dengan lakon mardhika jawa dwipa - …/tindak...ketoprak lakon mardhika jawa dwipa adalah tindak...

162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM PEMENTASAN KETOPRAK DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA KARYA KI ARIF HARTARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh: Aditya Yanu Pratama C0108014 SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Upload: phamkhanh

Post on 23-Apr-2018

261 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

TINDAK TUTUR EKSPRESIF

DALAM PEMENTASAN KETOPRAK

DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA

KARYA KI ARIF HARTARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh:

Aditya Yanu Pratama

C0108014

SASTRA DAERAH

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 3: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 4: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 5: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

1. Jika kita mencoba melakukan yang lebih baik daripada yang kita pikir bisa

kita lakukan, kita akan terkejut bahwa sebenarnya kita bisa melakukan hal itu.

2. Hal mudah akan terasa sulit jika yang pertama diipikirkan adalah kata sulit.

Yakinlah bahwa kita memiliki kemampuan dan kekuatan.

3. Kesalahan adalah pengalaman hidup, belajarlah darinya. Jangan mencoba

untuk menjadi sempurna. Cobalah menjadi teladan bagi sesama.

4. Sepisan sedulur selawase sedulur (KKTT Wiswakarman).

Page 6: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibuku yang terhormat.

2. Adik-adikku Mandha dan Bagas.

3. Keluarga KKTT Wiswakarman.

4. Almamaterku tercinta.

5. Pembaca yang budiman.

Page 7: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas segala

rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

dengan judul Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan Ketoprak dengan Lakon

Mardhika Jawa Dwipa Karya Ki Arif Hartarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Proses

penyusunan skripsi sampai selesai ini penulis dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan kesempatan

pada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra

dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberikan

motivasi dan semangat.

3. Dra. Sri Mulyati, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik yang selalu

mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Y. Suwanto, M.Hum., selaku Pembimbing Pertama, dengan penuh

kesabaran memberi petunjuk dan koreksi hingga penyusunan skripsi ini

terselesaikan.

Page 8: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

5. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Pembimbing kedua yang dengan

sabar memberi koreksi, arahan dan nasihat kepada penulis hingga penyusunan

skripsi ini sampai selesai.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan bekal

ilmunya kepada penulis.

7. Kepala dan Staf Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa atas pelayanannya.

8. Arif Hartarta, S.S., M.Hum., selaku penulis naskah ketoprak Mardhika Jawa

Dwipa yang telah memberi izin kepada penulis untuk dapat menggunakan

naskah ketoprak Mardhika Jawa Dwipa sebagai objek penelitian.

9. Bapak, Ibu, adik-adikku Mandha dan Bagas serta Bertha yang selalu

mendukung.

10. Para sahabat Bono, Faat, Riyan, Ucup, Wisnu, Iffa, Panca, Icip, Mumu, dan

teman-teman di KKTT WISWAKARMAN. Terima kasih atas kebersamaan

selama ini.

11. Teman-teman Sastra Daerah angkatan 2007, 2008, dan 2009. Terima kasih

atas dukungan dan semangat kalian.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun

penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

Page 9: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...iii

HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………..iv

HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. vi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ix

DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………….. xiv

ABSTRAK ………………………………………………………………... xv

ABSTRACT ………………………………………………………………. xvi

SARI PATHI ………………………………………………………………. xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5

C. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 8

Page 10: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

A. Pengertian Pragmatik ........................................................................... 8

B. Tindak Tutur ...................................................................................... 9

C. Tindak Tutur Ekspresif ........................................................................ 11

D. Situasi Tutur ........................................................................................ 15

E. Peristiwa Tutur ..................................................................................... 16

F. Ketoprak ............................................................................................... 18

G. Ringkasan Cerita Mardhika Jawa Dwipa ............................................ 22

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 28

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 28

B. Sumber Data ........................................................................................ 29

C. Data Penelitian ..................................................................................... 29

D. Alat Penelitian ..................................................................................... 30

E. Populasi ................................................................................................ 30

F. Sampel .................................................................................................. 30

G. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 31

H. Metode Analisis Data .......................................................................... 31

I. Metode Penyajian Hasil Analisis Data .................................................. 33

BAB IV ANALISIS DATA .......................................................................... 34

A. Bentuk Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan Ketoprak Lakon

Mardhika Jawa Dwipa………………………………………………34

1. Tindak Tutur Berterima Kasih ................................................... 35

2. Tindak Tutur Memuji ................................................................. 36

3. Tindak Tutur Menolak ................................................................ 38

Page 11: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

4. Tindak Tutur Menyalahkan ........................................................ 39

5. Tindak Tutur mencurigai ............................................................ 43

6. Tindak Tutur Menuduh .............................................................. 44

7. Tindak Tutur Menyindir ............................................................. 45

8. Tindak Tutur Mengkritik ............................................................ 49

9. Tindak Tutur Meminta Maaf ...................................................... 52

10. Tindak Tutur Mengejek .............................................................. 54

11. Tindak Tutur Menyayangkan ..................................................... 56

12. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Heran ............................... 58

13. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Terkejut ............................ 61

14. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Jengkel ............................. 64

15. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Marah ............................... 67

16. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Bangga ............................. 73

17. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Malu ................................. 75

18. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Takut ................................ 76

19. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Simpati ............................. 79

20. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Kecewa ............................ 81

B. Fungsi Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan Ketoprak Lakon

Mardhika Jawa Dwipa....................................................................... 82

1. Tindak Tutur Berterima Kasih ................................................... 82

2. Tindak Tutur Memuji ................................................................. 83

3. Tindak Tutur Menolak ................................................................ 85

4. Tindak Tutur Menyalahkan ........................................................ 86

Page 12: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

5. Tindak Tutur mencurigai ............................................................ 89

6. Tindak Tutur Menuduh .............................................................. 90

7. Tindak Tutur Menyindir ............................................................. 91

8. Tindak Tutur Mengkritik ............................................................ 95

9. Tindak Tutur Meminta Maaf ...................................................... 98

10. Tindak Tutur Mengejek .............................................................. 101

11. Tindak Tutur Menyayangkan ..................................................... 102

12. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Heran ............................... 104

13. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Terkejut ............................ 107

14. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Jengkel ............................. 110

15. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Marah ............................... 114

16. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Bangga ............................. 120

17. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Malu ................................. 122

18. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Takut ................................ 123

19. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Simpati ............................. 126

20. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Kecewa ............................ 128

C. Faktor yang Melatarbelakangi Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan

Ketoprak Lakon Mardhika Jawa Dwipa ............................................ 129

1. Penutur dan Mitra Tutur ............................................................. 129

2. Konteks Tuturan ......................................................................... 132

3. Tujuan Pertuturan ....................................................................... 135

4. Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan Atau Aktivitas ..................... 137

5. Tuturan Sebagai Bentuk Tindak Verbal ..................................... 139

Page 13: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 141

A. Simpulan ........................................................................................... 141

B. Saran ................................................................................................. 143

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 144

LAMPIRAN .................................................................................................. 146

Page 14: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

BA : Bathara Anggajali

DC : Dewata Cengkar

D+S : Dora + Sembada

ES : Empu Sangkala

M : Margiyati

N.Raras : Niken Raras

Ny.Sagopi : Nyai Sagopi

Ny.Sagopi daa : Nyai Sagopi dan anak-anaknya

Pth.Kar.Keleng : Patih Karang Keleng

S : Sembada

S (PI) : Suksma (Prabhu Isaka)

dll. : dan lain-lain

P : Penutur

MT : Mitra Tutur

TP : Tindak Perlokusi

TTE : Tindak Tutur Ekspresif

‘…...’ : Tanda petik tunggal, menandai bahwa yang diapit adalah

terjemahan.

Page 15: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

ABSTRAK

Aditya Yanu Pratama. C0108014. 2013. Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan

Ketoprak Dengan Lakon Mardhika Jawa Dwipa Karya Ki Arif Hartarta. Skripsi:

Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bentuk, fungsi dan

faktor yang mempengaruhi tindak tutur ekspresif dalam pementasan ketoprak

Madhika Jawa Dwipa.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk, fungsi dan faktor tindak

tutur ekspresif dalam pementasan ketoprak Mardhika Jawa Dwipa.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini berupa

CD rekaman pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa serta wawancara

terbuka dengan informan yaitu Ki Arif Hartarta. Penelitian ini menggunakan jenis

data lisan dan data tulis sebagai data utama yang di dalamnya terdapat tindak tutur

ekspresif, serta data lisan dari hasil wawancara terbuka dengan informan sebagai data

pendamping. Populasi penelitian mencakup keseluruhan wujud tuturan bahasa Jawa

dalam rekaman pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak dan teknik catat, serta teknik

wawancara terbuka dengan informan yaitu Ki Arif Hartarta. Analisis data dengan

menggunakan metode kontekstual (contextual method), dan metode padan.

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) bentuk tindak tutur

ekspresif dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak

tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh,

menyindir, mengkritik, meminta maaf, mengejek, menyayangkan, mengungkapkan

rasa heran, mengungkapkan rasa kaget atau terkejut, mengungkapkan rasa jengkel

atau sebal, mengungkapkan rasa marah, mengungkapkan rasa bangga,

mengungkapkan rasa malu, mengungkapkan rasa takut, mengungkapkan rasa simpati,

dan mengungkapkan rasa kecewa. (2) Fungsi tindak tutur ekspresif dalam pementasan

ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji,

menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir, mengkritik, meminta

maaf, mengejek, menyayangkan, mengungkapkan rasa heran, mengungkapkan rasa

kaget atau terkejut, mengungkapkan rasa jengkel atau sebal, mengungkapkan rasa

marah, mengungkapkan rasa bangga, mengungkapkan rasa malu, mengungkapkan

rasa takut, mengungkapkan rasa simpati, dan mengungkapkan rasa kecewa. Setiap

tindak tutur menghasilkan efek dari mitra tutur yang berbeda. Hal ini dipengaruhi

oleh adanya tindak ilokusi dan perlokusi yang terdapat dalam masing-masing tuturan.

(3) faktor-faktor yang mempengaruhi TTE adalah (a) penutur dan mitra tutur, (b)

Page 16: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

konteks tuturan, (c) tujuan tuturan, (d) tuturan sebagai bentuk tidakan atau aktivitas,

(e) tuturan sebagai produk tindak verbal.

Page 17: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

ABSTRACT

Aditya Yanu Pratama. C0108014. 2013. Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan

Ketoprak Dengan Lakon Mardhika Jawa Dwipa Karya Ki Arif Hartarta. Skripsi:

Javanese Literature Department Literature and Art Faculty Sebelas Maret University

Surakarta.

The problems statement of this research form, functions, and factors that

influence the expressive speech acts on the performance of ketoprak Mardhika Jawa

Dwipa?

The purpose of this research are to describe the form, function, and factors

that influence the expressive speech acts in the performance of ketoprak Mardhika

Jawa Dwipa.

This research is descriptive qualitative. Source of research data in the form of

a CD recording ketoprak staging the play Mardhika Jawa Dwipa and open-ended

interviews with informants namely Ki Arif Hartarta. This study uses data types oral

and written data as the primary data in which there is expressive speech act, as well as

verbal data from interviews with informants openly as a data companion. The study

population includes the entire Java language in a form of speech recording ketoprak

staging the performance Mardhika Jawa Dwipa. The sampling technique is done by

purposive sampling. Technique of collecting data in this study using the techniques

and techniques refer to note, as well as open-ended interviews with informants

techniques namely Ki Arif Hartarta. Analysis of data by using a contextual method

and matching methods.

From this analysis we can conclude a few things: (1) form of expressive

speech acts in staging of ketoprak Mardhika Jawa Dwipa are grateful speech acts,

praised, refuses, blaming, suspicious, accusing, satirize, criticize, apologize, mocking,

deplore, speech acts to express a sense of wonder, to express shock or surprise, to

express a sense annoyance or disgust, anger expressing, revealed pride, shame

expressing, expressing fear, sympathy, expressed a sense of disappointment. (2) The

function of expressive speech acts in staging of ketoprak Mardhika Jawa Dwipa are

grateful speech acts, praised, refuses, blaming, suspicious, accusing, satirize, criticize,

apologize, mocking, deplore, speech acts to express a sense of wonder, to express

shock or surprise, to express a sense annoyance or disgust, anger expressing, revealed

pride, shame expressing speech acts, expressing fear, sympathy, expressed a sense of

disappointment. Every speech act produces the effect of different partners speech.

This is influenced by the presence and action ilokusi and perlokusi was contained in

each speech. (3) The occurrence of a speech act is influenced by factors are (a)

speakers and speech partners, (b) the context of the speech, (c) the purpose of speech,

(d) speech as a form of actions or activities, (e) speech as a verbal act product.

Page 18: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

SARI PATHI

Aditya Yanu Pratama. C0108014. 2013. Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan

Ketoprak Dengan Lakon Mardhika Jawa Dwipa Karya Ki Arif Hartarta. Skripsi:

Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Pratѐ lan ingkang dipunrêmbag salêbêting panalitѐ n mênika inggih punika

wujud, pigunanipun lan punapa kemawon ingkang hanjalari tindak tutur ekspresif

salêbêtipun pagêlaran kêthoprak Mardhika Jawa Dwipa?

Ancasipun ingkang kêpingin ginayuh inggih punika gêgambaran wujud,

pigunanipun lan ingkang dadosakên tindak tutur ekspresif wontên pagêlaran

kêthoprak kanthi lakon Mardhika Jawa Dwipa.

Panalitѐ n punika asifat deskriptif kualitatif. Sumber dhata panalitѐ n punika

saking CD rekaman pagêlaran kêtoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa saha

wawanrêmbag kalihan informan inggih punika Ki Arif Hartarta. Panalitѐ n punika

migunakakên jinis dhata lisan saha dhata sêrat minangka dhata bakunipun ingkang

salêbêtipun wontên tindak tutur ekspresif, sarta dhata lisan saking kasil

wawanrêmbag kalihan informan minangka dhata pangiring. Populasi panalitѐ n

mangêrtosi sêdaya wujud tutur basa Jawi ing salêbêting rekaman pagêlaran

kêthoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa. Cara anggѐ nipun mêndhêt tuladha kanthi

purposive sampling. Cara pangêmpaling dhata salêbêting panalitѐ n punika

migunakakên cara simak kalihan cara cathêt, sarta cara wawanrêmbag kalihan

informan inggih punika Ki Arif Hartarta. Analisis dhata kanthi ngginakakên metode

kontekstual, kalihan metode padan.

Saking analisis punika sagêd kapêndhêt saperangan pêrkawis: (1) wujud

tindak tutur ekspresif wontên pagêlaran kêthoprak kanthi lakon Mardhika Jawa

Dwipa inggih punika tindak tutur matur nuwun, ngalêm, menggak, nyalahaken,

nyubriya, nudhuh, ngritik, nyuwun pangapura, ngece, ngeman, ngandharakên raos

gumun, ngandharakên kagѐ t, ngandharakên raos anyêl, ngandharakên nêsu,

ngandharakên raos bombong, ngandharakên raos isin, ngandharakên raos ajrih,

ngandharakên raos pêrduli, lan ngandharakên raos kuciwa. (2) Ginanipun tindak tutur

ekspresif wontên ing pementasan kêthoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa inggih

punika tindak tutur matur nuwun, ngalêm, menggak, nyalahaken, nyubriya, nudhuh,

ngritik, nyuwun pangapura, ngece, ngeman, ngandharakên raos gumun, ngandharakên

kagѐ t, ngandharakên raos anyêl, ngandharakên nêsu, ngandharakên raos bombong,

ngandharakên raos isin, ngandharakên raos ajrih, ngandharakên raos pêrduli, lan

ngandharakên raos kuciwa. Sêdaya tindak tutur ngasilakên efek saking mitra tutur

ingkang bѐ ntên. Bab punika dipunsêbabakên wontênipun tindak ilokusi lan perlokusi

Page 19: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

ing salêbêting tuturan. (3) Faktor ingkang nêmtokakên satunggaling jinis tindak tutur

dipunsêbabakên (a) penutur kalihan mitra tutur, (b) konteks tuturan, (c) pikajêng

tuturan, (d) tuturan minangka wujud tindakan utawi aktivitas, (e) tuturan minangka

produk tindak verbal.

Page 20: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Jawa digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat Jawa.

Selain itu bahasa Jawa dipakai sebagai: (1) bahasa pengantar di sekolah dasar, (2)

media dalam pentas budaya tradisional, seperti ludruk, ketoprak, dan wayang, (3)

sebagai bahasa ibu dalam kehidupan Jawa, (4) media khotbah di masjid

lingkungan kraton Surakarta, (5) pengungkap ide, gagasan umum dan pikiran bagi

masyarakat Jawa.

Pemakaian bahasa Jawa dalam pementasan ketoprak memberikan warna

bahasa tersendiri dalam setiap pementasan. Kondisi demikian ini disebabkan oleh

faktor sosial masyarakat Jawa yang berbeda-beda latar belakangnya. Karakter

seorang pemain ketoprak pada saat memerankan tokoh dalam suatu lakon akan

sangat berbeda dengan karakter kahidupan pribadinya. Dalam kehidupan sehari-

hari pemain ketoprak menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi, namun

dalam memerankan satu tokoh dalam pementasan ketoprak, pemain tersebut

dituntut untuk menguasai bahasa dan tuturan-tuturan yang terdapat dalam

pementasan ketoprak.

Tuturan dalam suatu lakon pementasan tidak lepas dari dialog-dialog

yang terdapat dalam naskah dan menjadi pedoman pementasan ketoprak tersebut.

Naskah merupakan hasil karya sastra yang diciptakan oeh pengarangnya. Karya

sastra adalah dunia imajinatif yang merupakan hasil kreasi pengarang setelah

merefleksi lingkungan sosial kehidupannya. Dunia dalam karya sastra dikreasikan

1

Page 21: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dan sekaligus ditafsirkan lazimnya melalui bahasa. Apapun yang dipaparkan

pengarang dalam karyanya kemudian ditafsirkan oleh pembaca atau penikmatnya.

Linguistik merupakan ilmu yang mengkaji tentang bahasa, salah satu

cabangnya adalah pragmatik. Pragmatik adalah studi tentang makna dalam

hubungan dengan situasi-situasi ujar. Pragmatik mengkaji mengenai tuturan yang

dikehendaki penutur dan menurut konteksnya. Konteks dalam hal ini berfungsi

sebagai dasar pertimbangan dalam mendeskripsikan makna tuturan dalam rangka

penggunaan bahasa di dalam suatu komunikasi (Leech, dalam Kenfitria Diah

Wijayanti, 2009).

Tindak tutur merupakan pengujaran kalimat untuk menyatakan agar

suatu maksud dari pembicaraan diketahui oleh pendengar (Harimurti

Kridalaksana, 2008: 171). Seperti dalam aktivitas sosial yang lain, kegiatan

bertutur baru dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya.

Misalnya :

Doni : Ya sepuranana aku sing luput iki.

’Ya maafkanlah saya yang atas.’

Ida : Iya, mengko dhisik, mas.

’Ya, sebentar, mas.’

Pada contoh di atas Doni (P) melakukan tindak tutur ekspresif meminta

maaf kepada Ida (MT). Kata sepuranana pada tuturan P merupakan penanda

lingual meminta maaf, kehadirannya sangatlah penting.

Ana : Matur nuwun mas, sampun ngeterne kula.

’Terima kasih mas, telah mengantar saya.’

Indra : Inggih mbak.

Page 22: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

’Ya, mbak.’

Pada contoh di atas Ana (P) melakukan tindak tutur ekspresif berterima

kasih kepada Indra (MT). Kata matur nuwun pada tuturan P merupakan penanda

lingual berterima kasih, kehadirannya sangatlah penting.

Beberapa skripsi hasil penelitian terdahulu mengenai tindak tutur:

1. “Tindak Tutur Direktif dalam Ketoprak dengan Lakon Sinamuring

Kasetyan dan Surya Sakembaran (Suatu Pendekatan Pragmatik)”, skripsi oleh

Fery Ayuni Dyah Kusumawati, tahun 2002. Skripsi ini membahas tentang

bentuk, fungsi, maksud dari tindak tutur, dan derajad kesopansantunan.

2. “Tindak Tutur Dagelan Basiya (Suatu Kajian Pragmatik)”, skripsi

oleh Harsono, tahun 2007. Skripsi ini membahas tentang fungsi bahasa Jawa

dalam dagelan, tipe humor, dan proses terjadinya interpretasi pragmatik.

3. “Tindak Tutur Direktif dalam Pertunjukan Wayang Lakon Dewaruci

oleh dalang Ki Mantep Soedharsono”, Dyah Wijayanti, tahun 2009. Skripsi ini

membahas tentang bentuk, fungsi, makna dan faktor yang melatarbelakangi

adanya tindak tutur direktif.

4. “Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UTP Disdikpora

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik)”, skripsi oleh

Ageng Nugraheni, tahun 2010. Skripsi ini membahas tentang fungsi tindak tutur

direktif, faktor yang melatarbelakangi, dan kesantunan tindak tutur direktif.

5. “Tindak Tutur Direktif dalam Pementasan Ketoprak Lakon Mardhika

Jawa Dwipa karya Ki Hartarta”, skripsi oleh Ariffar Rini Astuti, tahun 2011.

Skripsi ini membahas bentuk, fungsi, dan faktor-faktor yang melatarbelakangi

tindak tutur direktif.

Page 23: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Beberapa hasil penelitian tersebut, sangatlah bermanfaat untuk penelitian

ini. Referensi mengenai penelitian tersebut berguna sebagai acuan untuk

menambah wawasan peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tentang

tindak tutur ekspresif dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa

belum pernah diteliti. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai

berikut.

Pertama, terdapat dua macam penggunaan bahasa Jawa di dalam

masyarakat yaitu pemakaian bahasa sebagai sarana penyampaian informasi dalam

komunikasi dan pemakaian bahasa sebagai sarana penyampaian maksud tertentu

dari penutur kepada mitra tutur seperti halnya tuturan yang terjadi antartokoh

dalam pementasan ketoprak dengan judul Mardhika Jawa Dwipa. Selain itu,

tuturan yang muncul dari dialog tokoh-tokoh ketoprak tersebut dapat

dikategorikan dalam suatu jenis tindak tutur.

Kedua, dalam penyampaian tuturan penutur dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang melatarbelakanginya sehingga terjadi ragam bahasa dalam pengujaran

kalimatnya.

Ketiga, dalam pementasan ketoprak dengan judul Mardhika Jawa Dwipa

ini terdapat kandungan ajaran moral yang tersirat, juga terkandung cerita awal

adanya aksara Jawa atau yang biasa disebut dentawyanjana.

Keempat, bahasa yang dipergunakan dalam pementasan ketoprak

memiliki kekhasan sehingga berbeda dengan bahasa Jawa dalam kehidupan

sehari-hari, dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa ini terdapat

beberapa ragam bahasa Jawa yang mendukung penelitian ini yaitu terdapat

berbagai macam tuturan dalam naskah tersebut khususnya tindak tutur ekspresif.

Page 24: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Dalam dialog-dialog yang dituturkan oleh para tokoh dalam naskah tersebut

banyak sekali terdapat tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif seperti

berterima kasih, memuji, menolak dan menyalahkan.

Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, maka peneliti tertarik

untuk meneliti dan mengkaji tentang tindak tutur ekspresif dalam pementasan

ketoprak dengan judul Mardika Jawa Dwipa dengan tinjauan pragmatik .

B. Pembatasan Masalah

Ulasan bahasa yang dipakai dalam pementasan ketoprak Mardhika Jawa

Dwipa sangat komplek yakni bisa berupa tindak tutur asertif, tindak tutur komisif,

tindak tutur deklaratif, tindak tutur representatif, dll. Oleh karena itu, peneliti

hanya akan meneliti tentang tindak tutur ekspresif agar tidak membias. Penelitian

ini mengkaji bentuk, fungsi dan faktor yang mempengaruhi adanya tindak tutur

ekspresif dalam pementasan ketoprak Mardhika Jawa Dwipa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk tindak tutur ekspresif dalam pementasan

ketoprak Mardhika Jawa Dwipa?

2. Bagaimanakah fungsi tindak tutur ekspresif dalam pementasan

ketoprak Mardhika Jawa Dwipa?

3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi adanya tindak tutur

ekspresif dalam pementasan ketoprak Mardhika Jawa Dwipa?

Page 25: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. mendeskripsikan bentuk tindak tutur ekspresif dalam pementasan

ketoprak Mardhika Jawa Dwipa;

2. mendeskripsikan fungsi tindak tutur ekspresif dalam pementasan

ketoprak Mardhika Jawa Dwipa; dan

3. mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi adanya tindak

tutur ekspresif dalam pementasan ketoprak Mardhika Jawa Dwipa.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah teori

pragmatik khususnya tindak tutur ekspresif bahasa Jawa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat :

a. Menambah wawasan bagi masyarakat Jawa pada umumnya

untuk mengetahui penggunaan bahasa Jawa dalam

pementasan ketoprak dengan judul Mardhika Jawa Dwipa.

b. Dipakai sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

c. Dimanfaatkan oleh guru bahasa dalam memperkaya materi

kebudayaan di sekolah baik SD, SLTP, maupun SLTA.

Page 26: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitiann ini meliputi lima bab, dan

diuraikan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori. Meliputi pengertian pragmatik, tindak tutur dan

tindak tutur ekspresif, situasi tutur, peristiwa tutur, ketoprak, dan ringkasan cerita

Mardhika Jawa Dwipa.

BAB III Metode Penelitian. Meliputi jenis penelitian, sumber data dan

data penelitian, alat penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data,

metode analisis data dan metode penyajian hasil analisis data.

BAB IV Analisis Data dan Pembahasan. Merupakan hasil analisis dari

keseluruhan data mengenai tindak tutur ekspresif dalam pementasan ketoprak

dengan lakon Mardika Jawa Dwipa karya Ki Arif Hartarta.

BAB V Penutup. Berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang

telah dilakukan.

Page 27: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pragmatik

Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang masih tergolong

baru bila dilihat dari perkembangannya. Berikut ini dipaparkan beberapa

pengertian pragmatik:

1. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa

secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

komunikasi. Makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat

konteks. Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap penutur untuk memahami

maksud lawan tutur. (Wijana, 1996 : 2)

2. Pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dengan konteks yang

mendasari penjelasan pengertian bahasa. (Rohmadi, 2004:4)

3. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang

disampaikan daripada yang dituturkan. (Yule, 2006:4) Batasan pengertian

ilmu pragmatik juga dikemukakan oleh para ahli yang lain. Pragmatik

menurut Leech (1993: 8) adalah studi tentang makna dalam hubungannya

dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Pragmatik adalah cabang ilmu

bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana

satuan kebahasaan itu digunakan di dalam konumikasi (I Dewa Putu Wijana

1996: 2).

4. Levinson dalam Muhammad Rohmadi, (2004: 4) pada bukunya yang berjudul

pragmatics mendefinisikan beberapa batasan tentang pragmatik. Beberapa

8

Page 28: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

batasan tersebut antara lain menjelaskan bahwa pragmatik adalah kajian

hubungan antara bahasa dengan konteks yang mendasari penjelasan

pengertian bahasa. Selain itu Levinson juga mengemukakan bahwa

pragmatik mengkaji tentang kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan

kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai dengan kalimat-kalimat tersebut.

Definisi dari Levinson tersebut menekankan pada hubungan antara bahasa

dan konteks yang menyertai bahasa tersebut. Dengan demikian, kajian

pragmatik menurut pandangan Levinson ditekankan pada pengkajian makna

bahasa dengan konteks yang menyertai bahasa tersebut, dan telaah ini tidak

dapat dijelaskan secara tuntas di dalam semantik.

Dari beberapa batasan mengenai pragmatik di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pragmatik sebagai cabang ilmu linguistik yang mempelajari

struktur bahasa secara eksternal yang ditentukan oleh konteks dan situasi yang

melatarbelakangi pemakaian bahasa dalam ilmu pragmatik suatu peristiwa tutur

lebih mengacu pada maksud penutur terhadap tuturannya.

B. Pengertian Tindak Tutur

Tindak tutur dalam pragmatik merupakan pengujaran kalimat untuk

menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar

(Kridalaksana, 2008: 171). Dari pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa tindak

tutur merupakan suatu tindak berbahasa yang menekankan pada fungsi bahasa dan

pemakaiannya dalam komunikasi. Seperti dalam aktivitas sosial, kegiatan

berinteraksi baru dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Dalam

berinteraksi, penutur dan mitra tutur saling menyadari bahwa terdapat kaidah-

Page 29: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasa dan interpretasi-

interpretasi terhadap tindakan, dan ucapan mitra tuturnya. Setiap peserta tutur

bertanggung jawab terhadap tindakan penyimpangan kaidah kebahasaan dalam

interaksi lingual tersebut.

Sebagai tindakan yang diungkapkan melalui bahasa oleh penutur kepada

lawan tutur, tindak tutur berfungsi untuk menyatakan maksud penutur agar

diterima oleh lawan tuturnya. Dalam mengatakan sesuatu, seseorang juga

melakukan tindakan dalam pragmatik, tuturan merupakan suatu bentuk tindakan

dalam konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur.

Di dalam pragmatik, tindak tutur mempunyai kedudukan yang penting

dikarenakan tidak tutur merupakan satuan analisisnya. Tindak tutur merupakan

rangkaian dari percakapan yang terjadi dalam peristiwa tutur. Dalam tindak tutur

sangat diperhitungkan sejauh mana tuturan tersebut dapat mengekspresikan sikap

penutur, dan mitra tutur harus mampu menangkap pesan yang tersirat di

dalamnya.

Secara garis besar Austin dalam Tarigan (2009: 100), merumuskan tiga

macam tindak tutur yaitu:

1) Lokusi yaitu tindakan mengatakan sesuatu dan makna sesuatu yang dikatakan

dalam arti ’berkata’ atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna

dan dapat dipahami.

2) Ilokusi yaitu apa yang dilakukan dalam tindak mengatakan sesuatu. Tindak

tutur ilokusi biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang

eksplisit.

Page 30: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

3) Perlokusi yaitu pengaruh yang dihasilkan dengan mengatakan apa yang

dikatakan. Dapat dikatakan juga bahwa tindak tutur perlokusi merupakan

tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan

dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang lain itu.

C. Pengertian Tindak Tutur Ekspresif

Kategori tindak tutur ekspresif yang dikemukakan oleh Austin adalah tindak

tutur behabitif (behabitives utterances). Tindak tutur behabitif adalah reaksi-reaksi

terhadap kebiasaan dan keberuntungan orang lain. Verba tindak tutur behabitif

antara lain, meminta maaf, berterima kasih, bersimpati, menantang, mengucapkan

salam, mengucapkan selamat (1962:150-163).

Menurut Leech tindak tutur ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menunjukkan sikap psikologis penutur kepada suatu keadaan yang dihadapi

oleh mitra tutur. Leech menyebutkan verba yang menandai tindak tutur ekspresif

antara lain, mengucapkan selamat, mengucapkan terimakasih, merasa ikut

bersimpati, meminta maaf, memaafkan (terjemahan Oka, 1993:328).

Fraser dalam Nadar (2009:16-17) juga mengkategorikan salah satu teori

tindak tuturnya serupa dengan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur Fraser yang

serupa dengan tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur refleksi perilaku

pembicara (acts of reflecting speaker attitude). Tindakan refleksi perilaku

pembicara ditandai dengan verba memuji, mengeluh, nerasa ikut bersimpati,

menuduh, menyayangkan, meminta maaf.

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur untuk mengungkapkan atau

mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam

Page 31: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

ilokusinya. Bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif adalah (Devi Andriyani, 2010:

35) :

1) Tindak Tutur Berterimakasih

Tindak tutur berterimakasih yang terjadi karena mitra tutur bersedia

melakukan apa yang diminta oleh penutur, karena tuturan memuji yang

dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur dan karena kebaikan hati penutur

yang telah memberikan sesuatu kepada mitra tutur.

2) Tindak Tutur Memuji

Tindak tutur memuji yang terjadi karena kondisi dari mitra tutur,

karena penutur ingin melegakan hati mitra tutur, karena penutur ingin merayu

mitra tutur, karena penutur telah bersedia meminta maaf dan berjanji kepada

anaknya, karena penutur ingin menyenangkan hati mitra tutur dan karena

perbuatan terpuji yang dilakukan oleh penutur.

3) Tindak Tutur Menolak

Tindak tutur menolak yang terjadi karena mitra tutur tidak mau

melakukan apa yang diminta oleh penutur dan karena mitra tutur tidak mau

menerima pemberian dari penutur.

4) Tindak Tutur Menyalahkan

Tindak tutur menyalahkan yang terjadi karena kesalahan yang

dilakukan oleh mitra tutur, karena mitra tutur tidak mau bertanggung jawab

akan kesalahan yang telah diperbuatnya dan karena mitra tutur ingin

melepaskan diri dari suatu kesalahan.

Page 32: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

5) Tindak Tutur Mencurigai

Tindak tutur mencurigai yang terjadi karena penutur mempunyai

anggapan bahwa mitra tutur telah berbuat sesuatu yang kurang baik.

6) Tindak Tutur Menuduh

Tindak tutur menuduh yang terjadi karena penutur ingin membuktikan

anggapannya bahwa mitra tutur telah melakukan sesuatu yang kurang baik.

7) Tindak Tutur Menyindir

Tindak tutur menyindir yang karena penutur tidak suka dengan apa

yang dilakukan atau dituturkan mitra tutur, karena penutur menyampaikan

alasan-alasan yang tidak masuk akal kepada mitra tutur, dan karena tuturan

pertanyaan penutur terhadap mitra tutur.

8) Tindak Tutur Mengkritik

Tindak tutur mengkritik yang karena penutur merasa jijik dengan apa

yang dilakukan oleh mitra tutur dan karena penutur tidak suka atau tidak

sependapat dengan apa yang dilakukan atau dituturkan mitra tutur.

9) Tindak Tutur Meminta Maaf

Tindak tutur meminta maaf yang terjadi karena permintaan mitra tutur,

karena perasaan tidak enak penutur terhadap mitra tutur karena telah

mengganggu waktu mitra tutur.

10) Tindak Tutur Mengejek

Tindak tutur mengejek yang terjadi karena sikap mitra tutur yang tidak

bersedia menuruti permintaan penutur dan karena penutur tidak suka dengan

sikap dan tuturan tidak terpuji yang dilakukan oleh mitra tutur.

Page 33: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

11) Tindak Tutur Menyayangkan

Tindak tutur menyayangkan yang terjadi karena penutur merasa iba

atau kasihan terhadap mitra tutur.

12) Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Heran

Tindak tutur mengungkapkan rasa heran yang terjadi karena rasa

keheranan penutur terhadap sikap atau tuturan mitra tutur.

13) Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Kaget atau Terkejut

Tindak tutur mengungkapkan rasa kaget atau terkejut yang diterjadi

karena rasa kaget yang dirasakan oleh penutur terhadap sikap atau tuturan

mitra tutur.

14) Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Jengkel atau Sebal

Tindak tutur mengungkapkan rasa jengkel atau sebal yang terjadi

karena penutur merasa kesal terhadap apa yang dilakukan oleh mitra tutur.

15) Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Marah

Tindak tutur mengungkapkan rasa marah yang terjadi karena perasaan

sangat tidak senang mitra tutur terhadap sikap penutur, dan karena rasa takut

yang dirasakan penutur terhadap apa yang sedang dilakukan mitra tutur.

16) Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Bangga

Tindak tutur mengungkapkan rasa bangga yang terjadi karena penutur

merasa mempunyai keunggulan dibandingkan orang lain.

17) Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Malu

Tindak tutur mengungkapkan rasa malu yang terjadi karena penutur

merasa sangat tidak enak hati terhadap mitra tutur.

Page 34: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

18) Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Takut

Tindak tutur mengungkapkan rasa takut yang terjadi karena perasaan

takut penutur terhadap sesuatu.

19) Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Simpati

Tindak tutur mengungkapkan rasa simpati yang terjadi karena rasa

keikutsertaan penutur merasakan perasaan sedih yang sedang dirasakan oleh

mitra tutur.

20) Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Kecewa

Tindak tutur mengungkapkan rasa kecewa yang terjadi karena rasa

kecil hati penutur terhadap apa yang dilakukan oleh mitra tutur.

D. Situasi Tutur

Leech (Rohmadi, 2004 27-28) mengemukakan sejumlah aspek yang

senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek itu

adalah:

1. Penutur dan Lawan Tutur

Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan

pembaca bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan.

Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia,

latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan lain-lain.

2. Konteks Tuturan

Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua

aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks

yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks seting

Page 35: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

sosial disebut konteks (context). Di dalam pragmatik konteks itu pada

hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (back ground

knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.

3. Tujuan Tuturan

Bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk

menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud

dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Di dalam pragmatik berbicara

merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan (goal oriented activities).

4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

Pragmatik berhubungan dengan tindak verba (verba act) yang terjadi

dalam situasi tertentu. Dalam hal ini pragmatik menangani bahasa dalam

tingkatannya yang lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan

sebagai entitas yang konkret, jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu

dan tujuan penggunaanya.

5. Tuturan sebagai bentuk tindak verba

Tuturan yang digunakan di dalam kriteria keempat merupakan bentuk

tindak tutur. Dengan demikian tuturan sebagai produk tindak verbal akan

terlihat dalam setiap percakapan lisan maupun tertulis, antara penutur dan

lawan tutur (Leech, 1983 dalam Wijana, 1996: 10-12).

E. Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya

interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua

Page 36: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu,

tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 2004: 47).

Menurut Dell Hymes (dalam Suwito, 1983: 32-33) suatu peristiwa tutur

harus memenuhi delapan komponen, yang bila huruf-huruf pertamanya

dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah :

1. Setting and scene. Di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat

tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan

waktu, atau situasi psikologis pembicaraan.

2. Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa

pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan

penerima (pesan).

3. End, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.

4. Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran

ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, penggunaannya, dan

hubungan antara yang dikatakan dengan topik pembicaraan.

5. Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat suatu pesan disampaikan:

dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong,

dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan

gerak tubuh dan isyarat.

6. Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur

lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga

mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam,

atau register.

Page 37: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

7. Norm of Interaction and Interpretaton, mengacu pada norma atau aturan

dalam berinteraksi.

8. Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,

pepatah, doa, dan sebagainya (Suwito, 1983: 32-33).

F. Ketoprak

1. Pengertian ketoprak

Ketoprak adalah sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah

pementasan ketoprak, sandiwara yang juga diselingi dengan lagu-lagu jawa yang

diiringi oleh gamelan. Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-

macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula

diambil cerita dari luar negri. Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari

repertoar cerita epos (wiracarita) Ramayana dan Mahabharata. (Little Book,

panduan dasar paguyupan mahasiswa KKTT Wiswakarman)

2. Sejarah ketoprak

Ketoprak lahir pada tahun 1887. Pada awalnya ketoprak hanya berwujud

permainan bagi para lelaki di desa sebagai hiburan sambil menabuh lesung (alat

yang sebenarnya berfungsi sebagai alat/tempat untuk menumbuk gabah/padi

supaya menjadi beras) pada saat bulan purnama. Hal ini juga sering disebut

sebagai “gejog lesung”. Namun semakin lama ketoprak semakin digemari oleh

banyak orang, dank arena kebiasaan akhirnya ketoprak mampu dijadikan sebagai

salah satu budaya masyarakat, dan bisa bersinergi dengan kesenian yang lainnya.

Ketoprak yang mulanya hanya diiringi oleh tabuhan lesung, seiring berjalannya

waktu diiringi pula oleh alat music lain seperti kendhang, terbang, dan suling.

Page 38: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Pada tahun 1090 pertunjukan ketoprak sudah mulai berkembang seperti yang bisa

kita saksikan sampai sekarang.

3. Beberapa unsur pendukung pementasan ketoprak

a. Naskah lakon

Naskah lakon biasa dipahami sebagai suatu hasil karya sastra yang

struktur dan fungsinya bisa berbeda dengan karya sastra umumnya seperti

cerita pendek, novel, atau puisi. Ada dua jenis naskah lakon yang dipahami

sebagai alat ekspresi senimannya. Pertama, naskah lakon yang diciptakan

hanya untuk dibaca dan kemungkinan kecil untuk dipentaskan. Kedua,

naskah lakon yang dirancang untuk pertunjukan teater. Nilai sastra dalam

lakon sudah mengandung nilai kesastraan dan kaidah-kaidah bahasa estetis

b. Aktor dan aktris pendukung

Modal estetis dari aktor dan aktris teater adalah tubuhnya,

vokalnya, dan sukmanya. Dengan cara mengolah tubuh, mengolah suara,

dan mengolah sukmanya aktor dan aktris mampu melahirkan gerak, suara,

laku peran (acting) yang bernilai estetis.

c. Tata rias

Tata rias wajah (make up) adalah kegiatan mengubah penampilan

dari bentuk asli dengan bantuan bahan dan alat kosmetik. Istilah make up

lebih sering ditujukan kepada pengubahan bentuk wajah, meskipun

sebenarnya seluruh tubuh bisa dihias. Salah satu kegunaan tata rias adalah

untuk kepentingan dunia akting dan hiburan. Setiap warna dan bahan

kosmetika yang digunakan ditujukan untuk membentuk karakter atau

Page 39: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

watak tertentu, misalnya penggunaan perona gelap untuk member karakter

tua dan merah untuk galak.

Tata rias untuk membentuk karakter peran (dhapukan) dalam seni

pertunjukan teater tradisional dibagi menjadi dua yaitu tata rias wajah dan

rambut. Tidak seperti di dunia nyata, dalam seni pertunjukan peran make

up sangat penting baik untuk pria maupun wanita.

Tata Rias Wajah

Secara umum, bagian tahapan dalam tat arias wajah antara

lain:

Halup-halup (dasar putih), polesan (perona pipi, kelopak),

orekan (lukisan pembentuk wajah), benges (warna bibir), dan boreh

(lulur badan). Tambahan dalam tata rias wajah kadang juga diperlukan

untuk membentuk suatu karakter khusus misalnya : kumis, jenggot,

cangkeman, dan orekan tambahan lain.

Tata Rias Rambut

Khusus untuk tata rias rambut, lebih banyak diterapkan untuk

dhapukan wanita. Bentuk rambut (segala sesuatu yang dipakai di

kepala) juga menggambarkan strata (kasta) peran seseorang tokoh

dalam lakon cerita.

d. Tata Busana

Busana pertunjukan ketoprak secara garis besar terbagi menjadi

dua, yaitu gedhog/ngligan dan mataraman. Pengelompokan ini berdasar

pada masa apa lakon cerita yang dipentaskan terjadi. Adapun pembagian

zaman kerajaan di Jawa antara lain:

Page 40: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

1) Kuna (Budha) tahun 125M-1125M

Meliputi kerajaan-kerajaan: purwacarita, medang Siwanda, Medang

Kamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, Penggiling Wiraradya,

Kahuripan dan Kediri.

2) Madya Kuna (Kuna Pertengahan) tahun 1126M-1250M

Meliputi kerajaan-kerajaan: Jenggala, Kediri, Pajajaran, dan Cirebon.

3) Sepuh Tengah (Tua Pertengahan) tahun 1251M-1459M

Meliputi kerajaan-kerajaan: Jenggala, Kediri, Tuban, Madura,

Majapahit, dan Blambangan.

4) Tengahan (pertengahan) tahun 1460M-1613M

Meliputi kerajaan-kerajaan: Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram.

5) Nom (Muda) tahun 1614M-sekarang.

Meliputi kerajaan-kerajaan: Kartasura dan Surakarta.

Pada zaman Kuna, Madya Kuna dan Sepuh tengah, dipengaruhi

oleh Hindu dan Budha, sedangkan pengaruh Islam mulai masuk sekitar

tahun 1406 di zaman Tengahan sampai dengan jaman Nom. Busana

jenis gedhog dipakai apabila suatu pementasan mengambil lakon cerita

yang memakai setting cerita pada jaman Kuna, Madya Kuna, dan Sepuh

Tengah. Sedangkan pada setting jaman Tengahan dan Nom, busana

yang dipakai adalah jenis mataraman. Ketentuan ini berlaku apabila

sebuah lakon mengambil cerita babad atau sejarah kerajaan dan

legenda, tapi apabila lakon yang diangkat adalah cerita carangan

(rekaan) maka penggunaan busana dapat mengikuti selera atau

disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Page 41: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

e. Tata Cahaya

Fungsi dari tata cahaya sebagai dukungan suasana ataupun sebagai

patokan dari suatu adegan yang mampu menciptakan efek visual.

f. Tata Musik

Musik merupakan unsur penting sebagai pengisi atau jeda adegan

dengan fungsi menghidupkan suasana, dalam pementasan ketoprak iringan

musik yang digunakan adalah iringan gamelan.

G. Ringkasan Cerita Mardhika Jawa Dwipa

Mardhika Jawa Dwipa menceritakan tentang seorang raja muda Negeri

Surati di tanah Hindi Bernama Prabu Isaka, putra Bathara Anggajali yang sedang

menjalani tapa brata di tengah hutan belantara ditemani oleh kedua abdi setia

bernama Dora dan Sembada. Dalam kekhusukan olah samadi, datanglah tujuh

bidadari yang bertugas menggoda petapaan yang dijalani Prabu Isaka. Berbagai

cara dilakukan oleh para bidadari untuk membatalkan pertapaan sang Prabu,

namun sia-sia belaka.

Datanglah Sang Dewa. Ia muncul dari celah-celah gumpalan awan gelap

terbang menukik ke pertapaan Sang Isaka melalui alam kedewaan. Dia adalah

dewa peradaban (ahli membuat senjata) bernama Hyang Anggajali yang tidak lain

adalah ayah Sang Prabu Isaka. Terjadilah dialog antara Hyang Anggajali dengan

Sang Isaka (Sukma Langgeng) di alam ”sunya”. Hyang Anggajali memuji

keteguhan Prabhu Isaka mengatasi godaan para bidadari. Sesungguhnya para

bidadari itu adalah salah satu wujud ujian iman yang harus ditempuh oleh Sang

Isaka. Selanjutnya Sang Isaka akan mengemban misi mulia yang cukup berat dari

Page 42: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

para Dewa. Bersabdalah Sang Dewa kepada Sang Isaka: ” anakku yang kukasihi,

pergilah engkau bersama kedua abdi setiamu ke belahan bumi sebelah tenggara,

tepatnya di Jawa Dwipa, singgahlah engkau di wilayah negeri Medhang Kamulan.

Singkirkanlah angkara murka seorang ’dewa yang ingkar (dari jalan dharma)’,

hentikanlah kebiadaban, bangunlah suatu peradaban yang baru, ajarilah para

manusia yang menduduki pulau itu agar menjadi manusia sejati, dan mulai

sekarang ubahlah namamu menjadi Empu Sangkala”. Setelah bersabda demikian,

sang Dewa dan para bidadari pulang ke alam cahaya.

Sang Isaka memanggil kedua abdi setianya; Dora dan Sembada yang

sedang sibuk berlatih ilmu kanuragan. Diceritakanlah pengalaman mitisnya

kepada kedua abdi tersebut. Setelah bertekad bulat, ketiganya berkemas berangkat

ngejawa.

Tersebutlah seorang raja kanibal di pulau Jawa, tepatnya di negeri

Medhang Kamulan. Raja ini memiliki kebiasaan biadab, yaitu memakan daging

manusia. Saat itu, manusia yang menghuni pulau Jawa bisa dikata belum

berperadaban atau nyaris tidak berkesenian. Raja bengis ini disebut-sebut orang

bergelar raja Dewata Cengkar. Bukan hal yang aneh apabila lama-kelamaan

penduduk di wilayah Medhang Kamulan berkurang, karena setiap harinya harus

ada yang dijadikan santapan Sang Dewata Cengkar. Hingga pada suatu hari, sudah

habis manusia di tempat itu, yang masih hidup mencoba mengungsi melarikan diri

ke daerah yang lebih aman dan sulit dijangkau oleh pasukan Medhang Kamulan.

Dewata Cengkar marah-marah kepada pasukannya karena sudah seharian ia tidak

menyantap daging manusia. Dewata Cengkar memerintahkan kepada patih beserta

pasukannya memburu manusia ke seluruh pelosok negeri untuk dijadikan mangsa,

Page 43: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dan jika tidak berhasil maka para prajurid itu yang harus menanggung akibatnya,

yaitu menjadi pengganti makan siang.

Pada suatu ketika di jalan setapak, ada tiga orang wanita yang sedang

mencari kayu dan makanan. Mereka adalah seorang janda dan kedua anaknya.

Tanpa banyak bicara, para prajurid menyeret ketiga wanita tersebut untuk di bawa

pulang ke Medhang Kamulan. Untung saja Empu Sangkala, Dora dan Sembada

melewati jalur setapak itu. Dora dan Sembada segera menolong membebaskan

ketiga wanita tersebut dari cengkeraman para prajurid. Pertempuran sengit terjadi,

namun para prajurid kewalahan dan lari tunggang langgang pulang ke Medhang

Kamulan untuk melapor. Janda tua mengucapkan terimakasih kepada sang

pengembara, dan meminta kepada sang Empu Sangkala untuk mampir beristirahat

dan makan di tempat persembunyiannya.

Janda tua dan kedua anaknya menceritakan keadaan di wilayah Medhang

Kamulan selengkapnya kepada Empu Sangkala. Bagaimana kekejaman Dewata

Cengkar yang tega membunuh rakyatnya sendiri setiap hari untuk dijadikan

santapan. Raja kanibal itu sungguh sakti, dan tidak ada yang berani menghalangi

kiprahnya. Mendengar cerita itu, Empu Sangkala teringat akan tugasnya, maka ia

bermaksud pergi ke negeri Medhang Kamulan untuk menghentikan

keangkaramurkaan Dewata Cengkar. Banyak-banyak pesan, peringatan dari janda

tua – sangat disayangkan apabila pemuda berbakat seperti Empu Sangkala harus

mati menjadi santapan Sang Raja Kanibal. Empu Sangkala berkemas mengajak

Dora. Sebelum berangkat, Empu Sangkala berpesan kepada Sembada bahwa

Sembada harus tinggal di padhepokan untuk menjaga ketentraman padepokan dan

melanjutkan pendidikan dharma di tempat itu. Empu Sangkala juga

Page 44: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

menyampaikan pesan wasiat dan menitipkan sebilah keris pusaka kepada

Sembada dengan pesan agar menjaga keris tersebut dengan nyawanya dan

janganlah memberikan keris tersebut kepada siapapun juga kecuali Empu

Sangkala sendiri yang meminta. Selesai berpesan, berangkatlah Empu Sangkala

dan Dora menuju Medhang Kamulan.

Gusar perasaan Sang Raja Kanibal karena sudah berhari-hari belum

menyantap daging manusia. Tiba-tiba datanglah segerombolan prajurid yang

melaporkan kegagalan. Meledaklah amarah Dewata Cengkar. Semua yang ada

dihajar, ditendang, dibanting, dipukul sampai babak belur. Menghadaplah seorang

prajurid beserta dua orang pemuda tampan dan gagah yang bersedia menjadi

santapan Sang Raja. Dewata Cengkar terheran-heran dengan niat Empu Sangkala,

tetapi hatinya juga sangat gembira karena mendapat makan siang. Saking

senangnya, Dewata Cengkar akan mengabulkan satu permintaan Empu Sangkala,

apapun yang diminta akan dikabulkan. Empu Sangkala mengeluarkan destar dan

berkata kepada raja bahwa ia hanya meminta imbalan tanah seluas destar yang

dibawa tersebut, namun dengan syarat yang mengukur adalah Dewata Cengkar

sendiri. Dengan senang hati Dewata Cengkar segera melakukan pekerjaan tersebut

karena sudah tidak sabar ingin segera menikmati daging dan darah segar. Namun

destar yang ditarik tidak habis-habis, malah semakin bertambah panjang menutupi

wilayah Medhang Kamulan. Semakin ditarik, sampailah Dewata Cengkar di tepi

tebing curam samudra Hindia. Karena marah, Dewata Cengkar berniat menarik

destar sekuat tenaga agar Empu Sangkala terjatuh, namun bersamaan dengan

hentakan itu, empu Sangkala melepaskan destarnya sehingga Dewata Cengkar

terpental dari tebing terjun ke samudra. Setelah tubuh Dewata Cengkar menyentuh

Page 45: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

air samudra, segera ia berubah ke wujud aslinya yaitu raja siluman buaya putih,

dan mengancam akan memangsa setiap manusia yang berlayar atau mencari ikan

di wilayah kekuasaannya di laut selatan. Hyang Anggajali segera menobatkan

Empu Sangkala menjadi raja di Medhang Kamulan dan bergelar ”Prabhu Aji

Saka”. Sebagai penghormatan dan peringatan raja dan bakal munculnya

peradaban baru, mulai hari itu diperingati sebagai tahun 1 Caka . Dunia bergetar

sebagai saksi munculnya peradaban baru di pulau Jawa. Aji Saka teringat akan

Sembada dan pusakanya yang masih berada di padepokan Bakalan. Ajisaka

memerintahkan kepada Dora agar memboyong Sembada dan pusakanya ke

Medhang Kamulan. Dora segera berangkat dengan rencana-rencara curang agar

Sembada tidak ikut menikmati kemenangan dan kemuliaan di Medhang Kamulan.

Setelah keberangkatan Dora, Hyang Anggajali mengingatkan kekilafan Aji

Saka tentang pesan wasiatnya kepada Sembada dan mengingatkan Aji Saka akan

sifat Dora yang kurang jujur. Aji Saka segera menyusul ke desa Bakalan diiringi

oleh Dewa-Dewi.

Sembada duduk bersama janda dan kedua anaknya sedang memikirkan

keadaan Empu Sangkala dan Dora yang sedang ke Medhang Kamulan. Tiba-tiba

datanglah Dora. Setelah saling berbagi pengalaman dan cerita, Dora menceritakan

maksud kedatangannya yang diutus oleh Sang Aji Saka agar mengambil keris

pusaka yang ada pada Sembada. Dora tidak mengatakan bahwa seharusnya

Sembada diboyong bersama keris pusaka. Sembada tetap teguh pada wasiat sang

empu, pusaka tetap dikukuhi. Dora naik pitam sehingga terjadi perang mulut yang

berujung pada perang tandhing. Mereka sama-sama sakti pilih tanding. Dalam

keadaan sedikit terdesak, Sembada menghunus keris dan menghujamkan ke dada

Page 46: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Dora. Keris menusuk jantung, membuat Dora tersungkur lemas. Melihat keadaan

saudaranya yang telah sekarat, Sembada merasa khilaf dan menyesal. Maksud hati

ingin menolong, namun apa boleh dikata, memang harus seperti itulah yang

semestinya terjadi. Dora mencabut keris yang menghunjam di dadanya lalu balik

dihujamkan ke dada Sembada, tewaslah keduanya. Tidak ada sesuatu yang

kebetulan, semua memenuhi takdirnya. Pembaharuan selalu diiringi suatu

pengorbanan. ”Jer Basuki Mawa Bea”.

Aji Saka datang ke tempat itu, namun terlambat. Kedua abdinya telah

menemui ajal. Hanya tinggal penyesalan yang tiada guna, menyesali tindakan

yang terburu-buru. Hyang Anggajali bersabda agar Aji Saka memperingati

pengorbanan kedua abdi setianya dengan membuat alfabet DENTAWYANJANA.

Aji Saka menengadah sembari mengucapkan lafalan yang berbunyi: ”HA NA CA

RA KA – DA TA SA WA LA – PA DHA JA YA NYA – MA GA BA THA

NGA” yang artinya: ada utusan (abdi setia), berperang tanding, sama-sama sakti,

sama-sama mati.

Page 47: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis,

dan menjelaskan suatu fenomena (Harimurti Kridalaksana, 2008:153). Dalam

metode penelitian ini akan dijelaskan beberapa hal, yaitu : (1) jenis Penelitian, (2)

Sumber Data dan Data Penelitian, (3) Alat Penelitian, (4) Populasi dan Sampel,

(5) Metode Pengumpulan Data, (6) Metode Analisis Data, dan (7) Metode

Penyajian Hasil Analisis Data.

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Maksudnya, suatu

penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fenomena yang

memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya atau fakta yang ada,

sehingga dihasilkan atau yang dicatat berupa pemerian bahasa yang biasa

dikatakan sifatnya sebagaimana adanya (Sudaryanto, 1993:62).

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan pada latar

ilmiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity) (Lexy, 2000: 4). Menurut

Lexy, (2000: 3), metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Jenis penelitian yang dilakukan berdasarkan

fakta atau fenomena yang benar-benar terjadi di lapangan. Penelitian deskriptif

kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan

pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat

28

Page 48: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

sifat-sifat suatu hal, keadaan, fenomena, dan tidak terbatas pada pengumpulan

data melainkan meliputi analisis dan interpretasi data tersebut (Sutopo, 2002:

111). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan

pragmatik.

B. Sumber Data

Sumber data adalah hal-hal yang dapat dijadikan serta menghasilkan data

yang lengkap, benar dan sahih. Sumber data penelitian ini berupa sebuah CD

rekaman pementasan Ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa yang telah

dipentaskan pada tanggal 18 November 2010 dan berdurasi selama kurang lebih

enam puluh menit serta wawancara dengan informan yang sekaligus pengarang

naskah ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa yaitu Ki Arif Hartarta.

C. Data Penelitian

Data merupakan fenomen lingual khusus yang mengandung dan berkaitan

langsung dengan masalah yang dimaksud dan data dapat diidentifikasikan sebagai

bahan suatu penelitian (Sudaryanto, 1993:5). Penelitian ini menggunakan jenis

data lisan dan data tulis. Data lisan berwujud tuturan bahasa Jawa yang di

dalamnya terdapat tindak tutur ekspresif bahasa Jawa dari dialog antartokoh

dalam pementasan ketoprak dengan judul Mardhika Jawa Dwipa yang terdapat

pada sumber data berupa CD digunakan sebagai data utama. Sedangkan Data tulis

berwujud transkrip tuturan yang di dalamnya terdapat tindak tutur ekspresif

bahasa Jawa dari dialog antartokoh dalam pementasan ketoprak dengan judul

Mardhika Jawa Dwipa yang terdapat pada sumber data berupa CD serta data lisan

Page 49: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

yang berwujud wawancara terbuka dengan informan yaitu Ki Arif Hartarta

digunakan sebagai data pendamping.

D. Alat Penelitian

Alat dalam penelitian ini meliputi komputer, headphone, printer,

bolpoint, kertas HVS, penghapus, serta alat lain yang dapat membantu jalannya

penelitian.

E. Populasi

Populasi adalah tuturan yang sudah ada atau diadakan, baik yang nantinya

terpilih sebagai sampel ataupun tidak sebagai satu kesatuan (Sudaryanto,

1988:21). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan wujud tuturan bahasa

Jawa yang terdapat pada ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa yang terdapat

pada sumber data.

F. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai objek

penelitian langsung yang dapat mewakili populasi secara menyeluruh. (Subroto,

1992:32). Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan) (Sudaryanto, 1993:29). yaitu

sampel yang diambil dengan sengaja karena sifat-sifat tertentu yang sama dengan

ciri-ciri atau sifat-sifat dalam populasi (Surakhmad, 1985:101). Sampel data

penelitian ini adalah tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif dalam

pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa yang dapat mewakili populasi.

Page 50: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

G. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak

yaitu dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133) dari rekaman

video CD pementasan ketoprak dengan judul Mardhika Jawa Dwipa dan

selanjutnya menggunakan teknik catat.

Metode simak atau penyimakan adalah metode pengumpulan data dengan

menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133), dipergunakan untuk

menyimak bahasa yang dipakai dalam pementasan ketoprak dengan judul

Mardhika Jawa Dwipa. Di dalam metode simak, teknik yang dipergunakan adalah

teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya adalah teknik sadap yaitu teknik

yang dipergunakan untuk mendapatkan data dengan cara menggunakan pikiran

dan menyadap data, sedangkan teknik lanjutannya adalah teknik catat artinya

data-data berhasil disadap kemudian dicatat dalam bentuk kartu data atau dalam

bentuk buku yang ada untuk diseleksi dan diklasifikasikan (Sudaryanto,

1993:135).

H. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan metode kontekstual dan

metode padan.

Metode kontekstual adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan

mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan konteks. Konteks adalah segala

latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur

(Wijana, 1996:11).

Page 51: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentuannya di luar,

terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan

(Sudaryanto, 1993:13). Penggunaan metode padan pada penelitian ini adalah

metode padan pragmatik dengan penentunya adalah penutur dan mitra tutur.

Dalam metode padan ini digunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun

teknik dasarnya adalah teknik pilah unsur penentu (PUP) yang menggunakan alat

berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya

(Sudaryanto, 1993:21). Teknik lanjutannya berupa teknik hubung banding (HB)

piranti bagi alatnya berupa daya banding yang bersifat mental.

Contoh penerapannya sebagai berikut.

Data 1

Margiyati : Sang Empu, niki unjukane diunjuk riyin.

‘Sang Empu, ini minumannya diminum dulu.’

Sembada : Matur nuwun Nini, kira-kira kepriye kahanane sang Empu

Nini?

‘Terimakasih Nini, kira-kira bagaimana keadaan sang Empu

Nini?’

Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang, yaitu Margiyati dan

Sembada. Margiyati adalah seorang warga desa yang kedudukan sosialnya

lebih rendah dibandingkan dengan Sembada yang merupakan seorang

prajurit. Pokok pertuturan keduanya adalah Sembada berterima kasih kepada

Margiyati atas minuman yang disajikan. Dalam tuturan tersebut ditemukan

adanya bentuk tindak tutur eksprestif (TTE) dalam bentuk tindak tutur

beterimakasih seperti pada tuturan Matur nuwun Nini, kira-kira kepriye

Page 52: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

kahanane sang Empu Nini?. ‘Terima kasih Nini, kira-kira bagaimana keadaan

sang Empu Nini?’. Pada tuturan ini Sembada selaku mitra tutur (MT)

melakukan tindak tutur ekspresif berterimakasih kepada Margiyati selaku

penutur (P) karena telah menyajikan minuman.

Kata matur nuwun ‘terima kasih’ merupakan penanda morfem adanya

TTE berterimakasih. Dalam hal ini MT berterimakasih kepada P karena telah

menyajikan minuman.

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Margiyati dan

Sembada. TTE dengan fungsi menyuruh dilakukan oleh Sembada ditemukan

dalam tuturan Matur nuwun Nini, kira-kira kepriye kahanane sang Empu

Nini? ‘Terima kasih Nini, kira-kira bagaimana keadaan sang Empu Nini?’

Sembada berterima kasih kepada Margiyati yang telah menghidangkan

segelas minuman.

Faktor penutur dan mitra tutur merupakan faktor yang melatarbelakangi

adanya tindak tutur tersebut. Margiyati sebagai penutur dan Sembada sebagai

mitra tuturnya.

I. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah metode informal, yaitu metode penyajian hasil analisis data dengan

menggunakan kata-kata biasa atau sederhana agar mudah dipahami (Sudaryanto,

1993 :145).

Page 53: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB IV

ANALISIS DATA

Deskripsi penelitian dalam Bab IV ini merupakan pembahasan tentang

tindak tutur ekspresif dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa.

Secara lebih rinci akan mengulas tentang bentuk tindak tutur ekspresif, fungsi, dan

faktor yang melatarbelakangi tindak tutur ekspresif dalam pementasan ketoprak

lakon Mardhika Jawa Dwipa.

A. Bentuk Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan

Ketoprak Lakon Mardhika Jawa Dwipa

Pada bab II telah dijelaskan mengenai pemerian tuturan yang didasarkan

atas tindakannya, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi, sesuai

dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, dalam tinjauannya

menggunakan tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Tindak ilokusi dimaksudkan

untuk mengetahui daya ujar yaitu maksud atau fungsi ujaran pada tuturan yang

bersangkutan. Tindak perlokusi dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan

efek tuturan tersebut.

Dalam penelitian ini kedudukan penutur dan mitra tutur dapat berubah.

Untuk mengidentifikasi kedudukan penutur dan mitra tutur dalam penelitian ini

disesuaikan dengan data dalam tindak tutur ekspresif. Artinya, kedudukan penutur

dalam penelitian ini adalah seseorang yang menuturkan suatu tuturan dalam

34

Page 54: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

tindak tutur ekspresif, dan sebaliknya, yang berperan sebagai mitra tutur adalah

seseorang yang diajak bertutur atau yang menjadi pendengar dalam tuturan tindak

tutur ekspresif. Penjelasan mengenai bentuk tindak tutur ekspresif dalam

pertunjukan pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah sebagai

berikut.

1. Tindak Tutur Berterimakasih

Tindak tutur berterimakasih yang terjadi karena mitra tutur bersedia

melakukan apa yang diminta oleh penutur, karena tuturan memuji yang

dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur dan karena kebaikan hati penutur

yang telah memberikan sesuatu kepada mitra tutur. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada contoh berikut.

Data 1

Margiyati : Sang Empu, niki unjukane diunjuk riyin.

„Sang Empu, ini minumannya diminum dulu.‟

Sembada : Matur nuwun Nini, kira-kira kepriye kahanane sang

Empu Nini?

„Terimakasih Nini, kira-kira bagaimana keadaan sang Empu

Nini?‟

Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang, yaitu Margiyati dan

Sembada. Margiyati adalah seorang warga desa yang kedudukan

sosialnya lebih rendah dibandingkan dengan Sembada yang

merupakan seorang prajurit. Pokok pertuturan keduanya adalah

Sembada berterimakasih kepada Margiyati atas minuman yang

Page 55: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

disajikan. Dalam tuturan tersebut ditemukan adanya bentuk tindak

tutur eksprestif (TTE) dalam bentuk tindak tutur berterimakasih

seperti pada tuturan Matur nuwun Nini, kira-kira kepriye kahanane

sang Empu Nini? „Terimakasih Nini, kira-kira bagaimana keadaan

sang Empu Nini?‟ Pada tuturan ini Sembada selaku mitra tutur (MT)

melakukan tindak tutur ekspresif berterimakasih kepada Margiyati

selaku penutur (P) karena telah menyajikan minuman. Kata matur

nuwun „terimakasih‟ merupakan penanda morfem adanya TTE

berterimakasih.

2. Tindak Tutur Memuji

Tindak tutur memuji yang terjadi karena kondisi dari mitra tutur, karena

penutur ingin melegakan hati mitra tutur, karena penutur ingin merayu mitra

tutur, karena penutur telah bersedia meminta maaf dan berjanji kepada

anaknya, karena penutur ingin menyenangkan hati mitra tutur dan karena

perbuatan terpuji yang dilakukan oleh penutur. Tindak tutur memuji terdapat

pada data berikut.

Data 2

BA : Kulub, mangertia menawa ngrembakaning angkara

murka ing lumahing bumi kurebing langit kudu enggal

disirep. Jejibahan kang abot iki, dening para Dewa

dipasrahake marang kowe ngger. Ngelingi marang

manthenging panembahmu, luhuring kasektenmu, lan sira

sanyata satria mudha pinilih kang bangkit nguwasani lan

Page 56: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

kawasa ngendhih ubaling hawa kanepson. Buktine sira

ora pasrah godhaning asmaradahana.

„Nak, mengertilah bahwa merajalelanya angkara murka di

bumi dan langit harus segera dihentikan. Perkara yang

berat ini, oleh para Dewa dipasrahkan kepadamu nak,

mengingat pada tegaknya niatmu, tingginya kesaktianmu

dan kamu adalah satria muda terpilih yang bangkit

menguasai dan berkuasa menggeser kemelutnya hawa

nafsu. Buktinya kamu tidak tergoda api asmara‟

Sukma : Lajeng keparenging para Jawata kula kedhah tumindak

kados pundi?

„Lalu oleh para Dewa saya harus bertindak seperti apa?‟

Data dilakukan oleh dua orang, yaitu Bathara Anggajali dan

Sukma. Bathara Anggajali adalah seorang Dewa yang kedudukan

sosialnya lebih tinggi dibandingkan dengan Sukma yang merupakan

seorang pertapa. Pokok pertuturan keduanya adalah Bathara Anggajali

memuji Sukma atas niat dan kesaktiannya dalam hidup. Dalam tuturan

tersebut ditemukan adanya bentuk tindak tutur eksprestif (TTE) dalam

bentuk tindak tutur memuji seperti pada tuturan Ngelingi marang

manthenging panembahmu, luhuring kasektenmu, lan sira sanyata

satria mudha pinilih kang bangkit nguwasani lan kawasa ngendhih

ubaling hawa kanepson. Buktine sira ora pasrah godhaning

asmaradahana. ‟mengingat pada tegaknya niatmu, tingginya

kesaktianmu dan kamu adalah satria muda terpilih yang bangkit

Page 57: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

menguasai dan berkuasa menggeser kemelutnya hawa nafsu. Buktinya

kamu tidak tergoda api asmara‟. Pada tuturan ini Bathara Anggajali

selaku penutur (P) melakukan tindak tutur ekspresif memuji kepada

Sukma selaku mitra tutur (MT) atas niat dan kesaktiannya dalam

hidup.

3. Tindak Tutur Menolak

Tindak tutur menolak yang terjadi karena mitra tutur tidak mau

melakukan apa yang diminta oleh penutur dan karena mitra tutur tidak mau

menerima pemberian dari penutur. Terdapat pada data berikut.

Data 3

Sembada : Keparenga pun apatik nyawisaken sedaya kabetahan

ingkang kaperlokaken ing margi mangke.

„Bolehkah sebentar menyiapkan semua kebutuhan yang

dibutuhkan dijalan nanti.‟

ES : Ora perlu Sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa

lakune awake dhewe mengko kajangkung dening para

Dewa. Mula ayo. Saiki uga enggal budhal tumuju pulo

Jawa.

„Tidak perlu Sembada, secukupnya saja, mengertilah

bahwa perjalanan kita nanti dilindungi oleh para Dewa.

Maka ayo, sekarang juga cepat berangkat menuju pulau

Jawa.‟

Page 58: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tindak tutur di atas dilakukan Sembada sebagai P dan Empu

Sangkala sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Empu Sangkala

menolak Sembada yang akan menyiapkan keperluan untuk perjalanan.

Bentuk TTE menolak terdapat dalam tuturan ora perlu Sembada,

sakcukupe wae. Mangertia menawa lakune awake dhewe mengko

kajangkung dening para Dewa. Mula ayo. Saiki uga enggal budhal

tumuju pulo Jawa. „Tidak perlu Sembada, secukupnya saja,

mengertilah bahwa perjalanan kita nanti dilindungi oleh para Dewa.

Maka ayo, sekarang juga cepat berangkat menuju pulau Jawa.‟

Merupakan penanda lingual adanya TTE menolak. Dalam tuturan ini

MT menolak P yang akan menyiapkan keperluan untuk perjalanan.

4. Tindak Tutur Menyalahkan

Tindak tutur menyalahkan yang terjadi karena kesalahan yang

dilakukan oleh mitra tutur, karena mitra tutur tidak mau bertanggungjawab

akan kesalahan yang telah diperbuatnya dan karena mitra tutur ingin

melepaskan diri dari suatu kesalahan. Terdapat pada data berikut ini.

Data 4

Margiyati : Titenana yen eneng apa-apa, aku ro simbok ra

tanggung!

„Awas kalau ada apa-apa, saya dan ibu tidak

menanggung!‟

Page 59: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

N. Raras : Ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe. Nyet

aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen bapak

isih ana.

„Tidak menjamin ya tidak menjamin kok, saya tanggung

sendiri. Memang saya dari dulu yang nomer dua. Coba

kalau bapak masih ada.‟

Data 4 dilakukan Margiyati sebagai P dan Niken Raras sebagai

MT. Pokok pertuturannya adalah Niken Raras menyalahkan Margiyati

karena dia selalu dinomor duakan. Bentuk TTE menyalahkan terdapat

dalam tuturan ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe.

Nyet aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen bapak isih

ana. „tidak menjamin ya tidak menjamin kok, saya tanggung sendiri.

Memang saya dari dulu yang nomer dua kok. Coba kalau bapak masih

ada.‟ Yang merupakan penanda lingual adanya TTE menyalahkan.

Data 5

N. Raras : Ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe. Nyet

aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen bapak

isih ana.

„Tidak menjamin ya tidak menjamin kok, saya tanggung

sendiri. Memang saya dari dulu yang nomer dua kok.

Coba kalau bapak masih ada.‟

Margiyati : Kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah mbejijat.

Simbok wis kelangan bapak merga dipangan Dewata

Cengkar, aja nganti simbok kelangan maneh.

Page 60: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

„Kamu itu, anak kecil disayangi malah bertingkah. Ibu

sudah kehilangan bapak karena dimakan Dewata Cengkar,

jangan sampai ibu kehilangan lagi.‟

Tindak tutur ini dilakukan Niken Raras sebagai P dan

Margiyati sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Margiyati

menyalahkan Niken Raras karena dia terlaku banyak tingkah. Bentuk

TTE menyalahkan terdapat dalam tuturan kowe kuwi, bocah cilik

ditresnani malah mbejijat. Simbok wis kelangan bapak merga

dipangan Dewata Cengkar, aja nganti simbok kelangan maneh.

„Kamu itu, anak kecil disayangi malah bertingkah. Ibu sudah

kehilangan bapak karena dimakan Dewata Cengkar, jangan sampai

ibu kehilangan lagi. Yang merupakan penanda lingual adanya TTE

menyalahkan. Dalam tuturan ini MT menyalahkan P karena banyak

bertingkah sehingga mengancak keamanan.

Data 6

Margiyati : Ki mau merga kowe Ken.

„Ini gara-gara kamu Ken.‟

N. raras : Ampun Den,, kula tesih pengin urip.

„Jangan Den, saya masih ingin hidup.‟

Tindak tutur ini dilakukan Margiyati sebagai P dan Niken

Raras sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Margiyati

menyalahkan Niken Raras karena tingkahnya. Bentuk TTE

menyalahkan terdapat dalam tuturan ki mau merga kowe Ken..„Ini

Page 61: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

gara-gara kamu Ken.‟ Dalam tuturan ini P menyalahkan MT karena

tingkahnya sehingga mereka ditangkap prajurit.

Data 7

N. Raras : Jeneng kula Niken Raras, anake simbok sing paling

digethingi.

„Nama saya Niken Raras, anaknya ibu yang paling

dibenci.‟

Margiyati : Bola-bali cah gemblung, mbok eling lelakon ana dalan

mau jan-jane sing nyebabake kowe awit saka patrapmu

sing kaya bocah cilik.

„Dasar anak tolol, coba ingat kejadian di jalan tadi

sebetulnya yang menyebabkan kamu karna sikapmu yang

seperti anak kecil.‟

Data di atas merupakan TTE menyalahkan dengan ditandai

satuan lingual bola-bali cah gemblung, mbok eling lelakon ana dalan

mau jan-jane sing nyebabake kowe awit saka patrapmu sing kaya

bocah cilik. „Dasar anak tolol, coba ingat kejadian di jalan tadi

sebetulnya yang menyebabkan kamu karna sikapmu yang seperti anak

kecil.‟ Dalam tuturan ini MT menyalahkan P karena tingkahnya di

jalan sehingga mengancam keselamatan mereka.

Page 62: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

5. Tindak Tutur Mencurigai

Tindak tutur mencurigai yang terjadi karena penutur mempunyai

anggapan bahwa mitra tutur telah berbuat sesuatu yang kurang baik. Terdapat

pada data berikut.

Data 8

BA : Apa jeneng kita lali marang watake si Dora kang kurang

jujur, lan sok goroh. Banjur eling-elingen welingmu

dhewe marang si Sembada nalika kita bakal budhal

menyang Medhang Kamulan kene.

„Apa kamu lupa terhadap wataknya si Dora yang kurang

jujur, dan kadang bohong. Kemudian ingat-ingatlah

pesanmu sendiri kepada si Sembada ketika kamu akan

berangkat ke Medhang Kamulan sini.‟

Aji Saka : Adhuh, kula kalimput rama.. Dora, Sembada, entenana

aku.

„Aduh, saya lupa bapak, Dora, Sembada, tunggulah aku.‟

Tindak tutur ini dilakukan Bathara Anggajali sebagai P dan

Aji Saka sebagai MT. Bentuk TTE mencurigai terdapat dalam apa

jeneng kita lali marang watake si Dora kang kurang jujur, lan sok

goroh. „Apa kamu lupa terhadap wataknya si Dora yang kurang jujur,

dan kadang bohong.‟ Merupakan penanda lingual adanya TTE

mencurigai. Dalam tuturan ini P berbincang dengan MT mencurigai

watak Dora yang kurang jujur dan kadang berbohong.

Page 63: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

6. Tindak Tutur Menuduh

Tindak tutur menuduh yang terjadi karena penutur ingin membuktikan

anggapannya bahwa mitra tutur telah melakukan sesuatu yang kurang baik.

Sebagai contoh adalah data berikut.

Data 9

Dora : Sembada. Mosok kowe ora percaya karo aku? Aku

uga mung netebi dhawuhe Kanjeng Gusti, yen nganti aku

ora bisa nuhoni, iba wirangku Sembada.

„Sembada. Apa kamu tidak percaya dengan saya? Saya

juga hanya melaksanakan tugas dari Kanjeng Gusti, kalau

sampai saya tidak bisa melaksanakan hancur nasibku

Sembada.‟

Sembada : Nanging aku uga nuhoni dhawuh Kakang, apa mengkene

wae Kakang, si Kakang bali meneh menyang Medhang

Kamulan lan matur marang Kanjeng Gusti apa kang tak

aturake kabeh mau. Apa yen perlu karo aku.

„Tetapi saya juga melaksanakan tugas Kakak, apa begini

saja Kakak, Kakak balik lagi ke Medhang Kamulan dan

bicara kepada Kanjeng Gusti apa yang saya sampaikan

semuanya tadi. Apa kalau perlu bersama dengan saya.‟

Data di atas dilakukan Dora sebagai P dan Sembada sebagai

MT. Pokok pertuturannya adalah Dora yang menuduh Sembada yang

kurang percaya terhadapnya. Bentuk TTE menuduh terdapat dalam

Sembada. Mosok kowe ora percaya karo aku? „Sembada. Apa kamu

Page 64: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

tidak percaya dengan saya?‟ Kalimat tersebut merupakan penanda

lingual adanya TTE menuduh. Dalam tuturan ini P berbincang dengan

MT dan menuduh bahwa dia sekarang kurang percaya terhadapnya.

7. Tindak Tutur Menyindir

Tindak tutur menyindir yang karena penutur tidak suka dengan apa

yang dilakukan atau dituturkan mitra tutur, karena penutur menyampaikan

alasan-alasan yang tidak masuk akal kepada mitra tutur, dan karena tuturan

pertanyaan penutur terhadap mitra tutur. Terdapat pada data berikut.

Data 10

Dewata Cengkar (DC) : Heee… padha ngapa iki?

„Heee..apa yang kalian lakukan?‟

Punggawa : Leren Kyaine.

„Istirahat Kyai‟

DC : Leren? Dha takkon ngapa ya,, tak kon ngapa?

Mbisu kabeh, padha wis nguntal kowe? Nguntal

urung?

„Istirahat? Kalian saya suruh apa ya, saya suruh apa?

Diam semua, sudah makan semua kamu? Makan

belum?‟

Tindak tutur ini dilakukan Dewata Cengkar sebagai P dan

Prajurit sebagai MT. Bentuk TTE menyindir ditandai dengan penanda

lingual leren? Dha tak kon ngapa ya, tak kon ngapa? „Istirahat?

Page 65: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Kalian saya suruh apa ya, saya suruh apa?‟ Dalam tuturan ini P

menyindir MT yang sedang enak-enak beristirahat.

Data 11

DC : Galaki nguntalmu thok. He kowe nguntal apa??

„Dibesarkan makanmu saja, he kamu makan apa??‟

Punggawa I : Kula mbadhog celeng Kyaine,

„Saya makan celeng Kyai.‟

Tindak tutur ini dilakukan Dewata Cengkar sebagai P dan

Prajurit sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Dewata Cengkar

menyindir para prajurit yang cuma sibesarkan makannya saja. Bentuk

TTE menyindir terdapat galaki nguntalmu thok. „Dibesarkan

makanmu saja.‟ Yang merupakan penanda lingual adanya TTE

menyindir. Dalam tuturan ini P menyindir MT yang cuma dibesarkan

makannya saja.

Data 12

DC : Sapi? Mbok apakne sapine? Mbok beleh, mbok kepruk,

mbok klethak?

Leng-keleng, tak gatekne awit mau, suntrut praubamu,

luuecek praenmu, sajake ana sing bakal kok kandhakake.

Mikir apa kowe le? Ndang nyangkema, aja mung

pendelak-pendelik! Hwahahahaha….

„Sapi? Kamu apakan sapinya? Kamu sembelih, kamu

pukul, kamu kunyah?

Page 66: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Leng-keleng, saya perhatikan dari tadi murung mukamu,

lecek mukamu, sepertinya ada yang akan kamu

sampaikan, mikir apa kamu nak? Cepat berbicaralah,

jangan cuma ketakutan! Hwahahaa…‟

Pth. Kar. Keleng : Kyai, ketiwasan Kyai.

„Kyai, kelupaan Kyai..‟

Data 12 dilakukan Dewata Cengkar sebagai P dan Patih Karang

Keleng sebagai MT. Bentuk TTE menyindir ditandai oleh penanda

lingual Leng-keleng, tak gatekne awit mau, suntrut praubamu, luuecek

praenmu, „Leng-keleng, saya perhatikan dari tadi murung mukamu,

lecek mukamu,‟ Dalam tuturan ini P menyindir MT karena mukanya

yang terlihat murung dan lecek.

Data 13

N. Raras : Sing pidhato pun sami rampung Den? Mangga lho nek

tesih ajeng nyambung.

„Yang pidato sudah selesai Den?? Silakan kalau masih

mau disambung.‟

Ny. Sagopi : Woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong tuwa

kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo.

„Woo anak setan beneran kamu itu, diberitahu orang tua

malah ngeyel, sudah Mar, ayo ditinggal saja ya.‟

Tindak tutur ini dilakukan Niken Raras sebagai P dan Nyai

Sagopi sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Niken Raras yang

menyindir Nyai Sagopi yang sedang berbicara. Bentuk TTE

Page 67: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

menyindir ditandai dengan penanda lingual sing pidhato pun sami

rampung Den? Mangga lho nek tesih ajeng nyambung. „Yang pidato

sudah selesai Den? Silakan kalau masih mau disambung.‟

Data 14

N. Raras : Jeneng kula Niken Raras, anake simbok sing paling

digethingi.

„Nama saya Niken Raras, anaknya ibu yang paling

dibenci.‟

Data di atas merupakan TTE menyindir ditandai oleh penanda

lingual pada jeneng kula Niken Raras, anake simbok sing paling

digethingi.. „Nama saya Niken Raras, anaknya ibu yang paling

dibenci.‟ Dalam tuturan ini P menyindir Nyai Sagopi yang

disampaikan kepada MT karena merasa dirinya adalah anak yang

paling dibenci.

Data 15

Dora : Sing tenan lho Dhi, ora mung nggah-nggih ning ora

kepanggih.

„Yang serius lho Dik, jangan hanya iya-iya tetapi tidak

paham.‟

Sembada : Iya Kakang, aja kuwatir.

„Iya Kakak, jangan khawatir.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan Dora sebagai P dan Sembada

sebagai MT. Bentuk TTE menyindir terdapat pada sing tenan lho Dhi,

ora mung nggah-nggih ning ora kepanggih.. „Yang serius lho Dik,

Page 68: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

jangan hanya iya-iya tetapi tidak paham.‟ Dalam tuturan ini P

menyindir MT agar dia tidak cuma iya-iya saja akan tetapi harus

serius.

8. Tindak Tutur Mengkritik

Tindak tutur mengkritik yang karena penutur merasa jijik dengan apa

yang dilakukan oleh mitra tutur dan karena penutur tidak suka atau tidak

sependapat dengan apa yang dilakukan atau dituturkan mitra tutur. Tindak

tutur ekspresif mengkritik terdapat pada.

Data 16

ES : Uwis ta uwis, besuk meneh sing luwih waskita, lan

kebek pengati-ati. Ora ana simbok gething anak,

anane simbok tresna anak. Sak galak-galake macan

ora bakal kolu mangan gogore dhewe. Terus Nyai,

bacutna caritamu mau.

„Sudah to sudah, besok lagi yang lebih cermat dan

hati-hati. Tidak ada ibu yang benci anak, adanya ibu

sayang anak. Segalak-galaknya harimau tidak akan

doyan makan anaknya sendiri, terus Nyai, lanjutkan

ceritamu tadi.‟

Data 16 merupakan TTE mengkritik dengan ditandai oleh

penanda lingual Ora ana simbok gething anak, anane simbok tresna

anak. Sak galak-galake macan ora bakal kolu mangan gogore dhewe.

„Tidak ada ibu yang benci anak, adanya ibu sayang anak. Segalak-

Page 69: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

galaknya harimau tidak akan doyan makan anaknya sendiri,‟ Dalam

tuturan ini P mengkritik MT yang beranggapan bahwa dia adalah anak

yang dibenci oleh ibunya.

Data 17

BA : Ajisaka! Ora ana gunane nggetuni lelakon kang wus

dumadi, besuk meneh kudu luwih wicaksana, pancen

kudu mangkono garising kawasa. Prastawa iki

minangka kaca brenggala menawa jagad iki dumadi

saka rong perkara kang baku. Ana apik ana elek, ana

lanang ana wadon, ana awan ana bengi, ana raga

ana sukma, ana thesis lan ana anti thesis, iku mau

jenenge oposisi binner, rong perkara mau saknyatane

ora bakal bisa nyawiji selawase. Kamardhikan iku

pancen larang regane, panebuse ora mung sarana

bandha, nanging uga tetesing ludira wekasan. Jer

basuki mawa bea!

„Ajisaka! Tidak ada gunanya menyesali kajadian yang

sudah terlaksana, besok lagi harus lebih bijaksana,

memang seperti itu garis Tuhan. Peristiwa ini untuk

cermin bahwa jagad ini terdiri dari dua perkara yang

baku. Ada baik ada jelek, ada laki-laki ada

perempuan, ada siang ada malam, ada raga ada jiwa,

ada thesis ada antithesis. Itu tadi namanya oposisi

binner, dua perkara itu sebenarnya tidak bisa

Page 70: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

menjamin selamanya. Kemerdekaan itu memang

mahal harganya, penebusnya tidak hanya dengan

harta, tetapi juga dengan tetesan darah terakhir. Jer

basuki mawa bea!‟

Ajisaka : Mugi jagad anyekseni, wiwit dinten menika kula

badhe damel prasasti kangge ngengeti lelabuhanipun

Dora lan Sembada, WONTEN UTUSAN, PERANG

TANDHING, SADAYA UNGGUL, SADAYA GUGUR.

„Semoga jagad menjadi saksi, mulai hari ini saya akan

membuat prasasti untuk mengenang perjalanan Dora

dan Sembada, ADA UTUSAN, PERANG

TANDING, SEMUA MENANG, SEMUA GUGUR.‟

Tindak tutur ini dilakukan Bathara Anggajali sebagai P dan

Ajisaka sebagai MT. Bentuk TTE mengkritik terdapat pada ora ana

gunane nggetuni lelakon kang wus dumadi, besuk meneh kudu luwih

wicaksana, pancen kudu mangkono garising kawasa. „Tidak ada

gunanya menyesali kajadian yang sudah terlaksana, besok lagi harus

lebih bijaksana, memang seperti itu garis Tuhan.‟ Kalimat tersebut

merupakan penanda lingual adanya TTE mengkritik. Dalam tuturan

ini P mengkritik MT menyesali kejadian perang yang menyebabkan

tewasnya Dora dan Sembada.

Page 71: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

9. Tindak Tutur Meminta Maaf

Tindak tutur meminta maaf yang terjadi karena permintaan mitra

tutur, karena perasaan tidak enak penutur terhadap mitra tutur karena telah

mengganggu waktu mitra tutur. Terdapat pada data berikut ini.

Data 18

Sembada : Adhuh Kakang, aku njaluk ngapura. Ora kok

jeneng aku ora percaya karo si Kakang, nanging

pitungkase Kanjeng Gusti mbiyen marang aku “aja

pisan-pisan masrahake pusaka iki marang sapa wae

kajaba ingsun dhewe sing mundhut.” lan Kakang uga

nekseni. Dadi kepeksa aku ora bisa ngulungake

kakang. Aku wis janji marang Kanjeng Guru bakal

ngreksa pusaka iki ngluwihi nyawaku dhewe Kakang.

„Aduh Kakak, saya minta maaf. Bukannya saya tidak

percaya terhadap Kakak, tetapi pesan Kanjeng Gusti

dulu kepada saya “jangan sekali-sekali memberikan

pusaka ini kepada siapa saja kecuali saya sendiri yang

mengambil.” Dan Kakak juga menjadi saksi. Jadi

terpaksa saya tidak bisa memberikan Kakak. Saya

sudah berjanji kepada Kanjeng Guru akan menjaga

pusaka ini melebihi nyawaku sendiri Kakak.‟

Dora : Sembada. Mosok kowe ora percaya karo aku? Aku

uga mung netebi dhawuhe Kanjeng Gusti, yen nganti

aku ora bisa nuhoni, iba wirangku Sembada.

Page 72: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

„Sembada, apakah kamu tidak percaya dengan saya?

Aku juga cuma melaksanakan perintah Kanjeng

Gusti, kalau sampai saya tidak bisa melaksanakan,

bisa celaka saya Sembada.‟

Tindak tutur ini dilakukan Sembada sebagai P dan Dora sebagai

MT. Bentuk TTE meminta maaf terdapat pada Adhuh Kakang, aku

njaluk ngapura. Ora kok jeneng aku ora percaya karo si Kakang.

„Aduh Kakak, saya minta maaf. Bukannya saya tidak percaya terhadap

kakak,‟ Kalimat tersebut merupakan penanda lingual adanya TTE

meminta maaf. Dalam tuturan ini P meminta maaf kepada MT karena

tidak bisa memberikan pusaka kepadanya.

Data 19

Sembada : Kakang Dora, aku ora sengaja Kakang. Dikuat-

kuatne Kakang.. ooh Kakang. Aku njaluk ngapura.

„Kakak Dora, saya tidak sengaja Kakak. Dikuat-

kuatkan Kakak. Oh Kakak. Saya minta maaf.‟

Dora : Sembada, dikaya ngapaa kowe adhiku, tak trima,

sejatine aku kautus Kanjeng Gusti mboyong kowe lan

pusaka.

„Sembada, mau seperti apapun kamu itu adik saya,

saya terima, sejatinya saya diutus Kanjeng Gusti

menjemput kamu dan pusaka.‟

Data tersebut dilakukan Sembada sebagai P dan Dora sebagai

MT. Pokok pertuturannya adalah Sembada meminta maaf kepada

Page 73: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Dora karena secara tidak sengaja dia telah menusuk Dora dengan

keris. Bentuk TTE meminta maaf ditandai dengan penanda lingual

kakang Dora, aku ora sengaja kakang. Dikuat-kuatne Kakang.. ooh

Kakang. Aku njaluk ngapura. „Kakak Dora, saya tidak sengaja Kakak.

Dikuat-kuatkan Kakak. Oh Kakak. Saya minta maaf.

Data 20

Ajisaka : Dora Sembada, kepiye iki mau, kabeh iki salahku

dhewe, aku njaluk pangapura. Oh Dewa-dewa kula

nyuwun pangayoman.

„Dora Sembada, bagaimana ini tadi, ini semua salah

saya sendiri, saya minta maaf. Oh Dewa-dewa saya

minta perlindungan.‟

Data 20 dilakukan Ajisaka sebagai P dan Dora serta Sembada

sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Ajisaka meminta maaf

kepada Dora dan Sembada karena merasa bersalah atas kejadian

meninggalnya mereka. Bentuk TTE meminta maaf terdapat pada

Dora Sembada, kepiye iki mau, kabeh iki salahku dhewe, aku njaluk

pangapura. Oh Dewa-dewa kula nyuwun pangayoman. „Dora

Sembada, bagaimana ini tadi, ini semua salah saya sendiri, saya minta

maaf. Oh Dewa-dewa saya minta perlindungan.‟ sebagai penanda

lingual.

10. Tindak Tutur Mengejek

Tindak tutur mengejek yang terjadi karena sikap mitra tutur yang tidak

bersedia menuruti permintaan penutur dan karena penutur tidak suka dengan

Page 74: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

sikap dan tuturan tidak terpuji yang dilakukan oleh mitra tutur. Terdapat pada

data berikut.

Data 21

N. Raras : Ampun Den,, kula tesih pengin urip.

„Jangan Den, saya masih ingin hidup.‟

Pth. Kar. keleng : Hwhahahaha… bengak-bengoka nganti telakmu

njepat ora bakal ana sing wani nulungi. Yen ana

malah kepeneran, bisa tak cekel kanggo tandho

badhogane Kyaine, ndang ditali seret gawa bali cah!

„Hahahaha.. teriak-teriak saja sampai

kerongkonganmu keluar tidak bakal ada yang berani

menolong. Kalau ada malah kebetulan, bisa saya

tangkap untuk cadangan makanan Kyai, cepet ditali

seret bawa balik nak!‟

Tindak tutur ini dilakukan Patih Karang Keleng sebagai P dan

Niken Raras sebagai MT. Bentuk TTE mengejek terdapat pada

hwhahahaha… bengak-bengoka nganti telakmu njepat ora bakal ana

sing wani nulungi. Yen ana malah kepeneran, bisa tak cekel kanggo

tandho badhogane Kyaine, ndang ditali seret gawa bali cah!

„Hahahaha.. teriak-teriak saja sampai kerongkonganmu keluar tidak

bakal ada yang berani menolong. Kalau ada malah kebetulan, bisa

saya tangkap untuk cadangan makanan Kyai, cepet ditali seret bawa

balik nak!‟ yang merupakan penanda lingual adanya TTE mengejek.

Page 75: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Dalam tuturan ini P mengejek MT yang berteriak-teriak mencoba

untuk mencari pertolongan.

11. Tindak Tutur Menyayangkan

Tindak tutur menyayangkan yang terjadi karena penutur merasa iba

atau kasihan terhadap mitra tutur. Contoh terdapat pada data berikut ini.

Data 22

Margiyati : Wis togna wae Mbok, bocah siji kuwi pancen paling

pinter nyengkakke patine wong tuwa,, aja maneh

simbok, aku wae cumleng mbok-mbok..

„Sudah biarkan saja bu, anak satu itu memang pintar

mempercepat matinya orang tua, jangankan ibu, saya

sendiri saja bingung bu-bu.‟

Data tindak tutur diatas dilakukan Margiyati sebagai P dan Nyai

Sagopi sebagai MT. Bentuk TTE menyayangkan terdapat pada wis

togna wae Mbok, bocah siji kuwi pancen paling pinter nyengkakke

patine wong tuwa,, aja maneh simbok, aku wae cumleng Mbok-mbok..

„Sudah biarkan saja Bu, anak satu itu memang pintar mempercepat

matinya orang tua, jangankan ibu, saya sendiri saja bingung Bu-bu.‟

Dalam tuturan ini P berkeluh kesan MT menyayangkan tidakan dan

sifat Niken Raras.

Page 76: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Data 23

Ny. Sagopi : Aja dha udreg ta cah. Kowe kuwi sedulur, kowe

kabeh tak gadhang-gadhang supaya bisa mikul

dhuwur mendhem jero jenenge wong tuwa, ya

senadyan kowe bocah wadon.

„Jangan ribut terus, kamu itu saudara, kamu semua

saya gadang-gadang supaya bisa mikul dhuwur

mendhem jero namanya orang tua, ya walaupun kamu

anak perempuan.‟

Tindak tutur ini dilakukan Nyai Sagopi sebagai P dan Niken

Raras serta Margiyati sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Nyai

Sagopi menyayangkan Margiyati dan Niken Raras yang selalu

bertengkar. Bentuk TTE menyayangkan terdapat pada aja dha udreg

ta cah. Kowe kuwi sedulur, kowe kabeh tak gadhang-gadhang supaya

bisa mikul dhuwur mendhem jero jenenge wong tuwa, ya senadyan

kowe bocah wadon.. „Jangan ribut terus, kamu itu saudara, kamu

semua saya gadang-gadang supaya bisa mikul dhuwur mendhem jero

namanya orang tua, ya walaupun kamu anak perempuan.‟ Kalimat

tersebut merupakan penanda lingual dari TTE menyayangkan.

Page 77: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

12. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Heran

Tindak tutur mengungkapkan rasa heran yang terjadi karena rasa

keheranan penutur terhadap sikap atau tuturan mitra tutur. Terdapat pada data

berikut ini.

Data 24

DC : Kowe mbadhog celeng?

„Kamu makan babi hutan?‟

Punggawa I : Inggih Kyaine.

„Iya Kyai‟

Data diatas merupakan TTE mengungkapkan rasa heran yang

ditandai dengan penanda lingual kowe mbadhog celeng? „Kamu

makan babi hutan?‟ Dalam tuturan ini P mengungkapkan rasa heran

kepada MT karena memakan babi hutan.

Data 25

DC : Hahahahaha. Kowe, nguntal apa?

„Hahahaha. Kamu, makan apa?‟

Punggawa II : Sapi Kyaine.

„Sapi Kyai‟

DC : Sapi? Mbok apakne sapine? Mbok beleh, mbok

kepruk, mbok klethak?

Leng-keleng, tak gatekne awit mau, suntrut

praubamu, luuecek praenmu, sajake ana sing bakal

kok kandhakake. Mikir apa kowe Le? Ndang

Page 78: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

nyangkema, aja mung pendelak-pendelik!

Hwahahahaha

„Sapi? Kamu apakan sapinya? Kamu sembelih, kamu

pukul, kamu kunyah?

Leng-keleng, saya perhatikan dari tadi murung

mukamu, lecek mukamu, sepertinya ada yang akan

kamu sampaikan, mikir apa kamu Nak? Cepat

berbicaralah, jangan cuma ketakutan! Hwahahaa‟

Tindak tutur ini dilakukan Dewata Cengkar sebagai P dan

Punggawa II sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Dewata

Cengkar yang heran dengan makanan prajuritnya. Bentuk TTE

mengungkapkan rasa heran ditandai oleh penanda lingual Sapi? Mbok

apakne sapine? Mbok beleh, mbok kepruk, mbok klethak? „Sapi?

Kamu apakan sapinya? Kamu sembelih, kamu pukul, kamu kunyah?‟

Data 26

Ny.Sagopi : Kisanak, sampeyan niku sinten lan asale saking

pundi? Kok wona-wanine nglawan prajurite Dewata

Cengkar?

„Kisanak, anda itu siapa dan asalnya darimana? Kok

berani-beraninya melawan prajuritnya Dewata

Cengkar?‟

Page 79: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

ES : Jenengku Empu Sangkala Nyai, lan wong loro iki

muridku.

„nama saya Empu Sangkala Nyai, dan dua orang ini

murid saya.‟

Tindak tutur ini dilakukan Nyai Sagopi sebagai P dan Empu

Sangkala sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Nyai Sagopi

bertanya heran karena ada orang yang berani melawan prajurit Dewata

Cengkar. Bentuk TTE mengungkapkan rasa heran ditandai oleh

penanda lingual kisanak, sampeyan niku sinten lan asale saking

pundi? Kok wona-wanine nglawan prajurite Dewata Cengkar?

„Kisanak, anda itu siapa dan asalnya darimana? Kok berani-beraninya

melawan prajuritnya Dewata Cengkar?‟

Data 27

Dora : Lha apa ora ana sing wani menggak Nyai?

„Kenapa kok tidak ada yang berani mencegah Nyai?‟

Ny. Sagopi : Boten wonten, wong Dewata Cengkar niku kejeme

boten ukur, saktine nggih boten enten tandhingane.

„Tidak ada, karena Dewata Cengkar itu kejamnya

tidak terukur, saktinya juga tidak ada tandingannya.‟

Data 27 dilakukan Dora sebagai P dan Nyai Sagopi sebagai MT.

Pokok pertuturannya adalah Dora bertanya heran karena tidak ada

orang yang berani mencegah Dewata Cengkar. Bentuk TTE

mengungkapkan rasa heran terdapat pada lha apa ora ana sing wani

menggak Nyai? „Kenapa kok tidak ada yang berani mencegah Nyai?‟

Page 80: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Data 28

DC : Kowe-kowe ki padha kalah?

„Kalian kalah?‟

Punggawa : Inggih Kyai.

„Iya Kyai.‟

Tindak tutur ini dilakukan Dewata Cengkar sebagai P dan

Punggawa sebagai MT. Kalimat dalam kowe-kowe ki padha kalah?

„Kalian kalah?‟ merupakan penanda lingual adanya bentuk TTE

mengungkapkan rasa heran. Dalam tuturan ini P mengungkapkan rasa

heran kepada MT karena prajurit kalah semua.

13. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Terkejut

Tindak tutur mengungkapkan rasa kaget atau terkejut yang diterjadi

karena rasa kaget yang dirasakan oleh penutur terhadap sikap atau tuturan

mitra tutur. Terdapat pada data berikut ini.

Data 29

DC : Hahahaha.. apa aku ora salah krungu? Tenan kuwi?

„hahaha.. apa saya tidak salah dengar? Betul itu?‟

ES : Leres sang Prabu, sowan kula ing ngriki badhe

nyarawidekaken gesang supados dados dhaharipun

Sang Dewata Cengkar.

„Betul sang Prabu, datang saya kesini mau

mengorbankan hidup saya supaya jadi makanannya

Sang Dewata Cengkar.‟

Page 81: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tindak tutur ini dilakukan Dewata Cengkar sebagai P dan Empu

Sangkala sebagai MT. Bentuk TTE mengungkapkan rasa terkejut

terdapat pada hahahaha.. apa aku ora salah krungu? Tenan kuwi?

„Hahaha.. apa saya tidak salah dengar? Betul itu?‟ Kalimat merupakan

penanda lingual adanya TTE mengungkapkan rasa terkejut. Dalam

tuturan ini P mengungkapkan rasa terkejut kepada MT karena

mengatakan kesediaannya untuk menjadi makanannya.

Data 30

DC : Lemah? Njaluk lemah thok. Nggo kuburan? Saiki

miliha lemah sing ngendi?

„Tanah? Hanya minta tanah. Untuk kuburan?

Sekarang pilihlah tanah yang mana?‟

ES : Pundi kemawon hamba purun, ananging siti ingkang

hamba suwun inggih sami kaliyan destar ingkang

hamba beta.

„Yang mana saja mau, tetapi tanah yang saya minta ya

sama seperti destar yang saya bawa.‟

Data diatas dilakukan Dewata Cengkar sebagai P dan Empu

Sangkala sebagai MT. Bentuk TTE mengungkapkan rasa terkejut

terdapat pada lemah? Njaluk lemah thok. Nggo kuburan? Saiki miliha

lemah sing ngendi? „Tanah? hanya minta tanah. Untuk kuburan?

Sekarang pilihlah tanah yang mana?‟ Kalimat tersebut merupakan

penanda lingual adanya TTE mengungkapkan rasa terkejut. Dalam

Page 82: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

tuturan ini P mengungkapkan rasa terkejut kepada MT karena hanya

meminta tanah saja.

Data 31

Sembada : Kakang Dora, lagi wae meneng dadi rerasan.

dipenakake sing lungguh Kakang.

„Kakak Dora, baru saja berhenti dibicarakan,

dienakkan dulu yang duduk Kakak.‟

Dora : Kaya wis prayoga Yayi, Nyai, Nini, padha becik??

„Seperti sudah digariskan Yayi, Nyai, Nini, baik

semua?‟

Tindak tutur ini dilakukan Sembada sebagai P dan Dora sebagai

MT. Pokok pertuturannya adalah Sembada terkejut dengan Dora yang

tiba-tiba datang setelah menjadi pembicaraan. Bentuk TTE

mengungkapkan rasa terkejut ditandai oleh penanda lingual Kakang

Dora, lagi wae meneng dadi rerasan.. dipenakake sing lungguh

Kakang.. „Kakak Dora, baru saja berhenti dibicarakan, dienakkan dulu

yang duduk Kakak.‟

Data 32

Sembada : Yen mengkono Kanjeng Gusti wis mangkat Kakang?

Oh Gusti.

„Kalau begitu Kanjeng Gusti sudah mangkat Kakak?

Oh Gusti.‟

Dora : Kosik ta, crita durung rampung kok dipedhot.

„Sebentar to, cerita belum selesei kok diputus.‟

Page 83: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tindak tutur ini dilakukan Sembada sebagai P dan Dora sebagai

MT. Pokok pertuturannya adalah Sembada terkejut dengan Dora yang

mengira bahwa Ajisaka sudah meninggal. Bentuk TTE

mengungkapkan rasa terkejut terdapat pada yen mengkono Kanjeng

Gusti iwis mangkat Kakang? Oh Gusti. „Kalau begitu Kanjeng Gusti

sudah mangkat Kakak? Oh Gusti.‟ yang merupakan penanda lingual

TTE megungkapkan rasa terkejut.

14. Tindak Tutur mengungkapkan Rasa Jengkel

Tindak tutur mengungkapkan rasa jengkel atau sebal yang terjadi

karena penutur merasa kesal terhadap apa yang dilakukan oleh mitra tutur.

Terdapat pada data berikut ini.

Data 33

DC : Wedi karo aku? Pa dha wedi kowe karo aku? Saiki

piye caramu menungsa-menungsa kuwi kudu mbok

cekel, lebokne kandhang kanggo badhoganku, padha

mbisu ngapa dha njawaba!

„Takut dengan saya? Apa kalian takut dengan saya?

Sekarang bagaimana caramu manusia-manusia itu

harus kamu tangkap, masukkan kandang untuk

makananku, kok membisu kenapa ayo jawab!‟

Punggawa : Nggih Kyaine

„Ya Kyai.‟

Page 84: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Data tersebut dilakukan Dewata Cengkar sebagai P dan

Punggawa sebagai MT. Bentuk TTE mengungkapkan rasa jengkel

terdapat pada wedi karo aku? Pa dha wedi kowe karo aku? Saiki piye

caramu menungsa-menungsa kuwi kudu mbok cekel, lebokne

kandhang kanggo badhoganku, padha mbisu ngapa dha njawaba!

„Takut dengan saya? Apa kalian takut dengan saya? Sekarang

bagaimana caramu manusia-manusia itu harus kamu tangkap,

masukkan kandang untuk makananku, kok membisu kenapa ayo

jawab!‟ Dalam tuturan ini P mengungkapkan rasa jengkel kepada MT

karena mereka takut dan tidak berhasil menangkap para manusia

untuk makan Dewata Cengkar.

Data 34

Niken Raras : Ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra

menakke ngene kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak

leren sik, mengko yen aku semaput piye coba?

„Tidak-tidak Bu, orang tempat sudah sempit tidak

enak begini kok. Panas ini lho Bu, panas, saya

istirahat dulu, nanti kalau saya pingsan bagaimana

coba?‟

Ny. Sagopi : Oalah Beng-beng, kapan kowe ki yen tak kongkon

ora nganggo semaur ngono kuwi? Mbok ya kaya

mbakyumu kuwi, meneng ning rikat yen kon tandhang

gawe.

Page 85: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

„Oalah beng-beng, kapan kamu itu kalau disuruh tidak

pakai menjawab seperti itu?! Coba seperti kakakmu

itu, diam tapi cekatan kalau disuruh bekerja.‟

Tindak tutur ini dilakukan Niken Raras sebagai P dan Nyai

Sagopi sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Niken Raras jengkel

dengan Nyai Sagopi yang selalu menyuruh-nyuruh untuk pergi.

Bentuk TTE mengungkapkan rasa jengkel ditandai oleh penanda

lingual ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra menakke

ngene kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak leren sik, mengko yen aku

semaput piye coba? „Tidak-tidak Bu, orang tempat sudah sempit tidak

enak begini kok. Panas ini lho Bu, panas, saya istirahat dulu, nanti

kalau saya pingsan bagaimana coba?‟

Data 35

N. Raras : Sing pidhato pun sami rampung Den? Mangga lho

nek tesih ajeng nyambung.

„Yang pidato sudah selesai Den? Silakan lho kalau

masih mau dilanjutkan.‟

Ny. Sagopi : Woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong

tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo..

„Woo anak setan benar kamu itu, dikasih tahu orang

tua kok malah ngeyel, sudah Mar, ayo ditinggal saja

yo.‟

Data 35 dilakukan Nyai Sagopi sebagai P dan Niken Raras

sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Nyai Sagopi jengkel dengan

Page 86: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Niken Raras yang menurutnya susah untuk diberitahu. Bentuk TTE

mengungkapkan rasa jengkel ditandai oleh penanda lingual woo anak

setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong tuwa kok malah ngeyel, wis

Mar, ayo tinggal wae yo.. „Woo anak setan benar kamu itu, dikasih

tahu orang tua kok malah ngeyel, sudah Mar, ayo ditinggal saja yo.‟

Data 36

Sembada : Yen kaya mangkono aku mung sakdrema ngladeni!

Kowe sing miwiti!

„Kalau begitu saya hanya bisa meladeni! Kamu yang

memulai!‟

Dora : Murang tata, nantang wong tuwa kowe!

„Kurang ajar, nantang orang tua kamu!‟

Tindak tutur diatas dilakukan Sembada sebagai P dan Dora

sebagai MT. Bentuk TTE mengungkapkan rasa jengkel terdapat pada

yen kaya mangkono aku mung sakdrema ngladeni! Kowe sing miwiti!

„Kalau begitu saya hanya bisa meladeni! Kamu yang memulai!‟

Kalimat tersebut merupakan penanda lingual adanya TTE

mengungkapkan rasa jengkel. Dalam tuturan ini P mengungkapkan

rasa jengkel kepada MT karena tantangan perang yang diucapkannya.

15. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Marah

Tindak tutur mengungkapkan rasa marah yang terjadi karena perasaan

sangat tidak senang mitra tutur terhadap sikap penutur, dan karena rasa takut

yang dirasakan penutur terhadap apa yang sedang dilakukan mitra tutur.

Page 87: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Tindak tutur ekspresif mengungkapkan rasa marah terdapat pada data berikut

ini.

Data 37

DC : Ketiwasan piye? Cangkirmu ki sing cetha yen

kandha! Rasah prembak-prembik, bedhes kowe!

„Lupa bagaimana? Mulutmu yang jelas kalau bicara!

Tidak usah berkaca-kaca, monyet kamu!‟

Pth. Kar.Keleng : Lha tibae niku, wewengkon ing Medhang Kamulan

ngriki mpun sepi menungsa. Sing tesih ambegan, dha

minggat ngungsi, sebab ajrih yen ajeng didhahar

Kyaine.

„Lha ternyata, daerah Medhang Kamulan situ sudah

sepi manusia. Yang masih bernapas pergi mengungsi,

sebab takut kalau mau dimakan Kyai.‟

Data 37 merupakan TTE mengungkapkan rasa marah ditandai

oleh penanda lingual ketiwasan piye? Cangkirmu ki sing cetha yen

kandha! Rasah prembak-prembik, bedhes kowe! „Lupa bagaimana?

Mulutmu yang jelas kalau bicara! Tidak usah berkaca-kaca, monyet

kamu!!‟ Dalam tuturan ini P mengungkapkan rasa marah kepada MT

karena tidak segera berbicara mengenai keadaan yang terjadi di

Medhang Kamulan.

Data 38

Punggawa : Nggih Kyaine

„Ya Kyai.‟

Page 88: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

DC : Nggah-nggih nggah-nggih, ndang dha minggata!

„Iya-iya iya-iya, cepat kalian pergi sana!‟

Tindak tutur tersebut merupakan TTE mengungkapkan rasa

marah dengan ditandai oleh penanda lingual nggah-nggih nggah-

nggih, ndang dha minggata! „Iya-iya iya-iya, cepat kalian pergi sana!‟

Dalam tuturan ini P mengungkapkan rasa marah kepada MT karena

tidak segera pergi melaksanakan perintah yang telah disampaikan.

Data 39

Margiyati : Titenana yen eneng apa-apa, aku ro simbok ra

tanggung!

„Lihat saja kalau ada apa-apa, saya dan ibu tidak

menanggung!‟

N. Raras : Ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe.

Nyet aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba

yen bapak isih ana.

„Tidak menjamin ya tidak menjamin, saya

tanggungnya sendiri. Memang saya dari dulu yang

jadi nomor dua kok. Coba kalau bapak masih ada.‟

Data diatas merupakan bentuk TTE mengungkapkan rasa marah

yang ditandai oleh penanda lingual titenana yen eneng apa-apa, aku

ro simbok ra tanggung! „Lihat saja kalau ada apa-apa, saya dan ibu

tidak menanggung!‟ Dalam tuturan ini P mengungkapkan rasa marah

kepada MT karena susah untuk diberitahu.

Page 89: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Data 40

DC : Dha ngapa iki? Pa kowe dha ra ngerti aku wes

luwe?

„Apa yang kalian lakukan? Apa tidak tahu kalau saya

sudah lapar?‟

Kar. Keleng : Anu.

„Anu.‟

Tindak tutur ini dilakukan Dewata Cengkar sebagai P dan Patih

Karang Keleng sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Dewata

Cengkar marah kepada Patih Karang Keleng tidak paham bahwa

dirinya sudah lapar. Bentuk TTE mengungkapkan rasa marah ditandai

oleh penanda lingual dha ngapa iki? Pa kowe dha ra ngerti aku wes

luwe? „Apa yang kalian lakukan? Apa tidak tahu kalau saya sudah

lapar?‟

Data 41

Dora : Sembada! Yen kaya mangkono mau tegese kowe

ngina marang kaluhuraning Kanjeng Gusti ya sang

Prabu Aji Saka. Pangkatmu kuwi apa he? Rak mung

gedibal ta! Gene wani-wani ngereh ratu!

„Sembada! Kalau seperti itu artinya kamu menghina

keluhuran Kanjeng Gusti ya sang Prabu Aji Saka.

Pangkatmu itu apa he? Hanya pengikut kan? Kok

berani-berani menghina raja!‟

Page 90: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Sembada : Kakang, genea si Kakang nesu? Aku rak mung

nuhoni dawuh lan janji. Apa wae sing bakal

tumempuh iki tak rungkebi!

„Kakak, kenapa si Kakak marah? Saya hanya

melaksanakan perintah dan janji. Apa saja yang bakal

saya tempuh saya jalani.‟

Tindak tutur ini dilakukan Dora sebagai P dan Sembada sebagai

MT. Pokok pertuturannya adalah Dora yang marah karena

menurutnya perkataan Sembada menghina sang Aji Saka. Bentuk TTE

mengungkapkan rasa marah terdapat Sembada! Yen kaya mangkono

mau tegese kowe ngina marang kaluhuraning Kanjeng Gusti ya sang

Prabu Aji Saka. Pangkatmu kuwi apa he? Rak mung gedibal ta! Gene

wani-wani ngereh ratu! „Sembada! Kalau seperti itu artinya kamu

menghina keluhuran Kanjeng Gusti ya sang Prabu Aji Saka.

Pangkatmu itu apa he? Hanya pengikut kan? Kok berani-berani

menghina raja!‟ sebagai penanda lingualnya.

Data 42

Dora : Wis menenga! Cekake yen pusaka ora kok

pasrahake sarana aris, bakal tak rebut kanthi cara

rudapeksa!

„Sudah diamlah! Gampangnya kalau pusaka tidak

diserahkan dengan cara baik, akan saya rebut dengan

cara paksa!‟

Page 91: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Sembada : Yen mangkono aku mung sakdrema ngladeni! Kowe

sing miwiti!

„Kalau begitu saya hanya bisa meladeni! Kamu yang

memulai!‟

Data 42 merupakan bentuk TTE mengungkapkan rasa marah

dengan penanda lingual wis menenga! Cekake yen pusaka ora kok

pasrahake sarana aris, bakal tak rebut kanthi cara rudapeksa! „Sudah

diamlah! Gampangnya kalau pusaka tidak diserahkan dengan cara

baik, akan saya rebut dengan cara paksa!‟ Dalam tuturan ini P

mengungkapkan rasa marah kepada MT karena tidak segera

memberikan pusaka dan mengancam akan mengambil secara paksa.

Data 43

Dora : Murang tata, nantang wong tuwa kowe!

„Kurang ajar, menantang orang tua kamu!‟

Tindak tutur ini dilakukan Dora sebagai P dan Sembada sebagai

MT. Pokok pertuturannya adalah Dora yang marah karena Sembada

yang menantangnya untuk berkelahi. Bentuk TTE mengungkapkan

rasa marah ditandai oleh penanda lingual murang tata, nantang wong

tuwa kowe! „Kurang ajar, menantang orang tua kamu!‟

Page 92: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

16. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Bangga

Tindak tutur mengungkapkan rasa bangga yang terjadi karena penutur

merasa mempunyai keunggulan dibandingkan orang lain. Terdapat pada data

berikut ini.

Data 44

DC : Mbok apakne celenge?

„Kamu apakan babi hutannya?‟

Punggawa I : Inggih, kula mbadhog celeng, sirahe kula keprukne

watu gilang, ambyar Kyaine. Polone kula dheruki,

lalapane godhong kecubung, cemilan klabang dipepe,

uenak tenan. hwahwahwahwahwahwa

„Iya, saya makan babi hutannya, kepalanya saya pukul

dengan batu, remuk Kyai. Otaknya saya ambil,

lalapannya daun kecubung, camilannya kelabang

dijemur, enak banget. hahahahahaha.‟

DC : Hahahahaha… Kowe, nguntal apa?

„Hahaha… Kamu, makan apa?‟

Data tersebut dilakukan Punggawa I sebagai P dan Dewata

Cengkar sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Punggawa I yang

bangga dengan makanan dan cara memakannya, dia memakan babi

hutan, kelabang serta daun kecubung. Bentuk TTE mengungkapkan

rasa bangga ditandai oleh penanda lingual inggih, kula mbadhog

celeng, sirahe kula keprukne watu gilang, ambyar Kyaine. Polone

kula dheruki, lalapane godhong kecubung, cemilan klabang dipepe,

Page 93: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

uenak tenan.. hwahwahwahwahwahwa… „Iya, saya makan babi

hutannya, kepalanya saya pukul dengan batu, remuk Kyai. Otaknya

saya ambil, lalapannya daun kecubung, camilannya kelabang dijemur,

enak banget.. hahahahahaha…‟

Data 45

Dora : Lha yo iki perluku teka ing dukuh Bakalan kene.

Kanjeng Gusti Empu Sangkala wiwit dina kuwi

kawinisuda dening Dewa jumeneng nata Medhang

Kamulan jejuluk Prabu “AJISAKA”.

„Lha ya ini perlu saya datang di dukuh Bakalan sini.

Kanjeng Gusti Empu Sangkala mulai hari itu disahkan

oleh Dewa memimpin Medhang Kamulan dijuluki

Prabu “AJISAKA”.‟

Sembada, Sagopi, anak-anak : We lha sukur, nyata bakal ana

peradaban anyar ing pulo kene.

„Ya syukur, nyata akan ada peradaban baru di pulau

ini.‟

Data 45 dilakukan Sembada, Nyai Sagopi dan anak-anaknya

sebagai P dan Dora sebagai MT. Bentuk TTE mengungkapkan rasa

bangga ditandai oleh penanda lingual we lha sukur, nyata bakal ana

peradaban anyar ing pulo kene. „Ya syukur, nyata akan ada peradaban

baru di pulau ini.‟ Dalam tuturan ini P mengungkapkan rasa bangga

karena Empu Sangkala berhasil mengalahkan Dewata Cengkar dan

Page 94: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

disahkan oleh Dewa untuk memimpin Medhang Kamulan sehingga

akan ada peradaban baru.

17. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Malu

Tindak tutur mengungkapkan rasa malu yang terjadi karena penutur

merasa sangat tidak enak hati terhadap mitra tutur. Terdapat pada data berikut

ini.

Data 46

BA : Kepriye kok kita nganti kekilapan? Dupeh darbe

panguwasa kita lali marang janji-janjimu dhewe

marang kawulamu dhewe. Kepriye kita iku?

„Bagaimana kok kamu sampai lupa? Mentang-

mentang punya kekuasaan kamu lupa terhadap janji-

janjimu sendiri kepada rakyatmu sendiri, bagaimana

kamu itu?‟

Aji Saka : Ingkang rama pukulun pikajengaken kados pundi?

„Yang bapak guru inginkan seperti apa?‟

Tindak tutur ini dilakukan Bathara Anggajali sebagai P dan Aji

Saka sebagai MT. Bentuk TTE mengungkapkan rasa malu ditandai

oleh penanda lingual kepriye kok kita nganti kekilapan? Dupeh darbe

panguwasa kita lali marang janji-janjimu dhewe marang kawulamu

dhewe. Kepriye kita iku? „Bagaimana kok kamu sampai lupa?

Mentang-mentang punya kekuasaan kamu lupa terhadap janji-janjimu

sendiri kepada rakyatmu sendiri, bagaimana kamu itu?‟ Dalam tuturan

Page 95: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

ini P mengungkapkan rasa malu karena muridnya yaitu Aji Saka

dinilai telah lalai dengan janji-janjinya sendiri kepada rakyatnya.

18. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Takut

Tindak tutur mengungkapkan rasa takut yang terjadi karena perasaan

takut penutur terhadap sesuatu. Terdapat pada data berikut ini.

Data 47

Nyai Sagopi : Wuk, ayo ta! Mbok rada cepet sing mlaku, mengko

yen kecekel gedibale Dewata Cengkar simbok ra melu

tanggung lho ya.

„Nak, ayo! Cepat sedikit yang jalan, nanti kalau

tertangkap anak buahnya Dewata Cengkar ibu tidak

ikut menanggung lho ya.‟

Niken Raras : Ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra

menakke ngene kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak

leren sik, mengko yen aku semaput piye coba?

„Tidak-tidak Bu, orang tempatnya sudah sempit

tidak mengenakkan gini kok. Panas ini lho Bu, panas.

Saya istirahat sebentar, nanti kalau pingsan

bagaimana coba?‟

Tindak tutur ini dilakukan Nyai Sagopi sebagai P dan Niken

Raras sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Nyai Sagopi yang

ketakutan jika ditangkap oleh anak buah Dewata Cengkar. Bentuk

TTE mengungkapkan rasa takut ditandai oleh penanda lingual wuk,

Page 96: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

ayo ta! Mbok rada cepet sing mlaku, mengko yen kecekel gedibale

Dewata Cengkar simbok ra melu tanggung lho ya. „Nak, ayo! Cepat

sedikit yang jalan, nanti kalau tertangkap anak buahnya Dewata

Cengkar ibu tidak ikut menanggung lho ya.‟

Data 48

Margiyati : Kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah mbejijat.

Simbok wis kelangan bapak merga dipangan Dewata

Cengkar, aja nganti simbok kelangan maneh.

„Kamu itu, anak kecil disayangi malah bertingkah. Ibu

sudah kehilangan bapak karena dimakan Dewata

Cengkar, jangan sampai ibu kehilangan lagi.‟

Data 48 merupakan bentuk TTE mengungkapkan rasa takut

dengan ditandai oleh penanda lingual Simbok wis kelangan bapak

merga dipangan Dewata Cengkar, aja nganti simbok kelangan

maneh. „Ibu sudah kehilangan bapak karena dimakan Dewata

Cengkar, jangan sampai ibu kehilangan lagi.‟ Dalam tuturan ini P

mengungkapkan rasa takut kepada MT karena dia takut kalau adiknya

menjadi korban Dewata Cengkar seperti ayahnya dulu.

Data 49

Ny. Sagopi : Tulung… tulung… ampun Den.

„Tolong…tolong… jangan Den.‟

Tindak tutur diatas dilakukan Nyai Sagopi sebagai P dan

Punggawa Dewata Cengkar sebagai MT. Bentuk TTE

mengungkapkan rasa takut ditandai oleh penanda lingual tulung…

Page 97: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

tulung… ampun Den… „Tolong…tolong… jangan Den.‟ Dalam

tuturan ini P mengungkapkan rasa takut kepada MT karena dia telah

tertangkap oleh anak buah Dewata Cengkar.

Data 50

N. Raras : Ampun Den, kula tesih pengin urip.

„Jangan Den, saya masih ingin hidup.‟

Pth. Kar. keleng : Hwhahahaha… bengak-bengoka nganti telakmu

njepat ora bakal ana sing wani nulungi. Yen ana

malah kepeneran, bisa tak cekel kanggo tandho

badhogane Kyaine, ndang ditali seret gawa bali cah!

„Hahahaha.. teriak-teriak saja sampai

kerongkonganmu keluar tidak bakal ada yang berani

menolong. Kalau ada malah kebetulan, bisa saya

tangkap untuk cadangan makanan Kyai, cepet ditali

seret bawa balik nak!‟

Data 50 merupakan bentuk TTE mengungkapkan rasa takut

dengan ditandai oleh penanda lingual ampun Den,, kula tesih pengin

urip.. „Ampun Den, saya masih ingin hidup.‟ Dalam tuturan ini P

mengungkapkan rasa takut kepada MT yang telah menangkapnya.

Data 51

Punggawa 1 : Karep kula, sakderenge dibadhog kalih kyaine, rak

luwih prayoga awake dhewe dhisik sing mbadhog,

mbadhog penake cah ayu-ayu niki, nek mboke ditali

ten uwit niku sik pripun?

Page 98: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

„Keinginan saya, sebelum dimakan kyai, alangkah

lebih baik kita dulu yang memakan, memakan

enaknya anak cantik-cantik ini, kalau ibunya ditali

dipohon itu dulu bagaimana?‟

Ny. Sagopi : Ampun Den, ampuuuun.

„Jangan Den, jangan.‟

Tindak tutur ini dilakukan Nyai Sagopi sebagai P dan

Punggawa I sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Nyai Sagopi

takut karena tertangkap oleh punggawa I Bentuk TTE

mengungkapkan rasa takut terdapat Ampun Den, ampuuuun. „Jangan

Den, jangan.‟ Yang merupakan penanda lingual adanya TTE

mengungkapkan rasa takut. Dalam tuturan ini P mengungkapkan rasa

takut kepada MT yang telah menangkapnya.

19. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Simpati

Tindak tutur mengungkapkan rasa simpati yang terjadi karena rasa

keikutsertaan penutur merasakan perasaan sedih yang sedang dirasakan oleh

mitra tutur. Terdapat pada data berikut ini.

Data 52

Ny. Sagopi : Ampun dipikir abot-abot, mengke yen urusane pun

rampung rak ndang wangsul utawi paring kabar.

„Jangan dipikir terlalu berat, nanti kalau urusannya

sudah selesai juga akan kembali atau memberi kabar.‟

Sembada : Ya muga-muga wae ora ana apa-apa Nyai.

Page 99: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

„Ya semoga saja tidak ada apa-apa Nyai.‟

Data diatas merupakan bentuk TTE mengungkapkan rasa

simpati yang ditandai oleh ampun dipikir abot-abot, mengke yen

urusane pun rampung rak ndang wangsul utawi paring kabar. „Jangan

dipikir terlalu berat, nanti kalau urusannya sudah selesai juga akan

kembali atau memberi kabar.‟ Dalam tuturan ini P mengungkapkan

rasa simpati kepada MT yang sedang memikirkan tentang keadaan

empu Sangkala yang sedang berada di Medhang Kamulan.

Data 53

Ajisaka : Mugi jagad anyekseni, wiwit dinten menika kula

badhe damel prasasti kangge ngengeti lelabuhanipun

Dora lan Sembada, WONTEN UTUSAN, PERANG

TANDHING, SADAYA UNGGUL, SADAYA GUGUR.

„Semoga jagad menjadi saksi, mulai hari ini saya akan

membuat prasasti untuk mengenang perjalanan Dora

dan Sembada, ADA UTUSAN, PERANG

TANDING, SEMUA MENANG, SEMUA GUGUR.‟

Dewa-dewi : Ulun hanyekseni kulub..

„Kami menjadi saksi.‟

Data 53 merupakan bentuk TTE mengungkapkan rasa simpati

yang ditandai oleh penanda lingual Ulun hanyekseni kulub.. „Kami

menjadi saksi.‟ Dalam tuturan ini P mengungkapkan rasa simpati

kepada MT yang sedang membuat sebuah prasasti.

Page 100: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

20. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Kecewa

Tindak tutur mengungkapkan rasa kecewa yang terjadi karena rasa

kecil hati penutur terhadap apa yang dilakukan oleh mitra tutur. Terdapat

pada data berikut ini.

Data 54

Ny. Sagopi : Oalah Beng-beng, kapan kowe ki yen tak kongkon

ora nganggo semaur ngono kuwi? Mbok ya kaya

mbakyumu kuwi, meneng ning rikat yen kon tandhang

gawe.

„Oalah Beng-beng, kapan kamu itu kalau disuruh

tidak pakai menjawab seperti itu? Coba seperti

kakakmu itu, diam tapi cekatan kalau disuruh

bekerja.‟

Niken Raras : Kesel ki lho Mbok.

„Capek ini lho Bu.‟

Tindak tutur ini dilakukan Nyai Sagopi sebagai P dan Niken

Raras sebagai MT. Bentuk TTE mengungkapkan rasa kecewa terdapat

oalah Beng-beng, kapan kowe ki yen tak kongkon ora nganggo

semaur ngono kuwi? Mbok ya kaya mbakyumu kuwi, meneng ning

rikat yen kon tandhang gawe. „Oalah Beng-beng, kapan kamu itu

kalau disuruh tidak pakai menjawab seperti itu? Coba seperti kakakmu

itu, diam tapi cekatan kalau disuruh bekerja.‟ Kalimat tersebut

merupakan penanda lingual adanya TTE mengungkapkan rasa

Page 101: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

kecewa. Dalam tuturan ini P mengungkapkan rasa kecewa kepada MT

yang selalu menunda perintah yang dia berikan.

B. Fungsi Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan

Ketoprak Lakon Mardhika Jawa Dwipa

Tindak tutur ekspresif memiliki fungsi antara lain yaitu : berterimakasih,

memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir, mengkritik,

meminta maaf, mengejek, menyayangkan, mengungkapkan rasa heran,

mengungkapkan rasa terkejut, mengungkapkan rasa kengkel, mengungkapkan

rasa marah, mengungkapkan rasa bangga, mengungkapkan rasa malu,

mengungkapkan rasa takut, mengungkapkan rasa simpati dan mengungkapkan

rasa kecewa. Setiap tindak tutur menghasilkan efek dari mitra tutur yang berbeda.

Hal ini dipengaruhi oleh adanya tindak ilokusi dan tindak perlokusi yang terdapat

dalam masing-masing tuturan. Berikut ini merupakan paparan tentang fungsi

tindak tutur ekspresif yang terjadi dalam pementasan ketoprak Lakon Mardhika

Jawa Dwipa.

1. Tindak Tutur Berterimakasih

Data 1

Margiyati :Sang Empu, niki unjukane diunjuk riyin.

„Sang Empu, ini minumannya diminum dulu.‟

Sembada : Matur nuwun Nini, kira-kira kepriye kahanane sang

Empu Nini?

Page 102: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

„Terimakasih Nini, kira-kira bagaimana keadaan sang

Empu Nini?‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Margiyati dan

Sembada. TTE dengan fungsi berterima kasih dilakukan oleh Sembada

ditemukan dalam tuturan Matur nuwun Nini, kira-kira kepriye kahanane sang

Empu Nini? „Terimakasih Nini, kira-kira bagaimana keadaan sang Empu

Nini?‟, Sembada berterimakasih kepada Margiyati yang telah menghidangkan

segelas minuman.

2. Tindak Tutur Memuji

Data 2

BA : Kulub, mangertia menawa ngrembakaning angkara

murka ing lumahing bumi kurebing langit kudu

enggal disirep. Jejibahan kang abot iki, dening para

Dewa dipasrahake marang kowe ngger. Ngelingi

marang manthenging panembahmu, luhuring

kasektenmu, lan sira sanyata satria mudha pinilih

kang bangkit nguwasani lan kawasa ngendhih ubaling

hawa kanepson. Buktine sira ora pasrah godhaning

asmaradahana.

„Nak, mengertilah bahwa merajalelanya angkara

murka di bumi dan langit harus segera dihentikan.

Perkara yang berat ini, oleh para Dewa dipasrahkan

kepadamu nak, mengingat pada tegaknya niatmu,

Page 103: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

tingginya kesaktianmu dan kamu adalah satria muda

terpilih yang bangkit menguasai dan berkuasa

menggeser kemelutnya hawa nafsu. Buktinya kamu

tidak tergoda api asmara‟

Sukma : Lajeng keparenging para Jawata kula kedah

tumindak kados pundi?

„Lalu oleh para Dewa saya harus bertindak seperti

apa?‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Bathara

Anggajali dan Suksma. TTE dengan fungsi memuji dilakukan oleh Sembada

ditemukan dalam tuturan kulub, mangertia menawa ngrembakaning angkara

murka ing lumahing bumi kurebing langit kudu enggal disirep. Jejibahan

kang abot iki, dening para Dewa dipasrahake marang kowe ngger. Ngelingi

marang manthenging panembahmu, luhuring kasektenmu, lan sira sanyata

satria mudha pinilih kang bangkit nguwasani lan kawasa ngendhih ubaling

hawa kanepson. Buktine sira ora pasrah godhaning asmaradahana. „Nak,

mengertilah bahwa merajalelanya angkara murka di bumi dan langit harus

segera dihentikan. Perkara yang berat ini, oleh para Dewa dipasrahkan

kepadamu nak, mengingat pada tegaknya niatmu, tingginya kesaktianmu dan

kamu adalah satria muda terpilih yang bangkit menguasai dan berkuasa

menggeser kemelutnya hawa nafsu. Buktinya kamu tidak tergoda api asmara‟,

Batara Anggajali memuji Suksma yang berpendirian dan berjiwa mulia

sehingga dia tidak sampai tergoda oleh hawa nafsu dan api asmara oleh

karena itu para Dewa memberinya tugas menumpasangkara murka di dunia.

Page 104: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

MT melakukan TP dengan menjawab lajeng keparenging para Jawata kula

kedah tumindak kados pundi? „Terus oleh para Dewa saya harus bertindak

seperti apa?‟

3. Tindak Tutur Menolak

Data 3

Sembada : Keparenga pun apatik nyawisaken sedaya

kabetahan ingkang kaperlokaken ing margi mangke.

„Bolehkah sebentar menyiapkan semua kebutuhan

yang dibutuhkan dijalan nanti.‟

ES : Ora perlu Sembada, sakcukupe wae. Mangertia

menawa lakune awake dhewe mengko kajangkung

dening para Dewa. Mula ayo, saiki uga enggal

budhal tumuju pulo Jawa.

„Tidak perlu Sembada, secukupnya saja, mengertilah

bahwa perjalanan kita nanti dilindungi oleh para

Dewa. Maka ayo, sekarang juga cepat berangkat

menuju pulau Jawa.‟

Data tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Sembada dan Empu

Sangkala. TTE dengan fungsi menolak dilakukan oleh Empu Sangkala

ditemukan dalam tuturan ora perlu Sembada, sakcukupe wae. Mangertia

menawa lakune awake dhewe mengko kajangkung dening para Dewa. Mula

ayo, saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa. „Tidak perlu Sembada,

secukupnya saja, mengertilah bahwa perjalanan kita nanti dilindungi oleh

Page 105: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

para Dewa. Maka ayo, sekarang juga cepat berangkat menuju pulau Jawa.‟

Empu Sangkala menolak Sembada yang akan menyiapkan segala keperluan

yang akan digunakan dalam perjalanannya menuju Medhang Kamulan,

karena menurutnya perjalanannya nanti telah dilindungi oleh para Dewa.

4. Tindak Tutur Menyalahkan

Data 4

Margiyati : Titenana yen eneng apa-apa, aku ro simbok ra

tanggung!

„Awas kalau ada apa-apa, saya dan ibu tidak

menanggung!‟

N. raras : Ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe.

Nyet aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba

yen bapak isih ana.

„Tidak menjamin ya tidak menjamin kok, saya

tanggung sendiri. Memang saya dari dulu yang nomer

dua kok. Coba kalau bapak masih ada.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Margiyati dan

Niken Raras. TTE dengan fungsi menyalahkan dilakukan oleh Niken Raras

ditemukan dalam tuturan ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe.

Nyet aku i ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen bapak isih ana..

„Tidak menjamin ya tidak menjamin kok, saya tanggung sendiri. Memang

saya dari dulu yang nomer dua kok. Coba kalau bapak masih ada.‟ Niken

Raras menyalahkan ibunya yang menurutnya tidak pernah menghargai

Page 106: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

dirinya seperti anaknya yang lain. Niken Raras menganggap dirinya selalu

dinomor duakan.

Data 5

N. raras : Ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe.

Nyet aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba

yen bapak isih ana.

„Tidak menjamin ya tidak menjamin kok, saya

tanggung sendiri. Memang saya dari dulu yang nomer

dua kok. Coba kalau bapak masih ada.‟

Margiyati : Kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah mbejijat.

Simbok wis kelangan bapak merga dipangan dewata

cengkar, aja nganti simbok kelangan maneh.

„Kamu itu, anak kecil disayangi malah bertingkah. Ibu

sudah kehilangan bapak karena dimakan Dewata

Cengkar, jangan sampai ibu kehilangan lagi.‟

Data 5 tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Margiyati dan Niken

Raras. TTE dengan fungsi menyalahkan dilakukan oleh Margiyati ditandai

dengan penanda lingual kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah mbejijat.

„Kamu itu, anak kecil disayangi malah bertingkah.‟ Margiyati menyalahkan

Niken Raras yang menurutnya sudah disayangi olehnya tetapi terlalu banyak

tingkah yang akan mengancam keselamatannya dan keluarganya.

Page 107: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Data 6

Margiyati : Ki mau merga kowe Ken.

„Ini gara-gara kamu Ken.‟

Tindak tutur diatas dilakukan oleh dua orang yaitu Margiyati. TTE

dengan fungsi menyalahkan dilakukan oleh Margiyati ditemukan dalam

tuturan ki mau merga kowe Ken. „Ini gara-gara kamu Ken.‟ Margiyati

menyalahkan Niken Raras yang karena Niken Raras sehingga dia beserta

Niken Raras dan Nyai Sagopi tertangkap oleh prajurit dewata cengkar.

Data 7

N. Raras : Jeneng kula Niken Raras, anake simbok sing paling

digethingi.

„Nama saya Niken Raras, anaknya ibu yang paling

dibenci.‟

Margiyati : Bola-bali cah gemblung, mbok eling lelakon ana

dalan mau jan-jane sing nyebabake kowe awit saka

patrapmu sing kaya bocah cilik..

„Dasar anak tolol, coba ingat kejadian di jalan tadi

sebetulnya yang menyebabkan kamu karena sikapmu

yang seperti anak kecil.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu niken Raras dan

Margiyati. TTE dengan fungsi menyalahkan dilakukan oleh Margiyati

ditemukan dalam tuturan bola-bali cah gemblung, mbok eling lelakon ana

dalan mau jan-jane sing nyebabake kowe awit saka patrapmu sing kaya

bocah cilik.. „Dasar anak tolol, coba ingat kejadian di jalan tadi sebetulnya

Page 108: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

yang menyebabkan kamu karna sikapmu yang seperti anak kecil.‟ Margiyati

menyalahkan Niken Raras yang karena beranggapan bahwa dia anak yang

paling dibenci oleh ibunya dan menyalahkan sikapnya tadi di jalan sehingga

tertangkap oleh prajurit Dewata Cengkar.

5. Tindak Tutur Mencurigai

Data 8

BA : Apa jeneng kita lali marang watake si Dora kang

kurang jujur, lan sok goroh. Banjur eling-elingen

welingmu dhewe marang si Sembada nalika kita

bakal budhal menyang Medhang Kamulan kene..

„Apa kamu lupa terhadap wataknya si Dora yang

kurang jujur, dan kadang bohong. Kemudian ingat-

ingatlah pesanmu sendiri kepada si Sembada ketika

kamu akan berangkat ke Medhang Kamulan sini.‟

Aji Saka : Adhuh, kula kalimput rama. Dora, Sembada,

entenana aku.

„Aduh, saya lupa bapak, Dora, Sembada, tunggulah

aku.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Bathara

Anggajali dan Aji Saka. TTE dengan fungsi mencurigai dilakukan oleh

Bathara Anggajali ditemukan dalam tuturan apa jeneng kita lali marang

watake si Dora kang kurang jujur, lan sok goroh. Banjur eling-elingen

welingmu dhewe marang si Sembada nalika kita bakal budhal menyang

Page 109: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Medhang Kamulan kene. „Apa kamu lupa terhadap wataknya si Dora yang

kurang jujur, dan kadang bohong. Kemudian ingat-ingatlah pesanmu sendiri

kepada si Sembada ketika kamu akan berangkat ke Medhang Kamulan sini.‟

Batara Anggajali menyampaikan kepada Aji Saka bahwa dia mencurigai sifat

Dora yang kurang jujur dan kadang bohong. MT melakukan TP dengan

menjawab Adhuh, kula kalimput rama. Dora, Sembada, entenana aku. „Aduh,

saya lupa bapak, Dora, Sembada, tunggulah aku.‟

6. Tindak Tutur Menuduh

Data 9

Dora : Sembada…mosok kowe ora percaya karo aku?

Aku uga mung netebi dhawuhe Kanjeng Gusti, yen

nganti aku ora bisa nuhoni, iba wirangku Sembada.

„Sembada. Apakah kamu tidak percaya dengan saya?

Saya juga cuma melaksanakan tugas dari kanjeng

gusti, kalau sampai saya tidak bisa melaksanakan

hancur nasibku Sembada.‟

Sembada : Nanging aku uga nuhoni dhawuh Kakang. apa

mengkene wae Kakang, si Kakang bali meneh

menyang Medhang Kamulan lan matur marang

Kanjeng Gusti apa kang tak aturake kabeh mau. Apa

yen perlu karo aku.

„Tetapi saya juga melaksanakan tugas Kakak, apa

begini saja Kakak, Kakak kembali lagi ke Medhang

Page 110: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Kamulan dan bicara kepada Kanjeng Gusti apa yang

saya sampaikan semuanya tadi. Apa kalau perlu

bersama dengan saya.‟

Data diatas dilakukan oleh dua orang yaitu Dora dan Sembada. TTE

dengan fungsi menuduh dilakukan oleh Dora ditandai oleh penanda lingual

Sembada…mosok kowe ora percaya karo aku? „Sembada. Apakah kamu

tidak percaya dengan saya?‟ Dora menuduh Sembada yang tidak percaya

kepadanya. MT melakukan TP dengan menjawab Nanging aku uga nuhoni

dhawuh Kakang, apa mengkene wae Kakang, si Kakang bali meneh menyang

Medhang Kamulan lan matur marang kanjeng gusti apa kang tak aturake

kabeh mau. Apa yen perlu karo aku. „Tetapi saya juga melaksanakan tugas

Kakak, apa begini saja Kakak, Kakak kembali lagi ke Medhang Kamulan dan

bicara kepada Kanjeng Gusti apa yang saya sampaikan semuanya tadi. Apa

kalau perlu bersama dengan saya.‟

7. Tindak Tutur Menyindir

Data 10

Dewata Cengkar (DC): Heee… padha ngapa iki?

„Heee..apa yang kalian lakukan?‟

Punggawa : Leren Kyaine

„Istirahat Kyai‟

DC : Leren? dha tak kon ngapa ya, tak kon ngapa?

Mbisu kabeh, padha wis nguntal kowe? Nguntal

urung?

Page 111: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

„Istirahat? Kalian saya suruh apa ya, saya suruh apa?

Diam semua, saudah makan semua kamu? Makan

belum?‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Dewata Cengkar

dan Prajuritnya. TTE dengan fungsi menyindir dilakukan oleh Dewata

Cengkar ditemukan dalam tuturan leren? dha tak kon ngapa ya,, tak kon

ngapa? „Istirahat? Kalian saya suruh apa ya, saya suruh apa?‟ Dewata

Cengkar menyindir para prajuritnya yang tidak bekerja tetepi malah enak-

enak beristirahat.

Data 11

DC : Galaki nguntalmu thok. He kowe nguntal apa?

„Dibesarkan makanmu saja, he kamu makan apa?‟

Punggawa I : Kula mbadhog celeng Kyaine,

„Saya makan celeng Kyai.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Dewata Cengkar

dan Punggawa I. TTE dengan fungsi menyindir dilakukan oleh Dewata

Cengkar ditemukan dalam tuturan galaki nguntalmu thok. „Dibesarkan

makanmu saja,‟ Dewata Cengkar menyindir para prajurit I yang menurutnya

hanya dibesarkan makannya saja.

Data 12

DC : Sapi? Mbok apakne sapine? Mbok beleh, mbok

kepruk, mbok klethak?

Leng-keleng, tak gatekne awit mau, suntrut

praubamu, luuecek praenmu, sajake ana sing bakal

Page 112: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

kok kandhakake. Mikir apa kowe Le? Ndang

nyangkema, aja mung pendelak-pendelik!

Hwahahahaha…

„Sapi? Kamu apakan sapinya? Kamu sembelih, kamu

pukul, kamu kunyah?

Leng-keleng, saya perhatikan dari tadi murung

mukamu, lecek mukamu, sepertinya ada yang akan

kamu sampaikan, mikir apa kamu Nak? Cepat

berbicaralah, jangan cuma ketakutan! Hwahahaa…‟

Pth. Kar. Keleng : Kyai, ketiwasan Kyai.

„Kyai, kelupaan Kyai.‟

Data tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Dewata Cengkar dan

Patih Karang Keleng. TTE dengan fungsi menyindir dilakukan oleh Dewata

Cengkar ditemukan dalam tuturan Leng-keleng, tak gatekne awit mau, suntrut

praubamu, luuecek praenmu „Leng-keleng, saya perhatikan dari tadi murung

mukamu, lecek mukamu‟ Dewata Cengkar menyindir Patih Karang Keleng

yang terlihat murung dan lecek mukanya. MT melakukan TP dengan

menjawab Kyai, ketiwasan Kyai. „Kyai, kelupaan Kyai.‟

Data 13

N. raras : Sing pidhato pun sami rampung Den? Mangga lho

nek tesih ajeng nyambung.

„Yang pidato sudah selesai Den? Silakan kalau masih

mau disambung.‟

Page 113: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Ny. Sagopi : Woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong

tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo..

„Woo anak setan beneran kamu itu, diberitahu orang

tua malah ngeyel, sudah Mar, ayo ditinggal saja ya.‟

Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Niken Raras dan Nyai

Sagopi. TTE dengan fungsi menyindir dilakukan oleh Niken Raras ditemukan

dalam tuturan sing pidhato pun sami rampung Den? Mangga lho nek tesih

ajeng nyambung. „Yang pidato sudah selesai Den? Silakan kalau masih mau

disambung.‟ Niken Raras menyindir Nyai Sagopi yang dari tadi terus

berbicara. MT melakukan TP dengan menjawab woo anak setan tenan kowe

kuwi, dikandhani wong tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo.

„Woo anak setan beneran kamu itu, diberitahu orang tua malah ngeyel, sudah

Mar, ayo ditinggal saja ya.‟

Data 14

N. Raras : Jeneng kula Niken Raras, anake simbok sing paling

digethingi.

„Nama saya Niken Raras, anaknya ibu yang paling

dibenci.‟

Data pada data 14 merupakan TTE dengan fungsi menyindir

dilakukan oleh Niken Raras yang ditandai oleh penanda lingual jeneng kula

Niken Raras, anake simbok sing paling digethingi. „Nama saya Niken Raras,

anaknya ibu yang paling dibenci.‟ Niken Raras menyindir Nyai Sagopi karena

menurutnya dia adalah anak yang paling dibenci.

Page 114: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Data 15

Dora : Sing tenan lho Dhi, ora mung nggah-nggih ning ora

kepanggih.

„Yang serius lho Dik, jangan cuma iya-iya tetapi tidak

paham.‟

Sembada : Iya Kakang, aja kuwatir.

„Iya Kakak, jangan khawatir.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Dora dan

Sembada. TTE dengan fungsi menyindir dilakukan oleh Dora ditemukan

dalam tuturan sing tenan lho Dhi, ora mung nggah-nggih ning ora kepanggih.

„Yang serius lho Dik, jangan cuma iya-iya tetapi tidak paham.‟ Dora

menyindir Sembada yang dari tadi hanya iya-iya saja supaya bersikap lebih

serius. MT melakukan TP dengan menjawab iya Kakang, aja kuwatir „Iya

Kakak, jangan khawatir.‟

8. Tindak Tutur Mengkritik

Data 16

ES : Uwis ta uwis, besuk meneh sing luwih waskita, lan

kebeg pengati-ati. Ora ana simbok gething anak,

anane simbok tresna anak. Sak galak-galake macan

ora bakal kolu mangan gogore dhewe. Terus Nyai,

bacutna caritamu mau,

„Sudah to sudah,besok lagi yang lebih cermat dan

hati-hati. Tidak ada ibu yang benci anak, adanya ibu

Page 115: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

sayang anak. Sebuas-buasnya harimau tidak akan

doyan makan anaknya sendiri, terus Nyai, lanjutkan

ceritamu tadi.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Empu Sangkala. TTE dengan

fungsi mengkritik dilakukan oleh Empu Sangkala ditemukan dalam tuturan

Ora ana simbok gething anak, anane simbok tresna anak. Sak galak-galake

macan ora bakal kolu mangan gogore dhewe. „Tidak ada ibu yang benci

anak, adanya ibu sayang anak. Sebuas-buasnya harimau tidak akan mau

memakan anaknya sendiri,‟ Empu Sangkala mengkritik ucapan Niken Raras

yang beranggapan bahwa dirinyalah anak yang paling dibenci ibunya, Empu

Sangkala mengumpamakan pada seekor harimau yang tidak akan mau

memakan anaknya sendiri.

Data 17

BA : Ajisaka! Ora ana gunane nggetuni lelakon kang wus

dumadi, mbesuk meneh kudu luwih wicaksana,

pancen kudu mangkono garising Kawasa. Prastawa

iki minangka kaca brenggala menawa jagad iki

dumadi saka rong perkara kang baku. Ana apik ana

elek, ana lanang ana wadon, ana awan ana bengi,

ana raga ana sukma, ana thesis lan ana anti thesis,

iku mau jenenge oposisi binner, rong perkara mau

saknyatane ora bakal bisa nyawiji selawase.

Kamadhikan iku pancen larang regane, panebuse ora

Page 116: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

mung sarana bandha, nanging uga tetesing ludira

wekasan. Jer basuki mawa bea!

„Ajisaka! Tidak ada gunanya menyesali kajadian yang

sudah terlaksana, besok lagi harus lebih bijaksana,

memang seperti itu garis Tuhan. Peristiwa ini untuk

cermin bahwa jagad ini terdiri dari dua perkara yang

baku. Ada baik ada jelek, ada laki-laki ada

perempuan, ada siang ada malam, ada raga ada jiwa,

ada thesis ada antithesis. Itu tadi namanya oposisi

binner, dua perkara itu sebenarnya tidak bisa

menjamin selamanya. Kemerdekaan itu memang

mahal harganya, penebusnya tidak hanya dengan

harta, tetapi juga dengan tetesan darah terakhir. Jer

basuki mawa bea!‟

Ajisaka : Mugi jagad anyekseni, wiwit dinten menika kula

badhe damel prasasti kangge ngengeti lelabuhanipun

Dora lan Sembada, WONTEN UTUSAN, PERANG

TANDHING, SADAYA UNGGUL, SADAYA GUGUR.

„Semoga jagad menjadi saksi, mulai hari ini saya akan

membuat prasasti untuk mengenang perjalanan Dora

dan Sembada, ADA UTUSAN, PERANG

TANDING, SEMUA MENANG, SEMUA GUGUR.‟

Data 17 dilakukan oleh dua orang yaitu Bathara Anggajali dan Aji

Saka. TTE dengan fungsi mengkritik dilakukan oleh Bathara Anggajali

Page 117: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

ditemukan dalam tuturan Ajisaka! Ora ana gunane nggetuni lelakon kang

wus dumadi, mbesuk meneh kudu luwih wicaksana, pancen kudu mangkono

garising Kawasa. „Ajisaka! Tidak ada gunanya menyesali kajadian yang

sudah terlaksana, besok lagi harus lebih bijaksana, memang seperti itu garis

Tuhan.‟ Bathara Anggajali mengkritik Aji Saka yang menyesali kejadian

yang sudah terjadi dan meminta Aji Saka untuk lebih bijaksana. MT

melakukan PT dengan menjawab Mugi jagad anyekseni, wiwit dinten menika

kula badhe damel prasasti kangge ngengeti lelabuhanipun Dora lan

Sembada, WONTEN UTUSAN, PERANG TANDHING, SADAYA UNGGUL,

SADAYA GUGUR. „Semoga jagad menjadi saksi, mulai hari ini saya akan

membuat prasasti untuk mengenang perjalanan Dora dan Sembada, ADA

UTUSAN, PERANG TANDING, SEMUA MENANG, SEMUA GUGUR.‟.

9. Tindak Tutur Meminta Maaf

Data 18

Sembada : Adhuh Kakang, aku njaluk ngapura. Ora kok

jeneng aku ora percaya karo si Kakang, nanging

pitungkase Kanjeng Gusti mbiyen marang aku “aja

pisan-pisan masrahake pusaka iki marang sapa wae

kajaba ingsun dewe sing mundhut.” lan Kakang uga

nekseni. Dadi kepeksa aku ora bisa ngulungake

kakang. Aku wis janji marang Kanjeng Guru bakal

ngreksa pusaka iki ngluwihi nyawaku dhewe Kakang.

Page 118: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

„Aduh Kakak, saya minta maaf. Bukannya saya tidak

percaya terhadap Kakak, tetapi pesan Kanjeng Gusti

dulu kepada saya “jangan sekali-sekali memberikan

pusaka ini kepada siapa saja kecuali saya sendiri yang

mengambil.” Dan Kakak juga menjadi saksi. Jadi

terpaksa saya tidak bisa memberikan Kakak. Saya

sudah berjanji kepada Kanjeng Guru akan menjaga

pusaka ini melebihi nyawaku sendiri Kakak.‟

Dora : Sembada. Mosok kowe ora percaya karo aku? Aku

uga mung netebi dhawuhe Kanjeng Gusti, yen nganti

aku ora bisa nuhoni, iba wirangku Sembada.

„Sembada, apakah kamu tidak percaya dengan saya?

Aku juga cuma melaksanakan perintah Kanjeng

Gusti, kalau sampai saya tidak bisa melaksanakan,

bisa celaka saya Sembada.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Sembada dan

Dora. TTE dengan fungsi meminta maaf dilakukan oleh Sembada ditemukan

dalam tuturan Adhuh Kakang, aku njaluk ngapura. „Aduh Kakak, saya minta

maaf.‟ Sembada meminta maaf kepada Dora karena tidak bisa memberikan

pusaka kepada Dora sebab Sembada telah berjanji tidak akan memberikan

pusaka kepada siapa saja kecuali kepada Kanjeng Gusti. MT melakukan TP

dengan menjawab Sembada. Mosok kowe ora percaya karo aku? Aku uga

mung netebi dhawuhe Kanjeng Gusti, yen nganti aku ora bisa nuhoni, iba

wirangku Sembada. „Sembada, apakah kamu tidak percaya dengan saya?

Page 119: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Saya juga cuma melaksanakan perintah Kanjeng Gusti, kalau sampai saya

tidak bisa melaksanakan, bisa celaka saya Sembada.‟.

Data 19

Sembada : Kakang Dora, aku ora sengaja Kakang. Dikuat-

kuatne Kakang. ooh Kakang. Aku njaluk ngapura.

„Kakak Dora, saya tidak sengaja Kakak. Dikuat-

kuatkan Kakak. Oh Kakak. Saya minta maaf.‟

Dora : Sembada, dikaya ngapaa kowe adhiku, tak trima,

sejatine aku kautus Kanjeng Gusti mboyong kowe lan

pusaka.

„Sembada, mau seperti apapun kamu itu adik saya,

saya terima, sesungguhnya saya diutus Kanjeng Gusti

menjemput kamu dan pusaka.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Sembada dan

Dora. TTE dengan fungsi meminta maaf dilakukan oleh Sembada ditemukan

dalam tuturan Kakang Dora, aku ora sengaja Kakang. Dikuat-kuatne

Kakang. ooh Kakang. Aku njaluk ngapura. „Kakak Dora, saya tidak sengaja

Kakak. Dikuat-kuatkan Kakak. Oh Kakak. Saya minta maaf.‟ Sembada

meminta maaf kepada Dora karena tidak sengaja dia telah membunuh Dora

dengan pusaka titipan Kanjeng Gusti. MT melakukan TP dengan menjawab

Sembada, dikaya ngapaa kowe adhiku, tak trima, sejatine aku kautus

Kanjeng Gusti mboyong kowe lan pusaka. „Sembada, mau seperti apapun

kamu itu adik saya, saya terima, sesungguhnya saya diutus Kanjeng Gusti

menjemput kamu dan pusaka.‟

Page 120: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Data 20

Ajisaka : Dora Sembada, kepiye iki mau, kabeh iki salahku

dhewe, aku njaluk pangapura. Oh Dewa-dewa kula

nyuwun pangayoman.

„Dora Sembada, bagaimana ini tadi, ini semua salah

saya sendiri, saya minta maaf. Oh Dewa-dewa saya

minta perlindungan.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Aji Saka. TTE dengan fungsi

meminta maaf dilakukan oleh Aji Saka ditemukan dalam tuturan Dora

Sembada, kepiye iki mau, kabeh iki salahku dhewe, aku njaluk pangapura.

„Dora Sembada, bagaimana ini tadi, ini semua salah saya sendiri, saya minta

maaf.‟ Aji Saka meminta maaf kepada Dora dan Sembada karena

kelalaiannya dalam memberikan perintah sehingga membuat Dora dan

Sembada saling membunuh.

10. Tindak Tutur Mengejek

Data 21

N. Raras : Ampun Den, kula tesih pengin urip.

„jangan Den, saya masih ingin hidup.‟

Pth. Kar. keleng : Hwhahahaha… bengak-bengoka nganti telakmu

njepat ora bakal ana sing wani nulungi. Yen ana

malah kepeneran, bisa tak cekel kanggo tandho

badhogane Kyaine, ndang ditali seret gawa bali cah!

Page 121: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

„Hahahaha.. teriak-teriak saja sampai

kerongkonganmu keluar tidak bakal ada yang berani

menolong. Kalau ada malah kebetulan, bisa saya

tangkap untuk cadangan makanan Kyai, cepet ditali

seret bawa balik nak!‟

Data tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Niken Raras dan Patih

Karang Keleng. TTE dengan fungsi mengejek dilakukan oleh Patih Karang

Keleng ditemukan dalam tuturan hwhahahaha… bengak-bengoka nganti

telakmu njepat ora bakal ana sing wani nulungi. Yen ana malah kepeneran,

bisa tak cekel kanggo tandho badhogane Kyaine, ndang ditali seret gawa bali

cah! „Hahahaha.. Teriak-teriak saja sampai kerongkonganmu keluar tidak

bakal ada yang berani menolong. Kalau ada malah kebetulan, bisa saya

tangkap untuk cadangan makanan Kyai, cepet ditali seret bawa balik nak!‟

Patih Karang Keleng mengejek Niken Raras yang mencoba berteriak-teriak

untuk mencari pertolongan.

11. Tindak Tutur Menyayangkan

Data 22

Margiyati : Wis togna wae Mbok, bocah siji kuwi pancen paling

pinter nyengkakke patine wong tuwa, aja maneh

simbok, aku wae cumleng Mbok-mbok.

„Sudah biarkan saja Bu, anak satu itu memang pintar

mempercepat matinya orang tua, jangankan ibu, saya

sendiri saja bingung Bu-bu.‟

Page 122: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Data 22 merupakan TTE dengan fungsi menyayangkan dilakukan oleh

Margiyati ditandai dengan penanda lingual wis togna wae Mbok, bocah siji

kuwi pancen paling pinter nyengkakke patine wong tuwa, aja maneh simbok,

aku wae cumleng Mbok-mbok.. „Sudah biarkan saja Bu, anak satu itu memang

pintar mempercepat matinya orang tua, jangankan ibu, saya sendiri saja

bingung Bu-bu.‟ Margiyati menyayangkan sikap Niken Raras yang pandai

mempercepat matinya orang tua.

Data 23

Ny. Sagopi : Aja dha udreg ta cah. Kowe kuwi sedulur, kowe

kabeh tak gadhang-gadhang supaya bisa mikul

dhuwur mendhem jero jenenge wong tuwa, ya

senadyan kowe bocah wadon.

„Jangan ribut terus, kamu itu saudara, kamu semua

saya gadang-gadang supaya bisa mikul dhuwur

mendhem jero namanya orang tua, ya walaupun kamu

anak perempuan.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Nyai sagopi TTE dengan fungsi

menyayangkan dilakukan oleh Nyai Sagopi ditemukan dalam tuturan aja dha

udreg ta cah. Kowe kuwi sedulur, kowe kabeh tak gadhang-gadhang supaya

bisa mikul dhuwur mendhem jero jenenge wong tuwa, ya senadyan kowe

bocah wadon.. „Jangan ribut terus, kamu itu saudara, kamu semua saya

gadang-gadang supaya bisa mikul dhuwur mendhem jero namanya orang tua,

ya walaupun kamu anak perempuan.‟ Nyai Sagopi menyayangkan anak-

anaknya yakni Niken Raras dan Margiyati yang selalu ribut.

Page 123: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

12. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Heran

Data 24

DC : Kowe mbadhog celeng?

„Kamu makan babi hutan?‟

Punggawa I : Inggih Kyaine.

„Iya Kyai‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar

dan Punggawa I TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa heran dilakukan

oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan kowe mbadhog celeng?

„Kamu makan babi hutan?‟ Dewata Cengkar heran dengan makanan yang

dimakan oleh prajuritnya yaitu berupa babi hutan. MT melakukan TP dengan

menjawab inggih Kyaine „iya Kyai‟.

Data 25

DC : Hahahahaha… Kowe, nguntal apa?

„Hahahaha.. Kamu, makan apa?‟

Punggawa II : Sapi Kyaine.

„Sapi Kyai.‟

DC : Sapi? Mbok apakne sapine? Mbok beleh, mbok

kepruk, mbok klethak?

Leng-keleng, tak gatekne awit mau, suntrut

praubamu, luuecek praenmu, sajake ana sing bakal

kok kandhakake. Mikir apa kowe Le? Ndang

nyangkema, aja mung pendelak-pendelik!

Hwahahahaha.

Page 124: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

„Sapi? Kamu apakan sapinya? Kamu sembelih, kamu

pukul, kamu kunyah?

Leng-keleng, saya perhatikan dari tadi murung

mukamu, lecek mukamu, sepertinya ada yang akan

kamu sampaikan, mikir apa kamu nak? Cepat

berbicaralah, jangan hanya ketakutan! Hwahaha.‟

Data diatas dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan

Punggawa II TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa heran dilakukan oleh

Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan sapi? Mbok apakne sapine? Mbok

beleh, mbok kepruk, mbok klethak? „Sapi? Kamu apakan sapinya? Kamu

sembelih, kamu pukul, kamu kunyah?‟ Dewata Cengkar heran dengan

makanan dan cara memakannya yang dilakukan oleh prajuritnya yaitu sapi.

Data 26

Ny.Sagopi : Kisanak, sampeyan niku sinten lan asale saking

pundi? Kok wona-wanine nglawan prajurite Dewata

Cengkar?

„Kisanak, anda itu siapa dan asalnya darimana? Kok

berani-beraninya melawan prajuritnya Dewata

Cengkar?‟

ES : Jenengku Empu Sangkala Nyai, lan wong loro iki

muridku.

„Nama saya Empu Sangkala Nyai, dan dua orang ini

murid saya.‟

Page 125: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Data diatas merupakan TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa heran

yang dilakukan dua orang yaitu oleh Nyai Sagopi dan Empu Sangkala. TTE

dengan fungsi mengungkapkan rasa heran dilakukan oleh Nyai Sagopi

ditemukan dalam tuturan kisanak, sampeyan niku sinten lan asale saking

pundi? Kok wona-wanine nglawan prajurite Dewata Cengkar? „Kisanak,

anda itu siapa dan asalnya darimana? Kok berani-beraninya melawan

prajuritnya Dewata Cengkar?‟ Nyai Sagopi heran dengan keberanian Empu

Sangkala yang berani melawan prajurit Dewata Cengkar. MT melakukan TP

dengan menjawab jenengku Empu Sangkala Nyai, lan wong loro iki muridku.

„nama saya Empu Sangkala Nyai, dan dua orang ini murid saya.‟.

Data 27

Dora : Lha apa ora ana sing wani menggak Nyai?

„Kenapa kok tidak ada yang berani mencegah Nyai?‟

Ny. Sagopi : Boten wonten, wong Dewata Cengkar niku kejeme

boten ukur, saktine nggih boten enten tandhingane.

„Tidak ada, orang Dewata Cengkar itu kejamnya tidak

terukur, saktinya juga tidak ada tandingannya.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dora dan Nyai

Sagopi. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa heran dilakukan oleh Dora

ditemukan dalam tuturan lha apa ora ana sing wani menggak Nyai? „Kenapa

kok tidak ada yang berani mencegah Nyai?‟ Dora heran karena tidak ada

satupun orang yang berani mencegah ataupun melawan Dewata Cengkar. MT

melakukan TP dengan menjawab boten wonten, wong Dewata Cengkar niku

kejeme boten ukur, saktine nggih boten enten tandhingane. „Tidak ada, orang

Page 126: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Dewata Cengkar itu kejamnya tidak terukur, saktinya juga tidak ada

tandingannya.‟

Data 28

DC : Kowe-kowe ki padha kalah?

„Kalian kalah?‟

Punggawa : Inggih Kyai.

„Iya Kyai‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar

dan para prajurit. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa heran dilakukan

oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan kowe-kowe ki padha kalah?

„Kalian kalah?‟ Dewata Cengkar heran karena semua prajuritnya kalah

melawan Empu Sangkala. MT melakukan TP dengan menjawab inggih Kyai.

„Iya kyai.‟

13. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Terkejut

Data 29

DC : Hahahaha.. apa aku ora salah krungu? Tenan kuwi?

„Hahaha.. apa saya tidak salah dengar? Betul itu?‟

ES : Leres sang Prabu, sowan kula ing ngriki badhe

nyarawidekaken gesang supados dados dhaharipun

Sang Dewata Cengkar.

„Betul sang Prabu, datang saya kesini mau

mengorbankan hidup saya supaya jadi makanannya

Sang Dewata Cengkar.‟

Page 127: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Data di atas dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan

Empu Sangkala. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa terkejut dilakukan

oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan hahahaha. Apa aku ora salah

krungu? Tenan kuwi? „Hahaha.. apa saya tidak salah dengar? Betul itu?‟

Dewata Cengkar terkejut dengan pernyataan bahwa ada orang yang bersedia

menjadi makanannya. MT melakukan TP dengan menjawab leres sang

Prabu, sowan kula ing ngriki badhe nyarawidekaken gesang supados dados

dhaharipun Sang Dewata Cengkar. „Betul sang Prabu, datang saya kesini

mau mengorbankan hidup saya supaya jadi makanannya Sang Dewata

Cengkar.‟

Data 30

DC : Lemah? Njaluk lemah thok. Nggo kuburan? Saiki

miliha lemah sing ngendi?

„Tanah? Hanya minta tanah. Untuk kuburan?

Sekarang pilihlah tanah yang mana?‟

ES : Pundi kemawon hamba purun, ananging siti ingkang

hamba suwun inggih sami kaliyan destar ingkang

hamba beta.

„Yang mana saja mau, tetapi tanah yang saya minta ya

sama seperti destar yang saya bawa.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar

dan Empu Sangkala. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa terkejut

dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan lemah? Njaluk

lemah thok. Nggo kuburan? Saiki miliha lemah sing ngendi? „Tanah? Hanya

Page 128: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

minta tanah. Untuk kuburan? Sekarang pilihlah tanah yang mana?‟ Dewata

Cengkar terkejut dengan permintaan terakhir Empu Sangkala yang hanya

meminta tanah. MT melakukan TP dengan menjawab pundi kemawon hamba

purun, ananging siti ingkang hamba suwun inggih sami kaliyan destar

ingkang hamba beta. „Yang mana saja mau, tetapi tanah yang saya minta ya

sama seperti destar yang saya bawa.‟

Data 31

Sembada : Kakang Dora, lagi wae meneng dadi rerasan,

dipenakake sing lungguh Kakang.

„Kakak Dora, baru saja berhenti dibicarakan,

dienakkan dulu yang duduk Kakak.‟

Dora : Kaya wis prayoga Yayi, Nyai, Nini, padha becik?

„Seperti sudah digariskan Yayi, Nyai, Nini, baik

semua?‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Sembada dan

Dora. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa terkejut dilakukan oleh

Sembada ditemukan dalam tuturan Kakang Dora, lagi wae meneng dadi

rerasan, dipenakake sing lungguh Kakang. „Kakak Dora, baru saja berhenti

dibicarakan, dienakkan dulu yang duduk Kakak.‟ Sembada terkejut dengan

kedatangan Dora yang tiba-tiba setelah menjadai bahan perbincangan

sebelumnya. MT melakukan TP dengan menjawab kaya wis prayoga Yayi,

Nyai, Nini, padha becik? „Seperti sudah digariskan Yayi, Nyai, Nini, baik

semua?

Page 129: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Data 32

Sembada : Yen mengkono Kanjeng Gusti wis mangkat Kakang?

Oh Gusti.

„Kalau begitu Kanjeng Gusti sudah mangkat Kakak?

Oh Gusti.‟

Dora : Kosik ta, crita durung rampung kok dipedhot.

„Sebentar to, cerita belum selesai kok diputus.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Sembada dan

Dora. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa terkejut dilakukan oleh

Sembada ditemukan dalam tuturan yen mengkono Kanjeng Gusti wis mangkat

kakang? Oh Gusti. „Kalau begitu Kanjeng Gusti sudah mangkat Kakak? Oh

Gusti.‟ Sembada terkejut karena mengira bahwa kanjeng gusti yaitu Empu

Sangkala telah meninggal dunia. MT melakukan TP dengan menjawab kosik

ta, crita durung rampung kok dipedhot. „Sebentar to, cerita belum selesai kok

diputus.‟

14. Tindak Tutur mengungkapkan Rasa Jengkel

Data 33

DC : Wedi karo aku? Pa dha wedi kowe karo aku? Saiki

piye caramu menungsa-menugsa kuwi kudu mbok

cekel, lebokne kandhang kanggo badhoganku, padha

mbisu ngapa dha njawaba!

„Takut dengan saya? Apa kalian takut dengan saya?

Sekarang bagaimana caramu manusia-manusia itu

Page 130: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

harus kamu tangkap, masukkan kandang untuk

makananku, kok membisu kenapa ayo jawab!‟

Punggawa : Nggih Kyaine.

„Ya Kyai.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar

dan punggawa. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa jengkel dilakukan

oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan wedi karo aku? Pa dha wedi

kowe karo aku? Saiki piye caramu menungsa-menungsa kuwi kudu mbok

cekel, lebokne kandhang kanggo badhoganku, padha mbisu ngapa dha

njawaba! „Takut dengan saya? Apa kalian takut dengan saya? Sekarang

bagaimana caramu manusia-manusia itu harus kamu tangkap, masukkan

kandang untuk makananku, kok membisu kenapa ayo jawab!‟ Dewata

Cengkar jengkel kepada para prajuritnya yang gagal mendapatkan manusia

untuk dipersembahkan sebagai makanan Dewata Cengkar dan yang lebih

membuat jengkel adalah ketika ditanya para prajurit tidak ada yang

menjawab. MT melakukan TP dengan menjawab nggih Kyaine „Iya Kyai.‟

Data 34

Niken Raras : Ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra

menakke ngene kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak

leren sik, mengko yen aku semaput piye coba?

„Tidak-tidak Bu, orang tempat sudah sempit tidak

enak begini kok. Panas ini lho Bu, panas, saya

istirahat dulu, nanti kalau saya pingsan bagaimana

coba?‟

Page 131: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Ny. Sagopi : Oalah Beng-beng, kapan kowe ki yen tak kongkon

ora nganggo semaur ngono kuwi? Mbok ya kaya

mbakyumu kuwi, meneng ning rikat yen kon tandhang

gawe.

„Oalah Beng-beng, kapan kamu itu kalau disuruh

tidak pakai menjawab seperti itu? Coba seperti

kakakmu itu, diam tapi cekatan kalau disuruh

bekerja.‟

Data 34 dilakukan dua orang yaitu oleh Niken Raras dan Nyai Sagopi.

TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa jengkel dilakukan oleh Niken Raras

ditemukan dalam tuturan ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra

menakke ngene kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak leren sik, mengko yen aku

semaput piye coba? „Tidak-tidak Bu, orang tempat sudah sempit tidak enak

gini kok. Panas ini lho Bu, panas, saya istirahat dulu, nanti kalau saya pingsan

bagaimana coba?‟ Niken Raras jengkel karena terus-terus disuruh pergi. MT

melakukan TP dengan menjawab oalah Beng-beng, kapan kowe ki yen tak

kongkon ora nganggo semaur ngono kuwi? Mbok ya kaya mbakyumu kuwi,

meneng ning rikat yen kon tandhang gawe. „Oalah Beng-beng, kapan kamu

itu kalau disuruh tidak pakai menjawab seperti itu? Coba seperti kakakmu itu,

diam tapi cekatan kalau disuruh bekerja.‟

Data 35

N. Raras : Sing pidhato pun sami rampung Den? Mangga lho

nek tesih ajeng nyambung.

Page 132: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

„Yang pidato sudah selesai Den? Silakan lho kalau

masih mau dilanjutkan.‟

Ny. Sagopi : Woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong

tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo..

„Woo anak setan benar kamu itu, dikasih tahu orang

tua kok malah ngeyel, sudah Mar, ayo ditinggal saja

yo.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Niken Raras dan

Nyai Sagopi. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa jengkel dilakukan oleh

Nyai Sagopi ditemukan dalam tuturan woo anak setan tenan kowe kuwi,

dikandhani wong tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo. „Woo

anak setan benar kamu itu, dikasih tahu orang tua kok malah ngeyel, sudah

Mar, ayo ditinggal saja yo.‟ Nyai Sagopi jengkel kepada Niken Raras karena

sifatnya yang susah untuk diberitahu.

Data 36

Sembada : Yen kaya mangkono aku mung sakdrema ngladeni!

Kowe sing miwiti!

„Kalau begitu saya hanya bisa meladeni! Kamu yang

memulai!‟

Dora : Murang tata, nantang wong tuwa kowe!

„Kurang ajar, nantang orang tua kamu!‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Sembada dan

Dora. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa jengkel dilakukan oleh

Sembada ditemukan dalam tuturan yen kaya mangkono aku mung sakdrema

Page 133: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

ngladeni! Kowe sing miwiti! „Kalau begitu saya hanya bisa meladeni! Kamu

yang memulai!‟ Sembada jengkel dengan ungkapan kata Dora yang seolah-

olah menantangnya, dan Sembada hanya bisa meladeni tantangannya saja.

MT melakukan TP dengan menjawab murang tata, nantang wong tuwa kowe!

„Kurang ajar, nantang orang tua kamu!‟

15. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Marah

Data 37

DC : Ketiwasan piye? Cangkirmu ki sing cetha yen

kandha! Rasah prembak-prembik, bedhes kowe!

„Lupa bagaimana? Mulutmu yang jelas kalau bicara!

Tidak usah berkaca-kaca, monyet kamu!‟

Pth. Kar.Keleng : Lha tibae niku, wewengkon ing Medhang Kamulan

ngriki mpun sepi menungsa. Sing tesih ambegan, dha

minggat ngungsi, sebab ajrih yen ajeng didhahar

Kyaine.

„Lha ternyata, daerah Medhang Kamulan situ sudah

sepi manusia. Yang masih bernapas pergi mengungsi,

sebab takut kalau mau dimakan Kyai.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar

dan Patih Karang Keleng. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah

dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan ketiwasan piye?

Cangkirmu ki sing cetha yen kandha! Rasah prembak-prembik, bedhes kowe!

„Lupa bagaimana? Mulutmu yang jelas kalau bicara! Tidak usah berkaca-

Page 134: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

kaca, monyet kamu!!‟ Dewata Cengkar marah kepada Patih Karang Keleng

karena tidak berhasil membawa pulang manusia untuk makanannya. MT

melakukan TP dengan menjawab lha tibae niku, wewengkon ing Medhang

Kamulan ngriki mpun sepi menungsa. Sing tesih ambegan, dha minggat

ngungsi, sebab ajrih yen ajeng didhahar Kyaine. „Lha ternyata, daerah

Medhang Kamulan situ sudah sepi manusia. Yang masih bernapas pergi

mengungsi, sebab takut kalau mau dimakan Kyai.‟

Data 38

Punggawa : Nggih Kyaine

„Ya Kyai.‟

DC :Nggah-nggih nggah-nggih, ndang dha minggata!

„Iya-iya iya-iya, cepat kalian pergi sana!‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar

dan Punggawa. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan

oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan nggah-nggih nggah-nggih,

ndang dha minggata! „Iya-iya iya-iya, cepat kalian pergi sana!‟ Dewata

Cengkar marah kepada para prajuritnya karena hanya iya-iya saja tetapi tidak

segera bekerja, dan terpaksa Dewata Cengkar mengusir mereka.

Data 39

Margiyati : Titenana yen eneng apa-apa, aku ro simbok ra

tanggung!

„Lihat saja kalau ada apa-apa, saya dan ibu tidak

menanggung!‟

Page 135: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

N. raras : Ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe.

Nyet aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba

yen bapak isih ana.

„Tidak menjamin ya tidak menjamin, saya

tanggungnya sendiri. Memang saya dari dulu yang

jadi nomor dua kok. Coba kalau bapak masih ada.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Margiyati dan

Niken Raras. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh

Margiyati ditemukan dalam tuturan titenana yen eneng apa-apa, aku ro

simbok ra tanggung! „Lihat saja kalau ada apa-apa, saya dan ibu tidak

menanggung!‟ Margiyati marah kepada Niken Raras dan mengancam kalau

ada apa-apa dengan Niken Raras, ibu dan Margiyati tidak akan menanggung.

MT melakukan TP dengan menjawab ra tanggung yo ra tanggung, tak

tanggunge dhewe. Nyet aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen

bapak isih ana. „Tidak menjamin ya tidak menjamin, saya tanggungnya

sendiri. Memang saya dari dulu yang jadi nomor dua kok. Coba kalau bapak

masih ada.‟

Data 40

DC : Dha ngapa iki? Pa kowe dha ra ngerti aku wes

luwe?

„Apa yang kalian lakukan? Apa tidak tahu kalau saya

sudah lapar?‟

Kar. Keleng : Anu.

„Anu.‟

Page 136: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar

dan Patih Karang Keleng. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah

dilakukan oleh Dewata cengkar ditemukan dalam tuturan dha ngapa iki? Pa

kowe dha ra ngerti aku wes luwe? „Apa yang kalian lakukan? Apa tidak tahu

kalau saya sudah lapar?‟ Dewata Cengkar marah karena Patih Karang Keleng

tidak paham bahwa dia telah lapar dan belum menyiapkan manusia untuk

makanannya. MT melakukan TP dengan menjawab anu. „Anu.‟

Data 41

Dora : Sembada! Yen kaya mangkono mau tegese kowe

ngina marang kaluhuraning Kanjeng Gusti ya sang

Prabu Aji Saka. Pangkatmu kuwi apa he? Rak mung

gedibal ta! Gene wani-wani ngereh ratu!

„Sembada! Kalau seperti itu artinya kamu menghina

keluhuran Kanjeng Gusti ya sang Prabu Aji Saka.

Pangkatmu itu apa he? Hanya pengikut kan? Kok

berani-berani menghina raja!‟

Sembada : Kakang, genea si Kakang nesu? Aku rak mung

nuhoni dhawuh lan janji. Apa wae sing bakal

tumempuh iki tak rungkebi!

„Kakak, kenapa si Kakak marah? Saya hanya

melaksanakan perintah dan janji. Apa saja yang bakal

saya tempuh saya jalani.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dora dan

Sembada. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh

Page 137: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Dora ditemukan dalam tuturan Sembada! Yen kaya mangkono mau tegese

kowe ngina marang kaluhuraning Kanjeng Gusti ya sang Prabu Aji Saka.

Pangkatmu kuwi apa he? Rak mung gedibal ta! Gene wani-wani ngereh ratu!

„Sembada! Kalau seperti itu artinya kamu menghina keluhuran Kanjeng Gusti

ya sang Prabu Aji Saka. Pangkatmu itu apa he? Hanya pengikut kan? Kok

berani-berani menghina raja!‟ Dora marah kepada Sembada karena

menurutnya telah menghina sang raja, mengingat posisinya yang hanya

pengikut dsn tidak pantas untuk menghina raja. MT melakukan TP dengan

menjawab Kakang, genea si Kakang nesu? Aku rak mung nuhoni dawuh lan

janji. Apa wae sing bakal tumempuh iki tak rungkebi! „Kakak, kenapa si

Kakak marah? Saya cuma melaksanakan perintah dan janji. Apa saja yang

bakal saya tempuh saya jalani.‟

Data 42

Dora : Wis menenga! Cekake yen pusaka ora kok

pasrahake sarana aris, bakal tak rebut kanthi cara

rudapeksa!

„Sudah diamlah! Gampangnya kalau pusaka tidak

diserahkan dengan cara baik, akan saya rebut dengan

cara paksa!‟

Sembada : Yen mangkono aku mung sakdrema ngladeni! Kowe

sing miwiti!

„Kalau begitu saya hanya bisa meladeni! Kamu yang

memulai!‟

Page 138: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dora dan

Sembada. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh

Dora ditemukan dalam tuturan wis menenga! Cekake yen pusaka ora kok

pasrahake sarana aris, bakal tak rebut kanthi cara rudapeksa! „Sudah

diamlah! Gampangnya kalau pusaka tidak diserahkan dengan cara baik, akan

saya rebut dengan cara paksa!‟ Dora marah kepada Sembada karena tidak

segera memberikan pusaka, dan apabila masih tidak memberikan maka Dora

akan mengambilnya secara paksa. MT melakukan TP dengan menjawab yen

mangkono aku mung sakdrema ngladeni! Kowe sing miwiti! „Kalau begitu

saya hanya bisa meladeni! Kamu yang memulai!‟

Data 43

Dora : Murang tata, nantang wong tuwa kowe!

„Kurang ajar, menantang orang tua kamu!‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Dora. TTE dengan fungsi

mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh Dora ditemukan dalam tuturan

murang tata, nantang wong tuwa kowe! „Kurang ajar, menantang orang tua

kamu!‟ Dora marah kepada Sembada karena yang menantang orang tua untuk

berkelahi.

Page 139: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

16. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Bangga

Data 44

DC : Mbok apakne celenge?

„Kamu apakan babi hutannya?‟

Punggawa I : Inggih, kula mbadhog celeng, sirahe kula keprukne

watu gilang, ambyar Kyaine. Polone kula dheruki,

lalapane godhong kecubung, cemilan klabang dipepe,

uenak tenan.. hwahwahwahwahwahwa…

„Iya, saya makan babi hutannya, kepalanya saya pukul

dengan batu, remuk Kyai. Otaknya saya ambil,

lalapannya daun kecubung, camilannya kelabang

dijemur, emak banget.. hahahahahaha..‟

DC : Hahahahaha… kowe, nguntal apa?

„Hahaha… kamu, makan apa?‟

Data diatas dilakukan oleh Dewata Cengkar dan Punggawa I. TTE

dengan fungsi mengungkapkan rasa bangga dilakukan oleh Punggawa I

ditemukan dalam tuturan inggih, kula mbadhog celeng, sirahe kula keprukne

watu gilang, ambyar Kyaine. Polone kula dheruki, lalapane godhong

kecubung, cemilan klabang dipepe, uenak tenan.. hwahwahwahwahwahwa…

„Iya, saya makan babi hutannya, kepalanya saya pukul dengan batu, remuk

Kyai. Otaknya saya ambil, lalapannya daun kecubung, camilannya kelabang

dijemur, emak banget.. hahahahahaha.‟ sang prajurit I bangga dengan apa

yang dimakannya yakni berupa babi hitan dan juga bangga dengan cara

Page 140: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

memakannya. MT melakukan TP dengan menjawab hahahahaha. Kowe,

nguntal apa? „Hahaha. Kamu, makan apa?‟

Data 45

Dora : Lha ya iki perluku teka ing dukuh Bakalan kene.

Kanjeng Gusti Empu Sangkala wiwit dina kuwi

kawinisuda dening Dewa jumeneng nata Medhang

Kamulan jejuluk Prabu “AJISAKA”.

„Lha ya ini perlu saya datang di dukuh Bakalan sini.

Kanjeng Gusti Empu Sangkala mulai hari itu disahkan

oleh Dewa memimpin Medhang Kamulan dijuluki

Prabu “AJISAKA”.‟

Sembada, Sagopi, anak-anak : We lha sukur, nyata bakal ana peradaban

anyar ing pulo kene.

.„Ya syukur, nyata akan ada peradaban baru di pulau

ini.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Dora, Sembada, Nyai Sagopi,

Margiyati dan Niken Raras. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa bangga

dilakukan oleh Sembada, Nyai Sagopi, Margiyati dan Niken Raras ditemukan

dalam tuturan welha sukur, nyata bakal ana peradaban anyar ing pulo kene.

„Ya syukur, nyata akan ada peradaban baru di pulau ini.‟ Sembada, Nyai

Sagopi, Margiyati dan Niken Raras bangga dengan disahkannya Empu

Sangkala oleh para Dewa untuk meminpin Medhang Kamulan dan meraka

berharap akan adanya peradaban baru di pulau.

Page 141: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

17. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Malu

Data 46

BA : Kepriye kok kita nganti kekilapan? Dupeh darbe

panguwasa kita lali marang janji-janjimu dhewe

marang kawulamu dhewe. Kepriye kita iku?

„Bagaimana kok kamu sampai lupa? Mentang-

mentang punya kekuasaan kamu lupa terhadap janji-

janjimu sendiri kepada rakyatmu sendiri, bagaimana

kamu itu?‟

Aji Saka : Ingkang rama pukulun pikajengaken kados pundi?

„Yang bapak guru inginkan seperti apa?‟

Data tersebut dilakukan oleh Bathara Anggajali dan Aji Saka. TTE

dengan fungsi mengungkapkan rasa malu dilakukan oleh Bathara Anggajali

ditemukan dalam tuturan kepriye kok kita nganti kekilapan? Dupeh darbe

panguwasa kita lali marang janji-janjimu dhewe marang kawulamu dhewe.

Kepriye kita iku? „Bagaimana kok kamu sampai lupa? Mentang-mentang

punya kekuasaan kamu lupa terhadap janji-janjimu sendiri kepada rakyatmu

sendiri, bagaimana kamu itu?‟ Batara Anggajali malu dengan kelalaian Aji

Saka yang lupa terhadap janji-janjinya sendiri kepada rakyatnya. MT

melakukan TP dengan menjawab ingkang rama pukulun pikajengaken kados

pundi? „Yang bapak guru inginkan seperti apa?‟

Page 142: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

18. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Takut

Data 47

Nyai Sagopi : Wuk, ayo ta! Mbok rada cepet sing mlaku, mengko

yen kecekel gedibale Dewata Cengkar simbok ra melu

tanggung lho ya.

„Nak, ayo! Cepat sedikit yang jalan, nanti kalau

tertangkap anak buahnya Dewata Cengkar ibu tidak

ikut menanggung lho ya.‟

Niken Raras : Ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra

menakke ngene kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak

leren sik, mengko yen aku semaput piye coba?

„Tidak-tidak Bu, orang tempatnya sudah sempit tidak

mengenakkan gini kok. Panas ini lho Bu, panas. Saya

istirahat sebentar, nanti kalau pingsan bagaimana

coba?‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Nyai Sagopi dan Niken Raras.

TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa takut dilakukan oleh Nyai Sagopi

ditemukan dalam tuturan wuk, ayo ta! Mbok rada cepet sing mlaku, mengko

yen kecekel gedibale Dewata Cengkar simbok ra melu tanggung lho ya. „Nak,

ayo! Cepat sedikit yang jalan, nanti kalau tertangkap anak buahnya Dewata

Cengkar ibu tidak ikut menanggung lho ya.‟ Nyai Sagopi takut apabila

tertangkap anak buah Dewata Cengkar maka dari itu Nyai Sagopi menyuruh

anak-anaknya untuk berjalan lebih cepat. MT melakukan TP dengan

menjawab ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra menakke ngene

Page 143: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak leren sik, mengko yen aku semaput piye

coba? „Tidak-tidak Bu, orang tempatnya sudah sempit tidak mengenakkan

gini kok. Panas ini lho Bu, panas. Saya istirahat sebentar, nanti kalau pingsan

bagaimana coba?‟

Data 48

Margiyati : Kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah mbejijat.

Simbok wis kelangan bapak merga dipangan Dewata

Cengkar, aja nganti simbok kelangan maneh.

„Kamu itu, anak kecil disayangi malah bertingkah. Ibu

sudah kehilangan bapak karena dimakan Dewata

Cengkar, jangan sampai ibu kehilangan lagi.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Margiyati. TTE dengan fungsi

mengungkapkan rasa takut dilakukan oleh Margiyati ditemukan dalam

tuturan Simbok wis kelangan bapak merga dipangan Dewata Cengkar, aja

nganti simbok kelangan maneh. „Ibu sudah kehilangan bapak karena dimakan

Dewata Cengkar, jangan sampai ibu kehilangan lagi.‟ Margiyati takut apabila

ibunya kehilangan sanak keluarga lagi akibat dijadikan makanan Dewata

Cengkar.

Data 49

Ny. Sagopi : Tulung… tulung… Ampun Den…

„Tolong…tolong… Jangan Den..‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Nyai Sagopi. TTE dengan fungsi

mengungkapkan rasa takut dilakukan oleh Nyai Sagopi ditemukan dalam

Page 144: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

tuturan tulung… tulung… Ampun Den… „tolong…tolong… Jangan Den..‟

Nyai Sagopi ketakutan setelah tertangkap oleh para prajurit Dewata Cengkar.

Data 50

N. Raras : Ampun Den, kula tesih pengin urip.

„Jangan Den, saya masih ingin hidup.‟

Pth. Kar. keleng : Hwhahahaha… bengak-bengoka nganti telakmu

njepat ora bakal ana sing wani nulungi. Yen ana

malah kepeneran, bisa tak cekel kanggo tandho

badhogane Kyaine, ndang ditali seret gawa bali cah!

„Hahahaha.. teriak-teriak saja sampai

kerongkonganmu keluar tidak bakal ada yang berani

menolong. Kalau ada malah kebetulan, bisa saya

tangkap untuk cadangan makanan Kyai, cepet ditali

seret bawa balik nak!‟

Data 50 dilakukan oleh Niken Raras dan Patih Karang Keleng. TTE

dengan fungsi mengungkapkan rasa takut dilakukan oleh Niken Raras

ditemukan dalam tuturan ampun Den, kula tesih pengin urip. „Jangan Den,

saya masih ingin hidup.‟ Niken Raras ketakutan setelah tertangkap oleh patih

Karang Keleng. MT melakukan TP dengan menjawab hwhahahaha…

bengak-bengoka nganti telakmu njepat ora bakal ana sing wani nulungi. Yen

ana malah kepeneran, bisa tak cekel kanggo tandho badhogane Kyaine,

ndang ditali seret gawa bali cah! „Hahahaha.. teriak-teriak saja sampai

kerongkonganmu keluar tidak bakal ada yang berani menolong. Kalau ada

Page 145: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

malah kebetulan, bisa saya tangkap untuk cadangan makanan Kyai, cepet

ditali seret bawa balik nak!‟

Data 51

Punggawa 1 : Karep kula, sakderenge dibadhog kalih kyaine, rak

luwih prayoga awake dhewe dhisik sing mbadhog,

mbadhog penake cah ayu-ayu niki, nek mboke ditali

teng uwit niku sik pripun??

„Keinginan saya, sebelum dimakan kyai, alangkah

lebih baik kita dulu yang memakan, memakan

enaknya anak cantik-cantik ini, kalau ibunya ditali

dipohon itu dulu bagaimana?

Ny. Sagopi : Ampun Den, ampuuuun.

„Jangan Den, jangan.‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Punggawa I dan Nyai Sagopi.

TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa takut dilakukan oleh Nyai Sagopi

ditemukan dalam tuturan Ampun Den, ampuuuun. „Jangan Den, jangan.‟ Nyai

Sagopi ketakutan ketika tertangkap para prajurit Dewata Cengkar dan akan

dijadikan makanan untuk Dewata Cengkar.

19. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Simpati

Data 52

Ny. Sagopi : Ampun dipikir abot-abot, mengke yen urusane pun

rampung rak ndang wangsul utawi paring kabar.

Page 146: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

„Jangan dipikir terlalu berat, nanti kalau urusannya

sudah selesai juga akan kembali atau memberi kabar.‟

Sembada : Ya muga-muga wae ora ana apa-apa Nyai.

„Ya semoga saja tidak ada apa-apa Nyai.‟

Data tersebut dilakukan oleh Nyai Sagopi dan Sembada. TTE dengan

fungsi mengungkapkan rasa simpati dilakukan oleh Nyai Sagopi ditemukan

dalam tuturan ampun dipikir abot-abot, mengke yen urusane pun rampung

rak ndang wangsul utawi paring kabar. „Jangan dipikir terlalu berat, nanti

kalau urusannya sudah selesai juga akan kembali atau memberi kabar.‟ Nyai

Sagopi bersimpati kepada Sembada yang sedang memikirkan Empu Sangkala

dan Dora yang tidak kunjung-kunjung datang atau mengabarkan. MT

melakukan TP dengan menjawab ya muga-muga wae ora ana apa-apa Nyai.

„Ya semoga saja tidak ada apa-apa Nyai.‟

Data 53

Ajisaka : Mugi jagad anyekseni, wiwit dinten menika kula

badhe damel prasasti kangge ngengeti lelabuhanipun

Dora lan Sembada, WONTEN UTUSAN, PERANG

TANDHING, SADAYA UNGGUL, SADAYA GUGUR.

„Semoga jagad menjadi saksi, mulai hari ini saya akan

membuat prasasti untuk mengenang perjalanan Dora

dan Sembada, ADA UTUSAN, PERANG

TANDING, SEMUA MENANG, SEMUA GUGUR.‟

Dewa-dewi : Ulun hanyekseni kulub.

„Kami menjadi saksi.‟

Page 147: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Data diatas merupakan TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa

simpati dilakukan oleh Dewa-Dewi ditandai dengan penanda lingual Ulun

hanyekseni kulub. „Kami menjadi saksi.‟ Dewa-dewi bersimpati kepada Aji

Saka yang sedang membuat sebuah prasasti dengan cara menjadi saksi.

20. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Kecewa

Data 54

Ny. Sagopi : Oalah Beng-beng, kapan kowe ki yen tak kongkon

ora nganggo semaur ngono kuwi? Mbok ya kaya

mbakyumu kuwi, meneng ning rikat yen kon tandhang

gawe.

„Oalah Beng-beng, kapan kamu itu kalau disuruh

tidak pakai menjawab seperti itu? Coba seperti

kakakmu itu, diam tapi cekatan kalau disuruh

bekerja.‟

Niken Raras : Kesel ki lho Mbok.

„Capek ini lho Bu.‟

Data 54 merupakan TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa kecewa

dilakukan oleh Nyai Sagopi yang ditandai dengan penanda lingual oalah

Beng-beng, kapan kowe ki yen tak kongkon ora nganggo semaur ngono kuwi?

Mbok ya kaya mbakyumu kuwi, meneng ning rikat yen kon tandhang gawe.

„Oalah Beng-beng, kapan kamu itu kalau disuruh tidak pakai menjawab

seperti itu? Coba seperti kakakmu itu, diam tapi cekatan kalau disuruh

bekerja.‟ Nyai Sagopi kecewa kepada Niken Raras karena semua perintah

Page 148: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

yang diberikan kepada Niken Raras pasti selalu ditunda atau ditolak. MT

melakukan PT dengan menjawab kesel ki lho Mbok. „Capek ini lho Bu.‟

C. Faktor yang Melatarbelakangi Tindak Tutur Ekspresif

dalam Pementasan Ketoprak Lakon Mardhika Jawa

Dwipa

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sebuah tindak tutur antara

lain : 1. Penutur dan Mitra tutur, 2. Konteks tuturan, 3.Tujuan tuturan, 4.Tuturan

sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, 5.Tuturan sebagai produk tindak verbal.

1. Penutur dan Mitra Tutur

Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur

adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat

keakraban, dan lain-lain.

Data 2

BA : Kulub, mangertia menawa ngrembakaning

angkara murka ing lumahing bumi kurebing langit

kudu enggal disirep. Jejibahan kang abot iki, dening

para Dewa dipasrahake marang kowe ngger.

Ngelingi marang manthenging panembahmu,

luhuring kasektenmu, lan sira sanyata satria mudha

pinilih kang bangkit nguwasani lan kawasa

Page 149: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

ngendhih ubaling hawa kanepson. Buktine sira ora

pasrah godhaning asmaradahana.

„Nak, mengertilah bahwa merajalelanya angkara

murka di bumi dan langit harus segera dihentikan.

Perkara yang berat ini, oleh para Dewa dipasrahkan

kepadamu nak, mengingat pada tegaknya niatmu,

tingginya kesaktianmu dan kamu adalah satria muda

terpilih yang bangkit menguasai dan berkuasa

menggeser kemutnya hawa nafsu. Buktinya kamu

tidak tergoda api asmara‟

Sukma : Lajeng keparenging para Jawata kula kedah

tumindak kados pundi?

„Terus oleh para Dewa saya harus bertindak seperti

apa?‟

Tindak tutur yang terjadi pada data 2 adalah tindak tutur ekspresif

memuji. Tindak tutur tersebut terjadi antara P dengan MT.

Penggunaan ragam krama dalam tuturan MT menandakan bahwa MT

menghormati P, karena P berkedudukan sosial lebih tinggi bila

dibandingkan dengan MT. P adalah seorang dewa, sedangkan MT

hanya seorang pertapa. Kalimat Ngelingi marang manthenging

panembahmu, luhuring kasektenmu, lan sira sanyata satria mudha

pinilih kang bangkit nguwasani lan kawasa ngendhih ubaling hawa

kanepson. Buktine sira ora pasrah godhaning asmaradahana.

„Mengingat pada tegaknya niatmu, tingginya kesaktianmu dan kamu

Page 150: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

adalah satria muda terpilih yang bangkit menguasai dan berkuasa

menggeser kemutnya hawa nafsu. Buktinya kamu tidak tergoda api

asmara.‟ Dalam tuturan ini menjadi penanda lingual yang berfungsi

untuk memuji. Selain ragam krama terdapat juga penggunaan dialek

sosial yang ditandai dengan kata kulup. Faktor yang melatarbelakangi

tindak tutur ekspresif pada data 2 adalah kedudukan sosial yang

berbeda antara P dan MT.

Data 27

Ny.Sagopi : Kisanak, sampeyan niku sinten lan asale saking

pundi? Kok wona-wanine nglawan prajurite Dewata

Cengkar?

„Kisanak, anda itu siapa dan asalnya darimana? Kok

berani-beraninya melawan prajuritnya Dewata

Cengkar?‟

ES : Jenengku Empu sangkala Nyai, lan wong loro iki

muridku.

„Nama saya Empu Sangkala Nyai, dan dua orang ini

murid saya.‟

Tindak tutur yang terjadi pada data 27 adalah tindak tutur ekspresif

mengungkapkan rasa heran. Tindak tutur tersebut terjadi antara P

dengan MT. Penggunaan ragam krama dalam tuturan P menandakan

bahwa P menghormati MT, karena MT berkedudukan sosial lebih

tinggi bila dibandingkan dengan P. P adalah seorang rakyat biasa,

sedangkan MT hanya seorang pertapa. Kalimat kisanak, sampeyan

Page 151: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

niku sinten lan asale saking pundi? Kok wona-wanine nglawan

prajuride Dewata Cengkar? „Kisanak, anda itu siapa dan asalnya

darimana? Kok berani-beraninya melawan prajuritnya Dewata

Cengkar?‟ dalam tuturan ini menjadi penanda lingual yang berfungsi

untuk mengungkapkan rasa heran. Selain ragam krama terdapat juga

penggunaan dialek sosial yang ditandai dengan kata kisanak. Faktor

yang melatarbelakangi tindak tutur ekspresif pada data 27 adalah

kedudukan sosial yang berbeda antara P dan MT.

2. Konteks Tuturan

Konteks tuturan dalam penelitian linguistik adalah konteks

dalam semua aspek fisik atau latar belakang sosial yang relevan dari

tuturan yang bersangkutan. Dalam pragmatik konteks itu pada

hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahami

bersama oleh penutur dan lawan tutur. Hal ini dapat dilihat dari data-

data berikut.

Data 6

Margiyati : Ki mau merga kowe Ken.

„Ini gara-gara kamu Ken.‟

N. raras : Ampun Den, kula tesih pengin urip.

„Jangan Den, saya masih ingin hidup.‟

Jawaban MT menandakan bahwa P dan MT sudah memahami

konteks tuturan, yaitu P tertangkap pasukan Dewata Cengkar dan

akan dijadikan makanannya, sehingga P menyalahkan MT yang

menurutnya adalah penyebabnya. MT menjawab dengan tuturan

Page 152: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Ampun Den, kula tesih pengin urip. „Jangan den, saya masih ingin

hidup.‟ tuturan ini disampaikan dengan suasana serius, menakutkan

bagi Niken Raras, ibunya dan saudaranya karena mereka tertangkap

oleh anak buah Dewata Cengkar.

Data 17

BA : Ajisaka! Ora ana gunane nggetuni lelakon kang

wus dumadi, mbesuk meneh kudu luwih wicaksana,

pancen kudu mangkono garising kawasa. Prastawa

iki minangka kaca brenggala menawa jagad iki

dumadi saka rong perkara kang baku. Ana apik ana

elek, ana lanang ana wadon, ana awan ana bengi,

ana raga ana sukma, ana thesis lan ana anti thesis,

iku mau jenenge oposisi binner, rong perkara mau

saknyatane ora bakal bisa nyawiji selawase.

Kamadhikan iku pancen larang regane, panebuse

ora mung sarana bandha, nanging uga tetesing

ludira wekasan. Jer basuki mawa bea!

„Ajisaka! Tidak ada gunanya menyesali kajadian

yang sudah terlaksana, besok lagi harus lebih

bijaksana, memang seperti itu garis Tuhan. Peristiwa

ini untuk cermin bahwa jagad ini terdiri dari dua

perkara yang baku. Ada baik ada jelek, ada laki-laki

ada perempuan, ada siang ada malam, ada raga ada

jiwa, ada thesis ada antithesis. Itu tadi namanya

Page 153: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

oposisi binner, dua perkara itu sebenarnya tidak bisa

menjamin selamanya. Kemerdekaan itu memang

mahal harganya, penebusnya tidak hanya dengan

harta, tetapi juga dengan tetesan darah terakhir. Jer

basuki mawa bea!‟

Ajisaka : Mugi jagad anyekseni, wiwit dinten menika kula

badhe damel prasasti kangge ngengeti

lelabuhanipun Dora lan Sembada, WONTEN

UTUSAN, PERANG TANDHING, SADAYA

UNGGUL, SADAYA GUGUR.

„Semoga jagad menjadi saksi, mulai hari ini saya

akan membuat prasasti untuk mengenang perjalanan

Dora dan Sembada, ADA UTUSAN, PERANG

TANDING, SEMUA MENANG, SEMUA

GUGUR.‟

Jawaban MT menandakan bahwa P dan MT sudah memahami

konteks tuturan, yaitu P mengkritik MT yang menyesali kejadian yang

telah terjadi dan meranggut nyawa anak buahnya, dan besok lagi harus

lebih bijaksana dalam hidup. MT menjawab dengan tuturan Mugi

jagad anyekseni, wiwit dinten menika kula badhe damel prasasti

kangge ngengeti lelabuhanipun Dora lan Sembada, WONTEN

UTUSAN, PERANG TANDHING, SADAYA UNGGUL, SADAYA

GUGUR. „Semoga jagad menjadi saksi, mulai hari ini saya akan

membuat prasasti untuk mengenang perjalanan Dora dan Sembada,

Page 154: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

ADA UTUSAN, PERANG TANDING, SEMUA MENANG,

SEMUA GUGUR.‟ tuturan ini disampaikan dengan suasana serius.

Latar belakang sosial yang berbeda antara P dan MT menyebabkan

adanya perbedaan ragam bahasa yang digunakan. P menggunakan

ragam ngoko karena P berkedudukan sosial lebih tinggi, yaitu seorang

Guru. MT menggunakan ragam krama karena kedudukan sosialnya

yang lebih rendah yaitu seorang murid, maka ia harus menghormati P

dengan bertutur menggunakan ragam krama. P dan MT adalah laki-

laki. P adalah seorang guru yang masih keturunan Bathara Anggajali,

sedangkan MT adalah murid dari P.

3. Tujuan tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh P dilatarbelakangi

oleh maksud dan tujuan tuturan. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk

tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan

satu maksud atau sebaliknya. Satu maksud dapat disampaikan dengan

beraneka ragam tuturan.

Data 2

BA : Kulub, mangertia menawa ngrembakaning

angkara murka ing lumahing bumi kurebing langit

kudu enggal disirep. Jejibahan kang abot iki, dening

para Dewa dipasrahake marang kowe ngger.

Ngelingi marang manthenging panembahmu,

luhuring kasektenmu, lan sira sanyata satria mudha

pinilih kang bangkit nguwasani lan kawasa

Page 155: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

ngendhih ubaling hawa kanepson. Buktine sira ora

pasrah godhaning asmaradahana.

„Nak, mengertilah bahwa merajalelanya angkara

murka di bumi dan langit harus segera dihentikan.

Perkara yang berat ini, oleh para Dewa dipasrahkan

kepadamu nak, mengingat pada tegaknya niatmu,

tingginya kesaktianmu dan kamu adalah satria muda

terpilih yang bangkit menguasai dan berkuasa

menggeser kemutnya hawa nafsu. Buktinya kamu

tidak tergoda api asmara‟

Sukma : Lajeng keparenging para Jawata kula kedah

tumindak kados pundi?

„Terus oleh para Dewa saya harus bertindak seperti

apa?‟

Data 2 merupakan contoh penggunaan tindak tutur ekspresif

memuji yang dilakukan P kepada MT. P memuji sikap, kesaktian serta

niatnya dalam menjalani hidup. Tujuan tuturan P adalah memuji MT

agar MT menumpas angkara murka yang merajalela di bumi , MT

yang belum paham mengenai tindakan yang harus dilakukannya

menjawab dengan tuturan lajeng keparenging para Jawata kula kedah

tumindak kados pundi? „Terus oleh para Dewa saya harus bertindak

seperti apa?‟

Page 156: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Data 15

Dora : Sing tenan lho Dhi, ora mung nggah-nggih ning

ora kepanggih.

„Yang serius lho Dik, jangan cuma iya-iya tetapi

tidak paham.‟

Sembada : Iya Kakang, aja kuwatir.

„Iya Kakak, jangan khawatir.‟

Data 15 merupakan contoh penggunaan tindak tutur ekspresif

menyindir yang dilakukan P kepada MT. P menyindir karena MT

yang dari tadi hanya menjawab iya-iya saja. Tujuan tuturan P adalah

menyindir MT agar MT lebih serius dalam menjaga pusaka yang

dititipkan kepadanya, MT yang memahami maksud P menjawab

dengan tuturan iya Kakang, aja kuwatir „Iya Kakak, jangan khawatir.‟

4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

Pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih

konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang

konkret jelas penutur dan mitra tuturnya, serta waktu dan tempat

pengutaraannya.

Data 26

DC : Hahahahaha. Kowe, nguntal apa?

„Hahahaha. Kamu, makan apa?‟

Punggawa II : Sapi Kyaine.

„Sapi Kyai‟

Page 157: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

DC : Sapi? Mbok apakne sapine? Mbok beleh, mbok

kepruk, mbok klethak?

Leng-keleng, tak gatekne awit mau, suntrut

praubamu, luuecek praenmu, sajake ana sing bakal

kok kandhakake. Mikir apa kowe Le? Ndang

nyangkema, aja mung pendelak-pendelik!

Hwahahahaha.

„Sapi? Kamu apakan sapinya? Kamu sembelih,

kamu pukul, kamu kunyah?

Leng-keleng, saya perhatikan dari tadi murung

mukamu, lecek mukamu, sepertinya ada yang akan

kamu sampaikan, mikir apa kamu Nak? Cepat

berbicaralah, jangan hanya ketakutan saja.‟

Tindak tutur tersebut di atas dilakukan P kepada MT yang

menanyakan makanan yang dimakan oleh prajuritnya, yang dituturkan

di Medhang Kamulan . Data 26 merupakan contoh tindak tutur

ekspresif mengungkapkan rasa heran. Hal itu dibuktikan dalam

tuturan P Sapi? Mbok apakne sapine? Mbok beleh, mbok kepruk,

mbok klethak? „Sapi? Kamu apakan sapinya? Kamu sembelih, kamu

pukul, kamu kunyah?‟

Data 26 di atas menjelaskan factor yang melatarbelakangi tindak

tutur ekspresif yang keempat, yakni tuturan sebagai bentuk tindakan

atau aktivitas. Terdapat penutur dan mitra tutur yang jelas, serta waktu

dan tempat pengutaraan tuturan tersebut.

Page 158: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

5. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatic, seperti

yang dikemukakan dalam criteria keempat merupakan bentuk dari

tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan

bentuk dari tindak verbal. Data berikut merupakan penjabaran dari

faktor yang melatarbelakangi tindak tutur ekspresif yang kelima.

Data 27

Ny.Sagopi : Kisanak, sampeyan niku sinten lan asale saking

pundi? Kok wona-wanine nglawan prajurite Dewata

Cengkar?

„Kisanak, anda itu siapa dan asalnya darimana? Kok

berani-beraninya melawan prajuritnya Dewata

Cengkar?‟

ES : Jenengku Empu Sangkala Nyai, lan wong loro iki

muridku.

„Nama saya Empu Sangkala Nyai, dan dua orang ini

murid saya.‟

Tindak tutur yang terjadi pada data 27 adalah tindak tutur ekspresif

mengungkapkan rasa heran. Tindak tutur tersebut terjadi antara P dan

MT. P bertanya heran karena ada orang yang berani melawan prajurit

Dewata Cengkar dengan tuturan kisanak, sampeyan niku sinten lan

asale saking pundi? Kok wona-wanine nglawan prajuride Dewata

Cengkar? „Kisanak, anda itu siapa dan asalnya darimana? Kok berani-

beraninya melawan prajuritnya Dewata Cengkar?‟ MT pun

Page 159: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

menanggapi pertanyaan P tersebut dengan tuturan jenengku Empu

Sangkala Nyai, lan wong loro iki muridku. „Nama saya Empu

Sangkala Nyai, dan dua orang ini murid saya.‟

Data 27 di atas merupakan hasil dari tindak verbal P yang terheran-

heran karena ada orang yang berani melawan para prajurit Dewata

Cengkar sehingga mendorongnya untuk mengetahui namanya.

Dengan santai MT menjawab dan menyebutkan namanya.

Page 160: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Sejalan dengan rumusan masalah, serta tujuan penelitian yang telah

ditetapkan dalam penelitian ini, maka dapat ditemukan tiga kesimpulan sebagai

berikut.

1. Bentuk tindak tutur ekspresif dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika

Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterimakasih sebanyak satu lingual, tindak

tutur memuji sebanyak satu lingual, tindak tutur menolak sebanyak satu

lingual, tindak tutur menyalahkan sebanyak empat lingual, tindak tutur

mencurigai sebanyak satu lingual, tindak tutur menuduh sebanyak satu

lingual, tindak tutur menyindir sebanyak enam lingual, tindak tutur

mengkritik sebanyak dua lingual, tindak tutur meminta maaf sebanyak tiga

lingual, tindak tutur mengejek sebanyak satu lingual, tindak tutur

menyayangkan sebanyak dua lingual, tindak tutur mengungkapkan rasa heran

sebanyak lima lingual, tindak tutur mengungkapkan rasa kaget atau terkejut

sebanyak empat lingual, tindak tutur mengungkapkan rasa jengkel atau sebal

sebanyak empat lingual, tindak tutur mengungkapkan rasa marah sebanyak

tujuh lingual, tindak tutur mengungkapkan rasa bangga sebanyak dua lingual,

tindak tutur mengungkapkan rasa malu sebanyak satu lingual, tindak tutur

mengungkapkan rasa takut sebanyak lima lingual, tindak tutur

mengungkapkan rasa simpati sebanyak dua lingual, tindak tutur

mengungkapkan rasa kecewa sebanyak satu lingual.

141

Page 161: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

2. Fungsi tindak tutur ekspresif dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika

Jawa Dwipa yang dianalisis dengan kajian pragmatik, dapat diketahui secara

tepat setelah tuturan tersebut dipergunakan dalam peristiwa tutur, dengan

mempertimbangkan konteks dari tuturan tersebut. Peristiwa tutur dalam

pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa yang dijadikan data

dalam penelitian ini terdiri dari tindak tutur berterimakasih sebanyak satu

lingual, tindak tutur memuji sebanyak satu lingual, tindak tutur menolak

sebanyak satu lingual, tindak tutur menyalahkan sebanyak empat lingual,

tindak tutur mencurigai sebanyak satu lingual, tindak tutur menuduh

sebanyak satu lingual, tindak tutur menyindir sebanyak enam lingual, tindak

tutur mengkritik sebanyak dua lingual, tindak tutur meminta maaf sebanyak

tiga lingual, tindak tutur mengejek sebanyak satu lingual, tindak tutur

menyayangkan sebanyak dua lingual, tindak tutur mengungkapkan rasa heran

sebanyak lima lingual, tindak tutur mengungkapkan rasa kaget atau terkejut

sebanyak empat lingual, tindak tutur mengungkapkan rasa jengkel atau sebal

sebanyak empat lingual, tindak tutur mengungkapkan rasa marah sebanyak

tujuh lingual, tindak tutur mengungkapkan rasa bangga sebanyak dua lingual,

tindak tutur mengungkapkan rasa malu sebanyak satu lingual, tindak tutur

mengungkapkan rasa takut sebanyak lima lingual, tindak tutur

mengungkapkan rasa simpati sebanyak dua lingual, tindak tutur

mengungkapkan rasa kecewa sebanyak satu lingual. Setiap tindak tutur

menghasilkan efek dari mitra tutur yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh

adanya tindak ilokusi dan perlokusi yang terdapat dalam masing-masing

tuturan.

Page 162: DENGAN LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA - …/Tindak...ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

3. Terjadinya sebuah tindak tutur sangat dipengaruhi oleh faktor: (a) penutur

dan mitra tutur, (b) konteks tuturan, (c) tujuan tuturan, (d) tuturan sebagai

bentuk tidakan atau aktivitas, (e) tuturan sebagai produk rindak verbal.

B. Saran

Dalam penelitian ini, penulis menyadari keterbatasan kemampuan. Untuk

itu, penulis sangat berharap kepada peneliti lain agar mengkaji lebih dalam hal

yang berkaitan dengan bahasa yang ada di dalam kesenian baik ketoprak maupun

kesenian yang lain. Penelitian Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan ketoprak

lakon Mardhika Jawa Dwipa ini baru mengkaji bentuk tindak tutur ekspresif

fungsi, dan faktor yang melatarbelakangi terjadinya tindak tutur ekspresif.

Sedangkan yang belum diteliti terkait objek yang sama yaitu ketoprak lakon

Mardhika Jawa Dwipa antara lain tentang tindak tutur asertif, deklaratif, dan

komisif terkait dengan penggunaannya dalam bahasa Jawa ketoprak. Oleh karena

itu, untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti jenis kajian tindak tutur pada

ketoprak dengan mengambil lakon yang berbeda, dan jenis tindak tutur yang lain

pada objek yang sama.