deskripsi grebek maulud gamelan kyai guntur madu keraton surakarta.docx

9
TUGAS TERSTRUKTUR SENI BUDAYA DESKRIPSI GREBEK MAULUD GAMELAN KYAI GUNTUR MADU KERATON SURAKARTA TAHUN 2013 Disusun oleh : Nama : DANANG SETIAWAN No : 07 Kelas : X.2

Upload: danangs-bueda-emang

Post on 13-Aug-2015

91 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DESKRIPSI GREBEK MAULUD GAMELAN KYAI GUNTUR MADU KERATON SURAKARTA.docx

TUGAS TERSTRUKTUR SENI BUDAYA

DESKRIPSI GREBEK MAULUD GAMELAN KYAI GUNTUR MADU KERATON SURAKARTA

TAHUN 2013

Disusun oleh :

Nama : DANANG SETIAWAN

No : 07

Kelas : X.2

SMA NEGERI 1 SUKOHARJO

Tahun Pelajaran 2012/2013

Page 2: DESKRIPSI GREBEK MAULUD GAMELAN KYAI GUNTUR MADU KERATON SURAKARTA.docx

DESKRIPSI GREBEK MAULUD GAMELAN KYAI GUNTUR MADU KERATON SURAKARTA TAHUN 2013

A. SEJARAH SEKATEN DAN GAMELAN

Sekaten berasal dari kata dalam bahasa arab Syahadatain yang berarti dua kalimat syahadat. Yaitu dua kalimat yang menandakan seseorang masuk Islam dengan mengakui dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW sebagai Rosulnya (Asyhadu allaa Illaaha Ilallah wa Asyhadu anna Muhammaddarrasulullah). Oleh lidah orang Jawa, Syahadatain diucapkan menjadi sekaten. Menurut sejarahnya seperti di sini, acara Sekaten tersebut dahulu didesain oleh Wali Songo untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sekaligus sebagai media mengajarkan Agama Islam.

Sekaten pertama kali dimulai sejak masa kerajaan Islam pertama di Jawa, yaitu kerajaan Demak dan turun temurun sampai era kerajaan Surakarta dan Jogjakarta sekarang. Asal muasalnya dahulu awal-awal berdirinya kerajaan Islam Demak Bintoro, Raja Demak pertama yaitu Raden Patah mengadakan pertemuan dengan wali songo yang terdiri dari Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, dan Sunan Gunung Jati untuk membahas cara menyiarkan Islam di Jawa. Saat itu Sunan Kalijaga mengusulkan cara penyiaran agama Islam dengan membiarkan dilaksanakannya adat atau tata cara masyarakat yang saat itu beragama Hindu tetapi dimasuki dan diganti tujuananya sesuai dengan ajaran Islam.

Misalnya acara Semedi diganti dengan acara Sholat, acara sesaji diganti dengan acara zakat fitrah, dan acara keramaian untuk dewa diganti dengan acara perayaan hari raya Islam. Untuk perayaan Hari Raya Islam, karena saat itu orang Jawa suka Gamelan, maka pada Hari Raya Islam untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW di sekitar masjid diusulkan dibunyikan gamelan agar orang-orang tertarik untuk datang. Nantinya jika orang-orang sudah datang dan berkumpul, kemudian diberi pelajaran tentang agama Islam. Usul tersebut kemudian disetujui oleh para wali dan segera dilaksanakan. Pada hari lahir Nabi Muhammad SAW yaitu tanggal 12 Maulud penanggalan Jawa atau 12 rabi’ul awal penanggalan Islam di sekitar masjid ditabuhlah Gamelan. Benar juga, ternyata banyak orang yang berduyun-duyun datang ke masjid untuk mendengarkan bunyi gamelan. Saat itu di sela-selanya Gamelan ditabuh, para wali bergantian berdakwah mengajarkan agama Islam ke orang-orang yang datang tersebut. Saat ini rangkaian acara sekaten menjadi acara budaya, pariwisata dan sekaligus acara bisnis masyarakat yang dikemas menjadi acara Grebeg Sekaten atau Grebeg Maulud (karena diadakan di bulan Mulud, tahun Jawa).

Rangkaian acaranya untuk Solo adalah sebagai berikut :

1. Tabuhan Gamelan Pusaka Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari. Acara ini diadakan pada tanggal 5 Mulud yang dimulai dengan memindahkan sepasang gamelan tersebut dari keraton ke bangsal Masjid Agung Solo yang selanjutnya ditabuh secara bergantian. Acara ini sekaligus sebagai acara penanda pembuka

Page 3: DESKRIPSI GREBEK MAULUD GAMELAN KYAI GUNTUR MADU KERATON SURAKARTA.docx

Grebeg Maulid. Sepasang gamelan tersebut terus ditabuh bergantian hingga menjelang pelaksanaan Grebeg Gunungan Sekaten sekitar tujuh hari kemudian.

2. Jamasan Meriam Pusaka Kyai Setomi. Membersihkan meriam pusaka kraton yang terletak di Bangsal Witono, sitihinggil utara Keraton Kasunanan Surakarta. Acara ini dilakukan dua hari sebelum Grebeg Gunungan Sekaten.

3. Pengembalian Gamelan Pusaka ke dalam Keraton. Pagi hari pada hari puncak sekaten sebelum pemberian sedekah Raja, para abdi dalem keraton mengembalikan gamelan ke Kraton kembali. Gamelan Kyai Guntur Madu langsung dimasukkan ke dalam ruang pusaka, sedangkan Kyai Guntur Sari dibawa ke depan Sasana Sewaka dan ditabuh kembali untuk mengiringi Hajad Dalem Gunungan Sekaten ke Masjid Agung. 4. Pemberian sedekah Raja berupa gunungan di Masjid Agung. Acara puncak Grebeg Maulid adalah tepat pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yaitu tanggal 12 mulud pada penanggalan jawa atau 12 rabi’ul awal pada penanggalan islam. Pada hari tersebut Raja memberikan sedekah kepada rakyatnya berupa makanan tradisional dan hasil bumi yang disusun dalam bentuk sepasang gunungan, yaitu gunungan jaler (laki-laki) dan gunungan estri (perempuan). Gunungan ini diarak menuju Masjid Agung oleh seluruh sentana, abdi dalem, dan para prajurit dan kemudian didoakan oleh ulama Keraton di Masjid Agung Solo. Setelah didoakan, kemudian gunungan tersebut dibagikan kepada seluruh warga. Biasanya warga langsung berebutan mengambil bermacam-macam hasil bumi tersebut.

Page 4: DESKRIPSI GREBEK MAULUD GAMELAN KYAI GUNTUR MADU KERATON SURAKARTA.docx

B. DESKRIPSI GREBEK MAULUD GAMELAN KYAI GUNTUR MADU

KERATON SURAKARTA Saat siswa kelas X.2 pergi ke acara Grebek Maulud pada tanggal 22 Januari 2013, saat

itu kondisinya sangat ramai, sehabis hujan sehingga jalan masih basah. Lautan manusia baik tua-muda, kecil-dewasa, memenuhi jalan dan tempat diadakannya Grebek Maulud (Sekaten) sehingga untuk jalan pun sampai sedikit susah. Di sekaten terdapat pameran keraton di pendopo yang memamerkan foto-foto dokumentasi keraton dan pernak perniknya sedangkan di alun-alunnya terdapat stan-stan penjual yang menjual aneka dagangan serta stan arena permainan anak atau atraksi yang dari dulu sampai sekarang sekilas masih sama. Banyak penjual martabak, celengan, pasaran, kapal-kapalan othok-othok, pecut, arum manis, atraksi tong setan, rumah hantu, sirkus lumba-lumba, komidi putar, dll. Sedangkan di bangsal serambi Masjid Gede Solo, di sebelah barat alun-alun, terdapat pertunjukan Gamelan. Gamelan yang ada di Solo ini salah satunya dahulunya adalah pasangan dari Gamelan yang ada di Sekaten Jogja. Dulu gamelan tersebut adalah sepasang dan pada awalnya dulu digunakan oleh wali songo untuk sarana menyebarkan ajaran Agama Islam. Gamelan tersebut kemudian berpisah karena praktek taktik devide et impera Belanda yang akhirnya berujung ke perjanjian Giyanti. Jadi sejak adanya perjanjian Giyanti yang terjadi sekitar tahun 1755 Masehi, kerajaan Mataram Islam pecah jadi dua kerajaan yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat sehingga seluruh aset keraton Mataram Islam termasuk sampai ke Gamelan sekaten juga dibagi dua. Karena Gamelannya dibagi dua, sedangkan sejarah aslinya sepasang maka masing-masing kerajaan membuatkan pasangan dari gamelan tersebut dan jadilah sepasang gamelan sekaten yang ada sekarang ini. Gamelan yang di Solo yang asli bernama Kyai Guntur Sari kemudian dibuatkan pasangannya yaitu Kyai Guntur Madu. Sedangkan Di Jogja yang asli bernama Kyai Guntur Madu yang dibuatkan pasangannya yaitu Kyai Nagawilogo.

Pada saat disana kami sempat diperkenankan masuk ke dalam Pendopo Kyai Guntur Madu, dan kami bertanya mengenai Gamelan Kyai Guntur Madu kepada Bapak K.I Pahang Sunarno ( umur 52 tahun ) yang sudah 35 tahun jadi pengrawit. Gending yang dimainkan ialah Gending pokok pertama : 1. Gending rambu patet pelog lima 2. Rangkung pelog patet enem · Pada saat kami berada disana telah selesai dimainkan Latrang Barang Miring. Di sekaten, gamelan berbeda dengan gamelan pada umumnya karena terdiri dari demung, saron barong, saron peking, bedhug, kempyang, gong, racikan bonang. Tidak menggunakan rebab , kethuk, kenong, suling/ siter. Tumenggung adalah pemimpin yang bertugas untuk mengatur gamelan pada saat dibunyikan. Kami juga melihat ada beberapa pengrawit yang berasal dari mahasiswa, dan biasa disebut Nglarak.

Gamelan Kyai Guntur Madu dibunyikan bergantian dengan Gamelan Kyai Guntur Sari, ketika suara Adzan berkumandang masing-masing gamelan berhenti berbunyi untuk melaksankan sholat 5 waktu. Jika malam hari, gamelan akan dimainkan lagi dari jam 20.00-24.00. Para pengrawit umumnya sudah berumur dan mahir dalam memainkan gamelan sehingga suara yang dihasilkan sangat merdu dan membawa kesan damai.

Page 5: DESKRIPSI GREBEK MAULUD GAMELAN KYAI GUNTUR MADU KERATON SURAKARTA.docx

C. LAMPIRAN

Gambar 1 Temunggung memimpin dimainkannya gendhing

Gambar 2 Pengrawit memainkan Gamelan Kyai Guntur Madu

Gambar 3 Bedug yang menjadi ciri khas gamelan sekaten

Page 6: DESKRIPSI GREBEK MAULUD GAMELAN KYAI GUNTUR MADU KERATON SURAKARTA.docx

Gambar 4 Papan Nama Gamelan Kyai Guntur Madu

Gambar 5 Buku Gendhing- Gendhing Sekaten

Gambar 6 Isi Buku Gendhing Gamelan Sekaten

Page 7: DESKRIPSI GREBEK MAULUD GAMELAN KYAI GUNTUR MADU KERATON SURAKARTA.docx

Gambar 7 Suasana di depan Masjid Agung disore hari