desentralisasi pendidikan
TRANSCRIPT
5/11/2018 Desentralisasi Pendidikan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desentralisasi-pendidikan 1/8
Desentralisasi Pendidikan
A. Pendahuluan
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sebenarnya telah lama mengenal prinsip
desentralisasi ini, namun penerapannya tidak pernah dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Baru pada tahun 1999 setelah adanya gerakan reformasi, Sejalan dengan perubahan paradigma pada pemerintahan umum yang lebih demokratis, yakni perubahan dari government role ke community
role, keinginan untuk melaksanakan desentralisasi muncul kembali ke permukaan. Dengan berdasar pada Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerahakhirnya desentralisasi mulai diberlakukan secara resmi pada tahun 2001 pada masa
pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid. Perkembangan politik yang demikian cepat padamasa reformasi ini membuat kedua undang-undang di atas pun diganti dengan undang-undang
yang baru yakni Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Desentralisasi sebagai penyerahan kekuasaan ke pemerintah daerah otonom dilakukan dalam
berbagai bidang atau urusan, kecuali dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan,yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama, yang masih menjadi urusan pemerintah pusat.
Berdasarkan pasal 14 Undang-undang No. 33 Tahun 2004 terdapat 16 (enam belas) urusan wajibyang menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten/kota sebagai urusan yang berskala
kabupaten/kota. Salah satu urusan wajib tersebut adalah penyelenggaraan pendidikan. Dengandemikian dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu bidang yang didesentralisasi,
atau yang oleh pemerintah pusat dilimpahkan wewenang penanganannya kepada pemerintahdaerah.
B. Peluang dan Tantangan bagi Peningkatan Mutu Pendidikan
Desentralisasi pendidikan di Indonesia memang merupakan ikutan dari pelaksanaan
desentralisasi pemerintahan umum. Namun demikian, kesempatan adanya desentralisasi pendidikan ini perlu dimanfaatkan sepenuhnya, sehingga desentralisasi pendidikan ini
memberikan dampak yang positif bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.
Desentralisasi pendidikan di Indonesia merupakan peluang yang sangat baik untuk meningkatkan
demokratisasi pendidikan, efisiensi manajemen pendidikan, relevansi pendidikan, dan mutu pendidikan. Dengan desentralisasi pendidikan daerah terpacu untuk memberikan pelayanan
pendidikan yang baik kepada semua anak, termasuk anak-anak yang berada di daerah terpencildan anak-anak kurang beruntung, minimal sesuai tuntutan wajib belajar pendidikan dasar 9
(sembilan) tahun.
Desentralisasi pun mendorong terjadinya efisiensi manajemen pendidikan, karena sebagian besar wewenang pengelolaan pendidikan, baik perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan dan
pengendalian penyelenggaraan pendidikan diserahkan kepada pemerintah daerah, yangdisesuaikan dengan keadaan, kebutuhan, keinginan, dan kemampuan masing-masing daerah.
5/11/2018 Desentralisasi Pendidikan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desentralisasi-pendidikan 2/8
Dengan wewenang yang besar dalam pengelolaan pendidikan, pemerintah daerah pun terdoronguntuk menggali berbagai potensi daerah dan mendorong partisipasi masyarakat untuk membantu
membiayai pembangunan pendidikan di daerahnya. Sebaliknya, partisipasi masyarakat dapatdibangkitkan jika manajemen pendidikan di daerah atau sekolah dapat dilaksanakan secara
efisien, transparan, dan akuntabel, serta tanggap terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Desentralisasi pendidikan di Indonesia merupakan peluang bagi peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dengan kata lain, ia merupakan peluang bagi peningkatan mutu
pendidikan di setiap daerah. Hal ini karena perhatian terhadap peningkatan mutu guru, peningkatan mutu manajemen kepala sekolah, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan,
pembiayaan pendidikan menjadi lebih baik jika dikelola oleh para pejabat pendidikan yang adadi daerah. Pada akhirnya, tujuan desentralisasi pendidikan adalah pada pemerataan mutu
pendidikan yang meningkat ini.
Kebijakan desentralisasi pendidikan untuk mencapai harapan seperti di atas didukung oleh berbagai potensi baik berupa keputusan politik di tingkat pusat maupun daerah, gagasan-gagasan
pendidikan yang inovatif, maupun kondisi nyata di daerah. Keputusan politik yang sangatmendukung adalah dicantumkannya ketentuan dalam UUD 1945 tentang anggaran minimal
pendidikan sebesar 20%. Amanat konstitusional ini bukan hanya menjadi kewajiban bagi pemerintah pusat untuk memenuhinya, tetapi juga mendorong pemerintah daerah untuk
menyediakan anggaran pendidikan yang cukup tinggi pula bagi pembangunan pendidikan didaerahnya.
Potensi berikutnya adalah adanya kebijakan penciptaan lembaga-lembaga kemasyarakat yang bernuansa lebih demokratis dalam mendukung pendidikan di daerah dan sekolah, yakni dewan
pendidikan dan komite sekolah. Dewan Pendidikan yang berada di tingkat kabupaten/kota(beberapa juga ada di tingkat provinsi) merupakan sebuah lembaga independen yang anggotanya
mencerminkan tokoh-tokoh yang peduli pada pendidikan. Dewan pendidikan memiliki peranstrategis, misalnya berperan sebagai pemberi pertimbangan dan dukungan terhadap pihak
eksekutif dan legislatif dalam hal pendidikan, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaankebijakan pendidikan oleh eksekutif, dan berperan pula sebagai penghubung antara legislatif,
eksekutif dan masyarakat pada umumnya. Sementara itu, komite sekolah (kadang disebut dengannama lain seperti dewan sekolah atau majlis madrasah) merupakan sebuah organisasi yang
keanggotaannya terdiri atas perwakilan orang tua siswa, guru, dan tokoh masyarakat yang peduli pendidikan, termasuk dari kalangan dunia usaha. Lembaga ini berperan sebagai mitra kerja pihak
sekolah dalam memajukan pelayanan pendidikan di sekolah secara lebih demokratis, partisipatif,transparan dan akuntabel.
Gagasan lainnya yang sejalan dengan desentralisasi pendidikan adalah manajemen pendidikanyang berbasis masyarakat (community-based management ) dan manajemen berbasis sekolah( school-based management ). Nielsen (Jalal dan Supriadi, 2001) memberikan definisi umum
tentang pendidikan berbasis masyarakat sebagai ³pendidikan yang sebagian besar keputusan-keputusannya dibuat oleh masyarakat.´ Dari pengertian ini dapat difahami bahwa pendidikan
berbasis masyarakat itu intinya adalah keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan pada penyelenggaraan pendidikan, bukan sekedar pada sumbangan modal atau dana bagi
pendidikan saja.
5/11/2018 Desentralisasi Pendidikan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desentralisasi-pendidikan 3/8
Ada berbagai alasan yang mendasari diterapkannya manajemen pendidikan berbasis masyarakat(community-based education) di Indonesia. Pertama, kebijakan otonomi daerah yang mendorong
diterapkannya desentralisasi pendidikan, sehingga daerah dan masyarakat diberikan peluangyang lebih besar untuk mengambil keputusan dalam bidang pendidikan. Kedua, keinginan
pemerintah untuk mendemokrasikan kehidupan masyarakat sipil Indonesia (demokratisasi
masyarakat madani), termasuk demokratisasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketiga,keterbatasan dana pendidikan pemerintah, terutama akibat krisis politik dan ekonomi yang berkepanjangan, sehingga pemerintah kurang mampu untuk membiayai pendidikan di seluruh
Indonesia secara optimal. Keempat, keanekaragaman masyarakat Indonesia, sehingga pendidikannya kurang efektif jika dikelola secara sentralistik oleh pemerintah tanpa melibatkan
partisipasi masyarakat. Kelima, pada kenyataannya sejak dulu masyarakat telah berpartisipasidalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, sekalipun memiliki keterbatasan.
Manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk alternatif pengelolaan sekolah dalam rangka
desentralisasi pendidikan, yang ditandai adanya kewenangan pengambilan keputusan yang lebihluas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang relatif tinggi, dalam kerangka kebijakan
nasional. Keleluasaan pengambilan keputusan pada tingkat sekolah dimaksudkan agar sekolahdapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas program serta agar sekolah dapat lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat yangditunjang dengan sistem pendukung seperti keterampilan mengelola (managerial skills),
keterampilan memperoleh dan memberikan informasi (informatical skills), serta bertumpu padakerjasama dengan masyarakat (community-based relation).
Dalam manajemen berbasis sekolah unsur partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat
penting. Salah satu keberhasilan manajemen berbasis sekolah adalah kemampuan sekolah untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan. Pihak-
pihak dari masyarakat yang dapat dilibatkan partisipasinya dalam pendidikan ini antara lain
orang tua siswa, anggota komite sekolah, tokoh masayarakat, tokoh agama, LSM bidang pendidikan, anggota PKK, LKMD, Badan Perwakilan Desa, kelompok kesenian, masyarakat bisnis, GNOTA, Puskesmas, dan lain-lain.
Potensi pendukung desentralisasi pendidikan lainnya yang sejalan dengan keterlibatanmasyarakat dalam pendidikan adalah banyaknya sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat
yang tidak menggantungkan pada biaya dari pemerintah, misalnya sekolah-sekolah agama yangdiselenggarakan masyarakat Islam. Adanya sekolah seperti ini diakui pula oleh World Bank
(Mark Bray, 1996:5) sebagai salah satu kekuatan pendukung bagi desentralisasi pendidikan.
Selain adanya beberapa faktor pendukung bagi terselenggaranya desentralisasi pendidikan, jika
kita analisis lebih lanjut ternyata terdapat pula beberapa faktor kelemahan yang dapatmenghambat keberhasilan desentralisasi pendidikan di Indonesia. Kelemahan yang pertamaadalah terjadinya perbedaan kemampuan daerah dalam membiayai pendidikan. Dengana adanya
desentralisasi pendidikan berarti pembiayaan penyelenggaraan pendidikan sebagian besar menjadi tanggung jawab setiap daerah. Jika daerah kabupaten/kota itu kaya, mungkin
pembiayaan itu tidak menjadi persoalan. Tetapi jika daerah kabupaten/kota itu miskin, maka persoalan pembiayaan pendidikan akan menjadi beban yang sangat berat bagi daerah tersebut.
Bagi daerah miskin, desentralisasi pendidikan mungkin bukannya mampu meningkatkan mutu
5/11/2018 Desentralisasi Pendidikan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desentralisasi-pendidikan 4/8
penyelenggaraan pendidikan, bahkan mungkin justru akan lebih buruk dari pada sewaktu masihdengan desentralisasi pendidikan. Sebagai contoh, tidak semua daerah kabupaten/kota di
Indonesia mempunyai kemampuan yang sama dalam membiayai pendidikan. Bagi daerah sepertikabupaten dan kota Bandung, kota Bogor, kabupaten dan kota Bekasi di Jawa Barat, beberapa
kabupaten dan kota di provinsi Riau dan kalimantan Timur yang merupakan daerah kaya, maka
desentralisasi pendidikan mungkin mampu terbiayai. Namun bagi beberapa kabupaten di NusaTenggara Timur yang tergolong kabupaten miskin desentralisasi pendidikan dapat menjadi bebanyang sangat berat. Terjadinya perbedaan antara daerah kaya dan miskin dalam desentralisasi
pendidikan dapat menciptakan terjadinya kesenjangan atau gap dalam prestasi pendidikan pada peserta didiknya.
Faktor kelemahan berikutnya adalah ketersediaan sumber daya manusia pengelola pendidikan
yang terbatas. Desentralisasi pendidikan menuntut kemampuan para pengelola pendidikan didaerah untuk mengelola penyelenggaraan pendidikan sendiri, dengan tidak menggantungkan
pada kemampuan para ahli dari pusat. Kemampuan sumber daya manusia pengelola pendidikan baik pada tingkat kabupaten/kota, kecamatan, maupun sekolah ternyata masih belum memadai
dan belum merata pada semua daerah di Indonesia. Hal ini jelas akan menghambat bagikeberhasilan desentralisasi pendidikan itu sendiri.
Sementara itu, karena selama ini penyelenggaraan pendidikan banyak dibantu oleh pemerintah
pusat, baik bantuan keahlian maupun pembiayaan, maka ada kecenderungan munculnya sikapketergantungan pada bantuan pusat. Sikap ketidakmandirian ini tentu akan menghambat bagi
terlaksananya desentralisasi pendidikan, karena desentralisasi pendidikan menuntut sikap yangmandiri pada setiap daerah.
Faktor kelemahan atau penghambat lainnya bagi desentralisasi pendidikan adalah adanyakesadaran yang rendah tentang pendidikan dari para pejabat atau politisi di daerah. Sebagaimana
yang dinyatakan oleh Fiske (1996:26) bahwa, ³one difficulty with turning spending decisionsover to local politicians is that they may be more interested in using available funds for visible,
short-term gains, such as roads or irrigation schemes, than in using them for education, where thegains are less immediately apparent and more long-term.´
Kelemahan atau hambatan-hambatan di atas tentu harus diantisipasi oleh setiap daerah termasuk
oleh pemerintah pusat dan diusahakan untuk diatasi, sehingga desentralisasi pendidikan dapatdilaksanakan sesuai yang diharapkan.
C. Pelaksanaan Desentraslisasi Pendidikan di Indonesia
Desentralisasi pendidikan telah diterapkan di Indonesia sejak tahun 2001. Meskipun belumterlalu lama, namun kita dapat mengungkapkan beberapa hal positif dan negatif dalam
pelaksanaannya. Beberapa hal yang dapat dilihat dari sisi positif pelaksanaan desentralisasi pendidikan adalah: banyaknya daerah (terutama daerah yang kaya) yang memiliki semangat
memajukan pendidikan bagi rakyatnya, misalnya dengan meningkatkan anggaran pendidikan pada APBD; menyederhanakan dan mempersingkat birokrasi pendidikan di daerah;
meningkatnya inisiatif dan kreativitas daerah dalam mengelola pendidikan yang lebihmemungkinkan tercapainya pemerataan pendidikan pada daerah-daerah terpencil; meningkatnya
5/11/2018 Desentralisasi Pendidikan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desentralisasi-pendidikan 5/8
partisipasi masyarakat dalam mendukung pendidikan (terutama pada daerah yang menjadi penerapan gagasan manajemen berbasis sekolah dan masyarakat), dan sebagainya.
Sementara itu, selain hasil positif yang sudah terlihat, ternyata dalam hal-hal lainnya pelaksanaan
desentralisasi pendidikan masih belum memuaskan. Hasil pengkajian percepatan pembangunan
pendidikan dalam rangka desentralisasi pendidikan yang dilakukan oleh Direktorat PendidikanTK dan SD (2002) menunjukkan bahwa pelaksanaan desentralisasi pendidikan di Indonesia belum mampu membawa peningkatan bagi pengembangan pendidikan di daerah. Dengan kata
lain, keadaan pengembangan pendidikan di daerah masih belum menunjukkan perbedaan yang berarti, atau sama saja, antara sebelum dan sesudah dilaksanakan desentralisasi pendidikan.
Bahkan desentralisasi pendidikan dalam hal tertentu justru malah menimbulkan kesulitan barudibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Hasil pengkajian antara lain menemukan hal-hal berikut: (1) dalam hal pendanaan
ketergantungan daerah akan dana dari pusat masih tinggi, sementara komitmen daerah untuk menyediakan anggaran dana pendidikan masih dipertanyakan, (2) dana operasional sekolah baik
sebelum dan sesudah desentralisasi pendidikan sama saja, tidak ada perbedaan yang berarti.Dengan kata lain, bahwa desentralisasi pendidikan tidak mampu meningkatkan dana operasional
sekolah, (3) kinerja pengelolaan pendidikan baik di tingkat birokrasi pendidikan dikabupaten/kota, kecamatan, dan di tingkat sekolah cenderung masih sama saja antara sebelum
dan sesudah desentralisasi pendidikan., (4) pemerintah daerah belum secara serius melakukan pembangunan dan pemeliharaan aspek fisik sekolah ini, khususnya untuk sekolah dasar,
mungkin karena pemerintah daerah kurang perhatian atau karena tidak memiliki dana yangmemadai, (5) bantuan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah cenderung tidak ada
perbedaan atau sama saja keadaannya antara sebelum dan sesudah desentralisasi pendidikan.Dengan kata lain, penerapan desentraliasi pendidikan tidak secara langsung mampu
meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, (6) pemerintah daerah
masih belum mampu memenuhi kekurangan guru, (7) pemerintah daerah juga masih belummampu mengangkat kesejahteraan guru, (8) desentralisasi pendidikan ternyata malah membawakesulitan baru bagi guru dan juga kepala sekolah, yakni dalam hal mutasi kerja dari satu daerah
ke daerah lain. Hal ini karena kabupaten/kota merasa memiliki guru itu sebagai guru didaerahnya sehingga sulit untuk mengizinkan guru tersebut keluar dari kabupaten/kotanya,
sementara daerah kabupaten/kota lain merasa keberatan untuk menerima guru dari daerah lain,(9) dalam hal prestasi siswa desentralisasi pendidikan belum mampu meningkatkan prestasi
siswa, karena tidak ada perbedaan prestasi siswa antara sebelum dan sesudah berlakunyadesentralisasi pendidikan.
Dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa, hasil ujian nasional baik SMP maupun SMA
menunjukkan banyak daerah yang kelulusannya rendah. Hal ini menunjukkan pula bahwadesentralisasi pendidikan di beberapa daerah belum dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.Dengan kata lain, desentralisasi pendidikan belum mampu meningkatkan mutu pendidikan.
D. Meningkatkan Keberhasilan Desentralisasi Pendidikan
Pelaksanaan desentralisasi pendidikan di Indonesia sebagaimana diuraikan di atas tampak masih banyak memiliki kelemahan yang perlu dibenahi. Desentralisasi pendidikan yang secara
5/11/2018 Desentralisasi Pendidikan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desentralisasi-pendidikan 6/8
konseptual sangat baik untuk meningkatkan efisiensi manajemen pendidikan, relevansi pendidikan, peningkatan pemerataan layanan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan
tentunya harus benar-benar dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga harapan ideal dari penerapan desentralisasi pendidikan tersebut dapat tercepat. Untuk menunjang keberhasilan
pelaksanaan desentralisasi pendidikan di Indonesia perlu ada berbagai upaya yang sinergis antara
lain sebagai berikut:
1. K erja sama yang sinergis dalam pengembangan pendidikan. Sekalipun otonomi daerah
memberikan wewenang yang lebih luas kepada pemerintah daerah kabupaten/kota,namun dalam pengembangan pendidikan masih tetap diperlukan kerja sama yang
harmonis antara pemerintah Pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.Desentraliasi/otonomi daerah tidak perlu menimbulkan fanatisme kedaerahan yang
sempit sehingga mempersulit dinamika pengembangan pendidikan. Desentraliasi pendidikan perlu tetap mengacu kepada kepentingan dan wawasan, serta standardisasi
nasional.2. P eningkatan komitmen terhadap pembangunan pendidikan. Desentralisasi pendidikan
dapat berjalan dengan baik jika ada komitmen yang kuat dari lembaga legislatif maupuneksekutif di daerah dalam menyediakan anggaran daerah yang sangat memadai bagi
pembangunan pendidikan di daerah. Selain itu, peningkatan sumber daya pengelola pendidikan di daerah juga sangat diperlukan untuk memacu percepatan pembangunan
pendidikan tanpa selalu tergantung pada pemerintah pusat. Dalam hal ini peranan dankemandirian Dewan Pendidikan sebagai mitra bagi legislatif dan eksekutif di daerah
perlu ditingkatkan, tanpa harus bergantung pada bantuan dari pusat.3. P enggalangan partisipasi masyarakat melalui konsensus. Partisipasi masyarakat dalam
membiayai pendidikan sangat menunjang bagi keberhasilan desentralisasi pendidikan.Dalam hal ini pemerintah daerah harus mampu menciptakan kesepakatan atau konsensus
dengan masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan di daerahnya.
Konsensus ini dapat dicapai melalui dialog dengan berbagai golongan di masyarakatyang memiliki perhatian terhadap penyelenggaraan pendidikan, misalnya dengan partai politik, organisasi massa keagamaan (NU, Muhammadiyah, DGI, dll.), PGRI, para ahli
dari perguruan tinggi, dewan pendidikan, komite sekolah, dan tokoh-tokoh peroranganyang peduli akan pendidikan. Oleh karena itu, pihak pemerintah daerah perlu aktif
mendekati berbagai pihak tersebut. Untuk mendorong partisipasi masyarakat yang luas,maka penerapan gagasan manajemen berbasis sekolah dan berbasis masyarakat perlu
ditingkatkan.4. P eningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
untuk menyelenggarakan pendidikan, baik di bidang perencanaan, pengembangankurikulum, manajemen sekolah, evaluasi, keahlian bidang studi dan lain-lainnya perlu
dilakukan oleh setiap daerah agar penyelenggaraan pendidikan oleh daerah benar-benar bisa dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengirimkan para pejabat
pendidikan di daerah untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 atau S3, atau mengirimkanke pelatihan/penataran yang terprogram.
5. P emberian bantuan pusat untuk daerah miskin. Sekalipun dengan desentralisasi pendidikan tanggung jawab pemerintah pusat menjadi berkurang dalam membiayai
penyelenggaraan pendidikan, namun pemerintah pusat hendaknya tetap memberikan bantuan khusus untuk menunjang daerah-daerah yang miskin, misalnya melalui Dana
5/11/2018 Desentralisasi Pendidikan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desentralisasi-pendidikan 7/8
Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan atau block grant lainnya. Sebab jika derah-daerah miskin tidak dibantu secara khusus, maka desentralisasi pendidikan bukannya
akan membawa peningkatan pendidikan bagi masyarakat di daerah itu, mungkin bahkanakan menurunkan kualitas dan kuantitas partisipasi pendidikan masyarakatnya. Hal ini
pun perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kesenjangan yang mencolok dalam
prestasi pendidikan antara daerah kaya dengan daerah miskin.6. M onitoring dan evaluasi berkelanjutan. Kebaikan dan kelemahan penyelenggaraandesentralisasi pendidikan harus segera dapat diketahui agar dapat dilakukan peningkatan
bagi yang telah ada atau perbaikan-perbaikan bagi yang masih memiliki kelemahan. Olehkarena itu, pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah ataupun pihak lain dapat
melakukan monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan terhadap pelaksanaandesentralisasi pendidikan.
E. Kesimpulan
Desentralisasi di Indonesia yang saat ini ingin dilaksanakan secara sungguh-sungguh tidak dapat
dipungkiri memiliki nuansa politik yang kental sebagai upaya demokratisasi dan menciptakankesan menampung aspirasi masyarakat/daerah, serta sebagai upaya mencegah terjadinya
disintegrasi bangsa. Desentralisasi pendidikan yang juga terimbas muatan politis semestinya bukan hanya ingin menciptakan kesan demokratisasi di bidang pendidikan, melainkan harus pula
membawa dampak positif bagi peningkatan kualitas belajar dan mengajar di sekolah dan luar sekolah. Oleh karena itu, desentralisasi pendidikan hendaknya didukung oleh kesadaran dan
partisipasi tinggi dari masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan, juga didukung olehsumber daya yang bermutu dari para penyelenggara pendidikan di daerah.
Upaya mengimplementasikan desentralisasi pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antaraDepartemen Pendidikan Nasional di Pusat, Dinas Pendidikan di Daerah, Dewan Pendidikan,
tenaga kependidikan di sekolah, dan masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pendidikan. Keberhasilan pihak-pihak tersebut mengimplementasikan desentralisasi pendidikan
tersebut bukan hanya ditentukan oleh kemampuan dan pengalamannya, tetapi juga oleh tingginyakemauan, komitmen, dedikasi, keikhlasan mereka dalam memajukan pendidikan dan juga
keteguhan serta keberanian bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan.
Daftar Bacaan
Bray, Mark (1996). Decentralization of Education, Community Financing. Washington, D.C.:The World Bank.
Dit. Pendidikan TK dan SD. (2001). M anajemen Berbasis Sekolah Untuk Sekolah
Dit. Pendidikan TK dan SD. (2001). P
artisipasi M
asyarakat . Jakarta: DitjenDit. Pendidikan TK dan SD. (2002). Laporan P emantauan P ercepatan P elaksanaan Fiske, E.B. (1996). Decentralization of Education, P olitics and Concensus.Jalal, F dan Supriadi, D. 2001. Reformasi P endidikan dalam K onteks Otonomi Daerah.
Yogyakarta: Adicita.Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang K ewenangan P emerintah dan P ropinsi
sebagai Daerah Otonom.Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem P endidikan Nasional .