demensia pada lansia

17
DEMENSIA PADA LANJUT USIA Agustus 18, 2008 oleh meysasi A. Definisi Demensia adalah suatu sindrom yang dikarakteristikkan dengan adanya kehilangan kapasitas intelektual, melibatkan tidak hanya ingatan, namun juga kognitif, bahasa, kemampuan visual dan kepribadian. Kelima komponen tersebut tidak harus terganggu seluruhnya, namun pada sebagian besar kasus, kelima komponen ini memang terganggu dalam derajat yang bervariasi (Gallo, Joseph J : 1998). Demensia adalah suatu kondisi konvusi kronik dan kehilangan kemmapuan kognitif secara global dan progresif yang dihubungkan dengan masalah fisik (Watson, Roger : 2003). Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/ memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari (Brockle Hurst & Allen, 1987 dalam Darmojo : 2004). A. Perubahan-perubahan fisik pada lansia Sistem persyarafan

Upload: fahmis-germinativum

Post on 07-Jul-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

demensia

TRANSCRIPT

Page 1: Demensia Pada Lansia

DEMENSIA PADA LANJUT USIAAgustus 18, 2008 oleh meysasi

A. Definisi

Demensia adalah suatu sindrom yang dikarakteristikkan dengan adanya kehilangan

kapasitas intelektual, melibatkan tidak hanya ingatan, namun juga kognitif, bahasa,

kemampuan visual dan kepribadian. Kelima komponen tersebut tidak harus terganggu

seluruhnya, namun pada sebagian besar kasus, kelima komponen ini memang

terganggu dalam derajat yang bervariasi (Gallo, Joseph J : 1998).

Demensia adalah suatu kondisi konvusi kronik dan kehilangan kemmapuan kognitif

secara global dan progresif yang dihubungkan dengan masalah fisik (Watson, Roger :

2003).

Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan

ingatan/ memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari

(Brockle Hurst & Allen, 1987 dalam Darmojo : 2004).

A. Perubahan-perubahan fisik pada lansia

Sistem persyarafan

1. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel syaraf otaknya dalam

setiap harinya)

2. Cepatnya menurun hubungan persyarafan

3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres

4. Mengecilnya syaraf panca indera

5. Kurang sensitif terhadap sentuhan

Page 2: Demensia Pada Lansia

6. Penurunan kecepatan konduksi syaraf, cepat bingung, kehilangan orientasi

lingkungan, penurunan sirkulasi serebral ( pingsan, kehilangan keseimbangan )

7. Meningen menebal, giri dan sulci otak berkurang kedalamannya, degenerasi

pigmen substantia nigra, kekusutan neurofibriler dan pembentukan badan-badan

hirano

Keadaan ini sesuai dengan terjadinya patologi sindrom parkinson dan dementia

tipe alzheimer.

A. Klasifikasi demensia

Secara garis besar dikategorikan dalam 4 golongan, yaitu :

1. Demensia degeneratif primer 50-60%

2. Demensia multi infark 10-20%

3. Demensia yang reversible/ sebagian reversible 20-30%

4. Gangguan lain ( terutama neurologik ) 5-10% )

A. Etiologi demensia

Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan, untuk mengingat

berbagai keadaan tersebut telah dibuat suatu “jembatan keledai” sebagai berikut :

D Drugs ( obat-obatan )

E Emotional

M metabolik

E eye&ear

N nutrisional

Page 3: Demensia Pada Lansia

T tumor & trauma

I infeksi

A arterosklerotik

Keadaan yang secara potensial teversible atau bisa dihentikan :

1. Intoksikasi ( obat, termasuk alkohol, dll )

2. infeksi susunan syaraf pusat, tumor otak, stroke

3. Gangguan metabolik

4. Gangguan nutrisi

5. gangguan vaskuler ( dementia multi infark )

6. Lesi desak ruang

7. Hidrocephalus bertekanan normal

8. Depresi (Pseudo - dementia depresif )

( Mangoen Prasodjo: 2004 )

A. Patofisiologi

1. Dementia Degeneratif Primer

Dikenal juga dengan nama dementia tipe alzheimer, adalah suatu keadaan yang

meliputi perubahan dari jumlah, struktur dan fungsi neuron di daerah tertentu dari

kortex otak. Terjadi kekusutan neurofiblier dan plak-plak neurit dan perubahan

aktivitas kolinergik di daerah-daerah tertentu di otak. Penyebab tidak diketahui secara

pasti, tetapi beberapa teori menerangkan kemungkinan adanya faktor kromosom atau

Page 4: Demensia Pada Lansia

genetik, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam aluminium, akibat infeksi

virus lambat/ pengaruh lingkungan lain.

2. Dementia Multi Infark

Dementia ini merupakan jenis kedua terbanyak setelah penyakit alzheimer. Bisa

didapatkan secara tersendiri atau bersama dengan dementia jenis lain. Didapatkan

sebagai akibat/ gejala sisa dari stroke kortikal atau subkortikal yang berulang. Oleh

karena lesi di otak seringkali tidak terlalu besar, gejala strokenya ( berupa defisit

neurologik) tidak jelas terlihat. Dapatan yang khas adalah bahwa gejala dan tanda

menunjukkan penurunan bertingkat (stepwise), di mana setiap episode akut

menurunkan keadaan kognitifnya. Hal ini berbeda dengan dapatan pada penyakit

alzheimer, di mana gejala dan tanda akan berlangsung progresif pada penyakit

alzheimer, di mana gejala dan tanda akan berlangsung progresif.

3. Dementia pada Penyakit Neurologik

Berbagai penyakit neurologik sering disertai dengan gejala dementia. Diantaranya

yang tersering adalah penyakit parkinson, khorea huntington dan hidrocephalus

bertekanan normal. Gejala mirip dementia sub kortikal, yaitu selain didapatkan

dementia juga gejala postur dan langkah (gait) serta depresi.

4. Sindroma Amnestik dan Pelupa Benigna Akibat Penuaan

Pada dementia amnestik terdapat gangguan menori (daya ingat)/ hal yang baru terjadi,

biasanya penyebabnya adalah :

a. Defisiensi tiamin ( sering akibat pemakaian alkohol berlebihan )

b. Lesi pada struktur otak bagian temporal tengah ( akibat trauma atau anoksia )

c. Iskemia global translen (sepintas) akibat insufisiensi cerebrovaskuler.

A. Manifestasi klinik

Page 5: Demensia Pada Lansia

1. Dementia degeneratif primer (alzheimer)

Penyakit alzheimer mempunyai awitan yang lambat dibandingkan dementia multi

infark. Penyakit ini muncul secara berabgsur-angsur, tetapi kemampuan kognitif

mengalami kemunduran secara progresif tanpa berhenti/ meningkat

Gejala klinik alzheimer dibedakan dalam 3 fase ( Whaley, 1997 ) :

a. Fase I

Ditandai dengan gangguan memori subyektif, konsentrasi buruk dan gangguan

visuo-spatial. Limgkungan yang biasa menjadi seperti asing, sukar menemukan

jalan pulang yang biasa dilalui. Penderita mungkin mengeluhkan agnosia kanan

dan kiri. Bahkanpada fase dini ini rasa tilikan sudah terganggu.

b. Fase II

Terjadi tanda yang mengarah kerusakan fokal, kortikal, walaupun tidak terlihat

pola defisit yang khas. Gejala neurologik mungkin termasuk tanggapan ekstensor

plantans dan beberapa kelemahan fasial, delusi dan halusinasi mungkin terdapat,

walaupun pembicaraan mungkin masih kelihatan normal.

c. Fase III

Pembicaraan terganggu berat, mungkin sama sekali hilang. Penderita tampak

terus menerus apatik. Banyak penderita tidak mengenali diri sendiri/ orang yang

dikenalnya. Penderita sering hanya berbaring di tempat tidur, inkontinensia alvi/

urine. Gejala neurologik menunjukkan gangguan berat dari gerak langkah, tonus

otot, sindrom kluver-Bucy ( apatis, gangguan pengenalan, gerak mulut tidak

terkontrol, amnesia, bulimia ).

2. Dementia multi infark

Page 6: Demensia Pada Lansia

Dapatan yang khas adalah bahwa gejala dan tanda menunjukkan penurunan

bertingkat di mana setiap episode akut menurunkan keadaan kognitifnya.

3. Dementia pada penyakit neurologik

Gejala mirip dementia subkortikal yaitu selain didapatkan dementia juga gejala

postur langkah gait seperti depresi. Pada MRI didapatkan pelebaran ventrikel

melebihi proporsi dibanding atrofi kortikal otak.

4. Sindroma amnestik dan pelupa benigna akibat penuaan

a. Gejala utama adalah gangguan memori (pada kedua keadaan di atas)

b. Pada dementia terdapat gangguan fungsi kortikal

c. Pada sindroma amnestik terdapat gangguan pada daya ingat hal yang baru terjadi

d. Pelupa benigna akibat penuaan biasanya terlihat sebagai gangguan ringan daya

ingat yang tidak progresif dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Biasanya

dikenali oleh keluarga, teman karena sering mengulang pertanyaan yang sama/

lupa pada kejadian yang baru terjadi. Bila gangguan daya ingat bertambah

progresif disertai gangguan intelektual yang lain maka kemungkinan besar

diagnosis dementia dapat ditegakkan (Brockle hurst et. Al 1994, dalam Darmojo :

2004 ).

A. Penatalaksanaan

1. Optimalkan fungsi dan penderita :

a. Obati penyakit yang mendasari

b. Upayakan aktivitas fisik dan mental

c. Persiapkan penderita bila akan berpindah tempat

d. Akses keadaan lingkungan kalau perlu buat perubahan

Page 7: Demensia Pada Lansia

e. Hindari pemakaian obat yang memberikan efek samping pada SSP

2. Kenali dan obati komplikasi

a. Depresi

b. Agitasi

c. Inkontinensia

d. Gangguan perilaku lain

e. Mengembara dan berbagai perilaku merusak

3. upayakan perumatan berkesinambungan

4. Upayakan informasi medis bagi penderita dan keluarga

a. Berbagai hal tentang penyakitnya

b. Prognosis

c. Kemungkinan gangguan atau kelainan yang terjadi

5. Upayakan informasi pelayanan sosial yang ada pada penderita dan keluarganya

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Apakah klien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari

Adakah kelemahan

Adakah delusi/ halusinasi

Bulimia ada atau tidak

Page 8: Demensia Pada Lansia

Adakah inkontinensia alvi/ uri

Adakah gangguan memori dan gangguan konsentrasi

Bagaimana kemampuan kognitifnya

Tidak bisa mengingat hal yang baru terjadi

Kebutuhan sehari-hari (ADL) perlu bantuan/ tidak

Gangguan dalam komunikasi/ tampak apatis

A. Masalah keperawatan yang mungkin muncul

Perubahan proses pikir

Perunahan persepsi sensori

Perubahan pola eliminasi

Risiko terhadap trauma

A. Fokus intervensi

1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron

ireversible

Kriteria hasil :

Klien mampu mengenali perubahan dalam berfikir/ tingkah laku dan faktor-faktor

penyebab jika memungkinkan

Klien mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan,

ancaman, dan kebingungan.

Intervensi :

Page 9: Demensia Pada Lansia

a. Kaji derajat gangguan derajat kognitif, orientasi orang, tempat dan waktu

R/ memberikan dasar untuk evaluasi/ perbandingan yang akan datang dan

mempengaruhi pilihan terhadap intervensi

b. Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang

R/ kebisingan, keramaian, orang banyak biasanya merupakan sensori yang

berlebih yang meningkatkan gangguan neuron

c. Tatap wajah ketika bercakap-cakap dengan klien

R/ menimbulkan perhatian, terutama pada orang-orang dengan gangguan

perseptual

d. Panggil pasien dengan namanya

R/ menimbulkan pengenalan terhadap realita dan individu

e. Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada pasien

R/ meningkatkan kemungkinan pemahaman, ucapan yang tinggi/ keras

menimbulkan marah/ stress

f. Gunakan hal-hal yang humoris saat berinteraksi pada pasien

R/ tertawa dapat membantu dalam komunikasi dan membantu meningkatkan

kestabilan emosi

g. Ijinkan untuk mengumpulkan benda-benda yanga aman

R/ memelihara keamanan dan membuat keseimbangan kehilangan yang sudah

pasti

h. Evaluasi pola dan kecukupan tidur/ istirahat

Page 10: Demensia Pada Lansia

R/ kekurangan tidur dapat mengganggu proses tidur dan kemampuan koping

pasien

2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan

atau integrasi sensori ( defisit neurologis )

Kriteria hasil :

Klien mampu mendemonstrasikan respon yang menigkat/ sesuai dengan stimulasi

Klien mampu mengidentifikasi/ mengontrol faktor-faktor eksternal yang berperan

terhadap perubahan dalam kemampuan persepsi sensori

Intervensi :

a. Kaji derajat sensori/ gangguan persepsi

R/ keterlibatan otak biasanya global, mungkin memperlihatkan masalah yang

bersifat asimetrik yang dapat menyebabkab klein hilang kemampuan pada salah

satu sisi tubuhnya

b. Mempertahankan hubungan orientasi realita dan lingkungan

R/ menurunkan kekacauan mental dan meningkatkan koping terhadap frustasi

karena salah persepsi dan disorientasi

c. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau

R/ membantu untuk menghindari masukan sensori penglihatan/ pendengaran yang

berlebih

d. Berikan sentuhan dalam cara perhatian

R/ dapat meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri

Page 11: Demensia Pada Lansia

e. Berikan perhatian dalam kenangan indah secara berkala (musik, cerita, foto yang

menyenangkan)

R/ menstimulasi ingatan, membangkitkan memori, membantu pengungkapan diri

melalui peristiwa masa lalu

f. Ajak picnic sederhana, jalan-jalan keliling rumah sakit dan pantau aktivitas

R/ picnic menunjukkan realita dan memberikan stimulasi sensori yang

menyenangkan

3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif

Kriteria hasil :

Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat

kemampuan diri sendiri

Klien mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber pribadi/

komunitas yang dapat memberikan bantuan

Intervensi :

a. Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri

R/ memahami penyebab yang mempengaruhi pilihan intervensi

b. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan

R/ sesuai dengan perkembangan penyakit kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin

dilupakan

c. Lakukan pengawasan namun berikan kesempatan untuk melakukan sendiri

sebanyak mungkin sesuai kemampuan

R/ mudah sekali terjadi frustasi jika kehilangan kemandirian

Page 12: Demensia Pada Lansia

d. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas

R/ pekerjaan yang tadinya mudah (berpakaian, mudah) sekarang menjadi terhambat

karena adanya penurunan ketrampilan motorik dan perubahan kognitif dan

perubahan fisik

e. Bantu untuk mengenakan pakaian yang rapi

R/ meningkatkan kepercayaan, dapat menurunkan perasaan kehilangan dan

meningkatkan kepercayaan untuk hidup

4. Perubahan pola eliminasi berhubunagn dengan kehilangan fungsi neurologis/ tonus

otot

Kriteria hasil :

Klien mampu menciptakan pola eliminasi yang adekuat

Intervensi :

a. Kaji pola sebelumnya dan bandingkan dengan pola yang sekarang

R/ memberikan informasi mengenai perubahan yang mungkin selanjutnya

memerlukan intervensi

b. Berikan cahaya yang cukup terutama malam hari

R/ meningkatkan orientasi kamar mandi

c. Berikan kesempatan untuk melakukan toileting dengan interval waktu yang teratur

R/ ketaatan pada jadwal harian dan teratur dapat mencegah cidera

d. Buat program latihan kandung kemih

R/ menstimulasi kesadaran klien, meningkatkan pengaturan fungsi tubuh

Page 13: Demensia Pada Lansia

e. Batasi minum saat menjelang malam dan waktu tidur

R/ dapat menurunkan seringnya berkemih, inkontinensia selama malam hari