desain beton ii
TRANSCRIPT
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desain struktur beton merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan oleh
mahasiswa Program Studi Teknik Sipil S1 untuk dapat lulus dalam matakuliah Struktur
Beton 2, setelah mempelajari tentang struktur beton 1. Dimana tugas desain ini akan
membantu mahasiswa dalam menerapkan materi-materi yang telah dipelajari dalam kelas
menjadi suatu perencanaan struktur yang lebih nyata.
Struktur yang merupakan rangka dari suatu bangunan memiliki peranan yang sangat
penting dalam berdirinya bangunan tersebut, juga kestabilannya. Struktur yang
direncanakan harus mampu menahan gaya-gaya yang disebabkan oleh beban-beban yang
bekerja pada bangunan, dan kemudian menyalurkan secara bertahap dari balok, kolom,
sampai akhirnya ke pondasi. Ada beberapa bahan bangunan yang dapat digunakan untuk
pengembangan struktur suatu gedung seperti beton, baja, baja komposit dan kayu.
Struktur bangunan dengan bahan beton memiliki beberapa keunggulan dan
kekurangan. Adapun keunggulannya yaitu, antara lain :
1. Beton memiliki kuat tekan yang relatif tinggi dibandingkan dengan kebanyakan
bahan lain.
2. Beton bertulang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air.
3. Struktur beton bertulang sangat kokoh.
4. Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
5. Usia layan beton sangat panjang.
6. Merupakan bahan yang cukup ekonomis.
7. Beton dapat dicetak dalam bentuk yang beragam.
Perencanaan struktur beton ini harus dilakukan sebaik mungkin, sesuai dengan
peraturan yang berlaku supaya bangunan aman dari kegagalan konstruksi, jikalau terjadi
suatu bencana seperti gempa dan api, bangunan harus dapat bertahan dalam jangka waktu
evakuasi.
Dari seluruh uraian pentingnya struktur pada bangunan, maka perencanaan struktur
beton ini harus dilakukan dengan baik dan benar, agar dapat memenuhi syarat keamanan,
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 1
2013
efisien dan ekonomis.Adapun tugas dalam desain struktur beton ini secara umum yaitu
menentukan dimensi komponen struktur, menggambarkan penulangannya, dan menghitung
volume beton dan tulangan.
1.2 Permasalahan
Dalam perencanaan struktur gedung, yang paling utama adalah kemampuan struktur
untuk menahan beban, yang dalam hal ini adalah struktur beton. Untuk mampu melayani
pembebanan yang terjadi, maka perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin dan harus
sesuai dengan Standar Perencanaan Beton SNI 03-2874-2002 . Adapun data-data tugas
pada desain ini yaitu sebagai berikut :
1. Gedung perkuliahan terbuat dari konstruksi beton bertulang.
2. Bangunan menggunakan system rangka biasa.
3. Level gempa 2500 tahun.
4. Klasifikasi situs proyek adalah tanah sedang.
5. Mutu beton fc’ = 25 MPa.
6. Mutu baja tulangan fy = 400 MPa.
Perhitungan konstruksi beton bertulang mengacu pada metode ultimit sesai dengan
ketentuan SNI 03-2847-2002, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 dan
Standar Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI-1762-2002.
Tugas yang harus dilakukan yaitu menghitung dan menggambarkan penulangan pada
balok, tangga, ruas pelat lantai dan dimensi pondasi.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 2
2013
BAB II
DATA PERENCANAAN
2.1 Properti Matreial
Material yang digunakan pada desain ini adalah beton dan baja dengan spesifikasi:
a. Beton
– Kuat tekan, f’c = 25 Mpa
– Modulus elastisitas, Ec = 4700.fc0,5 = 23.500 Mpa
– Rasio Poisson, vc = 0,2
– Berat jenis beton, gc = 2400 kg/m3
b. Baja– Kuat tarik baja tulangan, BJTD40, fy = 400 Mpa
– Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 Mpa
– Rasio Poisson, vs = 0,3
– Berat jenis baja, gs = 7850 kg/m3
2.2 Denah Bangunan
Gambar 2.1 Tampak atas
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 3
2013
Gambar 2.1 Tampak samping
2.3 Data Desain Lain
a. Lokasi = kota Pekanbaru
b. Jenis tanah = lunak
c. Kategori gedung = kantor
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 4
2013
BAB III
DESAIN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)
3.1 Dimensi
Tebal minimum balok non-prategang atau plat satu arah bila lendutan tidak dihitung
Sumber : SNI 03 – 2847 – 2002
1. Dimensi Balok Induk
– Balok satu ujung menerus, L/18,5 = 600018,5
=324,32 mm
Dimensi yang digunakan: h = mm; b = mm
– Balok dua ujung menerus, L/21 = 6000
21=285,71 mm
2. Dimensi Kolom
– Prediksi dimensi kolom, h = 350 mm; b = 350 mm.
3. Dimensi Sloof
– Prediksi dimensi sloof sama dengan balok lantai 1
4. Dimensi Plat
– Balok satu ujung menerus, L/24 = 600024
=250,00 mm
Dimensi yang digunakan: h = mm; b = mm
– Balok satu ujung menerus, L/28 = 6000
28=214,28 mm
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 5
2013
Dimensi yang digunakan: h = mm; b = mm
3.2 Pembebanan
3.2.1. Kriteria Pembebanan
Berdasarkan Rangkuman PPIUG 1983 kriteria pembebanan adalah beban gravitasi, yang
terdiri dari:
a. Berat Sendiri
Berat sendiri material dihitung oleh program (Etabs).
b. Beban mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung/bangunan yang bersifat
tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur tambahan, finishing, mesin-
mesin serta perlatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
gedung/bangunan tersebut. Termasuk dalam beban ini adalah berat struktur, pipa –
pipa, saluran listrik, AC, lampu – lampu, penutup lantai, dan plafon. Dalam desain
ini beban mati tambahan yang dihitung adalah:
• Dinding bata = 250 kg/m2
• Keramik = 24 kg/m2
• Plester, tebal 2,5 cm = 53 kg/m2
• ME = 25 kg/m2
• Plafon = 18 kg/m2
• Water proofing = 5 kg/m2
c. Beban hidup
Beban hidup adalah beban gravitasi yang bekerja pada suatu struktur dalam masa
layannya, dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Aturan pembebanan pada
gedung berdasarkan Rangkuman PPIUG 1983 adalah:
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 6
2013
Sumber: Rangkuman PPIUG 1983
Dalam desain ini beban hidup yang dihitung adalah:
• Beban hidup pada lantai kantor = 250 kg/m2
• Beban hidup pada atap = 100 kg/m2
3.2.2. Perhitungan Beban – Beban Gravitasi
Perhitungan beban-beban pada lantai dan atap, yaitu:
a. Beban lantai 1 dan 2
– Beban hidup = 250 kg/m2
– Beban mati :
• Keramik = 24 kg/m2
• Plester = 53 kg/m2
• ME = 25 kg/m2
• Plafon = 18 kg/m2
b. Beban lantai atap
- Beban hidup = 100 kg/m2
- Beban mati :
• Plester = 53 kg/m2
• ME = 25 kg/m2
• Plafon = 18 kg/m2
• Water proofing = 5 kg/m2
Kombinasi pembanan yang dihitung pada program (Etabs), adalah:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L
3. 1,2D + L + Fx + 0,3Fy
4. 1,2D + L + Fx - 0,3Fy
5. 1,2D + L - Fx + 0,3Fy
6. 1,2D +L - Fx – 0,3Fy
7. 0,9D + Fx + 0,3Fy
8. 0,9D + Fx – 0,3Fy
9. 0,9D - Fx + 0,3Fy
10. 0,9D - Fx - 0,3Fy
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 7
2013
11. 1,2D + LL + 0,3Fx + Fy
12. 1,2D + LL + 0,3Fx – Fy
13. 1,2D + LL – 0,3Fx + Fy
14. 1,2D + LL – 0,3Fx – Fy
15. 0,9D + 0,3Fx + Fy
16. 0,9D + 0,3Fx – Fy
17. 0,9D – 0,3Fx + Fy
18. 0,9D – 0,3Fx - Fy
Faktor-faktor reduksi kekuatan (Option Preference)
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 8
2013
Sumber: Rangkuman PPIUG 1983
BAB IV
PEMODELAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR
4.1 Pemodelan Struktur
Pemodelan struktur dibuat pada program Etabs versi v9.0.0.
4.1.1 Input Grid
Jumlah grid yang diinput, adalah :
Gambar. 4.1 Define grid data
4.1.2 Input Data MaterialData – data material yang dimasukkan ke program Etabs adalah data dari Bab III.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 9
2013
Gambar. 4.2 Data material
4.1.3 Input Data Dimensi BalokData dimensi balok yang digunakan adalah dari Bab III.Dimensi Balok Induk
– Balok satu ujung menerus:
Tinggi balok: h = L/18,5 = 600018,5
=324,32 mm ≈ 350mm
Lebar balok: bmin = h/2 = 324,32
2=162,16 mm
bmax = 2 x h/3 = 2× 324,32
3=216,21 mm ≈ 200mm
– Balok dua ujung menerus:
Tinggi balok: h = L/18,5 = 6000
21=285,71 mm ≈ 300mm
Lebar balok: bmin = h/2 = 285,71
2=142,86 mm
bmax = 2 x h/3 = 2× 285,71
3=190,47 mm ≈ 200mm
Input data diatas kedalam Etabs seperti pada gambar berikut.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 10
2013
Gambar. 4.3 Input data kolom
4.1.4 Input Data Set Modifier BalokPada properti modifier, masukkan data momen of inertia about 2 axis dan momen of inertia about 3 axis, berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2002 (Pasal 12.11.1) sebesar 0,7(untuk balok dan kolom) seperti pada gambar berikut:
Gambar. 4.4 Set modifier balok
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 11
2013
4.1.5 Input Data Dimensi KolomData dimensi kolom yang digunakan adalah dari Bab III.Dimensi Kolom
– Prediksi dimensi kolom, h = 350 mm; b = 350 mm.
Proses input data dimensi kolom sama seperti balok.
4.1.6 Input Data Set Modifier Kolom
Pada properti modifier, masukkan data momen of inertia about 2 axis dan momen of inertia about 3 axis, berdasrkan SNI 03 – 2847 – 2002 (Pasal 12.11.1) sebesar 0,7(untuk balok dan kolom).Proses input data set modifier kolom sama seperti balok.
4.1.7 Input Data Dimensi PlatData dimensi palt yang digunakan adalah dari Bab III.Dimensi Plat
– Balok satu ujung menerus:
Tinggi plat: h = L/24 = 600024
=250,00 mm
– Balok satu ujung menerus:
Tinggi plat: h = L/28 = 6000
28=214,28 mm
4.1.8 Input Data Set Modifier Plat
Seperti pada balok dan kolom, plat juga harus memenuhi pasal 12.11.1. Unruk itu set modifier ke enam data dengan angka sebesar 0,25 seperti pada berikut:
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 12
2013
Gambar. 4.5 Set modifier plat
4.2 Penggambaran Struktur (Assign)4.2.1 Penggambaran Balok, Kolom dan PlatSetelah data semua material yang digunakan sudah didefenisikan, langkah selanjutnya adalah menggambarkan letak balok, kolom, dan plat sesuai denah yang diberikan pada gambar berikut:
Gambar. 4.6 Penggambaran balok, kolom dan plat
4.2.2 Menentukan Input Axis Orientation
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 13
2013
Bila pada suatu struktur kolom direncakan tidak tegak lurus sumbu X dan sumbu Y (membentuk sudut tertentu), untuk keperluan arsitektur maka untuk merubah posisi kolom harus merubah angle axis orientation, seperti pada gambar berikut:
Gambar. 4.7 Menentukan Axis Orientation
4.2.3 Penentuan Jenis TumpuanReistraint/Support untuk menentukan jenis perletakan pada bagian bawah struktur. Pada desain ini, kolom pada bagian bawah di ”jepit” penuh seperti pada gambar.
Gambar. 4.8 Penentuan jenis tumpuan
4.3 Input Beban Mati dan HidupUntuk beban pada plat lantai 1 dan 2 masukkan beban hidup sebesar 250 kg/m2 dan untuk lantai 3 masukkan beban hidup sebesar 100 kg/m2, seperti pada gambar berikut:
Sedangkan untuk beban yang bekerja pada balok (beban dinding bata diasumsikan hanya pada balok yang terdapat pada tepi bangunan), sesuai dengan gambar berikut.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 14
2013
Gambar. 4.9 Beban pada plat
Gambar. 4.10 Beban pada balok
Keterangan:• Tinggi antar lantai = 3 m
• Tinggi balok tepi = 0,35 m
• Beban dinding = 250 kg/m2
• Beban merata = (3 – 0,35) x 250 = 662,5 kg/m
4.4 Input Beban Gempa Rencana
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 15
2013
Pada tahap ini, beban gempa yang bekerja pada gedung direncanakan terlebih dahulu berdasarkan peraturan sesuai dengan SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 4.2.1. Maka desain ini dapat dikategorikan sebagai gedung beraturan untuk itu perencanaannya dapat mengikuti SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 6.
4.4.1 Reduksi Beban HidupBerdasarkan PPIUG 1983 nilai faktor reduksi yang digunakan adalah 0,30 peninjauan gempa, dimana fungsi gedung adalah untuk perkantoran, seperti pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Koefisien reduksi beban hidup
4.4.2 Koefisien ReduksiBedasarka PPIUG 1983 pasal 3.5.4 keofisien reduksi beban hidup kumulatif untuk perencanaan kolom harus sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 4.2 Koefisien reduksi beban hidup kumulatif
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 16
2013
Untuk memasukkan faktor reduksi beban hidup kumulatif diatas, seperti gambar berikut:
Gambar. 4.11 Define mass source
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 17
2013
Gambar. 4.12 Live load reduction factor
Gambar. 4.13 Live load reduction by stories supported
4.4.3 Perhitungan Berat BangunanBerdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.3 lantai tingkat, atap beton, dan sistem lantai dengan ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap sangat kaku dalam bidangnya dan karenanya dapat diaanggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa horizontal. Hasil output berat bangunan dari perhitungan Etabs diperoleh seperti data berikut.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 18
2013
Berat tiap lantai dapat di rangkum dalam tabel berikut:Tabel 4.3 Berat lantai bangunan
Lantai Berat (kg)Story 3 403436Story 2 439939Story 1 439929Total 1283304
Contoh perhitungan:Untuk menghitung berat lantai 3:
Massa = 41125 – 0Berat lantai 3 = 41125 x 9,81 = 403436 kg
4.4.4 Waktu Getar AlamiBerdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.6 gedung harus dibatasi agar tidak terlalu fleksibel. Hal ini untuk mencegah kerusakan komponen struktur gedung, serta menyediakan kenyamanan bagi pengguna gedung. Dengan rumus empiris method A dari UBC Section 1630.2.2, waktu getar alami gedung adalah:
T empiris=C t ×hn3 /4
¿0,0731 ×93/4
¿0,380 detik
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 19
2013
dimana:Ct adalah koefisien untuk bangunan beton berulang.hn adalah tinggi gedung dalam meter, diukur dari taraf penjepitan.
Menurut SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.6 tabel 8, untuk wilayah gempa 2, pembatasan waktu getar alami adalah :Tmax = n
= 0,15 x 3= 0,45 detik
Dimana: adalah koefisien yang tergantung wilayah gempa.n adalah jumlah tingkat gedung yang ditinjau.
Sehingga T empiris = 0,380 detik < Tmax = 0,45 detik. (Ok !)
4.4.5 Gaya Geser Dasar NominalGaya geser dasar nominal yang terjadi pada tinggkat dasar gedung yang diperhitungkan akibat berat gedung, fungsi gedung dan wilayah gempa dimana gedung tersebut akan di bangun. Rumusnya adalah:
V=C1 I W t
R
¿ 0,5 ×1×12833045,5
¿116664 kgdimana:
C1 adalah nilai faktor respon gempa, 0,5 untuk wilayah gempa 2, tanah lunak dengan T = 0,380.
I adalah faktor keutamaan gedung sesuai SNI 03 – 1726 – 2002 tabel 1.Wt adalah berat total bangunan = 1283304 kg.R adalah faktor reduksi gempa sesuai SNI 03 – 1726 – 2002 tabel 3 sebasar 5,5
untuk SRPMM.
4.4.6 Distribusi Gaya Geser HorizontalPrinsip seluruh gaya geser dasar nominal akan dibagi ke setiap lantai gedung dengan cara mendistribusikan gaya tersebut berdasarkan porsi berat lantai dan ketinggiannya. Beban – beban yang didistribusikan bekerja pada pusat massa lantai. Untuk itu rumus yang digunakan adalah:
F i=W i . zi
∑i=1
n
Wi . zi
× V
Dimana :Fi adalah gaya geser horizontal akibat gempa pada lantai ke-i.zi adalah ketinggian lantai pada tingkat ke-i.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 20
2013
Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup.V adalah gaya geser dasar nominal.
Rangkuman hasil perhitungan yang akan menghasilkan nilai Fi dalam arah X dan Y dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Distribusi gaya geser dasar akibat gempa sepanjang tinggi gedung
Lantai Zi (m)Wi
(Kg)Wi . Zi
Fixy (Kg)
Story 3 9 403436363092
4 55807
Story 2 6 439939263963
4 40571
Story 1 3 439929131978
7 20285
128330
4759034
5
Dengan fasilitas yang telah diberikan oleh Etabs, beban gempa dapat lebih mudah dimodelkan sesuai gambar berikut.
Gambar 4.14 Define static load case names
Isikan nilai pada kolom Fx dengan nilai yang didapat pada tabel diatas. Pada kolom Fy tidak diisi angka apapun tetap nol. Sebaliknya untuk mengisi beban Fy, pada kolom Fx tidak diisi dengan angka apapun tetap nol, seperti pada gambar berikut.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 21
2013
Gambar 4.15 Distribusi gaya geser pada tiap lantai
keterangan:Perlu diingat bahwa langkah perhitungan gempa ini hanya untuk pembebanan gempa pada struktur gedung beraturan. Untuk struktur yang tidak beraturan ada perbedaan pada langkah.
4.4.7 Eksentrisitas pusat massa terhadap pusat rotasi lantaiBerdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.3.4 dinyatakan bahwa harus ada peninjauan eksentrisitas ed antara pusat massa dan pusat rotasi lantai. Rumus yang digunakan adalah:
– untuk 0 < e 0,3bed = 1,5c + 0,05b atau ed 0,05b
– untuk e > 0,3bed = 1,33c + 0,1b atau ed = 1,17c – 0,1b
dipilih yang pengaruhnya paling menentukan untuk struktur gedung.Dimana:
b adalah ukuran horizontal terbesar denah struktur pada lantai gedung yang di tinjau,
tegak lurus arah pembebanan gempa.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 22
2013
c adalah selisih antara pusat massa dan pusat kekakuan pada lantai gedung yang ditinjau.
Pusat massa dan pusat kekakuan didapat dari hasil perhitungan Etabs seperti data berikut ini:
Tabel 4.5 Perhitungan Eksentrisitas Rencana ed pada arah xPusat Kekakuan Pusat Massa b (1.5*e)+(0.05*b) e-0.05*b x-kr
(arah-x) (arah-x) (arah-y) (m)3 9 9 0 24 1,2 1,2 1,2 92 9 9 0 24 1,2 1,2 1,2 91 9 9 0 24 1,2 1,2 1,2 9
eLantai ed
Tabel 4.6 Perhitungan Eksentrisitas Rencana ed pada arah yPusat Kekakuan Pusat Massa b (1.5*e)+(0.05*b) e-0.05*b y-kr
(arah-y) (arah-y) (arah-x) (m)3 12 12 0 18 0,9 0,9 0,9 122 12 12 0 18 0,9 0,9 0,9 121 12 12 0 18 0,9 0,9 0,9 12
Lantai e ed
4.5 Proses analisis (Kontrol Desain)4.5.1 Kontrol Waktu Getar dengan cara T Rayleigh
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 23
2013
Tahap berikutnya adalah melakukan analisis waktu getar struktur, dengan cara membandingkan waktu getar yang didapatkan dengan cara empiris dan waktu getar dengan cara T Rayleigh.
Tabel 4.7 T-Rayleigh dalam arah x
Lantai Wi (Kg) dix (cm) dix2 Fix (Kg) Wi . dix2 Fix . dix3 403436 2,8045 7,86522 55807,5 3173113 1565122 439939 2,1125 4,46266 40571,3 1963297 85706,91 439929 0,9801 0,9606 20285,2 422594 19881,5
5559004 262101S
Tabel 4.8 T-Rayleigh dalam arah y
Lantai Wi (Kg) diy (cm) diy2 Fiy (Kg) Wi . diy2 Fiy . diy3 403436 2,8045 7,86522 55807,5 3173113 1565122 439939 2,1125 4,46266 40571,3 1963297 85706,91 439929 0,9801 0,9606 20285,2 422594 19881,5
5559004 262101S
Rumusnya adalah :
T=6,3 ×√∑i=1
n
Wi . di2
g∑i=1
n
Fi .di
¿6,3 ×√ 5559004981× 262100,5
¿1,90 detik
dimana:Fi adalah gaya geser horizontal akibat gempa pada lantai ke-i.Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup.di adalah simpangan horizontal ke-i.
Maka bila dihitung dengan rumus T Rayleigh akan menghasilkan nilai sebesar, T =1,90 detik, sedangkan Tempiris = 0,380 detik < T rayleigh = 1,90 detik. (Ok!)
Untuk mendapatkan output simpangan dapat dilihat pada gambar berikut.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 24
2013
Gambar 4.16 Output pusat massa dan pusat kekakuan
4.5.2 Kinerja Batas Layan (s)Sesuai SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 8 tentang kinerja struktur gedung, maka struktur gedung harus memenuhi persyaratan kinerja batas layan s struktur gedung yang ditentukan oleh simpangan antar tingkat akibat pengaruh gempa rencana. Dimaksudkan untuk menjaga kenyamanan penghuni, mencegah kerusakan non-struktur, membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan. Untuk memenuhi persyaratan s simpangan antar tingkat tidak boleh lebih besar dari:
∆ s=0,03R
× hi
¿ 0,035,5
× 3000=16,36 mm atau 30 mm (dipilih yang kecil)
dimana hi adalah tinggi tingkat yang ditinjau.Jadi kinerja batas layan s antar tingkat tidak boleh melebihi 16,36 mm. Untuk menghitung kinerja batas layan antar tingkat, harus mendapatkan output simpangan struktur akibat gempa, seperti pada gambar berikut.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 25
2013
Gambar 4.17 Grafik simpangan struktur
Contoh perhitungan:untuk perhitungan kinerja batas layan lantai 3 akibat gempa arah X dan Y, hitung selisih simpangan lantai 3 dan 2.
sx= 3,70 – 2,77 =0,93 mmsy= 2,77 – 2,09 = 0,68 mm
Dari kedua hasil tersebut, sx dan sy lebih kecil dari 16,36 mm. (Ok!)Perhitungan untuk lantai lain dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9 Analisa s akibat gempa arah xDrift s Syarat
antar tingkat drift s(mm) (mm)
3 3 3,70162 0,93228 16,36 OK2 3 2,76934 1,50704 16,36 OK1 3 1,2623 1,2623 16,36 OK
Lantai hi (m) Ds (mm) Keterangan
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 26
2013
Tabel 4.10 Analisa s akibat gempa arah yDrift s Syarat
antar tingkat drift s(mm) (mm)
3 3 2,77622 0,67664 16,36 OK2 3 2,09958 1,15972 16,36 OK1 3 0,93986 0,93986 16,36 OK
Lantai hi (m) Ds (mm) Keterangan
4.5.3 Kinerja Batas Ultimit (m)Kinerja batas ultimit (m) ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan. Dimaksudkan untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa dan benturan antar gedung. Berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 8.2 simpangan dan simpangan antar tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembenanan gempa nominal, dikalikan dengan sutu faktor pengali .
∆ m=ξ × ∆ sξ=0,7 × 5,5=3,85
∆ m≤ 0,02 hi
∆ m≤ 0,02× 3000=60 mm
dimana:R adalah faktor reduksi gempa dan jenis gedung beraturan.
Besar faktor pengali = 0,7 x R (untuk gedung beraturan).
Perhitungan kinerja batas ultimit m lantai 3 akibat gempa arah X dan Y adalah:sx= 3,70 – 2,77 =0,93 mmmx=0,93 x 0,7 x 5,5 = 3,59 mm
sy= 2,77 – 2,09 = 0,68 mmmy= 0,68 x 0,7 x 5,5 = 2,6 mm
Dari perhitungan diatas mx dan my < m. (Ok!)
Perhitungan kinerja batas ultimit untuk lantai yang lain dapat dapat dilihat pada tabel berikut.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 27
2013
Tabel 4.11 Analisa m akibat gempa arah xDrift s Drift m Syarat
antar tingkat antar tingkat drift m(mm) (mm) (mm)
3 3 0,932 3,589 60 OK2 3 1,507 5,802 60 OK1 3 1,262 4,860 60 OK
Lantai hi (m) Keterangan
Tabel 4.12 Analisa m akibat gempa arah yDrift s Drift m Syarat
antar tingkat antar tingkat drift m(mm) (mm) (mm)
3 3 0,677 2,605 60 OK2 3 1,160 4,465 60 OK1 3 0,940 3,618 60 OK
Lantai hi (m) Keterangan
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 28
2013
BAB V
PROSES DESAIN
5.1 Perhitungan Gaya – Gaya
Kombinasi pembebanan ubtuk gedung sudah ditetapkan berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2002
pasal 11.2. Kombinasi pembebanan pada perhitungan standar gedung dapat dirangkum sebagai
berikut:
a. 1,4 DL
b. 1,2DL + 1,6LL
c. 0,9DL 1,0E
d. 1,2DL 1,0LL 1,0E
dimana:
DL adalah beban mati
LL adalah beban hidup
E adalah beban gempa.
Beban gempa (E) dianggap bekerja 100% pada arah sumbu utama bersamaan dengan 30%
pada arah tegak lurus sumbu utama. Dalam contoh desain ini tidak diperhitungkan beban
angin, karena dianggap beban angin kurang menentukan (tidak terlalu tinggi dan tidak
langsing). Beban atap dan beban hujan SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 11.2.1 dan 11.2.2 juga
tidak diperhitungkan. Maka kombinasi beban yang digunkan adalah:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L
3. 1,2D + L + Fx + 0,3Fy
4. 1,2D + L + Fx - 0,3Fy
5. 1,2D + L - Fx + 0,3Fy
6. 1,2D +L - Fx – 0,3Fy
7. 0,9D + Fx + 0,3Fy
8. 0,9D + Fx – 0,3Fy
9. 0,9D - Fx + 0,3Fy
10. 0,9D - Fx - 0,3Fy
11. 1,2D + LL + 0,3Fx + Fy
12. 1,2D + LL + 0,3Fx – Fy
13. 1,2D + LL – 0,3Fx + Fy
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 29
2013
14. 1,2D + LL – 0,3Fx – Fy
15. 0,9D + 0,3Fx + Fy
16. 0,9D + 0,3Fx – Fy
17. 0,9D – 0,3Fx + Fy
18. 0,9D – 0,3Fx – Fy
Untuk mengaplikasikan kombinasi pembebanan tersebut kedalam Etabs, seperti gambar
berikut.
Gambar 5.1 Jenis kombinasi pembebanan
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 30
2013
Gambar 5.2 Input kombinasi pembebanan
Software Etabs melkukan perhitungan struktur beton berdasarkan pada peraturan ACI-318-
99 dan tidak memiliki peraturan SNI. Oleh sebab itu perlu dilakukan penyesuaian pada
faktor reduksi kekuatan yang digunkan pada SNI, sesuai gambar berikut.
Gambar 5.3 Faktor reduksi kekuatan
5.2 Desain Plat
Program Etabs perhitungan penulangan plat tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisa plat tersendiri. Plat direncanakan menahan beban dalam dua arah dan
dijepit pada ke-4 sisinya, sehingga merupakan struktur statis tak tentu. Perhitungan momen
statis total:
Beban mati dari berat sendiri pelat
DL = 2400 x 0.25
= 600 kg/m2
Beban mati tambahan
DL = 120 kg/m2
DLtot = 720
Beban hidup
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 31
2013
LL = 250 kg/m2
Wu = 1.2 DL + 1.6 LL
= 1872 kg/m2
Momen terfaktor
Mo = (Wu x l2 x ln^2 )/ 8
= 45615,96 Kgm
Mu - = 0.65 x Mo
= 29650,37
Mu + = 0.35 x Mo
= 15965,59
Faktor distribusi momen = 75%
Tabel 5.1 Distribusi momen plat
LajurMomen Momennegatif negatifinterior exterior
Mu (Kg) 29650 15966Faktor Distribusi 0,75 0,75Momen Rencana 0,75 0,75
Lajur Kolom 29650 15966(kgm) 22238 11974
Momen Balok 0,85 0,8585% 22238 11974
(kgm) 18902 10178Momen Pelat 22238 11974
15% 18902 10178(kgm) 3336 1796
Momen Rencana 29650 15966Lajur Tengah 22238 11974
(kgm) 7413 3991
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 32
2013
Distribusi momen lajur kolom dan lajur tengah:
a. Lajur kolom
Mn = 3336 kg.m
1/4 L = 1/4x6 = 1,5 m
lebar lajur kolom = (2x1/4I)-lebar balok T
= 2,6 m
Mn / m lebar lajur = 2223,78 kg.m
Mn + / m lebar jalur 863,52 kg.m
b. Lajur tengah
lebar lajur tengah = 3 m
Mn / m lebar jalur = 3088,58 kg.m
Mn + / m lebar jalur 1663,08 kg.m
Merencanakan tulangan pelat
Momen Tumpuan Terbesar = 30,89 kN.m
sebagai langkah awal anggap (d-1/2a)
Mn = .As.fy. (d-1/2a)
30,89 = As . (400) . (0.9) . (200)
As = 429 mm2
a = As.fy = 8,08 mm
0.85.fc.b
30,89 = As . (400) . (90-1/2(7.34))
As = 356 mm2
Dipakai D10 (78.5 mm) dengan jarak s :
s = (78.5/357).1000
= 221 mm (dipakai D10-200)
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 33
2013
Rencana penulangan plat pada lajur kolom dan lajur tengah dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.2 Rencana penulangan plat
Jenis Momen
Lebar
Momen
Momen As Ukuran Jarak
TerpasangLajur tiap m' tiap m' perlu
Tulangan (mm)
(m) (kg.m) (KNm) (mm2) (mm)
Negatif Interior 2,62223,7
8 22,24 256 10 307 D10-250Positif
Lapangan 2,6 863,52 8,64 99 10 796 D10-250
Negatif Interior 33088,5
8 30,89 358 10 220 D10-200Positif
Lapangan 31663,0
8 16,63 191 10 412 D10-200
Pemeriksaan tebal pelat berdasarkan syarat gaya geser
Wu = 1.2 DL + 1.6 LL
= 1872 kgf/m2
Karena =
= 4.33 >1.0, maka pelimpahan geser akibat beban Wu dari pelat
ke balok akan mengikuti bidang trapesium dan segitiga dengan menarik garis sudut 45
derajat dan garis tengah-tengah panel arah memanjang. Menurut ketentuan SNI 03 – 2847 –
2002 pasal 10.35 mengenai Gaya Geser Rencana dari Sisi Tumpuan dalam Pertama per
Meter lebar adalah:
Vu = 0.5 x 1.15 x Wu x l
= 6135,48 kg
= 61,3548 kN/m2
Pasal 13.12.3 mengetur tentang tinggi plat efektif sebagai berikut :
Tinggi pelat efektif pelat = 250-50 = 200 mm
.Vc = .(1/6. Öfc).b.d
= 100,00 kN
Vu < .Vc
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 34
(2)/(1)
4.33 6/6
2013
61,3548 < 100,00 (tebal plat aman terhadap geser)
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 35
2013
5.3 Desain Balok
5.3.1 Ouput Gaya-Gaya Dalam
Untuk desain tulangan balok, setelah proses running file Etabs selesai maka dapat dilihat
hasil output yang dibutuhkan. Salah satunya adalah untuk mengetahui gaya-gaya dalam.
Diagram gaya-gaya dalam dapat dilihat dengan cara seperti gambar sebagai berikut.
Gambar 5.4 Jenis gaya-gaya dalam
Untuk mengetahui secara detail besar momen gaya geser, gaya normal dan lendutan pada
titik tertentu pada suatu balok (sebagai contoh balok B32), dapat dilihat pada gambar
berikut.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 36
2013
Gambar 5.5 Gaya dalam pada balok B32
Untuk mendapatkan output gaya-gaya dalam pada balok (mommen geser axial dan lain-
lain) yang bernilai maksimum dan minimum saja dapat dilihat pada gambar berikut.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 37
2013
Gambar 5.6 Pilihan output untuk mendapatkan gaya-gaya dalam balok
Hasil data output gaya-gaya dalam maksimum tersebut adalah:
5.3.2 Desain tulangan lentur
Untuk melakukan desain struktur beton ditinjau hanya pada satu balok saja (sebagai contoh
balok B32). Hasil desain tulangan longitudinal yang diperlukan dapat dilihat pada gambar
berikut.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 38
2013
Gambar 5.7 Desain balok B32 story 2 grid 3/A-B
Hasil desain balok tersebut adalah luas perlu tulangan lentur balok.
Output desain balok B32 menunjukkan bahwa luas tulangan lentur minimum pada ujung
tepi yang dibutuhkan adalah 4,27 cm2.
Output desain balok B32 menunjukkan tulangan minimum yang diperlukan pada tengah
bentang adalah 2,07 cm2.
Kontrol tulangan lentur balok, berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 12.5.1
Balok berukuran 350 x 200 mm2, selimut beton 50 mm. Tulangan tari As yang ada tidak
boleh kurang dari:
Asmin=√ fc '4 fy
b .d
Asmin=√25
4 × 400× 20 ×30=1,88 cm2
dan tidak boleh kecil dari:
Asmin=1,4. b . d
fyb .d
Asmin=1,4 ×20 ×30
400=2,1cm2
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 39
2013
dimana :
b adalah lebar balok
d adalah tinggi efektif balok (tinggi balok – selimut beton)
fc’ adalah kuat tekan beton
fy adalah tegangan leleh baja
Apabila nilai minimum yang dibutuhkan kurang dari Asmin maka nilai yang diambil untuk
luas tulangan lentur minimum adalah Asmin.
Tabel 5.3 Penulangan balok B32 lantai 2
Lokasi
As
perlu
cm2
Jmlh
tulangan
n
As yang
digunakan
cm2
As perlu < As
yang digunakan
Ujung Kiri 4,27 2,12 3D16 – 6,03 Ok!
2,44 1,21 2D16 – 4,02 Ok!
Tengah 1,39 1,04 2D16 – 4,02 Ok!
2,07 1,04 2D16 – 4,02 Ok!
Ujung Kanan 3,50 1,74 2D16 – 4,02 Ok!
2,07 1,04 2D16 – 4,02 Ok!
Tualngan atas pada tumpuan kiri dan kanan akan berhenti pada jarak:
14
L=0,25 × 6000=1500 mm
Tulangan bawah pada tumpuan kiri dan kanan akan berhenti pada jarak:
15
L=0,2 ×6000=1200 mm
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 40
2013
5.3.3 Desain tulangan geserData yang diketahui:- b : 200 mm- d : 350 mm- Jumlah tulangan : 3 mm- Diameter tulangan : 16 mm- As : 603,186 mm- Fy : 400 MPa- Fc' : 25 Mpa- Beban mati : 720 kg/m2- q ekivalen : 2880 kg/m2- Berat balok : 168 kg/m2- W beban mati : 3048 kg/m2- Beban hidup : 250 kg/m2- W beban hidup : 1000 kg/m2- Wu : 4657,6 kg/m2
4657,6
12808,4 12808,4
7760
2821,72 2821,72
7760
15630,1 9986,68
Gambar 5.8 Distribusi pembebanan
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 41
2013
Perhitungan:
a = As x Fy/0.85 x Fc' x b = 56,77 mm Mnl = As . Fy . (d-a/2) = 77597388 = 77,60 Kn.m = 7760 kgm Mnr = Mnl = 78 Kn.m = 7760 kgm V = Ult 1 + Ult 2 = 15630,12 Kg = 156301,23 N
Vc = (fc'+ + )
= 73543,826
Vs =
= 134857,82
Berdasarkan Pasal 13.5.6.2, maka :
Vs = , jika dipasang 2f12 maka Av=226 mm2
s =
= 201,10 mm
Menurut pasal 23.10.4.2 pada kedua ujung balok harus dipasang sengkang pertama yang
dipasang pada jarak tidak lebih dari 50 mm dari muka perletakan sepanjang jarak Lu= 2 x
tinggi balok diukur dari muka perletakan ke arah bentang. Sengkang diharuskan
mempunyai spasi yang tidak lebih dari :
- 1/4 tinggi efektif balok
- 8 diameter tulangan longitudinal kecil
- 24 diameter sengkang
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 42
120As
bw . dVu. dMu
bw .d7
Vu❑ - Vc
Av . fy . ds
Av . fy . dVs
2013
- 300 mm
- Menggunakan ukuran terkecil,
Maka, spasi tulangan geser pakai yang terkecil dari :
- d/4 atau 300/4 = 75
- 8 x diameter tulangan longitudinal = 8 x 16 = 128 mm
- 24 dimeter sengkang = 24 x 12 = 288 mm
- 300 mm
Memakai tulangan geser 212, sengkang pertama dipasang 50 mm dari muka kolom
di kedua ujung balok sepanjang jarak 2 x 500 = 1100 mm. jumlah tulangan geser ter-
pakai adalah = 6 buah di ujung kiri dan 1 di ujung kanan.
Untuk tulangan sengkang pada bentang di tengah setelah jarak 1000 mm dari ujung
perletakan, menggunakan Vu yang terbesar pada bentang tersebut. Berdasarkan hitungan
ETABS didapatkan nilai Vu terbesar pada kombinasi beban ke-X dan ke-X, dimana nilai
Vu= 30000.67 kg = 300006.7 kN pada titik sejarak 125 cm dari ujung.
Vs =
= 326465
Berdasarkan Pasal 13.5.6.2 :
Vs = , jika dipasang 2f12 maka Av=226 mm2
s =
= 83,07 mm
Menurut pasal 23.10.4.2 pada balok sengkang harus dipasang di sepanjang bentang balok
dengan spasi tidak melebihi d/2 = 300/2 = 150 mm. Dipakai tulangan geser 212-200.
Jumlah tulangan geser terpasang adalah = 19 buah di tengah balok.
Kontrol prinsip SRPMM
Prinsip yang dianut oleh SRPMM adalah :
1. Semua komponen struktur tidak boleh runtuh oleh geser dengan menjamin kuat geser
komponen lebih kuat dari kuat geser nominal.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 43
1000−500100
+
1
Vu❑ - Vc
Av . fy . dVs
Av . fy . ds
5500−2000200
+ 1
VnVu
MnMu
2013
>
Vc = 735438,26 N
Vs = 134857,82 N
Vn = Vc + Vs
= 870296,07 N
Vu = 300000,6 N
geser = 0,75
Mn = 77,60 kN.m
= 77597,388 N
Mu = HITUNGAN ETABS
= 68950 N
lentur= 0,85
= 2,1757358
= 0,956603
> ………….. Ok, aman !
Kontrol lendutan
Menurut pasal 11.5 tabel 8 mengenai pemeriksaan tinggi minimum.
h min = L/2I (Kedua ujung menerus)
= 300 mm
h aktual = 500 mm
Sehingga tidak perlu dilakukan pemriksaan lendutan.
kontrol terhadap lendutan. Lendutan izin maksimum untuk
lantai yang menahan atau yang disatukan dengan komponen non-strukturalyang mungkin
tidak akan dirusak oleh lendutan, dimana lendutan yang diperhitungkan adalah bagian dari
lendutan total yang terjadi setelah pemasangan komponen non-struktural adalah sebesar :
= = 23 mm
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 44
VnVu
MnMu
❑240
VnVu
MnMu
5700240
2013
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 45
2013
Desain tulangan lentur
Tulangan Maks dari etabs = 5162 mm2
Tulangan yang dipakai D19 = 283 mm2
Tulangan yang diperlukan = 5162/283
= 18,24 = 19
Persentase tulangan = 5162/(350x350)
= 4,21 %
Sesuai pasal 12.3 kuat maks tekan rencana kolom tidak boleh diambil lebih besar dariPn
Max.
PnMax = 0.80 . F . [0.85.fc'.(Ag-Ast)+Ast.fy]
dengan memasang tulangan 18D19 = 5103 mm2 maka didapat :
PnMax = (0.80) (0.65) [(0.85) (25) (122500-5103) + (5103) (400)]
= 2358 Kn
0.1 x fc' x Ag = (0.1) (25) (122500)
= 306 Kn
PnMax = 2358 kN > 0.1xfc'xAg = 306 kN
PnMax = 2358 kN > Pu = 651.57 kN (Pumaks dari Etabs)
PnMax = 2358 kN > Pu = 1274.54 kN (Pumin dari Etabs)
DESAIN TULANGAN GESER
Gaya geser ultimit dari output ETABS setelah gaya gempa dikalikan 2 adalah 192.87 kN,
gaya geser desain V balok adalah sebesar 156.30 kN
Vu kolom > Vu Balok (Ok!)
Pasal 13.3.1.2
Vc = 87.56 Kn
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 46
Vc¿1+ Nu14 Ag
√ fc '6
b.d
Vc¿1+ 127514(350)(350)
√256
(350)(300)
2013
Bila dipakai 2F12 (226 m2) dan s terpasang = 150 mm
Vs= 180 Kn
Vn = F(Vs+Vc)
Vn= 0.75. (180+87.56)
= 200.67 Kn
Vn>Vu (Ok!)
Jadi tulangan sengkang ikat terpasang sudah cukup menahan geser Pasal 23.10.2 Pada
pasal ini ditentukan bahwa bila beban aksial tekan terfaktor (Pu) melebihi Ag.fc'/10
terpenuhi, maka detail penulangan mengacu pada pasal 23.10.5. Penjelasan mengenai
pasal 23.10.5 akan dijelaskan pada perhitungan berikut.
Pasal 23.10.5.1 spasi tulangan So tidak boleh melebihi:
- 8 x diameter tulangan longitudinal
- 24 x diameter sengkang
- 1/2 x b
- 300 mm
Spasi tulangan geser pakai yang terkecil dari:
- 8 x diameter tul longitudinal = 8 x 19 = 152 mm
- 24 x diameter sengkang = 24 x 12 = 288 mm
- 1/2 x 350 = 175
- 300 mm
Pakai tulangan geser 2F-150, dipasang pada rentang lo rentang lo tidak boleh kurang
daripada nilai terbesar berikut ini :
- 1/6 x tinggi bersih kolom
- dimensi terbesar penampang kolom
- 500 mm
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 47
Vs¿As . fy . d
s
Vs¿(226) .(400) .(300)
150
2013
Rentang lo diambil terbesar dari :
- 1/6 x 2500 = 417 mm
- lebar kolom 350 mm
- 500 mm
Sengkang 212-150 dipasang pada rentang 350 mm, sengkang pertama dipasang pada
jarak tidak lebih dari 1/2 so = 1/2 . 150 = 75 mm dari muka hubungan balok kolom. Jadi
jumlah tulangan geser 2D12-150 pada rentang 350 mm pada ujung kiri dan kanan adalah
((350-75)/150)+1 = 3 buah.
Untuk tulangan sengkang pada bentang di tengah setelah jarak-jarak 350 mm dari ujung
perletakan, menggunakan Vu yang terbesar pada bentang tersebut. Dari hasil output
ETABS didapat Vu terbesar = 192.87 Kn
(Vc+Vs) = Vu
Vc = 87.56 Kn
Vs = (Vu/F) -Vc
= (192.87/0.75)-87.56
= 169.6 Kn
Berdasarkan pasal 13.5.6.2
Vs = (As.fy.d)/s
Vs = (226.400.300)/150 = 180 Kn
(Vs+Vc) = 0.75.(180+87.56)
Vn = 200 Kn > Vu = 192.87 Kn (OK)
Diluar dari jarak 350 mm dari muka hubungan balok kolom, sengkang ikat dipasang
2F12-150 mm, jadi jumlah tulangan geser 2-150 pada rentang diluar 350 mm adalah
(1500/150)+1 = 11 buah
Kontrol prinsip SRPMM
semua komponen struktur SRPMM tidak boleh runtuh oleh geser dengan menjamin kuat
geser komponen lebih kuat dari kuat lentur nominal:
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 48
2013
Vn/Vu > FMn/Mu
Vn = 200 Kn
Vu = 192.87 Kn
geser = 0.75
Mn = 275 Knm
Mu = 327 Knm
lentur = 0.85
Vn/Vu = (0.75) (200) / (192.87) = 0.77
Mn/Mu = (0.85) (275) / (327) = 0.71
Vn/Vu > FMn/Mu (Ok!)
Kontrol tulangan hubungan balok dan kolom
Hubungan balok dan kolom harus mengacu pada pasal 13.11.2 dimana harus disediakan
tulangan lateral dengan luas tidak kurang dari :
Av = 41.01 mm2
dan Av tidak boleh kurang dari bw.s/3.fy = 350.150/3.400 = 43.75 mm2
Av dipasang dalam kolom sepanjang tidak kurang dari tinggi bagian sambungan tertinggi
dari elemen struktur yang disambung = tinggi balok = 350 mm.
Jika digunakan tulangan 2F12mm (As=286 mm2) dengan jarak s = 150 mm, maka
didapat Av = 226 x ((350/150)+1) = 753 mm2 > 41.01 mm2 (Ok!).
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 49
Av ¿ 75√ f c' bw . s1200. fy
Av ¿ 75√25 350.1501200.400
2013
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan desain pada bab sebelumnya didapat data sebagai berikut:
1. Kombinasi TerbesarGaya-gaya terbesar pada umumnya dihasilkan oleh kombinasi 5.
2. Perencanaan Dimensia. Dimensi Plat : h= 250 mmb. Dimensi Balok : h= 350 mm ; b= 200 mmc. Dimensi Kolom : h= 350 mm ; b= 350 mm
3. Perencanaan Penulangana. Penulangan Plat : menggunakan tulangan #12b. Penulangan Balok : menggunakan tulangan #16c. Penulangan Kolom : menggunakan tulangan #19
6.2 Saran
Pada perencanaan struktur beton hendaknya memperhatikan beberapa sifat teknis
perancangan srtuktur beton, misalnya mekanisme pembebanan, kesesuaian perancangan
desain sesuai aturan SNI atau ACI, factor teknis pendukung struktur beton, dan sisi
ekonomis.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 50
2013
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pembebanan Indonesia untukGedung 1983,
DirektoratPenyelidikanMasalahBangunan,
YayasanLembagaPenyelidikanMasalahBangunan, Bandung, 1981.
Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung,SNI-1726-
2002 beban gempa,Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah , Bandung,
2002.
MacGregor, J. G., dan Wight, J., K., 2005, Reinforced Concrete Structure, Prentice-Hall,Inc, New Jersey.
Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang (Berdasarkan SKSNI T-15-1991-
03) , Seri Beton 1, Erlangga, Jakarta.
s SNI-03-2847-2002 . (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung , Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
Pamungkas, Anugrah, dan Erni Hariyanti . 2009 . Gedung Beton Bertulang Taahan
Gempa . ITS Press.
YUDHI SALMAN DWI SATYA (1007113572) 51