departemen ilmu kesehatan mata fakultas...
TRANSCRIPT
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG
Laporan Kasus : PACK-CXL Sebagai Tatalaksana Alternatif Pada Ulkus
Kornea
Penyaji : Pradistya Syifa Yudiasari
Pembimbing : Angga Fajriansyah., dr., Sp.M
Telah Diperiksa dan Disetujui oleh
Pembimbing
Angga Fajriansyah, dr., Sp.M
Kamis, 2 Januari 2020
07.30 WIB
1
PACK-CXL As Alternative Treatment For Corneal Ulcer
Introduction: Corneal ulcer is a leading cause of blindness worldwide. Many of
these patients did not respond to conventional treatment with topical agents.
PACK-CXL has been suggested to treat corneal ulcer that did not respond to
antimicrobial agents.
Subjects and methods: Four eyes with corneal ulcer underwent PACK-CXL with
ultraviolet-A rays and transepithelial riboflavin according to Dresden procedure.
Preoperatively and postoperatively slit lamp examination of cornea and visual
acuity recording was done. Postoperative outcome include objective signs like
improvement in epithelialization, corneal scarring and vascularization.
Results: Three eyes healed completely with scarring at 1 months follow-up. One of
the patients developed desmatocele on 12 days. Epithelial defect completely healed
over time but one underwent amonitic membrane transplant. All the cases who
responded to treatment were define by epithelialization and scarring fromation.
Conclusion: The corneal cross-linking has a beneficial role as an adjuvant therapy
for ulcus cornea. It helps in relief of pain and healing of ulcer. Larger randomized
control trails with longer follow-up are required for a definite conclusion.
Keywords: corneal cross-linking, corneal ulcer, clinical outcome
I. Pendahuluan
Ulkus kornea merupakan salah satu penyakit mata yang sering terjadi dan
menimbulkan morbiditas terutama pada negara berkembang. Ulkus kornea juga
merupakan salah satu penyebab utama dari kebutaan diseluruh dunia. Ulkus kornea
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa dan parasit. Faktor risiko
terjadinya ulkus kornea adalah trauma, pemakaian lensa kontak, riwayat operasi,
riwayat penyakit permukaan okular, mata kering, kelainan bentuk kelopak mata,
gangguan sensasi kornea, penggunaan steroid topikal kronis dan pasien
imunokompromais.1,2
Pengobatan ulkus kornea saat ini adalah pemberian antibiotik secara topikal.
Diagnosis dan inisiasi pengobatan antimikroba yang tertunda pada ulkus kornea
2
menyebabkan menurunnya angka keberhasilan terapi. Munculnya bakteri yang
resistan terhadap beberapa obat adalah salah satu alasan yang memperumit
perawatan dan penyembuhan keratitis infeksius.1,3
Corneal cross-linking (CXL) merupakan suatu alternatif pengobatan baru
menggunakan sinar ultraviolet A (UV-A) dan riboflavin (Vit. B2) untuk
meningkatan ikatan biomekanis pada stroma kornea. Photoactivated chromophore
for infectious keratitis - corneal cross-linking (PACK-CXL) merupakan suatu
perkembangan terapi untuk ulkus kornea. PACK-CXL dianggap memiliki banyak
mekanisme aksi yaitu salah satunya adalah inaktivasi patogen dengan merusak
secara langsung asam nukleat bakteri. Keuntungan lain dari PACK-CXL adalah
efek toksiknya pada sel-sel inflamasi yang dapat membatasi respon inflamasi pada
organisme yang infeksius. Serial kasus ini akan membahas PACK-CXL sebagai
salah satu alternatif terapi pada ulkus kornea.4,5
II. Laporan Kasus Serial
Kasus pertama adalah seorang perempuan, Nn. T, berusia 22 tahun datang ke
poli Infeksi dan Imunologi Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo pada
tanggal 23 Oktober 2019 dengan keluhan mata kiri terdapat bintik putih sejak 1
bulan yang lalu. Pasien mengeluhkan kotoran mata keluar di pagi hari, buram dan
rasa mengganjal pada mata, sedangkan rasa nyeri disangkal oleh pasien. Awalnya
pasien mengeluhkan mata merah berulang sejak 8 bulan yang lalu memakai obat
herbal yang di teteskan pada mata kemudian keluhan dirasa bertambah hingga saat
ini. Riwayat pemakaian kontak lensa, trauma disangkal. Pasien berobat ke dokter
spesialis mata di Jakarta, kemudian dilakukan scrapping dengan hasil
staphylococcal epidermidis. Riwayat operasi disangkal oleh pasien. Pasien
diberikan obat levofloksasin 1 gtt/jam mata kiri dan tetes mata buatan 1 gtt/jam
mata kiri di Jakarta kemudian langsung dirujuk ke RS Cicendo.
Status generalis dan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologis
didapatkan tajam penglihatan mata kanan 1.0 dan mata kiri 1/300. Pemeriksaan
segmen anterior pada mata kanan didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan
segmen anterior pada mata kiri didapatkan injeksi siliar pada konjungtiva. Kornea
3
terdapat ulkus dengan ukuran 5 x 6 x 2 mm dan tes sensibilitas normal. Pada bilik
mata depan didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan cell tidak ada, pupil bulat,
refleks cahaya +/+ dan lensa jernih.
Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil mild vitreous
opacity ec fibrosis vitreous dd/ sel radang pada mata kiri dan pemeriksaan anterior
optical coherence tomography mata kiri dengan hasil central corneal thickness 618
𝜇m, angle to angle distance 11.57 mm dan anterior chamber depth 1.81 mm. Pasien
didiagnosis ulkus kornea ec staphylococcus mata kiri. Pasien diberikan terapi
moksifloksasin 1 tetes per jam mata kiri, siklopentolate 1% 3x1 tetes mata kiri, tetes
mata buatan 6x1 tetes mata kiri. Pasien kemudian direncanakan untuk dilakukan
tindakan PACK-CXL mata kiri pada tanggal 25 Oktober 2019 .
Pasien dilakukan tindakan septik dan antiseptik terlebih dahulu, kemudian
pasien diberikan anestesi topikal menggunakan pantokain 0,5% dan pilokarpin.
Wire speculum digunakan pada mata pasien. Dilakukan penetesan riboflavin setiap
2 menit selama 15 menit menggunakan riboflavin natrium fosfat 1 mg. Kemudian
dilakukan pemeriksaan di slitlamp untuk melihat apakah riboflavin ada di bilik
mata depan atau tidak. Dilakukan penyinaran riboflavin oleh UV-A setiap 3 menit
selama 30 menit. Prosedur akhir pasien diberikan antibiotik topikal salep dan
dilakukan pemasangan lensa kontak. Pasien kemudian diminta untuk datang kontrol
3 hari yang akan datang.
Pasien kontrol 3 hari kemudian setelah tindakan PACK-CXL 28 Oktober 2019.
Saat pemeriksaan pasien tidak ada keluhan nyeri, kotoran pada mata, namun masih
ada rasa mengganjal pada mata. Pada pemeriksaan umum diketahui status generalis
baik dan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan
tajam penglihatan mata kanan 1.0 dan mata kiri close to face finger counting
(CFFC). Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan didapatkan dalam batas
normal. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri didapatkan injeksi siliar pada
konjungtiva. Kornea terdapat sikatriksasi pada lokasi ulkus, bilik mata depan
didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan cell tidak ada, pupil bulat, refleks
cahaya +/+ dan lensa jernih. Pasien didiagnosis ulkus kornea ec staphylococcus.
Pasien diberikan terapi moxifloxacin 8x1 tetes mata kiri, siklopentolat 1% 3x1 tetes
4
mata kiri, tetes mata buatan 6x1 tetes mata kiri dan prednisolon asetat 6x1 tetes
mata kiri.
Pasien kontrol 1 minggu kemudian setelah tindakan PACK-CXL 6 November
2019, saat pemeriksaan pasien tidak ada keluhan dan dirasakan penglihatan makin
membaik. Status generalis dan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan
oftalmologis didapatkan tajam penglihatan mata kanan 1.0 dan mata kiri 1/60.
Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan didapatkan dalam batas normal.
Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri didapatkan injeksi siliar pada
konjungtiva. Kornea terdapat sikatrik dan neovaskularisasi, bilik mata depan
didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan cell tidak ada, pupil bulat, refleks
cahaya +/+ dan lensa jernih. Pasien didiagnosis sikatrik kornea mata kiri (Post
PACK-CXL a.i. ulkus kornea ec staphylococcus mata kiri). Pasien diberikan terapi
moksifloksasin 8x1 tetes mata kiri, siklopentolat 1% 3x1 tetes mata kiri, tetes mata
buatan 6x1 tetes mata kiri dan prednisolon asetat 5x1 tetes mata kiri.
Gambar 2.1 Gambar lampu celah pada kasus pertama sebelum dan sesudah
tindakan PACK-CXL. Gambar A merupakan gambar preoperatif. Gambar B merupakan gambar post tindakan PACK-CXL 1 minggu.
Pasien kontrol 2 minggu setelah tindakan PACK-CXL 20 November 2019, saat
pemeriksaan pasien tidak ada keluhan. Status generalis dan tanda vital dalam batas
normal. Pemeriksaan oftalmologis didapatkan tajam penglihatan mata kanan 1.0
dan mata kiri 0.16F2. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan didapatkan
dalam batas normal. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri tidak didapatkan
B A
5
injeksi dan pada kornea terdapat sikatrik. Pada bilik mata depan didapatkan Van
Herrick Grade III, flare dan cell tidak ada, pupil bulat, refleks cahaya +/+ dan lensa
jernih. Pasien didiagnosis sikatrik kornea mata kiri (Post PACK-CXL a.i. ulkus
kornea ec staphylococcus mata kiri). Pasien diberikan terapi levofloksasin 6x1 tetes
mata kiri, tetes mata buatan 6x1 tetes mata kiri dan prednisolon asetat 4x1 tetes
mata kiri dan pasien di rujuk kembali ke RSUD di Jakarta.
Kasus kedua seorang perempuan, Ny. K, berusia 50 tahun datang ke poli Infeksi
dan Imunologi Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo pada tanggal 21
Oktober 2019 dengan keluhan mata kanan merah, gatal dan buram yang bertambah
sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan nyeri, silau dan belekan pada mata disangkal oleh
pasien. Riwayat pemakain kontak lensa, trauma, kegiatan berkebun disangkal.
pasien memiliki penyakit sistemik yaitu diabetes melitus dan rutin meminum
metformin 3x500 mg. Pasien berobat ke spesialis mata di Ciamis lalu diberikan
itrakonazole dan natacen kemudian dirujuk ke RS Cicendo.
Status generalis dan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologis
didapatkan tajam penglihatan mata kanan 1/300 dan mata kiri 0.5F. Pemeriksaan
tekanan bola mata menggunakan Non-Contact Tonometry (NCT) pada mata kanan
sulit sedangkan pada mata kiri 13. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan
didapatkan ptosis protektif, dan injeksi siliar pada konjungtiva didapatkan. Kornea
terdapat ulkus dengan ukuran 6x5x2 mm, bilik mata depan didapatkan Van Herrick
Grade III, flare dan cell +4/+4 dan terdapat hipopion setinggi 2 mm, pupil bulat,
refleks cahaya +/+ dan lensa jernih. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri
dalam batas normal.
Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan scrapping kornea dengan hasil gram
(+) coccobacill susunan dua-dua 2-6 LPB. Jumlah leukosit 10-15/LPB. Jumlah
epitel 5-7/LPB, tidak ditemukan acanthamoeba dan jamur. Pasien kemudian
didiagnosis ulkus kornea cum hipopion mata kanan ec gram (+) coccobacill.
Kemudian pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan PACK CXL mata kanan
pada tanggal 22 Oktober 2019.
Pasien kontrol 3 hari kemudian setelah tindakan PACK-CXL 25 Oktober 2019,
saat pemeriksaan pasien mengeluhkan mata berair dan nyeri yang dirasa berkurang.
6
Status generalis baik dan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologis
didapatkan tajam penglihatan mata kanan hand movement dan mata kiri 0,8.
Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan didapatkan blefarospasm, injeksi
siliar pada konjungtiva. Kornea terdapat edema, ulkus dengan ukuran 4,8 x 4 mm,
bilik mata depan didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan cell +3/+3, hipopion
(-), pupil bulat, refleks cahaya +/+ dan lensa agak keruh. Pemeriksaan segmen
anterior pada mata kiri didapatkan dalam batas normal. Pasien didiagnosis ulkus
kornea ec gram (+) coccus. Pasien diberikan terapi moksifloksasin 1 tetes per jam
mata kanan, siklopentolat 1% 3x1 tetes mata kanan, tetes mata buatan 6x1 tetes
mata kanan.
Gambar 2.2 Gambar lampu celah pada kasus kedua sebelum dan sesudah tindakan PACK-CXL. Gambar A merupakan gambar preoperatif. Gambar B merupakan gambar follow up 3 hari post tindakan PACK-CXL. Gambar C merupakan gambar follow up 1
minggu post tindakan PACK-CXL.
Pasien kontrol 1 minggu setelah tindakan PACK-CXL 31 Oktober 2019, saat
pemeriksaan pasien mengeluhkan mata berair dan namun tidak ada nyeri yang
dirasa. Status generalis dan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan
oftalmologis didapatkan tajam penglihatan mata kanan 0,08 ph 0,25 dan mata kiri
0,8 ph tetap. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan didapatkan
blefarospasm, injeksi siliar pada konjungtiva. Kornea terdapat sikatrik, fluorescein
test (FT) positif didaptkan ulkus dengan ukuran 1 x 1,5 mm, keratitis pungtata
superficialis (KPS) positif dan keratik presipitat (KP), bilik mata depan didapatkan
Van Herrick Grade III, flare dan cell +1/+1, pupil bulat, refleks cahaya +/+ dan
lensa agak keruh. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri didapatkan dalam
B C A
7
batas normal. Pasien didiagnosis ulkus kornea ec gram (+) coccus. Pasien diberikan
terapi moksiflosasin 8x1 tetes mata kanan, siklopentolat 1% 3x1 tetes mata kanan,
tetes mata buatan 1 tetes per jam mata kanan.
Pasien kontrol 2 minggu setelah tindakan PACK-CXL 7 November 2019, saat
pemeriksaan pasien mengeluhkan mata berair. Status generalis dan tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologis didapatkan tajam penglihatan mata
kanan 0,1 ph 0,32 dan mata kiri 0,63 ph 0,8f1. Pemeriksaan segmen anterior pada
mata kanan didapatkan blefarospasm, injeksi siliar minimal pada konjungtiva.
Kornea terdapat sikatrik, FT (+) didapatkan KPS (+), KP (+), dan pooling. Bilik
mata depan didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan cell -/-, pupil bulat, refleks
cahaya +/+ dan lensa agak keruh. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri
didapatkan dalam batas normal. Pasien didiagnosis ulkus kornea ec gram (+)
coccus. Pasien diberikan terapi moksiflosasin 8x1 tetes mata kanan, siklopentolat 1
% 3x1 tetes mata kanan, tetes mata buatan 1 tetes per jam mata kanan dan pasien
di rujuk kembali ke RSUD di Ciamis.
Kasus ketiga seorang laki-laki, Tn. T, berusia 66 tahun datang ke poli Infeksi
dan Imunologi Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo pada tanggal 8
November 2019 dengan keluhan mata kiri merah dan terdapat bintik putih pada
bagian tengah mata pasien sejak 4 bulan yang lalu, saat ini mengeluhkan nyeri,
berair dan rasa mengganjal pada mata kiri. Pasien memiliki riwayat terkena rumput
pada mata kirinya. Riwayat penggunaan kontak lensa dan trauma disangkal. Pasien
sudah berobat ke dokter spesialis mata di RS As-Syifa Bengkulu dan diberikan obat
levoflokasin 1 tetes per jam mata kiri, natamicin 1 tetes per jam mata kiri dan
siklopentolat 1% 3x1 tetes mata kiri.
Status generalis dan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologis
didapatkan tajam penglihatan mata kanan 0,4 ph tetap dan mata kiri CFFC.
Pemeriksaan tekanan bola mata palpasi dalam batas normal. Pemeriksaan segmen
anterior pada mata kanan didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan segmen
anterior pada mata kiri didapatkan injeksi siliar pada konjungtiva. Kornea terdapat
edema, infiltrat dan FT (+) ulkus berukuran 5 x 3,7 mm. Bilik mata depan
didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan cell tidak ada, pupil bulat, sinekia
A
8
negatif, refleks cahaya +/+ dan lensa agak keruh. Pasien dilakukan pemeriksaan
scrapping dengan hasil ditemukan gram (+) coccus susunan satu-satu 0-1/LPB,
jumlah leukosit <5/LPB, jumlah epitel 0-1/LPB, ditemukan hifa jamur ramping,
bersepta dan berspora dan tidak ditemukan acanthamoeba.
Pasien didiagnosis ulkus kornea OS ec. mixed infection (gram (+) coccus dan
jamur). Pasien diberikan terapi moksiflosasin 1 tetes per jam mata kiri,
siklopentolat 1% 3x1 tetes mata kiri, tetes mata buatan 6x1 tetes mata kiri,
natamicin satu tetes per jam mata kiri dan ketokonazole 2x300mg per oral.
Kemudian pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan PACK CXL mata kiri
pada tanggal 8 November 2019.
Pasien kontrol 3 hari kemudian setelah tindakan PACK-CXL 11 November
2019. Saat pemeriksaan pasien mengeluhkan nyeri pada mata kiri. Status generalis
dan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologis didapatkan tajam
penglihatan mata kanan 0,4 dan mata kiri 1/60. Pemeriksaan segmen anterior pada
mata kanan didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan segmen anterior pada
mata kiri didapatkan injeksi siliar pada konjungtiva. Kornea terdapat ulkus dengan
ukuran 3,4 x 2,1 mm. Bilik mata depan didapatkan Van Herrick Grade III, flare
dan cell +2/+2, pupil bulat, sinekia negatif, refleks cahaya +/+ dan lensa agak keruh.
Pasien didiagnosis ulkus kornea OS ec mixed infection. Pasien diberikan terapi
moksiflosasin satu tetes per jam mata kiri, natamicin satu tetes per jam mata kiri,
siklopentolate 1 % 3 x 1 tetes mata kiri, tetes mata buatan 6x1 tetes mata kiri dan
ketokonazol 2 x 300 mg per oral.
Pasien kontrol 1 minggu setelah tindakan PACK-CXL 19 November 2019. Saat
pemeriksaan pasien mengeluhkan nyeri, silau, gatal dan rasa mengganjal pada mata
kiri. Status generalis dan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologis
didapatkan tajam penglihatan mata kanan 0,4 ph tetap dan mata kiri 1/60.
Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan didapatkan dalam batas normal.
Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri didapatkan injeksi siliar pada
konjungtiva. Kornea terdapat ulkus dengan ukuran 2 x 2 mm, sikatrik, edema dan
lipat descemet. Bilik mata depan didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan cell
-/-, pupil bulat, sinekia negatif, refleks cahaya +/+ dan lensa agak keruh. Pasien
9
didiagnosis ulkus kornea OS ec mixed infection (perbaikan). Pasien diberikan terapi
moksiflosasin satu tetes per jam mata kiri, natamicin satu tetes per jam mata kiri,
siklopentolat 1% 3x1 tetes mata kiri, tetes mata buatan 6x1 tetes mata kiri dan
ketokonazol 2 x 300 mg per oral.
Gambar 2.3 Gambar lampu celah sesbelum dan sesudah tindakan PACK-CXL pada kasus ketiga. Gambar A merupakan gambar preoperatif. Gambar B merupakan gambar
follow up 1 minggu post tindakan PACK-CXL.
Pasien kontrol 2 minggu setelah tindakan PACK-CXL 27 November 2019. Saat
pemeriksaan pasien tidak memiliki keluhan. Pada pemeriksaan umum diketahui
status generalis baik dan tensi 190/110. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan
tajam penglihatan mata kanan 0,32 dan mata kiri CFFC. Pemeriksaan segmen
anterior pada mata kanan didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan segmen
anterior pada mata kiri didapatkan injeksi siliar pada konjungtiva. Kornea terdapat
ulkus dengan ukuran 3,2 x 2 mm, sikatrik dan edema. Bilik mata depan didapatkan
Van Herrick Grade III, flare dan cell -/-, pupil bulat, sinekia negatif, refleks cahaya
+/+ dan lensa agak keruh. Pasien didiagnosis ulkus kornea OS ec mixed infection
(perbaikan) + hipertensi. Pasien diberikan terapi levofloksasin stu tetes per jam
mata kiri, natamicin satu teter per jam mata kiri, siklopentolat 1% 3x1 tetes mata
kiri, artificial tears 6x1 tetes mata kiri, ketokonazol 2 x 300 mg per oral, dan pasien
dikonsulkan ke IPD untuk penatalaksanaan hipertensi.
Kasus keempat seorang laki-laki, Tn. B, berusia 44 tahun datang ke poli Infeksi
dan Imunologi Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo pada tanggal 30
Oktober 2019 dengan keluhan riwayat kelilipan dua bulan lalu, saat ini pasien
A B
10
mengeluhkan nyeri dan merah pada mata kanan. Pasien berobat ke dokter spesialis
mata di RSUD Garut dan diberikan pengobatan anti jamur dan antibiotik. Pasien
tidak memiliki riwayat pemakaian lensa kontak, terkena tanaman, trauma mapun
penyakit sistemik seperti hipertensi dan diabetes melitus. diagnosis ulkus kornea
cum hipopion OD.
Pada pemeriksaan umum diketahui status generalis baik dan tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan tajam penglihatan mata
kanan hand movement dan mata kiri 0,8 ph 1.0 . Pemeriksaan segmen anterior pada
mata kanan didapatkan ptosis protektif pada palpebra. Kornea terdapat ulkus
berukuran 8x5 mm. Bilik mata depan didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan
cell sulit dinilai, hipopion setinggi 2 mm, pupil, iris dan lensa sulit dinilai.
Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri didapatkan dalam batas normal. Pasien
dilakukan pemeriksaan scrapping dengan hasil ditemukan gram (+) coccus susunan
satu-satu 0-1/LPB, jumlah leukosit <5/LPB, jumlah epitel 0-1/LPB, ditemukan hifa
jamur lonjong bersepta dan tidak ditemukan acanthamoeba, pemeriksaan USG
dengan hasil mild vitreus opacity ec fibrosis vitreus dd/ sel radang dan pemeriksaan
anterior optical coherence tomography dengan hasil didapatkan central corneal
thickness 357 𝜇m, angle to angle distance 9.99 mm dan anterior chamber depth
0.91 mm. Pasien kemudian didiagnosis ulkus kornea cum hipopion ec mixed
infection (gram (+) positif coccus dan jamur) OD. Pasien diberikan terapi
moksifloksasin satu tetes per jam mata kanan, siklopentolate1% 3 x 1 tetes mata
kanan, tetes mata buatan 6x1 tetes mata kanan, natamicin satu tetes mata kanan dan
ketokonazole 2x300mg per oral. Kemudian pasien direncanakan untuk dilakukan
tindakan PACK CXL OD pada tanggal 2 November 2019.
Pasien kontrol 3 hari kemudian setelah tindakan PACK-CXL 6 November 2019,
saat pemeriksaan pasien mengeluhkan rasa mengganjal dan silau pada mata kanan.
Status generalis dan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologis
didapatkan tajam penglihatan mata kanan CFFC dan mata kiri 0,8 f2 ph 1.0f2.
Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan didapatkan injeksi siliar pada
konjungtiva. Kornea terdapat ulkus berukuran 6,7x4 mm. Bilik mata depan
didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan cell sulit dinilai, hipopion setinggi 1
11
mm, pupil bulat, iris dan lensa sulit dinilai. Pemeriksaan segmen anterior pada mata
kiri didapatkan dalam batas normal. Pasien didiagnosis ulkus kornea cum hipopion
OS ec mixed infection. Pasien diberikan terapi moksiflosasin satu tetes per jam mata
kanan, natamicin satu tetes per jam mata kanan, siklopentolat 1% 3 x 1 tetes mata
kanan, tetes mata buatan 6x1 mata kanan dan ketokonazol 2 x 300 mg per oral.
Pasien kontrol 1 minggu setelah tindakan PACK-CXL 12 November 2019, saat
pemeriksaan pasien mengeluhkan nyeri sudah berkurang namun penglihatan makin
buram. Status generalis dan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan
oftalmologis didapatkan tajam penglihatan mata kanan 1/300 dan mata kiri 0,7 ph
1.0. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan didapatkan ptosis protektif,
injeksi siliar pada konjungtiva. Kornea terdapat ulkus berukuran 6x4 mm. Bilik
mata depan didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan cell sulit dinilai, terdapat
plak hipopion, pupil bulat, iris dan lensa sulit dinilai. Pemeriksaan segmen anterior
pada mata kiri didapatkan dalam batas normal. Pasien didiagnosis ulkus kornea cum
hipopion mata kanan ec mixed infection. Pasien diberikan terapi levofloksasin satu
tetes per jam mata kanan, natamicin satu tetes per jam mata kanan , siklopentolat
1% 3 x 1 tetes mata kanan, tetes mata buatan 6x1 tetes mata kanan dan ketokonazol
2 x 300 mg. Pasien direncanakan untuk dilakukan debridement + washout COA +
single layer AMT + injeksi fluconazole intracamera + intrastromal OD.
Pasien dilakukan tindakan debridement + washout COA + single layer AMT +
injeksi fluconazole intracamera + intrastromal OD pada tanggal 18 November
2019. Kemudian pasien kontrol post operasi 1 minggu kemudian pada tanggal 26
November 2019, saat pemeriksaan pasien mengeluhkan nyeri sudah berkurang
namun penglihatan makin buram. Status generalis dan tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan tajam penglihatan mata kanan
CFFC dan mata kiri 0,5 f1 ph 0,8. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan
didapatkan blefarospasm, injeksi siliar pada konjungtiva. Kornea terdapat hecting
dan graft yang intak. Pada COA didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan cell -
/-, pupil bulat, sinekia negatif dan lensa keruh. Pemeriksaan segmen anterior pada
mata kiri didapatkan dalam batas normal. Pasien didiagnosis Post debridement +
washout COA + single layer AMT + injeksi fluconazole intracamera + intrastromal
12
OD atas indikasi ulkus kornea cum hipopion OS ec mixed infection. Pasien
diberikan terapi levofloksasin satu tetes per jam mata kanan, natamicin satu tetes
per jam mata kanan, siklopentolate 1 % 3 x 1 tetes mata kiri, tetes mata buatan 6x1
tetes mata kanan dan ketokonazol 2 x 300 mg.
Gambar 2.4 Gambar lampu celah sesbelum dan sesudah tindakan PACK-CXL
pada kasus keempat. A merupakan gambar preoperatif. B merupakan gambar follow up 3 hari post tindakan PACK-CXL. C merupakan gambar follow up 1 minggu post
tindakan PACK-CXL+ Post debridement + washout COA + single layer AMT + injeksi fluconazole intracamera + intrastromal OD.
Pasien kontrol 2 minggu post operasi pada tanggal 3 Desember 2019, saat
pemeriksaan pasien mengeluhkan nyeri sudah berkurang. Pada pemeriksaan umum
diketahui status generalis baik dan tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan oftalmologis didapatkan tajam penglihatan mata kanan CFFC dan
mata kiri 0,8f1. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan didapatkan injeksi
siliar minimal pada konjungtiva. Kornea terdapat hecting dan graft yang intak. Pada
COA didapatkan Van Herrick Grade III, flare dan cell -/-, pupil bulat, sinekia
negatif dan lensa keruh. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri didapatkan
dalam batas normal. Pasien didiagnosis Post PACK-CXL + debridement +
washout COA + single layer AMT + injeksi fluconazole intracamera + intrastromal
OD ec. fungi + gram (+) cocci. Pasien diberikan terapi levofloksasin 8x1 tetes mata
kanan, natamicin 8x1 tetes mata kanan, siklopentolat 1 % 3 x 1 tetes mata kanan,
tetes mata buatan 6x1 tetes mata kanan dan ketokonazol 2 x 300 mg pasien
kemudian pasien dirujuk kembali ke RSUD Garut.
A C B
13
IV. Diskusi
Ulkus kornea merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya infiltrat
pada kornea dan kerusakan pada lapisan kornea sehingga dapat mengancam
penglihatan. Ulkus kornea membuat integritas dan ikatan pada stroma kornea
berkurang. Pengobatan konvensional dari ulkus kornea didasari dengan pemberian
topikal antibiotik, jamur maupun mikroba. Pemberian pengobatan topikal memiliki
banyak limitasi seperti banyaknya variasi obat, penetrasi dari obat pada ulkus
kurang memadai dan dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dalam pemakain obat.
Oleh karena itu dibutuhkan tata laksana mapun pengobatan alternatif lainnya.6,7
Tabel 4.1 Data pasien dan karakteristik ulkus saat pertama kali datang
No. Usia/Jenis
Kelamin
Durasi
(bulan)
Mata VA (hari
pertama)
Luas ulkus
(mm X
mm)
Gram's KOH
1. 22/P 8 OS 1/300 5x6 GPC -
2. 50/P 1 OD 1/300 6x5 GPC -
3. 66/L 4 OS 0,5/60 5x3,7 GPC +
4. 44/L 2 OD 1/300 8x5 GPC +
L : laki-laki, P : perempuan, OS : oculi sinistra, OD : oculi dextra, VA : visual
acuity, GPC : Gram Positive Cocci, + = ditemukan, - = tidak ditemukan
Identitas pasien dan karakteristik ulkus yang dijelaskan di dalam tabel 1,
menunjukkan bahwa dari 4 pasien, memiliki rerata usia pasien 45,5 tahun dengan
rentang usia berkisar 20-70 tahun. Durasi waktu dari awal muncul gejala hingga
saat pasien datang ke RS Cicendo adalah 3,75 bulan. Grading ulkus pada pasien
menggunakan Jones Criteria adalah moderate - severe, dilihat dari besar ulkus
lebih dari 6 mm diameter, kedalaman ulkus pada 1/3 dalam lapisan kornea dan
perkembangan penyakit yang cepat. Tajam penglihatan pasien saat datang berkisar
dari 1/300 - CFFC. Hasil scrapping pada pasien menunjukkan penyebab terjadinya
ulkus oleh gram (+) cocus dan jamur.8,9
14
Photoactivated chromophore for infectious keratitis-corneal cross-linking
(PACK-CXL) merupakan suatu perkembangan terapi untuk ulkus kornea. PACK-
CXL dianggap memiliki banyak mekanisme aksi yaitu salah satunya adalah
inaktivasi patogen dengan merusak secara langsung asam deoksiribonukleat
bakteri. Seperti yang terlihat pada tabel 2, pada kasus serial ini pasien dengan
pewarnaan gram positif saja mengalami perkembangan luka yang lebih baik.
Penelitian lainnya menunjukkan hasil yang baik pada keratitis bakteri namun pada
jenis keratitis lainnya memilki hasil yang beragam.10,11
Tabel 4.2 Tajam penglihatan setelah PACK-CXL
No. Pre-Op VA Kontrol
hari ke-3
Kontrol 1
minggu
Kontrol 2
minggu
Clinical
outcome
1. 1/300 CFFC 1/60 0,16f2 Healed (+)
Scarring
2. 1/300 1/300 0,08 ph
0,25
0,1 ph 0,32 Healed (+)
Scarring
3. 0,5/60 1/60 1/60 0,5/60 Healed (+)
Scarring
4. 1/300 1/300 0,5/60 0,5/60 Ulkus (+)
Pre-op VA: Visual Acuity sebelum tindakan PACK CXL,
Clinical outcome : Manifestasi klinis
Dua pasien pada kasus serial ini mengalami peningkatan visual acuity (VA) dan
2 pasien tidak mengalami peningkatan VA. Penelitian oleh Cecilia dkk juga tidak
menemukan korelasi antara peningkatan VA pada kasus PACK-CXL. Namun pada
pasien yang didiagnosis ulkus kornea fungal memiliki penurunan tajam
penglihatan, sesuai dengan kasus 3 dan 4 pada serial kasus ini.12,13
Fungsi dari PACK-CXL untuk pengobatan pada fungal keratitis masih
diperdebatkan. Vadim et al menyebutkan bahwa penggunaan PACK-CXL pada
keratitis fungal dapat mengurangi progresi melting pada kornea sehingga dapat
dilakukan tindakan selanjutnya yaitu keratoplasti. Kombinasi PACK-CXL dan
15
keratoplasti bertujuan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan fungsi visual
pada pasien. Hal ini sesuai dengan kasus nomor empat dimana pasien memiliki
ulkus kornea dengan pewarnaan gram dan KOH (+), sehingga pasien dilakukan
tindakan PACK-CXL. Satu minggu post tindakan PACK-CXL ulkus kembali
ditemukan sehingga dilaksanakan tindakan Amniotic Membrane Graft (AMG).
Satu minggu follow up post tindakan AMG ulkus menutup dengan peningkatan
visus pada pasien.14,15
IV. Simpulan
PACK-CXL merupakan salah satu alternatif pilihan apabila ulkus kornea tidak
dapat diobati menggunakan pengobatan topikal. Ulkus kornea dengan penyebab
bakteri memberikan hasil yang lebih baik dari segi penyembuhan jaringan dan
peningkatan tajam penglihatan. Ulkus kornea dengan penyebab jamur masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai respon PACK-CXL terhadap
penyembuhan jaringan dan tajam penglihatan. PACK-CXL dapat digunakan
sebagai terapi ajuvan pada ulkus kornea dengan penyebab fungal sebelum
dilakukan tindakan lain.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Alio JL, Abbouda A, Valle DD, del Castillo JMB, Fernandez JAG. Corneal
cross linking and infectious keratitis: A systematic review with a meta-analysis of reported cases. JOII. 2013. hlm :1–7.
2. World Health Organization. Guidelines for the Management of Corneal Ulcer at Primary, Secondary & Tertiary Care health facilities in the South-East Asia Region. WHO. 2004. hlm:1–36.
3. Agrawal N, Singh SK. Collagen cross-linking in recalcitrant corneal ulcers: A case series. NJO. 2016. hlm:47–53.
4. Papaioannou L, Miligkos M, Papathanassiou M. Corneal Collagen Cross-Linking for Infectious Keratitis : A Systematic Review and Meta-Analysis. JCED. 2015. hlm : 65–71.
5. Lin A, Rhee MK, Akpek EK, Amescua G, Farid M, Garcia-Ferrer FJ. Bacterial Keratitis Preferred Practice Pattern. American Academy of Ophthalmology. 2019. hlm : 1–55.
6. Sorkhabi R, Sedgipoor M, Mahdavifard A. Collagen cross-linking for resistant corneal ulcer. IO. 2013. hlm : 61–6.
7. Spoerl E, Wollensak G, Seiler T. Increased resistance of crosslinked cornea against enzymatic digestion. CER. 2004. hlm:35–40.
8. Agrawal V, Biswas J, Madhavan HN, Mangat G, Reddy MK, Saini JS, u.c. Current perspectives in infectious keratitis. IJO. 1994. hlm:171–92.
9. Farjo AA, Brumm M V, Soong HK, Hood CT. Corneal Anatomy, Physiology, and Wound Healing. Edisi ke-5. Elsevier Inc. 2019.hlm: 155-159.
10. Panda A, Krishna SN, Kumar S. Photo-activated riboflavin therapy of refractory corneal ulcers. Cornea. 2012. hlm:1210–3.
11. Hovakimyan M, Guthoff RF, Stachs O. Collagen cross-linking: Current status and future directions. JO. 2012. hlm : 1-6
12. Cecilia E, Ribeiro E, Jorge P, Leite E, Brandt C. Theraputic effect of corneal crosslinking on infectious keratitis. Brazil. RBO. 2013. hlm: 7.
13. Price MO, Price FW. Corneal cross-linking in the treatment of corneal ulcers. COO. 2016. hlm:250–5.
14. Igal V, Pikkel Igal YS, Pikkel YY. Corneal Cross-Linking as a Treatment for Fungal Keratitis Associated with Corneal Melting.CRO. 2017. hlm:148–51.
15. Özdemir HB, Kalkancı A, Bilgihan K, Göçün PU, Öğüt B, Karakurt F, u.c. Comparison of corneal collagen cross-linking (PACK-CXL) and voriconazole treatments in experimental fungal keratitis. AO. 2019. hlm :1–6.