asc bab v deskripsi proses vcm 1
DESCRIPTION
vcmTRANSCRIPT
BAB V
DESKRIPSI PROSES
PT Asahimas Chemical memiliki dua buah pabrik Vinyl Chloride Monomer
yang diberi nama VCM-1 dan VCM-2. Pabrik VCM-1 dibangun pada Agustus 1989
sedangkan pabrik VCM-2 dibangun pada Oktober 1997 pada pembangunan phase III
step 2 pada Oktober 1997. Pabrik VCM-2 berbeda dengan pabrik VCM-1 karena telah
terdapat beberapa inovasi baru dalam rangkaian sistem pemroses sehingga sistem
produksinya lebih ekonomis.
Pabrik VCM-1 bertujuan untuk membentuk ethylene dichloride (EDC) dan vinyl
chloride monomer (VCM) sebagai bahan baku poly vinyl chloride (PVC). Departemen
VCM dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian EDC dan VCM. Dalam
pengoperasiannya, pabrik VCM-1 dibagi menjadi beberapa seksi, yaitu:
a. Seksi 2100 : Ethylene System
b. Seksi 2200 : OHC-EDC (oxyhydrochlorination – ethylene dichloride) Plant
c. Seksi 2300 : LP-EDC (liquid phase – ethylene dichloride) Plant
d. Seksi 2400 : VCM (vinyl chloride monomer) Plant
e. Seksi 2500 : VCM tank yard
f. Seksi 8100 : Incinerator
g. Seksi 8200 : WWT (Waste Water Treatment)
5.1 Ethylene System (Seksi 100)
Tujuan ethylene system adalah untuk mempersiapkan etilen agar kondisinya
mendekati dengan kondisi reaktor LP-EDC dan reaktor OHC-EDC pada plant VCM-1
serta menangani BOG (boil of gas) etilen yang menguap dari tangki etilen. BOG akan
digunakan sebagai umpan reaktor VCM-2.
5.1.1 Penyimpanan dan Pemanfaatan Etilen
5.1.1.1 Penyimpanan Etilen
Etilen disimpan pada satu storage tank yang dijaga pada temperatur -104oC dan
tekanan 620 mmH2O agar tetap berada pada fasa cair. Tangki etilen berbentuk anular
dimana di antara diameter dalam dan diameter luar ditempatkan isolasi berupa pearlite
28
29
(CaCO3). Pearlite harus diganti 10 tahun sekali/ direngkah kembali karena dalam jangka
waktu tertentu pearlite akan memadat dan mengendap sehingga bagian atas tangki tidak
terisolasi. Tangki penyimpanan etilen pada VCM-1 plant terhubung dengan tangki
penyimpanan etilen pada VCM-2 plant. Jika tangki sedang dikosongkan, etilen yang
digunakan pada VCM-1 plant akan akan diambil dari storage VCM-2 plant.
Etilen pada storage dipompakan menggunakan pompa yang memiliki tiga belas
impeller agar etilen bertekanan tinggi ( ± 40kG). Tekanan tinggi ini berguna sebagai
driving force ejektor pada plant OHC-EDC. Pada keluaran pompa dipasang flow
indicator control yang akan terbuka pada saat supply etilen sedikit (minimal 11 m3)
sehingga etilen akan dikembalikan ke storage tank untuk mencegah agar pompa tidak
rusak.
5.1.1.2 Brine System
Temperatur rendah etilen bisa dimanfaatkan sebagai media pendingin pada brine
system. Etilen akan dilewatkan pada heat exchanger-A pada sisi tube sedangkan freon
pada sisi shell sebagai penerima dingin. Pada heat exchanger-B, freon akan dialirkan
pada sisi shell dan brine pada sisi tube. Freon bisa mengalir tanpa driving force karena
adanya perbedaan temperatur – freon akan menguap pada heat exchanger-B dan
mengalami pendinginan pada heat exchanger-A.
Freon dibutuhkan pada brine system karena etilen tidak memungkinkan untuk
dikontakkan langsung dengan brine; Jika brine yang berupa campuran 50% etilen glikol
dan 50% air dikontakkan langsung dengan etilen, brine akan membeku sehingga tidak
bisa mengalir. Brine akan ditampung pada satu storage tank yang dihubungkan dengan
dua pompa, satu pompa untuk memompakan brine bertemperatur 2oC ke heat
exchanger pada OHC-EDC plant sedangkan pompa yang lainnya akan memompakan
brine bertemperatur -16oC ke heat exchanger-B. Keluaran heat exchanger-B juga
digunakan sebagai pendingin pada heat exchanger yang terdapat pada LP-EDC plant
dan VCM plant.
30
Etilen hasil pendinginan dari brine system digunakan untuk refrigerant system.
Refrigerant system terdiri dari dua heat exchanger yang sisi shell-nya dialirkan etilen
sedangkan freon dialirkan pada sisi tube. Sistem ini memiliki sistem kompresor yang
berguna sebagai driving force freon untuk kondensasi lalu di-flash sehingga
bertemperatur rendah. Freon berguna untuk mendinginakan EDC pada sistem distilasi.
5.1.1.3 Umpan Reaktor LP-EDC dan Reaktor OHC-EDC
Etilen yang dipompakan dari storage tank ada yang tidak dialirkan menuju brine
system tetapi menuju heat exchanger yang berfungsi sebagai preheater. Keluaran heat
exchanger bertekanan 32,5 kG dan memiliki 2 jalur. Jalur pertama akan mengalirkan
etilen menuju PIC yang akan menurunkan tekanan menjadi 3,5 kG. Setelah itu, etilen
akan dialirkan melewati FIC yang berupa cascade control sebelum masuk reaktor LP-
EDC. Jalur kedua akan mengalirkan etilen menuju PIC dengan tekanan keluaran sebesar
28 kG dan memasuki ke preheater dengan keluaran ±150oC. Etilen akan diumpankan ke
reaktor OHC-EDC yang bertekanan ±2kG sehingga tekanan etilen sebesar 28kG akan
digunakan untuk menggerakkan ejektor untuk pembuangan gas dari overhead reaktor.
5.1.2 Penanganan BOG (Boil of Gas)
Sebagian etilen pada storage tank menguap sehingga perlu disirkulasi agar bisa
digunakan kembali. Etilen dari storage tank akan mengalir ke heat exchanger yang
bertemperatur 99oC lalu menuju KO drum untuk memisahkan etilen gas dari etilen cair.
Etilen gas dialirkan ke kompresor dan umpan kompresor harus dipastikan terbebas dari
cairan karena akan mengakibatkan surging. Tekanan kompresor harus dijaga pada
tekanan positif.
Kompresor akan menaikkan tekanan etilen dan selanjutnya sebagian etilen akan
dialirkan ke reaktor LP-EDC dan sisanya akan dialirkan kembali ke heat exchanger
untuk menaikkan temperatur etilen yang mengalir dari storage tank. Temperatur
keluaran kompresor ±99-100oC sedangkan input reaktor LP-EDC bertemperatur ±30oC.
Temperatur gas etilen setelah keluar dari kompresor harus diturunkan sehingga gas
etilen dialirkan ke heat exchanger agar panasnya bisa dimanfaatkan.
Pada saat supply listrik terhenti, etilen akan dialirkan ke kompresor lain yang
akan mengarahkan etilen ke jalur yang lain. Pada jalur tersebut, terdapat heat exchanger
31
yang juga berfungsi sebagai KO drum yang keluarannya akan menuju ke vessel. Vessel
tersebut diatur pada tekanan 18kG dan temperatur -32oC. Keluaran vessel akan menuju
heat exchanger tetapi terbagi dua jalur, jalur pertama menuju sisi shell heat exchanger
dan jalur kedua akan menuju sisi tube heat exchanger.
Pada bagian shell, terjadi flash (penurunan tekanan dari 19kG menjadi 3,5kG)
sehingga seluruh etilen akan menjadi gas. Gas etilen akan dialirkan kembali untuk
diumpankan ke kompresor. Etilen pada sisi tube akan mengalami penurunan temperatur
secara drastis sehingga etilen cair akan bertemperatur sangat rendah sehingga
dikembalikan ke storage tank.Heat exchanger ini juga berfungsi sebagai KO drum agar
input kompresor dipastikan berupa gas. Jika kompresor kemasukan cairan, kompresor
akan shutdown secara otomatis.
5.2 OHC-EDC Plant (Seksi 200)
Tujuan dari OHC-EDC plant adalah membentuk ethylene dichloride dengan
mereaksikan etilen, asam klorida dan oksigen. Produk dari OHC-EDC plant akan
disalurkan seluruhnya ke reaktor pada LP-EDC plant.
5.2.1 Sintesis EDC
Pada reaktor OHC-EDC, terdapat reaksi pembentukan EDC dari etilen, asam
klorida dan oksigen. Reaktor ini merupakan reaktor terfluidisasi yang menggunakan
katalis. Di dalam reaktor terdapat tubing untuk mengalirkan cooling water berupa BFW
yang bertemperatur ±100oC dan dijaga agar tidak terlalu dingin supaya perbedaan
temperatur dengan reaktor tidak terlalu drastis. Tubing pada reaktor dihubungkan
dengan steam drum yang bisa digunakan pada LP-EDC plant.
Pada saat start-up reaktor, katalis sudah dimasukkan ke dalam reaktor. Reaktor
dipanaskan dengan furnace sampai mencapai temperatur ±250oC karena katalis akan
bekerja sempurna pada temperatur tersebut. Umpan reaktor dimasukkan dengan urutan
asam klorida, etilen lalu oksigen dimana ketiga umpan dipanaskan terlebih dahulu
menggunakan heater sebelum memasuki reaktor. Pada saat startup, blower digunakan
untuk proses fluidisasi sampai reaktor berjalan karena proses fluidisasi akan dilanjutkan
dengan mengalirkan nitrogen. Temperatur reaktor pada bagian bottom dijaga pada
temperatur 280oC dan pada bagian top pada temperatur >150oC.
32
5.2.2 Pengendapan Katalis
Gas hasil reaksi akan keluar dari reaktor dan mengalir ke cyclone separator yang
berguna untuk menangkap katalis yang terbawa. Katalis mengandung air atau EDC
yang terkondensasi sehingga disebut slurry. Cylone menggunakan steam jacket yang
berguna untuk pemanasan agar cyclone tetap panas. Pemanas tersebut berguna untuk
menjaga agar katalis tetap kering karena bila tidak bisa mengakibatkan plugging
(mampet) jika basah. Katalis yang mengendap akan di pindahkan ke catalyst charge pot
untuk menampung katalis. Dumping katalis dilakukan seminggu sekali dan didapatkan
katalis sebanyak dua drum sedangkan make up katalis dilakukan sebanyak satu
drum/hari. Cyclone separator kurang efektif mengendapkan katalis sehingga
keluarannya masih mengandung katalis.
5.2.3 Kondensasi EDC
Gas keluaran cyclone separator didinginkan oleh empat heat exchanger seri
yaitu primary condenser, secondary condenser, tertiary condenser dan refrigerated
condensor dengan fluida keluaran masing-masing bertemperatur 80oC, 30oC, ±20oC dan
5oC. Primary, secondary dan tertiary condenser menggunakan medium pendingin air
laut sedangkan refrigerated condenser menggunakan medium pendingin brine yang
berasal dari ethylene system.
Keluaran refrigerated condenser sebagian berfasa cair dan berfasa gas yang
masih mengandung banyak etilen (± 40%) sehingga setelah ditampung pada reactor
condenser entrainment separator, gas akan di-recycle menuju umpan reaktor atau
dialirkan ke VCM-2 plant. Keluaran refrigerated condenser yang berfasa cair akan
dialirkan ke reactor degasser.
5.2.4 Pemisahan EDC
Reactor degasser akan mengalirkan fluida ke flasher sehingga fluida gas akan
mengalir ke vent header sedangkan fluida cair akan mengalir ke intermediate crude
EDC drum. Pada EDC drum, proses pemisahan antara EDC dengan air akan terjadi.
EDC akan berada di bawah sedangkan air akan berada di atas. Saat drum semakin
penuh, air akan mengalami overflow dan mengalir ke aqueous surge drum yang berada
33
di bawahnya. EDC pada bagian bawah EDC drum akan dipompakan ke chloral
treatment phase separator.
Sebelum memasuki chloral treatment phase separator, EDC akan melewati
chloral treatment reactor (piping item) yang diinjeksikan demineralized water dan
kaustik agar chloral terbunuh karena keberadaan chloral akan menyulitkan proses
stripping. Pada bagian ini, pH dijaga agar tetap pada kondisi basa. Setelah chloral
treatment, EDC akan dipompakan ke drying still feed tank yang akan menjadi umpan
drying still.
5.2.5 Drying still
Pada drying still akan dilakukan proses penghilangan air dari EDC sampai
konsentrasinya dibawah 100 ppm. Chloral dan etil klorida juga dikontrol
konsentrasinya. Umpan still akan melewati drying still feed bottoms economizer karena
bottom tower digunakan untuk memanaskan umpan tower. EDC yang mencapai tingkat
kemurnian yang diinginkan akan dialirkan ke drying still bottom tank. Pada saat EDC
diperlukan pada reaktor LP-EDC, EDC akan dipompakan dari tank sebagai umpan
reaktor.
5.2.6 Pengolahan Terakhir
Air yang overflow dari aqueous surge drum masih mengandung slurry yang
berupa wet catalyst dan masih mengandung organik dengan konsentrasi rendah. Kaustik
diinjeksikan melalui dua tahap aqueous effluent mixer (in-line) agar katalis mengendap.
Proses ini dikontrol agar pH berkisar 10-13. Jika terlalu basa, endapan katalis akan
bayak dan akan terjadi plugging. Air akan mengalir ke phase separator dimana cairan
akan terdapat pada bagian atas dan endapan di bawah. Dumping dilakukan secara
manual dengan blow dari bawah. Endapan sebanyak satu drum akan dibakar di
incinerator. Slurry akan dialirkan ke waste water treatment.
Slurry (wet catalyst) ditampung pada incinerator vessel yang memiliki sekat.
Slurry dimasukkan ke salah satu bagian vessel sehingga dalam jangka waktu tertentu,
katalis akan mengendap sedangkan organik akan overflow ke bagian vessel di
sebelahnya lalu ke tower. Pada tower, terjadi stripping organik (air, EDC, chloroform,
dll.). EDC akan dikembalikan ke vessel-8 sedangkan air akan dialirkan kembali ke
34
WWT. Kadar maksimum organik yang boleh mengalir ke WWT adalah 10 ppm. Tower
membutuhkan waktu 2 minggu sekali untuk cleaning agar bisa stripping organik dengan
baik. Setiap tahun, katalis yang mengendap berjumlah kurang lebih tiga ratus drum.
5.3 LP-EDC Plant (Seksi 300)
Tujuan dari LP-EDC Plant adalah mempersiapkan EDC dengan kemurnian
tinggi untuk dialirkan ke VCM plant sebagai bahan baku pembentukan VCM.
5.3.1 Sintesis EDC pada Reaktor LP-EDC
Reaktor LP-EDC memiliki banyak umpan, yaitu gas etilen, gas klorin, recycle
EDC serta dehidrat yang berasal dari VCM-2 plant. EDC yang berasa dari OHC-EDC
plant dan mengandung katalis Fe3+ sebanyak 5000-7000 ppm dijadikan cairan mother
liquor. Reaktor LP-EDC dilengkapi dengan sparger untuk menyebarkan umpan, boiling
bed untuk meningkatkan turbulensi gas serta demister untuk mencegah adanya cairan
keluar dari reaktor.
Sebelum start-up, mother liquor dimasukkan terlebih dahulu ke dalam reaktor.
Setelah reaksi akan dimulai, etilen dimasukkan terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan
klorin karena kontrol dilakukan terhadap rasio etilen per klorin dengan excess etilen.
Pada keadaan normal, rasio dijaga pada 1,05 dengan batas terkecil adalah 0,75. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
C2H4 + Cl2 EDC + panas
Mother liquor berguna sebagai media reaksi karena reaksi spontan etilen dan
klorin bisa mengakibatkan ledakan. Pada prosesnya, sebagian EDC pada reaktor ada
yang mengendap. Oleh karena itu, diperlukan suatu kontrol untuk menjaga level reaktor
agar tidak kurang dari 48%. Selain itu, mother liquor juga berfungsi untuk menjaga
temperatur reaksi.
Overhead reaktor akan dialirkan ke separator yang mengandung packing rashic
ring dimana proses scrubbing klor dilakukan oleh cairan dari primary bottoms drum.
Cairan tersebut juga bisa digunakan sebagai refluks reaktor. Jika level reaktor turun,
LIC harus dibuka agar ada aliran masuk reaktor (biasanya 65%). Keluaran separator
memiliki standar F-Cl2 maksimum 10 ppm dan akan menjadi input primary still.
35
Kandungan EDC pada primary bottoms drum minimal 50% dan akan menjadi top tower
heavies still.
5.3.2 Pemurnian EDC
5.3.2.1 Primary Still
Primary still merupakan tahap distilasi pertama yang memiliki 53 tray. Pada
primary still terjadi pemisahan antara EDC dengan komponen ringan dimana komponen
ringan akan naik ke overhead tower dan mengalir ke primary still reflux drum
sedangkan bottom tower akan mengalir ke primary bottoms drum. Produk utama yang
mengandung EDC 99% terdapat pada tray 40 yang akan dialirkan ke product drum.
Pada product drum seharusnya mengandung EC maksimum 70 ppm tetapi sulit untuk
mencapai konsentrasi tersebut.
5.3.2.3 Lights Still
Liquid light component pada primary still reflux drum akan dialirkan ke lights
still yang terdiri dari 56 tray. Hasil stripping light component akan dialirkan ke lights
still condenser lalu ke lights still refluks drum. Jika lights still refluks drum masih
banyak mengandung EDC, maka aliran akan dikembalikan lagi ke light still. EDC pada
bottom tower minimal 98% untuk mencegah light still condenser terlalu panas. EDC
akan dipompakan ke primary still sedangkan light component akan dikirimkan ke vent
scrubber.
Primary still reflux drum yang masih mengandung banyak gas etilen akan
didinginkan oleh vent condenser dengan pendingin brine lalu dialirkan ke vent knock-
out drum. Gas yang terkondensasi akan dikembalikan ke primary still reflux drum
sedangkan gas yang tidak terkondensasi akan dialirkan ke EDC vent compressor. Gas
tersebut mengandung etilen dan oksigen sehingga sebelum memasuki kompresor, gas
etilen harus disuntikkan dengan HCl dari VCM plant agar konsentrasi oksigen
menurun. Kandungan oksigen di kompresor harus kurang dari 7% karena akan
menimbulkan segitiga api. Keluaran kompresor akan dialirkan ke reaktor OHC-EDC.
36
5.3.2.4 Heavies Still
Pada heavies still, produk bottom berupa tar (cairan hitam) diharapkan
mengandung EDC kurang dari 15%. Tar nantinya dialirkan ke storage tank pada
incinerator. Overhead heavies still berupa EDC yang akan dialirkan ke heavies still
overhead tank dan nantinya akan dialirkan lagi ke reaktor bersamaan dengan EDC pada
primary bottoms drum. Heavies still reboiler akan diganti pada saat tar banyak
mengandung EDC.
5.3.2.5 Stripper
EDC pada product drum memiliki dua jalur yaitu menuju stripper atau furnace
feed tank yang akan dialirkan ke furnace VCM plant. Stripper berfungsi untuk
memurnikan EDC dan memroduksi EDC saleable sebagai bottom product. EDC
saleable akan ditampung pada sales day tank untuk dianalisis. Jika spec sesuai, akan
dialirkan ke storage pada tank yard. Namun, VCM-1 plant kekurangan EDC sehingga
EDC saleable yang konsentrasi EC-nya hampir tidak ada akan digunakan untuk
mengencerkan EDC yang konsentrasi EC-nya lebih tinggi dari yang diharapkan.
Keberadaaan EC terlarut dalam EDC akan mengakibatkan terbentuknya butadiene pada
VCM plant. Kandungan EC pada EDC maksimal 70 ppm. Overhead stripper akan
dialirkan ke stripper overhead drum untuk dialirkan ke incinerator.
5.4 VCM Plant (Seksi 400)
VCM plant bertujuan untuk membentuk VCM dari EDC dengan proses EDC
cracking. Produk dari VCM plant berupa VCM yang akan dijadikan bahan baku
pembuatan PVC
5.4.1 EDC Cracking dan Quenching
5.4.1.1 Furnace
EDC yang berasal dari storage LP-EDC plant akan dipompakan sampai
bertekanan 2 kG. Temperatur awal storage berkisar antara 40-60oC. EDC akan mengalir
ke heat exchanger-11 untuk dipanaskan sampai 110oC. Keluaran heat exchanger akan
dialirkan ke preheater agar dipanaskan 150oC tetapi saat ini preheater tidak diaktifkan.
37
VCM plant memiliki dua furnace yang masing-masing memiliki dua pass
sehingga seluruhnya furnace memiliki empat pass. Pada umpan furnace terdapat FIC
yang berguna untuk menjaga agar flow rate tidak kurang dari 3,4 m3/jam. Pada keadaan
normal flow rate umpan adalah 14 m3/jam. Pada bagian bawah furnace, terdapat input
hidrogen yang didapat dari hasil elektrolisis C/A-1 plant dan natural gas.
Umpan furnace masuk ke sisi konveksi yag bertemperatur 220oC. Bagian
konveksi berutujuan untuk memastikan bahwa EDC berfasa gas sebelum memasuki
bagian radiant. Bagian radiant bertemperatu 350oC yang merupakan temperatur mulai
cracking. Pada keadaan normal, bagian radiant diatur pada temperatur 490-510oC. Jika
temperatur berada dibawah 300oC maka cracking tidak terjadi. Pada proses ini, oksigen
dijaga hanya 2-4%.
Furnace dilapisi bata tahan api agar shell furnace tidak terbakar. Selain itu, api
yang ada di dalam furnace dikontrol agar tidak menyentuh tube karena bisa
mengakibatkan terjadinya hotspot sehingga pipa bisa bocor dan cepat terbentuk coke.
Furnace dibuat vakum sehingga gas bisa mengalir masuk ke furnace tanpa driving
force. Keluaran furnace berupa HCl dan VCM serta EDC yang tidak terkonversi
bertekanan 11kG dan akan menjadi umpan quenching tower.
5.4.1.2 Quenching Tower
Masukan quenching tower berupa 50% EDC yang tidak mengalami cracking,
VCM dan HCl yang bertemperatur ±500oC. Temperatur bottom tower diatur pada 150oC
dan temperatur top tower lebih kecil dari bottom tower ±5oC. Pada proses furnace
cracking pasti terbentuk karbon/coke sehingga bottom tower yang mengalir ke vessel
perlu diberikan treatment.
Karbon yang mengalir ke vessel masih mengadung EDC dan VCM yang bisa di-
recover. Bottom vessel akan dibuang ke storage incinerator. Overhead vessel akan
dialirkan ke KO drum, dipanaskan oleh heat exchanger lalu dialirkan ke vessel untuk
penampungan. Sebagian gas yang ditampung akan disaring karbonnya oleh filter saat
refluks ke quenching tower.
Overhead quenching tower bertekanan 8,5kG mengalir ke economizer lalu
dialirkan ke kondensor parsial dan ditampung vessel. Sebagian isi vessel digunakan
38
sebagai refluks quenching tower sedangkan uapnya akan mengalir ke absorber. Tube
economizer berasal dari bottom stripper.
5.4.2 Pemurnian VCM
5.4.2.1 Absorber Tower
Abosorber tower berguna untuk memisahkan VCM dari HCl dengan melarutkan
VCM dengan lean oil (EDC). Tower memiliki sistem intercooler yaitu pendinginan
bertahap menggunakan empat heat exchanger. Sistem intercooler mengakibatkan
banyaknya refluks untuk kontrol temperatur pada bagian-bagian tower. Overhead tower
banyak mengandung HCl namun sedikit EDC dan VCM dan bertemperatur 15oC serta
bertekanan 7,5 kG. HCl akan mengalir ke heat exchanger untuk didinginkan brine
sampai ±-10oC lalu ditampung pada vessel. HCl kemudian akan dialirkan ke heat
exchanger-12. Bottom tower berupa EDC yang mengandung VCM dan sedikit HCl
dialirkan sebagai umpan stripping tower.
5.4.2.2 Stripping Tower
Stripping tower berguna untuk stripping HCl dari campuran EDC dan VCM.
Bottom stripping tower diharapkan perbandingan EDC : VCM = 1:3 dengan konsentrasi
HCl kurang dari 20ppm. Jika perbandingan tidak sesuai, absorber tower akan
terpengaruh dimana tower bisa memanas jika bottom stripping tower banyak
mengandung EDC. Overhead stripping tower akan dialirkan ke bottom absorber tower
sedangkan bottom stripping tower akan dialirkan sebagai umpan product still tower.
Reboiler stripping tower tidak menggunakan steam namun menggunakan panas
overhead quenching tower.
5.4.2.3 Product Still Tower
Umpan product still tower merupakan campuran antara EDC dan VCM dengan
sedikit HCl. Lean oil (EDC) sebagai bottom tower akan dialirkan ke empat heat
exchanger dengan medium pada shell dan tube adalah sebagai berikut :
39
Tabel 5. 1 Umpan sisi shell dan tube pada beberapa heat exchanger
heat exchanger shell tube11A feed furnace EDC11B feed furnace EDC12 HCl EDC13 EDC sea water
Lean oil 160oC dialirkan ke tube heat exchanger-11A dan heat exchanger-11B sebagai
medium pemanas feed furnace lalu dialirkan ke tube heat exchanger-12 sebagai
medium pemanas HCl yang berasal dari penampungan overhead absorber tower. HCl
diapanskan untuk keberluan heat exchanger dan tower pada OHC-EDC plant, VCM-2
plant, incinerator pada startup/shutdown dan sebagai M-HCl pada C/A plant.
Keluaran tube heat exchanger yang bertemperatur ±50oC, terbagi dua aliran
yaitu sebagai lean oil meruapakn absorber pada absorber tower dan dialirkan ke VCM-
2 plant, reaktor LP-EDC sebagai EDC recycle. Pada startup/shutdown, EDC akan
dialirkan ke storage tank dan sebelumnya didinginkan oleh heat exchanger.
Produk VCM bisa didapatkan dari overhead tower yang dikontrol
bertemperatur kurang dari 50oC. VCM akan mengalir ke heat exchanger-9 dimana
produk akan didinginkan dengan seawater. Keluaran heat exchanger-9 akan dialirkan
ke vessel-9 keluarannya terbagi dua aliran, sebagian sebagai refluks ke product still
tower dengan rasio 1:1 sedangkan sebagian dialirkan humidifier. Umpan product still
tower yang berasal dari bottom stripping tower masih mengandung sedikit HCl
sehingga perlu ditambahkan WD (tergantung analisis) agar reaksinya dengan kaustik
pada neutralizer lebih cepat. Injek WD dilakukan pada vessel-10, saat dibutuhkan
diinjek nitrogen agar mengalir ke humidifier.
5.4.2.4 Neutralizer
Neutralizer merupakan batch kaustik yang terdiri dari flake kaustik yang offspec
dari C/A plant (±97%). Neutralizer tidak boleh banyak mengandung HCl karena akan
cepat rusak. Pada keadaan normal, keluaran neutralizer akan mengalir ke filter yang
dibersihkan empat jam sekali lalu menuju shift tank. Saat shift tank penuh, VCM akan
disirkulasi dan dianalisa. VCM yang sudah sesuai kualitasnya, akan dialirkan ke ball
storage pada VCM tank yard yang dijaga pada tekanan 3,5kG dan temperatur ruang.
40
Jika humidifer atau neutralizer mengandung Fe hasil korosi HCl, setiap empat
bulan sekali kaustik harus diganti dan dilakukan dumping kaustik. Kaustik yang
awalnya ditampung pada vessel akan dialirkan ke pit. Pada saat diperlukan, kaustik akan
dipompakan ke storage untuk dialirkan kembali ke OHC-EDC plant sebagai kaustik
line mixer.
5.5 Incinerator (Seksi 8100)
Incinerator berguna untuk mengolah tar yang banyak mengandung klorin
dengan proses pembakaran agar bisa dimanfaatkan kembali dan bisa diolah pada
pengolahan limbah.
5.5.1 Furnace
Pada incinerator terdapat dua storage umpan furnace yaitu storage-1 yang
menampung heavies (karbon, coke, dll.) dari VCM plant, tar dengan kandungan EDC
<15% dari heavies still pada LP-EDC plant serta storage-6 yang menampung keluaran
vessel pada LP-EDC plant yang banyak mengandung Fe. Kandungan Fe yang tinggi
akan mengakibatkan produk incinerator tidak dapat dikirim ke C/A plant. Kedua isi
sotrage akan dialirkan ke furnace secara bergantian atau bersamaan (bergantung pada
komposisi limbah). Sebelum memasuki furnace, filter-2 akan mensirkulasi aliran
kembali ke storage sedangkan filter-1 akan membawa tar ke furnace.
Sebelum memasuki furnace, tar dipersiapkan berbentuk kabut dengan proses
atomizing air oleh kompresor. Tar mengandung 80%-berat klorin dan organik dimana
reaksi pembakaran pada 1250oC yang terjadi adalah sebagai berikut :
tar liquid + pembakaran Cl2 + CO2 + H2O
Cl2 yang terbentuk akan bereaksi dengan H2O membentuk HCl. Namun, jumlah H2O
hasil reaksi masih kurang untuk bereaksi dengan Cl2 sehingga steam diinjek pada
masukan furnace.
Furnace menggunakan blower untuk combustion air, LPG digunakan untuk
proses heating-up dan memiliki dua jalur sebagai pilot dan main burner. Bagian pilot
akan selalu menyala untuk menjaga agar api tetap ada sedangkan main burner akan
menyala tergantung temperatur furnace.
Panas pembakaran yang dihasilkan furnace dimanfaatkan heat exchanger yang
terhubung dengan steam drum yang akan dialirkan ke steam middle pressure header.
41
Input heat exchanger berupa BFW yang telah mendapatkan treatment sehingga
mengandung fosfat, silica, dll. untuk melindungi boiler. BFW harus rutin di-blow
karena dapat menyebabkan scaling pada heat exchanger.
5.5.2 Quencher
Pada quencher terdiri proses quenching oleh cairan dari bottom vessel dan
dipompakan ke top. Cairan ini bertemperatur 60oC digunakan untuk mendinginkan
keluaran heat exchanger yang bertemperatur 200oC. Side cut quencher mengandung
HCl, uap air, CO2, N2, dll. yang bertemperatur kurang dari 97oC akan mengalir ke
bottom tower-1. Pada tower-1, absorpsi dilakukan dengan WD dan produk keluar
melalui sidecut bertemperatur 60oC Produk merupakan HCl 19% ±2% yang akan
mengalir ke storage-2.
Pada saat startup/shutdown, HCl akan mengalir ke storage-4 lalu dibuang
sebagai waste acid (produk yang buruk kualitasnya saat awal pembakaran). Keluaran
storage-2 akan dipompakan sebagian ke tower-1 sebagai control level quencher,
sebagian ke heat exchanger untuk didinginkan oleh cooling water menjadi ±40oC.
Keluaran heat exchanger akan dibagi dua, sebagian menuju filter dan sebagian
ke storage-5. Filter berisi karbon aktif untuk adsorpsi Fe3+ atau Cl2 lalu dialirkan ke
storage-3 untuk dianalisis. Jika hasil analisis sesuai, HCl akan dipompakan ke C/A
plant sebagai M-B HCl. HCl yang dialirkan ke storage-5 akan terbag dua jalur yaitu ke
C/A mud (sekarang tidak digunakan lagi) yang memerlukan HCl sebagai pelarut dan pit
pada WWT. Refluks quencher sebagian mengalir ke storage-5 yang merupakan
pembuangan waste HCL dan akumulasi Fe di bawah quencher.
HCl dan Cl2 sisa tower-1 akan mengalami scrubbing pada tower-2 menggunakan
WI (juga digunakan sebagai pelarut), natirum tiosulfit dan kaustik 20% dari C/A plant.
Free chlorine akan membentuk NaClO yang akan dinetralisir natrium tiosulfit
sedangkan HCl akan dinetralisir oleh kaustik. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
HCl + NaOH NaCl + H2O
NaClO + Na2S2O3 Na2SO4 + NaCl
Bottom tower akan mengalir ke WWT dan dikontrol pHnya berkisar antara 8-10.