demam berdarah dengue

22
Skenario: Seorang laki-laki 18 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Demam timbul tiba-tiba, dirasa cukup tinggi namun tidak diukur. Demam turun sebentar setelah pasien minum obat penurun panas lalu naik lagi. Pasien juga merasa pegal- pegal otot, pusing dan mual. PF: S = 39 C, RR= 18x/menit, Nadi= 98x/menit, TD= 120/802mmHg. Tourniquet test didapatkan 12 petechiae, nyeri tekan epigastrium (+) PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit endemis yang menyerang berbagai wilayah termasuk Indonesia. Penyakit DBD disebabkan virus dengue yang ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini umumnya terjadi di daerah tropis dimana pada lingkungan ini hospes umumnya tumbuh dan berkembang biak. Penyakit ini dapat menyerang setiap orang tanpa mengenal batas usia dan dapat terjangkit kembali pada orang yang sebelumnya telah menderita penyakit ini. Gejala khas dari penyakit ini adalah demam yang naik turu, nyeri otot dan timbulnya ruam pada kulit. Penyakit DBD dapat menimbulkan berbagai komplikasi bahkan kematian bagi penderita. Oleh karena itu pasien harus segera Page | 1

Upload: stefany-kasma

Post on 14-Jan-2016

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pbl

TRANSCRIPT

Page 1: Demam Berdarah Dengue

Skenario:

Seorang laki-laki 18 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Demam

timbul tiba-tiba, dirasa cukup tinggi namun tidak diukur. Demam turun sebentar setelah

pasien minum obat penurun panas lalu naik lagi. Pasien juga merasa pegal-pegal otot, pusing

dan mual.

PF: S = 39◦C, RR= 18x/menit, Nadi= 98x/menit, TD= 120/802mmHg.

Tourniquet test didapatkan 12 petechiae, nyeri tekan epigastrium (+)

PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit endemis yang menyerang berbagai

wilayah termasuk Indonesia. Penyakit DBD disebabkan virus dengue yang ditransmisikan

oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini umumnya terjadi di daerah tropis dimana pada

lingkungan ini hospes umumnya tumbuh dan berkembang biak.

Penyakit ini dapat menyerang setiap orang tanpa mengenal batas usia dan dapat terjangkit

kembali pada orang yang sebelumnya telah menderita penyakit ini. Gejala khas dari penyakit

ini adalah demam yang naik turu, nyeri otot dan timbulnya ruam pada kulit.

Penyakit DBD dapat menimbulkan berbagai komplikasi bahkan kematian bagi penderita.

Oleh karena itu pasien harus segera mendapat penanganan tepat dan segera sesuai derajat

penyakitnya.

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui anamnesa, pemeriksaan, diagnosis,

epidemiologi, patofissiologi, gejala, penatalaksanaan, komplikasi dan pencegahan penyakit

DBD.

ANAMNESIS

Jenis anamnesis yang dapat dilakukan ialah autoanamnesis dan alloanamnesis.

Autoanamnesis dapat dilakukan jika pasien masih berada dalam keadaan sadar. Sedangkan

bila pasien tidak sadar, maka dapat dilakukan alloanamnesis yang menyertakan kerabat

terdekatnya yang mengikuti perjalanan penyakitnya.1

Page | 1

Page 2: Demam Berdarah Dengue

Pada setiap anamnesis selalu ditanyakan identitas pasien terlebih dahulu. Indentitas pasien

meliputi nama, tanggal lahir, umur, suku, agama, alamat, pendidikan dan pekerjaan. Setelah

itu dapat ditanyakan pada pasien apa keluhan utama dia datang. Kemungkinan arah working

diagnosis pada demam berdarah ditinjau bila pasien manyatakan ia demam yang disertai

dengan salah satu gejala demam dengue seperti perdarahan intradermal (petikie dan

ekimosis) ataupun nyeri pada otot. Untuk menguatkan kemungkinan ke arah diagnosis

terhadap penyakit demam berdarah maka ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan pada

pasien. Kemungkinan pertanyaan yang diajukan ialah sebagai berikut :

1. Jenis demam yang dialami. Apakah demamnya menetap atau naik-turun secara tiba-tiba.

2. Apabila pasien datang dengan suhu tubuh yang menurun, tanyakan apakah saat panas ia

mengalami ruam (kemerah-merahan) pada kulit dan apakah ruam itu hilang pada saat

suhu tubuhnya turun. Selain ruam juga dapat timbul bintik pada tempat tersebut.

3. Apakah pasien mengalami myalgia (nyeri pada otot), terutama nyeri pada otot perut dan

matanya.

4. Apakah pasien mengalami gambaran klinis lain seperti sakit kepala yang menyeluruh,

mual ataupun muntah.

5. Apakah pasien pernah melakukan perjalanan ke tempat endemik penyakit demam

berdarah dalam kurun waktu masa inkubasi demam berdarah (5-8 hari).

Riwayat keluarga dan kerabat yang berhubungan juga perlu ditanyakan untuk menguatkan

dugaan. Misalnya apakah ada kerabat yang dalam kurun waktu belakangan ini mengalami

penyakit demam berdarah dan apakah ada kontak antara pasien dengan kerbabatnya tersebut.

Jika data-data dari pasien sudah lengkap untuk anamnesi, maka dapat dilakukan pemeriksaan

fisik untuk menunjang anamnesis tadi.1

PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan setelah sebelumnya melakukan anamnesis. Pemeriksaan

fisik merupakan pemeriksaan tahap awal yang dilakukan terhadap pasien yang selanjutnya

dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui lebih lanjut mengenai diagnosis

dari penyakit yang diderita pasien. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan

Page | 2

Page 3: Demam Berdarah Dengue

denyut nadi pasien. Nadi pada awalnya akan cepat dan kemudian kembali normal,

selanjutnya akan melambat pada hari 4 dan 5. Pada mata pasien dapat juga dijumpai infeksi

konjungtiva, lakrimasi, fotophobia, serta pembengkakan. Dapat juga dijumpai bradikardi

yang menetap selama beberapa hari dalam masa penyembuhan. Selain itu pada pasien juga

dijumpai kesulitan dalam buang air besar dan lidah yang kotor. Terdapat juga gejala

perdarahan pada hari 3 dan 5 berupa ptekiae, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan

epitaksis. Terdapat juga pembesaran hati dan nyeri tekan yang tak sesuai dengan beratnya

penyakit.

Pada dengue shock syndrome gejala renjatan umumnya ditandai dengan kulit yang terasa

lembab dan dingin. Terjadi pula sianosis perifer pada ujung hidung, jari-jari tangan, dan kaki.

Hal ini juga disertai dengan penurunan tekanan darah.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah pasien.

Pemeriksaan darah ini meliputi pemeriksaan kadar hematokrit, hemoglobin, jumlah

trombosit, dan hapusan darah tepi. Dari pemeriksaan darah ini dapat diketahui berbagai hal,

di antaranya;

1. Hematokrit: kebocoran plasma yang umumnya dimulai pada hari ketiga demam,

dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan nilai hematokrit hingga > 20% dari nilai

hematokrit awal.

2. Leukosit: Pada hari ketiga demam dapat ditemui limfositosis relatif dimana jumlah total

leukosit melebihi 45% dan disertai adanya limfosit plasma biru lebih dari 15% dari

jumlah total leukosit. Hal ini dapat meningkat pada fase shock.

3. Trombosit: Terdapat trombositopenia pada hari ketiga hingga delapan demam.

4. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APT, Fibrinogen, D-Diner, atau FDP pada

keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

5. Protein/ albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

6. SGOT/SGPT: dapat meningkat.

7. Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan faal ginjal.

8. Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

Page | 3

Page 4: Demam Berdarah Dengue

9. Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau komponen

darah.

10. Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgG dan IgM terhadap dengue.2

Radiologi

Pada foto dada didapat kan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjasi

perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan

foto rotgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan ( psien tidur pada sisi badan

sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula di deteksi dengan USG. Efusi pleura

adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di

dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan

pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar

10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan

pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.

Masa inkubasi dalam tubuh manusia 4-6 hari ( rentang 3-14 hari), timbul gejala prodormal

yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah.2

Gambar 1. Efusi Pleura

DIAGNOSIS

Working Diagnosis

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka akan didapatkan diagnosis terhadap

pasien. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun

deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase

Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis

Page | 4

Page 5: Demam Berdarah Dengue

yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM

maupun IgG lebih banyak.

Tabel 1. Klasifikasi Derajat penyakit Virus Dengue2

DD/DBD Derajat* Gejala Laboratorium

DD Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit

kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, artralgia.

Leukopenia

Trombositopenia, tidak

ditemukan bukti

kebocoran plasma

DBD I Gejala di atas ditambah uji bendung positif Trombositopenia

(<100.000/l), bukti

ada kebocoran plasma

DBD II Gejala di atas ditambah perdarahan spontan Trombositopenia

(<100.000/l), bukti

ada kebocoran plasma

DBD III Gejala di atas ditambah kegagalan sirkulasi

(kulit dingin dan lembab serta gelisah)

Trombositopenia

(<100.000/l), bukti

ada kebocoran plasma

DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan

nadi tidak terukur

Trombositopenia

(<100.000/l), bukti

ada kebocoran plasma

*DBD derajat III dan IV juga disebut Sindrom Syok Dengue (SSD)

Differential Diagnosis

Diagnosis banding perlu dipertimbangkan bilamana terdapat kesesuaian klinis dengan demam

tifoid, campak, malaria.isk, sepsis.

Tabel 2. Diagnosis Banding demam tanpa disertai tanda lokal

Page | 5

Page 6: Demam Berdarah Dengue

ETIOLOGI

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus

Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Falivivrus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri

dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.

Page | 6

Page 7: Demam Berdarah Dengue

Terdapat 4 serotip virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang dapat menyebabkan

demam berdarah dengue. Keempat serotip tersebut ditemukan di Indonesia, dengan DEN-3

merupakan serotip terbanyak.

Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan maamlia seperti tikus,

kelinci, anjing dan kelelawar. Penelitian terhadap artropoda menunjukkan virus dengue dapat

bereplikasi pada nyamuk genus aedes (stegomyia) dan toxorhynchites.2,3

EPIDEMIOLOGI

Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik dan Karibia. Indonesia

merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.

Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes (terutama

A.aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi

lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang

berisi air jernih.

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan trasmisi virus dengue yaitu :

Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan,

transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.

Pejamu: terdapatnya penderita di lingkungan atau keluarga, mobilisasi dan paparan

terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.

Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.2

PATOFISIOLOGI

Terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya

demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.

Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD ialah:

Page | 7

Page 8: Demam Berdarah Dengue

Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus,

sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi

terhadap virus dengue berperan mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.

Limfosit T baik T-helper dan T sitotoksik berperan dalam respon imun selulerterhadap virus

dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan

limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10.

Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun

proses fagositosis ini meyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh

makrofag.

Selain itu aktivitas komplemen oleh kompleks imun yang menyebabkan terbentuknya C3a

dan C5a.

Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivaasi T helper dan T

sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan

mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-α, IL-1,

PAF, IL-6 dan histamine yang mengakibatkan terjadnya disfungsi sel endotel dan terjadinya

kebocoran plasma.2,3

Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme: Supresi sumsum tulang dan

Destruksi dan pemendekkan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal

infeksi (<5hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan

nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoisis termasuk megakariopoiesis.

Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan

kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme

kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui

pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama proses

koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme

gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan

pertanda degranulasi trombosit.

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam

yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok (DSS). Pada

umumnya pasien mengalami fase demam 2-7 hari yang diikuti fase kritis selama 2-3 hari.

Page | 8

Page 9: Demam Berdarah Dengue

Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi

renjatan jika tidak mendapat pengobatan adekuat.2

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan tindakan yang dibuat sesuai atas indikasi.

Praktis dalam pelaksanaannya

Mempertimbangkan cost effectiveness :

1. Protokol 1. Penanganan Tersangka DBD Dewasa Tanpa Syok

Protokol 1 dapat digunakan sbagai petunjuk dalam memberikan pertolongan pertama

penderita DBD atau yang diduga DBD. Seseorang yang tersangka menderita DBD dilakukan

hemoglobin, hematokrit, dan trombosit bila:

Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000 - 150.000.

Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan untuk dirawat.

Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk dirawat.2

2. Protokol 2. Pemberian Cairan Pada Tersangka DBD Dewasa Di Ruang Rawat.

Pasien yang tersangka DBD tanpa perdaarahan spontan, massif dan tanpa syok maka diruang

gawat darurat diberikan cairan infuse kristaaloid.2

3. Protokol 3. Penatalaksanaan DBD Dengan Peningkatan Hematokrit >20%.

Menunjukkan bahwa tubuh mengalami deficit cairan sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi

awal pemberian cairan adalah dengan memberikan infuse cairan kristaloid sebanyak 6-7

ml/kg/jam. Pasien kemudian dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi

perbaikan yang ditandai dengan tanda – tanda Ht turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah

stabil, produksi urin meningkat makan julah cairan infuse dikurangi ,menjadi 5ml/kgBB/jam.

2 jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan tetap menunjukkan

perbaikan maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 3ml/kgBB/jam. Bila dalam

pemantauan keadaan tetap membaik maka pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam

kemudian.

Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 ml/kgBB/jam tadi keadaan tetap tidak

membaik, yang ditandai dengan hematokrit dan nadi meningkat, keadaan nadi menurun < 20

mmHg, produksi urin menurun, maka kita harus naikkanjumlah cairan infuse menjadi 10

mm/kgBB/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan

Page | 9

Page 10: Demam Berdarah Dengue

menunjukkan perbaikkan maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam tetapi bila

keadaan tidak menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infuse menjadi 10 ml/kgBB/jam

tetapi bila keadaan tidak menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infuse dinaikkan

menjadi 15 ml/kgBB/jam dan bila dalam perkembangannya kondisi menjadi memburuk dan

didapatkan tanda – tanda syok maka pasien ditangani sesuai dengan protokol tatalaksana

sindrom syok dengue pada dewasa.2

4. Protokol 4. Penatalaksaan Perdarahan Spontan Pada DBD Dewasa

Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah perdarahan

hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung, perdarahan

saluran cerna, perdarahan saluran kencing, perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi

dengan jumlah peprdarahan sebanyak 4-5 ml/kgBB/jam. Pada keadaan seperti ini jumlah dan

kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan DBD tanpa syok yang lainnya.

Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin

dengan kewaspadaan Hb, Ht dan thrombosis serta homeostase harus segera dilakukan dan

pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.

Pemberian heparin diberikan apabila secara klinis dan laboratories didapatkan tanda – tanda

koagulasi intravaskuler diseminata (KID). Transfuse komponen darah diberikan sesuai

indikasi. PRC diberikan bila Hb kurang dari 10 g/dl. Transfuse trombosit hanya diberikan

pada pasien DBD dengan perdarahan spontan dan massif dengan jumlah trombosit <

100.000/mm3 disertai atau tanpa KID.2

5. Protokol 5. Tatalaksana Sindrom Syok Dengue Pada Dewasa

Bila kita mendapat pasien dengan sindrom syok dengue (SSD) maka pilihan utama yang

harus diberikan adalah cairan kristaloid. Selain resusitasi cairan, penderita juga diberikan

oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer

lengkap (DPL), hemostatis, analisis gas darah, kadar natrium, kalium dan klorida serta ureum

dan kreatinin.2

PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit demam berdarah (DBD) sangat tergantung dengan pengendalian pada

vektornya, yaitu nyamuk aedes aegypti, karena vaksin dan obat untuk membasmi virusnya

belum tersedia. 4

Page | 10

Page 11: Demam Berdarah Dengue

Pemberantasan nyamuk dewasa dengan pengasapan/fogging dengan menggunakan

malathion, fenthion, piretroid sintetik dan karbamat.

Pemberantasan jentik dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan

dengan cara :

1. Kimiawi : Pemberantasan larva dengan larvasida yang dikenal dengan istilah abatisasi.

Larvasida yang biasa digunakan adalah temefos.

2. Biologis : Memelihara ikan pemakan jenti, misalnya ikan guppy

3. Fisik : Menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu

sekali, dikarenakan perkembangan telur nyamuk menetas sekitar 7-10 hari. Menutup rapat

tempat penampungan air agar nyamuk tidak menggunakannya sebagai tempat

berkembang biak. Mengubur barang-barang bekas yang tidak digunakan.

Vektor potensial DHF adalah Aedes albopictus yang sepintas tampak mirip dengan Aedes

aegypti. Larva Aedes albopictus lebih menyukai tempat perindukan alamiah yaitu di kelopak

daun atau tempurung kelapa yang mengandung air hujan. Nyamuk Aedes albopictus dewasa

lebih suka beristiarahat di luar rumah.4

KOMPLIKASI

Kebanyakan orang yang menderita DBD pulih dalam waktu dua minggu. Namun, untuk

orang-orang tertentu dapat berlanjut untuk selama beberapa minggu hinga berbulan-bulan.

Gejala klinis yang semakin berat pada penderita DBD dan dengue shock syndromes dapat

berkembang menjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan hati. Hal ini tentu dapat

mengancam jiwa.5

Ensefalopati Dengue

Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan

pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan

metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab

terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan

dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah –otak, sementara sebagai akibat dari

Page | 11

Page 12: Demam Berdarah Dengue

koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus

sawar darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan

kegagalan hati akut.

Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka bila syok telah teratasi

cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03- danjumlah cairan harus segera

dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa

(5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8

jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan.

Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari,

kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial

dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan

elektrolit. Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi

produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak memberikan obat-

obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban

detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas

indikasi yang tepat. Bila perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat

diberikan asam amino rantai pendek.

Kelainan ginjal

Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang

tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk

mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume

intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis

merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok

telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum

teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang.

Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai acute tubular necrosis, ditandai penurunan

jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.6

Udem paru

Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan yang

berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang

diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma

Page | 12

Page 13: Demam Berdarah Dengue

masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila

cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan

hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,

disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto

rontgen dada.6

Kerusakan hati

Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari

hanya sekedar dapat diraba (just palpable) sampai 2-4 cm di bawah lengkung iga kanan,

derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Untuk menemukan

pembesaran hati ,harus dilakukan perabaan setiap hari. Nyeri tekan di daerah hati sering kali

ditemukan dan pada sebagian kecil kasus dapat disertai ikterus. Nyeri tekan di daerah hati

tampak jelas pada anak besar dan ini berhubungan dengan adanya perdarahan.6

Gangguan neurogik (kejang, ensephalopati)

PROGNOSIS

Infeksi dengue pada umumnya mempunyai prognosis yang baik, DF dan DHF tidak ada yang

mati. Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi,

efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis

karena tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian terjadi

pada kasus berat yaitu pada waktu muncul komplikasi pada sistem syaraf, kardiovaskuler,

pernapasan, darah, dan organ lain.

KESIMPULAN

Penyakit demam dengue atau demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue. Virus

dengue terdiri dari 4 serotipe yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu

dari keempat serotipe tersebut tidak menimbulkan kekebalan protektif silang, artinya jika

seseorang pernah terinfeksi oleh DEN 1, maka di kemudian hari mungkin saja orang tersebut

akan terinfeksi oleh serotipe lainnya, sehingga orang-orang yang tinggal di daerah endemis

Page | 13

Page 14: Demam Berdarah Dengue

dengue, bisa menderita keempat jenis infeksi dengue. Keempat serotype ditemukan di

Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak.

Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina, yang lebih menyukai untuk

menyimpan telurnya di dalam wadah yang berisi air bersih dan terletak di sekitar habitat

manusia. Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari.

Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi membedakan Demam Berdarah

dengue (DBD) dari penyakit lain. Tidak ada terapi spesifik untuk DBD, prinsip utama adalah

terapi suportif dan simptomatis. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat

diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan

tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DHF, asupan cairan pasien harus tetap

dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka

dibutuhkan asupan cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi

secara bermakna.

DBD yang disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah,

tekanan darah turun (≤ 20 mmHg), hipotensi ,kulit dingin dan lembab serta gelisah disebut

Dengue Shock Syndrome (DSS). Pada kasus DSS cairan kristaloid adalah pilihan utama yang

diberikan. Selain resusitasi cairan, penderita juga diberi oksigen 2-4 liter/menit. Angka

kematian DSS sepuluh kali lipat dibandingkan dengan penderita DBD.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tumbelaka AR, Darwis D, Gatot D, dkk. Demam berdarah dengue. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI; 2005.

2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV Jilid III.

Jakarta; Interna Publishing; 2009. h.1709-13

Page | 14

Page 15: Demam Berdarah Dengue

3. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I. Jakarta; Balai Penerbit FK UI;

2001.

4. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue, Petunjuk Lengkap.

Terjemahan WHO Regional Publication SEARO No. 29. WHO & Departemen Kesehatan

RI 2000.

5. Longo DL, Kasper DL, Jameson LJ, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J. Harrison’s

Principles of Internal Medicine. 16 ed. New York: Mc-Graw Hill. 2005.

6. Suroso T, Hadinegoro SR, Wuryadi S, Sumanjuntak G, Umar AI, Pitoyo PD, dkk.

Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Demam Berdarah Dengue. WHO dan Depkes RI,

Jakarta 2000.

Page | 15