depresi pada usia lanjut di karachi, pakistan: penelitian potong-lintang (cross-sectional study)

20
Terjemahan Depresi pada usia lanjut di Karachi, Pakistan: penelitian potong-lintang (cross-sectional study) Mehreen Anwar Bhamani, Mentab S Karim, dan Murad Moosa Khan Abstrak Latar belakang: Depresi pada orang usia lanjut merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat global. Selama ini belum ada penelian berbasis populasi mengenai depresi pada orang usia lanjut di Pakistan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi depresi dan hubungannya dengan dukungan keluarga pada orang usia lanjut (usia ≥ 60 tahun) di Karachi, Pakistan. Metode: Penelitian potong-lintang berbasis populasi berlangsung di Karachi mulai dari Juli hingga September 2008. Wawancara dengan kuisioner dilakukan pada setiap individu (n = 953), yang dipilih melalui teknik pengambilan sampel multi-stage cluster, menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) 15- item. Hasil: Prevalensi depresi pada orang usia lanjut ditemukan sebanyak 40,6%, lebih banyak pada wanita daripada pria (50% berbanding 32%). Orang usia lanjut yang tidak tinggal bersama pasangannya 60% lebih depresi dibandingkan dengan yang tinggal bersama 1

Upload: ester-elisabeth-wowor

Post on 14-Sep-2015

13 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Jurnal Psikiatri (terjemahan)

TRANSCRIPT

TerjemahanDepresi pada usia lanjut di Karachi, Pakistan: penelitian potong-lintang (cross-sectional study)Mehreen Anwar Bhamani, Mentab S Karim, dan Murad Moosa Khan

AbstrakLatar belakang: Depresi pada orang usia lanjut merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat global. Selama ini belum ada penelian berbasis populasi mengenai depresi pada orang usia lanjut di Pakistan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi depresi dan hubungannya dengan dukungan keluarga pada orang usia lanjut (usia 60 tahun) di Karachi, Pakistan.Metode: Penelitian potong-lintang berbasis populasi berlangsung di Karachi mulai dari Juli hingga September 2008. Wawancara dengan kuisioner dilakukan pada setiap individu (n = 953), yang dipilih melalui teknik pengambilan sampel multi-stage cluster, menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) 15- item.Hasil: Prevalensi depresi pada orang usia lanjut ditemukan sebanyak 40,6%, lebih banyak pada wanita daripada pria (50% berbanding 32%). Orang usia lanjut yang tidak tinggal bersama pasangannya 60% lebih depresi dibandingkan dengan yang tinggal bersama pasangannya (OR = 1,6, 95% CI = 1,3-2,1). Orang usia lanjut yang tidak menganggap anak-anak mereka sebagai dukungan masa depan dua kali lebih mudah mengalami depresi dibandingkan denga yang menganggap anak-anak mereka sebagai jaminan masa depan (OR = 2,1, 95% CI = 1,4-3,1). Penambahan satu anak laki-laki dewasa menunjukkan penurunan depresi sebanyak 10% setelah penyesuaiain untuk variabel lain (OR = 0,9, 95% CI = 0,8-0,9).Kesimpulan: Prevalensi depresi pada orang usia lanjut di Karachi cukup tinggi. Terdapat hubungan yang kuat antara depresi dengan variabel dukungan dari keluarga seperti tinggal bersama pasangan, menanggap anak-anak sebagai jaminan masa depan dan jumlah anak laki-laki dewasa pada sampel penelitian. Kesehatan mental dari orang usia lanjut di Pakistan perlu dijadikan pertimbangan dalam kebijakan kesehatan negara. Dalam masyarakat kolektif seperti Pakistan, dukungan keluarga berperan penting dalam kesehatan mental orang usia lanjut yang perlu disadari dan didukung melalui berbagai inisiatif pemerintah dan non-pemerintah.Kata Kunci: Masalah Psikiatri, Depresi, Lanjut Usia, Geriatrik, PrevalensiPokok: Asesmen depresi pada pasien usia lanjut, penelitian potong-lintang di Karachi-Pakistan

Latar BelakangSecara global, perkembangan pengetahuan dan praktek disertai dengan pembangunan sosial-ekonomi, di satu sisi telah menyebabkan peningkatan harapan hidup rata-rata dan di sisi lain penurunan substansial dalam tingkat kesuburan. Perubahan ini telah melahirkan penuaan penduduk, yang didefinisikan sebagai pergeseran usia rata-rata penduduk dari muda menjadi tua [1,2]. Populasi yang menua menyebabkan peningkatan beban penyakit kronis, cacat fisik, penyakit mental dan penyakit penyerta lainnya [3]. Sistem kesehatan seluruh dunia menghadai tantangan yang besar untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup dari penduduk usia lanjut [4,5]. Oleh karena itu penilaian akan kebutuhan dan masalah pada orang usia lanjut menjadi langkah pertama yang penting dalam proses untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup penduduk usia lanjut. Tantangan yang lebih besar lagi ditemukan di negara-negara dengan pendapatan rendah-sedang (lower and middle income) dimana proses penuaan terjadi lebih cepat [6-8] sementara sumber daya sangat terbatas. PBB 2008 memperkirakan bahwa rata-rata pertambahan penduduk usia lanjut di negara-negara berkembang (3%) dua kali lebih besar dibandingkan dengan di negara-negara maju (1,9%) [9]. Pakistan merupakan negara Islam di Asia Selatan dengan jumlah penduduk kurang lebih mencapai 180 juta [1]. Pakistan memiliki rasio dependensi sebesar 0,75 [10] dan sedang menghadapi tantangan seperti masalah penyakit kronis yang diperkirakan merupakan 42% dari seluruh kematian [11]. WHO memperkirakan bahwa tenaga kesehatan di Pakistan 8,1 dokter dan 5,9 perawat/bidan per 10.000 penduduk cukup rendah dibandingkan dengan rata-rata regional 10,9 dan 15,6 per 10.000 penduduk masing-masing [12]. Negara ini karena itu, dihadapkan dengan defisit besar dalam sumber daya kesehatan untuk memenuhi tuntutan kesehatan dari pertumbuhan populasi. Dalam konteks ini populasi orang usia lanjut (60 tahun ke atas) di Pakistan, diperkirakan meningkat dari 6,1% pada 2009 menjadi 14,9% pada tahun 2050 [9] menyorot kekurangan dari sistem kesehatan negara dalam menangani peningkatan beban penyakit pada populasi yang menua [13,14]. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi besarnya masalah orang tua untuk mendapatkan kebijakan untuk memenuhi masalah kesehatan (baik fisik dan mental) pada kelompok populasi ini.Depresi merupakan masalah kesehatan di dunia yang biasa ditemukan pada orang usia lanjut [15-20]. Pada negara-negara pendapatan tinggi, maupun rendah-sedang, depresi pada orang usia lanjut merupakan beban yang berat, dan berkontribusi pada kira-kira one- sixth dari seluruh disability adjusted life years (DALYs) [21]. Selama ini belum ada penelitian berbasis penduduk mengenai depresi pada orang usia lanjut di Pakistan. Dua penelitian berbasis pusat kesehatan pada pasien usia lanjut melaporkan prevalensi depresi sebesar 20%-23% [22,23].Dari berbagai faktor risiko, dukungan keluarga memiliki hubungan yang kuat dengan depresi pada orang usia lanjut.Keluarga memiliki peran yang besar dalam kehidupan orang usia lanjut khususnya pada budaya Asia, yang dimiliki oleh negara-negara Asia yang memiliki sistem kekeluargaan yang erat [24]. Meskipun perkembangan urbanisasi yang cepat telah mempengaruhi struktur keluarga Asia, di negara seperti Pakistan, keluarga terus menjadi sumber jaminan dan dukungan yang signifikan bagi orang usia lanjut. Orang usia lanjut memiliki posisi yang berwibawa dalam keluarga dan posisi tersebut mendapatkan rasa hormat dan kagum [24]. Selain mengandalkan pasangan mereka, orang usia lanjut juga mencari dukungan dari anak-anak mereka terutama anak-anak laki-laki karena perempuan biasanya meninggalkan tempat orang tua mereka setelah menikah [24]. Dukungan ini termasuk dukungan fisik maupun emosional keuangan sosial seperti yang telah dilaporkan oleh beberapa penelitian terkait dengan kesehatan mental orang usia lanjut [27,28].Berdasarkan penilaian ini, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi depresi dan hubungannya dengan dungan keluarga pada penduduk usia lanjut (usia 60 tahun ke atas) di Karachi, Pakistan.\

MetodeDesain penelitianPenelitian potong-lintang ini dilakukan dari Juli hingga September 2008 di Karachi, kota terbesar di Pakistan dan merupakan pusat dari perekonomian dan budaya. Penduduk Karachi (perkiraan sensus penduduk 1998) berjumlah kira-kira 15 juta [29]. Untuk tujuan administrasi, kota ini dibagi menjadi 18 daerah. Karachi memiliki penduduk dengan berbagai macam budaya dan etnik karena banyak orang dari daerah lain di negara ini datang untuk mencari pekerjaan di kota ini.

Partisipan penelitianKriteria inklusi yaitu penduduk berusia 60 tahun ke atas, jenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang tinggal di Karachi, yang menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi yaitu orang usia lanjut yang menderita retardasi mental, kelainan kognitif dan penyakit serius yang menyertai seperti kanker, gagal jantung atau gagal ginjal stadium terminal, dll. Untuk tujuan skrining, dilakukan Mini Mental State Examination (MMSE) untuk menilai adanya gangguan kognitif [30]. Tujuan dari penilain tersebut adalah karena Geriatric Depression Scale (GDS) tidak valid pada individu dengan gangguan kognitif [31]. Skor kurang dari 23 (untuk yang bisa menulis dan membaca) atau 21 (untuk yang tidak bisa menulis dan membaca) dianggap memiliki gangguan kognitif, dan dengan demikian tidak dapat diikutsertakan dalam penilitian ini [32-34]. Partisipan dengan masalah kesehatan penyerta yang serius juga tidak diikutsertakan. Hal ini dinilai berdasarkan laporan medis terakhir, kondisi fisik dan respon mereka pada pertanyaan spesifik mengenai kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan pewawancara selama lebih dari setengah jam.

Sampel penelitianJumlah sampel dihitung menggunakan Epi info versi 6. Diambil prevalensi depresi sebesar 20% (berdasarkan penelitian berbasis pusat kesehatan mengenai depresi pada orang usia lanjut) [22] dan berasumsi bahwa proporsi dari orang usia lanjut yang tidak mendapatkan dukungan keluarga sebesar 50%. Dengan interval kepercayaan 95%, rasio power and odd dari 2:00 80% (untuk desain menggunakan sampling multistage cluster) [35] dan jumlah sampel akhir diperkirakan sebanyak 950. Sampel diambil dengan bantuan survey sampel yang representatif berbasis penduduk menggunakan teknik pengambilan sampel multistage cluster. Kerangka sampling didasarkan pada data yang dihasilkan dari sensus penduduk terbaru diperbarui oleh Federal Bureau of Statistics (FBS). FBS telah membagi kota Karachi ke 4000 blok. Setiap blok terdiri dari minimal 250 sampai maksimum 350 rumah tangga. Jumlah blok yang akan dijadikan sampel ditentukan berdasarkan estimasi jumlah minimum rumah tangga yang memiliki orang usia lanjut di setiap blok. Diambil sampel 46 blok untuk penelitian dari daftar blok melalui simple random sampling. Masing-masing blok dalam daftar diberikan nomor. Dengan menghasilkan angka acak dalam komputer kita menarik 46 blok secara acak. Dari setiap blok sampel, 21 rumah tangga dipilih dengan probabilitas yang sama, melalui pengambilan sampel sistematis, dalam rangka mencapai ukuran sampel dihitung dari 950. Sampling sistematis melibatkan pilihan acak dari rumah dan sampling setiap rumah K (di mana K merupakan interval konstan sampel berdasarkan jumlah rumah tangga yang akan dijadikan sampel dari total rumah tangga di setiap blok). Hanya satu orang usia lanjut dari masing-masing rumah tangga yang terdaftar dalam penelitian. Jika terdapat dua atau lebih orang usia lanju yang memenuhi syarat dalam satu rumah tangga, maka pemungutan suara dilakukan untuk memilih salah satu dari mereka. Setelah diidentifikasi, dilakukan skrining pada subjek penelitian untuk kriteria kelayakan. Mereka yang memenuhi kriteria dan setuju untuk berpartisipasi diperkenalkan untuk mempelajari, tujuan, prosedur dan kemungkinan konsekuensi. Semua subyek penelitian diwawancarai oleh pewawancara yang terlatih.Tim pengumpulan data terdiri dari enam pewawancara dan dua pengawas lapangan, yang semuanya fasih berbahasa Urdu dan terlatih untuk tujuan tersebut. Kerahasiaan dijamin pada saat pengumpulan data dan pemeriksaan secara acak dilakukan oleh peneliti utama untuk memastikan kualitas data.

KuisionerKuisioner mendetail digunakan sebagai alat pengumpulan data. Kuisioner dibuat dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan dalam bahasa Urdu dan diterjemahkan kembali dalam bahasa Inggris oleh ahli dalam kedua bahasa dan diperiksa konsistensinya. Karena bahasa Urdu merupakan bahasa yang paling sering digunakan dan dimengerti di Karachi, kami menggunakan kuisioner dalam bahasa Urdu. Operasi secara manual dipersiapkan untuk para pewawancara untuk memastikan keseragaman dari proses pengumpulan data. Kuisioner diuji terlebih dahulu pada 50 individu usia lanjut (5% dari ukuran sampel). Berbagai perubahan dibuat pada kuisioner akhir. Kuisioner akhir memuat informasi mengenai karakteristik sosial-demografi, tingkat statu fungsi dan aktivitas fisik, profil dukungan keluarga, dan status depresi dari partisipan penelitian.

Variabel PenelitianStatus depresi dianggap sebagai variabel dependen dan disertakan dalam analisis sebagai variabel biner [ya, tidak]. Variable tersebut ditentukan dengan bantuan GDS 15 [36,37]. GDS 15 merupakan skala yang paling banyak digunakan untuk menialai depresi pada orang usia lanjut untuk tujuan klinis maupun penelitian [31]. Skala tersebut belum divalidasi pada individu usia lanjut, akan tetapi telah digunakan dalam dua penelitian berbasis pusat kesehatan sebelumnya pada orang usia lanjut di Karachi [22,23]. GDS-15 telah divalidasi dalam berbagai bahasa, tetapi belum dalam bahasa Urdu. Skala tersebut diterjemahkan dalam bahasa Urdu, dan diterjemahkan kembali dalam bahasa Inggris dan diperiksa konsistensinya dengan bantuan para ahli. Skala ini diuji terlebih dahulu pada 50 subjek (sekitar 5% dari sampel) dan kemudian dilakukan beberapa perubahan. Orang usia lanjut yang memiliki skor 5 atau lebih pada GDS dianggap memiliki depresi.Informasi sosial demografi dari orang usia lanjut mencakup usia, jenis kelamin [laki-laki, perempuan], status pekerjaan [kerja, tidak kerja], tingkat pendidikan [buta huruf, pendidikan informal, SD hingga SMA, lebih dari SMA], etnis [berbahasa Urdu, Punjabi, Pashto, Sindhi/Balochi] dan tempat lahir [India, di Pakistan di luar Karachi atau di Karachi].Status fungsional (kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari] dinilai menggunakan skala Activities of Daily Living 15 (ADL) [38,39]. Skala ADL memiliki 10 pertanyaan berhubungan dengan kegiatan non-instrumental, dan 5 pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan instrumental. ADL telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian untuk menilai diabilitas pada penduduk usia lanjut. ADL mencakup pertanyaan berhubungan dengan rutinitas sehari-hari dan kegiatan mengurus diri sendiri seperti berpakaian, mandi, BAK dan BAB, makan, dll. IADL mencakup hal-hal yang dilakukan untuk mengatur gaya hidup independen mereka, seperti berbelanja, membershikan rumah, menggunakan telpon, dll. IADL dianggap lebih sulit dibandingkan dengan ADL karena membutuhkan kemampuan fisik dan kognitif [38,39]. Respons untuk semua 15 poin pertanyaan dibagi menjadi ya dan tidak. Setiap jawaban ya diberikan skor 1 dari 15.Untuk menilai tingkat aktivitas fisik, diambil data berupa banyaknya waktu yang dihabiskan untuk berjalan-jalan, mengangkat barang (hingga 5 kg), bertemu dengan teman-teman, membeli barang-barang atau hobi. Semakin banyak waktu yang digunakan untuk melakukan hal-hal tsb makan semakin tinggi pula tingkat aktivitas fisik. Variabel tersebut dibagi menjadi kategori : 0-120 mnt/minggu, >120-130 mnt/minggu, dan >310 mnt/minggu berdasarkan analasis.Variabel dukungan keluarga terdiri dari : status perkawinan [tinggal dengan pasangan, tidak tinggak dengan pasangan], struktur keluarga [sendiri, nuclear, tinggal bersama anak-anak/keluarga], jumlah anak-anak laki-laki dan perempuan yang masih hidup, dan persepsi orang usia lanjut tentang anak-anak sebagai jaminan masa depan [ya, tidak] [40,41], didefinisikan sebagai dukungan ekonomi dan sosial.

Analisa StatistikData dimasukkan dalam Epi data versi 3.1 dan dianalisa menggunakan Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1.

Analisa data dilakukan melalui dua tahapStatistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan prevalensi dari depresi pada orang usia lanjut. Weighted means dan standar deviasi untuk varabel kontinyu dan weighted frekuensi/persentasi untuk semua variable kategorial ditentukan.

Analisa univariat dan multivariat. Berdasarkan skor GDS, variabel dependen status depresi dibentuk sebagai variable biner yang terdiri dari kategori ya dan tidak. Data dianalisa menggunakan Binary Logistic Regression / regresi biner logistik.Analisa univariat digunakan untuk mempelajari dampak dari dukungan keluarga dan variabel sosial demografi lain pada status depresi. Penilaian dukungan keluarga didasarkan pada empar variabel: status pernikahan, struktur keluarga, jumlah anak laki-laki yang masih hidup dan pertimbangan anak-anak sebagai jaminan masa depan.Sebagai tambahan, semua ko-variat lain diregresi secara terpisah dengan status depresi dalam analisa univariat untuk mendapatkan crude perkiraan dari.

HasilSubjek penelitian berjumlah 1023 yang memenuhi kriteria inklusi dihubungi untuk menjadi peserta dalam penelitian, dan 966 setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian. 13 orang ditemukan mempunyai gangguan kognitif pada MMSE dan oleh karena itu, tidak diikutsertakan dalam penelitian. Kemudian partisipan berjumlah 953 subjek direkruit dan diwawancara.Prevalensi depresi didapatkan sebesar 40,6% dengan angka yang lebih tinggi pada wanita (50%) dibandingkan dengan laki-laki (32%). Semua rata-rata dan standar deviasi...Tabel 1 menunjukkan karakteristik sosial demografi dari peserta penelitian. 53% laki-laki. Sebagian besar beragama Muslim dan berbahasa Urdu. Lebih banyak wanita (68%) dibandingkan pria (44%) yang tidak memiliki pendidikan formal. 55% peserta lahir di luar kota Karachi dan berimigrasi ke Karachi dari berbagai daerah di India.Tabel 2 mengindikasikan dukungan sosial yang tersedia dari anggota keluarga. Lebih banyak laki-laki usia lanjut dibandingkan dengan wanita usia lanjut yang tinggal bersama pasangan (64,6% banding 33,8%). Selain itu, sebagian besar peserta penelitian memiliki dukungan keluarga yang baik dengan 92% laki-laki dan 94% perempuan tinggal bersama dengan anak-anak mereka atau anggota keluarga lain. Persentasi yang sangat kecil didapatkan pada peserta yang tinggal sendiri. Rata-rata, peserta penelitian memiliki 5 orang yang masih hidup, dan sebagian dari mereka sudah dewasa. Sekitar 80% orang usia lanjut menganggap anak-anak sebagai jaminan masa depan.Tabel 3 mengindikasikan hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada analisa univariat dan multivariat. Subjek yang tidak tinggal bersama dengan pasangan 60% memiliki kemungkinan untuk mengalami depresi dari pada yang tinggal bersama pasangan (Adjusted OR = 1,6, 95% CI = 1,3 2,1).Selain itu, peningkatan jumlah anak laki-laki menunjukkan hubungan yang protektif terhadap depresi. Peningkatan 1 anak laki-laki menunjukkan 10% ... orang usial lanjut yang tidak melihat anak-anak mereka sebagai dukungan masa depan diperkirakan dua kai lebih mudah mengalami depresi dibandingkan dengan yang melihat anak anak mereka sebagai jaminan masa depan (Adjusted OR = 2,1, 95% CI = 1,4-3,1).Variabel adjusted pada model multivariabel adalah tingkat penididikan, persepsi diri tentang status kesehata, status fungsional dan physical activity level.

DiskusiUntuk pengetahuan kita, ini adalah studi pertama yang memperkirakan prevalensi depresi pada populasi usia lanjut menggunakan sampel berbasis masyarakat di Pakistan. Hasil kami menunjukkan bahwa sekitar 40% dari penduduk lansia yang tinggal di Karachi menderita depresi, dengan tingkat lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria. Lansia tidak hidup dengan pasangan dan tidak mempertimbangkan anak-anak mereka sebagai jaminan masa depan lebih mungkin mengalami depresi. Sebaliknya, memiliki anak laki-laki dewasa menunjukkan perlindungan terhadap depresi. Meskipun desain studi cross-sectional tidak bisa membangun hubungan temporal antara dukungan keluarga dan depresi, temuan kami dalam penelitian memberikan wawasan ke dalam hubungan dukungan keluarga dengan kesehatan mental lansia.Mengingat fakta bahwa kami menggunakan pendekatan berbasis populasi pada sampel yang representatif, temuan kami bisa digeneralisasi untuk populasi lansia Karachi, meskipun tidak ke negara secara keseluruhan.Desain survei rumah tangga membuatnya tidak praktis untuk mengakses tunawisma lanjut usia, mereka yang tinggal di rumah-rumah orang-orang tua (ada sejumlah kecil di Karachi) dan mengalami depresi berat lansia mengaku di rumah sakit. Demikian pula, pengecualian dari mereka lansia yang mengalami kerusakan kognitif dan orang-orang dengan berat komorbiditas medis mungkin telah meremehkan prevalensi yang diamati. Selain itu, mungkin ada bias yang terkait dengan selfreporting dan penggunaan skala non-divalidasi untuk menilai depresi dan status fungsional.Prevalensi diperkirakan oleh penelitian kami adalah sekitar dua kali lipat dari dua studi sebelumnya pada lansia menghadiri fasilitas kesehatan tersier di Karachi, dengan menggunakan skala yang sama dan titik cutoff [22,23]. Perbedaan yang diamati mungkin sebagian dapat dijelaskan oleh desain penelitian sebelumnya: pelajaran termasuk pasien dan peserta direkrut dari klinik rawat dari, fasilitas pelayanan kesehatan swasta biaya-untuk-layanan yang diakses oleh pasien dari yang relatif lebih tinggi sosial strata -economic dan perilaku mencari pelayanan kesehatan yang lebih baik. Di sisi lain, orang-orang di masyarakat mungkin memiliki depresi yang tidak diakui atau mereka mungkin tidak memiliki sumber daya untuk mencari bantuan. Selain itu, penelitian telah melaporkan bahwa sifat psikometrik GDS lebih lemah untuk individu gangguan kognitif [31] Namun; baik dari penelitian sebelumnya disaring peserta mereka untuk penurunan kognitif yang dapat mempengaruhi temuan mereka [22,23].Literatur sebelumnya telah melaporkan bahwa orang tua lebih rentan terhadap depresi daripada populasi umum [15-20]. Sebuah tinjauan sistematis menunjukkan bahwa beban depresi pada populasi umum di Pakistan adalah 34% [44]. Temuan penelitian kami membuktikan literatur prevalensi tinggi depresi pada lansia daripada populasi umum Pakistan.Kami menghitung ukuran sampel kami berdasarkan prevalensi 20% yang dilaporkan oleh dua penelitian sebelumnya [22,23], yang mungkin telah mengakibatkan ukuran sampel diremehkan. Namun, ukuran sampel akhir kita, setelah menggabungkan proporsi dukungan keluarga, jauh lebih tinggi dari apa yang telah dibutuhkan pada prevalensi 50%. Dengan demikian, ukuran sampel yang memadai untuk memenuhi tujuan penelitian. Berkenaan dengan dukungan keluarga, penting untuk menekankan bahwa Pakistan adalah masyarakat kolektif dan keluarga memainkan bagian penting dalam kehidupan lansia. Bersama dan keluarga secara tradisional mapan dan diterima norma. Orang tua di Pakistan jarang hidup sendiri atau berjuang sendiri setelah pensiun. Kebanyakan orang tua tidak hanya berharap untuk dirawat oleh keluarganya tapi keluarga juga menganggap ini sebagai agama, kewajiban sosial dan moral mereka. Keluarga memberikan dukungan ekonomi serta fisik orang tua pensiun mereka [24-26]. Di Pakistan, tidak ada dukungan negara untuk orang tua, yang harus bergantung pada keluarga mereka untuk kebutuhan sosial dan ekonomi mereka [22,25].Salah satu kebutuhan terbesar lansia adalah memiliki pendamping dan dukungan dari pasangan hidup. Sebaliknya, kehilangan pasangan karena kematian, perpisahan atau perceraian sangat mengurangi kapasitas mereka untuk menghadapi tantangan hidup. Hilangnya pasangan dapat mempengaruhi kesehatan psikososial serta kelangsungan hidup seorang individu pada setiap tahap kehidupan. Namun, orang tua sangat rentan sebagai ketergantungan mereka pada pasangan meningkat dengan usia [22,45,46]. Sebuah studi berbasis masyarakat yang dilakukan di Jepang mengungkapkan bahwa, dipisahkan atau janda orang tua memiliki peluang lebih tinggi untuk depresi dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang menikah. Hasilnya sama untuk pria dan wanita [46] lansia.Di Pakistan, anak-anak (terutama anak-anak laki-laki dewasa) menjadi sumber penting dari dukungan bagi orang-orang yang lebih tua [22,24,25]. Kurangnya dukungan anak-anak dapat membuat rasa tidak aman dan karenanya, meningkatkan kerentanan mereka terhadap depresi [22,27]. Beberapa penelitian telah melaporkan hubungan antara persepsi dari keluarga mendukung dan kesehatan mental [27,28]. Sebuah studi yang dilakukan dalam pengaturan perawatan primer di New York, Amerika Serikat mengungkapkan bahwa dukungan keluarga cukup dikaitkan dengan gejala psikologis meningkat di antara orang tua [27]. Studi lain di Amerika Serikat menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial dikaitkan dengan fungsi keseluruhan depresi lansia [28]. Hal ini sejalan dengan temuan penelitian kami.

KesimpulanHasil penelitian kami diperkirakan 40,6% dari lansia di Karachi menderita depresi kemungkinan, dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita. Status dukungan keluarga ditemukan memiliki hubungan yang kuat dengan kesehatan mental lansia. Ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut dalam kelompok penting tetapi diabaikan penduduk ini. Ada juga perlu untuk studi serupa dari kota-kota lain di Pakistan, sehingga gambaran nasional kesehatan mental lansia di Pakistan dapat diperoleh. Temuan studi tersebut dapat digunakan untuk menginformasikan kebijakan dan mengembangkan program-program pencegahan dan intervensi yang relevan.

1