demam sore hari

22
Nama : Annisa Nadya Pradita NPM : 1102013037 Skenario : Demam Sore Hari LO. 1. Memahami dan Menjelaskan Demam LI. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Demam Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 o -37,2 o C. Suhu subnormal di bawah 36 o C. Dengan demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2 o C. Hiperpireksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2 o C atau lebih. Hipotermia adalah keadaan suhu tubuh di bawah 35 o C. LI. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Demam - Infeksi o Virus : ≤ 1 minggu o Bakteri : > 1 minggu - Toksemia, karena keganasan atau reaksi terhadappemakaian obat. - Gangguan pusat regulasi suhu sentral (hipotalamus). - Perdarahan internal pada saat reabsorbsi darah. LI. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Demam - Demam Septik Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. - Demam Remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. - Demam Intermiten Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. - Demam Kontinyu

Upload: annisanadyap

Post on 26-May-2017

240 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Demam Sore Hari

Nama : Annisa Nadya Pradita

NPM : 1102013037

Skenario : Demam Sore Hari

LO. 1. Memahami dan Menjelaskan Demam

LI. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Demam

Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5o-37,2oC. Suhu subnormal di bawah 36oC. Dengan demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2oC.

Hiperpireksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2oC atau lebih.

Hipotermia adalah keadaan suhu tubuh di bawah 35oC.

LI. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Demam

- Infeksio Virus : ≤ 1 mingguo Bakteri : > 1 minggu

- Toksemia, karena keganasan atau reaksi terhadappemakaian obat.- Gangguan pusat regulasi suhu sentral (hipotalamus).- Perdarahan internal pada saat reabsorbsi darah.

LI. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Demam

- Demam SeptikSuhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat.Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

- Demam RemitenSuhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.

- Demam IntermitenSuhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.

- Demam KontinyuVariasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.

- Demam SiklikKenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

LI. 1.4. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis Demam

Page 2: Demam Sore Hari

- Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh akibat dari peradangan atau infeksi. Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh.

- Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuh kita. Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen.

- Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tubuh akan mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya IL-I) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2).

Page 3: Demam Sore Hari

- Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enBim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin / menggigil. Selain itu vasokontriksi kulit juga berlangsung untuk mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Adanya proses menggigil (pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Dan terjadilah demam.

LO. 2. Memahami dan Menjelaskan Bakteri Salmonella

LI. 2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Bakteri Salmonella

Genus bakteri gram negative family Enterobacteriaceae, berupa batang yang tidak membentuk spora, anaerob fakultatif, dan biasanya bergerak menggunakan flagel peritrichous.

LI. 2.2. Memahami dan Menjelaskan Jenis Bakteri Salmonella

Serotip bakteri Salmonella enteric adalah sebagai berikut:

- Salmonella parathypi A (serogroup A)- Salmonella parathypi B (serogroup B)- Salmonella cholerasuis (serogroup C)- Salmonella thypi (serogroup D)

LI. 2.3. Memahami dan Menjelaskan Struktur Bakteri Salmonella

- Bentuk batang, tidak berspora, bersifat negatif pada pewarnaan Gram- Ukuran Salmonella bervariasi 1-3,5 μm x 0,5-0,8 μm- Besar koloni rata-rata 2-4 nm- Sebaian besar isolat motil dengan flagel peritrik- Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41oC dan pH

pertumbuhan 6-8- Mudah tumbuh pada medium sederhana, misalnya garam empedu- Tidak dapat tumbuh dalam larutan KCN- Membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa- Menghasilkan H2S- Antigen O: bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari unit

polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung gula yang unik. Antigen O resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM

- Antigen Vi atau K: terletak diluar antigen O, merupakn polisakarida dan yang lainnya merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan antiserum O, dan dapt berhubungan dengan virulensi. Dapat diidentifikasi dengan uji pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik

- Antigen H: terdapat di flagel dan di denautrasi atau dirusak oleh panas dan alkohol. Antigen dipertahankan dengan memberikan formalin pada beberapa bakteri yang motil.antigen H beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu dalam antigen H adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel (flagelin).

Page 4: Demam Sore Hari

Antigen H pada permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan antibodi O

Struktur sel bakteri Salmonella terdiri atas bagian inti (nucleus), sitoplasma dan dinding sel. Dinding sel bakteri ini bersifat gram negatif, sehingga mempunyai struktur kimia yang berbeda dengan bakteri gram positif. JAWETZ et al. (dalam BONANG 1982) mengemukakan bahwa struktur din-ding sel bakteri gram negatif mengan-dung 3 polimer senyawa mukokompleks yang terletak di luar lapisan peptidoglikan (murein). Ketiga polimer ini terdiri dari: 1. Lipoprotein adalah senyawa protein yang mempunyai fungsi menghu-bungkan

antara selaput luar dengan lapisan peptidoglikan (murein). 2. Selaput luar adalah merupakan sela-put ganda yang mengandung senyawa

fosfolipid dan sebagian besar dari senyawa fosfolipid ini terikat oleh molekul-molekul lipopolisakharida pada lapisan atasnya.

3. Lipopolisakharida adalah senyawa yang mengandung lipid yang kompleks Molekul-molekul lipopolisakharida ini berfungsi sebagai penyusun dinding sel bakteri gram negatif yang dapat mengeluarkan sejenis racun (toxin) yang di-sebut endotoksin. Endotoksin ini dike-luarkan apabila terjadi luka pada per-mukaan sel bakteri gram negatif tersebut

LI. 2.4. Memahami dan Menjelaskan Siklus Hidup Bakteri Salmonella

Salmonella merupakan bakteri batang gram-negatif. Karena habitat aslinya yang berada di dalam usus manusia maupun binatang, bakteri ini dikelompokan ke dalam enterobacteriaceae.

- Infeksi terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang terdapat bakteri Salmonella thypi dari organisme pembawa.

- Setelah masuk dalam saluran pencernaan maka Salmonella thypi menyerang dinding usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan.

- Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding usus tadi ke organ-organ lain.

- Substansi racun yang diproduksi oleh bakteri ini dilepaskan dan dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh.

- Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi Salmonella thypi, pada feses-nya terdapat kumpulan bakteri ini yang bisa bertahan sampai berminggu-minggu.

LO. 3. Memahami dan Menjelaskan Demam Tifoid

LI. 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Demam Tifoid

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi.

LI. 3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Demam Tifoid

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi yang merupakan basil Gram-negatif, mempunyai flagel, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakulatif anaerob,

Page 5: Demam Sore Hari

Kebanyakan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme Salmonella typhi tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º F) selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan keringdan bahan tinja. (Karnasih et al, 1994)

Kuman ini mempunyai 3 macam antigen, yaitu:

1. Antigen O (somatik), terletak pada lapisan luar, yang mempunyai komponen protein, lipopolisakarida dan lipid. Sering disebut endotoksin.

2. Antigen H (flagela), terdapat pada flagela, fimbriae dan pili dari kuman, berstruktur kimia protein.

3. Antigen Vi (antigen permukaan), pada selaput dinding kuman untuk melindungi fagositosisdan berstruktur kimia protein. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.

LI. 3.3. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Demam Tifoid

Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang di mana higieni pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena penyakit ini. WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di Asia.

Prevalensi di Amerika Latin sekitar 150/100.000 penduduk setiap tahunnya, sedangkan prevalensi di Asia jauh lebih banyak yaitu sekitar 900/10.000 penduduk per tahun. Meskipun demam tifoid menyerang semua usia, namun golongan terbesar tetap pada usia kurang dari 20 tahun.

Diperkirakan di Indonesia terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjag tahun. Serangan penyakit lebih bersifat sporadis dan bukan epidemik

LI. 3.4. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Demam Tifoid

Pemeriksaan RutinPada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosifilia maupun liofopenia. Laju endap darah pada penderita demam tifoid dapat meningkat. SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali menjadi normal setelah sembuh.

Uji widalUji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman S.typhii. pada uji widal terjadi suatu reaksi antiglunasi antara antigen kuman S.typhii dengan antibody yang disebut agglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense Salmonella yang telah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu :

Page 6: Demam Sore Hari

Aglutinin O (dari tubuh kuman), H (flagella kuman), Vi (simpai kuman). Dari ketiga agglutinin tersebut, hanya agglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini

Uji tubexUji tubex ini merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat dan mudah untuk dikerjakan. Uji ini mendeteksi antibody anti-S O9 pada serum pasien, dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi pada partikel magnetic latex. Hasil uji tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonella serogroup D walau tidak secara spesifik menunjukkan pada S.typhii. Infeksi oleh S.paratyphii akan memberikan hasil negative

Uji typhidotUji typhidot dapat mendeteksi IgM dan IgG yang terdapat pada protein membrane luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgM dan IgG terhadap antigen S.typhi seberat 50 kD, yang terdapat dalam stip nitoselulosa.

Uji IgM DipstickUji ini secara khusus mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S.typhi pada specimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang mengandung antibodi anti IgM yang dilekati dengan lateks pewarna, cairan membasahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum pasien, tabung uji.

LI. 3.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Demam Tifoid

Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, asimptomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 1oC tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis.

Pada minggu pertama setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berkepanjangan yaitu setinggi 39oC hinga 40oC, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin (epat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak, sedangkan diare dan sembelit silih

Page 7: Demam Sore Hari

berganti. Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor. Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan meradang. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen di salah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna. Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam.

Pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh. umumnya terjadi gangguan pendengaran, lidah tampak kering, nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, diare yang meningkat dan berwarna gelap, pembesaran hati dan limpa, perut kembung dan sering berbunyi, gangguan kesadaran, mengantuk terus menerus, dan mulai kacau jika berkomunikasi.

Pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun, dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu terjadi jika tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana septikemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor, otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin, gelisah, sukar bernapas, dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.

Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis. Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek. kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut. Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps.

LI. 3.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Demam Tifoid

1. Demam BerdarahDemam terus menerus 2-7 hari, disertai tanda perdarahan seperti: petekie, epistaks (mimisan), atau berak darah (melena). Hasil pemeriksaan laboratorium: jumlah trombosit menurun, kadar hematokrit meningkat, hasil tes serologis positif antigen virus dengue.

2. Demam ChikungunyaDemam dirasakan 3-5 hari, dengan keluhan nyeri otot, sakit kepala seperti rasa tegang. Dengan pemeriksaan serologis (tesd darah) akan diketahui antigen penyebabnya dari strain golongan virus chikungunya.

Page 8: Demam Sore Hari

3. Demam InfluenzaDiawali keluhan pilek, batuk, demam 1-2 hari, sakit kepala, dan gangguan saluran pernapasan seperti sesak nafas, hidung tersumbat, sakit menelan.dari hasil pemeriksaan darah hanya sedikit peningkatan jumlah leukosit (sel darag putih), kriteris darah lengkap lainnya umumnya dalam batas normal.

4. Demam MalariaPerasaan demam dialami 2-7 hari berturut-turut, disertai keluhan nyeri kepala, otot-otot, seluruh badan, menggigil dan berkeringat dingin. Pemeriksaan darah lengkap khususnya tes darah tepi menunjukkan hasil positif terhadap salah satu parasit plasmodium yang menginfeksi.

5. Demam TifoidPanas badan bisa lebih dari 7 hari, mual, muntah, diare, dan gangguan pencernaan lainnya. Melalui tes darah Widal, diketahui titer antigen penyebab, yakni Salmonella thyposa atau parathyposa akan menunjukkan tanda peningkatan positif.

LO. 4. Memahami dan Menjelaskan Penanganan Demam Tifoid

- Kloramfenikol1. Asal dan Kimia

Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air (1:400) dan rasanya sangat pahit.

2. FarmakodinamikEfek Antimikroba

Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman.

Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu.

Resistensi

Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil transferase yang diperantarai oleh faktor-R. Resistensi terhadap P.aeruginosa, Proteus dan Klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam sel bakteri.

3. FarmakokinetikSetelah pemberian oral, kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadar

puncak dalam darah tercapai dalam 2 jam. Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol palmitat atau stearat yang rasanya tidak pahit. Bentuk ester ini akan mengalami hidrolisis dala usus dan membebaskan kloramfenikol.

Page 9: Demam Sore Hari

Untuk pemberian secara parenteral digunakan kloramfenikol suksinat yang akan dihidrolisis dalam jaringan dan membebaskan kloramfenikol.

Masa paruh eliminasinya pada orang dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam.

Pada gagal ginjal, masa paruh kloramfenikol bentuk aktif tidak banyak berubah sehingga tidak diperlukan pengurangan dosis. Dosis perlu dikurangi bila terdapat gangguan fungsi hepar.

Interaksi

Dalam dosis terapi, kloramfenikol menghambat biotransformasi tolbutamid, fenitoindikumarol dan obat lain yang dimeabolisme oleh enzim mikrosom hepar. Dengan demikian toksisitas obat-obat ini lebih tinggi bila diberikan bersama kloramfenikol. Interaksi obat dengan fenobarbital dan rifampisin akan memperpendek waktu paruh dari kloramfeniol sehingga kadar obat inidalam darah menjadi subterapeutik.

4. Penggunaan KlinikSebaiknya obat ini hanya digunakan untuk mengobati demam tifoid dan meningitus oleh H. influenzae. Kloramfeniko dikontraindikasikan untuk neonatus, pasien dengan gangguan faal hati dan pasien yang hipersensitif terhadapnya. Bila terpaksa diberikan untuk neonatus, dosisnya jangan melebihi 25mg/kgBB sehari.

Demam TifoidObat-obat yang lebih aman seperti spirofloksasin dan seftriakson.Untuk pengobatan demam tifoid diberikan dosis 4 kali 500 mg sehari

sampai 2 minggu bebas demam. Bila terjadi relaps, biasanya dapat diatasi dengan memberikan terapi ulang. Untuk anak diberikan dosis 50-100 mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis selama 10 hari.

Untuk pengobatan demam tifoid ini dapat pula diberikan tiamfenikol dengan dosis 50 mg/kgBB sehari pada minggu pertama, lalu diteruskan 1-2 minggu lagi dengan dosis separuhnya.

5. Efek SampingReaksi HematologikTerdapat dalam 2 bentuk.1. Reaksi toksik: depresi sumsum tulang belakang. Berhubungan dengan

dosis, progresif dan pulih bila pengobatan dihentikan.Kelainan darah anemia, retikulositopenia, peningkatan serum iron, iron binding capacityserta vakuolisasi seri eritrosit muda (terlihat bila kadar kloramfenikol dalam serum melampaui 25μm/ml)

2. Anemia aplastik dengan pansitopenia tidak tergantung dosis atau lama pengobatan. Insiden 1:24.000-50.000. efek samping diduga reaksi idionsikrasi dan mungkin disebabkan kelainan genetik.Kloramfenikol dapat menimbulkan hemolisis pada pasien defisiens enzim G6PD bentuk mediteranean.

Page 10: Demam Sore Hari

Timbulnya nyeri tenggorok dan infeksi baru selama pemberian kloramfenikol menunjukkan kemungkinan adanya leukopeni.

Reaksi Saluran Cerna

Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.

Sindromm Gray

Pada neonatus, terutama pada bayi prematur dosis tinggi (200mg/kgBB) sindromm gray.

Efek toksik disebabkan:

1. Sistem konjugasi oleh enzim glukoronil transferase belum sempurna2. Kloramfenikol yang yidak terkonjugasi belum dapat diekskresi dengan

baik oleh ginjal.Mengurangi efek samping dosis kloramfeniko untuk bayi <1bulan tidak boleh melebihi 25mg/kgBB sehari setelah ini dosis 50 mg/kgBB tidak menimbulkan efek samping.

Reaksi Neurologik

Dapat terlihat dalam bentuk depresi, bingung, delirium, dan sakit kepala.

6. Kontraindikasio Wanita hamil dan menyusuio Pada pemakaian jangka panjang perlu dilakukan pemeriksaan hematologi

secara berkalao Perlu dilakukkan pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya

superinfeksi oleh bakteri dan jamuro Hati-hati bila dipergunakan pada penderita dengan gangguan fingsi ginjal

dan hatio Bayi yang lahir prematur dan bayi baru lahir (2 minggu pertama)o Tidak untuk pencegahan infeksi, pengobatan influenza, batuk dan pileko Penderita yang hipersensitif terhadap kloramfenikol

- Sefalosporin1. Kimia dan Klasifikasi

Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium

2. Aktivitas AntimikrobaMenghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman Gram-psitif maupun gram-negatif.

Page 11: Demam Sore Hari

- Sefalosporin Generasi Ketiga (SG III)Golongan ini jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase, Seftazidim dan sefoperazon aktif terhadap P. aeruginosa.

3. Sifat Umum- Farmakokinetik

Sefalosporin diekskresikan melalui ginjal sekresi tubuli (kecuali sefoperazon-diekskresi empedu)

Adsorbsi melalui saluran cerna (per oral) sefalektin, sefradin, sefaklor, sefadroksil, lorakarbef, sefprozil

Sefalotin dan sefapirin secara IV iritasi lokal dan nyeri pada pemberian IM

Beberapa sefalosporin generasi ketiga mencapai kadar tinggi di cairan serebrospinal bermanfaat meningitis ourulenta

Kadar sefalosporin empedu tinggi sefoperazon

Efek Samping

Reaksi coombs pengguanan sefaloporin dosis tinggi

Dpresi sumsum tulang granulositopenia (jarang terjadi)

Sefamandol, moksalaktam dan seperazon minum alkohol disulfiram

Reaksi Saluran Cerna: Diare pemberian sefoperazon diekskresikan empedu menganggu flora normal usus.

Reaksi Hematologi: Hipoprotrombinemia (disfungsi trombosit) pemberian moksalaktam

4. KontraindikasiPenderita yang hipersensitif terhadap antibiotik golongan sefalosporin, penisilin atau antibiotik golongan betalaktam lainnya.

- Flourokuinolon FarmakokinetikFluorokuinolon diserap lebih baik melalui saluran cerna dibandingkan asam nalidiksat. Pefloksasin adalah fluorokuinolon yang absorpsinya paling baik dan masa paruh eliminasinya paling panjang.Dalam urin, semua fluorokuinolon mncapai kadar yang melampaui Kadar Hambat Minimal un tuk kebanyakan kuman pathogen selama minimal 12 jam.Siprofloksasin dan ofloksasin dapat mencapai kadar tinggi dalam cairan serebrospinal bila ada meningitis.

Page 12: Demam Sore Hari

IndikasiInfeksi Saluran Kemih (ISK)Siprofloksasin, norfloksasin, dan ofloksasin dapat mencapai kadar yang cukup tinggi di jaringan prostat dan dapat digunakan untuk terapi prostatitis bacterial akut maupun kronis.Infeksi Saluran Cerna Siprofloksasin dan ofloksasin mempunyai efektivitas yang baik terhadap demam tifoid.

KontraindikasiAnak <18 tahun dan ibu hamil

DosisNorfloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hariSiprofloksasin dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hariOfloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hariPefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hariFleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari

Efek SampingSaluran cerna. Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, dan rasa tidak enak di perut.Susunan saraf pusat. Yang paling sering ditemukan adalah pusing. Bentuk yang jarang timbul adalah halusinasi, dan kejang.Disglikemia.

- PenisilinFarmakokinetikABSORPSI. Penisilin G:

- mudah rusak dalam suasana asam (ph 2). Cairam lambung dengan ph 4 tidak terlalu merusak penisilin.

- Penisilin G lebih efektif dalam darah bila diberikan secara IM. Dosis penisilin G oral haruslah 4-5kali lebih besar daripada dosis IM. Oleh karena itu, penisilin G tidak dianjurkan untuk diberikan oral.

- Larutan garam Na-penisilin G 180mg yang disuntikkan IM, cepat sekali diabsorpsi dan menghasilkan kadar puncak dalam plasma setinggi 4,8 μg/mL dalam waktu 15-30menit.

- Adanya makanan akan menghambat absorpsi. Penisilin V walaupun relative tahan asam, 30% mengalami pemecahan di saluran cerna bagian atas, sehingga tidak sempat diabsorpsi.

Ampisilin:- Bila diberikan dengan dosis yang lebih kecil persentase yang diabsorpsi

relative lebih besar. - Absorpsi ampisilin oral tidak lebih baik daripada penisilin V atau

fenetisilin.- Adanya makanan, akan mempengaruhi absorpsi obat

Amoksisilin:- Absorpsi pada saluran cerna jauh lebih baik daripada ampisilin

Page 13: Demam Sore Hari

- Dengan dosis oral yang sama, amoksilin mencapai kadar dalam darah lebih tinggi daripada yang dicapai ampisilin

- Adanya makanan tidak mempengaruhi absorpsi obatMetisilin:

- Tidak diberikan secara oral, karena cepat dirusak oleh asam lambung- Absorpsi buruk

Karbenisilin:- Tidak di arbsorpsi di saluran cerna- Aktivitasnya hilang sekitar 6 jam setelah pemberian

Tikarsilin:- Tidak stabil pada ph asam sehingga harus diberikan parenteralSulbenesilin, azlosilin, mezlosilin dan piperasilin juga diberikan

parenteral.

DISTRIBUSI. Penisilin G:

- Distribusi luas dalam tubuh. Dapat tercapai dalam hati, empedu, ginjal, usus, tetapi dalam CSS sukar dicapai.

- Pemberian intratekal jarang dikerjakan karena risiko yang lebih tinggi dan efektivitasnya tidak lebih memuaskan.

Fenoksimetil penisilin, penisilin isoksazolil dan metisilin:- Pada umumnya sama dengan penisilin G- Dengan dosis yang sama, kadar puncak dalam serum tertinggi dicapai

oleh diklosasilin, sedangkan kadar tertinggi obat bebas dalam serum dicapai oleh flukloksasilin

Ampisilin:- Distribusi luas dalam tubuh.- Pengikatan oleh protein plasma hanya 20%

Amoksisilin:- Secara garis besar sama dengan ampisilin

BIOTRANSFORMASI DAN EKSRESIUmumnya dilakukan oleh mikroba berdasarkan pengaruh enzim penisilinase dan amidase.Penisilin umumnya dieksresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dapat dihambat oleh probenesid. Kegagalan fungsi ginjal sangat memperlambat ekskresi penisilin

Dosis

Page 14: Demam Sore Hari

Efek SampingReaksi alergi. Penisilin G merupakan salah satu obat tersering menimbulkan reaksi alergi.namun, mereka yang belum pernah diobati dengan penisilin dapat juga mengalami reaksi alergi.Syok anafilaksisUntuk mwnanggulangi syok, sesegera mungkin berikan larutan adrenalin 1:1.000 secara SK sebanyak 0,3-0,4 Ml.Reaksi toksis dan iritasi localHanya sebagian kecil kemerahan kulit oleh ampisilin berdasarkan reaksi alergi dan di sini pemberian ampisilin harus dihentikanSuntikan IM dapat menyebabkan rasa nyeri dan reaksi peradangan steril di tempat suntikan, sedangkan suntikan IV dapat menyebabkan flebitis atau tromboflebitis

Sediaan dan PosologiPenisilin G:

- Biasanya digunakan parenteral- Sediaan penisilin G repository : penisilin G prokain, penisilin G

benzatin, penisilin G prokain dengan suspense alumunium monostearat dalam minyak

Penisilin V(fenoksimetil)- Tersedia sebagai garam Kalium, dalam bentuk tablet 250mg dan

625mg dan sirup 125 mg/5mLAmpisilin

- Oral: tablet/kapsul sebagai ampisilin trihidrat atau ampisilin anhidrat 125 mg, 250mg, 500mg, dan 1000mg

- Bubuk suspense sirup: mengandung 125mg- Suntikan: 0,1; 0,25; 0,5 dan 1 g per vial- Dewasa penyakit ringan-sedang : 2-4g/hari untuk 4x pemberian

Penyakit berat : preparat parenteral 4-8g/hari- Anak BB <20kg : oral : 50-100 mg/kgBB sehari dibagi dalam 4

dosis

Page 15: Demam Sore Hari

IM : 100-200 mg/kgBB sehari dibagi dalam 4 dosis

- Bayi >7hari diberi 75 mg/kgBB sehari dibagi dalam 3 dosis. IV: empat kali 250-500mg sehari

Amoksisilin- Kapsul/tablet : 125, 250, 500 mg- Sirup : 125mg/5mL- 3 kali 250-500mg sehari

Karbenisilin- Suntikan sebagai garam natrium dalam vial 1,2,5 dan 10g

Penggunaan KlinikInfeksi batang gram-negatifSALMONELLA dan SHIGELLAPada gastroenteritis yang tidak berat oleh basil yang sensitive terhadap ampisilin, terapi dengan dosis oral ampisilin 0,5-1,0 g 4 kali sehari cukup efektif. Untuk penyakit yang lebih berat, diperlukan terapi parenteral.Untuk demam tifoid sampai awal tahun 1970-an, kloramfenikol adalah obat pilihan utama, kemuadian mulai timbul strain Salmonella yang resisten terhadap kloramfenikol. Maka dewasa ini fluorokuinolon oral atau sftriakson suntik, menjadi pilihan utama, dan kombinasi trimetoprim-sulfsmetoksazol atau ampisilin menjadi pilihan kedua sedangkan kloramfenikol pilihan ketiga. Dosis yang dianjurkan untuk ampisilin 1g setiap 6jam sehari selama 14hari, dosis trimetoprim 800mg dan sulfametoksazol 160mg setiap 12jam selama 14 hari.

Daftar Pustaka

Dorland, W.A Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Ed.31(Alih Bahasa : AlbertusAgung Mahode ). Jakarta : EGC

Jawetz, Melnick, & Adelberg. 2012. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGCSherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakarta:

EGC

Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Widiyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya Edisi Kedua. Semarang: Erlangga