demam tifoid 1

25
CASE PASIEN BAGIAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI Nama Mahasiswa : Cendri diana Tanda Tangan: NIM : 030.05.056 Dokter Pembimbing : dr. Thomas, Sp.A I. IDENTITAS Data Pasien Ayah Ibu Nama An. I Tn. B Ny. I Tanggal Lahir / Umur 11 Tahun 35 Tahun 33 Tahun Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Wanita Alamat Kampung Lokomotif RT. 08/05 kel. KA tengah, Bekasi utara Agama Islam Islam Islam Suku Bangsa Sunda Sunda Sunda Pendidikan SLTP SLTA SLTP Pekerjaan Pelajar Karyawan swasta Ibu Rumah Tangga Penghasilan - - - Keterangan Hubungan dg - - Demam Tifoid Page 1

Upload: cendri-diana

Post on 01-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

just shared

TRANSCRIPT

Page 1: demam tifoid 1

CASE PASIEN BAGIAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

Nama Mahasiswa : Cendri diana Tanda Tangan:

NIM : 030.05.056

Dokter Pembimbing : dr. Thomas, Sp.A

I. IDENTITAS

Data Pasien Ayah Ibu

Nama An. I Tn. B Ny. I

Tanggal Lahir /

Umur11 Tahun 35 Tahun 33 Tahun

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Wanita

Alamat Kampung Lokomotif RT. 08/05 kel. KA tengah, Bekasi utara

Agama Islam Islam Islam

Suku Bangsa Sunda Sunda Sunda

Pendidikan SLTP SLTA SLTP

Pekerjaan Pelajar Karyawan swasta Ibu Rumah Tangga

Penghasilan - - -

Keterangan

Hubungan dg

orangtua anak

kandung.

- -

Demam Tifoid Page 1

Page 2: demam tifoid 1

II. RIWAYAT PENYAKIT

Anamnesis : dilakukan autoanamnesis terhadap pasien tanggal 3 Februari 2013 jam

15.00 WIB

Keluhan Utama : Demam sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

Keluhan Tambahan : Mual, muntah, nyeri perut, mencret, pegal pegal, tidak nafsu makan,

lemas

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Kota Bekasi diantar orang tuanya dengan keluhan demam

sejak 7 hari SMRS. Demam naik turun, meningkat terutama saat sore menjelang malam hari

dan berkurang pada pagi hari, kadang disertai menggigil dan keringat dingin. Ibu pasien

hanya mengukur suhu dengan perabaan tangan dan dirasakan sangat panas. Riwayat kejang

saat demam disangkal.

5 hari SMRS pasien mengeluh mual dan muntah 1 kali, berisi makanan dan cairan

berwana kecoklatan kurang lebih sebanyak 1 gelas, darah disangkal. Nafsu makan pasien

menurun dan sejak 3 hari SMRS BAB encer tanpa ampas dengan frekuensi 4-5 kali per hari, darah

(-), berwarna kuning kecoklatan. Pasien juga mengeluh badan terasa pegal pegal , kadang nyeri

perut seperti tertusuk tusuk dan lemas. Batuk, pilek, nyeri tenggorokan, keluar cairan dari

telinga, bintik bintik merah pada kedua tangan dan kaki serta perdarahan gusi maupun hidung

disangkal oleh pasien. BAK normal pasien normal.

4 hari SMRS pasien dibawa ke klinik 24 jam dan diberikan obat penurun panas dan

antibiotik (namun lupa nama obatnya) namun keluhan masih belum membaik. Karena tidak

kunjung membaik akhirnya orang tua membawa pasien ke UGD RSUD Kota Bekasi dan

dianjurkan untuk rawat inap.

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteria - Jantung -

Cacingan - Diare - Ginjal -

Demam

Berdarah

- Kejang - Darah -

Demam Tifoid Page 2

Page 3: demam tifoid 1

Demam

Thypoid- Kecelakaan - Radang paru -

Otitis - Morbili - Tuberkulosis -

Parotitis - Operasi - Lainnya -

Kesan :

Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat alergi,

batuk lama, dirawat di RS, operasi, trauma serta berpergian ke luar kota dalam

beberapa bulan terakhir disangkal pasien.

Riwayat Penyakit Pada Anggota Keluarga Lain / Orang Lain Serumah

Anggota keluarga yang tinggal satu rumah maupun tidak serumah tidak ada yang memiliki

keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat alergi, tekanan darah tinggi, kencing manis, asma

disangkal.

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tidak ada

Perawatan antenatalSering periksa ke bidan tiap

bulan, vaksin TT(+)

KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah bersalin

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Spontan/normal

Masa gestasi Cukup bulan (38 minggu)

Keadaan bayi Berat lahir : 3100 gram

Panjang badan : 49 cm

Lingkar kepala : tidak tahu

Demam Tifoid Page 3

Page 4: demam tifoid 1

Langsung menangis (+)

Kulit kemerahan

Kesan : Riwayat kehamilan dan kelahiran baik

IV. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

Pertumbuhan gigi I : Umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan)

Psikomotor

Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)

Duduk : Umur 7 bulan (Normal: 6-9 bulan)

Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : Umur 13 bulan (Normal: 13 bulan)

Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Baca dan Tulis : Umur 6 tahun

Gangguan perkembangan mental/emosi : tidak ada

Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan tidak ada kelainan

V. RIWAYAT MAKANAN

Umur

(bulan

)

ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

0 – 2 ASI - - -

2 – 4 ASI - - -

4 – 6 ASI+PASI - - -

6 – 8 ASI+PASI - + -

8 – 10 PASI + + -

10 -12 PASI + + +

Demam Tifoid Page 4

Page 5: demam tifoid 1

Umur Diatas 1 Tahun

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

Nasi/Pengganti 3x/hari, satu piring

Sayur 2x/hari, 1 mangkuk/kali

Daging 1x/minggu, 1 potong/kali

Telur 1butir, setiap hari

Ikan 1x/minggu

Tahu 1 potong, setiap hari

Tempe 1 potong, setiap hari

Susu (merk/takaran) Susu dancow 1x/hari, takaran tidak ingat

Lain-lain Sering jajan di luar rumah ( pedagang keliling)

Kesan: Riwayat makanan baik namun pasien memiliki kebiasaan sering jajan di luar

rumah.

VI. RIWAYAT IMUNISASI

Demam Tifoid Page 5

Page 6: demam tifoid 1

Kesan: Riwayat imunisasi dasar pasien cukup lengkap namun ibu pasien agak lupa

imunisasi yang telah diberikan

VII. RIWAYAT KELUARGA

Corak Reproduksi

No Tanggal

lahir (umur)

Jenis

kelamin

Hidup Lahir

Mati

Abortus Mati

(sebab)

Keterangan

kesehatan

1. 11tahun

(pasien)

Perempuan + - - - Sakit

2. 5 tahun Perempuan + - - - Sehat

VIII. RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI LINGKUNGAN

Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan adiknya di sebuah rumah milik

sendiri dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai

keramik, berdinding bata. Rumah terletak di gang yang cukup sempit, padat

penduduk dan agak kumuh.

Keadaan rumah sempit, pencahayaan cukup, ventilasi cukup.Sumber air

bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik namun

pembuangan sampah tidak setiap hari diangkut oleh petugas kebersihan.

Kesan :

Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien kurang baik sehingga memungkinkan

pasien menderita penyakit infeksi.

IX. PEMERIKSAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 3 Februari 2013

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital

Frekuensi Nadi : 88x/menit

Tekanan Darah : 100/85 mmHg

Demam Tifoid Page 6

Page 7: demam tifoid 1

Frekuensi Pernafasan : 20x / menit, reguler

Suhu Tubuh : 37,8oC

Data Antropometri

Berat Badan : 34 kg

Tinggi Badan : 140cm

Kepala

Bentuk : Normocephali

Rambut : Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata.

Mata : Pupil isokor, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+), sklera tidak

Ikterik, konjungtiva anemis (-)/(-)

Telinga : Normotia, membrane timpani intake, serumen -/-.

Hidung : Bentuk normal,deviasi septum (-), sekret(-), nafas cuping

hidung -/-

Mulut : Bibir merah muda, kering, sianosis (-), trismus (-), coated

tounge (+)

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thoraks :

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris

Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris

Perkusi : sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Cor : BJ I & II normal, murmur -, gallop –

Abdomen :

Inspeksi : Perut tampak datar .

Auskultasi : Bising usus (+) 6x/menit.

Palpasi :Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba besar

Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen, ascites (-).

Kulit : Ikterik (-), petechie (-)

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), capillary refill < 2 detik,

turgor cukup.

Demam Tifoid Page 7

Page 8: demam tifoid 1

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan pemeriksaan darah pada tanggal 3 Februari 2013

Demam Tifoid Page 8

JENIS PEMERIKSAAN HASIL

PEMERIKSAAN

NILAI NORMAL

Hematologi

Hemoglobin 12,2g/dl 12-16 g/Dl

Hematokrit 37,4% 37 - 47 %

Lekosit 6.800/ul 5-10 rb/ul

Trombosit 257.000/ul 150-400 rb/ul

Imunoserologi

Widal

S. Typhi O

S. Paratyphi AO

S. Paratyphi BO

S. Paratyphi CO

S. Typhi H

S. Paratyphi AH

S. Paratyphi BH

S. Paratyphi CH

1/320

1/320

1/320

1/320

1/160

1/40

1/160

1/40

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Page 9: demam tifoid 1

XI. RESUME

Anak I, wanita, umur 11 tahun datang dibawa orang tuanya ke UGD RSUD Bekasi

dengan keluhan demam sejak 7 hari SMRS. Demam naik turun, meningkat terutama saat sore

menjelang malam hari dan berkurang pada pagi hari, kadang disertai menggigil dan keringat

dingin. 5 hari SMRS, pasien mengeluh mual dan muntah 1 kali, berisi makanan dan cairan

berwarna kecoklatan kurang lebih sebanyak 1 gelas. Nafsu makan pasien menurun dan sejak

3 hari SMRS, BAB encer tanpa ampas dengan frekuensi 4-5 kali per hari, darah (-), berwarna kuning

kecoklatan . Badan terasa pegal pegal dan lemas serta kadang nyeri perut seperti tertusuk.

Pasien sudah dibawa berobat ke klinik 24 jam dan diberi obat penurun panas serta antibiotik

namun keluhan masih belum membaik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, suhu tubuh 37,9oC,

bibir terlihat kering, coated tongue (+). Dari hasil laboratorium didapatkan leukosit 6.800/ ul,

tes widal S. Typhi O 1/320, S. Paratyphi AO 1/320, S. Paratyphi BO 1/320, S. Paratyphi CO

1/320, S. Typhi H 1/160, S. Paratyphi AH 1/40, S. Paratyphi BH 1/160 dan S. Paratyphi CH

1/40.

XII. DIAGNOSIS BANDING

Gastroenteritis

XIII. DIAGNOSIS KERJA

Demam Tifoid

XIV. PEMERIKSAAN ANJURAN

Pemeriksaan Tubex

Pemeriksaan Faeces lengkap

XV. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa

- Tirah baring

- Edukasi kepada orangtua agar menjaga kesehatan lingkungan

Demam Tifoid Page 9

Page 10: demam tifoid 1

Medikamentosa

- IVFD Kaen 3B 1000cc +50cc (7) =1350cc 1350x20/24x60 = 18,75 20 tpm

- Inj Kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari (dibagi 4 dosis) 4x400 mg

- Injeksi ranitidine 1 mg/kgBB/kali 2x35mg

- Paracetamol 3 x 250 mg tab

- Lacto B 2x1 sachet

- Zinkid 1x1 cth

XVI. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad functionam : bonam

Ad sanasionam : bonam

Demam Tifoid Page 10

Page 11: demam tifoid 1

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi

Demam tifoid yang disebut juga tifus abdominalis atau enteric fever atau Eberth disease merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan Salmonella typhi pada usus halus ( terutama di daerah iliosaekal), biasanya dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

II.2. Etiologi

Demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi di mana merupakan kuman gram negatif, berflagel ( bergerak dengan rambut getar) dan tidak berspora. Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob serta mati pada suhu 56oC dan pada keadaan kering. Di dalam air, kuman ini dapat bertahan hidup selama 4 minggu dan hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.

Salmonella typhi ini memiliki 3 macam antigen antara lain

- Antigen O (Ohne Hauch) Somatik antigen berupa kompleks polisakarida dan tidak menyebar

- Antigen H ( Hauch) Terdapat pada flagel dan bersifat termolabil

- Antigen Vi ( Kapsul) Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

Dalam serum pasien demam tifoid akan terbentuk antibodi (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

II.3. Epidemiologi

Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia dan Oceania termasuk Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang bisa menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun di mana 600.000 kejadian di antaranya menyebabkan kematian.

Di Indonesia, 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun di mana ini akan meningkat setelah umur 5 tahun. Terdapat dua sumber penularan kuman Salmonella typhi antara lain pasien yang menderita demam tifoid dan yang lebih sering yaitu dari carrier ( orang yang

Demam Tifoid Page 11

Page 12: demam tifoid 1

telah sembuh dari demam tifoid namun masih mengeksresikan Salmonella typhi dalam tinjanya selama lebih dari satu tahun).

II.4. Patogenesis dan patofisiologi

Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui faecal-oral transmittion dari orang ke orang maupun melalui makanan atau minuman yang tidak higienis di mana telah terkontaminasi dengan faeces atau urine. Setelah tiba di lambung, sebagian kuman akan dihancurkan oleh asam lambung dan sebagian lagi akan masuk ke usus halus.

Penyakit yang timbul tergantung beberapa faktor, antara lain

- Jumlah organisme yang ditelan Untuk dapat menimbulkan infeksi, diperlukan 105-109 kuman Salmonella typhi. Setelah di lambung, sebagian kuman akan dihancurkan oleh asam lambung.

- Kadar keasaman dalam lambung Jumlah bakteri yang mampu bertahan hidup tergantung keasaman lambung di mana bakteri akan masuk ke dalam lumen usus dan melekat pada mikrovili sehingga menyerang epitel dan mencapai lamina propria

Melalui plaque peyeri di ileum distal, bakteri masuk ke dalam KGB mesenterium dan mencapai aliran darah melalui duktus torasikus sehingga menyebabkan bakteriemia pertama yang asimptomatis.

Kuman lalu akan masuk ke dalam organ organ sistem retikuloendotelial (RES) terutama di hepar dan limpa sehingga akan membesar disertai nyeri bila diraba. Kuman akan masuk ke dalam peredaran darah sehingga terjadi bakteriemia kedua yang simptomatis ( di mana ini akan menimbulkan gejala klinis). Kuman yang ada di dalam hepar juga akan masuk ke dalam kandung empedu dan berkembang biak di sana serta bersama dengan asam empedu dikeluarkan dan masuk ke dalam usus halus.

Kuman lalu akan menginvasi epitel usus kembali dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong pada mukosa di atas plaque peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus di mana bisa menjadi peritonitis. Pada masa bakteriemia, kuman akan mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan antigen somatic ( lipopolisakarida). Endotoksin ini sangat berperan membantu proses radang lokal di mana akan merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Ini akan mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus dan terjadilah demam. Gejala yang terjadi pada saluran pencernaan disebabkan kelainan di usus.

II.5. Gejala klinis

Gejala klinis demam tifoid pada anak anak biasanya lebih ringan dibandingkan dewasa. Masa inkubasi rata rata 10-14 hari di mana selama masa inkubasi ini dapat ditemukan gejala gejala prodromal antara lain anoreksia, letargia, malaise, nyeri kepala dan batuk.

Demam Tifoid Page 12

Page 13: demam tifoid 1

Lalu terjadi gejala gejala klinis yang biasa ditemukan antara lain

- Demam Pada kasus kasus tertentu, demam terjadi selama 3 minggu di mana bersifat febris remittent dan tidak terlalu tinggi. Pada minggu I, suhu tubuh cenderung meningkat setiap hari ( biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore atau malam hari). Dalam minggu II, pasien terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu III, suhu perlahan lahan turun dan normal kembali pada akhir minggu III.

- Gangguan saluran pencernaan Pada mulut, didapatkan bau napas yang tidak sedap, bibir kering dan pecah ( rhagaden), lidah ditutupi oleh selaput putih kotor ( coated tongue) serta ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan adanya kembung ( meteorismus). Hepar dan lien yang membesar disertai nyeri bila diraba. Biasanya juga terdapat konstipasi pada anak yang lebih tua dan remaja tapi kadang dapat juga normal bahkan diare pada anak yang lebih muda.

- Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak terlalu parah berupa apatis sampai somnolen.

Selain gejala gejala di atas, mungkin dapat ditemukan adanya

- Roseola atau rose spotIni dapat ditemukan pada punggung, perut bagian atas dan dada bagian bawah. Ini merupakan bintik bintik merah dengan diameter 2-4 mm yang akan hilang dengan penekanan dan sulit didapatkan pada orang yang berkulit gelap. Rose spot ini timbul akibat embolisasi bakteri dalam kapiler kulit. Biasanya ini ditemukan pada minggu pertama demam.

- Bradikardia relatif di mana ini biasanya ditemukan pada awal minggu ke II

II.6. Diagnosis

Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis berupa adanya demam, gangguan gastrointestinal bahkan mungkin disertai adanya gangguan kesadaran. Untuk memastikan diagnosis tersangka demam tifoid maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain

- Pemeriksaan darah tepi Pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan gambaran leukopenia, limfositosis relatif, neutropenia pada permulaan sakit serta mungkin anemia dan trombositopenia ringan. Anemia terjadi karena supresi sum sum tulang, defisiensi Fe atau perdarahan usus.

- Tes widal

Demam Tifoid Page 13

Page 14: demam tifoid 1

Tes ini merupakan pemeriksaan serologis yang pertama kali diperkenalkan dan masih banyak digunakan. Uji widal klasik mengukur antibodi terhadap antigen O dan H Salmonella typhi. Diagnosis demam tifoid ditegakkan bila kenaikan titer Salmonella typhi O > 1/200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens. Deteksi anti O dan anti H dalam serum tidak selalu menunjukkan adanya infeksi Salmonella typhi sehingga peningkatan titer tidak spesifik. Anti O dan H negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi. Hasil negatif palsu dapat disebabkan antibodi yang belum terbentuk karena spesimen diambil terlalu dini atau antibodi tidak terbentuk akibat defek pembentukan antibodi.

- Tubex test Tes ini mendeteksi serum antibodi berdasarkan penghambatan pengikatan antara 2 tipe partikel reagen, partikel magnetik diselubungi antigen Salmonella typhi dengan antigen Salmonella typhi lipopolisakarida (LPS) dan partikel indikator berwarna yang diselubungi dengan anti O9 IgM monoclonal antibody (MAb). Reaktan kemudian dicampur di sbeuah tabung mikro khusus selama 2 menit. Kemudian tabung ditempatkan pada sebuah magnet dan sehingga partikel magnet akan berada pada dasar tabung, bersama atau tanpa partikel indikator berwarna tergantung ada atau tidaknya hambatan pengikatan dari anti O9 Mab. Hasil reaksinya dibaca berdasarkan warna resultan dari supernatant yang mengikuti sedimentasi dari butir butir magnetik. Pada keadaan tidak adanya antibodi penghambat, terdapat perubahan ( dari warna biru ke merah) karena adanya kosedimentasi dari partikel indikator dengan partikel magnetik namun bila terdapat antibodi, antibodi akan mencegah perubahan warna tersebut tergantung konsentrasinya. Dari sebuah studi tentang perbandingan alat tes diagnosis untuk demam tifoid didapatkan sensitifitas dan spesifisitas untuk Multi Test Dip S Ticks ( deteksi IgG) adalah 89% dan 53%, TyphiDot ( deteksi IgG dan IgM) adalah 79% dan 89% serta Tubex ( deteksi IgM) adalah 78% dan 94% sehingga dapat disimpulkan 2 alat tes cepat yang memberikan hasil yang menjanjikan yaitu TyphiDot dan Tubex.

- PCR Ini digunakan untuk mendeteksi DNA Salmonella typhi di mana akan dilipatgandakan. PCR dapat mendeteksi DNA bakteri baik yang hidup atau telah mati. Hasil positif tidak selalu menunjukkan adanya infeksi aktif dan hasil negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi karena ada beberapa zat yang dapat menghambat reaksi.

- Kultur Ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk demam tifoid tapi sensitifitasnya rendah. Hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila jumlah spesimen sedikit, waktu pengambilan spesimen tidak tepat atau telah mendapat pengobatan antibiotik. Keterlibatan biakan strain Salmonella biasanya merupakan dasar untuk diagnosis. Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit Biakan sum sum tulang masih positif sampai minggu ke 4

Demam Tifoid Page 14

Page 15: demam tifoid 1

Biakan sum sum tulang merupakan metode yang paling sensitif Kultur tinja biasanya positif pada minggu ke 3 sampai ke 5

II.7. Tatalaksana

Tata laksana pasien demam tifoid dapat dilakukan dengan medika mentosa serta non medika mentosa. Non medika mentosa antara lain

- Tirah baring - Isolasi pasien dan desinfeksi pakaian serta ekskreta - Pemenuhan kebutuhan cairan tubuh dan nutrisi

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

Medika mentosa yang bisa diberikan pada pasien demam tifoid antara lain

- Antipiretik terutama bila suhu tubuh lebih dari 38,5oC - Antibiotika

Kloramfenikol Merupakan pilihan pertama untuk pengobatan demam tifoid. Dosis yang diberikan 100mg/kgBB/hari dibagi 4x pemberian selama 10-14 hari. Dosis maksimalnya 2g/hari. Hari pertama diberikan setengah dosis dahulu, selanjutnya diberikan sesuai dosis di atas karena bila diberikan dalam dosis penuh maka kuman akan banyak yang mati dan akibatnya endotoksin meningkat dan demam akan bertambah tinggi. Kloramfenikol ini tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit < 2.000/ul.

AmpisilinDosis yang diberikan 100-200 mg/kgBB/hari dibagi 4x pemberian secara oral atau suntikan intravena selama 14 hari

Amoksilin Dosis yang diberikan 100 mg/kgBB/hari dibagi 4x yang memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol walaupun penurunan demam yang lebih lama. Pemberian oral biasanya diberikan selama 10 hari.

Kotrimoxazol Dosis yang diberikan 10 mg/kgBB/ hari yang dibagi 2 kali pemberian oral selama 10 hari.

Pada kasus demam tifoid yang disebabkan Salmonella typhi yang resisten terhadap berbagai obat di atas ( Multi Drug Resistance), dapat diberikan :

CeftriaxoneDosis yang diberikan 50-80 mg/kgBB/ hari secara tunggal intravena selama 10 hari.

Cefixime

Demam Tifoid Page 15

Page 16: demam tifoid 1

Dosis yang diberikan 10-12 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis per oral selama 10 hari.

- Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran Obat yang biasa diberikan adalah deksametason dengan dosis 1-3 mg/kgBB/ hari intravena, dibagi dalam 3 dosis hingga kesadaran membaik. Deksametason diberikan dengan dosis awal 3 mg/kgBB.hari diikuti dengan 1mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari.

II.8. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi bila demam tifoid tidak diobati dengan tepat antara lain

1. IntestinalIni umumnya jarang terjadi tapi dapat berakibat fatal, antara lain

- Perdarahan usus

Dapat bervariasi dari mikroskopik sampai terjadi melena dan jika sangat berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda syok berupa penurunan suhu tubuh dan tekanan darah yang drastis.

- Perforasi ususIni dapat timbul pada minggu ketiga dan sering terjadi pada ileum distal. Bila hanya terjadi perforasi tanpa peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dalam rongga peritoneum di mana pekak hati menghilang dan terdapat udara bebas ( free air sickle) di antara hati dak diafragma pada foto roentgen abdomen yang dibuat pada posisi tegak.

- PeritonitisIni ditandai dengan adanya gejala abdomen akut antara lain nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang ( defence muskular) dan nyeri tekan.

2. EkstraintestinalMiokarditis dapat terjadi dengan gejala klinis berupa aritmia, perubahan ST-T pada EKG, syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada jantung. Hepatitis tifosa asimptomatik dapat terjadi pada demam tifoid yang ditandai dengan peningkatan kadar transaminase maupun kolesistitis akut juga dapat terjadi.

II.9. Prognosis

Umumnya demam tifoid ini prognosisnya baik dengan pengobatan yang cepat dan tepat. Prognosis pasien tergantung dari ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya dan ada atau tidaknya komplikasi. Prognosis menjadi buruk bila terdapat gejala klinis yang berat antara lain :

- Hiperpireksia atau febris kontinua - Kesadaran menurun - Malnutrisi

Demam Tifoid Page 16

Page 17: demam tifoid 1

- Terdapat komplikais yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonia, dllDi negara maju, dengan pemberian antibiotik yang adekuat, angka mortalitas < 1%. Di negara berkembang, angka mortalitas > 10 % biasanya terjadi akibat keterlambatan diagnosis, perawatan dan pengobatan.

II.10. Pencegahan

Secara umum, setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kuman Salmonella typhi akan mati bila dipanaskan dalam air 57oC beberapa menit atau dengan proses iodinasi atau klorinasi. Penurunan endemisitas sesuatu daerah tergantung pada baik atau buruknya pengadaan sarana air, pengaturan pembuangan sampah dan tingkat kesadaran individu terhadap higiene dan pendidikan kesehatan masyarakat.

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan vaksinasi. Vaksin yang digunakan adalah vaksin kuman yang dimatikan atau dilemahkan di mana ini terbuat dari kuman Salmonella typhi yang telah dimatikan namun tidak memberikan perlindungan yang baik. Sedangkan vaksin dari kuman yang dilemahkan dapat memberikan perlindungan sebesar 87-95% per 36 bulan. Pemberian IM dengan dosis 0,5cc. Vaksin ini terutama diberikan pada daerah endemik tifoid.

Demam Tifoid Page 17

Page 18: demam tifoid 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku kuliah : Ilmu Kesehatan Anak : Jilid 2 : Balai Penerbit FKUI, Jakarta.2002:593-5982. Behrman RE,dkk.Typhoid Fever.Nelson Textbook of pediatrics.17 th edition : WB

Saunders Co. 2004: 916-9193. Current : Medical Diagnosis & Treatment. Forty-third edition. McGraw-Hill.2004 : 1362-

1363 4. Berman RE, dkk. Demam Enterik. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 15. Volume 2.

1996 : 970-9735. Garna H, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta. 2008:368-375 6. Demam Tifoid. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP

Cipto Mangunkusumo. 2007 : 173-176 7. Tam FCH, Lim PL. 2003. Tubex Provide the Sole Detection of IgM, not IgG, O9-

antibodies, thus enabling diagnosis of purely acute typhoid fever. 8. SJ Olse, et al. 2004. Comparative Evaluation of Diagnostic Tests in Acute Serological

Diagnosis of Typhoid Fever ( Salmonella typhi) 9. Noer,S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI, 1996

Demam Tifoid Page 18