ya
masuk ya masuk akal. Tapi kalau itu sangat memberatkan.
Itu saja barangkali.
Jadi pada prinsipnya PKS setuju ini dilanjutkan. Dananya dikeluarkan dari
virtual. Dan Pak Anggito tidak usah terlalu pusing nanti kita atur. Karena ini juga
akun bayangan, nanti kita buat akun bayangan lagi. Yang 2 tahun yang akan datang.
Dan realitanya memang 1 tahun ini belum begitu kelihatan investasinya ya memang
begitu. Namanya investasi itu Pak Anggito 3 tahun baru kelihatan. Jadi tidak perlu
berkecil hati. Yang penting janji saya kampanye terpenuhilah. Tambah kuota gitu ya.
Selesai 30% janji. Janji kampanye.
Itu saja.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’allaikusalam Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Tapi nanti kalau tahun depan naik agak signifikan itu sudah aspek teknislah
ya. Kemarin aspek politis lebih menonjol.
Pak Dasopang kami persilakan.
WAKIL KETUA KOMISI VIII DPR RI (H. MARWAN DASOPANG/F-PKB):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Pimpinan, Menteri Agama, Kepala Badan yang saya hormati,
Kita focus saja dengan rapat kita hari ini. Pertama, tambahan 10.000 patut
kita dukung dan kita putuskan. Tentu memutuskan itu berdasarkan. Ada payung
hukumnya. Pak Iskan sudah sampaikan suratnya dari Kementerian Arab atau
Pemerintah Arab dimana. Belum dibacakan tadi disini Pak. Nanti kita berbusa-busa
tahu-tahu tak ada itu. Kita sudah sibuk mencari uang eh ternyata tidak ada.
Dicantumkan disini Pak pembahasan kita. Satu.
Yang kedua, duit 238 Miliar ini sepertinya sedikitlah ya. Masa pusing sekali
kita mencari itu. Saya berharap sebetulnya rapat kita hari ini kita tidak seperti ini
panjangnya. Kan hanya payung hukum 10.000. Yang kedua mencari uang 238
Miliar. Sudah selesai. Tidak urusan lain kita. Kalau ada lagi yang mau kita dapatkan
selain virtual account. Katakan ini yang 5 petugas ini ada tidak dari Kemenkes.
Kalau ada berapa dari mereka, kurangi. Kalau tidak ada kembali ke virtual account.
Keputusan kita pada tanggal 28 Maret 2019 RDP dengan BPKH itu disebutkan
Komisi VIII DPR RI menyetujui alokasi sebesar maksimal 20% dari nilai manfaat
BPKH Tahun 2018. Dan maksimal 25% dari nilai manfaat BPKH Tahun 2019 untuk
didistribusikan kepada Jamaah tunggu melalui rekening virtual. Saya pikir itu kan
maksimal. Kalimatnya maksimal. Boleh dibawah itu Pak Anggito. Kalau gara-gara
238 ini batal 10.000 malunya itu Pak. Ini sebetulnya tidak mengubah keterpilihan
Pak Muna lagi di Dapil ini, Pak Iskan, tidak ada. Sebetulnya ini kita bergembira
sudah lewat. Tidak akan berubah. Tidak kita setujui dan kita setujui tetap saja terpilih
ya Pak. Jadi tidak ngaruh. Cuma ini kita sudah berbusa-busa. Pak Iskan khawatir
juga. Kita ini ngotot tambahan, sudah ada tambahan. Batal gara-gara 238 Miliar. Itu
malu juga kita. Ya kalau tidak ada masa kita harus pungut lagi. Baru selesai
kampanye ini. Tapi kalau itu pun harus ada berani tidak Pak Muna?
……..:
Harus.
WAKIL KETUA KOMISI VIII DPR RI (H. MARWAN DASOPANG/F-PKB):
Harus. Saya pikir pertama kita setuju tambahan ini kita terima dan kita
putuskan kita ambil.
Yang kedua, mencari 238 Miliar saya pikir tidak terlalu sulit untuk kita. Kalau
harus virtual account dari 1,7 yang sudah kita ambil 500, tinggal 1,2. Kalau kita ambil
lagi 238. Saya pikir begini, rapat ini kita skor sebentar mencari angka-angka. Hitung-
hitungannya nanti baru kita sahkan. Karena didalam forum seperti ini saya pikir
mencari-cari angka itu agak rumit. Saya pikir Dirjen bersama yang lain dicarikan
dimana yang 238 ini. Baru itu kita sahkan nanti. Kalau ini sudah selesai. Tidak usah
lagi kita ngomong-ngomong kita untuk ini. Tinggal angkanya saja.
Kami kira itu saran.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Terakhir dari Pak Nanang Samodra. Mohon waktu.
F-PD (Ir. H. NANANG SAMODRA, K.A, M.Sc):
Terima kasih Ketua dan Pimpinan.
Bapak Menteri, Bapak Kepala BPKH dan seluruh jajarannya,
Saya mempunyai pemikiran yang mungkin sedikit agak berbeda. Karena
disini kita harus mencari uang 360 Miliar. Bagaimana kalau uang ini dicarikan dari
Jamaah, ditawarkan. Barangkali ada yang mau berangkat sekarang yang daftar
tunggunya lama tetapi mereka harus membayar sejumlah biaya tertentu. Misalkan,
kalau dihitung 360 Juta dibagi 10.000, 36 Juta mereka menambah.
Kemudian dengan kasus kejadian tambahan kuota yang mendadak seperti ini
mungkin kita perlu memikirkan kedepan bahwa biaya Haji untuk indirect dan APBN
perlu dikurangi. Karena jangan sampai dengan adanya tambahan justru jadi beban.
Yang ketiga, khusus kepada Bapak Menteri. Kemarin saya di daerah di
Lombok di complain oleh petugas BPIH. Alasannya saya ini masih kuat walaupun
umur saya sudah diatas 65 katanya. Mestinya aturannya jangan membatasi usia
tetapi umur sekian dengan catatan kesehatan. Itu permintaan usulan dari salah
seorang tokoh di masyarakat yang selama ini menjadi BPIH bertahun-tahun dan
masih sehat segar bugar tetapi karena usia dibatasi.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’allaikumsalam.
Terima kasih Pak Nanang.
Terima kasih semuanya.
Marilah kita memberikan catatan utama. Pertama, dari aspek legalitas bahwa
penambahan kuota ini telah memenuhi syarat yuridist. Sudah ada surat dari
Kementerian dan nota diplomatic. Tinggal aspek teknis. Aspek teknisnya itu diminta
kesiapan dari Kementerian Agama untuk menerima ini sebagai sebuah bentuk
tambahan dan juga dalam rangka peningkatan pelayanan. Oleh karena itu kesiapan
seluruhnya juga harus lebih siap.
Yang ketiga, angka … Miliar ya sudah ada alokasinya sebesar kurang lebih
sekitar. Sudah ada angkanya ya. Dari 300 sekian itu sudah ada angka efisiensi SAR
65 Miliar. Relokasi anggaran, pengadaan akomodasi Mekkah sudah sebesar 50.
Tinggal 238. Prinsipnya tahun ini harus berjalan maka kita skors sebentar. Dalam
skors itu kurang lebih 30 menit Kementerian Agama dan BPKH untuk
mengkompromikan sumber dana dari mana tanpa memberatkan Jamaha Haji.
Termasuk menggunakan virtual account yang sudah …. Pak Anggito jangan
emosional. Tugas anda mengelola uang Jamaah itu … mau diapakan. Itu Jamaah.
Nah oleh karena itu tugas anda mencari. Cari itu cari solusi. Yang jelas hari ini harus
ada kesepakatan. Harus ada kesepakatan untuk memutuskan bahwa sumber dana
darimana, harus. DPR jangan dilibatkan dalam aspek teknis itu. Tugas anda
kompromi karena itu aspek eksekutorial maka Kementerian Agama dan BPKH untuk
memutuskan sumber dana darimana dan bertanggungjawab seperti apa. Undang-
Undang 34 memang mengamanatkan Pasal 2 hati-hati. Aspek syar’i accountable
nirlaba. Jangan lupa itu. Ada 6 point prinsip-prinsip didalam Undang-Undang itu. Kita
kita skors.
Kita setujui ya?
Silakan Pak Menteri.
MENTERI AGAMA RI:
Mungkin tidak perlu skors. Kami sudah bisa memberikan solusi untuk ini.
Tanpa skors mudah-mudahan bisa.
KETUA RAPAT:
Apa dulu ini coba. Kalau sudah ada solusi kita akan lanjutkan rapat.
MENTERI AGAMA RI:
Mungkin ada baiknya sebelum solusi itu kami sampaikan. Ada beberapa isu
tadi yang diangkat oleh sebagian Pimpinan dan Anggota yang perlu juga kami
tanggapi.
KETUA RAPAT:
Begini, isu yang terkait angka saja.
Prinsipnya sudah setujui. Kita tahun ini 10.000, kita setujui. Menjadi kuota
resmi 231. Yang belum terjawab adalah dari 10.000 itu ada penambahan Haji
Khusus apa tidak. Itu belum. Tetapi prinsipnya bahwa DPR menyetujui tahun ini
mulai berjalan penambahan kuota itu. Itu prinsip dasar. Sehingga Kementerian
Agama mempertimbangkan aspek teknis termasuk kuota per Provinsi. Dan juga
mungkin saja ada kuota per embarkasih. Misalnya ada daerah tertentu kuota Cuma
1,5 kloter. Bagaimana kalau ditingkatkan menjadi 2 kloter misalnya supaya ada
efisiensi disitu. Yang didahulukan orang-orang yang sudah tua. Proporsionalitas
sudah dibagi tadi, dan 10.000 itu daftar tunggu 5000, 50%. Kemudian Jamaah Haji
Lansia 2500, 25%. Kemudian pendamping Jamaah Haji Lansia 2500, 25%. Itu
sudah terbagi secara proporsional. Nah tinggal lagi adalah kesepakatan Menteri
Agama dengan BPKH, berapa sumber dana yang perlu dilakukan untuk penetapan
pada hari ini. Termasuk 238 yang perlu perlu dicarikan solusi. Bagi DPR angka itu
tidak terlalu besar Pak Dasopang karena tugas anda hanya mengelola ini. DPR
jangan dikasih beban dalam konteks anggaran. Rakyat itu tahu bahwa anggaran itu
optimalisasi dan sebagainya, dana sudah terakumulasi sebanyak 113 Triliun. Mau
diapakan. Nah ini perlu kita sampaikan supaya jangan ada keraguan. Sebagai
pemimpin harus bertanggungjawab. Nah itu bagi saya. Kalau tidak
bertanggungjawab tidak akan ada rapat ini. Karena kita ingin supaya opportunity ini
jangan sampai hilang. Saya ingin menyampaikan pandangan saya ini supaya
memberikan kekuatan kepada kita untuk memutuskan tanpa masalah. Saya kira itu
Pak Menteri.
Silakan ada tambahan. Yang focus saja pada angka ini.
MENTERI AGAMA RI:
Ya baik.
Terima kasih Pak Ketua.
Selain anggaran. Sebenarnya tadi ada isu yang juga kami perlu penting untuk
menyampaikan, misalnya terkait zonasi. Karena ini menimbulkan kesalahpahaman.
Ternyata banyak juga diantara Anggota Dewan yang mendapatkan keluhan dari
sejumlah KBIH yang sebenarnya zonasi itu adalah wujud untuk mengatasi persoalan
KBIH. Jadi nanti itu akan hanya ada 7 zona saja dimana setiap Provinsi tidak lagi
Kecamatan, tidak lagi Kabupaten/Kota bahkan Provinsi itu berada pada wilayah
yang sama. Selama ini. Ini sedikit waktu 2 menit mungkin untuk menjelaskan ini.
KETUA RAPAT:
Kita perpanjang dulu ya. Selambat-lambatnya jam 13.30.
MENTERI AGAMA RI:
Jadi begini Bapak/Ibu sekalian,
KBIH mengalami persoalan karena Jamaahnya hanya karena beda kloter.
Hanya beda kloter saja. Karena setorannya Jamaah KBIH itu tidak sama waktunya.
Sehingga karena setorannya tidak sama, kloternya terpecah. Karena kloternya
terpecah karena penempatan kloter itu berdasarkan qurah, undian. Maka ada kloter
yang hanya beda yang 1 kloter 60, yang 1 adalah 61. Yang 60 bisa di …. Yang 61
bisa di.
F-PG (MUSTAFA BAKRI):
Interupsi Pak Menteri.
Mohon sebelum penjawaban datanya disampaikan kepada kami tentang
jawaban zonasi tadi.
MENTERI AGAMA RI:
Maksudnya data apa Pak?
F-PG (MUSTAFA BAKRI):
Data tentang pembagian-pembagian zonasi itu, per Provinsi bagaimana.
Semua harus ada datanya Pak. Bapak menjelaskan secara lisan.
MENTERI AGAMA RI:
Ya mungkin kami akan susulkan karena agenda rapat hari ini tidak secara
khusus bicara tentang zonasi. Tapi tentu nanti kami akan susulkan. Kita sudah
tetapkan itu.
Jadi ini untuk memberikan persepsi kita yang sama. Bahwa beberapa tahun
terakhir ini kesulitan KBIH itu adalah mengkoordinir Jamaahnya untuk pembinaan
manasik Haji di Tanah Suci ketika kloter itu terpisah, karena jaraknya yang
berjauhan.
KETUA RAPAT:
Saya kira begini Pak Menteri, waktu kita terbatas. Itu nanti saja aspek
teknisnya. Menurut saya sekarang focus pada anggaran dulu.
MENTERI AGAMA RI:
Baik.
KETUA RAPAT:
Kalau anggaran sudah oke, zonasi dengan sendirinya akan berjalan seperti
air mengalir saja.
MENTERI AGAMA RI:
Baik.
Sekarang saya akan masuk kepada anggaran. Implikasi dari adanya 10.000
Jamaah itu berimplikasi pada perlunya dana yang bersumber dari dana optimalisasi
indirect cost sebesar Rp353.729.000.000,-. Untuk gampangnya 353,7 Miliar yang
indirect cost. Yang sudah ada sekarang ini adalah 65 dari efisiensi pengadaan SAR,
lalu 60 dari efisiensi pengadaan akomodasi Mekkah. Lalu tadi kami sudah berdiskusi
secara cepat dengan BPKH. BPKH akan kembali menyisihkan dari nilai manfaat itu
sekitar 50 sampai 55 Miliar termasuk juga dari biaya operasional yang tadi bisa
disisihkan. Sehingga kekurangannya itu tidak lagi 238,7 Miliar tapi kekurangannya
itu tinggal 183,7 Miliar untuk menutupi dana optim. Sementara sumber APBN untuk
petugas itu dengan sendirinya dari APBN.
Nah sekarang bagaimana untuk menutupi 183,7 Miliar. Ada 2 opsi yang
berkembang dalam rapat ini. Pertama, menggunakan virtual account. Yang
hakikatnya itu adalah uang Jamaah atau dari APBN melalui BA BUN. Kami tadi
sudah mendiskusikan memang ini problemnya tidak sederhana. Kalau kita
menggunakan virtual account yang hakikatnya itu adalah uang Jamaah yang sudah
menunggu lama itu akan menggerus biaya mereka dan itu berimplikasi untuk tahun
depan. 2020 itu lonjakannya akan tinggi sekali. Memang ketika kemarin kita
menetapkan biaya Haji itu kan karena kita ada kesepakatan untuk tidak naik se-
Rupiah pun. Sehingga implikasinya adalah penggunaan dana optim itu menjadi luar
biasa. Untuk kali pertama penggunaan dana optim itu melebihi dari 7 Triliun Rupiah,
untuk pertama kalinya di tahun ini. Itu implikasi dari kita tidak ingin menaikan itu. Nah
kalau masih juga akan menggunakan virtual account. Itu nanti 2020 itu akan
semakin besar lagi. Nah oleh karenanya tadi kita sudah bersepakat. Kekurangan
183,7 ini kita harapkan dari APBN. Sebagai Menteri Agama mewakili Pemerintah,
saya akan berupaya untuk bagaimana ini bisa dalam waktu yang cepat. Tadi ada
kekhawatiran bisa berbulan-bulan, memang ini dalam kondisi normal proses
pencairan BA BUN itu memang lebih dari sebulan. Tapi saya ingin menyampaikan
dalam Rapat Kerja terbuka ini. Komitmen Pemerintah Presiden Joko Widodo dan
Yusuf Kalla ini luar biasa besarnya untuk bagaimana bisa merealisasikan ini. Kamis
yang lalu tanggal 18 April. 1 hari setelah pencoblosan, kami secara khusus
melakukan Rapat Terbatas bersama Bapak Presiden, dengan Wakil Presiden
dengan sejumlah Menteri khusus membicarakan isu ini. Terkait dengan sumber
pendanaannya. Jadi saya optimis bahwa Pemerintah punya komitmen yang sangat
besar dan terkait dengan. Ini kan karena sudah terlanjut biaya Haji sudah kita
tetapkan kemarin ini. Kalau lalu kemudian sebelumnya 10.000 itu sebelum kita
tetapkan mungkin juga akan bisa mempengaruhi biaya Hajinya. Tapi sudahlah kita
tidak perlu mempersoalkan masa lalu kita. Yang penting adalah bahwa kami tadi
sudah berbicara dengan BPKH, kekurangan ini selain tadi ditanggulangi oleh BPKH
melalui efisiensi, melalui penggunaan biaya operasional mereka juga kita akan
upayakan dari BA BUN sejumlah 183,7 Miliar itu. Mudah-mudahan dengan waktu
yang tidak terlalu lama ini bisa direalisasikan karena saya sangat optimis Pemerintah
akan serius melihat persoalan ini.
Jadi ini sekali lagi menjawab Pak Ace. Bukan karena ada diskriminasi
terhadap warga negara tapi ini karena kondisi yang darurat tidak normal karena
tambahan 10.000 ini kita terima setelah kita melakukan perhitungan. Sehingga lalu
kemudian biaya Haji besarannya itu berapa dan penggunaan dana optimalisasi itu
berapa. Kan kita tidak mungkin. Ada usulan tadi Pak Nanang untuk bagaimana agar
ini dikecualikan khusus yang 10.000 dengan biaya yang berbeda. Ini tentu nanti
implikasinya akan gaduh lagi karena kenapa harus dibeda-bedakan. Jadi sudahlah
kita samakan saja dengan BPIH yang kita tetapkan, tinggal sumber dananya dari
APBN.
Demikian Pak.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Sudah setuju itu.
Silakan Pak Menteri.
MENTERI AGAMA RI:
Baik. Jadi menjawab tadi juga pertanyaan Pak Iskan tadi. Jadi ini jelas sudah
ada surat resmi dari Duta Besar Saudi Arabia di Indonesia menyatakan bahwa ini
clear. 10.000 itu betul-betul untuk tahun ini.
Yang kedua di sistem Ihajj itu sudah muncul angka tambahan 10.000 dan
10.000 itu sudah terkunci untuk reguler. Jadi tidak mungkin lagi diberikan untuk Haji
Khusus. Jadi ini memang 10.000 betul-betul digunakan untuk yang reguler. Jadi ini
sudah tidak bisa lagi di ubah-ubah lagi.
KETUA RAPAT:
Jadi focus bahwa 10.000 itu reguler ya.
Oke.
Terima kasih.
Berarti kita ambil kesimpulan ya. Kesimpulan langsung, hanya untuk terkait
dengan anggaran ini saja penambahan 10.000. Hal-hal lain yang terkait dengan
aspek teknis akan kita bicarakan kemudian. Selebihnya kita serahkan kepada
Pemerintah untuk menjalankan tugas-tugas eksekutorial, sementara aspek-aspek
kebijakan nanti kita bicarakan setelah selesai rapat ini. Nanti setelah reses.
Saya kira begitu.
Pak Menteri,
Jadi kesimpulannya itu sisa 183 itu diserahkan kepada APBN. Pak … sudah
terjawab itu. Jadi BPKH 55 kan? Berarti sudah terjawab. Artinya Beliau saya paham.
Hati-hati. Tapi hati-hati terus nanti naik jembatan takut juga, takut jatuh, naik
pesawat takut jatuh juga.
Oke lanjut kita ambil kesimpulan.
F-PG (MUSTAFA BAKRI):
Pimpinan ijin.
Bagaimana dengan penyampaian teman-teman dan tanggapan, dan jawaban
apa yang disampaikan teman-teman tadi.
KETUA RAPAT:
Ya. Jadi sekarang ini kan karena keperluan kita untuk memutuskan aspek
anggaran penambahan 10.000. Terkait dengan persoalan pengawasan dan lain-lain
aspek teknis nanti kita bicarakan pada kesempatan berikutnya. Supaya ini memiliki
kekuatan hukum untuk bisa berjalannya program ini. Saya kira begitu Pak.
Termasuk zonasi pun dengan sendirinya sudah dilakukan pemetaan. Masalah
terhadap juga jawaban terhadap persoalan-persoalan itu dan pemecahannya.
Sambil dibaca mari kita cermati bersama-sama sekaligus kasih masukannya
pada Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Menteri Agama dan Rapat Dengar
Pendapat dengan Kepala Badan Pelaksana BPKH dengan agenda: pembahasan
dan masukan atas usulan tambahan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
Tahun 1440 Hijriyah/2019 disimpulkan adalah sebagai berikut:
1. Komisi VIII DPR RI dan Menteri Agama menyepakati tambahan kuota
Jamaah Haji Reguler dengan petugas Tahun 1440 Hijriyah/2019 sebanyak
10.000 orang dan memprioritaskan Jamaah Haji daftar tunggu 10.000 orang
berdasarkan kesepakatan dengan Pemerintah Arab Saudi dan Presiden
Republik Indonesia yang telah memiliki kekuatan hukum.
2. Komisi VIII DPR RI menyetujui usulan Menteri Agama RI mengenai tambahan
anggaran BPIH Tahun 1440 Hijriyah/2019 sebesar … dengan rincian sebagai
berikut: Nomor, komponen, jumlah.
a. Pelayanan Jamaah Haji di Arab Saudi …. Pelayanan Jamaah Haji Dalam
Negeri 17. Jumlah 351.
b. Operasional Haji di Arab 35 Juta. Operasional Haji Dalam Negeri sub 798
Juta. Kemudian jumlah sekian, save guarding 987. Jadi jumlah 353.790
sekian.
3. Komisi VIII DPR RI dan Menteri Agama dengan Kepala Badan Pelaksana
BPKH menyepakai sumber pembiayaan tambahan indirect cost BPIH 1440
Hijriyah/2019 … tambahan kuota. Bersumber dari efisiensi penggunaan SAR
65, relokasi efisiensi pengadaan akomodasi Mekkah sebesar 50, relokasi dan
biaya operasional 50, realokasi dari biaya operasional BPKH 55 Miliar.
KEPALA BPKH:
Ijin Pak Ketua dan Anggota,
Jadi sekaligus merevisi kalimatnya menjadi nilai manfaat atau efisiensi dari
BPKH itu 55 Miliar Pak. Point c. Jadi diberikan fleksibilitas.
KETUA RAPAT:
c. Efisiensi dan/atau tambahan nilai manfaat biaya operasional BPKH 55 kan?
WAKIL KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.TB ACE HASAN SYADZILY, M.Si/F-
PG):
Saya kira biaya operasionalnya dihapus Pak. Cuma memang Pak Anggito,
saya kira harus dijelaskan juga yang dimaksud dengan nilai manfaat. Kan berarti
melakukan realokasi pada nilai manfaat yang lain atau bagaimana.
KEPALA BPKH:
Jadi tadi kami sudah menyampaikan kepada Pak Menteri. Jadi meskipun
kami ini belum bisa memberikan for casting yang akurat tapi Inshaa Allah kita bisa
ditargetkan lebih tinggi nilai manfaatnya Pak. Dan juga kami sudah memberikan
pernyataan bahwa kami akan melakukan efisiensi untuk operasional kami dan
kemungkinan pengadaan Riyal juga Pak.
WAKIL KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.TB ACE HASAN SYADZILY, M.Si/F-
PG):
Kalau misalnya menggunakan istilah biaya operasional itu kan sudah ada
alokasinya tersendiri Pak. Menurut saya lebih tepat begini saja. Jadi tidak usah ada
biaya operasional dan segala macam karena itu sudah menyangkut dengan.
KETUA RAPAT:
Jadi artinya point c, efisiensi dan/atau tambahan nilai manfaat. Sudah pas ya?
Oke. Sisanya sebesar 183 sekian bersumber dari APBN.
Pak Menteri?
WAKIL KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.TB ACE HASAN SYADZILY, M.Si/F-
PG):
Sebentar Pak Ketua. Saya kira ini juga perlu di. Karena ini pasti implikasinya
juga terhadap realokasi anggaran yang sudah disusun sebelumnya oleh
Kementerian Agama khusus untuk Dirjen PHU kan. Artinya ada perubahan-
perubahan yang lain. Yang awalnya dialokasikan untuk kepentingan yang lain.
Sekarang karena ada perubahan maka dialokasikan untuk penambahan ini kan. BA
BUN artinya kan harus melakukan revisi terhadap APBN untuk Kementerian Agama.
KETUA RAPAT:
Jadi artinya aspek kebijakan tidak akan berpengaruh.
MENTERI AGAMA:
Tidak mengubah DIPA. Hanya meminta tambahan anggaran.
KETUA RAPAT:
Oke.
MENTERI AGAMA:
Mohon bisa ditambahkan bersumber dari BA BUN supaya lebih jelas.
KETUA RAPAT:
APBN yang bersumber. Sisanya sebesar 183 bersumber dari APBN BA BUN.
Begitu ya.
4. Komisi VIII DPR RI menyetujui usulan tambahan anggaran yang bersumber
dari APBN Kementerian Agama … sebesar 6 Miliar sekian ya?
WAKIL KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.TB ACE HASAN SYADZILY, M.Si/F-
PG):
Ini apakah termasuk diantara 353 atau tersendiri?
KETUA RAPAT:
Tersendiri ya. Termasuk Kemenkes. Karena ini mata anggaran tersendiri ya.
5. Komisi VIII DPR RI menyetujui relokasi anggaran pengadaan akomodasi di
Mekkah untuk mengurangi kekurangan.
WAKIL KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.TB ACE HASAN SYADZILY, M.Si/F-
PG):
Oh ini Cuma legalitas gitu ya, personal.
KETUA RAPAT:
Artinya ini bagian dari SOP yang harus dipertanggungjawabkan.
6. Komisi VIII DPR RI mendesak Menteri Agama untuk mempercepat proses
penerbitan … tentang revisi pembiayaan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
Tahun.
WAKIL KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.TB ACE HASAN SYADZILY, M.Si/F-
PG):
Saya kira ini penting Pak karena bagian dari penambahan kuota itu kan harus
ada aspek legalitasnya dari Keppresnya yang baru Pak.
KETUA RAPAT:
Saya kira begitu.
7. Komisi VIII DPR RI mendesak agar Kementerian Agama memperhatikan
dengan sungguh-sungguh usul saran rekomendasi dari para Anggota pada
kesempatan rapat ini.
Jadi mendesak Menteri Agama agar memperhatikan usul saran rekomendasi
masukan dari Anggota Komisi VIII terkait dengan Penyelenggaran Ibadah Haji
Tahun 2019 atau …. Jadi semuanya masuk. Zonasi, macam-macam itu sudah
masuk semua.
Saya kira begitu Pak Menteri ya.
Ada lagi usulan?
MENTERI AGAMA RI:
Yang kaitannya butir 6, ini kan terkait dengan revisi Keppres. Jadi ini bukan
tentang revisi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji tapi jumlah kuotanya. Tambahan
kuota 10.000.
KEPALA BPKH:
Menurut saya juga termasuk uang yang dikeluarkan dalam konteks
pembiayaan tambahan itu. Itu juga penting.
KETUA RAPAT:
7. Komisi VIII DPR RI mendesak Menteri Agama RI untuk mempercepat
proses penerbitan Keputusan Presiden RI tentang penambahan kuota 10.000.
……….:
Pakai tahun Pak. legalitasnya harus pakai tahun.
KETUA RAPAT:
7. Komisi VIII DPR RI mendesak Menteri Agama RI untuk mempercepat
proses penerbitan Keputusan Presiden RI tentang penambahan kuota 10.000.
Sudah itu saja.
Bapak-Bapak sekalian?
Pak Menteri?
Pak Anggito?
Cukup?
Dari atas silakan.
KEPALA BPKH:
Jadi karena ada penambahan nilai manfaat maka kami perlu ada legalitas.
Legalitas itu berupa Keputusan Presiden misalnya. Yang Nomor 6 Pak.
KETUA RAPAT:
6. Komisi VIII DPR RI mendesak Menteri Agama RI dan BPKH.
KEPALA BPKH:
Tidak usah Pak.
Pak Menteri nanti yang akan menyampaikan kepada Presiden yaitu melalui
Keppres mengenai indirect cost Pak yang kami butuhkan.
KETUA RAPAT:
… aspek administrative.
KEPALA BPKH:
Konkritnya adalah tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
KETUA RAPAT:
Nanti dulu. Subjek dulu baru objek.
Jadi penambahan kuota 10.000.
WAKIL KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.TB ACE HASAN SYADZILY, M.Si/F-
PG):
Jadi istilahnya saya kira bukan BPIH. Jadi penambahan kuota 10.000 dan
pembiayaan tahun.
KETUA RAPAT:
Akibat penetapan itu dampaknya uang. Uang itu dampak.
Saya kira begitu.
Pak Anggito ya?
Pak Menteri?
Cukup ya?
Luar biasa hari ini.
Terima kasih kepada seluruh Anggota yang luar biasa. Tidak pernah seramai
in Pak. Karena wajah mereka sudah hampir semua terpilih kecuali masih was-was.
Ya pokoknya kita pasrahkanlah. Ikhtiar sudah tinggal menunggu hasil.
Saya kira dengan berakhirnya Raker pada kesempatan ini marilah kita
bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan Yang Maha Kuasa. Akhirnya
bangsa ini bisa mendapatkan tambahan 10.000 Jamaah menjadi 231.000 yang perlu
kita syukuri secara bersama-sama. Ini juga bagian dari prestasi kerjasama antara
Pemerintah juga DPR. DPR memperhatikan ini dengan sungguh-sungguh, ikhlas,
tulus, sekaligus juga memberi harapan untuk mengangkat harkat dan martabat
bangsa.
Terima kasih.
Ada kata akhir dari Pak Menteri?
Cukup ya.
Kita tutup dengan Hamdalah. Alhamdulillahirrobil’alamin.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
(RAPAT DITUTUP PUKUL 13.24 WIB)