deskriptif statistik pendidikan madrasah · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi b...

16
DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH

Upload: tranquynh

Post on 29-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH

Page 2: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

Deskriptif Statistik

Pendidikan Madrasah

A. Lembaga

Jenis Lembaga yang didata antara

lain RA, MI, MTs, MA dan Pengawas

Madrasah. Jumlah lembaga yang

terdata sebanyak 19.762 RA, 21.529

MI, 13.292 MTs, dan 5.648 MA yang

tersebar di 33 propinsi di Indonesia.

Tahun ini jumlah lembaga negeri

mengalami peningkatan diakibatkan

adanya beberapa jumlah lembaga

swasta yang dinegerikan. Sekarang

jumlah MIN menjadi 1.662, MTsN

sebanyak 1.384, dan MAN sebanyak

735. Jumlah tersebut belum seluruhnya

karena masih menunggu SK Menag,

tentang lembaga penegerian baru yang

belum terbit sampai tulisan ini

diturunkan.

Grafik 1.1. Jumlah RA, MI, MTs, MA, dan

Pengawas

Sementara jika dilihat dari status

lembaga baik negeri maupun swasta,

memang secara rerata diatas 85%

merupakan lembaga swasta, apalagi

untuk tingkat RA, belum ada lembaga

RA yang dinegerikan.

MIN; 1.662

MIS; 19.867

MTsN; 1384

MTsS; 11908

MAN; 735

MAS; 4913

Jumlah MI, MTs, MA Berdasarkan Status

Grafik 1.2. Jumlah MI, MTs, dan MA Berdasarkan

Status

Sementara untuk RA, ternyata

sebanyak 102 atau 0,5% berstatus

Pembina, 2.620 atau 13,3% berstatus

Inti, 7.151 atau 36,2% berstatus

Reguler. Sementara sebanyak 9.889

atau 50,0% berstatus lainya. Hanya

memang perlu pengkajian lebih lanjut

tentang status lainnya tersebut,

mengingat keterbatasan formulir yang

disebarkan, status tersebut perlu

diuraikan lebih terinci.

RA; 19.762 MI; 21.529

MTs; 13.292

MA; 5.648 Pengaw as; 5.653

Jumlah RA, MI, MTs, MA dan Pengawas

Halaman : 1

Page 3: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

Grafik 1.3.

Jumlah RA Berdasarkan Status

Jumlah lembaga MI berdasarkan

akreditasi ternyata, sebagian besar

berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342

atau 43,4%, kemudian disusul lembaga

dengan akreditasi C sebanyak 6.242

atau 28,9%, sementara hanya sebanyak

1.873 atau 8,7% yang terakreditasi A.

Sementara hanya 4.072 atau 18,9%

lembaga yang belum terakreditasi.

Grafik 1.4. Jumlah MI Berdasarkan Akreditasi

Jumlah MTs Berdasarkan

akreditasi, juga nampak demikian

seperti MI. Jumlah Lembaga yang

terakreditasi B sebanyak 5.232 atau

39,4%, kemudian jumlah lembaga yang

terakreditasi C sebanyak 3.536 atau

26,6%, sementara yang berakreditasi A

hanya sebanyak 1.219 atau 9,2%.

Sementara jumlah lembaga yang belum

terakreditasi baik A, B, maupun C

sebanyak 3.305 atau 24,8%.

Grafik 1.5. Jumlah MTs Berdasarkan Akreditasi

Kondisi yang mirip juga nampak

pada data akreditasi MA, sebanyak

1.794 atau 31,8% terakreditasi B,

selanjutnya sebanyak 1.540 atau 27,2%

terakreditasi C, sementara yang

terakreditasi A hanya sebanyak 429

atau 7,6% saja. Sementara yang belum

terakreditasi sebanyak 1.885 atau

33,3%.

Berdasarkan paparan diatas

ternyata masih banyak pekerjaan yang

harus lebih ditingkatkan dari Direktorat

madrasah berkaitan dengan akreditasi.

Ternyata secara rerata madrasah di

Indonesia yang memiliki akreditasi A

dibawah 10%. Ini tentunya

Jumlah RA Berdasarkan Status

Lainny a; 9.889 ; 50,0%

Reguler; 7.151 ; 36,2%

Inti; 2.620 ; 12,3%

Pembina ; 102; 0,5%

Jumlah MTs Berdasarkan Akreditasi

Belum; 3.305; 24,9%

C; 3.536 ; 26,6%

A; 1.219 ; 9,2%

B; 5.232 ; 39,4%

Jumlah MI Berdasarkan Akreditasi

Belum; 4.072; 18,9%

C; 6.242 ; 29,0%

A; 1.873 ; 8,7%

B; 9.342 ; 43,4%

Halaman : 2

Page 4: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

membutuhkan manajemen tata kelola

yang baik sehingga nantinya akan lebih

banyak madrasah yang memiliki

akreditasi A, sehingga dengan

sendirinya akan membentuk citra

madrasah itu sendiri di masyarakat.

Grafik 1.6. Jumlah MA Berdasarkan Akreditasi

B. Peserta Didik (Siswa)

B.1. Jumlah Siswa Total

Jumlah total Siswa Tahun

Pelajaran 2008/2009 sebanyak

7.073.370 orang yang tersebar mulai

dari RA sampai dengan MA. Dari

jumlah tersebut, jumlah siswa RA

sebanyak 824.047 atau 11,6%,

kemudian sebanyak 2.916.227 atau

41,2% siswa MI, 2.437.262 atau 34,5%

siswa MTs, sementara jumlah siswa

MA sebanyak 895.834 atau 12,7%.

Komposisi siswa untuk Madrasah

berdasarkan status, sebanyak 361.491

atau 12,4% merupakan siswa MIN, dan

Siswa MIS sebanyak 2.554.736 atau

87,6%. Sementara untuk jenjang MTs

sebanyak 591.761 atau 24,3% siswa

MTsN, dan sebanyak 1.845.501 atau

75,7% merupakan siswa MTsS. Untuk

jenjang MA, sebanyak 319.011 atau

35,6% siswa MAN, sementara

sebanyak 576.823 atau 64,4% siswa

MAS. Jumlah MA Berdasarkan Akreditasi

Belum; 1.885; 33,4%

C; 1.540 ; 27,3%

A; 429 ; 7,6%

B; 1.794 ; 31,8%

MIN; 361.491

MIS; 2.554.736

MTsN; 591.761

MTsS; 1.845.501

MAN; 319.011 MAS; 576.823

Jumlah Siswa MI, MTs, MA

Grafik 1.7. Jumlah Siswa MI, MTs, MA

Dari paparan diatas nampaklah

bahwa jumlah siswa madrasah swasta

berbanding lurus dengan jumlah

lembaga yang berstatus swasta. Hal ini

menyatakan bahwa kontribusi lembaga

swasta sangat berarti di dunia

pendidikan agama dan keagamaan

islam. Ini perlu dicermati agar kualitas

atau mutu lembaga tersebut dapat terus

termonitor.

B.2. Jenis Kelamin Siswa

Komposisi siswa berdasarkan

jenis kelamin adalah sebagai berikut:

untuk jenjang RA sebanyak 415.571

orang atau 50,4% merupakan siswa

laki-laki, dan sebanyak 408.476 orang

Halaman : 3

Page 5: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

atau 49,6% siswa perempuan. Untuk

jenjang MI, sebanyak 1.501.863 orang

atau 51,5% berjenis kelamin laki-laki,

dan sebanyak 1.414.364 orang atau

48,5% merupakan siswa perempuan.

Jenjang MTs komposisi siswa laki-laki

dan perempuan juga hampir berimbang,

sebanyak 1.198.562 orang atau 49,2%

merupakan siswa laki-laki dan sebanyak

1.238.700 orang atau 50,8% merupakan

siswa perempuan. Sementara untuk

jenjang MA, sebanyak 409.801 orang

atau 45,7% merupakan siswa laki-laki,

dan sebanyak 486.033 orang atau

54,3% siswa perempuan. Secara

keseluruhan komposisi siswa

berdasarkan jenis kelamin untuk

jenjang RA sampai dengan MTs hampir

berimbang, kondisi yang agak berbeda

terdapat pada jenjang MA, dimana

jumlah siswa perempuan lebih banyak

dibanding jumlah siswa laki-laki. Hal

ini diperlukan penelusuran dan analisis

lebih lanjut agar didapatkan jawaban

yang tepat, mengapa pada jenjang MA,

siswa perempuan lebih banyak

dibanding siswa laki-laki.

415.571 408.476

1.501.863 1.414.364

1.198.562 1.238.700

409.801486.033

LK Pr LK Pr LK Pr LK Pr

RA MI MTs MA

Jumlah Siswa Berdasarkan Gender

Grafik 1.8. Jumlah Siswa Berdasarkan Gender

B.3. Rombel, dan APK

Jumlah rombel untuk jenjang RA

adalah sebanyak 49.107 dengan jumlah

siswa sebanyak 824.047 orang,

sehingga diketahui rasio rombel:siswa

sebanyak 1:17. Jumlah rombel untuk

jenjang MI sebanyak 133.676 dengan

jumlah siswa sebanyak 2.916.227

orang, sehingga rasio rombel:siswa

sebanyak 1:22. Untuk jenjang MTs,

jumlah rombel sebanyak 71.531 dengan

jumlah siswa sebanyak 2.437.262

orang, rasio rombel:siswa adalah 1:34.

Sementara untuk jenjang MA, jumlah

rombel sebanyak 13.909 dengan jumlah

siswa sebanyak 895.834 orang, sehingga

rasio rombel:siswa adalah 1:64.

Sementara komposisi rasio

rombel:siswa berdasarkan status

madrasah negeri maupun swasta adalah

sebagai berikut: untuk MIN sebesar

1:28; MIS sebesar 1:21; MTsN sebesar

Halaman : 4

Page 6: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

1:38; MTsS sebesar 1:33; MAN

sebesar 1:35; dan MAS sebesar 1:117.

Paparan diatas ternyata terdapat

hal yang cukup menarik, bahwa rasio

rombel:siswa untuk tingkat MAS

memiliki perbandingan sebesar 1:117,

dan jika dilihat lebih mikro lagi atau

sebaran per propinsi, perbandingan

yang memiliki nilai diatas 100 antara

lain propinsi Aceh, Sumut, Lampung,

DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim,

Banten, NTB, Kalbar, dan Kalsel. Hal

ini perlu didalami atau cross check ulang

terhadap data yang di suplai dari

propinsi tersebut.

Nilai APK untuk RA sebesar

6,81, sementara untuk MI sebesar

11,00, MTs sebesar 18,70 dan MA

sebesar 6,87. Dari nilai APK tersebut

nampak bahwa minat masyarakat

terhadap madrasah semakin besar dari

jenjang RA sampai dengan MTs, akan

tetapi pada jenjang MA terlihat turun

sangat drastis. Hal ini perlu dicari

terobosan-terobosan yang lebih inovatif

agar nilai jual MA menjadi semakin

baik, sehingga pandangan masyarakat

terhadap MA menjadi semakin baik

dan masyarakat tertarik menyekolahkan

anaknya di tingkat MA. Namun hal ini

perlu penelurusan dan pendalaman

lebih lanjut.

Grafik 1.9. Nilai APK MI, MTs, MA

B.4. Pengulang

Peningkatan kualitas peserta didik

secara gender perlu mendapat perhatian

khusus, berdasarkan data yang ada

dapat dipaparkan bahwa secara rata-

rata siswa pengulang untuk jenis

kelamin perempuan lebih kecil di

banding dengan siswa laki-laki. Hal ini

terjadi di tingkat MI, MTs maupun MA

baik itu di madrasah negeri maupun

swasta (lihat tabel 1.06.1 sampai

dengan tabel 1.06.3). Secara persentase

nilai pengulang siswa perempuan

untuk MIN sebesar 5.778 orang atau

1,6%, sementara untuk pengulang

siswa laki-laki sebesar 7.150 atau

2,0%. Jenjang MIS memiliki siswa

pengulang perempuan sebanyak 28.644

orang atau 1,1%, sementara siswa laki-

laki sebanyak 36.715 orang atau 1,4%.

Jumlah siswa pengulang untuk

jenjang MTsN sebesar 6.031 atau 1,0%

dari jumlah siswa total sebanyak

591.761 orang. Jumlah tersebut

APK

MTs; 18,70

MI; 11,00

RA; 6,81

MA; 6,87

Halaman : 5

Page 7: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

sebanyak 3.534 orang adalah siswa

laki-laki, sementara sebanyak 2.497

orang pengulang adalah siswa

perempuan. Untuk tingkat MTsS

sebanyak 27.317 orang atau 1,5% dari

total siswa sebanyak 1.845.501

merupakan siswa pengulang. Dari

sebanyak 27.317 orang ternyata

sebagian besar adalah siswa laki-laki

sebagai pengulang dengan volume

sebanyak 16.130 orang. Sisanya dengan

jumlah sebanyak 11.187 orang

nerupakan siswa perempuan sebagai

pengulang.

Untuk jenjang MAN jumlah siswa

pengulang sebanyak 759 orang atau

0,2% dari jumlah siswa total sebanyak

319.011 orang. Dari jumlah tesebut

sebanyak 486 orang merupakan siswa

pengulang laki-laki, sementara

sebanyak 273 orang merupakan siswa

pengulang perempuan. Sementara

untuk jenjang MAS sebanyak 1.857

orang atau 0,3% dari total siswa siswa

merupakan siswa pengulang. Dari

jumlah tersebut sebanyak 1.206 orang

merupakan siswa pengulang laki-laki,

sisanya sebanyak 651 orang merupakan

siswa pengulang perempuan.

43.865 34.422

19.66413.684

1.692 924

LK Pr LK Pr LK Pr

MI MTs MA

Jumlah Siswa Pengulang Berdasarkan Gender

Grafik 1.10. Siswa Pengulang Berdasarkan Gender

Berdasarkan data pengulang yang

dipaparkan diatas ternyata sebagian

besar siswa pengulang adalah siswa

laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa

kualitas siswa laki-laki perlu mendapat

perhatian lebih khusus lagi, sehinga

jumlah pengulangnya bisa lebih

diperkecil. Secara keseluruhan kualitas

siswa madrasah sudah lebih baik

mengingat secara rata-rata jumlah siswa

pengulang maksimal hanya 3,6% dari

jumlah siswa total.

Siswa pengulang jenjang MI perlu

perhatian ekstra dimana secara

persentase jumlah mereka lebih besar

dibanding jenjang MTs, maupun MA.

Perlu kajian mendalam apakah metode

yang digunakan untuk kegiatan belajar

mengajar di tingkat MI sudah tepat,

atau perlu inovasi baru agar para siswa

mampu menyerap apa yang diajarkan

oleh para guru.

Halaman : 6

Page 8: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

B.5. Drop Out (DO)

Jumlah siswa drop out untuk

tingkat MI sebanyak 12.161 orang.

Dari jumlah tersebut sebanyak 983 atau

0,3% dari total siswa 361.491 orang

merupakan siswa drop out di jenjang

MIN. Dari jumlah tersebut untuk

jenjang MIN ternyata sebanyak 569

orang merupakan siswa drop out laki-

laki, sementara sebanyak 414 orang

siswa drop out perempuan. Sementara

untuk jenjang MIS sebanyak 11.178

orang atau 0,4% dari jumlah siswa total

siswa MIS merupakan siswa drop out.

Dari jumlah siswa drop out di tingkat

MIS ternyata sebanyak 6.881 orang

merupakan siswa drop out laki-laki,

sisanya sebanyak 4.297 orang

merupakan siswa drop out perempuan.

Secara umum siswa laki-laki di jenjang

MI baik untuk status negeri maupun

swasta lebih mendominasi tingkat drop

out siswa dibandingkan dengan siswa

perempuan.

Sementara untuk jenjang MTs

total jumlah siswa yang terkena drop out

sebanyak 18.723 orang. Dari jumlah

tersebut sebanyak 4.783 orang atau

0,8% dari jumlah total sebanyak

591.761 orang merupakan siswa drop

out untuk MTsN. Dari jumlah tersebut

sebanyak 3.499 orang merupakan

siswa laki-laki, dan sebanyak 1.284

orang merupakan siswa perempuan.

Untuk tingkat MTsS sebanyak 13.940

orang atau 0,8% dari jumlah total siswa

sebanyak 1.845.501 orang adalah siswa

drop out. Jumlah tersebut di tingkat

MTsS sebanyak 8.935 orang merupakan

siswa laki-laki yang terkena drop out,

sementara sebanyak 5.005 orang

merupakan siswa perempuan drop out.

Data diatas untuk jenjang MTs baik

untuk negeri maupun swasta ternyata

jumlah siswa drop out lebih didominasi

oleh siswa laki-laki dibandingkan

dengan siswa perempuan.

Untuk jenjang MA total siswa

yang terkena putus sekolah atau drop out

sebanyak 4.290 orang. Jumlah siswa

putus sekolah di tingkat MAN sebanyak

948 orang atau 0.3% dari total siswa

MAN sebanyak 319.011 orang.

Jumlah siswa putus sekolah di tingkat

MAN ternyata didominasi oleh siswa

laki-laki, yaitu sebanyak 566 orang dan

siswa perempuan sebanyak 382 orang.

Sementara untuk MAS jumah siswa

putus sekolah sebanyak 3.342 orang

atau 0,6% dari jumlah siswa sebanyak

576.823 orang. Dari jumlah jumlah

tersebut ternyata siswa laki-laki lebih

banyak terkena drop out yaitu sebanyak

1.883 orang dan siswa perempuan

sebanyak 1.459 orang.

Berdasarkan data drop out yang

dipaparkan diatas ternyata sebagian

besar siswa drop out adalah siswa laki-

laki. Hal ini menunjukan bahwa

Halaman : 7

Page 9: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

kualitas siswa laki-laki perlu mendapat

perhatian lebih khusus lagi, sehingga

jumlah pengulangnya bisa lebih

diperkecil. Kemungkinan yang lain

adalah perubahan-perubahan nilai-nilai

dan cara pandang masyarakat itu

sendiri bahwa anak perempuan juga

memerlukan pendidikan sampai dengan

jenjang pendidikan yang lebih tinggi

sehingga sangat berguna untuk bekal

anak tersebut dimasa mendatang yang

penuh dengan tantangan-tantangan

kehidupan.

Grafik 1.11. Siswa DO Berdasarkan Gender

Berdasarkan diagram atau grafik

1.10. diatas, ternyata terdapat

fenomena yang menarik dimana jumlah

siswa putus sekolah atau drop out

cenderung tinggi di tingkat MTs,

terutama MTsN. Hal ini dimungkinkan

karena faktor ekonomi orangtua yang

sudah tidak dapat mendukung untuk

pembiayaan pendidikan siswa yang

bersangkutan. Ini baru dugaan penulis,

perlu diteliti lebih mendalam lagi,

faktor-faktor pemicu timbulnya siswa

putus sekolah di tingkat MTs.

B.6. Siswa Tamat Belajar

Siswa RA yang telah

menyelesaikan masa pendidikannya

ternyata sebanyak 51,5% lulusannya

melanjutkan ke jenjang SD, sementara

yang melanjutkan ke jenjang MI

sebanyak 39,8%. Ternyata dari data

tersebut orangtua siswa lebih cenderung

memilih SD sebagai pendidikan

lanjutan dibandingkan dengan MI. Hal

ini perlu mendapat perhatian agar

kualitas MI lebih ditingkatkan dan

perlunya sosialisasi tentang MI di

khalayak luas agar masyarakat

mendapat informasi yang jelas tentang

MI baik dari segi kualitas kurikulum

pendidikan maupun SDM Tenaga

Pengajarnya. Sosialisasi ini diharapkan

dapat menarik minat masyarakat luas

untuk menyekolahkan anaknya di

jenjang MI.

7.450 4.711

12.434

6.289

2.449 1.841

LK Pr LK Pr LK Pr

MI MTs MA

Jumlah Siswa DO Berdasarkan Gender

Saat ini Ditjen Pendidikan Islam

sedang gencar mengadakan pencitraan

terhadap Madrasah di berbagai media,

salah satunya di salah satu stasiun

televisi swasta nasional. Kegiatan ini

bertujuan seperti yang penulis paparkan

diatas. Semoga apa yang sudah

dilaksanakan oleh Ditjen Pendidikan

Islam berdaya dan berhasil guna.

Halaman : 8

Page 10: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

Grafik 1.12. Keberadaan Lulusan Siswa RA

Sementara untuk kondisi tamatan

belajar tingkat MI, MTs, dan MA

dinilai berdasarkan jumlah siswa yang

lulus Ujian Nasional (UN). Secara

rerata berdasarkan data yang masuk ke

Bagian Perencanaan dan Data, jumlah

siswa yang lulus UN diatas 95% dari

total peserta UN yang ada di semua

level, baik MI, MTs, maupun MA.

Secara persentase jumlah siswa

yang lulus UN/UASBN berdasarkan

gender siswa laki-laki sedikit lebih besar

di banding siswa perempuan untuk level

MI dan MTs. Sementara untuk level

MA tingkat kelulusan siswa perempuan

sedikit lebih besar di banding siswa laki-

laki. Hal ini perlu penelitian lebih

mendalam, mengapa untuk level MI,

dan MTs siswa laki-laki lebih besar

tingkat kelulusannya dibanding siswa

perempuan, sementara untuk level MA

justru kondisi sebaliknya yang terjadi.

Ini mungkin faktor psikis yang menjadi

kendala, berdasarkan penelitian yang

pernah di lakukan, manakala siswa

perempuan semakin tinggi level

belajarnya, maka akan semakin tinggi

pula minat untuk belajar secara tekun,

serta lebih berkonsentrasi dan lebih

bertanggungjawab dalam membagi

waktu untuk kehidupannya.

Keberadaan Lulusan Siswa RA

Tdk Diketahui;

24.883 ; 7,7%

MI; 128.267 ; 39,8%

SD; 165.965; 51,5%

Mengutip pernyataan Dra Rose

Mini AP MPsi, seorang Psikolog dari

UI, prestasi itu sebenarnya ditentukan

oleh banyak hal, diantaranya nature,

nurture, budaya. Jadi faktor prestasi itu

ditentukan oleh faktor yang kompleks.

Berdasarkan pernyataan diatas maka

menjadi suatu penelitian yang menarik

berdasarkan paparan data diatas.

Persentase Kelulusan Siswa MI, MTs, MA Berdasarkan Hasil UN/UASBN

Persentse Kelulusan 95,4% 95,5% 96,4% 96,8% 97,3% 97,1%

Lk Pr Lk Pr Lk Pr

MI MTs MA

Grafik 1.13. Kelulusan Siswa MI, MTs, MA

C. Personal Lembaga Pendidikan.

C.1. Kepala Lembaga Pendidikan.

Jumlah Kepala RA sebanyak

19.762 orang memimpin RA sebanyak

19.762 lembaga. Dari jumlah tersebut

bila dilihat dari latar belakang

pendidikan atau kualifikasi pendidikan

Halaman : 9

Page 11: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

sebanyak 73,9% atau 14.613 orang

memiliki jenjang pendidikan belum S1,

sebanyak 25,6% atau 5.065 orang

berpendidikan S1, dan sisanya sebanyak

84 orang atau 0,4% berpendidikan S2.

Grafik 1.14. Latar Belakang Pendidikan Kepala RA

Dari Grafik diatas terlihat bahwa

masih banyak sekali Kepala RA yang

berlatar belakang pendidikan belum S1,

hal ini perlu perhatian dan dorongan

dari pemerintah agar para Kepala RA

tersebut minimal memiliki pendidikan

minimal S1, dikarenakan hal ini

berkaitan dengan skill individu tersebut

untuk manajemen tata kelola lembaga

agar lebih baik.

Latar Belakang Pendidikan

Kepala MIN sebanyak 367 orang atau

22,1% berpendidikan kurang dari S1,

dan sebanyak 85 orang atau 5,1%

berpendidikan S2. Sementara sebagian

besar Kepala MIN berpendidikan S1,

yaitu sebanyak 1.210 orang atau

72,8%. Sementara untuk Kepala MIS

sebagian besar berpendidikan kurang

dari S1, yaitu sebanyak 11.270 orang

atau 56,7%, sebanyak 8.363 orang atau

42,1% berpendidikan S1, dan sisanya

sebanyak 234 orang atau 1,2%

berpendidikan minimal S2.

Grafik 1.15. Latar Belakang Pendidikan Kepala MI

Dari Grafik diatas ternyata

terdapat kondisi atau fenomena yang

menarik. Kondisi tersebut adalah bila

pada MIN, latar belakang pendidikan

Kepala MIN yang belum S1 memiliki

jumlah yang jauh lebih kecil

dibandingkan dengan yang memiliki

latar belakang pendidikan minimal S1.

Kondisi sebaliknya terjadi di MIS,

bahwa Kepala MIS yang memiliki latar

belakang minimal S1 jauh lebih kecil

dibandingkan dengan yang berlatar

pendidikan kurang dari S1. Ini berarti

bahwa pemerintah harus lebih

memperhatikan sektor swasta, karena

hal ini berkaitan dengan sumber daya di

MI sektor swasta jauh lebih besar

daripada MIN, dalam kata lain

pemerintah tidak boleh

Latar Belakang Pendidikan Kepala RA

< S1; 14.613 ; 73,9%

5.065 ;S1; 25,6%

S2; 84 ; 0,4%

Kualifikasi Kepala MI

Series1 367 1.295 11.270 8.597

< S1 ≥ S1 < S1 ≥ S1

MIN MIS

Halaman : 10

Page 12: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

“menganaktirikan” sektor swasta,

karena kontribusinya yang begitu besar

di dunia pendidikan islam.

Untuk jenjang MTsN, sebanyak

74 orang atau 5,3% Kepala MTsN

masih berlatar belakang kurang dari S1,

sedangkan sebagian besar sudah

berkualifikasi S1 sebanyak 1.021 orang

atau 73,8%, sedangkan sebanyak 289

orang atau 20,9% berkualifikasi S2.

Sementara untuk MTsS, sebanyak

3.268 orang atau 27,4% berkualifikasi

kurang dari S1, 8.136 orang atau

68,3% berkualifikasi S1, dan selebihnya

sebanyak 504 orang atau 4,3%

berkualifikasi minimal S2.

Grafik 1.16. Latar Belakang Pendidikan Kepala MTs

Berdasarkan Grafik diatas, perlu

adanya dorongan dari pemerintah agar

para Kepala MTs yang belum

berpendidikan minimal S1, agar segera

meningkatkan kualifikasinya mengingat

tantangan dunia pendidikan ke depan

jauh lebih besar, sehingga harus

dipimpin oleh seorang individu yang

mumpuni secara skill.

Untuk jenjang MAN, sebanyak 21

orang atau 2,9% Kepala MAN

berkualifikasi kurang dari S1, 494

orang atau 67,2% berkualifikasi S1, dan

sebanyak 220 orang atau 29,9%

berkualifikasi minimal S2. Sementara

untuk MAS sebanyak 669 orang atau

13,6% berkualifikasi kurang dari S1,

3.799 orang atau 77,3% berkualifikasi

S1, dan sisanya sebanyak 445 orang

atau 9,1% berkualifikasi minimal S2.

Terdapat data yang menarik untuk

disimak, bahwa untuk MAS ternyata

memiliki Kepala Madrasah yang

berpendidikan S3, sementara MAN

tidak satupun Kepala MAN yang

berpendidikan S3. Hal ini perlu

perhatian dari pemerintah agar

Kualifikasi Kepala MAN tidak kalah

dari Kepala MAS.

Kualifikasi Kepala MTs

Series1 74 1.310 3.268 8.640

< S1 ≥ S1 < S1 ≥ S1

MTsN MTsS

Kualifikasi Kepala MA

Series1 21 714 669 4.244

< S1 ≥ S1 < S1 ≥ S1

MAN MAS

Grafik 1.17. Latar Belakang Pendidikan Kepala MA

Halaman : 11

Page 13: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

Berdasarkan Grafik diatas, kondisi

ini hampir mirip dengan kondisi di level

MTs, jadi sekiranya menurut penulis

apa yang mesti dilakukan adalah hal

yang sama seperti perlakuan pada para

Kepala MTs.

C.2. Pendidik (Guru).

Jumlah Pendidik di jenjang RA

sebanyak 86.859 orang dengan

komposisi berdasarkan kualifikasi

pendidikan, sebanyak 71.174 atau

81,9% berkualifikasi kurang dari S1,

dan sisanya 15.685 orang atau 18,1%

berkualifikasi minimal S1. Sementara

jika dilihat dari Status Kepegawaian,

mayoritas sebanyak 81.009 atau 93,3%

berstatus Non PNS. Sementara hanya

sebagain kecil saja yang berpredikat

PNS, yakni sebanyak 5.850 atau 6,7%.

Jika ditinjau dari Kategori gender, maka

sebanyak 80.700 atau 92,9% berjenis

kelamin perempuan, sementara 6.159

atau 7,1% berjenis kelamin laki-laki.

Hal ini sudah lumrah karena secara

psikologis perempuan lebih dekat

dengan dunia anak-anak usia dini.

Berdasarkan data diatas

nampaknya, Pemerintah melalui Ditjen

Pendis memiliki banyak pekerjaan

antara lain sebisa mungkin

mengkondisikan agar para Pendidk

(Guru) di RA, paling tidak memliki

pendidikan minimal S1. Hal ini

berkaitan dengan pemberian tunjangan

profesi, dimana syarat untuk

mendapatkan tunjangan profesi adalah

pendidikan Pendidik (Guru) minimal

adalah S1 atau D4 dan mengikuti

pendidikan profesi agar mendapatkan

sertifikat pendidikan (Undang-undang

No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, pasal 9)

Data Pendidik RA

Series1 5.850 81.009 71.174 15.685 6.159 80.700

PNS Non PNS < S1 ≥ S1 Lk Pr

Status Kepegaw aian Pendidikan Formal Gender

Grafik 1.18. Data Pendidik RA

Untuk Jenjang MI, jumlah

Pendidik (Guru) sebanyak 38.872

orang atau 16,9% berstatus PNS,

sementara sebagian besar berstatus Non

PNS sebanyak 191.113 atau 83,1%.

Jika dilihat berdasarkan kualifikasi

pendidikan, maka sebanyak 161.867

orang atau 70,4% berkualifikasi kurang

dari S1, sisanya sebanyak 68.118 orang

atau 29,6% berkualifikasi minimal S1.

Sementara berdasarkan gender, maka

sebanyak 114.284 atau 49,7% berjenis

kelamin Laki-laki, selebihnya

sebanyak 115.701 atau 50,3% berjenis

kelamin perempuan. Secara gender

Halaman : 12

Page 14: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

untuk level MI, jumlah guru hampir

sama, sehingga disini terlihat juga

kesetaraan atau tidak ada diskrimnasi

gender untuk menjabat sebagai Guru

MI.

Grafik 1.19.

Data Pendidik MI

Grafik diatas menampakkan

bahwa kondisi yang sama persis seperti

di level RA terjadi di level MI, maka

Ditjen Pendidikan Islam dituntut untuk

bekerja lebih keras lagi.

Pendidik (Guru) jenjang MTs

berjumlah 245.699 orang dengan

40.535 orang atau 16,5% berstatus

PNS, sementara sebanyak 205.164

orang atau 83,5% berstatus Non PNS.

Jika dilihat dari sisi kualifikasi

pendidikan, sebanyak 96.496 orang

atau 39,3% berkualifikasi kurang dari

S1, dan sebanyak 149.203 orang atau

60,7% berkualifikasi pendidikan

minimal S1. Secara gender untuk level

MTs, jumlah Pendidik berjenis kelamin

Laki-laki lebih banyak dibandingkan

dengan Pendidik Perempuan, yakni

sebanyak 132.780 atau 54,0% Laki-laki,

dan sebanyak 112.919 atau 46,0%

Perempuan.

Data Pendidik MTs

Series1 40.535 205.164 96.496 149.203 132.780 112.919

PNS Non PNS < S1 ≥ S1 Lk Pr

Status Kepegaw aian Pendidikan Formal Gender

Data Pendidik MI

Series1 38.872 191.113 161.867 68.118 114.284 115.701

PNS Non PNS < S1 ≥ S1 Lk Pr

Status Kepegaw aian Pendidikan Formal GenderGrafik 1.20.

Data Pendidik MTs

Grafik diatas melukiskan, bahwa

walaupun secara fakta Pendidik (Guru)

MTs yang berpendidikan minimal S1

lebih banyak dibanding dengan yang

belum S1, namun program untuk

peningkatan kualifikasi Pendidik terus

ditingkatkan agar apa yang

diamanatkan di dalam Undang-undang

No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen tercapai dengan baik.

Total Jumlah Pendidik (Guru)

untuk jenjang MA sebanyak 112.793

orang dengan 21.400 orang atau 19,0%

berstatus PNS, sementara selebihnya

sebanyak 91.393 orang atau 81,0%

berstatus Non PNS. Kualifikasi

pendidikan Pendidik (Guru) untuk

tingkat MA sebagian besar sudah

berpendidikan minimal S1 yakni

sebanyak 83.411 orang atau 74,0%,

sementara sisanya berpendidikan

kurang dari S1 sebanyak 29.382 orang

Halaman : 13

Page 15: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

atau 26,0%. Secara gender kondisi Guru

di level MA mirip dengan level MTs,

bahwa Pendidik Laki-laki lebih banyak

dibandingkan dengan Pendidik

Perempuan.

Grafik 1.21. Data Pendidik MA

Grafik diatas melukiskan, bahwa

walaupun secara fakta Pendidik (Guru)

MTs yang berpendidikan minimal S1

lebih banyak dibanding dengan yang

belum S1, namun program untuk

peningkatan kualifikasi Pendidik terus

ditingkatkan agar apa yang

diamanatkan di dalam Undang-undang

No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen tercapai dengan baik.

Secara keseluruhan masih banyak

pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh

Ditjen Pendidikan Islam, mengingat

Program Sertifikasi tersebut seperti

yang diamanatkan di dalam Undang-

undang No. 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen. Berdasarkan data

yang ada, jumlah Pendidik yang sudah

lulus sertifikat sebanyak 30.510.

Kondisi ini menunjukkan bahwa

jumlah tersebut masih jauh dari

harapan, mengingat jumlah Pendidik

yang berpendidikan minimal S1

sebanyak 316.417 orang, apalagi jika

dibandingkan dengan jumlah Pendidik

secara total, meminjam istilah “masih

jauh panggang dari api”.

Data Pendidik MA

C.3. Pengawas Madrasah

Peningkatan mutu pendidikan

telah menjadi komitmen pemerintahan

masa sekarang. Komitmen dan

profesionalisme para tenaga

kependidikan inilah yang akan

menentukan terjadinya perubahan dan

peningkatan mutu pendidikan nasional.

Untuk mendukung kebijakan tersebut

maka salah satu posisi Tenaga

Kependidikan yang strategis adalah

Pengawas Madrasah. Tugas Pengawas

Madrasah adalah mengawasi kinerja

Madrasah.

Series1 21.400 91.393 29.382 83.411 62.105 50.688

PNS Non PNS < S1 ≥ S1 Lk Pr

Status Kepegaw aian Pendidikan Formal Gender

Berdasarkan data yang masuk ke

Bagian Perencanaan dan Data, jumlah

Pengawas Madrasah Tahun Pendidikan

2008/2009 adalah sebanyak 5.653

orang. Komposisi tersebut berdasarkan

gender sebanyak 4.318 atau 76,4%

adalah Laki-laki, sementara sisanya

sebanyak 1.335 atau 23,6%

Perempuan. Sementara data yang

menarik adalah jika dilihat komposisi

berdasarkan usia dan pendidikan

Halaman : 14

Page 16: DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342 atau 43,4%, kemudian disusul lembaga dengan akreditasi C sebanyak

Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009

Halaman : 15

formal. Secara usia ternyata sebanyak

2.315 atau 41,0% berada pada usia

diatas 55 Tahun, dimana di usia ini

sebenarnya sudah memasuki usia

menjelang paripurna tugas sebagai

PNS. Jumlah ini ditengarai adalah

mantan pejabat struktural yang ingin

memperpanjang usia pensiun dengan

cara berganti profesi menjadi pengawas

madrasah. Barangkali tidak sepenuhnya

salah manakala memang sebelumnya

menjabat struktural di bidang yang

berkompeten, akan tetapi akan lebih

baik jika sebaiknya secara profesional,

seorang Pengawas Madarasah bukan

berasal dari ”pengalihan” status profesi.

Sementara jika dilihat berdasarkan

jenjang pendidikan ternyata masih ada

pengawas yang berpendidikan belum

S1, yakni sebanyak 1.060 atau 18,8%.

Hal ini memang menjadi pekerjaan

yang tidak boleh termarjinalkan oleh

Ditjen Pendidikan Islam.

Sementara jika dilihat berdasarkan

rasio atau perbandingan jumlah

Pengawas Madrasah dengan jumlah

lembaga yang dibinanya, maka angka

secara nasional memiliki rata-rata

sebanyak 11. Ini artinya adalah setiap

Pengawas mengampu sebanyak 11

Lembaga Pendidikan Agama Islam.

Data cukup menarik berdasarakn

propinsi maka secara rata-rata propinsi

setiap Pengawas mengampu Lembaga

Pendidikan Agama islam berada pada

selanga antara 2 sampai dengan 18.

Rentang terkecil berada pada Propinsi

Bengkulu, yakni sebanyak 290

Lembaga Pendidikan Agama Islam

dengan jumlah Pengawas sebanyak 134

orang. Sementara rasio terbesar berada

di Propinsi Jawa Tengah dengan

jumlah Lembaga Pendidikan Agama

Islam yang tercatat sebanyak 9.759

dengan jumlah Pengawas sebanyak 531

orang.

Data Pengawas Madrasah

Series1 1.575 1.763 2.315 1.060 4.593 4.318 1.335

≤ 50 51 - 54 ≥ 55 < S1 ≥ S1 Lk Pr

Usia Pendidikan Formal Gender

Grafik 1.22 Data Pengawas Madrasah