demam tifoid 1
DESCRIPTION
just sharedTRANSCRIPT
CASE PASIEN BAGIAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI
Nama Mahasiswa : Cendri diana Tanda Tangan:
NIM : 030.05.056
Dokter Pembimbing : dr. Thomas, Sp.A
I. IDENTITAS
Data Pasien Ayah Ibu
Nama An. I Tn. B Ny. I
Tanggal Lahir /
Umur11 Tahun 35 Tahun 33 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Wanita
Alamat Kampung Lokomotif RT. 08/05 kel. KA tengah, Bekasi utara
Agama Islam Islam Islam
Suku Bangsa Sunda Sunda Sunda
Pendidikan SLTP SLTA SLTP
Pekerjaan Pelajar Karyawan swasta Ibu Rumah Tangga
Penghasilan - - -
Keterangan
Hubungan dg
orangtua anak
kandung.
- -
Demam Tifoid Page 1
II. RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis : dilakukan autoanamnesis terhadap pasien tanggal 3 Februari 2013 jam
15.00 WIB
Keluhan Utama : Demam sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Keluhan Tambahan : Mual, muntah, nyeri perut, mencret, pegal pegal, tidak nafsu makan,
lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Kota Bekasi diantar orang tuanya dengan keluhan demam
sejak 7 hari SMRS. Demam naik turun, meningkat terutama saat sore menjelang malam hari
dan berkurang pada pagi hari, kadang disertai menggigil dan keringat dingin. Ibu pasien
hanya mengukur suhu dengan perabaan tangan dan dirasakan sangat panas. Riwayat kejang
saat demam disangkal.
5 hari SMRS pasien mengeluh mual dan muntah 1 kali, berisi makanan dan cairan
berwana kecoklatan kurang lebih sebanyak 1 gelas, darah disangkal. Nafsu makan pasien
menurun dan sejak 3 hari SMRS BAB encer tanpa ampas dengan frekuensi 4-5 kali per hari, darah
(-), berwarna kuning kecoklatan. Pasien juga mengeluh badan terasa pegal pegal , kadang nyeri
perut seperti tertusuk tusuk dan lemas. Batuk, pilek, nyeri tenggorokan, keluar cairan dari
telinga, bintik bintik merah pada kedua tangan dan kaki serta perdarahan gusi maupun hidung
disangkal oleh pasien. BAK normal pasien normal.
4 hari SMRS pasien dibawa ke klinik 24 jam dan diberikan obat penurun panas dan
antibiotik (namun lupa nama obatnya) namun keluhan masih belum membaik. Karena tidak
kunjung membaik akhirnya orang tua membawa pasien ke UGD RSUD Kota Bekasi dan
dianjurkan untuk rawat inap.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteria - Jantung -
Cacingan - Diare - Ginjal -
Demam
Berdarah
- Kejang - Darah -
Demam Tifoid Page 2
Demam
Thypoid- Kecelakaan - Radang paru -
Otitis - Morbili - Tuberkulosis -
Parotitis - Operasi - Lainnya -
Kesan :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat alergi,
batuk lama, dirawat di RS, operasi, trauma serta berpergian ke luar kota dalam
beberapa bulan terakhir disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Pada Anggota Keluarga Lain / Orang Lain Serumah
Anggota keluarga yang tinggal satu rumah maupun tidak serumah tidak ada yang memiliki
keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat alergi, tekanan darah tinggi, kencing manis, asma
disangkal.
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tidak ada
Perawatan antenatalSering periksa ke bidan tiap
bulan, vaksin TT(+)
KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah bersalin
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan/normal
Masa gestasi Cukup bulan (38 minggu)
Keadaan bayi Berat lahir : 3100 gram
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala : tidak tahu
Demam Tifoid Page 3
Langsung menangis (+)
Kulit kemerahan
Kesan : Riwayat kehamilan dan kelahiran baik
IV. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
Pertumbuhan gigi I : Umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Psikomotor
Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 7 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 13 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Baca dan Tulis : Umur 6 tahun
Gangguan perkembangan mental/emosi : tidak ada
Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan tidak ada kelainan
V. RIWAYAT MAKANAN
Umur
(bulan
)
ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 – 2 ASI - - -
2 – 4 ASI - - -
4 – 6 ASI+PASI - - -
6 – 8 ASI+PASI - + -
8 – 10 PASI + + -
10 -12 PASI + + +
Demam Tifoid Page 4
Umur Diatas 1 Tahun
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi/Pengganti 3x/hari, satu piring
Sayur 2x/hari, 1 mangkuk/kali
Daging 1x/minggu, 1 potong/kali
Telur 1butir, setiap hari
Ikan 1x/minggu
Tahu 1 potong, setiap hari
Tempe 1 potong, setiap hari
Susu (merk/takaran) Susu dancow 1x/hari, takaran tidak ingat
Lain-lain Sering jajan di luar rumah ( pedagang keliling)
Kesan: Riwayat makanan baik namun pasien memiliki kebiasaan sering jajan di luar
rumah.
VI. RIWAYAT IMUNISASI
Demam Tifoid Page 5
Kesan: Riwayat imunisasi dasar pasien cukup lengkap namun ibu pasien agak lupa
imunisasi yang telah diberikan
VII. RIWAYAT KELUARGA
Corak Reproduksi
No Tanggal
lahir (umur)
Jenis
kelamin
Hidup Lahir
Mati
Abortus Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1. 11tahun
(pasien)
Perempuan + - - - Sakit
2. 5 tahun Perempuan + - - - Sehat
VIII. RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI LINGKUNGAN
Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan adiknya di sebuah rumah milik
sendiri dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai
keramik, berdinding bata. Rumah terletak di gang yang cukup sempit, padat
penduduk dan agak kumuh.
Keadaan rumah sempit, pencahayaan cukup, ventilasi cukup.Sumber air
bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik namun
pembuangan sampah tidak setiap hari diangkut oleh petugas kebersihan.
Kesan :
Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien kurang baik sehingga memungkinkan
pasien menderita penyakit infeksi.
IX. PEMERIKSAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 3 Februari 2013
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Frekuensi Nadi : 88x/menit
Tekanan Darah : 100/85 mmHg
Demam Tifoid Page 6
Frekuensi Pernafasan : 20x / menit, reguler
Suhu Tubuh : 37,8oC
Data Antropometri
Berat Badan : 34 kg
Tinggi Badan : 140cm
Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata.
Mata : Pupil isokor, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+), sklera tidak
Ikterik, konjungtiva anemis (-)/(-)
Telinga : Normotia, membrane timpani intake, serumen -/-.
Hidung : Bentuk normal,deviasi septum (-), sekret(-), nafas cuping
hidung -/-
Mulut : Bibir merah muda, kering, sianosis (-), trismus (-), coated
tounge (+)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Pulmo : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I & II normal, murmur -, gallop –
Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak datar .
Auskultasi : Bising usus (+) 6x/menit.
Palpasi :Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba besar
Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen, ascites (-).
Kulit : Ikterik (-), petechie (-)
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), capillary refill < 2 detik,
turgor cukup.
Demam Tifoid Page 7
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan darah pada tanggal 3 Februari 2013
Demam Tifoid Page 8
JENIS PEMERIKSAAN HASIL
PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
Hematologi
Hemoglobin 12,2g/dl 12-16 g/Dl
Hematokrit 37,4% 37 - 47 %
Lekosit 6.800/ul 5-10 rb/ul
Trombosit 257.000/ul 150-400 rb/ul
Imunoserologi
Widal
S. Typhi O
S. Paratyphi AO
S. Paratyphi BO
S. Paratyphi CO
S. Typhi H
S. Paratyphi AH
S. Paratyphi BH
S. Paratyphi CH
1/320
1/320
1/320
1/320
1/160
1/40
1/160
1/40
Negatif – 1/80
Negatif – 1/80
Negatif – 1/80
Negatif – 1/80
Negatif – 1/80
Negatif – 1/80
Negatif – 1/80
Negatif – 1/80
XI. RESUME
Anak I, wanita, umur 11 tahun datang dibawa orang tuanya ke UGD RSUD Bekasi
dengan keluhan demam sejak 7 hari SMRS. Demam naik turun, meningkat terutama saat sore
menjelang malam hari dan berkurang pada pagi hari, kadang disertai menggigil dan keringat
dingin. 5 hari SMRS, pasien mengeluh mual dan muntah 1 kali, berisi makanan dan cairan
berwarna kecoklatan kurang lebih sebanyak 1 gelas. Nafsu makan pasien menurun dan sejak
3 hari SMRS, BAB encer tanpa ampas dengan frekuensi 4-5 kali per hari, darah (-), berwarna kuning
kecoklatan . Badan terasa pegal pegal dan lemas serta kadang nyeri perut seperti tertusuk.
Pasien sudah dibawa berobat ke klinik 24 jam dan diberi obat penurun panas serta antibiotik
namun keluhan masih belum membaik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, suhu tubuh 37,9oC,
bibir terlihat kering, coated tongue (+). Dari hasil laboratorium didapatkan leukosit 6.800/ ul,
tes widal S. Typhi O 1/320, S. Paratyphi AO 1/320, S. Paratyphi BO 1/320, S. Paratyphi CO
1/320, S. Typhi H 1/160, S. Paratyphi AH 1/40, S. Paratyphi BH 1/160 dan S. Paratyphi CH
1/40.
XII. DIAGNOSIS BANDING
Gastroenteritis
XIII. DIAGNOSIS KERJA
Demam Tifoid
XIV. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan Tubex
Pemeriksaan Faeces lengkap
XV. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
- Tirah baring
- Edukasi kepada orangtua agar menjaga kesehatan lingkungan
Demam Tifoid Page 9
Medikamentosa
- IVFD Kaen 3B 1000cc +50cc (7) =1350cc 1350x20/24x60 = 18,75 20 tpm
- Inj Kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari (dibagi 4 dosis) 4x400 mg
- Injeksi ranitidine 1 mg/kgBB/kali 2x35mg
- Paracetamol 3 x 250 mg tab
- Lacto B 2x1 sachet
- Zinkid 1x1 cth
XVI. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanasionam : bonam
Demam Tifoid Page 10
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Demam tifoid yang disebut juga tifus abdominalis atau enteric fever atau Eberth disease merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan Salmonella typhi pada usus halus ( terutama di daerah iliosaekal), biasanya dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
II.2. Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi di mana merupakan kuman gram negatif, berflagel ( bergerak dengan rambut getar) dan tidak berspora. Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob serta mati pada suhu 56oC dan pada keadaan kering. Di dalam air, kuman ini dapat bertahan hidup selama 4 minggu dan hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.
Salmonella typhi ini memiliki 3 macam antigen antara lain
- Antigen O (Ohne Hauch) Somatik antigen berupa kompleks polisakarida dan tidak menyebar
- Antigen H ( Hauch) Terdapat pada flagel dan bersifat termolabil
- Antigen Vi ( Kapsul) Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.
Dalam serum pasien demam tifoid akan terbentuk antibodi (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
II.3. Epidemiologi
Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia dan Oceania termasuk Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang bisa menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun di mana 600.000 kejadian di antaranya menyebabkan kematian.
Di Indonesia, 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun di mana ini akan meningkat setelah umur 5 tahun. Terdapat dua sumber penularan kuman Salmonella typhi antara lain pasien yang menderita demam tifoid dan yang lebih sering yaitu dari carrier ( orang yang
Demam Tifoid Page 11
telah sembuh dari demam tifoid namun masih mengeksresikan Salmonella typhi dalam tinjanya selama lebih dari satu tahun).
II.4. Patogenesis dan patofisiologi
Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui faecal-oral transmittion dari orang ke orang maupun melalui makanan atau minuman yang tidak higienis di mana telah terkontaminasi dengan faeces atau urine. Setelah tiba di lambung, sebagian kuman akan dihancurkan oleh asam lambung dan sebagian lagi akan masuk ke usus halus.
Penyakit yang timbul tergantung beberapa faktor, antara lain
- Jumlah organisme yang ditelan Untuk dapat menimbulkan infeksi, diperlukan 105-109 kuman Salmonella typhi. Setelah di lambung, sebagian kuman akan dihancurkan oleh asam lambung.
- Kadar keasaman dalam lambung Jumlah bakteri yang mampu bertahan hidup tergantung keasaman lambung di mana bakteri akan masuk ke dalam lumen usus dan melekat pada mikrovili sehingga menyerang epitel dan mencapai lamina propria
Melalui plaque peyeri di ileum distal, bakteri masuk ke dalam KGB mesenterium dan mencapai aliran darah melalui duktus torasikus sehingga menyebabkan bakteriemia pertama yang asimptomatis.
Kuman lalu akan masuk ke dalam organ organ sistem retikuloendotelial (RES) terutama di hepar dan limpa sehingga akan membesar disertai nyeri bila diraba. Kuman akan masuk ke dalam peredaran darah sehingga terjadi bakteriemia kedua yang simptomatis ( di mana ini akan menimbulkan gejala klinis). Kuman yang ada di dalam hepar juga akan masuk ke dalam kandung empedu dan berkembang biak di sana serta bersama dengan asam empedu dikeluarkan dan masuk ke dalam usus halus.
Kuman lalu akan menginvasi epitel usus kembali dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong pada mukosa di atas plaque peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus di mana bisa menjadi peritonitis. Pada masa bakteriemia, kuman akan mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan antigen somatic ( lipopolisakarida). Endotoksin ini sangat berperan membantu proses radang lokal di mana akan merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Ini akan mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus dan terjadilah demam. Gejala yang terjadi pada saluran pencernaan disebabkan kelainan di usus.
II.5. Gejala klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak anak biasanya lebih ringan dibandingkan dewasa. Masa inkubasi rata rata 10-14 hari di mana selama masa inkubasi ini dapat ditemukan gejala gejala prodromal antara lain anoreksia, letargia, malaise, nyeri kepala dan batuk.
Demam Tifoid Page 12
Lalu terjadi gejala gejala klinis yang biasa ditemukan antara lain
- Demam Pada kasus kasus tertentu, demam terjadi selama 3 minggu di mana bersifat febris remittent dan tidak terlalu tinggi. Pada minggu I, suhu tubuh cenderung meningkat setiap hari ( biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore atau malam hari). Dalam minggu II, pasien terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu III, suhu perlahan lahan turun dan normal kembali pada akhir minggu III.
- Gangguan saluran pencernaan Pada mulut, didapatkan bau napas yang tidak sedap, bibir kering dan pecah ( rhagaden), lidah ditutupi oleh selaput putih kotor ( coated tongue) serta ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan adanya kembung ( meteorismus). Hepar dan lien yang membesar disertai nyeri bila diraba. Biasanya juga terdapat konstipasi pada anak yang lebih tua dan remaja tapi kadang dapat juga normal bahkan diare pada anak yang lebih muda.
- Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak terlalu parah berupa apatis sampai somnolen.
Selain gejala gejala di atas, mungkin dapat ditemukan adanya
- Roseola atau rose spotIni dapat ditemukan pada punggung, perut bagian atas dan dada bagian bawah. Ini merupakan bintik bintik merah dengan diameter 2-4 mm yang akan hilang dengan penekanan dan sulit didapatkan pada orang yang berkulit gelap. Rose spot ini timbul akibat embolisasi bakteri dalam kapiler kulit. Biasanya ini ditemukan pada minggu pertama demam.
- Bradikardia relatif di mana ini biasanya ditemukan pada awal minggu ke II
II.6. Diagnosis
Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis berupa adanya demam, gangguan gastrointestinal bahkan mungkin disertai adanya gangguan kesadaran. Untuk memastikan diagnosis tersangka demam tifoid maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain
- Pemeriksaan darah tepi Pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan gambaran leukopenia, limfositosis relatif, neutropenia pada permulaan sakit serta mungkin anemia dan trombositopenia ringan. Anemia terjadi karena supresi sum sum tulang, defisiensi Fe atau perdarahan usus.
- Tes widal
Demam Tifoid Page 13
Tes ini merupakan pemeriksaan serologis yang pertama kali diperkenalkan dan masih banyak digunakan. Uji widal klasik mengukur antibodi terhadap antigen O dan H Salmonella typhi. Diagnosis demam tifoid ditegakkan bila kenaikan titer Salmonella typhi O > 1/200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens. Deteksi anti O dan anti H dalam serum tidak selalu menunjukkan adanya infeksi Salmonella typhi sehingga peningkatan titer tidak spesifik. Anti O dan H negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi. Hasil negatif palsu dapat disebabkan antibodi yang belum terbentuk karena spesimen diambil terlalu dini atau antibodi tidak terbentuk akibat defek pembentukan antibodi.
- Tubex test Tes ini mendeteksi serum antibodi berdasarkan penghambatan pengikatan antara 2 tipe partikel reagen, partikel magnetik diselubungi antigen Salmonella typhi dengan antigen Salmonella typhi lipopolisakarida (LPS) dan partikel indikator berwarna yang diselubungi dengan anti O9 IgM monoclonal antibody (MAb). Reaktan kemudian dicampur di sbeuah tabung mikro khusus selama 2 menit. Kemudian tabung ditempatkan pada sebuah magnet dan sehingga partikel magnet akan berada pada dasar tabung, bersama atau tanpa partikel indikator berwarna tergantung ada atau tidaknya hambatan pengikatan dari anti O9 Mab. Hasil reaksinya dibaca berdasarkan warna resultan dari supernatant yang mengikuti sedimentasi dari butir butir magnetik. Pada keadaan tidak adanya antibodi penghambat, terdapat perubahan ( dari warna biru ke merah) karena adanya kosedimentasi dari partikel indikator dengan partikel magnetik namun bila terdapat antibodi, antibodi akan mencegah perubahan warna tersebut tergantung konsentrasinya. Dari sebuah studi tentang perbandingan alat tes diagnosis untuk demam tifoid didapatkan sensitifitas dan spesifisitas untuk Multi Test Dip S Ticks ( deteksi IgG) adalah 89% dan 53%, TyphiDot ( deteksi IgG dan IgM) adalah 79% dan 89% serta Tubex ( deteksi IgM) adalah 78% dan 94% sehingga dapat disimpulkan 2 alat tes cepat yang memberikan hasil yang menjanjikan yaitu TyphiDot dan Tubex.
- PCR Ini digunakan untuk mendeteksi DNA Salmonella typhi di mana akan dilipatgandakan. PCR dapat mendeteksi DNA bakteri baik yang hidup atau telah mati. Hasil positif tidak selalu menunjukkan adanya infeksi aktif dan hasil negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi karena ada beberapa zat yang dapat menghambat reaksi.
- Kultur Ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk demam tifoid tapi sensitifitasnya rendah. Hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila jumlah spesimen sedikit, waktu pengambilan spesimen tidak tepat atau telah mendapat pengobatan antibiotik. Keterlibatan biakan strain Salmonella biasanya merupakan dasar untuk diagnosis. Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit Biakan sum sum tulang masih positif sampai minggu ke 4
Demam Tifoid Page 14
Biakan sum sum tulang merupakan metode yang paling sensitif Kultur tinja biasanya positif pada minggu ke 3 sampai ke 5
II.7. Tatalaksana
Tata laksana pasien demam tifoid dapat dilakukan dengan medika mentosa serta non medika mentosa. Non medika mentosa antara lain
- Tirah baring - Isolasi pasien dan desinfeksi pakaian serta ekskreta - Pemenuhan kebutuhan cairan tubuh dan nutrisi
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
Medika mentosa yang bisa diberikan pada pasien demam tifoid antara lain
- Antipiretik terutama bila suhu tubuh lebih dari 38,5oC - Antibiotika
Kloramfenikol Merupakan pilihan pertama untuk pengobatan demam tifoid. Dosis yang diberikan 100mg/kgBB/hari dibagi 4x pemberian selama 10-14 hari. Dosis maksimalnya 2g/hari. Hari pertama diberikan setengah dosis dahulu, selanjutnya diberikan sesuai dosis di atas karena bila diberikan dalam dosis penuh maka kuman akan banyak yang mati dan akibatnya endotoksin meningkat dan demam akan bertambah tinggi. Kloramfenikol ini tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit < 2.000/ul.
AmpisilinDosis yang diberikan 100-200 mg/kgBB/hari dibagi 4x pemberian secara oral atau suntikan intravena selama 14 hari
Amoksilin Dosis yang diberikan 100 mg/kgBB/hari dibagi 4x yang memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol walaupun penurunan demam yang lebih lama. Pemberian oral biasanya diberikan selama 10 hari.
Kotrimoxazol Dosis yang diberikan 10 mg/kgBB/ hari yang dibagi 2 kali pemberian oral selama 10 hari.
Pada kasus demam tifoid yang disebabkan Salmonella typhi yang resisten terhadap berbagai obat di atas ( Multi Drug Resistance), dapat diberikan :
CeftriaxoneDosis yang diberikan 50-80 mg/kgBB/ hari secara tunggal intravena selama 10 hari.
Cefixime
Demam Tifoid Page 15
Dosis yang diberikan 10-12 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis per oral selama 10 hari.
- Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran Obat yang biasa diberikan adalah deksametason dengan dosis 1-3 mg/kgBB/ hari intravena, dibagi dalam 3 dosis hingga kesadaran membaik. Deksametason diberikan dengan dosis awal 3 mg/kgBB.hari diikuti dengan 1mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari.
II.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila demam tifoid tidak diobati dengan tepat antara lain
1. IntestinalIni umumnya jarang terjadi tapi dapat berakibat fatal, antara lain
- Perdarahan usus
Dapat bervariasi dari mikroskopik sampai terjadi melena dan jika sangat berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda syok berupa penurunan suhu tubuh dan tekanan darah yang drastis.
- Perforasi ususIni dapat timbul pada minggu ketiga dan sering terjadi pada ileum distal. Bila hanya terjadi perforasi tanpa peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dalam rongga peritoneum di mana pekak hati menghilang dan terdapat udara bebas ( free air sickle) di antara hati dak diafragma pada foto roentgen abdomen yang dibuat pada posisi tegak.
- PeritonitisIni ditandai dengan adanya gejala abdomen akut antara lain nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang ( defence muskular) dan nyeri tekan.
2. EkstraintestinalMiokarditis dapat terjadi dengan gejala klinis berupa aritmia, perubahan ST-T pada EKG, syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada jantung. Hepatitis tifosa asimptomatik dapat terjadi pada demam tifoid yang ditandai dengan peningkatan kadar transaminase maupun kolesistitis akut juga dapat terjadi.
II.9. Prognosis
Umumnya demam tifoid ini prognosisnya baik dengan pengobatan yang cepat dan tepat. Prognosis pasien tergantung dari ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya dan ada atau tidaknya komplikasi. Prognosis menjadi buruk bila terdapat gejala klinis yang berat antara lain :
- Hiperpireksia atau febris kontinua - Kesadaran menurun - Malnutrisi
Demam Tifoid Page 16
- Terdapat komplikais yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonia, dllDi negara maju, dengan pemberian antibiotik yang adekuat, angka mortalitas < 1%. Di negara berkembang, angka mortalitas > 10 % biasanya terjadi akibat keterlambatan diagnosis, perawatan dan pengobatan.
II.10. Pencegahan
Secara umum, setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kuman Salmonella typhi akan mati bila dipanaskan dalam air 57oC beberapa menit atau dengan proses iodinasi atau klorinasi. Penurunan endemisitas sesuatu daerah tergantung pada baik atau buruknya pengadaan sarana air, pengaturan pembuangan sampah dan tingkat kesadaran individu terhadap higiene dan pendidikan kesehatan masyarakat.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan vaksinasi. Vaksin yang digunakan adalah vaksin kuman yang dimatikan atau dilemahkan di mana ini terbuat dari kuman Salmonella typhi yang telah dimatikan namun tidak memberikan perlindungan yang baik. Sedangkan vaksin dari kuman yang dilemahkan dapat memberikan perlindungan sebesar 87-95% per 36 bulan. Pemberian IM dengan dosis 0,5cc. Vaksin ini terutama diberikan pada daerah endemik tifoid.
Demam Tifoid Page 17
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku kuliah : Ilmu Kesehatan Anak : Jilid 2 : Balai Penerbit FKUI, Jakarta.2002:593-5982. Behrman RE,dkk.Typhoid Fever.Nelson Textbook of pediatrics.17 th edition : WB
Saunders Co. 2004: 916-9193. Current : Medical Diagnosis & Treatment. Forty-third edition. McGraw-Hill.2004 : 1362-
1363 4. Berman RE, dkk. Demam Enterik. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 15. Volume 2.
1996 : 970-9735. Garna H, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2008:368-375 6. Demam Tifoid. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP
Cipto Mangunkusumo. 2007 : 173-176 7. Tam FCH, Lim PL. 2003. Tubex Provide the Sole Detection of IgM, not IgG, O9-
antibodies, thus enabling diagnosis of purely acute typhoid fever. 8. SJ Olse, et al. 2004. Comparative Evaluation of Diagnostic Tests in Acute Serological
Diagnosis of Typhoid Fever ( Salmonella typhi) 9. Noer,S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI, 1996
Demam Tifoid Page 18