desentralisasi fiskal

15
MAKALAH EKONOMI PUBLIK II DESENTRALISASI FISKAL Dosen Pengampu : Dr.Hadi Sasana ,SE.,M.Si Disusun Oleh : Nama Anggota : 1. Imam Aziz Ardhiyanto (12020113120024) 2. Anggita Aji Pratama (12020113140116) 3. Rahadian Anandya F. (12020113120048) 4. Afrizal Nasir (12020113130068) 5. Andika Putra T. (12020113120046) 6. Hernantyo Budihatmojo (12020113120064) 7. Gading Nugroho (12020113120004) 8. Mustika Wahyu (12020113130072) ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

Upload: andikaputra

Post on 06-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

desentralisasi fiskal

TRANSCRIPT

MAKALAH EKONOMI PUBLIK IIDESENTRALISASI FISKAL

Dosen Pengampu :Dr.Hadi Sasana ,SE.,M.Si

Disusun Oleh :Nama Anggota:1. Imam Aziz Ardhiyanto (12020113120024)2. Anggita Aji Pratama(12020113140116)3. Rahadian Anandya F.(12020113120048)4. Afrizal Nasir(12020113130068)5. Andika Putra T.(12020113120046)6. Hernantyo Budihatmojo(12020113120064)7. Gading Nugroho(12020113120004)8. Mustika Wahyu(12020113130072)

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISUNIVERSITAS DIPONEGORO2015PENDAHULUAN

1.Latar BelakangPelaksanaan desentralisasi fiscal yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang direvisi dengan Undang-Undang No.32 dan Undang-Undang No.33 tahun 2004, sudah dilakukan sejak tanggal 1 Januari2001. Melalui otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk menggali pendapatan dan melakukan peranan lokasi secara mandiri dalam menetapkan prioritas pembangunan. Pembangunan didaerah merupakan bagian dari pembangunan nasional, untuk itu pembangunan di daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan secara bertahap sehingga mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional.Menurut Fisher dalam Kuncoro (2004), transfer antar pemerintah merupakan fenomena umum yang terjadi di semua negara di dunia terlepas dari sistem pemerintahannya, dan bahkan sudah menjadi cirri yang paling menonjol dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Di Indonesia transfer dari pemerintah pusat kedaerah meliputi: dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Besarnya transfer pemerintah pusat ke kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah, seluruhnya selalu mengalami kenaikan.Desentralisasitidaklah mudah untuk didefinisikan, karena menyangkut berbagai bentuk dan dimensi yang beragam, terutama menyangkut aspek fiskal, politik, perubahan administrasi dan sistem pemerintahan dan pembangunan sosial dan ekonomi. Secara umum, desentralisasi mencakup aspek-aspek politik (political decentralization); administratif (administrative decentralization); fiskal (fiscal decentralization); dan ekonomi (economic or market decentralization).

Pengaturan hubungan keuangan pusat-daerah didasarkan atas 4 prinsip :1. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat di daerah dalam rangka dekonsentrasi di biayai dari dan atas beban APBN.2. Urusan yang merupakan tugas pemerintah daerah sendiri dalam rangka desentralisasi dibiayai dari dan atas beban APBD.3. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka tugas perbantuan,dibiayai oleh pemerintah pusat atas beban APBN atau pemerintah daerah tingkat atasnyaa beban APBD-nya sebagai pihak yang menugaskan.4. Sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi, pemerintah memberikan sejumlah sumbangan.

RumusanMasalahBerdasarkan latar belakang diatas permasalahn yang adalah, bagaimana alokasi dana untuk daerah dan penyerapan alokasi oleh masing masing daerah di jawa tengah tiap kabupaten dan kota di jawa tengah.TujnandanManfaatPenelitianTujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui nesaran dana alokasi untuk daerah dan seberapa besar penyerapannya untuk kabupaten dan kota di jawa tengah. Landasan TeoritikDesentralisasi fiscal adalah suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan .Menurut Kusaini (2006:29) desentralisasi fiscal merupakan pelimpahan kewenangan di bidang penerimaan anggaran atau keuangan yang sebelumnya tersentralisasi, baik secara administrasi maupun pemanfaatannya diatur atau dilakukan oleh pemerintah pusat. Dalam pelaksanaannya, desentralisai fiskal diatur dalam Undang-Undang No.33 tahun2004 yang membaginya menjadi 3 hal, yakni : desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus seodiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dari pengertian tersebut diatas dapat diartikan bahwa otonomi daerah merupakan kemerdekaan atau kebebasan menentukan aturan sendiri berdasarkan perundang- undangan, dalam memenuhi kebutuhan daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh daerah. Meskipun demikian tetap saja otonomi daerah memiliki kekurangan, diantaranya : 1. Menciptakan kesenjangan antara daerah kaya dengan daerah miskin2. Mengancam stabilisasi ekonomi akibat tidak efisiennya kebijakan ekonomi makro ,seperti kebijakan fiskal.3. Mengurangi efisiensi akibat kurang representatifnya lembaga perwakilan rakyat dengan indicator masih lemahnya pub/ichearing.4. Perluasan jaringan korupsi dari pusat menuju daerah.

Namun pemberian otonomi daerah melalui desentralisai fiskal memiliki beberapa misi utama, Antara lain : a. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerahb. Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.c. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut serta (berpartisipasi) dalam proses pembangunan.

PEMBAHASANDesentralisasi diatur dalam : Undang-undang nomor 22 tahun 1999 dan diganti menjadi Undang-undang nomor 32 tahun 2004 Undang-undang nomor 25 tahun 1999 dan diganti menjadi Undang-undang nomor 33 tahun 2004

Tujuan adanya desentralisasi fiscal : Mencegah disintegrasi bangsa Mendorong demokratisasi Meningkatkan kinerja pemerintah Memajukan daya saing antar daerah Mendekatkan pelayanan daerah Memberdayakan masyarakat Meningkatkan kinerja daerah

ANATOMI URUSAN PEMERINTAHURUSAN

WAJIBKESEHATAN PENDIDIKANPUPERHUBUNGANPERTANIANINDUSTRIDAGANGPARIWISATAPILIHANBERSAMA PUSAT, PROV,KAB,KOTA- HANKAM- MONETER- YUSTISI- POLITIK LN- AGAMAPUSAT (ABSOLUT)PEMERINTAH

PDRB

Merupakan Produk Domestik Regional Bruto yang merupakan salh satu indicator yang bias digunakan untuk mengukur sampai dimanakah keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh daerah tersebut. Pengukurannya dilandasi oleh 9 sektor yang terdiri atas sector pertanian, pertambangan, industry pengolahan, listrik dan air bersih, bangunan perdagangan dan restoran, angkutan umum dan komunikasi, bank/perum serta jasa-jasa.

Data PDRB provinsi Jawa Tengah

Dari hasil diatas dapat ditarik kesimpulan jika PDRB Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sampai tahun 2012 selalu mengalami peningkatan. Akan tetapi terdapat ironi yang cukup membuat heran, harusnya sektor pertanian selalu mengalami kenaikan ini malah menunjukan trend dengan presentase yang menurun. Entah karena faktor lahan ataupun daya jual, yang jelas ini merupakan sebuah masalah yang harus segera untuk di tangani pemerintah.

Pembagian Daereah Berdasar Sektor UnggulanProvinsi Jawa Tengah

Dari data diatas sector pertanian paling menguiasai wilayah yang ada di Jawa Tengah. Tetapi yang mengherankan prosentase PDRB tiap tahun selama 2008 sampai 2012 bisa selalu menurun. Sektor industri juga sedikit mengalami kegalauan karena belum bisa stabil, hal ini sedikit realistis karena memang basic dari daerah hanya mampu menyediakan bahan baku saja. Untuk perdagangan cukup bisa diandalkan, karena di jawa tengah adaa beberapa produk yang bisa dikatan sumber untuk skala nasional. Diantaranya, tembakau dari kabupaten temanggung, bawang merah dari kabupaten dan kota tegal. Untuk jasa masih cukup stabil, karena pada dasarnya sector jasa masih perlu adanya penyesuain dengan adat dan budaya masyarakat, karena umumnya masyarakat masih berpegang teguh pada ngurus dewe luwih murah. Mungkin hal tersebut sedikit atau banyak cukup mempengaruhi pola pikir masyarakat.

PAD (Pendapatan Asli Daerah)Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang benar benar pyur diperoleh daerah. Contoh dari pendapatan asli daerah adalah pajak daerah dan restribusi.

Data Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Tengah TahunKabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005Kab.Cilacap21.036.22031.702.93029.680.51039.892.60024.510.160

Kab.Banyumas16.487.15023.374.37023.842.26030.Z14.26017.296.320

Kab.Purbalinggaaa8.966.75011.615.91017.367.20917.730.03019.m.010

Kab.Baniernegara9.517.26013.035.86022.851.58017.799.09012.375.900

Kab.Kebumen12.284.49016.092.22016.895.94022.701.050.13.348.320

Kab. Purworejo14.668.03017.164.32032.065.32919.627.41015.011.240

Kab.Wonosoboll.163.19014.599.20012.024.36119.876.72012.436.310

Kab.Magelang10.274.52018.567.07128.035.74024.410.82015.756.640

Kab.Bovolali16.075.19021.408.94017.157.18919.384.91010.100.000

Kab.Klaten10.494.72012.714.08019.91)1.49625.146.16021.093.660

Kab.Sukoharioll.230.44014.027.40021.527.92025.226.15020.180.230

Kab.Wonogiri12.174.800l1.750.81016.574.70020.539.57015.949.900

Kab. aaaakakaKaranganvar17.345.57021.546.00016.525.84021.608.77014.955.530

Kab. Sragen9.255.78011.704.82017.181.27718.611.37012.375.970

Kab.Grooogan12.750.55026.892.78035.023.26428.452.03021.634.360

Kab.Blora12.909.95021.427.73029.439.54127.007.03016.947.340

Kab.Rembang12.510.16015.028.76017.493.15017.234.66013.341.500

Kab.Pati21.684.90022.787.71321.453.23022.757.04016.954.920

Kab.Kndus18.825.10017.939.51021.178.69030.936.95029.%6.100

Kab. Jepara10.827.90018.508.04021.335.54023.275.22017.426.270

Kah.Demak11.551.12016.050.66029.661.77120.490.25016.312.920

Kah. Semarang17.922.81026.335.82020.897.30621.802.38022.575.130

Kab,Temanggung8.510.54011.829.47018.482.72016.894.82011.863.560

Kab.Kendal17.721.73024.536.36020.067.19023.008.60019.580.000

Kab.Batang8.765.32012.258.81016.321.18017.812.06015.713.350

Kab.Pekalongan10.688.15018.110.66016.895.88016.862.10013.001.960

Kab. Pemalang10.493.55015.434.40022.151.42924.071.94018.528.950

Kab.Tegal17.606.34021.831.18018.476.16050.117.28017.500.860

Kab.Brebes17.009.10017.650.81025.309.11029.374.15023.405.750

Kota.Magelang6.170.02013.657.89010.982.21012708.3709.013.700

Kota.Surakarta17.214.00017.695.22023.271.99234.818.46033.509.090

Kota.Salatiga10.551.22013.383.12011.573.55012.539.86010.084.680

Kota. Semarang56.364.520109.718.680147.103.710197.954.720146.321.510

Kota. Pekalongan8.222.79016.386.03015.235.84015.592.43010.712.360

Kota. Tegal9.020.080ll.913.75016.183.50018.128.890B.584.190

Sumber: BPS,StatistikKeuanganDaerahProvinsiJawaTengahTahun2001~2005

Pendapatan daerah Kabupaten dan kota di Jawa Tengah

Kabupaten/Kota20012002200320042005

Kab.Cilacap32.112.95046.833.92245.494.81253.499.090101.873000

Kab.Banyumas29.541.43137.499.52745.045.84051.224.31047.901.860

Kab.Purbalinzza15.169.50823.522.64528.179.00028.619.78031.790.060

Kab.Banjarnegara13.266.09921.951.03925.303.14030.622.37026.614..950

Kab.Kebumen14.216.18026.625.97129.807.20026.264.66027.153.350

Kab.Purworeio15.391.41320.914.95521.882.95026.277.06030.751.980

Kab.Wonosobo10.824.60226.507.23124.159.62623.869.51020.665.320

Kab.Magelang23.550.26432.079.43835.808.18043.687.04046.344.690

Kab.Boyolali17.675.16724460.32632.781.31036.960.02046.616.170

Kab.Klaten13.897.56617.519.43821.879.72627.047.60033.466.710

Kab.Sukoharjo13.296.68418.555.31819.929.27021701.84025.245.340

Kab.Wonogiri14.224.16823.108.19225.998.75025.290.37035.101.100

Kab.Karanganvar16.550.71417.300.15525.196.92029.485.26029.851.980

Kab.Sragen14.866.61024.347.95242.976.69243.547.11031.497.970

Kab.Grobogan17.975.77227.067.56737.296.06637.038.76038.917.690

Kab.Blora16.481.41426.185.72626.933.91029.530.46029.706.640

Kab.Rembang9.441.58815.677.50418.295.45018.715.70019.926.750

Kab.Pati30.193.13734.573.27440.826.75055.030.35046.418.260

Kab.Kudus22.126.35830.198.79338.842.60041.617.40039.968.700

Kab.Jepara20.235.16245.036.65853.740.24047.266.55053.704.230

Kab.Demak11.117.80914.597.12418.320.15217.449.37022.108.420

Kab.Semarang18.928.28030.058.62540.269.71044.624.64050.099.810

Kab.TemanggungIl.184.58218.021.90018.580.06019.572.48035.162.130

Kab.Kendal21.889.30735.783.03737.174.07031.671.37044.638.580

Kab.Batang13.947.64121.382.84423.308.57023.610.80019.189.730

Kab.Pekalonsan15.219.03222.278.21922.734.77027.224.99022.275.300

Kab.Pemalang15.174.33025.001.55829.868.64026.905.82029.602.140

Kab.Tega}18.599.22732.581.29938.336.28039.009.42046.219.890

Kab.Brebes14.520.90622.182.60525.288.38025.735.11031.140.700

Kota.Magelang12.311.35319.191.41523.567.460.22.628.70024.486.980

Kota.Surakarta35.640.53244.922.14154.815.67959.632.52062.852.840

Kota.Salatiga10.501.14917.703.83420.181.96021.619.40024.146.320

Kota.Semarang85.509.298122.590.245143.157.300. 155.824.660163.621.IOO

Kota.Pekalongan13.392.02816.247.59613.679.48015.864.60012.838.810

Kota.Tega!17.576.78830.410.5233.5147.5704.2359.7504.1719.370

Sumber: BPS,StatistikKeuanganDaerahProvinsiJawaTengahTahun2001~2005

PENDAPATAN DAERAHPendapatan daerah tidak hanya berasal dari dari PAD melainkan ditambah dari otonomi daerah yang dianggarkan oleh pemerintah pusat. Selain itu juga didapat dari dana hibah, bisa juga dari transfer daerah lain yang disangga oleh daerah tertentu. Misalnya, kota atau kabupaten di sekitar DKI Jakarta, tiap tahun pasti memiliki tambahan pendapatan karena selalu mendapat transfer anggaran, hal ini di karenakan DKI Jakarta di sangga oleh wilayah tersebut karena faktor sutu hal.

Kesimpulan Pemerintah berperan dalam membangun daerahnya, dalam hal ini dikarenakan pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan skala nasional. Pembangunan daerah juga termasuk kedalam sarana untuk meningkatkan penghasilan daerah, karena tujuaannya unruk merangsang daerah dalam pembangunannya. Desentralisasi fiscal diberikan lewat otonomi daerah pada daerah dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah untuk melaksanakan kegiatan daerahnya. Selain mendapat anggaran dari pemerintah, daerah daalam menjalankan kegiatannya disokong oleh PAD (Pendapatan Asli Daerah)