dermatitis atopik syukur

31
Dermatitis Atopik Pembimbing : dr.A. Adam SP.KK (K) FINS-DV Oleh : A. Muh. Syukur (110 211 0075)

Upload: am-syukur

Post on 06-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ppt

TRANSCRIPT

Dermatitis Atopik

Dermatitis AtopikPembimbing : dr.A. Adam SP.KK (K) FINS-DVOleh : A. Muh. Syukur(110 211 0075)

1DefinisiDermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (dermatitis atopi, rhinitis alergika, asma bronkhiale, dan konjungtivitis alergika).1,2,3,5

SinonimBanyak nama yang dipakai dan diajukan misalnya: ekzema atopikneurodermatitis konstitusional ekzema endogen asmaekzema fleksuralekzema atopikneurodermatitis diseminataprurigo besnier

EpidemiologiOleh karena definisi secara klinis tidak ada yang tepat maka untuk menginterpretasikan hasil penelitian epidemiologi harus berhati-hati. Berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi dermatitis atopik makin meningkat sehingga merupakan masalah kesehatan besar. Di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Australia dan Negara industri lain, prevalensi dermatitis atopik pada anak mencapai 10-20%, sedangkan pada kira-kira 1-3 %. Di negara agraris, misalnya Cina, Eropa Timur, Asia Tengah, prevalensi dermatitis atopik jauh lebih rendah. Wanita lebih banyak menderita dermatitis atopik daripada pria dengan rasio 1,3:1.1,2,3,9,10

EtiopatogenesisEtiologi pasti dermatitis atopik belum diketahui, tetapi faktor turunan merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit. Dermatitis atopik disebabkan oleh kerusakan fungsi barier kulit dan perubahan respon imunitas yang mencakup alergi pada allergen lingkungan dan makanan. Dermatitis atopik dan kelainan atopik lainnya dapat dipindahkan melalui transplantasi sumsum tulang. Hal ini menegaskan bahwa sel darah merupakan vektor untuk manifestasi kelainan kulit. Diduga dermatitis atopik diturunkan secara dominan autosomal, resesif autosomal atau multifaktorial. 1,4,6,9

Berbagai faktor turut berperan pada patogenesis dermatitis atopik :GenetikSawar kulitFaktor lingkunganAutoalergen

Gambaran KlinisKulit penderita dermatitis atopik umumnya kering, pucat/redup, kadar lipid di epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari tangan teraba dingin. Penderita dermatitis atopik cenderung tipe astenik, dengan inteligensia di atas rata-rata, sering merasa cemas, egois, frustrasi, agresif, atau merasa tertekan.1,2,3Gejala utama dermatitis atopik ialah (pruritus), dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk sehingga timbul bermacam-macam kelainan di kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta.4,4,6,7Dermatitis atopik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: dermatitis atopik infantil (terjadi pada usia 2 bulan sampai 2 tahun; dermatitis atopik. anak (2 sampai 10 tahun); dan dermatitis atopik pada remaja dan dewasa.1,5,7,10

DiagnosisDiagnosis dermatitis atopik didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka yang diperbaiki oleh kelompok kerja dari Inggris yang dikoordinasi oleh Williams (1994). 1,4,5,7,9Kriteria mayor PruritusDermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anakDermatitis di fleksura pada dewasa Dermatitis kronis atau residifRiwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Dermatitis pada muka dan fleksura

Kriteria minor XerosisInfeksi kulit (khususnya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks)Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kakilktiosis/hipediniar palmads/keratosis pilaris Pitiriasis albaDermatitis di papila mameWhite dermographism dan delayed blanch responseKeilitisLipatan infra orbital Dennie-Morgan Konjungtivitis berulangKeratokonus

Katarak subkapsular anteriorOrbita menjadi gelapMuka pucat atau eritemGatal bila berkeringatIntolerans terhadap wol atau pelarut lemakAksentuasi perifolikularHipersensitif terhadap makanan Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosiTes kulit alergi tipe dadakan positif Kadar IgE di dalam serum meningkat Awitan pada usia dini. 1

Gambaran Kriteria Minor pada Dermatitis Atopik

Diagnosis dermatitis atopik harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria minor.

Untuk bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi yaitu:Tiga kriteria mayor berupa:riwayat atopi pada keluarga,dermatitis di muka atau ekstensor,pruritus,ditambah tiga kriteria minorxerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular,fisura belakang telinga,skuama di skalp kronis. 1,3,5,8

Pedoman diagnosis dermatitis atopik yang diusulkan oleh kelompok tersebut yaitu: Harus mempunyai kondisi kulit gatal (itchy skin) atau dari laporan orang tuanya bahwa anaknya suka menggaruk atau menggosok.Ditambah 3 atau lebih kriteria berikut:Riwayat terkenanya lipatan kulit, misalnya lipat siku, belakang lutut, bagian depan pergelangan kaki atau sekeliling leher (termasuk pipi anak usia di bawah 10 tahun).Riwayat asma bronkial atau hay fever pada penderita (atau riwayat penyakit atopi pada keluarga tingkat pertama dari anak di bawah 4 tahun).Riwayat kulit kedng secara umum pada tahun terakhir.Adanya dermatitis yang tampak di lipatan (atau dermatitis pada pipi/dahi dan anggota badan bagian luar anak di bawah 4 tahun).Awitan di bawah usia 2 tahun (tidak digunakan bila anak di bawah 4 tahun).

Pemeriksaan Penunjang1. LaboratoriumTidak ada hasil laboratorium yang spesifik yang dapat dipergunakan untuk menegakkan diagnosis dermatitis atopik. Hasil yang dapat ditemukan pada dermatitis atopik, misalnya kenaikkan kadar IgE dalam serum, mengurangnya jumlah sel-T ( terutama T-supresor) dan imunitas seluler, jumlah eosinofil dalah darah relatif meningkat.32. Dermatografisme putihPenggoresan pada kulit normal akan menimbulkan tiga respon yakni berturut-turut akan terlihat: Garis merah ditempat penggoresan selama 15 detik, warna merah disekitarnya selama beberapa detik, edema timbul setelah beberapa menit. Penggoresan pada penderita yang atopi akan bereaksi belainan. Garis merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi kepucatan selama 2 detik sampai 5 menit, sedangkan edema tidak timbul. Keadaan ini disebut dermatografisme putih.33. Percobaan asetilkolinSuntikan secara intra kutan solusio asetilkolin 1/5000 akan menyebabkan hyperemia pada orang normal. Pada orang dengan dermatitis atopi akan timbul vasokonstriksi terlihat kepucatan selama satu jam.34. Percobaan histaminJika histamin fosfat disuntikkan pada lesi penderita dermatitis atopi eritema akan berkurang dibandingkan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit orang normal.4 5. Uji kulit dan IgE-RASTPemeriksaan uji tusuk dapat memperlihatkan allergen mana yang berperan, namun kepositifannya harus sejalan dengan derajat kepositifan IgE RAST ( spesifik terhadap allergen tersebut). Khususnya pada alergi makanan, anjuran diet sebaiknya dipertimbangkan secara hati-hati setelah uji tusuk, IgE RAST dan uji provokasi. Cara lain adalah dengan double blind placebo contolled food challenges (DPCFC) yang dianggap sebagai baku emas untuk diagnosis alergi makanan.

6. Peningkatan kadar IgE pada sel langerhansHasil penelitian danya IgE pada sel langerhans membuktikan mekanisme respon imun tipe I pada dermatitis atopik, adanya pajanan terhadap allergen luar dan peran IgE di kulit. 7. Jumlah eosinofilPeningkatan jumlah eosinofil di perifer maupun di jaringan kulit umumnya seirama dengan beratnya penyakit dan lebih banyak ditemukan pada keadaan yang kronis.

8. Faktor imunogenik HLAWalaupun belum secara bermakna HLA-A9 diduga berperan sebagai factor predisposisi intrinsic pasien atopik. Pewarisan genetiknya bersifat multifactor. Dugaan lain adalah kromosom 11q13 juga diduga ikut berperan pada timbulnya dermatitis atopik.9. Kultur dan resistensiMengingat adanya kolonisasi Stapylococcus aureus pada kulit pasien atopik terutama yang eksudatif (walaupun tidak tampak infeksi sekunder), kultur dan resistensi perlu dilakukan pada dermatitis atopik yang rekalsitran terutama di rumah sakit di kota besar.

Diagnosis Banding

PenatalaksanaanPengobatan Topikal :Hidrasi kulitKortikosteroid topikalImunomodulator topikal : Takrolimus, PimekrolimusPreparat terAntihistaminPengobatan Sistemik :KortikosteroidAntihistaminAnti-infeksiInterferonSiklosporinTerapi Sinar (phototherapy)Untuk dermatitis atopik yang berat dan luas dapat digunakan PUVA (photochemotherapy) seperti yang dipakai pada psoriasis. Terapi UVB, atau Goeckerman dengan UVB dan ter juga efektif. Kombinasi UVB dan UVA lebih baik daripada hanya UVB. UVA bekerja pada sel Langerhans dan eosinofil, sedangkan UVB mempunyai efek imunosupresif dengan cara memblokade fungsi sel Langerhans, dan mengubah produksi sitokin keratinosit.1,2,3

Komplikasi

Infeksi Sekunder Akibat BakteriInfeksi Jamur KulitInfeksi VirusEritroderma

PrognosisSulit meramalkan prognosis dermatitis atopik pada seseorang. Prognosis lebih buruk bila kedua orang tuanya menderita dermatitis atopik Ada kecenderungan perbaikan spontan pada masa anak, dan sering ada yang kambuh pada masa remaja. Sebagian kasus menetap pada usia di atas 30 tahun. Penyembuhan spontan dermatitis atopik yang diderita sejak bayi pernah dilaporkan terjadi setelah umur 5 tahun sebesar 40-60%, terutama kalau penyakitnya ringan. Sebelumnya juga ada yang melaporkan bahwa 84% dermatitis atopik anak berlangsung sampai masa remaja. Ada pula laporan, dermatitis atopik pada anak yang diikuti sejak bayi hingga remaja, 20% menghilang, dan 65 % berkurang gejalanya. Lebih dari separo dermatitis atopik remaja yang telah diobati kambuh kembali setelah dewasa.Faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik dermatitis atopik yaitu:dermatitis atopik luas pada anakmenderita rinitis alergik dan asma bronkial riwayat dermatitis atopik pada orang tua atau saudara kandungawitan (onset) dermatitis atopik pada usia mudakadar igE serum sangat tinggi.

Thank youDAFTAR PUSTAKA1. Leung Donal YM, Eicheinfield Lowlance, Boguniewicz Mark. Actopic Dermatitis (Actopic Eczeme). In: Wolf Klaus, Goldsmith Lowel A, Katz Stephen I, editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Ed. 7. Vol 1. New York: Mc Graw Hill Medical. 2008. p.146-58.

Wolff Klaus, Johnson Richard Allen. Atopic Dermatitis. In: Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. Ed. 6. New York: Mc Graw Hill Medical. 2009. p.34-42.

Fridmann PS, Ardern Jones MR, Holden CA. Actopic Dermatitis. In: Burns Tony, Breathnach Stephen, Cox Neil et al, editors. Rooks Textbook of Dermatology. Ed. 8. Singapore: Blachwell Ltd. 2010. p. 24.1-34.

James William D, Berger Timothy G, Elston Dirk M. Actopic Dermatitis, Eczema and Noninfectious Immunodeficiency Disorders. In: Andrews Deseases of the Skin Clinical Dermatology. Ed.11. Canada: Elsevier Inc. 2011. p. 62-87.

Sularsito Sri Adi, Djuanda Suria. Dermatitis. Dalam: Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. hal.138-47.

Goodheart Herbert P. Eksim. Dalam: Goodheart Diagnosis Fotografik dan Penatalaksanaan Penyakit Kulit. Edisi 3. Jakarta: EGC.2013. hal. 51-59.

Siregar, RS. Penyakit Kulit Alergi. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC.2005. hal. 115-19.

Roesyanto Malahadi Irma D. Ekzema dan Dermatitis. Dalam: Harahap Marwali, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.2000. hal. 7-14.

Kabulracham. Penyakit Kulit Alergi. Semarang: Universitas Dipenogoro.2003. hal. 10-20.

Hartadi. Alergodermi. Semarang: Universitas Dipenogoro.1991. hal. 11-6.

Lorraine M Wilson, Sylvia. Ekzema dan gangguan Vaskuler dalam Patofisiologi Penyakit. EGC. Jakarta, 2006. hal.50-8.