deskripsi proses cilacap.docx

30
Deskripsi Proses 1. Fuel Oil Complex (FOC) Fuel oil complex I (FOC I) dibangun pada tahun 1974 dan selesai pada tahun 1976. Kilang ini dirancang oleh Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM), sedangkan kontraktornya adalah Fluor Eastern Inc, dibantu oleh beberapa sub kontraktor Indonesia dan asing. Pada awalnya FOC I dirancang unrtuk mengolah minyak mentah jenis Arabia Light Crude (ALC) dengan kapasitas pengolahan 100.000 barrel per hari.Setelah Debottlenecking Project, FOC I memiliki kapasitas pengolahan 118.000 barrel per - hari atau 16094 TPSD dan juga digunakan mengolah minyak mentah jenis Basrah Light Crude (BLC) dan Iranian Light Crude (ILC). Fuel Oil Complex I (FOC I) yang terletak di area 10 terdiri dari unit - unit proses sebagai berikut : 1.1. Unit 11: Crude Distilling Unit (CDU) CDU berfungsi sebagai pemisah pendahuluan dari minyak mentah menjadi fraksi - fraksinya.Unit ini didesain untuk mengolah Arabian Light Crude (ALC) sebanyak 16094 ton/hari. Dipilihnya crude oil yang berasal dari ALC ini karena dari bottom produknya dapat menghasilkan lube base oil dan asphalt. Pada penukar panas dengan aliran panas berasal dari kolom fraksinasi maka crude mengalami

Upload: debora-septania-purba

Post on 15-Dec-2015

93 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Deskripsi Proses cilacap.docx

Deskripsi Proses

1. Fuel Oil Complex (FOC)

Fuel oil complex I (FOC I) dibangun pada tahun 1974 dan selesai pada tahun

1976. Kilang ini dirancang oleh Shell International Petroleum Maatschappij

(SIPM), sedangkan kontraktornya adalah Fluor Eastern Inc, dibantu oleh beberapa

sub kontraktor Indonesia dan asing. Pada awalnya FOC I dirancang unrtuk

mengolah minyak mentah jenis Arabia Light Crude (ALC) dengan kapasitas

pengolahan 100.000 barrel per hari.Setelah Debottlenecking Project, FOC I

memiliki kapasitas pengolahan 118.000 barrel per - hari atau 16094 TPSD dan

juga digunakan mengolah minyak mentah jenis Basrah Light Crude (BLC) dan

Iranian Light Crude (ILC).

Fuel Oil Complex I (FOC I) yang terletak di area 10 terdiri dari unit - unit proses

sebagai berikut :

1.1. Unit 11: Crude Distilling Unit (CDU)

CDU berfungsi sebagai pemisah pendahuluan dari minyak mentah menjadi fraksi

- fraksinya.Unit ini didesain untuk mengolah Arabian Light Crude (ALC)

sebanyak 16094 ton/hari. Dipilihnya crude oil yang berasal dari ALC ini karena

dari bottom produknya dapat menghasilkan lube base oil dan asphalt. Pada

penukar panas dengan aliran panas berasal dari kolom fraksinasi maka crude

mengalami pemanasan awal yang kemudian dipanaskan lebih lanjut pada dapur

sehingga mencapai temperatur yang dikehendaki. Kemudian crude masuk

kedalam kolom fraksionasi yang dipisahkan menjadi beberapa jenis produk yaitu

produk atas (overhead product), kerosene, light gas oil (LGO), heavy gas oil

(HGO) dan long residue (bottom produk). Cairan yang bergerak ke bawah dilucuti

dengan steam untuk mengambil produk atas yang terbawa arus itu.Sebagian fraksi

naptha, kerosene, dan LGO dikembalikan lagi ke kolom sebagai refluks.

Produk naptha dari CDU ini digunakan sebagai umpan unit Naptha Hydrotreater

(NHT) yang selanjutnya digunakan sebagai umpan Platformer.Produk kerosene

Page 2: Deskripsi Proses cilacap.docx

2

diumpankan ke unit Merox, sedangkan LGO diumpankan ke Unit Hydro

Desulphurizer (HDS).Long Residue dikirim ke storage untuk diolah kembali di

Lube Oil Complex (LOC).

1.2. Unit 12: Naphtha Hydrotreating Unit (NHT)

Unit hydrotreating adalah suatu unit yang berfungsi menghilangkan impuritis

(sulfur, oksigen, nitrogen) yang bisa meracuni katalis pada unit platformer pada

naphtha, dengan direaksikan dengan hidrogen secara katalitik, untuk mengubah

sulfur menjadi H2S yang mudah dipisahkan dari hidrokarbon. Katalis yang

digunakan adalah cobalt - molybdenum dengan carrier alumina (Al2O3) sedang

gas hidrogen diambil dari platforming unit.

1.3. Unit 13: Hydro Desulphurizer (HDS)

Hasil reaksi kemudian dilewatkan pada hot high pressure separator 13V-3 dan

hot low pressure separator 13V-4 dan akan terjadi penguapan sehingga gas H2S

akan terpisah dari hidrokarbon karena adanya perbedaan berat jenis. Hasil keluar

13V-4 diumpankan pada kolom stripper dan kolom drier.Pada kolom

stripperdipakai steam untuk menghilangkan hidrogen sulfidanya dan hidrokarbon

yang mempunyai berat molekul kecil.

Uap dari hot high pressure separator diinjeksikan dengan wash oil untuk

menyerap H2S dan hidrokarbon yang mempunyai berat molekul rendah.

Campuran dan wash oil didinginkan dengan fin-fan dan dimasukan ke cold high

pressure separator untuk memisahkan gas kaya hidrogen dengan cairannya.

Cairannya diuapkan pada coldlow pressure separator 13V-6.

Keaktifan katalis akan menurun karena adanya endapan coke, logam dan

polytropic gum. Untuk mengembalikan daya keaktifan katalis dengan cara

regenerasi yaitu unit ini mempunyai fungsi mengurangi kandungan sulfur dari

LGO dan HGO yang dihasilkan oleh crude distilling unit yaitu LGO stripper 11C-

4, drier 11C-5 dan HGO dari HGO stripper 11C-2, drier 11C-3 dengan gas

hidrogen.

Page 3: Deskripsi Proses cilacap.docx

3

Unit ini dirancang untuk memproses LGO dan HGO dengan kapasitas masing -

masing 2300 ton/hari dengan derajat desulfurisasi untuk HGO lebih rendah.

Proses unit ini dipercepat dengan katalisator Co dan Mo pada Al2O3 yang

merupakan hidrogenasi selektif dengan mengurangi kadarchloride, olefin,

oksigen, sulfur, dan senyawa nitrogen. Proses yang digunakan adalah “Shell

Trickle Hydrodesulfurization Process”.

Sulfur yang terdapat dalam LGO dan HGO dikontakkan dengan hidrogen,

sehingga sulfur terkonversi menjadi hidrogen sulfida (H2S) yang mudah

dipisahkan dari hidrokarbon.

Dari tempat penyimpanan (storage) LGO dan HGO dipompa melalui feed

(effluent) HE 13E-1 A/B/C/D dan masuk furnace dan reactor 13R-1. Sebelumnya

feed dicampur dengan hidrogen dan patformer dan recycle gas. Kandungan sulfur

pada LGO dan HGO diikat oleh hidrogen menjadi H2S yang kemudian di-flare ke

udara.

1.4. Unit 14: Platforming Unit

Platformer adalah suatu proses reforming atau suatu proses konversi dengan

menggunakan katalis yang terdiri dari platina. Unit ini adalah unit yang berfungsi

memperbaiki atau menaikkan angka oktan dari naphtha.Naphtha setelah dikurangi

kandungan sulfurnya pada unit hydrotreater dan distabilkan serta dihilangkan

fraksi ringannya pada kolom stabilizer dan kolom splitter, karena angka oktannya

belum memenuhi spesifikasi yang diinginkan maka dinaikkan pada unit ini.Unit

ini juga berfungsi untuk membentuk senyawa aromatik.Reaksi ini bersifat

endotermik dengan kecepatan reaksi relatif cepat.

a. Hydrocracking

Reaksi ini merupakan reaksi perengkahan untuk memecah molekul parafin rantai

panjang menjadi rantai pendek, dengan penambahan H2.Reaksi ini bersifat

eksotermik.

b. Isomerisasi

Reaksi ini mengubah sruktur molekul hidrokarbon dan bersifat eksotermik.

c. Siklisasi

Page 4: Deskripsi Proses cilacap.docx

4

Perubahan senyawa parafin menjadi naphthenik.Reaksi ini bersifat endotermik.

d. Desulfurisasi

Reaksi penyingkiran sulfur dengan mengubah sulfur menjadi hidrogen sulfida.

Unit ini dirancang untuk dua macam operasi yaitu:

Low severity operation, yang akan menghasilkan platformat 84% dari umpan

dengan kadar butana maksimum 0,8% berat dan angka oktan 92.

High severity operation, yang akan menghasilkan platformat 16% dengan

kadar butan maksimum 2,3% berat dan angka oktan 96.

Umpan yang berasal dari hasil bawah gasoline splitter 11C-8 dipompa dan

dicampur dengan recycle gas hidrogen kemudian ke feed effluent HE 14E-1.

Keluar dari HE 14E-1 masuk ke dapur satu kemudian baru masuk reaktor

pertama, begitu seterusnya sampai keluar reaktor ketiga.Hasil keluaran reaktor

dipisahkan gas dan cairannya pada separator 14V-1.Hasil bawah dari separator

14V-1 diumpankan pada seksi stabilizer yang berfungsi memisahkan fraksi ringan

yang terdapat pada platformer (umumnya butana) sehingga diperoleh platformate

yang stabil.Regenerasi katalis dilakukan dengan jalan oksidasi dengan bantuan

udara dalam sirkulasi gas inert.Hasil pembakarannya dicuci dengan caustic soda

dalam produk separator.

1.5. Unit 15: Propane Manufacturing Facilities (PMF)

Unit ini mengolah cairan hasil puncak platformer stabilizer menjadi propane dan

butane, yang kemudian digunakan untuk pelarut propana pada unit Propane

Deasphalting Unit kilang Lube Oil Complex.LPG dari unit platformer dilewatkan

ke kolom depropanizer untuk memisahkan propane dengan butane.Propane yang

keluar dari puncak kolom depropanizer kemudian dikondensasikan dikirim ke

fuel gas system.Sebagai kondensat dikembalikan sebagai refluxs dan sisanya

dilucuti di dalam kolom deethanizer.Produk bawah deethanizer berupa propane

didinginkan dan kemudian dikirim ke Lube Oil Complex.Produk bawah kolom

depropanizer sebagian dipanaskan kembali sebagai aliran reboiling dan sisanya

didinginkan dan disimpan sebagai produk butane.

Page 5: Deskripsi Proses cilacap.docx

5

1.6. Unit 16: Kerosene Merox Treating Unit

Unit ini berfungsi menghilangkan kadar garam/mercaptan yang korosif pada

kerosene, dengan merubahnya menjadi disulfida yang tidak korosif dengan cara

oksidasi katalitik dengan menginjeksikan udara ke dalam reaktor. Proses ini

menggunakan katalis “iron group metal chelete” dalam suasana basa. Proses ini

bertujuan untuk menghasilkan produk kerosene yang sesuai dengan spesifikasi

aviation fuel (avtur).

Proses yang terjadi pada unit ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a) Pretreatment, tujuannya adalah mengambil H2S atau asam naphthenik

pada umpan, karena bila tidak diambil akan bereaksi dengan caustic soda

pada unggun reaktor membentuk sodium naftena yang dapat mengurangi

aktivitas katalis.

b) Pencucian dengan caustic soda encer, untuk mencegah pembentukan

emulsi antara caustic soda dan kerosene.

c) Swetening, yaitu proses oksidasi mercaptan menjadi disulfida dalam

unggun reaktor. Reaktor yang digunakan adalah tipe fixed bed reactor.

Reaktor berisi activated charcoal yang ditambah Merox catalyst dan

dibasahi dengan NaOH. Katalis diadsorbsi ke unggun dengan dilarutkan

dalam methanol dan dilewatkan pada unggun. Agar unggun tetap dalam

suasana basa, unggun dijenuhkan secara teratur dengan NaOH setiap 5 -

10 hari.

d) Post treatment, kerosene dicuci dengan air untuk mengambil sisa caustic

dan surfaktan yang larut dalam air. Kerosene kemudian dibebaskan dari

air pada salt drier dan kemudian dilewatkan pada clay drier untuk

mengambil tembaga dan surfaktan yang tidak larut dalam air. Proses ini

bertujuan untuk memperbaiki warna produk akhir agar sesuai dengan

spesifikasi.

1.7. Unit 17: Sour Water Stripper

Unit ini berfungsi untuk membersihkan air buangan dari crude distiling unit,

hydrodesulfurizer unit dan unit lain yang masih banyak mengandung amoniak,

sulfida dan kotoran - kotoran lain berupa sisa - sisa minyak sehingga apabila

Page 6: Deskripsi Proses cilacap.docx

6

langsung dibuang akan memberikan bau dan mengakibatkan terjadinya polusi air.

Pada proses pembersihan air ini digunakan LP steam sebagai separating agent

(zat pembersih) di dalam packed colom. Hasil atas yang berupa uap/gas sebagai

bahan bakar pada crude heater, sedang airnya dikirim ke corrugated plate

interceptor (CPI) untuk mengambil minyak yang masih terikat. Unit ini didesain

untuk mengolah 32,3 m3/jam (733 ton/hari) sour water dengan perkiraan

kandungan H2S sebesar 29 Kg/jam (0,7 ton/hari) dan kandungan NH3 sebesar 7

Kg/jam (0,16 ton/hari).

2. Lube Oil Complex I (LOC I)

Lube Oil Complex I (LOC I)pada awalnya menghasilkan produk utama lube base

dan hasil samping aspal dan Minarex-B dengan kapasitas total 80.000 ton/tahun

untuk 4 grade lube base oil.

Dengan selesainya Debottlenecking Project maka pada operasinya, LOC I

mengalami perubahan khususnya untuk HVU I kapasitasnya menjadi 2.574

ton/hari (115%). Sedangkan fungsi atau tugas LOC I antara lain :

Menghasilkan 2 grade lube oil base, yaitu HVI 60 (Parafinic 60)

dan HVI 100 (Parafinic 100)

Menghasilkan atau menyediakan umpan untuk FEU II di LOC II

Menghasilkan aspal dan Minarex-A dan Minarex-B

Unit - unit yang ada dalam LOC I adalah sebagai berikut :

2.1. Unit 21: High Vacuum Unit (HVU)

Unit ini mengolah long residu dari CDU I, untuk menghasilkan hasil destilasi

dengan destilasi vakum yang akan diproses lebih lanjut untuk membuat bahan

pelumas. Long residu terdiri dari fraksi - fraksi dengan titik didih tinggi, sehingga

bila dilakukan distilasi atmosferik akan terjadi perengkahan karena temperaturnya

sangat tinggi. Hasil - hasil dari unit 021 ini yaitu:

Spindle Oil (SPO)

Light Machine Oil (LMO)

Page 7: Deskripsi Proses cilacap.docx

7

Medium Machine Oil (MMO)

Short Residu

Hasil lainnya, yaitu Vacuum Gas Oil (VGO), Light Medium Machine Oil

(LMMO), dan black oil yang semuanya digunkan untuk blending fuel oil.

Proses yang dipakai adalah vakum distilasi dengan kapasitas pengolahan

adalah 2.574 ton/hari. Hasil SPO dengan viskositas 13-14 cst dan LMO dengan

viskositas 31-35 cst dikirim ke LOC II sebagai umpan FEU II.

Dari HVU ini kemudian produk - produk tersebut diolah pada unit - unit lain

untuk menghasilkan Lube Base Oil.

2.2. Unit 22: Propane Deasphalting Unit (PDU)

Unit ini bekerja untuk menghilangkan asphalt dari short residu sebelum diolah

lebih lanjut menjadi bahan minyak pelumas. Prosesnya adalah ekstraksi dengan

pelarut propane, sedangkan kapasitasnya 523 ton/hari short residu dari bottom

product HVU (Unit 21), sedangkan hasil dari unit ini adalah deasphalted dan

asphalt. Pada proses selanjutnya maka Deasphalting Oil (DAO) akan digunakan

sebagai bahan baku minyak pelumas berat.

2.3. Unit 23: Furfural Extraction Unit (FEU)

Unit ini berfungsi untuk menghilangkan senyawa - senyawa aromat dari destilat

hasil HVU, DAO dan PDU, sehingga diperoleh hasil waxy raffinate dengan

viskositas yang tinggi.Prosesnya adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut

furfural yang mempunyai daya larut terhadap senyawa parafin, rafinatnya diolah

di MDU menjadi bahan minyak pelumas sedangkan hasil ekstraksinya digunakan

sebagai fuel oil component.Khusus untuk umpan LMO distilat, ekstraknya dapat

dipasarkan sebagai Minarex-B. Kapasitas FEU tergantung jenis umpan yang

diolah, seperti tabel berikut :

Page 8: Deskripsi Proses cilacap.docx

8

Tabel 3.1 Kapasitas Umpan yang Diolah pada FEU

Stream SPO LMO MMO DAO

Feed Intake (ton/hari) 555 515 573 478

Solvent Ratio 2.2 4.2 3.5 4.5

Raffinate Output (%) 60 60 45 58

Extract Output (%) 40 40 55 42

2.4. Unit 24: Methyl Ethyl Keton Dewaxing Unit (MDU)

Unit ini berfungsi menghasilkan wax (lilin) dari rafinat hasil FEU. Prosesnya

adalah mendinginkan rafinat sehingga wax akan mengkristal dan dapat dipisahkan

dengan penyaringan. Tujuan penghilangan wax adalah agar minyak pelumas yang

terbentuk mempunyai titik tuang (pour point) yang memenuhi syarat. Rafinat

yang masuk sebagai umpan didinginkan kemudian disaring, untuk lebih

mudahnya maka ditambahkan pelarut.Pelarut yang digunakan adalah campuran

antara methyl ethyl keton dengan toluena dengan perbandingan 52:48.Kapasitas

dari unit ini tergantung dari umpan yang diolah.

Tabel 3.2 Kapasitas umpan yang diolah di MEX Dewaxing Unit

Stream HVI 95 HVI 160 HVI 650

Feed Intake (ton/hari) 841 777 501

Dewaxing Oil (ton/hari) 681 584 415

Slack Oil (ton/hari) 160 193 86

Umpan yang masuk ke MDU sesuai dengan permintaan, jika produksi HVI 95

maka HVI 160 dan 650 dalam keadaan stop

2.5. Unit 25: Hot Oil System Unit

Walaupun tidak langsung dengan proses, unit ini sangat penting keberadaannya

karena merupakan sumber panas bagi unit - unit lain, antara lain untuk

Page 9: Deskripsi Proses cilacap.docx

9

menguapkan pelarut pada pelarut recovery. Prinsip operasinya adalah secara

kontinyu dalam sirkulasi tertutup.

3. Fuel Oil ComplexII (FOC II)

Fuel Oil Complex II merupakan kilang yang dirancang untuk mengolah minyak

mentah (80% arjuna dan 20% Attaka) dari dalam negeri dengan kadar sulfur yang

rendah. Unit ini terletak pada area 01.Adapun kapasitasnya adalah 218.000

barel/hari. Tetapi saat ini terjadi perkembangan dimana FOC II dapat mengolah

bermacam - macam crude seperti Katapa Crude, Sumatra Light Crude, Arimbi

Crude, Arun Condensate, Duri Crude dan lain - lain dimana komposisi crude

tersebut diatur agar mendekati komposisi Arjuna - Attaka.

Kilang ini dirancang oleh Universal oil Product (UOP) dan menara destilasinya

berukuran 80 m, diameter 10 m dengan jumlah tray 53 buah

Tabel 3.3 Komposisi Crude Oil di FOC II

Jenis Crude %Volume BPSD

Arjuna 22.6 127.000

Attaka 13.9 31.970

Arun Condensate 12.2 28.060

Minas 18.3 42.000

Unit - unit yang ada pada FOC II adalah sebagai berikut:

3.1. Unit 011: Crude Distilling Unit (CDU)

Unit ini berperan sebagai pemisah awal untuk minyak mentah, sehinga diperoleh

fraksi-fraksi minyak untuk diolah lebih lanjut. Pada unit ini dilengkapi dengan

desalter untuk menghilangkan kadar garam. Unit ini dirancang untuk mengolah

218.000 barel/hari minyak mentah domestik.

Produk Crude Distilling Unit adalah:

Refinery gas dengan boiling range <30 oC yang dominan mengandung C1 dan

C2 untuk dipakai sebagai bahan bakar dapur pabrik - pabrik yang ada di kilang

Pertamina UP IV Cilacap, dengan jumlah 0,02% crude feed.

Page 10: Deskripsi Proses cilacap.docx

10

Liquid Petrolum Gas dengan boiling range <30 oC yang fraksinya sebagian

besar terdiri dari C3 dan C4 untuk langsung dikirim ke tangki penampungan

dengan jumlah sekitar 2,53% dari crude feed.

Light Naphta dengan boiling range 38 – 85 oC. Produk ini setelah keluar dari

pengolahan tingkat I (CDU II) tidak membutuhkan lagi pengolahan tingkat II

karena sudah memenuhi persyaratan sebagai komponen migas dan komponen

naphta ekspor. Jumlahnya sekitar 6,73% crude oil.

Heavy Naphta dengan boiling range 80–175 oC. Berbeda dengan light naphta

maka heavy naphta sebagai komponen migas, untuk menaikan angka oktannya

harus melalui proses kedua. Pertama diproses pada unit Naphta Hydrotreater

untuk dibuang komponen sulfurnya, kemudian baru masuk unit Platforming

untuk dinaikkan angka oktannya dari 60 sampai 94. Jumlah yang dihasilkan

dari produk ini mencapai sekitar 16,39% dari crude oil.

Kerosene dengan boiling range 160–250 oC. Kerosene sebagai komponen

blending dapat langsung dikirim ke tangki penyimpanan dan sebagian lagi

diolah di AH Unibon untuk diperbaiki smoke pointnya dari sekitar 15 mm

menjadi 24 mm. Jumlahnya sekitar 21% dari crude oil.

Light Diesel Oil (LDO) dan Heavy Diesel Oil (HDO) dengan boiling range

masing-masing 250–290 oC dan 290–350 oC. Kedua produk ini juga dipakai

sebagai komponen Automotif Diesel Oil (ADO) dan tidak perlu lagi dimasukan

pada proses kedua. Jumlah produk yang dihasilkan masing - masing mencapai

sekitar 11,62% dan 11,21% dari crude feed.

Reduce Crude dengan boiling range >350 oC. Produk berat dari minyak

mentah ini mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai Refinery Fuel Oil

(RFO), bahan bakuIndustrial Fuel Oil (IFO) dan Low Sulphur Waxy Residu

(LSWR). Agar menjadi komponen IFO maka produk ini diproses pada unit

Visbreaker dimana pour point-nya diperbaiki.

3.2. Unit 012: Naptha Hydrotreating Unit (NHT)

Unit ini berfungsi untuk menghilangkan sulfur, logam berat dan komponen

nitrogen serta senyawa oksigen. Dari proses ini akan dihasilkan heavy naphta

yang memenuhi syarat sebagai umpan platforming. Kapasitasnya sebesar 2.440

Page 11: Deskripsi Proses cilacap.docx

11

ton/hari.Katalis yang digunakan adalah nikel dan molebdenum dengan pembawa

alumina (Al2O3).

3.3. Unit 013: AH Unibon Unit

Unit ini bertujuan untuk memperbaiki smoke point pada kerosene, agar tercapai

smoke point minimal 17 mm. Kapasitasnya sebesar 2.440 ton/hari. Unit ini terdiri

dari 2 bagian, yaitu:

Hydrocarbon process, untuk mereduksi sulfur, nitrogen, dan heavy

metal.

Aromatic hydrogenation, untuk menaikan smoke point.

3.4. Unit 014: Platforming dan CCR Unit

Unit ini mengolah lebih lanjut naphta dari unit 012, untuk menaikan angka oktan

menjadi lebih tinggi, untuk campuran blending gasoline atau premium.Unit ini

dilengkapi dengan sistem continous catalytic regeneration (CCR), karena katalis

berumur pendek.Katalis yang digunakan adalah UOP R-134 yang berupa platina

dengan alumina sebagai carrier.Kapasitasnya adalah sebesar 2.440

ton/hari.Reaktor pada unit ini berupa reaktor susun sehingga memungkinkan

regenerasi katalis secara terus menerus.

3.5. Unit 015: LPG Recovery Unit

Tujuan dari unit ini adalah memisahkan LPG propane dan LPG butene yang

berasal dari stabilizer column (CDU II) dan debutanizer dari unit

Platforming.Kapasitasnya unit ini mencapai 730 ton/hari. Umpan yang diolah

adalah 93,2% volume berasal dari overhead naphta stabilizer unit 011 dan 6,8%

volume berasal dari overhead debutanizer unit 014.

3.6. Unit 016: Merox Treater Unit

Dalam unit ini thermal craked naphta dari unit 019 diolah sehingga memenuhi

persyaratan spesifikasi sebagai komponen mogas untuk produksi

gasoline.Thermal craked naphta dicampur dengan platformate yang memiliki

angka oktan tinggi dan kadar sulfur rendah di unit 016. Dengan demikian didapat

Page 12: Deskripsi Proses cilacap.docx

12

mogas yang cukup baik dan memenuhi persyaratan pemasaran.Unit ini

mempunyai kapasitas 11.150 barrel/hari dan katalis yang digunakan adalah Merox

Reagent no.1.

3.7. Unit 017: Sour Water Stripper Unit

Unit ini dirancang untuk kapasitas 1.830 ton/hari. Dalam unit ini kadar H2S dalam

sour water dikurangi dari 8.100 ppm wt menjadi kurang dari 20 ppm wt dan

menurunkan kadar NH3 dari air menggunakan stripping pada Stripper Column.

Kapasitas pengolahan dari unit ini dapat mencapai sekitar 1.800 ton/hari.

Kontaminan utama yang terdapat dalam sour water adalah H2S dan NH3 yang

terdapat dalam bentuk NH4HS.Garam ini merupakan garam dari basa lemah dan

asam lemah yang dalam larutan mudah terhidrolisis menjadi H2S dan NH3.

3.8. Unit 018: Thermal Distillate Hydrotreating Unit

Unit ini mengolah LGO dan HGO dari Visbreaker agar diperoleh diesel oil

dengan cetan index sekitar 45 dan flash point tidak kurang dari 154 oF. Kapasitas

unit ini adalah 1.800 ton/hari.

3.9. Unit 019: VisbreakerThermal Cracker

Unit ini mengolah reduced crude dari kolom distilasi untuk memberikan nilai

tambah pada residu. Proses yang dilakukan adalah mengubah minyak fraksi berat

menjadi minyak fraksi ringan dengan caracracking mengunakan media pemanas.

Proses dari cracking ini dibatasi oleh stabilitas dari visbreaking residu yang

digunakan sebagai fuel oil. Produk dari unit ini adalah sebagai berikut:

Cracked gas, dikirim ke refinery fuel gas system.

Thermal Cracked Naphta, dikirim ke unit 016 untuk mengalami proses

sweetening.

Light Gas Oil, sebagian dikirim ke unit 018 untuk diolah lebih lanjut dan

sebagian lagi dikirim ke fuel oil storege untuk komponen blending fuel oil.

Heavy Gas Oil, diperlukan sama seperti Light Gas Oil.

Slop Wax, dikirim ke fuel oil storage untuk komponen blending fuel oil.

Page 13: Deskripsi Proses cilacap.docx

13

Vaccum Bottom, untuk komponen blending fuel oil dan dikirim ke fuel

oilstorage.

Dengan adanya proses visbreaking ini, kilang minyak Pertamina UP IV Cilacap

ditekan untuk memproduksi Diesel oil dengan memperbaiki pour point dan masih

memenuhi viskositas yang diinginkan. Proses visbreaking ini disertai dengan

proses thermal cracking, yaitu pemecahan rantai hidrokarbon yang panjang

menjadi rantai hidrokarbon yang lebih pendek, yang terjadi karena pengaruh

panas. Kapasitas unit ini adalah sebesar 8.387 ton/hari.

Produk - produk yang dihasilkan dari FOC II yaitu:

Hydrogen Rich Gas, dipakai sendiri di unit 012, 013 dan 018.

Mixed LPG, untuk bahan bakar konsumen masyarakat.

Heavy Naphta, untuk komponen blending premium dan bahan baku kilang

paraxylene.

Platforming (HOMC), digunakan sebagai blending premium.

HSD dan IDO, untuk bahan bakar diesel kecepatan tinggi.

IDF dan IDO, untuk bahan bakar diesel kecepatan rendah.

Kerosene, untuk bahan bakar konsumen masyarakat.

IFO, untuk bahan bakar furnace.

4. Lube Oil Complex II/III (LOC II/III)

Kilang LOC II ini pada dasarnya mempunyai tugas yang sama pada kilang LOC I,

yaitu menghasilkan komponen minyak pelumas dan sebagai hasil samping adalah

aspal dan minyak bakar.

Kilang Lube Oil Complex II ini mempunyai fungsi untuk membuat bahan baku

pelumas dari long residu hasil Crude Distilling Unit (CDU I). Kapasitas produksi

dari LOC II ini adalah 175.400 ton/tahun produk Lube Base Oil dan 550.000

ton/tahun produk asphalt

Unit - unit produksi di LOC II :

High Vacuum Unit (HVU II) Unit 021

Propane Deasphalting Unit (PDU II)Unit 022

Furfural Extraction Unit (FEU II) Unit 023

Page 14: Deskripsi Proses cilacap.docx

14

MEK Dewaxing Unit (MDU II) Unit 024

Hot Oil System (HOS II) Unit 025

LOC III terdiri atas tiga unit yang terintegrasi secara geografis, yaitu :

Propane Deasphalting Unit (PDU III) Unit 220

MEK Dewaxing Unit (MDU III) Unit 240

Hydrotreating/ Redistilation Unit (HTU/RDU) Unit 260

Hasil - hasil dari LOC II ialah :

High Viscosity Index 60 (HVI 60)

High Viscosity Index 95 (HVI 95)

High Viscosity Index 160S (HVI 160S)

High Viscosity Index 650 (HVI 650)

Asphalt

Fuel Oil

Deasphalting oil (DAO)

Minarex (Pertamina Extraks)

4.1. Unit 021 : High Vacuum Unit (HVU)

Unit ini mengolah long residu dari CDU I, untuk menghasilkan hasil destilasi

dengan destilasi vakum yang akan diproses lebih lanjut untuk membuat bahan

pelumas. Long residu terdiri dari fraksi - fraksi dengan titik didih tinggi,

sehiungga bila dilakukan distilasi atmosferik akan terjadi perengkahan karena

temperaturnya sangat tinggi. Hasil - hasil dari unit 021 ini yaitu:

a. Vaccum Gas Oil (VGO)

b. Spindle Oil (SPO)

c. Light Machine Oil (LMO)

d. Medium Machine Oil (MMO)

e. Short Residu

Dari HVU ini kemudian produk - produk tersebut diolah pada unit - unit lain

untuk menghasilkan Lube Base Oil.

4.2. Unit 022 : Propane Deasphalting Unit (PDU)

Page 15: Deskripsi Proses cilacap.docx

15

Unit ini bekerja untuk menghilangkan asphalt dari short residu sebelum diolah

lebih lanjut menjadi bahan minyak pelumas. Prosesnya adalah ekstraksi dengan

pelarut propane, sedangkan kapasitasnya 784 ton/hari short residu.Pada proses

selanjutnya maka Deasphalting Oil (DAO) akan digunakan sebagai bahan baku

minyak pelumas berat.

4.3. Unit 023 : Furfural Extraction Unit (FEU)

Unit ini berfungsi untuk menghilangkan senyawa - senyawa aromat dari destilat

hasil HVU, DAO dari PDU.Prosesnya adalah ekstraksi dengan menggunakan

pelarut furfural yang mempunyai daya larut terhadap senyawa parafin, rafinatnya

diolah menjadi bahan minyak pelumas sedangkan keluar sebagai fuel oil.

Kapasitas FEU tergantung jenis umpan yaitu :

LMO distillate : 2.180 ton/hari

MMO distillate : 2.270 ton/hari

DAO distillate : 1.786 ton/hari

Raffinat FEU selanjutnya diolah di MEK Dewaxing Unit (MDU).Setelah

Debottlenecking FEU II hanya memproses LMO, MMO, dan DAO.Sedangkan

rafinatnya diolah di HTU LOC III.

4.4. Unit 024 : Methyl Ethyl Keton Dewaxing Unit (MDU)

Pada awalnya unit ini berfungsi menghilangkan wax (lilin) dari rafinat hasil FEU,

tetapi setelah debottlenecking, unit ini memproses rafinat dari HTU. Prosesnya

adalah mendinginkan rafinat sehingga wax akan mengkristal dan dapat dipisahkan

dengan penyaringan. Tujuan penghilangan wax adalah agar minyak pelumas yang

terbentuk mempunyai titik tuang (pour point) yang memenuhi syarat. Rafinat

yang masuk sebagai umpan didinginkan kemudian disaring, untuk lebih

mudahnya maka ditambahkan pelarut. Pelarut yang digunakan adalah campuran

antara metal etil keton dengan toluene dengan perbandingan 52:48.

4.5. Unit 025 : Hot Oil System Unit

Page 16: Deskripsi Proses cilacap.docx

16

Walaupun tidak langsung dengan proses, unit ini sangat penting keberadaannya

karena merupakan sumber panas bagi unit - unit lain, antara lain untuk

menguapkan pelarut pada pelarut recovery. Prinsip operasinya adalah secara

kontinyu dalam sirkulasi tertutup.

5. Kilang Paraxylene Cilacap (KPC)

Kilang Paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988 dan beroperasi setelah

diresmikan oleh Presiden RI tanggal 20 Desember 1990. Tujuan dari

pembangunan kilang Paraxylene ini adalah sebagai berikut:

Memenuhi kebutuhan bahan bakupaarxyleneuntuk pabrik Purified

TerepthalicAcid (PTA) di Plaju, Sumatra Selatan.

Menghemat devisa, karena selama ini bahan baku untuk paraxylene masih

diimpor.

Meningkatkan nilai proses yang ada pada kilang paraxylene.

Kilang ini digunakan untuk mengolah 11.916,9 ton per hari Naphta dengan

produk utamanya adalah:

Paraxylene : 270.000 ton per hari

Benzene : 120.000 ton per hari

Produk sampingnya adalah:

LPG : 52 ton per hari

Raffinat : 280 ton per hari

Heavy Aromat : 43 ton per hari

Fuel gas : 249 ton per hari

Unit - unit yang ada di kilang paraxyleneadalah:

5.1. Unit 82: Naptha Hydrotreater

Fungsi utama unit ini adalah mempersiapkan heavy naptha yang terbebas dari

kontaminasi berbagai impurities seperti sulfur, oksigen, nitrogen, logam - logam

Page 17: Deskripsi Proses cilacap.docx

17

organik dan sebagainya, oleh karena senyawa tersebut dapat meracuni katalis pada

unit Platforming.Pemurnian ini dilakukan dengan menginjeksikan gas hidrogen

dalam suatu rektor katalis yaitu Ni-Mo Alumina.

5.2. Unit 84: CCR Platforming Unit

Unit ini mengolah senyawa paraffinic dan naphtenic yang terdapat pada treated

naptha menjadi senyawa aromatik untuk dijadikan paraxylene dan benzene pada

unit berikutnya. Untuk CCR platforming catalyst, umpan naptha harus kurang dari

0,5weight ppm, untuk mengoptimalkan selektivitas dan stabilitas karakteristik

katalis. Untuk tipikal kandungan sulfur dalam umpan pada deaktivasi, maka suhu

reaktor perlu dinaikkan untuk mencapai tingkat removal yang sama. H2S yang

dihasilkan kemudian dipisahkan pada stripper column, dan dikeluarkan sebagai

overhead off gas.

Hasil utama dari unit ini kemudian akan dipisahkan antara light platformate dan

heavy platformate. Light platformate banyak mengandung benzene dan toluene

yang kemudian dikirim ke unit Sulfolane, sedangkan heavy platformate banyak

mengandung xylene yang kemudian dikirim ke unit Xylene Fractionation.

Sedangkan hasil berupa gas yaitu LPG dan hidrogen.

5.3. Unit 85: Sulfolane Unit

Umpan untuk unit ini adalah light platformate.Unit ini berfungsi untuk

memisahkan gugus aromat dari gugus non - aromat secara ekstraksi dengan

menggunakan pelarut sulfolane.Rafinat mengandung komponen - komponen non -

aromat (parafin, olefin dan naphta) yang disebut mogas dan ekstrak mengandung

komponen aromat.Selanjutnya senyawa - senyawa tersebut dipisahkan di

Sulfonate Benzene Column (SBC).Hasil atas berupa benzene dan produk

bawahnya adalah toluene dan C8+.Produk bawah ini kemudian dipisahkan pada

Sulfolane Toluene Column (STC).Produk toluene kemudian diumpankan ke unit

Tatory dan produk bawah ke unit Xylene Fractionation.

5.4. Unit 86: Tatoray Process Unit

Page 18: Deskripsi Proses cilacap.docx

18

Proses tatoray adalah suatu proses katalitik untuk trans - alkilasi aromat. Dalam

bentuk sederhananya, toluene dikonversi menjadi benzene dan campuran

xylene.Toluene dan campuran C9 aromatik dikonversi menjadi C6, dan C8

aromat.Katalis yang digunakan adalah TA-4 dengan basis silika alumina.Benzene

yang dihasilkan direcycle ke unit sulfolane, sedangkan toluene column untuk

memisahkan toluene dan xylene.

5.5. Unit 87: Xylene Fractionation Unit

Suatu aspek unik dari unit ini adalah pada desain splitter column.Dengan

mengoperasikan splitter column pada tekanan yang tinggi, suhu uap overhead

menjadi begitu tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pemanas untuk

reboiler di beberapa kolom pada unit Parex dan unit Isomar.Hal ini merupakan

suatu penghematan biaya operasi dan biaya pokok yang tidak kecil.

Unit ini berfungsi untuk memisahkan campuran antara xylene dengan C9 aromat

dan lainnya.Produk atas berupa xylene yang diumpankan ke Parex Unit dan hasil

bawah dipisahkan dalam Heavy Aromatic Column.Produk atasnya berupa C9

aromat diumpankan ke Tatoray Unit dan hasil bawah adalah heavy aromat.

5.6. Unit 88: Paraxylene Extraction (Parex) Process Unit

Proses Parex adalah suatu proses pemisahan yang kontinyu untuk adsorbsi

selektif paraxylene dari campuran isomernya (ortho dan metaxylene), ethyl

benzene dan hydrocarbon non aromatik. Unit ini menggunakan solid adsorbent

(zeolit), desorbent, Para Diethyl Benzene (PDB) dan suatu flow directing device

yang disebut rotary valve.

Produk rafinat menjadi umpan unit Isomer sedangkan ekstrak berupa campuran

paraxylene dan desorbent dipisahkan lagi. Produk paraxylene yang dihasilkan

mempunyai kemurnian yang tinggi yaitu sebesar 99,5%.

5.7. Unit 89: Isomar Process Unit

Isomar yaitu proses isomerisasi katalis yang mengubah C8 aromat menjadi

campuran yang seimbang dengan menggunakan noble metal catalyst dwi fungsi.

Umpan rafinat dari parex dicampur dengan recycle gas yang kaya hidrogen,

Page 19: Deskripsi Proses cilacap.docx

19

diuapkan dan dialirkan melalui fixed bed radial flow reactor. Efluentnya

dikondensasikan untuk memisahkan liquid dan gasnya.

Hasil atas berupa komponen hasil cracking yang diumpankan ke Unit 84 untuk

memisahkan LPG sedangkan hasil bawah berupa campuran ortho, meta, para-

xylene sebagai umpan unit Xylene Fractionation.

5.8. Unit Nitrogen Plant

Nitrogen pada kilang ini diperlukan untuk CCR sistem dan tangki

tailing.Kapasitas Nitrogen plant ini adalah:

N2 gas : 800 Nm3/jam

N2 liquid : 130 Nm3/jam

Udara dilewatkan melalui suction filter untuk menghilangkan debu - debu,

selanjutnya ditekan dandimasukkan ke dalam absorber, kemudian didinginkan

sampai kira - kira 5 oC pada ciller unit.

6. Kilang LPG & Sulphur Recovery Unit

6.1. Unit 90 (umum)

Unit 90 terdiri dari system utilitas header yang di design untuk mendukung

fasilitas pada proses unit lainnya. Secara umum semua utilitas diambil dari

refinery untuk menyediakan unit baru.

System distribusi utilitas pada unit 90 terdiri dari :

High pressure steam

Medium pressure steam

Low pressure steam

Low pressure kondensat

Boiler blow down

Medium pressure boiler feed water

Service air

Page 20: Deskripsi Proses cilacap.docx

20

Service water

Drinking water

Jaket water

Open sewer

Sour flare hider

Fuel gas

Hydrogen

Cold Flare

Nitrogen dan Intrument air

6.2. Unit 91 : Gas Treating Unit

Gas treating unit dirancang terutama untuk mengurangi kadar Hidrogen Sulfide

(H2S) di dalam gas buang (sebagai umpan) hingga maksimum 10 ppmv sebelum

dikirim ke LPG Recovery unit dan PSA unit yang telah ada. Dalam metode

operasi normal, laju alir gas total diolah dan larutan amine di sirkulasikan untuk

menyerap H2S pada suhu mendekati suhu kamar dan tekanan yang dinaikkan. Gas

asam (acid gas) menghasilkan produk belerang cair.

6.3. Unit 92 : LPG Recovery Unit

Recovery LPG yang diharapkan ialah dalam 99,9 % ditetapkan propane + butane

dalam feed ke LPG Recovery Unit dibagi oleh propane + butane yang terkandung

dalam aliran bawah deethanizer.

6.4. Unit 93 : Sulphur Recovery Unit

Sulphur Recovery Unit (SRU) didirikan untuk memisahkan acid gas dari amine

regeneration di gas treating unit (GTU), dirubah menjadi H2S dalam bentuk gas

menjadi sulfur cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim melalui

eksport.

6.5. Unit 94 : Tail Gas Unit

TGU (Tail Gas Unit) dirancang untuk mengolah acid gas dari sulphur recovery

unit (SRU). Semua komponen sulfur diubah menjadi H2S untuk dihilangkan di

unit PGU absorber, arus recycle kembali ke unit SRU dan sebagian dibakar

menjadi jenis sulfur yang terdiri dari SOx kemudian dibuang ke atmosfer.

Page 21: Deskripsi Proses cilacap.docx

21

6.6. Unit 95 : Refrigeration

Unit Refrigeration dilengkapi dengan pendinginan yang diperlukan untuk LPG

recovery unit dan juga dilengkapi dengan Trim Amine Chilling dibagian Tail Gas

Unit untuk memaksimalkan pengambilan sulfur secara umum. System

refrigeration terdiri dari dua tahap Loop Propane Refrigeration.

Tabel 3.4 Komposisi Design Refrigeration

Komponen Mol, %

Ethane 2,07

Propane 94,54

i-Butane 3,79

Total 100