dewan perwakilan rakyat republik indonesia rapat...

31
280 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA R I S A L A H RAPAT PANITIA KERJA RUU TENTANG PROTOKOL Tahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA KERJA Rapat ke : 18 Dengan : Pemerintah Hari, Tanggal : Jum’at, 20 Agustus 2010 Waktu : Pukul 20.30 – 22.48 WIB A c a r a : 1. Membicarakan perbaikan DIM 2. Lain-lain. T e m p a t : Hotel Novotel, Bogor Pimpinan Rapat : DRS. TAUFIK HIDAYAT, MS.i Sekretaris Rapat : Drs. Budi Kuntaryo Hadir : …. orang Anggota dari 30 Anggota A. PIMPINAN : 1. H. TRI TAMTOMO, SH. ( KETUA ) ( F – PDI PERJUANGAN ) 2. H. TB. SOENMANDJAJA SDi ( WAKIL KETUA ) ( F - PKS) B. ANGGOTA PANJA RUU TENTANG PROTOKOL : I. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT : 1. HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH 2. DRS. H. GUNTUR SASONO, M.Si ARSIP DPR RI

Upload: others

Post on 16-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

280

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

R I S A L A H RAPAT PANITIA KERJA RUU TENTANG PROTOKOL

Tahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA KERJA Rapat ke : 18 Dengan : Pemerintah Hari, Tanggal : Jum’at, 20 Agustus 2010 Waktu : Pukul 20.30 – 22.48 WIB A c a r a : 1. Membicarakan perbaikan DIM

2. Lain-lain. T e m p a t : Hotel Novotel, Bogor Pimpinan Rapat : DRS. TAUFIK HIDAYAT, MS.i Sekretaris Rapat : Drs. Budi Kuntaryo Hadir : …. orang Anggota dari 30 Anggota A. PIMPINAN : 1. H. TRI TAMTOMO, SH. ( KETUA ) ( F – PDI PERJUANGAN ) 2. H. TB. SOENMANDJAJA SDi ( WAKIL KETUA ) ( F - PKS) B. ANGGOTA PANJA RUU TENTANG PROTOKOL : I. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT : 1. HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH 2. DRS. H. GUNTUR SASONO, M.Si

ARSIP D

PR RI

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

281

II. FRAKSI PARTAI GOLKAR :

1. H. ANDI RIO IDRIS PADJALANGI, SH., M.Kn 2. DRS. H. MURAD U. NASIR, M.Si

III. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN :

1. ARIF WIBOWO

IV. FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA : 1. DRS. AL MUZZAMIL YUSUF V. FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL : 1. DRS. H. RUSLI RIDWAN, M.Si

VI. FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN : 1. DRS. H. ZAINUT TAUHID SA’ADI, M.Si

VII. FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA : 1. DRS. H. IBNU MULTAZAM VIII. FRAKSI PARTAI GERINDRA :

1. DRS. H. HARUN AL-RASYID, M.Si

IX. FRAKSI PARTAI HANURA : 1. H. SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH

ARSIP D

PR RI

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

282

KETUA RAPAT (DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si): Skorsing saya nyatakan dicabut.

(SKORS RAPAT DICABUT PUKUL 20.30 WIB) Pada sesi malam hari ini melanjutkan pembahasan yang sudah kita laksanakan sejak kemarin

dan tadi sore. Saya kira benar-benar tinggal diujung dari pembahasan Panja kita pada hari ini. Fraksi-fraksi yang hadir, saya kira tidak jadi masalah karena ini melanjutkan saja dari persidangan yang dinyatakan quorum sebelumnya, Pak Muzzamil dari PKS, Bu Himayatul Alyah, saya suka salah menyebutnya.

Materi yang tersisa untuk kita bahas bersama adalah pada Pasal 23A Panja menyampaikan rumusan tentang kondisi tertentu dalam melaksanakan tata upacara, itu kebetulan saat itu saya tidak memimpin Rapat Panja ketika itu tapi dari rekaman yang kami lihat memang ini muncul usulan untuk dalam kondisi tertentu yang tidak memungkinkan tata upacara itu bagaimana pengaturannya di dalam undang-undang ini. Itu satu soal, kemudian muncul satu soal yang lain mengenai pengaturan keprotokolan kunjungan presiden dan wakil presiden keluar negeri.

Dalam persidangan yang lalu saya pikir Pak Muzzamil juga cukup mempertanyakan soal ini dan mungkin kita akan mendengar lebih dahulu dari Pemerintah mengenai dua persoalan, ini apakah sudah berhasil dirumuskan suatu draft yang menjawab dua poin masalah ini atau memang ini dijelegir dalam suatu peraturan yang lebih bawah atau lebih operasional dari undang-undang ini. Silakan.

F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Pimpinan boleh? Saya kira ada satu materi yang kita sepakati Pasal 9, 10, 11 kalau itu

selesai, kan ada satu ayat pamungkasnya, teknik pengaturan lebih lanjut terkait tata urut dan tata letak diatur oleh Pemerintah dalam bentuk PP. Saya kira itu yang perlu dimasukan juga itu. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Iya, terima kasih Pak Muzzamil. Jadi mendahului sebelum dua poin yang saya sebutkan memang satu pasal yang mengatur

implementasi dari tiga pasal yang sudah kita bahas sangat panjang lebar, 9, 10, 11 itu tentang fleksibilitas di dalam pelaksanaan acara kenegaraan. Mungkin dari pemerintah sudah siap dengan rumusannya, jadi mungkin ini sekaligus saja pemerintah beranjak dari pasal pamungkas itu di Pasal 12 saya kira, lantas mungkin nanti bisa dilanjutkan pada masalah tentang kunjungan keluar negeri presiden dan wakil presiden maupun dalam hal situasi dan kondisi tidak memungkinkan terlaksana upacara kenegaraan dilaksanakan. Kami persilakan yang mewakili pemerintah barangkali. Silakan Pak yang punya hukum, silakan.

PEMERINTAH/KEMENHUKUM DAN HAM : Baik, terima kasih Pimpinan.

ARSIP D

PR RI

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

283

Bapak dan Ibu Anggota yang saya hormati, Untuk memenuhi keputusan yag kemarin sudah diambil pertama terkait dengan tindak lanjut

atau delegasian dari Pasal 9, 10, 11, kami sudah menyiapkan rumusan nanti saya kira kita tulis saja disini mudah-mudahan nanti bisa disepakati.

Rumusannya nanti mungkin diletakan dalam Pasal antara 11, 12, sementara 11A. Rumusannya seperti ini Pak “ketentuan lebih lanjut mengenai tata tempat sebagai diatur dalam Pasal

9, Pasal 10 dan Pasal 11 diatur dengan peraturan pemerintah.” Ini untuk mengunci di Pasal 9 ,10,11. Kalau disepakati, biasanya memang rumusan baku untuk pendelegasian ya seperti ini. Pasalnya “p” besar, terus kemudian di Pasal 10, “10” juga pakai pasal, ya begitu.

KETUA RAPAT: Sebelum saya lempar ke Anggota mungkin sedikit pertanyaan ya Pak. Kata dengan disitu,

diatur dengan peraturan pemerintah. Inikan seakan-akan peraturan pemerintah ini mengatur secara khusus tiga pasal ini, padahal apakah PP itu sebagai suatu kebutuhan yang untuk mengoperasionalkan dari secara keseluruhan undang-undang ini. Jadi kalau dengan undang-undang atau dalam peraturan pemerintah, apakah ada bedanya itu? Terima kasih.

PEMERINTAH/ KEMENHUKUM DAN HAM : Memang dalam perkembangan sekarang Bapak Pimpinan, ada kecenderungan pada waktu

menyusun PP sebagai delegasian dari undang-undang ada semangat untuk tidak diatur satu-satu sesuai dengan perintah dari pasal yang bersangkutan, tapi ada kecenderungan digabungkan pasal-pasal mana yang untuk digabung. Memang biasanya kalau kita sengaja dan disepakati, kita mau merumuskan delegasian tapi itu bukan dalam peraturan pemerintah tersendiri khusus mengenai ini saja kita bisa sepakat itu digunakan kata dalam.

Artinya nanti kita memang menyadari betul bahwa kemungkinan PP sebagai pendelegasian undang-undang ini nanti bisa menjadi satu tidak harus kalau mungkin dilihat ada beberapa delegasian pasal-pasal yang memerintahkan untuk diatur dengan PP. Jadi memang kalau kata dengan ini biasanya dalam PP sendiri, kalau itu sendiri, kalau seperti ini berarti memang nanti akan ada PP katakan mengenai tata tempat acara kenegaraan dan acara resmi. Tapi kalau memang disepakati bisa saja PP itu menyapu bersih dari yang didelegasikan keseluruhan pasal. Nanti mungkin kalau disepakati biasanya PP pelaksanaan undang-undang nomor sekian tentang protokol. Seperti itu Pak, terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih, saya berikan kesempatan kepada nggota untuk kalau ada, Pak Muzammil. F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Saya kira kalau memang bisa lebih efektif satu PP untuk semua ya tidak masalah. Diatur

dalam peraturan pemerintah bukan berarti hanya menyangkut tiga pasal ini ya Pak, semuanya. Saya kira ini pilihan, saya sih oke-oke saja.

KETUA RAPAT: Kalau memang, Ibu Alyah?

ARSIP D

PR RI

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

284

F- PD (HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH): Terima kasih Pimpinan. Pada prinsipnya seperti yang disampaikan oleh Pak Muzzamil, peraturan pemerintah ini

tentunya tidak hanya untuk Pasal 9, 10, 11 tetapi mengakomodir hal-hal yang belum diatur dalam RUU ini. Jadi tidak tersebar di PP-PP yang lain sehingga konsideran. Bagi yang pelaksanaannya lebih memudahkan, mungkin itu Pak.

KETUA RAPAT: Pak Soenman kami persilakan. WAKIL KETUA/F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Terima kasih. Memang kalau kita melihat peristilahan dalam rezim perkonstitusian kita itu, ada mengenal

istilah diatur dalam dan diatur dengan Pak ya. Kalau bicara “diatur dengan” berarti dia memang secara fokus mengatur satu topik tertentu tapi kalau “diatur dalam” seperti yang bapak terangkan bisa mengatur beberapa hal.

Kami melihat bahwa, sesungguhnya rancangan undang-undang ini manakala mendelegasikan kedalam peraturan pelaksanaan yang sifatnya operasional mungkinkah kita mencantumkan di ketentuan lain Pak. Jadi bukan dalam pasal seperti ini tapi ada ketentuan lain yang mengatakan bahwa hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan diatur dengan peraturan pemerintah sehingga pasal ini untuk keseluruhan hal ikhwal yang berkenaan dengan penyelenggaraan undang-undang ini.

Saya belum mengerti ya dari segi aspek legal drafting apakah memungkinkan, ada satu pasal tertentu yang mengatakan bahwa keseluruhannya untuk hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan diatur dengan peraturan pemerintah sehingga tidak menyebut pasal-pasal tertentu tapi cukup lah misalnya satu peraturan pemerintah untuk mengakomodasi kebutuhan operasional yang ada didalam undang-undang ini.

Kami perlu menyampaikan suatu studi kasus Pak, bahwa mudah-mudahan sekarang tidak terjadi ya, ini dalam pengalaman yang lalu, ketika undang-undang menyebutkan ada pengaturan dalam peraturan pemerintah ternyata untuk memajukan satu PP pun memerlukan waktu yang luar biasa. Oleh karena itu kami melihat bukan berarti undang-undang ini terlalu sumir, tidak, tapi ini sangat lebih kepada operasional Pak Ketua. Karena itu kalau memungkinkan ada pasal khusus tentang ketentuan khusus yang memerintahkan munculnya satu PP cukup, saya kira itu lebih baik Pak. Demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silakan Ibu Alyah. F- PD (HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH): Terima kasih. Saya ingin tanya untuk hal-hal yang khusus kan kalau di ketentuan ada Lex Specialis ada Lex

Generalis, artinya hal-hal yang lebih yang khusus dari RUU ini yang tidak diatur saya tidak mengerti

ARSIP D

PR RI

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

285

apakah sifat pasalnya adendum atau apa dalam hal ini kan, hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan-ketentuan di RUU ini akan diatur tersendiri kemudian tapi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari undang-undang ini, apakah itu PP namanya atau apa tapi dia merupakan lex

specialis, mungkin itu. Terima kasih. KETUA RAPAT: Iya intinya dan common sense kita bahwa memang setelah undang-undang ini kita buat tentu

diperlukan peraturan pemerintah, cuma memang ada dua cabang apakah PP itu secara khusus mengatur tentang tata tempat itu yang didalam Pasal 9, 10, 11 ini, atau PP ini merupakan secara komprehensif merupakan pelaksanaan dari undang-undang keprotokoleran ini.

Mungkin kecenderungan yang ada saya kira memang ini secara komprehensif melingkupi dari seluruh undang-undang ini termasuk didalamnya adalah Pasal 9, 10, 11 itu. Karena dalam bayangan saya juga mungkin, saya belum tahu operasionalisasinya juga, bahkan setelah PP itu sekalipun mungkin ada peraturan-peraturan yang bersifat operasional dari masing-masing instansi yang menjadi pedoman keprotokoleran didalam instansi yang bersangkutan.

Jadi sinkronisasi, harmonisasi dan juga fleksibilitas mengenai hal ini kan juga tetap harus dimungkinkan untuk diberikan melalui peraturan pemerintah yang kita buat. Jadi barangkali kita lebih punya kecenderungan untuk melakukan Peraturan Pemerintah ini secara komprehensif didalam undang-undang ini. Silakan Pak.

PEMERINTAH/DIR. PROTOKOL KEMENDEPLU (HENDRIK) : Terima kasih Pimpinan. Kami melihat bahwa undang-undang sebelumnya, PP Nomor 62 tahun 1990 sebagai produk

dari Undang-Undang Nomor 8 tahun 1987 merupakan satu contoh dimana produk peraturan peraturan yang bisa dijelaskan dari......sebelumnya. Jadi mungkin juga merupakan kesepakatan kita bahwa nantinya hal-hal yang belum jelas dalam Undang-Undang 53 bisa diakomodir dalam Peraturan Pemerintah. Dimana kita meletakan itu sebagai cantelannya. Tadi Pak Soenman menyebutkan bahwa ada satu pasal yang bisa menaungi apa yang belum jelas, kalau memang bisa disetujui kami mengusulkan itu bisa ditulis ditempatnya dalam ketentuan penutup. Disini juga ada pasal yang menyebutkan mengenai pasal-pasal yang didrop setelah undang-undang ini berlanjut, mungkin bisa menjadi pasal awal dari pada ketentuan penutup. Di ketentuan-ketentuan lain, ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang terkait dengan undang-undang ini dapat diatur dalam pemerintah. Demikian.

PEMERINTAH/KEMENHUKUM DAN HAM: Menambahkan. Terima kasih, ini sebetulnya model yang kita pilih mau seperti apa? Bisa saja setiap bab pada

ketentuan delegasian atau kita mau pilih model di ujung terakhir di ketentuan penutup seperti yang dikatakan Pak Hendrik itu juga tidak ada masalah hanya memang model sekarang tidak tadi yang disampaikan Bu Alyah, hal-hal yang belum cukup diatur akan diatur dengan peraturan pemerintah, itu sekarang kita hindari itu karena nanti malah peraturan pemerintahnya malah cek kosong blanko delegasi sehingga PP nya itu lebih luas dari undang-undangnya. Jadi ini tinggal model saja, mungkin

ARSIP D

PR RI

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

286

nanti bisa kita sekaligus cek pasal-pasal mana yang merupakan delegasian, kita tinggal pilih mau ditaruh bagian akhir atau mau seperti yang sudah tapi selalu mencantumkan mengenai apanya yang akan didelegasikan itu harus. Jadi jangan sampai ada hal-hal yang belum cukup diatur dalam undang-undang ini akan diatur dalam peraturan pemerintah.

Kemudian kalau disepakati dalam bagian akhir nanti sekaligus juga untuk tadi Pak Muzzamil mengkhawatirkan ini jangan-jangan PP nya tidak lahir-lahir, jadi dikunci saja sekaligus mengenai jangka waktunya berapa tahun yang harus untuk menetapkan PP itu, disepakati saja. Tapi biasanya kalau satu tahun terlalu cepat, biasanya tidak terasa tahu-tahu sudah satu tahun belum ini. Itu Pak, terima kasih.

KETUA RAPAT: Iya, satu tahun terlalu cepat ya Pak. Tidak terasa apalagi ramadhan sudah ramadhan lagi.

Baik, jadi mungkin pengaturannya akan lebih tepat barangkali kalau dibelakang kita lakukan pengaturan soal PP ini bukan cek kosong, dengan jangka waktu yang dibatasi. Mungkin disiapkan saja rumusan diakhir nanti kalau begitu. Kita sekarang beranjak pada beberapa hal yang masih menjadi usulan yang muncul dalam pembahasan Panja beberapa waktu yang lalu mengenai dua poin yang di depan saya sebutkan, dalam kondisi tidak memungkinkan upacara kenegaraan itu atau acara kenegaraan dan juga mengenai kunjungan presiden dan wakil presiden keluar negeri.

Jadi pasal mengenai PP tadi kita pending dulu ke belakang sambil kita jalan untuk diakhir baru kita rumuskan. Sekarang kita coba untuk pembahasan pada....,

PEMERINTAH/ KEMENHUKUM DAN HAM: Kami usulkan Pak untuk PP yang tadi biar nanti diserahkan kepada tim perumus saya dengan

Pak Roni yang akan mengerjakan itu nanti tinggal untuk memudahkan. KETUA RAPAT: Itu yang kami tunggu Pak sebenarnya, siap. Pasalnya berarti nanti menyesuaikan, mengenai perumusan itu kita serahkan kepada tim

Pemerintah dan sama Pak Roni tim DPR untuk membuat formulasinya, dan toh nanti akan juga diperhalus lagi melalui Timus dan Timsin kan?

Baik Pak pada poin dalam kondisi yang tidak memungkinkan ini Pak, Pasal 23A DIM 165 A. Bagaimana tanggapan dari Pemerintah Pak mengenai hal ini, kami serahkan Pak.

PEMERINTAH/KEMENHUKUM DAN HAM : Baik, ini ketentuan atau usulan materi baru yang nantinya akan ditempatkan dalam Pasal 23A

dan DIM 165A, pada prinsipnya inikan mengatur hal-hal yang tidak normal sebetulnya. Ada sebetulnya kemarin oleh Pak Lutfi sudah disampaikan mungkin rumusannya tidak seketat seperti ini tapi kemarin seperti ini tapi akan disesuaikan dengan kondisi, ini rumusan artinya mengatasi kondisi-kondisi yang abnormal. Terkait dengan rumusan ini sebetulnya tidak ada rumusan seperti inipun kalau memang kondisinya tidak memungkinkan untuk diatur secara normal pasti akan berjalan. Dan sekarang kondisi-kondisi seperti itu juga tanpa ada aturan juga sudah berjalan. Jadi misalnya ada upacara terus hujan, tidak mungkin diikuti aturan seperti itu tapi langsung mencari tempat yang bisa

ARSIP D

PR RI

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

287

dilakukan untuk upacara, di gedung tertutup atau apa biasanya seperti itu. Tinggal sekarang apakah ini mau diatur yang nanti malah akan menjadi rigit mengikat kita atau kita lepas saja kondisi ininya seperti sekarang ini. Pak Hendri silakan Pak.

PEMERINTAH/DIR. PROTOKOL KEMENDEPLU (HENDRIK) : Baiklah, Anggota Dewan yang terhormat, Sedikit menambahkan apa yang disampaikan tadi, kami mengerti bahwa usulan pembentukan

pasal ini, ini untuk hal-hal yang umum terjadi di berbagai tempat dan selama ini belum ada aturan yang mengatur mengenai bila hujan. Tetapi dengan melihat bahwa pasal ini sangat teknis sekali karena melihat dari situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan ini sangat banyak sekali, bisa hujan, bisa gempa, bisa banjir bisa macam-macam, ini kalau kita cantumkan dalam undang-undang ini, ini akan mempersulit kita. Tapi sebagai contoh, PP Nomor 62 bagian dari Undang-Undang 87 punya satu tempat tata upacara dan tata penghormatan, dan ini akan bagian daripada undang-undang ini yang akan kita buat sebagaimana disampaikan tadi, PP yang lebih detail mengatur mengenai hal-hal teknis.

Jadi kami mengusulkan bahwa ini ketika dimuat tetapi sebagai gantinya kita masukan sebagai bagian daripada ketentuan hal-hal yang akan diatur dalam PP. Kalau saya bisa sambut sedikit Pak mengenai poin 2, ini ada....jadi kunjungan presiden dan wakil presiden keluar negeri, kami memahami ini merupakan usulan dari DPR pada Rapat Panja sebelumnya karena pedoman dari pelaksanaan kunjungan presiden dan wakil presiden keluar negeri sendiri yang ada saat ini adalah di Kepmen. Kepmen yang juga cantelannya.......(suara tidak jelas) yang isinya tidak terlalu kuat. Kami menyadari itu, memang akan kami perbaharui lagi. Akan kami ganti lagi tetapi mengenai perlakuan kunjungan ini juga sangat teknis sekali Pak. Hal yang ada di Kepmen yang sekarang ini menjadi pedoman kita juga tidak bisa mengangkut secara lengkap, memang kita dalam rangka memperbaharui lagi Pak karena ini memang mengatur secara parsial hal-hal yang lain belum disentuh di Kepmen ini.

Ini juga bisa dikaitkan dengan ruang lingkup, ruang lingkup pada Pasal 4 ayat (2) itu mencakup semua pejabat negara, pemerintah dan lain-lainnya. Disini tiba-tiba kita memerlukan pengaturan khusus mengenai presiden dan wakil presiden padahal dalam kunjungan yang kita berikan tangani juga ada kunjungan ketua DPR keluar negeri, ada ketua DPR yang juga kunjungan.......(suara tidak jelas) oleh pihak kami membantu bagaimana proses-proses itu bisa berlangsung.

Kami mengusulkan dua ayat ini juga bisa menjadi bagian daripada ketentuan tadi Pak yang dimana ada PP yang khusus mengatur mengenai bagian......(suara tidak jelas) kemudian ada Kepmen yang lebih teknis lagi. Demikian.

KETUA RAPAT: Pak Tri mau menambahkan, silakan Pak. KETUA PANSUS (H. TRITAMTONO): Terima kasih Pimpinan dan rekan-rekan dari Pemerintah.

ARSIP D

PR RI

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

288

Dari apa yang tadi disampaikan khusus mengenai usulan materi baru, memang kalau kita lihat ini menjadi suatu hal yang merupakan bagian yang sebetulnya melekat. Pasal 23 A dari DIM 165 A, ini hanya termaktub dalam tata upacara militer. Tentunya tata upacara militer juga merupakan satu rangkaian dari kegiatan protokoler itu sendiri. Oleh karena itu dari usulan yang tadi disampaikan kalau ini kita buang tidak ada masalah tapi kalau kita tidak buang juga tidak ada masalah karena apa, karena yang kita buat adalah RUU Keprotokolan. Jadi disitu kita bicara soal tata penghormatan, ada satu kegiatan yang pernah kita lakukan pada waktu hari Kesaktian Pancasila pelaksanaan kegiatan di wilayah Sumatera Utara di daerah Bandarbetsi. Kita tahu bahwa situasi kondisi tidak memungkinkan dilaksanakan di lapangan, jauh sebelumnya kita sudah melakukan suatu warning kepada perwira upacara, padahal disitu ada sekolah dan aula yang kosong, kita sudah ingatkan tolong diwaspadai itu bisa digunakan sebagai tempat untuk kegiatan upacara, tidak semua akhirnya batal Pak.

Kita berangkat dari kondisi pengalaman di lapangan tadi. Saya mohon dengan hormat dan sangat dari rekan-rekan sekalian, kalau kita bicara tentang keprotokoleran tentu kita akan bicara disitu adalah suatu rangkaian kegiatan yang didalam pelaksanaannya diharapkan tertib, aman, nyaman dan dapat dinikmati oleh semua pihak yang ada. Tentunya disini ini adalah sebagai suatu second opinion. Tentunya sebagai second opinion kita tetap harus mempertimbangkan bahwa ini salah satu yang memang rangkuman dari seluruh rangkaian yang nanti akan dipedomani baik di TUM militer maupun TUM kenegaraan, ini sudah masuk disitu. Ada tidak ada, TUM ini sudah berjalan Pak. Tata upacara militer, rangkaian ini sudah berjalan tapi alangkah baiknya jika ini dari saya Pak karena tadi disampaikan oleh Beliau adalah ini dalam kondisi yang tidak normal. Bisa ada didalam daerah bencana alam, tapi kalau itu banyak dilakukan bisa dilaksanakan tetap secara sederhana di ruangan yang telah di tentukan sebagai satu alternative.

Oleh karena itu kami mohon mungkin nanti pertimbangan dari teman-teman dimasukin tidak ada masalah, tidak dimasukan juga tidak ada masalah. Dimasukan oke, tidak dimasukan oke. Tapi menurut pertimbangan saya ini sebagai salah satu second opinion yang bisa dibaca dipahami sehingga menjadi pengingat buat teman-teman yang akan melakukan kegiatan ditingkat pusat, pusat yang ada di daerah akan dilaksanakan itu oh ya kita tidak bisa melupakan hal seperti ini. Demikian Pak saran dari kami, terima kasih.

KETUA RAPAT: Iya, terima kasih. Sebelum ke Pemerintah saya ke Pak Soenman dulu, saya persilakan. WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Terima kasih Pak. Ini tambahan mudah-mudahan bagian dari saran ya Pak. Jadi memang suatu peraturan itu

harus memberikan suatu solusi terhadap sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tetapi bahwa itu dirancang dalam bentuk direct of scrabbing, tertulis begitu dengan jelas sehingga nanti bisa saja didelegasikan masalah tersebut bagaimana penyelesaiannya. Jadi kalau kita melihat satu bentuk upacara tentu saja ini kepada panitia penyelenggaranya tetapi saya ingin ambil contohnya begini Pak

ARSIP D

PR RI

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

289

misalnya pengaturan protokol ini kita berharapkan tidak terlalu sumir, tidak terlalu mudah, tidak terlalu juga dia sempit. Kalau mengambil contoh pada angka dua ini tentang pasal pengaturan protokol kunjungan presiden/wakil presiden keluar negeri, ini sekali lagi lebih kepada cantolan yang mungkin nanti Pak di break down dalam peraturan yang dibawahnya sehingga kita dapat mengambil analogi ketika kita kemarin merancang ada satu kalimat “dalam hal” karena memang tidak ada pengaturan sebelumnya, itu yang pertama.

Yang kedua, juga ada pengalaman selama ini Pak ketika kami mendapat tugas keluar negeri tidak jarang pengalaman kami itu seperti yang terlunta-lunta di negeri orang. Ini mohon kepada rekan-rekan di Deplu khususnya. Sudah menjadi kelaziman Sekretariat Jenderal DPR RI itu berkomunikasi dengan pihak pemerintah ketika kami akan berkunjung ke suatu negara dan berada dimana ketika kami harus berhenti katakanlah, harus menunggu sekian jam misalnya Pak Ketua. Saya rasakan sendiri Pak, ketika tahun-tahun terakhir ini relative lebih bagus, terima kasih banyak Pemerintah, lebih bagus responnya dibanding dengan pengalaman dulu. Jadi kalau kadang-kadang kita menelpon saja tidak ada yang angkat. Kalau sekarang begitu kami tiba di bandara negara lain sudah ada bapak atau ibu petugas. Yang kami contohkan paling ekstrim kemarin ketika di Turki itu sampai dari Ankara seorang ibu ditugaskan untuk menerima kami beberapa saat di Istambul dengan berperilaku sebagaimana tuan rumah lazimnya, kan kita merasa bukan di negeri orang kira-kira, artinya paling tidak kita punya saudaralah begitu.

Saya kira Pak untuk lebih mengantarkan ini kepada suatu kepastian pengaturan itupun tidak menjadi masalah Ibu Bapak sekalian dan pemerintah mohon maaf kalau kita membuat suatu cantolan itu, prosedur seperti apa semestinya dalam protokol itu ketika ada tugas-tugas di luar negeri yang itu memang bukan dadakan sifatnya tapi direncanakan jauh hari. Sekali lagi Pak ini komunikasi kita dengan pemerintah untuk kegiatan luar negeri itu sangat baik sekali, terima kasih dibandingkan dengan yang sudah-sudah. Tapi ini nampaknya perlu Pak Ketua, sesuatu dalam RUU ini kita pertimbangkan untuk kita berikan suatu rancangan rumusan kita tawarkan yang menjadi induk bagi kegiatan kita di luar negeri. Demikian Pak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT: Iya, berkisar pada dua hal memang mengenai tata upacara ketika kondisi yagn tidak

memungkinkan, lantas juga kunjungan presiden dan wakil presiden keluar negeri. Kalau saya dengarkan Pak Soenman ternyata bukan kunjungan presiden dan wakil presiden saja tapi pejabat negara lainnya termasuk DPR maksudnya begitu ya Pak. Jadi sebuah klausul yang menjadi payung dan ini bisa menjadi di break down menjadi suatu pedoman protokoler yang bisa melingkupi kegiatan-kegiatan pejabat negara lainnya ketika berkunjung keluar negeri, kira-kira begitu ya Pak. Dengan pengalaman yang sangat padat, Pak Soenman di luar negeri beberapa kali pergi kemana-mana ternyata memang saya tidak tahu ini punya travel agen atau apa.

WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Begini Pak Ketua, saya mau jujur saja terakhir ya, tapi mohon jangan ada tindakan apapun

juga Pak karena kami sudah bicara dengan Ibu Dubes di Kanada. Jadi ketika di Voncouver itu ada

ARSIP D

PR RI

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

290

satu peristiwa yang sangat tidak menyenangkan. Pada ketika itu kami semua diperiksa ada salah seorang staf dari Tim Panja RUU ini yang tertahan hampir 1 jam, sampai last minute baru masuk di pesawat kita ini. Tentu hal ini tidak perlu terjadi kalau ada perwakilan kita yang sudah sejak awal stand by di sana. Saya tidak paham dimana ini slack nya, tapi ini pelajaran saja Pak karena setelah itu seluruh kegiatan kami selama diluar itu sangat baik sekali, sangat baik sekali kegiatan kita waktu di Kanada itu, hanya di Vancouver nya itu sekejap ada peristiwa sangat tidak menyenangkan malah membuat sedikit kerisauan. Sekali lagi ini hanya kasus saja Pak, selebihnya kami kemarin ada kegiatan MPR sangat bagus Pak, terima kasih banyak.

KETUA RAPAT: Iya kalau kasus-kasus itu dikumpulkan jadi kecenderungan dan itu perlu ada peraturan yang

mengatur itu. Saya coba satu per satu dulu, tentang tata upacara dulu ya Pak, mohon maaf tapi nanti yang punya bapak pasti masuk ini kita bahas itu.

Kasus yang disampaikan oleh Pak Tri ini kan memang sangat spesifik dan sebenarnya juga sudah agak mengganggu di pikiran saya, ketika upacara terus hujan orang di persimpangan, kalau tidak upacara ya mentalitas nasionalisme kita kalah oleh hujan, itu pertanyaannya. Terus yang kedua, kalau kita upacara ya basah namanya juga hujan. Ini bagaimana ini kedudukannya, kan kira-kira begitu Pak. Kalau itu tidak disebutkan dalam regulasi ini dan itu diatur melalui suatu peraturan pemerintah bisa saja memang upacara itu tidak dilaksanakan, menjadi tidak masalah kalau pengaturan itu tidak memberi suatu garis pelaksanaan itu, ini juga satu persoalan tentang upacara ini kebetulan saya sendiri menganggap penting upacara. Tanpa upacara kita tidak ingat sesuatu yang menjadi peringatan dari upacara itu, dimensinya sangat penting juga untuk kita tidak saja pada tata upacara militer, apalagi dalam tata upacara militer kan itu juga sesuatu yagn juga kita perhatikan karena undang-undang ini juga menjadi pedoman dari tata upacara militer itu juga, kira-kira itu Pak yang menjadi apa yang disampaikan oleh Pak Tri ini.

Oke, sebelum saya lempar ke pemerintah, mungkin Pak Muzzamil saya persilakan. F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Terima kasih Pimpinan. Tadi Pak Tri sudah menyampaikan ini dimasukan atau tidak, praktek sudah berlangsung

sesungguhnya, fleksibilitas tapi saya cenderung untuk dicantumkan Pak. Karena begini, pimpinan di suatu daerah itu berbeda-beda baik disiplin maupun militer. Ketika ketemu pimpinan yagn keras, saklek dia tidak mau luntur nasionalisme biar petir menggelegar kita tetap di lapangan. Kan tidak ada solusi, dia bilang ini pasal saya berpegang mati di pasal ini, hidup mati kita pegang. Kalau ada pasal ini, anak buah bisa ingatkan Pak ini ada pasal ini, itu bisa beralih, bapak dengan semangatnya bisa, pasal ini juga pasal yang penuh semangat solusi kenegaraan. Sehingga nanti jangan sampai diserahkan kepada kecenderungan kepemimpinan yagn saklek dengan yang moderat, kalau ini sudah ada moderasi solusinya. Dan kita mengarah kepada penyempurnaan perundang-undangan. Kalau sebelumnya tidak ada kita buat ada, toh nanti ini juga kita serahkan, tidak di kita, kita cuma buat pasal begini saja berikutnya di pemerintah ini soal teknis.

ARSIP D

PR RI

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

291

KETUA RAPAT: Berikutnya di Pemerintah kita tanya pemerintah. Silakan Pak, bagaimana Pak? PEMERINTAH/DIR. PROTOKOL KEMENDEPLU (HENDRIK) : (tanpa mikrofon)

Terima kasih Pimpinan. Kami melihat bahwa kita….(suara tidak jelas) Pak Muzammil. Tadi Pak Tri Tamtono

menyebutkan….(suara tidak jelas). Kita kembali lagi kepada rumusan-rumusan yang juga telah kita bahas sebelumnya ada panitia Negara. Itukan, panitia negara tentu akan membuat suatu aturan-aturan bagaimana pelaksanaan kegiatan termasuk upacara, itu satu.

Untuk acara-acara nasional lainnya termasuk juga dilaksanakan di lingkungan pemerintah dan juga di lingkungan termasuk duta besar Indonesia di luar negeri itu ada keputusan dari menteri sebagai ketua panitia, itu hokum memang…..tercantum mengenai tata upacara, siapa dia dan bagaimana urutan upacaranya dan kalau hujan itu dilaksanakan di dalam ruangan. Itu selalu ada. Inikan kalau kita melaksanakan pasal ini, tadi tahu guesternya dari Anggota Dewan ini sebagai guide lines untuk artinya dalam pelaksanaan bukan saja acara kenegaran tapi juga acara-acara lainnya. Tetapi kalau kita mencantumkan ini tentu harus ada konsekuensi kita di penjelasan menjelaskan secara panjang lebar mengenai bagaimana situasi yang kita cantumkan disini, hujan, banjir, gempa bumi, dan sebagainya.

Saya mengerti nuansa yagn berkembang ini tapi mungkin kita bisa redefine rumusannya, artinya kita diperjelas, jadi disebutnya pedoman upacara bendera. Kita bisa pakai yang kedua saja. Inikan pedoman, inikan sangat ini sekali Pak, bisa berlaku atau tidak nantinya untuk acara kenegaraan bisa kita buat ini ada aturannya sendiri. Jadi saya lebih cenderung kita pakai yagn kedua saja. Karena ini kita melihat dari pasal sebelumnya ini mulai tata upacara, ada tata mengenai pakaian yang pasal sebelumnya, ada ketentuan lagi mengenai tata pakaian. Untuk menjaga konsistensinya kita pakai ayat (2) itu. Sudah Pak, itu mungkin ada tambahan dari bapak yang lain.

KETUA RAPAT: Silakan Pak. PEMERINTAH/KEMENHUKUM DAN HAM : Terima kasih. Sebetulnya kita bisa, tadi kalau Pak Hendri sudah menyatakan mensimplify, saya akan

mencoba merumuskan secara konkrit saja ininya, mungkin bisa ditulis biar nanti kita diskusikan. Yang ayat (1) kita copy di bawah. Dalam hal terjadi situasi dan kondisi yang tidak

memungkinkan terlaksananya tata upacara sebagaimana dimaksud dalam pasal dibawah, tata upacara sebagaimana di maksud dalam pasal, nanti pasalnya saya kira menyesuaikan, tata upacara jadi tidak lagi menyebutkan inspektur upacara tapi tata upacara dilaksanakan dengan menyesuaikan perubahan situasi dan kondisi tersebut.

Jadi kita tidak mengatur secara teknis dan mungkin nanti kalau didelegasikan kepada Presiden kita yang mengatur peraturan presidennya juga akan mengalami kesulitan. Penyesuaian

ARSIP D

PR RI

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

292

kalau hujan ini bagaimana, kalau gempa bumi bagaimana, tapi kalau dirumuskan semacam ini kita diberikan keleluasaan pokoknya menyesuaikan dengan kondisi perubahan tersebut. Jadi tidak usah pakai lagi ada ayat (2). Ini kalau ininya seperti ini sangat membantu tadi seperti yang disampaikan oleh Pak Muzzamil kalau hujan lebat tidak harus terus jalan, tapi bisa jalan tapi dengan menyesuaikan kondisi dan perubahan tadi. Iya Pak terima kasih.

WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Pak Ketua saya bertanya Pak. Baik, terima kasih. Pada dasarnya kami sepakat Pak pada rumusan itu, mungkin perlu disebutkan subyeknya

Pak siapa penanggungjawabnya itu untuk melakukan perubahan penyelenggaraannya sebab kalau sampai ini tidak ditegaskan siapa, tentu bukan inspektur upacara, saya bicara panitia dalam hal ini, cuma saya tidak paham dalam konvensi atau tradisi atau pelaksanaannya sementara ini siapa. Kalau bapak dari pemerintahan saya bisa menyebutkan siapa itu mohon akan lebih tepat, saya kira yang bersangkutanlah yagn mendesain apabila sesuatu sejak awal begitu Pak. Demikian, jadi tidak tiba-tiba tapi ada desain awalnya. Terima kasih.

Saya ambil contoh begini Pak, kalau upacara negarakan ada panitia negara, yang bersangkutanlah yang semestinya melakukan tindakan itu. Kalau upacara seperti ini kira-kira siapa. Demikian Pak.

KETUA RAPAT: Apa ini harus dijelaskan mengenai hal ini? WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Kalau penjelasan itu Pak Ketua dia sifatnya tidak begitu mengikat, dia hanya memberikan

suatu keterangan saja. Tapi ini menunjuk kepada satu subyek tertentu yang bersangkutan itu wajib melakukan tindakan. Sebab kalau tidak ada subyek tertentu yang diperintahkan oleh pasal ini, setiap peserta upacara akan mempunyai penafsiran masing-masing terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi pada ketika itu. Demikian.

KETUA RAPAT: Kami persilakan dari Deparlu karena menyangkut subyek ini bisa macam-macam, bisa

panitia, bisa Pangdam, harus perintah Pangdam ini. PEMERINTAH/DIR. PROTOKOL KEMENDEPLU (HENDRIK) : Baik, terima kasih. Mengenai usulan tadi akan lebih baik kalau kita berbicara mengenai subyeknya itu saya lebih

cenderung untuk memasukan dalam penjelasan karena kita juga harus menjelaskan juga mengenai situasi dan kondisi yang kita dimaksudkan itu. Jadi satu paket itu, harus dijelaskan juga apa yang dimaksud dengan kondisi yang tidak terduga itu, karena berbeda dalam setiap institusi itu berbeda ada yang acara kunjungan kenegaraan tentu panitia negara. Inikan kalau kita mengatur siapa yang jadi subyeknya untuk memerintahkan ini yang harus didalam ruangan atau bubar, tentu

ARSIP D

PR RI

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

293

sangat….(suara tidak jelas). Ini tentu kita melihat lagi upacara yagn kita maksud itukan upacara kenegaraan dan acara resmi.

WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Penyelenggara misalnya itu Pak. PEMERINTAH/DIR. PROTOKOL KEMENDEPLU (HENDRIK) : Penyelenggara mungkin dalam penjelasan kita bisa rumuskan Pak tapi, KETUA RAPAT: Maaf sebelum ke sana, saya kirakan dalam prakteknya bisa begini juga kan, misalnya

upacara di lingkungan departemen. Kalau melihat situasi begitu, menterinya bilang ini pindah saja, pindah kan. Pada akhirnya panitia pelaksana tapi bisa saja perintah itu datang dari menteri, ini bicara soal subyek. Subyek bisa datang dari mana-mana sebenarnya. Pejabat yang memang punya kekuasan yang secara efektif di sebuah lingkungan, kalau di militer ya komandan militer, Danyon, Danbri, sampai panglima dan sebagainya, begitu kira-kira Pak Tri. Mungkin Pak Tri bisa menambahkan kembali.

KETUA PANSUS/F- PDI PERJUANGAN (H. TRI TAMTOMO) : Jadi kami setuju dengan apa yang dijelaskan oleh Pak Hendri. Sebaiknya kita di dalam ini

tidak perlu dicantumkan, nanti dimasukan saja di kolom penjelasan. KETUA RAPAT: Bisa ya, bahwa sebenarnya itu memang inikan sudah cukup mewadahi dari yang tidak ada

sama sekali, toh prakteknya memang sudah berjalan memang dalam kondisi tertentu itu mesti ada tindakan-tindakan khusus begitu, siapa yagn melakukan itu biasanya orang yang paling berwenang disitu itu tanpa kita sebutkan juga panitia itu pelaksana saja, kira-kira begitu. Dan rumusan ini bisa kita ambil ya, kita setuju ya Bapak sekalian ya? Begitukan? Ya.

(RAPAT: SETUJU) Nambah? Tapi, silakan. PEMERINTAH : Maksud saya untuk…….(suara tidak jelas) di dalam penjelasan Pak, karena situasi yang tidak

terduga itu bisa didalam upacara yagn katakanlah acara yang sudah terencana, ada panitianya yang dalam kegiatan yang besar, bisa juga dalam upacara yang misalnya sifatnya rutin hari-hari besar misalnya, itu kan tidak terduga. Pada saat kebetulan itu sudah ada panitianya maka panitia itulah yang bertanggungjawab untuk memerintahkan dimana dan bagaimana menyiasati situasi itu. tapi pada saat yang tidak ada panitianya misalnya, itu biasanya itukan pimpinan sudah menugasi siapa yang mau jadi artinya penanggungjawab upacara atau katakanlah inspektur upacara. Itu inspektur upacara yang sudah ditugasi itu biasanya sudah mengambil ancang-ancang diberikan kewenangan mengambil sikap apa.

Jadi berarti penjelasannya dalam hal upacara yang sudah terencana yang sudah ada panitianya itu berarti penanggungjawab panitia itu yang mengatur atau memberikan instruksi untuk mengatasi situasi itu tapi pada acara dimana itu tidak ada panitia maka inspektur upacara lah yang

ARSIP D

PR RI

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

294

mempunyai kewenangan untuk mengatur. Itu pak menurut saya supaya jelas pada posisi apa begitu, terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik Bu, mungkin itu nanti melengkapi dari penjelasan dari pasal ini. Selanjutnya kalau kita

sudah bisa beranjak pada poin berikutnya, iya catatannya perlu penjelasan tentang, iya. F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Pimpinan, saya kira catatan di situ tidak diperlukan karena pada PP itulah penjelasan panjang

lebar itu. kalau kita buat penjelasan panjang sekali itu pilihan-pilihannya. Jadi yang ibu sampaikan itu sebenarnya itulah yang akan di add-board oleh pemerintah karena kejadiannya itu banyak sekali. Jadi bisa menteri, bisa komandan, panitia upacara ambil inisiatif itu kita buka ruanglah fleksibilitas itu, biarkan saja saya kira ini kita serahkan nanti pada peraturan pemerintah yang kita mau buat penutup itu, semua-semua inilah yang dimasukan ke sana dibuat oleh pemerintah. Bukan di undang-undang ini, kalau di undang-undang ini saya kira terlalu detail kita atur. Yang disebut penjelasan itu nanti ditutup dalam peraturan pemerintah bahwa segala hal-hal ini itu diatur dalam peraturan pemerintah. Bahwa peraturan pemerintah memerintahkan kembali kepada Kepmen atau apa itu urusan pemerintah, karena sangat teknis dia.

Jadi catatan itu saya kira tidak perlu menurut saya, terima kasih. KETUA RAPAT: Iya, bagaimana Pak Soenman? WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Inikan tidak bagus kalau perbedaan pendapatan dengan Pak Muzzamil. KETUA RAPAT: Makanya untuk mengambil keputusan jadi agak sungkan, begitu. WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Jadi sesungguhnya penjelasan itu sebagai suatu pengantar tetap diperlukan bahwa kemudian

break downnya yang lebih menyeluruh sifatnya lebih komprehensif itu ada di delegasi yang pada peraturan berikutnya. Ini sebagai entry poin tentang hal-hal tertentu sekali lagi ya Pak, kalau dipandang perlu penjelasan itu. kalau memang tidak perlu ya tidak apa-apa, tapi kalau dipandang perlu kembali kepada inikan undang-undang ini harus bisa dipahami oleh seluruh Warga Negara Indonesia sehingga ketika dia membaca ini tidak perlu mencari peraturan lain diluar undang-undang ini. Begitu ada pada penjelasan ini yang bersangkutan langsung paham pada prinsip yang berkenaan dengan pasal ini. Demikian, paling tidak prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pasal tersebut.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT: Jadi catatannya kalau dipandang perlu penjelasan. Artinya itu bisa dibawa kepada Timus dan

Timsin, ini kita bisa jalan terus dengan itu. Kita sudah putuskan itu dan saya kira tidak perlu perubahan, catatannya adalah jika dipandang perlu maka ada penjelasan. Jadi ini nanti pembahasan di Timus dan di Timsin soal ini, bukan disini. Terima kasih.

ARSIP D

PR RI

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

295

Mungkin kita bisa beranjak mengenai soal kunjungan presiden, wakil presiden keluar negeri dan ternyata meluas ya aspirasi Pak Soenman ini termasuk dengan pejabat negara yang lainnya. Dan setelah kita perhatikan di DIM yang lain tentang acara resmi, acara resmi ini jugakan acara yang diikuti atau dilaksanakan oleh pejabat dari lembaga negara lainnya, tidak saja Pemerintah, ada pejabat negara dari lembaga negara lainnya. Kalau tidak salah DIM 12. Termasuk didalamnya ini memang DPR atau MPR, atau BPK, dan lain sebagainya.

Merujuk dari ketentuan ini maka memang perlu suatu pengaturan keprotokoleran tetapi bagaimana implementasi tentu ini akan kita dengar dari Pemerintah menjelaskan hal yang demikian ini. Termasuk Pak Hendri khususnya delegasi Republik Indonesia ketika diluar negeri apa ini standar protokolernya seperti apa ? Apakah mengikuti negara dimana dia datang atau kita sudah punya standar sendiri yang itu yang diterapkan disana? Ini suatu perspektif yang ingin kita lihat didalam Undang-Undang Keprotokoleran ini Pak. Kami persilakan.

PEMERINTAH/DIR. PROTOKOL KEMENDEPLU (HENDRIK): Terima kasih Pimpinan. Kita bisa melihat ini dari dua hal, kalau kita melihat kunjungannya sendiri tentu ada kunjungan

keluar negeri, ada kunjungan dalam negeri, itu kalau kita bicara soal kunjungan. Ini akan sangat ini sekali Pak, memang tidak ada pasal dalam undang-undang sebelumnya yang mengaitkan mengenai kunjungan satu pejabat negara, karena itu diatur lebih teknis dalam Kepmen atau PP. Sekarang kita ingin memasukan didalam undang-undang tentu ada konsekuensi-konsekuensinya, kita berbicara satu hal kunjungan keluar negeri tapi juga masyarakat awam akan bertanya bagaimana kunjungan dalam negeri. Inikan protokoler juga diatur kunjungan dalam negeri, ini kita melihatnya ke situ. Tinggal saya melihat nantinya ketentuan yang tadi disebutkan oleh Pak Soenman tadi di…mengenai hal-hal yang diatur itu juga akan kita masukan disitu saja, jadi sangat teknis sekali Pak, bahkan pejabat negara yang sifat kunjungannya keluar, ke dalam juga sangat teknis sekali. Sebab itu bagaimana rumusan itu supaya bisa menampung semuanya.

Yang kedua mengenai kunjungan..….(suara tidak jelas) rombongan presiden. Itu delegasi RI juga saya lihat tidak secara khusus karena kita mengikuti aturan yang berlaku dari tuan rumah. Biasanya ada guide lines dari tuan rumah disepakati semua delegasi apa-apa yang terjadi dari delegasi rahasia dari delegasi, biasanya ada delegation main book, itu biasanya kita keluar, itu diberikan ke kita. Karena major dari suatu ajang itu sangat berbeda pengaturan-pengaturannya. Sehingga setiap yang menjadi tuan rumah pasti mengeluarkan guide book, highlight delegasi. Dari kami mungkin itu, kami melihat sangat sulit menempatkan ini didalamnya karena sangat kuat sekali, sangat rumit sekali dan kita juga punya ruang lingkup juga pada Pasal 4 menyebutkan pejabat negara disitu. kalau kita hanya menunjukkan satu saja, nantinya dalam PP distu ada ruang gerak yang luas lagi, nanti turun kepada Perpres atau mungkin Keppres… (suara tidak jelas).

WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Jadi sebelum dilaksanakan perubahan Undang-Undang Dasar ada pasal-pasal yang berbunyi

sebagai berikut; “kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis

ARSIP D

PR RI

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

296

Permusyawaratan Rakyat”. Karena itulah MPR menjadi lembaga tertinggi, kemudian MPR itu mengangkat seorang presiden sebagai mandataris MPR. Ini sangat wajar kalau presiden itu mendapatkan perlakuan yang sangat utama pada ketika Undang-Undang Dasar kita belum diubah.

Strategi perubahan Undang-Undang Dasar maaf perubahan Undang-Undang Dasar maka derajat kesetaraan lembaga negara itu tidak ada lagi lembaga tertinggi dan lembaga tinggi, dia setara. Yang saya ingin sarankan Bapak disamping saya mengapresiasi yang Bapak sampaikan tadi, dapat kita pahami bahwa kalau ada pasal yang mengatur berkenaan dengan kunjungan dalam negeri ke dalam negeri itu asas resiprokal berlaku, langsung kita mengatakan diatur dimana.

Demikian juga kalau ada pejabat negara yang melaksanakan tugas negara, kita batasi, bukan kunjungan pribadi atau apa, kecuali orang tertentu ya Pak yang punya imunitas tertentu saya silakan saja. tapi pejabat negara yang melaksanakan tugas negara kan difasilitasi oleh negara sepenuhnya, ya ongkosnya, uang sakunya, semuanya. Ini sangat wajar kemudian yang bersangkutan juga bertanggungjawab kepada negara, artinya dia membawa istrinya, SPPD apa kita dibawa kesana tanda tangan disana lalu bawa pulang lagi ya Pak. Dan itu pula kemudian sangat layak apabila mendapat fasilitas itu Pak. Maksudnya begini fasilitas bukan berarti kelebihan tapi lebih pada tata cara di sana supaya yang bersangkutan tidak macam-macam dia kan membawa tugas negara bukan tugas pribadi disana. Disitulah nanti ketika pasal itu ada silakan kita nanti ada breakdownnya atau apa pengaturan komprehensifnya diaturan berikutnya, tapi kalau sama sekali kita tidak memberikan sesuatu yang berkenaan dengan perubahan terhadap posisi lembaga-lembaga negara dalam konstitusi maka undang-undang ini sekali lagi tidak memberikan pemaknaan yang berarti bagi lembaga-lembaga tertentu itu. ini sekali lagi pemahaman saya, mohon maaf. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Ada yang lain? Pak Muzzamil? Belum, sangat boleh Pak, suara dari istana ini. PEMERINTAH/SEKRETARIAT NEGARA : Terima kasih Pak. Jadi sekedar untuk sharing saja Pak. Memang kalau perjalanan keluar negeri itu biasanya

yang mengatur itu tuan rumah Pak, jadi tuan rumah juga menyiapkan yang namanya administratif arrangement jadi pengaturan-pengaturan termasuk fasilitas apa yang diberikan kepada delegasi sesuai dengan di situ Pak. Ini masalahnya timbul kalau delegasi ini berangkat bukan atas undangan. Ini yang perlu diatur Pak. Sementara itu untuk pejabat biasa ada yang menganggap performance dalam dan luar negeri termasuk berapa besar tapi acuannya memberi pengaturan….pelaksanaan, ini yang diharapkan kalau bisa dibentuk keprotokolan perjalanan dinas luar negeri tentunya berlaku secara keseluruhan. Kalau untuk tamu ini sudah diatur termasuk tamu negara, tamu pemerintah, dan atau tamu. Tapi giliran kita keluar, memang tuan rumah yang atur sehingga kita…..sampai sana termasuk ketika menghadiri KTT, panitia KTT juga membuatkan adminisitratif termasuk siapa dan berapa yang ditanggung segala macam, kita biasanya asas resiprocal kepada kalau kita disana dikasih 7 gelar misalnya kita juga memberikan 7 nama. Jadi asas resiprocal itu yang tepat.

ARSIP D

PR RI

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

297

KETUA RAPAT: Jadi itu jawabannya kenapa terjadi dispute ya kunjungan, katakanlah kawan-kawan DPR yang

keluar negeri karena bukan atas undangan jadi itu yang membuat tadi istilahnya terlunta-lunta itu. Sebab kalau diundang ya semua program sudah diatur, saya kira ketika saya juga mengalami sebelum jadi pejabat hanya sekedar jadi ketua organisasi mahasiswa ketika diundang ya semua diatur disana. Berbeda sekali memang kalau kita datang sendiri atas program-program sendiri, proposal-proposal sendiri ya masak-masak sendiri, angkat-angkat barang ya sendiri juga. Tapi mungkin memang biaya negara karena memang proses formalnya kita lalui di internal karena lembaga ini.

Karena itu memang saya tidak pernah mendengar keluhan kunjungan Anggota DPR ketika menjalankan misi AIPO DPR RI sebagai Anggota AIPO. Bapak kan di BKSAP kan sebentar lagi jadi, mungkin akan banyak kunjungan itu, tidak akan terlunta-lunta saya kira karena semuanya sudah dalam arrangement yang dua pihak, tapi kalau kunjungan atas pansus misalnya mau ke sana tentu saja ini timbul suatu situasi yang berbeda. Masalahnya bagaimana mengatasi sesuatu yang berbeda ini. Mungkin ada sedikit jalan keluar, celah kalau boleh itu dipandang apakah tentu ini sekali lagi dengan satu harapan tidak memberatkan aparat Departemen Luar Negeri yang ada di luar negeri sana. Itu memang secara informal kami berbincang-bincang dengan Pak Tri dan lain sebagainya pasca undang-undang ini tampaknya DPR memerlukan suatu pedoman protokoler.

Ini juga untuk menjadi suatu pedoman ketika DPR ini berkunjungan keluar negeri. Tentu bukan saja bagaimana harapan penyambutan disana tapi persiapan berangkat itu juga sesuatu yang perlu ditata secara baik khususnya menyangkut bagaimana pertanggungjawaban kepada publik karena sering disorot ini hal-hal yang menggunakan dana rakyat dan lain sebagainya, sehingga kitapun pergi nyaman tidak harus merasa kucing-kucingan, menghindar pers, melihat ini kan sesuatu yang sering kita alami, kok kita ini merasa menjalankan tugas tapi kok rasanya sembunyi-sembunyi ini ada apa sebenarnya. Hal-hal yang seperti ini yang ingin kita klarifikasi melalui suatu pedoman keprotokolan yang baik di dewan sehingga citra lembaga juga akan lebih bagus dan mengurangi resiko terlunta-lunta itu, mungkin ya bisa diatur apakah ini cukup dengan pedoman keprotokolan koneksitas pedoman keprotokolan di DPR dengan di pemerintah atau dan lain sebagainya, Pak Hendrik mungkin ini bisa ada perspektif sedikit sebelum Pak Muzzamil ya nanti saya ingin dengar. Silakan Pak.

F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Sekalian. Jadi memang saya membayangkan Undang-Undang Keprotokolan inikan undang-undang

punyanya Negara Republik Indonesia, jadi aparatur yang bisa kita atur itu aparatur Republik Indonesia. Kalau aparatur Republik Indonesia di luar negeri itu ya Deplu tentu kita tidak bisa masuk ke negara lain. Ini yang relevan dengan kita memang, ada juga kunjungan Anggota Dewan yang setahu saya di Komisi I punya keluhan juga kepada dubes tertentu yang tidak melayani secara wajar dimana sesungguhnya aturan ini sudah baku tidak di Deplu, karena ada negara-negara tertentu yang menurut teman-teman komplain, Komisi I komplain. Pada periode lalu, kebetulan dubesnya mantan Anggota

ARSIP D

PR RI

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

298

Dewan jadi dia merasa setara, setaraf segala macam, jadi teman-teman dewannya dicuekin sama dia. Wilayah keprotokolan kan sebenarnya mengikat kepada orang-orang kedutaan kita di luar ketika melayani pejabat negara, hanya sampai situ wilayah pengaturan kita. Adapun negara resiprocal saja, kalau dia memperlakukan dia kita begitu ya kita perlakukan dia seperti itu, kan begitu. Tidak mungkinkan ada disini Pak. Itu saya kira yang wilayah yang ingin saya tanyakan tadi.

Yang kedua, yang sempat diangkat juga adalah ada kunjungan presiden tertentu yang dianggap mubazir. Delegasi yang dibawa pesawat itu delegasi antah berantah manusianya. Itu yang sempat diangkat juga, tidak jelas orang ini siapa di pesawat ini, bagaimana pengaturan itu. Kalau acara-acara resmi antar kayak ASEAN mungkin delegasinya fixed, tapi kalau kunjungan antar negara kan presiden bisa bawa satu rombongan di pesawat itu. Itu yang sempat dikritisi pemborosan anggaran semua orang bisa masuk di pesawat presiden. Itu yang saya mau tanya dua hal itu kepada Deplu pengaturan seperti apa itu.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Iya kami persilakan Pak Hendri. PEMERINTAH/DIR. PROTOKOL KEMENDEPLU (HENDRIK) : Terima kasih Pimpinan. (tanpa mikrofon)

Pertama menyangkut perubahan keluar negeri yang disampaikan oleh Pimpinan tadi, terus terang saja selama ini….(suara tidak jelas). Jadi yang selama ini tidak tepat kita akan perbaharui……(suara tidak jelas). Kunjungan presiden itu sangat berbeda dengan sifat kunjungannya seperti yang sudah saya sampaikan dari waktu ke waktu ada prioritas kenegaraan perlakuannya berbeda. Kemudian kunjungan tidak resmi sekali lagi……(suara tidak jelas) diperbaharui negara sebagai kunjungan pribadi. Dan dari setiap kunjungan itu tentu tadi sudah disebutkan bahwa ada kunjungan untuk membawa lebih banyak orang….(suara tidak jelas) tetapi kunjungan KTT dibatasi. Kalau saya sebagai yang menangani…….(suara tidak jelas). Jumlah dari delegasi tergantung daripada substansi yang dibahas. Ini mungkin satu hal yang bahwa kita belum melihat kesana bagaimana kehadiran presiden dan para pejabat lainnya itu dalam kunjungan tersebut ini juga terkait dengan substansi yang dibahas, presiden membawa menteri karena menteri itu akan terlibat dalam agenda. Yang menjadi permasalahan menteri-menteri itu membawa delegasi ini dia akan bergabung disana menjadi satu kesatuan jumlah delegasi Indonesia. Ini yang jumlah-jumlah ini adanya jumlah yang murni berangkat dari Indonesia juga disitu ada setiap menteri membawa……(suara tidak jelas) bilateral mengharuskan menteri yang tidak terlibat dalam KTT itu akan ikut juga. ikut juga membawa staf juga, ini the whole number of disitu jumlah……akan menjadi delegasi Indonesia. Padahal mereka tidak ikut dalam rombongan presiden. Jadi perlu kita perbaiki, akan kita perbaharui lagi, …(suara tidak

jelas) tidak hanya presiden tapi juga pejabat-pejabat termasuk Anggota DPR. Ini juga dalam ruang lingkupnya ada juga pejabat negara. Itu bagaimana teknis untuk KBRI

untuk menangani kunjungan pejabat negara akan kita masih bingung juga kita.

ARSIP D

PR RI

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

299

KETUA RAPAT: Sudah ada belum itu Pak? KBRI melayani pejabat negara termasuk insan DPR, itu belum ada

standarnya. PEMERINTAH/DIR. PROTOKOL KEMENDEPLU (HENDRIK) : Iya belum ada karena sebelumnya kita akan memperbaharuinya begitu. Inikan pedoman yang

ada pedoman protokol tetapi lebih teknis lagi mengenai pedoman penanganan pejabat itu hanya ada menangani kunjungan presiden. Untuk lebih luas lagi mengenai pejabat-pejabat……(suara tidak

jelas). Jadi saya melihat ini sangat teknis sekali kalau kita menyangkutkan kesini kunjungan presiden maka sifat kunjungan itu beragam, banyak sekali nanti kembali lagi kepada apa yang disampaikan…(suara tidak jelas) sangat lengkap sekali undang-undang ini mengatur, detail sekali mengenai berbagai hal termasuk kunjungan presiden keluar negeri. Jadi saya lebih cenderung kita……(suara tidak jelas) nantinya satu peraturan pemerintah yang ……(suara tidak jelas). Demikian Ketua.

KETUA RAPAT: Iya Pak Hendrik satu hal kalau untuk kunjungan yang ke dalam negeri mungkin sejauh ini

sudah berjalan protokoler itu misalnya kalau untuk merefer kepada kunjungan DPR, kunker itu ke daerah, itu sudah langsung ada koneksitas antara Sekretariat DPR dengan Pemda setempat. Jadi mulai penjemputan sampai dengan pengawalan kegiatan ke obyek-obyek yang memang sudah kita respondensikan kepada mereka itu dilakukan pendampingan dan juga pengalaman sampai akhir kita dibandara menjelang pulang. Jadi ini tidak terlampau itu menjadi suatu masalah baru karena pada prakteknya sudah seperti itu.

Yang menjadi concern memang ini untuk kunjungan keluar negeri. Kalau di dalam pedoman pemerintah kita sudah punya yang namanya pedoman untuk delegasi untuk presiden dan wakil presiden, mungkin tidak ini pemerintah juga perlu merumuskan suatu pedoman juga untuk kunjungan keluar negeri bagi pejabat negara di luar presiden dan bukan presiden. Tentu itu perlu untuk pedoman, pedoman saya kira ini delevasi dari peraturan pemerintah saya kira ya, lebih bawah lagi bahkan kalau kita ambil tata urutan dari regulasi ya. Mungkin ini yang sebagai suatu jembatan yang bisa mengurangi keluhan-keluhan kalau keluhan-keluhan itu muncul, barangkali itu sesuatu yang bisa dipahami karena Undang-Undang Keprotokoleran belum kita perbaiki.

Sekarang Undang-Undang Keprotokoleran sudah kita perbaiki dan disitu juga memuat berbagai jenis kegiatan kenegeraan dan kegiatan resmi yang disitu penjelasannya adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh pejabat negara lainnya jadi sesuatu yang urgent saya kira untuk dibuat oleh pemerintah tentang pedoman kunjungan keluar negeri. tentu disitu bisa diatur sedemikian rupa yang, termasuk sentralisasi komunikasi tentu Deparlu. Kalau tadi seperti dikatakan oleh Pak Muzzamil ya, saya justru punya pengalaman DPR itu ngerti sekali Pak apa kebutuhan DPR.

Jadi ke Chili Pak Ambong ya kemarin itu bahkan dari mulai sampai akhir di airport karena pernah di Komisi I memang sangat personal tergantung orangnya, barangkali memang perlu satu pedoman yang bisa lebih dijadikan sistem termasuk hal-hal yang tidak mungkin dilakukan satu

ARSIP D

PR RI

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

300

keinginan-keinginan yang diluar sistem yang diterapkan itu juga sesuatu yang menjadi batasan ya, jangan sampai misalnya koper saja minta diangkatkan kan repot juga. banyak hal lah saya kira, termasuk jenis kunjungan Pak didalam pedoman itu mana yang dicover oleh protokoler ini perlu juga, jangan kunjungan yang mengada-ada juga masuk di situ, itu juga merepotkan juga ya Pak dan saya kira diplomat juga bukan untuk menerima tamu dari Jakarta.

Jadi ada pengaturan Pak soal ini mungkin sejalan nanti juga pedoman keprotokolan yang dibuat oleh DPR Pak, ini akan bagus koneksitasnya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang terus menerus.

Kembali kepada rumusan kita Pak tentang cantolannya, seperti apa ini mungkin dari pemerintah bisa membantu kita merumuskan atau mungkin Pak Soenman yang sumbang saran.

Silakan. WAKIL KETUA/F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Saya sumbang saran Pak, bukan saran sumbang. Sekali lagi ada dua hal Pak, yang pertama

didalam momentum kita di dalam menyahuti dari perubahan Undang-Undang Dasar sesungguhnya kalau kita melihat Undang-Undang Nomor : 8 Tahun 1987 itu juga masih relevan kalau sekedar untuk menyelenggarakan acara-acara yang bersifat tradisional begitu. Tetapi ketika Undang-Undang Dasar ini kita pertemukan dengan Undang-Undang tersebut maka akan sangat Undang-Undang itu bisa implementatif. Itulah kemudian saya mencoba untuk menyampaikan hal tadi, jadi yang pertama memang ada konsekuensi dari perubahan Undang-Undang sendiri. Dan itu juga bercermin dari pengalaman-pengalaman, kalau menyampaikan pujian, saya berikan pujian kepada Pak Tosari Widjaja Duta Besar kita di Maroko, Pak Inkiriwang di Bulgaria, sangat baik itu. Pak Tosari itu Pak bekas wakil ketua DPR, dia perlakuan kepada kita melampaui katakanlah tata kramanya sangat diatas rata-rata, begitu juga Ibu Dini yang di Kanada.

Jadi begini Pak, pemerintah coba kita terkam dulu, kita catat dulu mungkin bukan forumnya kita pada malam ini kita paksakan itu, paling tidak ini kita ada aspirasi yang mungkin perlu kita konsultasikan lebih jauh kepada para menteri terutama. Dan yang kedua, Pak Ketua mohon ijin bukan tidak mungkin ini juga merupakan sumbang saran kita ke Pansus nanti membuat suatu kepastian katakan. Sebab tanpa ada pengaturan itu Bapak/Ibu yang terhormat nyaris keprotokolan itu tidak ada perubahan terhadap penyeimbangan implementasi perubahan undang-undang ini. Saya kira itu Pak Ketua, renungan saja Pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Tapi rumusan ini tidak perlu masuk di sini sekarang? WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Maksud saya bukan ini Pak Ketua, ini ada saran yang kita cantumkan sebagai usul malam

hari ini, mungkin tidak malam hari ini kita sepakati dipaksakan mengingat satu dan lain hal nanti begitu konsultasi pemerintah kepada katakanlah kepada menteri-menteri yang terhormat setelah itu kita bisa di raker nanti.

Terima kasih.

ARSIP D

PR RI

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

301

KETUA RAPAT: Iya, saya kembalikan ke pemerintah dulu, bagaimana Pak? Tapi sebagai cantolan kan perlu. WAKIL KETUA/F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Jadi tetap ada unsur satu pasal yang kita buat itu yang menjadi landasan yuridis pejabat

negara keluar negeri Pak seperti itu. Inikan sangat teknis sekali bagaimana nanti wakil negara kita di negeri orang ketika menerima kunjungan Pak, karena kalau soal anggaran masing-masing sudah punya Pak. Karena ini mengganggu anggaran yang bersangkutan, sesungguhnya mestinya begitu bahwa tuan rumah ingin melakukan tamunya itu soal lain tapi tidak ada ketentuan itu. Tanpa itu Bapak sekalian saya ambil contoh begini, saya mengambil contoh kurang sedap Pak ini sebuah peristiwa misalnya ada seorang Anggota Dewan yang sedang berobat keluar negeri ternyata wafat disana, bukan tugas negara ini berobat Bapak. Tapi ternyata negara itu mengcover keseluruhannya Pak, jadi bukan asuransi berobatnya tapi negara yang mencover, itu kejadian belum terlalu lama saya kira.

Kemudian yang kedua, teman kita, Saudara kita kemarin di dalam kegiatan kunjungan kerja di Komisi III Pak di Manado, itu juga dia merupakan kegiatan tugas negara, masuk tugas DPR disana. Ini hal-hal seperti ini Bapak sekalian kalau misalnya kita tidak siapkan lebih dahulu secara resmi secara yuridis formil begitu, sekali lagi dia tidak akan terjadi perubahan apa-apa juga. inilah saya kira hal yang perlu kita renungkan bersama, sekali lagi saya tidak mengajak terburu-buru tapi usulan ini sudah ada untuk kita bicarakan pada pembicaraan lebih lanjut, begitu Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Kami persilakan Pak PEMERINTAH/DIR. PROTOKOL KEMENDEPLU (HENDRIK) : Terima kasih Pimpinan. (suara tidak jelas/tanpa mikrofon)

WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Pak Hendrik maaf, kalau nanti kita ada perubahan Tatib dari DPR dan mencantumkan

masalah ini saya kira akan lebih berat Pak urusannya. Tapi kalau di undang-undang ada satu pasal selanjutnya diatur dalam PP, selesai barang itu. Tapi kalau di Tatib itu lebih luas nanti, DPR seakan-akan mengecualikan dirinya Pak Ketua, mengecualikan dirinya untuk melaksanakan tugas di luar negeri misalnya begitu. Tapi kalau disini diakan keseluruhannya tercover pejabat negara, begitu. Nanti tinggal di break down di peraturan pelaksanaannya, saya kira demikian Pak. Terima kasih.

PEMERINTAH/DIR. PROTOKOL KEMENDEPLU (HENDRIK) : Kami setuju Pak. (suara tidak jelas/tanpa mikrofon) KETUA RAPAT: Silakan Pak Muzzamil dulu. F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Terima kasih Pimpinan. Yang saya bayangkan kalau kita bicara protokoler sesuai dengan defenisi yang kita sebut

keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang terkait dengan aturan dalam acara kenegaraan atau

ARSIP D

PR RI

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

302

acara resmi yang meliputi tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan atau kedudukannya dalam negara pemerintahan atau masyarakat.

Kalau defenisi ini kita gunakan kan kita tidak sedang berbicara soal yang tadi lama kita bicarakan pasal 9, 10, 11. Kita sudah sedang berbicara hanya persoalan bangku, tempat duduk. Kita juga berbicara tentang tadi kalau dalam konteks DPR reses komisi, reses pribadi, sidang pribadi dalam konteks pengawasan. Ada kasus tertentu ketika kita berada di daerah yang membutuhkan sidak pribadi dan kita punya kayak intel di Amerika ada orang pembunuhan tinggal tunjukin kartunya ini, masuk dia ini. kitakan tidak sedang bicara soal duduk-duduk acara resmi, kita juga bicara tentang hak-hak khusus dalam konteks pelaksanaan fungsi kita, kalau DPR itu fungsi pengawasan.

Oleh karena itu protokoler ke dalam negeri tentu akan lebih banyak sidak-sidak kita, keluar negeri tadi soal sambutan tadi soal kedutaan kita. Aspek ini saya kira memang belum banyak kita sentuh apa kartu Anggota Dewan itu, apa yang ditunjukin ke kondisi tertentu ada di bandara ada satu kasus kita mau masuk mengawasi tadi premanisme misalnya, Komisi IX lah premanisme di terminal III, dia harusnya menunjukan kartu DPRD bisa masuk karena anda telah menyiksa di TKI, TKW segala macam. Sidak misalnya untuk Komisi IX, lain Komisi III yang kasus-kasus hukum, kasus pembunuhan. TNI Komisi I masuk ke barak militer, laku tidak kartu DPR itu untuk hak pengawasan. Kalau itu tidak kita bunyikan dalam Undang-Undang Keprotokolan ini, undang-undang ini hanya punya arti dalam acara duduk resmi-resmi itu saja, apakah itu protokoler? Menurut saya lebih itu kalau kita baca defenisi ini. konteksnya juga pernah kita bicarakan kondisi tertentu ternyata forboden dan kita harus mengejar satu acara resmi. Laku tidak itu kita keluar dari jendela dengan kartu saya. Bahwa ini tidak diatur tentu detail disini tapi ada satu pasal yang membuat kita memberikan perintah kepada peraturan pemerintah, peraturan pemerintah bisa nanti ke kepolisian atau kemana nanti itu urusannya lain berikutnya Kepmen memberi ruang kepada detailisasi keprotokoleran pejabat negara ini, ini menurut saya cantelan itu belum ada disini. Demikian Pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ini kita dibawa ke awal pembahasan undang-undang ini. tapi tidak apa-apa itu satu catatan

yang penting tentang bagaimana dewan bisa menjalankan fungsinya secara optimal tapi saya sedang menimbang apakah itu proporsi dari Undang-Undang keprotokoleran ini atau penguatan hak-hak tertentu di dalam tugas dewan yang itu mungkin wadahnya adalah udang-undang yang lain, bisa jadi seperti itu. Dan saya kira catatan itu menjadi perhatian kita ya, semua bisa kita pelajari lebih lanjut dimana tempat yang tepat untuk digunakan undang-undang yang mana yang bisa terapkan mengenai hal itu.

Kembali kepada apa yang kita bahas tentang kunjungan luar negeri ini, saya kira apakah memang tidak perlu dicantumkan didalam usulan atau pasal khusus mengenai ini, karena memang di dalam DIM 12 saya kira dengan tipologi kegiatan yang ada dua tipologi acara kenegaraan dan acara resmi sebenarnya itu sudha mengindikasikan suatu bentuk penjelasan ya. Memang didalam undang-undang ini atau penjelasan yang lebih komprehensif itu adalah acara kenegaraan dari Pasal 9, 10, 11

ARSIP D

PR RI

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

303

saya kira itu derivasi dari penjelasan acara kenegaraan itu. sementara acara resmi tidak selengkap itu, tidak sedetil itu. apakah ini menjadi satu pesan tersendiri bahwa didalam peraturan pemerintah penjelasan acara resmi ini juga perlu dilakukan begitu, dan didalam acara resmi juga masuk dalam kegiatan kunjungan keluar negeri ini atau bagaimana itu, itu sesuatu yang perlu kita pikirkan. Kalau memang pencantuman dirasa tidak diperlukan di dalam poin 2 yang kita bahas ini.

F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Kalau kita mendefenisikan Undang-Undang Protokol ini terkait dengan acara tata tempat, tata

upacara, tata penghormatan dalam konteks acara-acara resmi maka pengaturan keluar negeri inipun juga sebenarnya tidak menjadi bagian dari wilayah itu. Kalau kita saklek disitu memang tidak masuk, karena kita ini bicara acara-acara formal resmi tempat duduk, ruang penghormatan itu saja.

Jadi ini undang-undang tentang upacara resmi negara, kira-kira kan begitu Pimpinan. Wilayah kita ya disitu selesai, ketok palu kita disitu, duduk, rapi, siapa ditempat mana, dengan peran apa, dengan hak-hak seperti apa. Maka soal kunjungan-kunjungan ini tidak menjadi masuk karena ini tadi itu protokoler yang dalam arti luas itu Pimpinan. Karena begitu kita bicara penyambutan di luar negeri tidak beda dengan penyambutan ke daerah, hak-hak keprotokoleran Anggota. Jadi memang kita redefinisikan itu dimana Undang-Undang Protokoler, maka ini masuk domain yang kuat tata upacara ini protokoler disini, siapa duduk dimana, tamu negara, segala macam. Inilah wilayah pilihan kita.

KETUA RAPAT: Silakan Pak Soenman mungkin dimensi penghormatannya bisa dielaborasi. WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Iya, terima kasih. Memang dalam setiap terminologi itu ada dalam arti sempit, dalam arti luas

cuma saya tadi membayangkan berkaitan dengan protokol itukan seperti Pak Muzzamil sampaikan pada penjelasan pertama tadi tidak hanya sekedar bla-bla begitu tapi dalam arti luas karena kita juga mengatur misalnya nanti pasal yang berkenaan dengan kunjungan presiden keluar negeri, begitu juga kunjungan tamu negara asing ke dalam negeri. Saya kira berangkat dari asas inilah kemudian kita saatnya menyediakan satu rancangan pasal, atas pengaturan kunjungan resmi kenegaraan atau kunjungan resmi pejabat negara keluar negeri. Sebetulnya kalau nanti teman-teman di DPR Pak Ketua, memandang perubahan Tatib dan kemudian menderap pasal tentang itu dia akan secara imperatif memaksakan itu kan, pemberlakuannya terhadap pihak-pihak berkenaan dengan tugasnya itu. tetapi kalau undang-undang ini sudah lebih maju saya kira dan dia sekali lagi merupakan penjelmaan dari konsekuensi perubahan Undang-Undang Dasar maka ini akan berlaku umum siapa saja pejabat negara itu. Demikian, karena dia melaksanakan tugas negara, dibiayai oleh negara, bertanggungjawab terhadap negara atas tugasnya itu. Saya kira itu Pak, jadi bukan sekedar tata tempat atau tata penghormatan. Jadi bisa saja kita tandai pada bagian penghormatan yang lebih luas saya kira begitu. Demikian Pak ketua, kalau saya masih tetap menyarankan supaya itu disiapkan, bahwa nanti didalam pansus ada pandangan lain saya kira nantilah itu, jangan sampai ini terlewatkan sama sekali. Itu yang pertama.

ARSIP D

PR RI

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

304

Yang kedua Pak, memang yang paling tepat nanti pasal-pasal seperti ini detailnya di undang-undang yang berkaitan dengan DPR. Dan kita sedang merancang Undang-Undang Nomor : 27 Tahun 2009 tentang MD3 itu, kita ingin ada aspirasi yang muncul sejak dini sehingga dimasukan didalam rancangan itu kita lebih mudah, ada satu connecting antara peraturan yang dibuat nanti, karena ini Undang-Undang MD3 Pak akan lahir setelah undang-undang ini disahkan. Dan dia sebagaimana kaidah undang-undang, kaidah hukum tadi yang Ibu Alyah sampaikan Lex Specialis, Lex Generalis, kan begitu. Oleh karena itu, ini spesialis tentang protokol Pak. Saya cenderung ini kita siapkan. Mungkin begitu Pak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ini Pak Dirjen sudah datang ini mungkin selamat datang kembali ya Pak Dirjen, perlu waktu

minum dulu tidak? PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Saya pertama-tama mohon maaf yang sebesar-besarnya karena tugas-tugas yang memang

saya harus lakukan, karena melayani banyak institusi sehingga memaksa saya untuk tidak bisa segera ke sini, ini baru selesai acaranya karena memang tadi juga ada briefing dengan presiden harus langsung ditindaklanjuti dan teruskan dengan habis buka puasa. Jadi sekali lagi saya mohon maaf tidak bisa hadir sepenuh waktu karena tugas-tugas. Namun demikian saya tentunya sangat berharap dalam sesi pertemuan hari ini ada kemajuan-kemajuan dan memang itulah tujuan kita untuk mencapai kemajuan-kemajuan itu dan barangkali karena saya tidak mengikuti detail untuk sementara itu dulu yang saya sampaikan sambil barangkali waktu berjalan saya akan melihat apa yang bisa saya komentari. Hanya itu yang saya sampaikan, terima kasih. Mohon ijin ada komentar dari kawan-kawan Pemerintah.

KETUA RAPAT: Silakan Pak. PEMERINTAH/ DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) (tanpa mikrofon) Terima kasih Pak Pimpinan. Jadi kami sangat memahami bahwa perjalanan untuk keluar negeri sangat ……(suara tidak

jelas) sehingga bisa dilaksanakan tentu supaya tertib juga, aman, nyaman dan dinikmati. Tetapi kalau kita lihat tadi disampaikan Bapak bahwa Undang-Undang protokol ini justru membatasi diri, ada pengaturan tata tempat, tata letak dan tata penghormatan sehingga menurut kami bisa juga dimasukan disini Pak, tapi kayaknya kurang pas. Tetapi pengaturan itu sangat……(suara tidak jelas)

sehingga kalau misalnya untuk diselipkan juga masih bisa, cuma perlu pengaturan lebih lanjut………(suara tidak jelas). Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT: Silakan, barangkali langsung rumusan disampaikan. PEMERINTAH/KEMENHUKUM DAN HAM: Belum perumusan Pak.

ARSIP D

PR RI

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

305

Tadi memang kami dengan kawan-kawan di Pemerintah ini memang berangkatnya dari pengertian atau definisi mengenai protokol yang tadi disampaikan oleh Pak Muzzamil, jadi memang ini ruang lingkupnya ada tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan. Oleh karena itu tadi Pak Hendrik mengatakan ini mau ditaruh pasal mana itu agak sulit memang. Kami dari segi drafting sendiri pun memang merasa sangat sulit ini mau ditempatkan dimana. Memang biasanya kalau orang sudah sangat terpaksa pasti mengusulkan ini di ketentuan lain saja tapi di Undang-Undang Nomor: 10 Tahun 2004 itu memang sangat menganjurkan untuk menghindari, untuk tidak memberikan aturan mengenai ketentuan lain.

Dari persepktif inilah kami terus terang saja memang inikan sesuatu yang memang diluar lingkup yang ada kita atur, ini sehingga kalaupun mau dibawa tingkat atas tapi sementara memang kami tetap berpendapat bahwa ini memang sudah diluar ranah protokol itu sekian, terima kasih.

KETUA RAPAT: Iya Pak diluar ranah protokol, jadi sebenarnya kita menjarah ladang orang ini, membahas itu

disini. Bagaimana Pak Zamil ? F- PKS (DRS. AL MUZZAMIL YUSUF): Iya saya lihat desain ini sejak awal memang kayaknya protokol dalam artian sempit itu, kalau

kita mau masuk tadi ke ranah lain kita harus siap-siap ini tidak selesai dan saya kira akan berkepanjangan, formating, format ulang. Karena desain awalnya yang saya tangkap ini ya tata upacara, tata tempat, tata penghormatan, ya duduk-duduk acara formal itu, tidak pada aspek-aspek yang lebih luas. Itu pilihan kita Pimpinan, kalau itu ya ini sudah selesai, kembali ke situ bahwa nanti kita bicara DPR tadi Undang-Undang MD3 hak kewenangan, dan protokoler DPR secara khusus Lex Specialis saja kita bicara, lebih spesifik kalau kita mau kunker, mau sidak kita pakai kartu kita begini, selesai urusan sehingga ini kita kembalikan. Kalau itu maka tidak perlu ada perlu lagi pengaturan-pengaturan, hilang keluar negeri, demikian Pimpinan.

WAKIL KETUA/F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Sedikit Ketua. Jadi inikan suatu wacana yang dimunculkan tadi, saya sepakat saja kalau pun bisa hilang

oke, tidak ada masalah, cuma kalau kita lihat DIM 12 Ketua, tentang acara resmi secara terpenggal ya saya baca, itu sudah disahkan Panja ya, acara resmi adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh Pemerintah atau lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu. Jadi kalau ada kalimat disitu ini memang sangat luas sekali. Begitu, jadi tentang tugas dan fungsi tertentu lembaga negara itu. Tapi sekali lagi ini saya tidak ingin berdebat ya Pak Ketua, karena ini dikejar setoran juga. Saya dibisiki teman-teman diantaranya diluar itu tolonglah segera ada yang disahkan undang-undang, begitu ya. Jadi memang terpulang kepada politik kesungguhan, keberpihakan politik kita, undang-undang ini mau disederhanakan sedemikian rupa, bisa sederhana tapi konsekuensinya tidak akan mengatur protokoler presiden keluar negeri atau tamu asing dari luar negeri, seperti itu kan Pak. Demikian, jadi semua tereduksi hal seperti itu. ini bagian perenungan, itu saja. kalau sampai misalnya tidak ada satu slot yang memungkinkan pejabat negara melakukan kegiatan tugas negara keluar

ARSIP D

PR RI

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

306

negeri, disitu pejabat negara Pak Muzzamil jadi siapa pun yang pejabat negara dibiayai oleh negara, bertanggungjawab kepada negara, tanpa ada slot disitu, maka dia tidak terkena pengaturan protokoler dan konsekuensinya bukan tidak mungkin hal-hal ikhwal yang berkenaan dengan kunjungan keluar dan kedalam negeri siapapun juga tidak diatur lagi disini. Itu Pak kemungkinannya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Pak Hendrik mau menambahkan? PEMERINTAH/DIR. PROTOKOL KEMENDEPLU (HENDRIK) : Saya serahkan dulu, saya mau mendengarkan. KETUA RAPAT: Oke Pak, silakan Pak. PEMERINTAH/ DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) :

(suara tidak jelas/tanpa mikrofon) KETUA RAPAT: Iya Pak mungkin saya tambahkan sedikit supaya Pak Dirjen, ada tambahan informasi supaya

tune in dengan apa yang kita bahas. Sebenarnya kalau boleh saya katakan ini poin terakhir yang kita bicarakan dari keseluruhan yang sudah kita bahas dan poin ini semula akan menyangkut usulan pasal tentang pengaturan keprotokolan kunjungan presiden dan wakil presiden keluar negeri, dan sepanjang yang kita tahu Pemerintah sudah punya pedoman ya untuk kunjungan presiden dan wakil presiden keluar negeri. Tetapi muncul keinginan-keinginan yag memang ini berangkat seringkali penugasan keluar negeri Anggota DPR dan juga mungkin pejabat negara lainnya yang pengaturan-pengaturannya dirasakan kurang maksimal di daerah atau di negara yang kita berkunjung. Bapak…juga sudah menjelaskan untuk kunjungan-kunjungan yang atas dasar undangan dari negara yang bersangkutan itu tidak terjadi persoalan, karena semua sudah di arrange oleh pihak tuan rumah. Seringkali kunjungan ini menjadi keputusan kita ketika membahas undang-undang atau juga kunjungan kerja untuk maksud-maksud tertentu yang memang bukan atas undangan luar negeri, tetapi dalam konteks ini kami merasa bahwa ini suatu penugasan yang memang kami lakukan sebagai pejabat negara, demikian.

Muncul suatu keinginan dari kami juga ada suatu pedoman yang bisa dipegang untuk kunjungan keluar negeri bagi pejabat negara, dimana pedoman inilah yang memungkinkan menghindari timbulnya kesan yang seringkali muncul yang tidak baik ketika respon saat itu juga barangkali sambutan yang dirasakan kurang oleh para pejabat negara ini. Kalau saja itu mungkin dilakukan ini akan lebih baik supaya menghindari kesalah pahaman, tentu dengan satu maksud bahwa tidak serta merta kunjungan pejabat negara itu melakukan perlakuan yang khusus itu, di pedoman itu bisa diatur sedemikian rupa, sehingga pada kualifikasi yang seperti apa itu bisa dilakukan kalau itu memang diperlakukan. Jadi kurang lebih itu Pak Dirjen poin yang kita sedang bicarakan itu, mungkin Bapak bisa menanggapi.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Pimpinan dan Anggota yang saya hormati,

ARSIP D

PR RI

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

307

Dari pengamatan kami dalam beberapa saat terakhir ini mengenai perlunya suatu pedoman atau guide lines bagi kunjungan bukan hanya kepala negara tapi juga pejabat negara, dari perspektif kami dari segi esensi memang sebenarnya kami tidak melihat ada keberatan karena memang itu hal yang diperlukan. Cuma memang masalahnya disini ada dua, satu mengenai jika dicantumkan disini kira-kira dicantolkan kemana, ini yang jadi barangkali yang perlu kita lihat lebih jauh lagi.

Kedua, dalam perspektif guide lines itu sendiri, saya belum melihat praktek-praktek hal ini diatur secara khusus di beberapa tempat tetapi itu tentu pendalaman. Yang ada sebenarnya adalah seperti guide lines seperti kedatangan tamu itu sangat lazim, contoh misalnya ini Korea memproduce ini tapi belum saya melihat ada suatu guide lines seperti yang kita sebutkan untuk out going visit. Ini beberapa, di India juga begitu. Ini juga Swiss, jadi hanya protocol regulation for the Swiss Confederation. Jadi ini dari perspektif itu saja tapi dari segi esensinya saya pikir memang kami tidak melihat ada hal-hal yang memberatkan, hal ini tidak di apa tinggal bagaimana teknis nanti dan kalau bisa barangkali Pak mohon ijin karena ini suatu elemen baru dalam discourse kita ini, saya menyarankan barangkali kalau kita ini angkat ke atas untuk konsultasi dengan pimpinan khususnya pimpinan kami Pemerintah, mungkin itu barangkali. Tapi secara substansi dari Pemerintah tidak melihat ada keberatan hal ini tidak diatur, itu barangkali Pak. Karena memang dari persepktif Pemerintah selama ini untuk pengaturan atau guide lines atau pedoman kunjungan terutama misalnya pedoman delegasi sudah ada tinggal bagaimana misalnya mencari cantolan dalam rancangan undang-undang ini. Kalau guide lines yang selama ini sudah ada dan sebenarnya sudah berdasarkan praktek-praktek yang sudah ada, itu sudah semakin diclearkan dengan adanya peraturan cuma memang seperti yang disampaikan tempo hari dasar yang ditiru Undang-Undang Nomor: 20 itu tidak seperti itu artinya seperti dipaksakan, itu barangkali Pak sehingga memang perlu dipikirkan tapi secara praktek ini sudah berlangsung. Dengan katakanlah kita memiliki jenis-jenis kunjungan pada saat kepala negara berkunjung ke suatu negara itu sifat kunjungannya bagaimana, itu sudah ada guide linesnya, itu barangkali dari kami. Jadi sekali lagi mungkin barangkali kita belum bisa putuskan malam ini karena ini suatu elemen yang baru meskipun secara praktek sudah terjadi tapi dari segi substansi untuk dimasukan dalam aturan kita harus mencari kira-kira dimana. Ini barangkali Pak kita bisa angkat dari perspektif Pemerintah, kami akan mengangkat ke pimpinan masing-masing untuk mencari atau meminta guide lines atau arahan atau bagaimana. Mudah-mudahan ada jalan keluar, itu saja Pak, kita harapkan, Insya Allah. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Iya terima kasih. Jadi baik, kalau begitu memang rumusan ini kita hapus saja tetapi dengan satu komitmen

tadi, Pak Dirjen untuk konsultasi ke atasan guna melahirkan apa yang menjadi usulan kita tentang pedoman itu, bila itu dimungkinkan, sangat kami harapkan itu Bapak bisa berkonsultasi dan kalau memang cantolan ini ada, kalau Pak Soenman itu DIM 12 itu memang soal penugasan di kegiatan resmi tetapi kalau itu tidak ada, mohon ini juga bisa dimengerti sebuah aspirasi yang memang berlangsung setiap waktu Pak, kunjungan itu banyak sekali dan jumlah Anggota DPR kan 500-an.

ARSIP D

PR RI

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

308

Jadi masih sebenarnya kalau boleh ini dikatakan disini sehingga saya tidak tahu apakah ini suatu bentuk protokol bersama antara Deparlu dengan Sekretariat DPR ini dilakukan khusus mengenai kunjungan DPR ini seperti apa, tentu ini diluar koridor Undang-Undang Keprotokoleran ini kita bisa bangun disitu, kalau ini baik, apa yang disebut cantolan itu tidak ada. Sesuatu yang bisa ditindaklanjuti seperti itu saya kira. Saya pikir seperti itu Bapak-bapak sekalian, dan Ibu bagaimana. Pak Muzzamil masih garuk-garuk itu tanda, kalau memang iya mungkin poin yang kita bahas ya selesai pada malam hari ini, kita tapi yang Bapak sampaikan tadi sangat baik. Terus terang secara pribadi tempatnya memang bukan disini, itu di MD3 itu nanti yang memang secara khusus menyangkut optimalisasi tugas dewan khususnya dalam segi pengawasan itu. Itu sesuatu yang sangat mungkin diatur dan itu akan lebih baik dengan misalnya sejalan dengan meningkatkan citra dewan itu akan sangat berharga. Jangan citra lagi buruk terus simbol-simbolnya lebih mengedepan, itu lebih repot lagi. Bagaimana tidak, inikan menunjukan posisi, inikan kita kayak FBI kalau kita lihat di film-film itu Pak.

Baik, saya pikir demikian untuk poin itu kita hapus ya Pak. WAKIL KETUA/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Yang pertama kami berterima kasih kepada Pemerintah melalui Pak Dirjen, Pak Lutfi, karena

ini akan dikonsultasikan. Dan saya tadi mengatakan bahwa kita tidak musti memaksakan disini, karena ada kita punya Tatib DPR, kita akan ada perubahan, sekarang sedang dirancang perubahan Undang-Undang Nomor : 27 Tahun 2009 tentang MD3 itu sangat mudah bisa mengerti. Tapi yang saya sampaikan tentang kesesuaian kesejalanan antara protokol dengan pengaturan kita nanti. Itu yang pertama.

Yang kedua, saya juga apresiasi pada humble Pak Dirjen tadi mengenai akan dikonsultasikan sehingga ini mungkin saja akan ada, ini kan soal kesepahaman kita saja tentang pasal-pasal mau kita tambah atau dikurangi, tetapi tentu dengan koridor tertentu. Saya kira dua catatan itu saja Pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Iya saya kira kita setuju untuk mendrop penjadwalan pasal tentang pengaturan keprotokolan

kunjungan presiden dan wakil presiden keluar negeri ya Bapak sekalian. Bisa saya tetapkan ya? (RAPAT: SETUJU)

Terima kasih. Dengan demikian maka kita sudah menyelesaikan pembahasan pasal-pasal didalam Panja ini

dan segera setelah ini penjelasan umum dan penjelasan pasal akan dibahas di dalam Timus. Saya dapat jadwal dari Sekretariat pada hari Selasa, tanggal 24 sampai dengan 26 Agustus 2010 Pak di tempat ini juga Novotel Bogor. Itu Pak. Tidak apa-apa kita nancap di Bogor. Silakan Pak.

F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Terkait dengan pasal-pasal yang kita serahkan pengaturan lebih lanjut di PP tadi Pak, yang

saya lihat di Pasal 9, 10, 11 lalu ada DIM 193 kita sudah sebut disini Pasal 34 tentang ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan keprotokolan terhadap tamu negara, tamu pemerintahan dan atau tamu lembaga negara lainnya diatur ini dengan Peraturan Pemerintah. Kalau kita ingin satu inikan berarti

ARSIP D

PR RI

Page 30: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

309

semua diubah ya Pak dalam Peraturan Pemerintah baik di 9, 10, 11 maupun yang di DIM 193 yang tamu luar negeri termasuk yang tadi cuaca berubah segala macam tadi dalam hal tadi berarti kan ada tiga itu, ini saya kira perlu diperbaiki. Kalau tiga-tiganya kita serahkan kepada Peraturan Pemerintah bahasanya dari pihak Pemerintah perlu diedit kembali Pak. 9, 10, 11 tadi tinggal berubah dengan rumusnya mana, “dengan” menjadi “dalam”. DIM 193 juga begitu, itu saja. Selesai itu ya kayaknya selesai semua.

KETUA RAPAT: Tata buku yang penting Pak, Saya kira apa yang disampaikan Pak Muzzamil, Tim Sekretariat

sudah mencatat dimana tempat-tempat atau pasal-pasal yang memang perlu penjelasan dan segera memang setelah Timus terbentuk bisa dirumuskan penjelasan pasal-pasal tersebut dan kita bisa membahas pada tanggal 24 dan 26 nantinya. Ini sekaligus memberikan suatu perintah kepada fraksi-fraksi juga menyerahkan orangnya, menyodorkan nama-nama sebagai Anggota Timus kepada, menurut ketentuan sebanyak 15 orang setengah dari Panja kita ini, tentu berharap Pak Muzzamil tetap masuk di Timus supaya terjaga betul tata letak dan tata ininya.

Baik, Bapak Ibu sekalian sebelum saya menutup ini, saya ingin memberikan kesempatan kepada Pemerintah untuk menyampaikan closing remarks pada pertemuan atau rapat kita kali ini, saya persilakan kepada Pak Dirjen. Terima kasih.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Pimpinan, Anggota Dewan, Hadirin yang saya hormati, Tibalah kita pada saat akhir dari sesi kita hari ini, tentunya dengan ucapan alhamdulillah kita

telah berhasil membahas dan melaksanakan tugas-tugas kita yang tentunya kita upayakan secara maksimal dan kita mengakui dan mencatat, bahwa kita mencapai kemajuan-kemajuan yang cukup signifikan dan tentunya ini adalah hasil kerja kita bersama.

Namun demikian masih ada hal-hal pending yang perlu kita rampungkan dan tentunya dengan niat dan keinginan yang baik untuk memberi komitmen agar hal-hal yang masih pending itu bisa kita selesaikan dan rampungkan secara baik. Dengan demikian rancangan undang-undang yang kita bahas bisa berhasil menjadi undang-undang.

Oleh karena itu atas nama pihak Pemerintah menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya atas Pimpinan dan seluruh Anggota Dewan yang hadir serta seluruh hadirin yang ikut terlibat dalam kegiatan dengan upaya dan kerja keras sehingga hal ini kita bisa selesaikan sampai hari ini, dengan harapan agar ke depan kita semua bisa menyelesaikan dengan tepat waktu. Jika ada hal-hal yang tentunya kurang berkenan selama interaksi kita dalam sesi ini, dalam beberapa hari terakhir tentunya kita masih manusia biasa, atas nama kawan-kawan dan rekan-rekan sekalian dari pihak Pemerintah mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Sekian dan terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terima kasih pada Pak Dirjen, Pak Pemerintah, dan demikian juga kami dari Pimpinan

menyampaikan rasa terima kasih kepada mitra Pemerintah, yang telah dengan konsisten ikut

ARSIP D

PR RI

Page 31: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-024449-1316.pdfTahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA

310

membahas RUU ini sejak awal sampai hari ini dan kami merasa benar-benar dalam suasana kerjasama yang sangat baik dan banyak hal yang bisa dijelaskan kepada kami mengenai subyek yang kita bahas pada rapat kali ini, tentu juga memberikan suatu inspirasi bahwa dalam aktivitas keprotokoleran ini bisa ditimbulkan suatu disiplin dan suatu kebiasaan baik yang tentu saja bisa berdampak terhadap membaiknya citra lembaga dari Dewan Perwakilan Rakyat ini. Tentu ini suatu kesadaran baru dari kami yang kami dapatkan dalam proses pembahasan RUU Keprotokoleran ini. Dan mewakil seluruh Anggota dan juga mewakili diri saya sendiri untuk minta maaf kalau ada kata-kata yang kurang tepat dalam memimpin sidang kita pada saat ini dan mudah-mudahan itu kalau ada yang baik itu datangnya dari Allah SWT, kalau ada yang buruk itu datangnya dari diri sendiri. Ini dibisikan oleh senior saya untuk mengatakan hal yang seperti ini dalam rangka politik pencitraan, sejak beberapa tahun ini sebagai politisi sangat sadar dengan pencitraan karena banyak contoh.

Oleh karena itu Pak Lutfi dan seluruh rekan-rekan jajaran Pemerintah beserta seluruh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati maka perkenankan saya untuk bisa menutup rapat kita pada malam hari ini secara resmi.

RAPAT DITUTUP PUKUL 22.48 WIB

Jakarta, 20 Agustusi 2010 a.n. KETUA PANSUS

RUU TENTANG PROTOKOL SEKRETARIS RAPAT,

ttd DRS. BUDI KUNTARYO

NIP. 19630122 199103 1 001

ARSIP D

PR RI