depresi pasac skizo

20
Depresi Pasca Skizofrenia BAB I . PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasa muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Prognosa biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan pada perempuan. . (1) Skizofrenia sama prevalensinya antara laki-laki dan wanita.tetapi dua jenis kelamin tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset lebih skizofrenia lebih awal daripada wanita. (2) Onset skizifrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang. Kira-kira 90% pasien dalam pengobatan skizofrenia adalah antara usia 15 dan 55 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki lebih mungkin dari pada perempuan untuk terganggu oleh gejala negative dan bahwa wanita lebih mungkin memiliki fungsi social yang lebih baik daripada laki-laki. pada umumnya,hasil akhir untuk pasien skizofrenik perempuan adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenik laki-laki. . (2) Diagnosis skizofrenia,menurut sejarah mengalami perubahan- perubahan. ada beberapa cara menegakkan diagnosis. Pedoman untuk Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 1

Upload: ridho-ohdir

Post on 29-Dec-2014

131 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Depresi pasca schizo

TRANSCRIPT

Page 1: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

BAB I . PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk

dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasa muncul pada usia

remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada

perempuan antara 25-35 tahun. Prognosa biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan

pada perempuan. .(1)

Skizofrenia sama prevalensinya antara laki-laki dan wanita.tetapi dua jenis kelamin

tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai

onset lebih skizofrenia lebih awal daripada wanita.(2)

Onset skizifrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang.

Kira-kira 90% pasien dalam pengobatan skizofrenia adalah antara usia 15 dan 55 tahun.

Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki lebih mungkin dari pada perempuan untuk

terganggu oleh gejala negative dan bahwa wanita lebih mungkin memiliki fungsi social yang

lebih baik daripada laki-laki. pada umumnya,hasil akhir untuk pasien skizofrenik perempuan

adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenik laki-laki. .(2)

Diagnosis skizofrenia,menurut sejarah mengalami perubahan-perubahan. ada beberapa cara

menegakkan diagnosis. Pedoman untuk menegakkan diagnostik adalah DSM-IV (Diagnostic and

Statistical manual) dan PPDGJ2-III/ICD-X. .(1)

Ada beberapa subtype skizofrenia yang diidentifikasi berdasarkan variable klinik :

F 20.0 Skizofrenia paranoid

F 20.1 Skizofrenia disorganisasi (hebefrenik)

F 20.2 Skizofrenia katatonik

F 20.3 Skizofrenia tak terinci

F 20.4 Depresi pasca skizofrenia (1)

F 20.5 Skizofrenia residual

F 20.6 Skizofrenia simpleks

F 20.7 Skizofrenia lainnya

F 20.8 Skizofrenia yang tak tergolongkan. (1)

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 1

Page 2: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

BAB II. ISI

II.1 Definisi

Skizofrenia adalah penyakit yang ditandai oleh gejala-gejala yang meliputi

kelainan kepribadian ,cara berpikir,emosi,tingkah laku,dan hubungan dengan orang lain

serta terdapat kecendrungan untuk menarik diri dari realitas kedalam dunianya sendiri.

Kecendrungan untuk membentuk hubungan yang khas dalam berpikir dan

memproyeksikannya.(3)

Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah suatu

serangan skizofrenia. Depresi pasca skizofrenia, dimana masih terdapat beberapa gejala

skizofrenia tetapi tidak mendominasi gambaran klinisnya. (1,4)

II.2 Etiologi

Ada beberapa teori yang mungkin bisa menjelaskan penyebab skizofrenia. Adapun teori-

teori tersebut seperti tersebut di bawah ini:

1. Teori Neurotransmitter

Di dalam otak manusia terdapat berbagai macam neurotransmitter, yaitu substansi

atau zat kimia yang bertugas menghantarkan impuls-impuls saraf. Ada beberapa

neurotransmitter yang diduga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Dua di

antaranya yang paling jelas adalah neurotransmitter dopamine dan serotonin. Berdasarkan

penelitian, pada pasien-pasien dengan skizofrenia ditemukan peningkatan kadar

dopamine dan serotonin di otak secara relatif.(1,2,5)

2. Teori biologik dan Genetik

Penelitian keluarga sangat mendukung teori bahwa faktor genetik mempunyai peran

penting dalam trasmisi skizofrenia.(2,4)

Dari penelitian didapatkan prevalensi sebagai berikut:

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 2

Page 3: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

Populasi umum 1%

Saudara Kandung 8%

Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia 12%

Kembar 2 telur (dizigot) 12%

Anak dengan kedua orang tua skizofrenia 40%

Kembar monozigot pasien skizofrenia 47%

3. Abnormalitas Perkembangan Syaraf

Penelitian menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang terjadi pada awal

gestasi berperan dalam manifestasi akhir dari skizofrenia. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan saraf dan diidentifikasi sebagai resiko yang terus

bertambah, meliputi individu yang ibunya terserang influenza pada trimester kedua,

individu yang mengalami trauma atau cedera pada waktu dilahirkan, dan penganiayaan

atau trauma di masa bayi atau masa anak-anak. (1,2)

4. Abnormalitas Struktur dan aktivitas Otak

Pada beberapa subkelompok penderita skizofrenia, teknik pencitraan otak (CT,

MRI, dan PET) telah menujukkan adanya abnormalitas pada struktur otak yang meliputi

pembesaran ventrikel, penurunan aliran darah ventrikel, terutama di korteks prefrontal

penurunan aktivitas metabolik di bagian-bagian otak tertentu atrofi serebri. Ahli

neurologis juga menemukan pemicu dari munculnya gejala skizofrenia. Pada para

penderita skizofrenia diketahui bahwa sel-sel dalam otak yang berfungsi sebagai penukar

informasi mengenai lingkungan dan bentuk impresi mental jauh lebih tidak aktif

dibanding orang normal. (1,2,)

5. Ketidakseimbangan Neurokimia (neurotransmitter)

Skizofrenia memiliki basis biologis, seperti halnya penyakit kanker dan diabetes.

Penyakit ini muncul karena ketidakseimbangan yang terjadi pada dopamine, yakni salah

satu sel kimia dalam otak (neurotransmitter). Otak sendiri terbentuk dari sel saraf yang

disebut neuron dan kimia yang disebut neurotransmitter.

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 3

Page 4: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

Penelitian terbaru bahkan menunjukkan serotonin, norepinefrin, glutamate, dan

GABA juga berperan dalam menimbulkan gejala-gejala skizofrenia. Majorie Wallace,

pimpinan eksekutif yayasan Skizofrenia SANE, London, berkomentar bahwa, di dalam

otak terdapat miliaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat untuk

meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel lainnya. Sambungan sel

tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang menbawa pesan dari

ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak

penderita skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi

tersebut. Biasanya mereka mengalami halusinasi. (1,2)

6. Proses Psikososial dan Lingkungan

Proses psikososial dan lingkungan juga sangat berpengaruh untuk menyebabkan

skizofrenia. Setiap orang pada umumnya memiliki kecenderungan untuk skizofrenia 1%.

Pada individu yang memiliki hubungan dekat dengan seseorang yang terjangkit

skizofrenia, kecenderungannya sekitar 10%. Jika seseorang hidup dalam lingkungan yang

mendukung asosial, kemungkinan seseorang untuk mengidap skizofrenia tinggi. Namun

bila seseorang hidup dalam lingkungan yang terbuka, walaupun secara genetik dia

memiliki kecenderungan skizofrenia, hal itu bisa diminimalisisr bahkan dihilangkan. (1,2,5)

II.3 Kriteria Diagnostik

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ

III) membagi simtom skizofrenia dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat

secara bersama-sama untuk diagnosis. (6)

Kelompok simptom tersebut:

A. Thought echo, thought insertion, thought withdrawal, dan thought,broadcasting.

B. Waham dikendalikan, waham dipengaruhi, atau passivity yang jelas merujuk pada pergerakan

tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan khusus, dan persepsi

delusional.

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 4

Page 5: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

C. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien atau

mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang

berasal dari satu bagian tubuh.

D. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama

sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan

kemampuan manusia super (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

E. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apakah disertai baik oleh waham yang

mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,

ataupun oleh ide-ide berlebihan yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-

minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.

F. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi atau

pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.

G. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, sikap tubuh tertentu, atau fleksibilitas

serea, negativisme, mutisme, dan stupor.

H. Simptom negatif, seperti sikap apatis, pembicaraan terhenti, dan respons emosional yang

menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan

menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi atau medikasi neuroleptika.

I. harus ada Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari

beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan,

sikap malas, sikap berdiam diri, dan penarikan diri secara sosial. (6)

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 5

Page 6: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

Pedoman diagnostik:

Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada sedikitnya satu simtom tersebut di atas yang

amat jelas (dan biasanya dua simtom atau lebih, apabila simtom tersebut kurang tajam atau

kurang jelas) dari simtom yang termasuk salah satu dari kelompok (a) sampai dengan (d) tersebut

di atas, atau paling sedikit dua simtom dari kelompok (e) sampai dengan (h) yang harus selalu

ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan atau lebih. (2)

Selain itu para ahli membagi gejala skizofrenia menjadi dua bagian,yaitu :

1. Gejala positif

disorganisasi pikiran dan bicara. Penderita bias menceritakan keadaan sedih

dengan mimic muka yang gembira atau sebaliknya.

waham. Penderita merasa dirinya seorang pahlawan dan bertindak seperti seorang

pahlawan.

Halusinasi dan gangguan persepsi lainnya

Agitasi atau mengamuk(2)

2. Gejala negatif

tidak ada dorongan kehendak atau inisiatif atau apatis

Menarik diri dari pergaulan social

Afek datar

Anhedonia (tidak mampu merasakan kesenangan)

Tidak menunjukan emosi emosional (2)

Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah suatu

serangan skizofrenia. Depresi pasca skizofrenia, dimana masih terdapat beberapa gejala

skizofrenia tetapi tidak mendominasi gambaran klinisnya.gejala-gejala yang menetap ini dapat

“positif” atau “negative”,walaupun biasanya yang sering adalah gejala negative. (2)

Pedoman diagnostik :

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 6

Page 7: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

a. Pasien telah menderita skizofrenia (memenuhi kriteria umum skizofrenia) selama 12

bulan terakhir.

b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada

c. Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya kriteria untuk

episode depresf dan telah ada paling sedikit dua minggu. (2,6)

Apabila tidak lagi mempunyai gejala skizofrenik,diagnosis harus suatu episode depresif.

bila gejala skizofrenia masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe

skizofrenia yang sesuai. (2,6)

Episode Depresif

Gejala utama :

- Afek depresif

- Kehilangan minat dan kegembiraan

- Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah

yang nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan menurunnya aktifitas. (5)

Gejala lainnya

- Konsentrasi dan perhatian berkurang

- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

- Tidur terganggu

- Nafsu makan berkurang (5)

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 7

Page 8: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-

kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat

dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. (6)

II.4 Penatalaksanaan

1. Terapi Biologis/Medis

Antipsikotik dibedakan atas:

1. Antipsikotik tipikal (antipsikotik generasi pertama)

• Klorpromazin

• Flufenazin

• Tioridazin

• Haloperidol

2. Antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua)

• Klozapin

• Olanzapin

• Risperidon

• Quetapin

• Aripiprazol

A. Penatalaksanan.

Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari penggobatan skizofrenia, penelitian telah

menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Sebagian besar

pasien skizofrenia mendapatkan manfaat dari pemakaain kombinasi pengobatan antipsikotik dan

psikososial. (1)

Terapi Biologik

Pemakaian medikasi antipsikotik pada skizofrenia harus mengikuti prinsip-prinsip utama,

yaitu :

1. Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 8

Page 9: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

2. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien harus

digunakan lagi

3. Lama minimal perobaan antipsikotik adalah 4-6 minggu pada dosis yang adekuat

4. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang

diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama episode psikotik.(1)

Skizofrenia diobati dengan antipsikotika. Obat ini dibagi dalam dua kelompok yaitu :

1. Dopamine receptor antagonis (DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-I) atau juga

antipsikotika konvensional / tipikal yang berguna terutama untuk mengontrol gejala-

gejala positif sedangkan gejala negatif hampir tidak bermanfaat. (1,2)

2. Serotonine-dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotika generasi II atau juga

antipsikotika baru / atipikal bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif.(1,2)

Antipsikotika Generasi Pertama / Tipikal

1. Fenotiazine

Semua fenotiazine mempunyai struktur yang sama yaitu tiga cincin. Subsituasi pada

rantai alifatik, seperti khlopromazin, menyebabkan turunnya potensi AP. Obat ini cendrung

menyebabkan sedasi, hipotensi, dan efek antikolinergik. Mensubtitusi piperidine pada posisi

sepuluh dapat menghasilkan kelompok AP seperti tioridazine, obat ini mempunyai potensi

dan profil efek samping yang sama dengan fenotiazine alifatik. Flufenazin dan

trifluoperaazine merupakan AP dengan kelompok piperazin yang disubtitusi pada posisi

sepuluh. (1)

2. Butirofenon

Haloperidol merupakan AP yang termasuk kelompok ini. Haloperidol dan butirofenon

lain bersifat D2 antagonis yang sangat poten. Efek terhadap sistem otonom dan efek

antikolinergiknya sangat minimal. Haloperidol merupakan piperidine yang paling sering

digunakan.(2)

3. Difenilbutil Piperidine

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 9

Page 10: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

Difenilbutil piperidine sama strukturnya dengan butirofenon. Pimozide, satu-satunya

difenilbutil piperidine yang tersedia.(1)

Antipsikotika Generasi Kedua / Atipikal

1. Clozapine

Clozapine merupakan antipsikotika pertama yang efek samping ektraprimidalnya dapat

diabaikan. Dibandingkan dengan obat-obat generasi pertama, semua APG-II mempunyyyai

rasiio blokade serotonin (5 hidrositriptamin) (5-HT) tipe 2 (5-HT2) terhadap reseptor dopamin

tipe 2 (D2) lebih tinggi. Ia lebih banyak bekerja pada sistem dopamin mesolimbik daripada

striatum.(1)

2. Risperidone

Risperidone termasuk kedalam kelompok benzisoxazole. Risperidone dengan nama

dagang Risperidal tersedia dalam bentuk tablet yaitu 1 mg, 2 mg, dan 3 mg. Dosis yang biasa

digunakan antara 4-8 mg. Risperidone juga tersedia dalam bentuk depo (long acting) yang dapat

digunakan setiap dua minggu. Obat ini disuntikkan secara IM dan tidak menimbulkan rasa sakit

di tempat suntikan karena ia merupkan suspensi dengan pelarut air.(1)

Risperidone merupakan antagonis kuat baik terhadap serotonin dan reseptor D2.

resperidone juga mempuyai afinitas kuat terhadap α2 tetapi afinitas terhadap β-reseptor dan

muskarinik rendah.(1)

3. Olanzapine

Merupakan obat yang aman dan efektif utnuk mengobati skizofrenia baik simptom positif

maupun negatif. Efek sampingnya sangat ringan.(1)

4. Quetiapine

Quetiapine merupakan dibenzothiazepine dengan potensi memblok 5-Ht2 lebih kuat

daripada D2.(1)

Terapi Psikososial

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 10

Page 11: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

Selain terapi obat, psikoterapi keluarga adalah aspek penting dalam pengobatan. Pada

umumnya, tujuan psikoterapi adalah untuk membangun hubungan kolaborasi antara pasien,

keluarga, dan dokter. Melalui psikoterapi ini, maka pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi

dengan lingkunganya. (5)

1. Terapi Perilaku

Rencana pengobatan untuk skiofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan kekurangan

pasien. Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan

komunikasi interpersonal. (1)

2. Terapi Berorientasi-Keluarga

Berbagai terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia.

Keluarga dan teman merupakan pihak yang juga sangat berperan membantu pasien dalam

bersosialisasi. Dalam kasus skizofrenia akut, pasien harus mendapat terapi khusus dari rumah

sakit. Kalau perlu, ia harus tinggal di rumah sakit tersebut untuk beberapa lama sehingga dokter

dapat melakukan kontrol dengan teratur dan memastikan keamanan penderita. (1)

Tapi sebenarnya, yang paling penting adalah dukungan dari keluarga penderita, karena

jika dukungan ini tidak diperoleh, bukan tidak mungkin para penderita mengalami halusinasi

kembali. Karena itu, agar halusinasi tidak muncul lagi, maka penderita harus terus menerus

diajak berkomunikasi dengan realitas. Namun, keluarga juga tidak boleh berlebih-lebihan dalam

memperlakukan penderita skizofrenia. Terapi keluarga selanjutnya dapat diarahkan kepada

berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan pelibatan

kembali pasien ke dalam aktifitas.(1)

3. Terapi Kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memucatkan pada rencana, masalah dan

hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mugki terorientasi secara perilaku, terorientasi

secara psikodinamika atau tilikan atau suportif. Terapi kelompo efektif dalam menurunkan

isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan

skizofrenia.(1)

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 11

Page 12: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

II.5 Prognosa

Prognosa Baik

- Onset lambat

- Faktor pencetus jelas

- Onset akut

- Riwayat social,seksual dan pekerjaan

pramorbid yang baik. (2)

- Gejala gangguan mood (terutama gangguan

depresif)

- Menikah

- Riwayat Keluarga gangguan mood

- Pendukung yang baik,gejala positif (2)

Prognosa Buruk

- Onset Muda

- Faktor pencetus tidak jelas

- Onset tidak jelas

- Riwayat social,seksual dan pekerjaan

pramorbid yang buruk.

- Prilaku menarik diri,autistik

- Tidak menikah,bercerai artau janda/duda (2)

- Riwayat Keluarga skizofrenia

- Pendukung yang buruk

- Gejala negative

- Tanda dan gejala neurologis

- Tidak ada remisi dalam 3 tahun,banyak

relaps (2)

KESIMPULAN

Skizofrenia adalah gangguan jiwa serius yang bersifat psikosis sehingga penderita

kehilangan kontak dengan kenyataan dan mempengaruhi berbagai fungsi individu, seperti afeksi

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 12

Page 13: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

dan kognitif. Penderita Skizofrenia juga dapat digolongkan dalam beberapa jenis berdasarkan

gejala khas yang paling dominan.

Tiap jenis selalu ditandai dengan gejala positif dan negatif yang berbeda porsinya. Gejala

positif adalah penambahan dari fungsi normal, contohnya halusinasi yaitu persepsi panca indera

yang tidak sesuai kenyataan. Sedangkan gejala negatif berarti pengurangan dari fungsi normal

seperti kehilangan minat dan menarik diri dari lingkungan sosial.

Hingga saat ini penyebab utama Skizofrenia masih menjadi perdebatan di kalangan ahli

psikiatri maupun psikologi. Karna itu untuk dapat memahaminya diperlukan multiperspekif yaitu

dari sisi biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sylvia dan Gitiayanti.Buku Ajar Psikiatri. FK UI, Jakarta, 2010, hal: 170-220

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 13

Page 14: DEPRESI PASAC SKIZO

Depresi Pasca Skizofrenia

2. Kaplan, H.I., Sadock B.J.: Sinopsis Psikiatri, Jilid I.Binarupa Aksara, Jakarta, 2010:

hal :699-743.

3. Kaplan, H.I., Sadock B.J.: Ilmu Kedokteran Jiwa.Widiya Medika,Jakarta,1998: hal: 407-

413.

4. Departement Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Pedoman Penggolongan

Dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, Edisi Pertama, Jakarta, 1993, hal: 46-47

5. Puri Basant K, Paul J Laking : Buku Ajar Psikiatri ( Textbook of Psikiatri ), edisi II, EGC

Rino Rozandri ( FK – Unbrah ) Page 14