desain dan simulasi kenematika pada sistem...
TRANSCRIPT
UAD, Yogyakarta THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017
THE 5TH URECOL PROCEEDING 223 ISBN 978-979-3812-42-7
DESAIN DAN SIMULASI KENEMATIKA
PADA SISTEM KEMUDI DENGAN SUDUT 90o
Agus Dwi Anggono1), Joko Sedyono2)Bana Handaga3)
1,2Jurusan Teknik Mesin, 3Teknik Informatika
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstract
The aim of the research is to design a 90 degrees steering mechanism system for multi porpose
vehicle. The application of the steering system can be implemented for many types of car. The
advantage of the systems is flexibility in movement. Therefore, the vehicle has high degree of
moving in any direction. The mechanism was designed in 2D and 3D model. Then, the component
was joined in assembly and kinematic simulation by using CATIA. Clash detection of each
components has carried out in assembly workbench of CATIA. The results in this work helps the
automotive industries to develop a real 90 degree steering systems. All components have
completely design in 3D solid by using CATIA. From the product assembly, the clash between
parts have eliminated by part editing. In the final assembly, there were not clash detected.
Keywords: Steering systems, 4 wheel steering, CAD, Assembly Design, Kinematic Design
PENDAHULUAN
Kendaraan roda empat atau mobil
penumpang menjadi moda transportasi yang
paling diminati di Indonesia. Setiap kendaraan
memiliki unit pengendali berupa sistem
kemudi. Sistem kemudi menggerakkan roda
depan dengan sudut tertentu untuk mengatur
dan mengendalikan arah kendaraan. Sistem
kemudi empat roda dikembangkan pada
kendaraan-kendaraan kelas atas. Sistem
tersebut dibangun untuk mengimbangi efek
roling pada roda belakang, sehingga pada saat
belok dengan kecepatan tinggi lebih stabil.
Pada sistem kemudi empat roda, sudut belok
roda belakang cenderung lebih kecil
dibandingakan dengan roda depan, maksimal
berkisar 10-30 derajat(Khristamto et al.
2015).
Persyaratan sistem kemudi adalah
memiliki kemampuan manuver yang baik.
Sistem kemudi harus mampu membelokan
roda kendaraan dengan tajam, mudah dan
halus. Sistem kemudi juga dibuat ringan pada
kecepatan rendah dan menjadi berat pada
kecepatan tinggi. Bagian-bagian sistem
kemudi diantaranya adalah roda kemudi,
steering clums, steering gear yang berfungsi
untuk mengubah rotasi pembelokan menjadi
gerak translasi untuk membelokan roda.
Sistem kemudi ada dua macam, yaitu rack and
pinion dan tipe recirculating-
ball(Balachandran & Gerdes 2013;
Khristamto et al. 2015).
Tipe rack and pinion memiliki konstruksi
pinion yang terhubung dengan rack. Pada saat
pinion berotasi akan menggerakkan rack
bertranslasi kekiri dan kekanan. Konstruksi
tipe ini lebih sederhana dan ringan karena gear
box yang kecil. Respon steering sangat tajam
karena gigi-gigi memiliki hubungan langsung.
Perakitan roda steering tertutup sehingga
bebas perawatan.
Steering tipe recirculating-ball memiliki
konstruksi yang lebih rumit. Poros kemudi
berbentuk spiral yang terdapat bola-bola yang
bersirkulasi pada saat kemudi diputar. Karena
menggunakan bola-bola maka gesekan yang
terjadi sangat kecil. Konstruksi ini mampu
menahan beban yang besar dan memiliki
sudut operasi yang besar.
Sekarang ini kendaraan-kendaraan
pribadi memiliki ban-ban yang lebar dan
tekanan rendah untuk menambah kenyamanan
dan menambah bidang kontak dengan jalan.
Namun hal itu mengakibatkan usaha yang
dilakukan stir menjadi lebih besar. Tenaga
steering dapat diturunkan dengan menurunkan
Universty Research Coloquium 2017 ISSN XX-XX
THE 5TH URECOL PROCEEDING 224 ISBN 978-979-3812-42-7
rasio roda gigi pada steering gear. Untuk
menurunkan usaha dalam membelokan roda
maka ditambahkan alat yang disebut sebagai
power steering baik yang bertipe hidrolik
maupun elektrik.
Pada penelitian ini dibuat desain sistem
kemudi untuk 4 roda yaitu roda depan dan
belakang. Gambar 1 menunjukkan
mekanisme kemudi 2 roda depan dengan
sudut maksimal 45o. Besaran sudut putar
bervariasi antara kendaran satu dengan yang
lain, namu berkisar 40-60o.
Gambar 1. Sistem kemudi pada roda depan
dengan sudut maksima 45o.
Sistem kemudi 4 roda ditunjukkan pada
Gambar 2. Dimana pada penelitian ini
didesain sampai dengan 90o sudut putar roda
kendaraan. Sehingga pada sudut maksimal
tersebut, kendaraan dapat bergerak ke
samping.Desain yang diusulkan pada
penelitian ini adalah dengan membagi total
sudut 90o menjadi dua bagian. Bagian pertama
dengan sudut maksimal 45o yang dibelokan
pada sambungan pertama. Sudut kedua
diperoleh dari sambungan kedua dengan sudut
maksimal 45o, sehingga total menjadi 90o.
Perkembangan teknologi Computer
Aided Design (CAD) semakin maju, sehingga
memungkinkan membuat desain yang rumit.
Simulasi dan analisis kekuatan suatu struktur
dan asembly dapat dilakukan dengan
teknologi Computer Aided Engineering
(CAE) baik statik, dinamik, thermal maupun
fluida. Metoda Finite Element Analysis (FEA)
telah terbukti efisien dalam melakukan
analisis secara firtual terhadap kekuatan
material(Anggono & Riyadi 2014; Widodo &
Riyadi 2014).
(a) (b)
Gambar 2. Sistem kemudi empat roda
dengan sudut maksimal 90o.(a) Sudut putar
pertama maksimal 45o pada sambungan 1. (b)
Sudut putar kedua maksimal 45o pada
sambungan 2.
KONSEP DASAR KEMUDI 4 RODA
Melakukan desain atau perubahan sudut
kemudi sampai pada 90o merupakan
perubahan drastis dan besar. Sebagaimana
terlihat dalam Gambar 2, kendaraan dapat
bergerak secara ekstrim, yaitu menyamping.
Hal ini membutuhkan perubahan sudut yang
besar pada mekanisme steering. Berdasarkan
sistem geometri Ackerman, sudut kemudi
ditentukan oleh sudut antara sumbu
longitudinal kendaraan terhadap bidang pusat
dua roda depan seperti yang digambarkan
pada Gambar 3. Kebutuhan sudut 90o pada
mekanisme kemudi dapat menggunakan
penguat sudut antara poros mekanis dengan
roda seperti yang diilustrasikan pada Gambar
4. Biasanya sistem kemudi hanya memiliki
sudut maksimal dan minimal +30 dan -30
derajat saja. Sehingga sudut 𝜃𝑉𝐴 kemudi
menjadi:
𝜃𝑉𝐴 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 (2 tan 𝜃𝑖 tan 𝜃𝑒
tan 𝜃𝑖 + tan 𝜃𝑒) (1)
Geometri Ackerman :
𝜃𝑒𝐴 = arctan(𝐿
𝐵⁄ ) tan 𝜃𝑖
(𝐿𝐵⁄ )+ tan 𝜃𝑖
(2)
Posisi kendaraan bergerak lurus:
𝑐𝑥0 = 𝑍0 − 𝑏 sin 𝛾 (3)
UAD, Yogyakarta THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017
THE 5TH URECOL PROCEEDING 225 ISBN 978-979-3812-42-7
𝑐𝑦0 = 𝑒 + 𝑏 cos 𝛾 − ℎ (4)
𝑐 = √(𝑐𝑥0)2 + (𝑐𝑦0)2 (5)
Posisi kendaraan berbelok:
Mekanisme bagian dalam dengan
mempertimbangkan sudut θi :
𝛽𝑖 =𝜃𝑖
𝑅𝑎 (6)
∅𝑖 = 𝛾 − 𝛽𝑖 (7)
𝑏𝑥𝑖 = 𝑏 sin ∅𝑖 (8)
𝑏𝑦𝑖 = 𝑏 cos ∅𝑖 (9)
𝑐𝑥𝑖 = 𝑍0 − 𝑒𝑥 − 𝑏𝑥𝑖 (10)
𝑐𝑦𝑖 = −ℎ + 𝑒𝑦 + 𝑏𝑦𝑖 (11)
𝑐2 = 𝑐𝑥𝑖2 + 𝑐𝑦𝑖
2 (12)
𝑒𝑦2 = √𝑒2 − 𝑒𝑥
2 (13)
Dengan menguadratkan persamaan (10)
dan (11), kemudian mensubstitusikan
persamaan (12) dan (13) maka akan
menghasilkan persamaan kuarat dalam
koefisien ex :
𝐴𝑖 = (𝑏𝑥𝑖−𝑧𝑜
𝑏𝑦𝑖−ℎ)
2
+ 1 (14)
𝐵𝑖 =(𝑏𝑥𝑖−𝑧0){𝑒2−𝑐2+(𝑏𝑥𝑖−𝑧0)2+(𝑏𝑦𝑖−ℎ)
2}
(𝑏𝑦𝑖−ℎ)2 (15)
𝐶𝑖 = {𝑒2−𝑐2+(𝑏𝑥𝑖−𝑧0)2+(𝑏𝑦𝑖−ℎ)
2
2(𝑏𝑦𝑖−ℎ)} − 𝑒2 (16)
𝑒𝑥 =𝐵𝑖−√𝐵𝑖
2−4𝐴𝑖𝐶𝑖
2𝐴𝑖 (17)
𝜓𝑖 = arccos (𝑐𝑦𝑖
𝑐) (16)
Sudut transmisi kemudi:
𝜇𝑖 = 𝜙𝑖 + 𝜓𝑖 (16)
Dimana 𝜇𝑖 adalah sudut minimum yang harus
dihindari.
Gambar 3. Sudut kemudi pada geometri
Ackerman
Gambar 4. Skema mekanisme kemudi
METODE
Penelitian ini menggunakan CATIA V5
untuk melakukan desain 3D dengan bentuk
pejal atau solid model. Dimensi komponen
kemudi diperoleh dengan mengukur
komponen sebenarnya sebagai acuan dalam
melakukan desain dan perubahan. Setiap
komponen digambar secara terpisah dalam
satu fail. Setelah semua komponen dibuat
dalam bentuk solid 3D maka langkah
berikutnya dalah membuat komponen
gabungan atau assembly. Proses pembuatan
gambar gabungan menggunakan fasilitas
Assembly Design di CATIA V5. Sebelum
dijadikan dalam satu kesatuan assembly,
beberapa komponen ada yang digabung
terlebih dahulu, hal ini disebut sebagai sub
gabungan.
Universty Research Coloquium 2017 ISSN XX-XX
THE 5TH URECOL PROCEEDING 226 ISBN 978-979-3812-42-7
Gambar 5. Diagram alir penelitian
Sebagaimana yang digambarkan pada
diagram alir penelitian, setelah gabungan
utama selesai maka dilakukan analisis
tabrakan antar komponen. Analisis tabrakan
atau clash analysis merupakan salah satu
metoda untuk mendeteksi suatu desain dalam
assembly, apakah dimensinya sesuai dengan
pasangannya. Apabila dimensi tidak sesuai
maka dalam clash analysis akan memberikan
suatu nilai. Sebagai contoh adalah poros dan
lubang. Apabila jenis suaian yang digunakan
adalah suaian pas, maka antara poros dan
lubang tidak ada jarak sama sekali. Clash
analysis di bagian assembly dilakukan pada
kondisi diam atau statis. Sedangkan analisis
pada keadaan bergerak dilakukan pada
Kinematic Analysis. Analisis tersebut
dilakukan dengan menggerakkan komponen-
komponen yang semestinya bergerak
sehingga dapat diketahui apakah gerakan
tersebut akan menabrak komponen yang lain
atau tidak.
Analisis tabrakan antar komponen
memberikan keuntungan yaitu menghindari
kesalahan desain. Apabila dalam analisis
tersebut terjadi tabrakan, maka perubahan
komponen kembali dilakukan pada tahapan
desain 3D. Perubahan desain akan terus
dilakukan sampai tidak ada tabrakan antar
komponen yang terdeteksi, baik pada saat
assembly maupun kinematik. Sehingga
didapatkan desain mekanisme kemudi yang
secara simulasi dapat bekerja dengan
maksimal tanpa terjadi tabrakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagaimana yang digambarkan pada
skema Gambar 2, bahwa mekanisme kemudi
dengan sudut maksimal 90 derajat akan dibagi
menjadi dua bagian sehingga masing-masing
memiliki sudut sebesar 45o. Dari skema
tersebut maka mekanisme memiliki dua titik
sambungan yang membagi menjadi 45o.
Pada mekanisme kemudi 90o, hal yang
paling penting untuk diperhatikan adalah
poros penerus putaran. Poros tersebut juga
harus bisa membentuk sudut 90o. Komponen
yang meneruskan putaran ke roda itu disebut
dengan CV (Constant Velocity) joint.
Sambungan tersebut artinya tidak ada
perbedaan kecepatan setelah membentuk
sudut. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar
6, hasil penggabungan komponen CV join.
Sambungan tersebut dianalisis pada kondisi
tergabung dan analisis gerak kinematika.
Gambar 6 memberikan gambaran
berbagai posisi sambungan CV. Pada posisi
kendaraan bergerak lurus, sambungan CV
seperti pada Gambar 6a, yaitu lurus tanpa
membentuk sudut. Gambar 6b dan 6c adalah
posisi kendaraan atau roda berbelok dengan
sudut 45o. Komponen yang bekerja adalah
pada lengan terluar, dimana sambungan CV
berupa bola-bola. Setelah sudut maksimal
yang pertama tercapai, maka apabila
dilanjutkan proses pemutaran kemudi, maka
lengan atau poros kedua yang bekerja dengan
sudut maksimal 45o, seperti yang
digambarkan pada Gambar 6d dan 6e untuk
posisi sebaliknya.
(a)
Pengukuran Gambar Sket
Desain 3D
solid
Sub
gabungan Gabungan
utaman
Model akhir Selesai
Mulai
Apakah
terjadi
tabrakan?
Ya
Tidak
UAD, Yogyakarta THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017
THE 5TH URECOL PROCEEDING 227 ISBN 978-979-3812-42-7
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 6. Sambungan kecepatan konstan.
Gambar 6 adalah salah satu contoh
gabungan kecil atau sub assembly pada desain
sistem kemudi. Sub assembly tersebut
kemudian digabungkan dengan komponen
yang lain seperti rumah suspensi atau knuckle
dan suspensi, seperti yang ditampilkan pada
Gambar 7. Gerakan yang telah disimulasikan
sebelumnya pada gabungan CV joint, setelah
digabungkan dengan komponen lain akan
memiliki derajat kebebasan yang berbeda
dengan sebelumnya. Karena derajat
kebebasan yang berubah maka simulasi
kembali diatur dari awal dengan jumlah
derajat kebebasan yang baru. Kelebihan
penggabungan dengan sub assembly adalah
untuk meminimalkan kesalahan yang
mungkin terjadi. Kesalahan simulasi banyak
disebabkan karena kesalahan pemilihan
constraint atau kondisi batas dari hubungan
antar komponen.
Gabungan antara sub assembly dengan
komponen yang lain untuk menjadi gubungan
yang lebih besar, misalnya antara CV joint,
knuckle dan suspensi, dapat dilihat pada
Gambar 7. Pada gambar tersebut juga
dilakukan simulasi dan analisis tabrakan
dalam upaya menentukan bentuk komponen
yang sesuai. Simulasi dilakukan pada
pembentukan sudut 45o dan 90o.
(a)
(b)
Universty Research Coloquium 2017 ISSN XX-XX
THE 5TH URECOL PROCEEDING 228 ISBN 978-979-3812-42-7
(c)
(d)
Gambar 7. Gabungan antara CV joint,
knuckle dan suspensi.
Gambar 7(a) dan (b) memberikan
gambaran pada posisi belok dengan sudut 45o.
Pengecekan tabrakan komponen dilakukan
pada setiap pembentukan sudut secara
simultan. Arti bahwa selama membentuk
sudut dari 0-45o dilakukan pengecekan
tabrakan antar komponen. Selain membentuk
sudut, CV joint juga dalam keadaan berputar
yang merupakan penggambaran kendaraan
sedang berjalan. Dengan cara yang sama
dilakukan juga pada saat pembentukan sudut
dari 45-90o, dimana pada posisi akhir disudut
90o dapat dilihat pada Gambar 7 (c) dan (d).
Gambar 8 memberikan gambaran proses
pengecekan antar komponen dalam suatu
assembly atau gabungan. Gambar 8(a) adalah
daftar komponen yang telah dibuat dalam
gabungan. Pengecekan kondisi komponen
dengan cara memilih dalam daftar untuk
melihat tampilan komponen tersebut, yang
digambarkan pada Gambar 8(b). Dari tabel
terlihat status hubungan antar komponen,
misalnya contact atau clash dan ditampilkan
juga nilainya. Apabila terjadi clash, maka
komponen tersebut dapat diubah sesuai nilai
yang tampil. Sehingga jarak antar keduanya
sesuai dengan jenis kondisi yang dipakai.
(a)
(b)
Gambar 8. Hasil analisis tabrakan antar
komponen.
1. KESIMPULAN
UAD, Yogyakarta THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017
THE 5TH URECOL PROCEEDING 229 ISBN 978-979-3812-42-7
Semua komponen sistem kemudi berhasil
dibuat dalam bentuk model 3D pejal.
Penggabungan antar komponen menjadi
gabungan kecil dan gabungan akhir berhasil
dilakukan dan pengecekan clash atau tabrakan
antar komponen telah dilakukan. Perubahan
dimensi komponen-komponen telah
dilakukan sesuai dengan hasil clash analisis.
Simulasi gerak kinematika sistem kemudi
dengan sudut 90o, berhasil dilakukan dan
menunjukkan gerakan yang baik. Gerak
kinematika tidak menunjukkan adanya
tabrakan antar komponen, sehingga
memberikan gambaran bahwa sistem ini dapat
diwujudkan dalam prototipe.
PERSANTUNAN
Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Universitas Muhammadiyah Surakarta dan
Direktur Jenderal Penguatan Riset dan
Pengembangan, Kementrian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi, Republik Indonesia,
yang telah membiayai penelitian ini [Nomor
kontrak = 186.53/A.3-III/LPPM/V/2016].
REFERENSI
Anggono, A.D. & Riyadi, T.W.B., 2014.
Finite Element Simulation of the
Drawability of Tailor-Welded Blank.
Applied Mechanics and Materials, 660,
pp.3–7. Available at:
http://www.scientific.net/AMM.660.3.
Balachandran, A. & Gerdes, J.C., 2013.
Artificial Steering Feel Design for
Steer-by-wire Vehicles, IFAC.
Available at:
http://dx.doi.org/10.3182/20130904-4-
JP-2042.00131.
Khristamto, M., Praptijanto, A. & Kaleg, S.,
2015. Measuring geometric and
kinematic properties to design steering
axis to angle turn of the electric golf
car. Energy Procedia, 68, pp.463–470.
Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.egypro.2015.
03.278.
Widodo, T. & Riyadi, B., 2014. A parametric
study of wind catcher model in a typical
system of evaporative cooling tower
Using CFD. Applied Mechanics and
Materials, 660, pp.659–663.