demam berdarah dengue

21
PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus. 1 Sekitar 80% dari pasien (atau 8 dari 10 pasien) yang terinfeksi virus dengue tidak menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti demam biasa). 2,3,4 Gejala klasik DBD adalah demam yang terjadi secara tiba-tiba, sakit kepala (biasanya di belakang mata), ruam, nyeri otot dan nyeri sendi. 2,5 Gejala akan muncul antara 4 dan 7 hari setelah seseorang terpajan virus dengue. 1,6 Diagnosis DBD dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan kriteria diagnosis World Health Organisation (WHO) untuk DBD, dimana adanya demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik serta terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan, yaitu adanya petekie, ekimosis, purpura, perdarahan mukosa atau adanya riwayat hematemesis atau melena atau pada uji rumple leede positif (>10 petekie dalam 2,54 cm 2 selama 5 – 10 menit). Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya trombositopenia (<100.000/mm 3 ) atau hematokrit meningkat ≥20 % dibanding hematokrit rata- rata pada usia, jenis kelamin, dan populasi yang sama atau hematokrit turun hingga ≥ 20 % dari hematokrit awal. 2,3 DBD penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Asia

Upload: richard-ichad-raton

Post on 24-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

demam berdarah dengue

TRANSCRIPT

Page 1: demam berdarah dengue

PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan

Aedes albopictus.1 Sekitar 80% dari pasien (atau 8 dari 10 pasien) yang terinfeksi virus

dengue tidak menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti demam

biasa).2,3,4 Gejala klasik DBD adalah demam yang terjadi secara tiba-tiba, sakit kepala

(biasanya di belakang mata), ruam, nyeri otot dan nyeri sendi.2,5 Gejala akan muncul

antara 4 dan 7 hari setelah seseorang terpajan virus dengue.1,6

Diagnosis DBD dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan kriteria diagnosis World Health Organisation

(WHO) untuk DBD, dimana adanya demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari,

biasanya bifasik serta terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan, yaitu adanya

petekie, ekimosis, purpura, perdarahan mukosa atau adanya riwayat hematemesis atau

melena atau pada uji rumple leede positif (>10 petekie dalam 2,54 cm2 selama 5 – 10

menit). Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya trombositopenia (<100.000/mm3)

atau hematokrit meningkat ≥20 % dibanding hematokrit rata-rata pada usia, jenis

kelamin, dan populasi yang sama atau hematokrit turun hingga ≥ 20 % dari hematokrit

awal.2,3

DBD penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Asia termasuk Indonesia.7

Beberapa dekade terakhir ini, insiden DBD menunjukkan peningkatan yang sangat pesat

diseluruh penjuru dunia. Sebanyak dua setengah milyar atau dua perlima penduduk dunia

beresiko terserang DBD dan sebanyak 1,6 milyar (52%) dari penduduk yang beresiko

tersebut hidup di wilayah Asia Tenggara. WHO memperkirakan sekitar 50 juta kasus

infeksi DBD tiap tahunnya.9

 Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.

Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD tahun 2011 di Asean, dengan jumlah

kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang. Pada tahun 2012 kasus DBD di Indonesia

menurun dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah kematian 403 orang.8,9 Berikut akan

dilaporkan sebuah kasus DBD yang dirawat di RSUP Prof.R.D.Kandou Manado.

Page 2: demam berdarah dengue

LAPORAN KASUS

PR, laki-laki umur 21 tahun, alamat Lolah III jaga I Kecamatan Tombariri, suku

Minahasa, bangsa Indonesia, masuk rumah sakit pada tanggal 25 Januari 2015 dengan

keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tinggi dirasakan pada

perabaan oleh ibu penderita. Penderita diberikan obat penurun demam, tapi demam tidak

turun sampai normal. Penderita tidak menggigil dan tidak kejang. Penderita juga

mengalami mual, muntah dan nyeri perut yang datang hilang timbul, nyeri perut timbul

kadang siang atau sore hari. Muntah 5 x dalam sehari, berisi makanan. Penderita juga

merasakan nyeri otot dan tulang, serta terasa nyeri pada otot belakang mata. Penderita

juga mengeluh sakit kepala sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat buang air

besar dan air kecil dalam batas normal. Penderita tinggal di daerah endemik demam

berdarah.

Pada riwayat penyakit dahulu, pasien tidak pernah menderita demam berdarah

sebelumnya. Riwayat Diabetes Mellitus, kolestrol, asam urat, paru, ginjal, liver, jantung

belum diketahui penderita. Pada riwayat penyakit keluarga, hanya penderita yang sakit

seperti ini dalam keluarga. Pada riwayat kebiasaan diketahui bahwa pasien tidak merokok

dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Riwayat pekerjaan yaitu seorang pemuda

yang belum bekerja, riwayat berpergian jauh tidak ada dalam 1 bulan terakhir ini.  Pasien

tinggal di  lingkungan rumah yang cukup bersih dan tetangga pasien ada yang sakit

seperti pasien.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,

kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 20

x/menit, suhu tubuh 36,3˚C, tinggi badan 165 cm, berat badan 51 kg, habitus astletikus.

Pada pemeriksaan kulit didapatkan warna kulit sawo matang, tidak ikterik dan ada ruam

di daerah wajah dan dada. Pada pemeriksaan kepala tidak didapatkan konjungtiva anemis,

sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm, refleks cahaya positif

normal, gerakan bola mata aktif. Pada pemeriksaan telinga tidak tampak tofi, lubang

normal, cairan tidak ada, selaput pendengaran intak. Pada pemeriksaan hidung tidak

didapati deviasi, tidak ada sekret. Pada pemeriksaan mulut didapatkan bibir tidak

sianosis, gigi geligi dalam batas normal, lidah beslag tidak ada, mukosa basah,

Page 3: demam berdarah dengue

pembesaran tonsil tidak ada dan faring tidak hiperemis. Pada pemeriksaan leher tidak

ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dan trakea letak tengah.

Pada pemeriksaan toraks, inspeksi dada terlihat simetris, tidak ada retraksi, dan

tidak ada kelainan kulit. Pada inspeksi punggung terlihat simetris, tidak ada kelainan

kulit. Pada pemeriksaan paru dari inspeksi terlihat gerakan pernapasan kiri simetris

dengan gerakan pernafasan kanan. Pada palpasi, stem fremitus kiri sama dengan kanan

dan saat diperkusi paru sonor kiri dan kanan. Pada auskultasi paru suara pernapasan

vesikuler kiri dan kanan, ronki tidak ada dan wheezing tidak ada. Pada pemeriksaan

jantung didapatkan inspeksi, iktus kordis tidak tampak. Pada palpasi, iktus kordis tidak

teraba. Pada perkusi didapatkan batas jantung kanan di sela iga IV linea parasternalis

dekstra, batas jantung kiri di sela iga V linea midklavikularis sinistra. Pada auskultasi

irama teratur, denyut jantung ± 94 x/menit, bunyi jantung I dan II regular, tidak

ditemukan bising dan gallop.

Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi terlihat datar dan tidak ada kelainan kulit.

Pada palpasi terasa lemas, hepar dan lien tidak teraba, ballottement tidak teraba, ada nyeri

tekan epigastrium. Pada perkusi terdengar timpani, nyeri ketok angulus kostovertebra

tidak ada. Pada auskultasi didapatkan bising usus normal.

Pada ekstremitas tidak ada tremor, tidak ada deformitas pada jari-jari, jari tabuh

tidak ada, kuku sianosis tidak ada, waktu pengisian ulang kapiler kurang dari 2 detik , dan

rumple leede (+). Hasil laboratorium tanggal 25 Januari 2015 leukosit: 4.500 /mm3,

eritrosit: 5,43.106/ul, Hb: 16,4 g/dl, hematokrit 46,3% trombosit 37.000/mm3, dan hasil

malaria negatif (-).

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka

pasien didiagnosa dengan DHF grade 1I. Terapi yang diberikan adalah bed rest, intra

venous fluid differs (IVFD) Ringer Laktat (RL) 35 gtt/m, paracetamol 500 mg 3x1 tab,

Ranitidin 2x150 mg tab dan pasien diminta untuk banyak minum. Direncanakan untuk

dilakukan pemeriksan darah lengkap serial, Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M

(IgM) anti dengue.

Hari kedua perawatan, pasien mengeluh sakit kepala tapi tidak demam. Tekanan

darah 100/60 mmHg, nadi 70 x/menit, respirasi 18 x/menit, suhu badan 36,3˚C. Pada

pemeriksaan fisik tidak ada kelainan. Hasil lab 26 Januari 2015 leukosit: 8600/mm3,

Page 4: demam berdarah dengue

eritrosit: 5,58.106/ul, Hb: 17,0 g/dl, hematokrit 47,8%, trombosit 31.000/mm3, malaria (-),

IgM (+) anti dengue, IgG (+) anti dengue. Pasien didiagnosa kerja dengan DBD derajat

II. Terapi yang diberikan adalah bed rest, IVFD RL 35 gtt/m, paracetamol 500 mg 3x1 tab

(bila demam), Ranitidin 2x150 mg tab, banyak minum. Direncanakan untuk pemeriksaan

DL serial/ 24 jam.

Page 5: demam berdarah dengue

PEMBAHASAN

DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan

manifestasi klinis demam, nyeri retroorbita, ruam, manifestasi perdarahan (petekie, tes

rumple leede positif, ekimosis atau purpura, atau perdarahan dari mukosa, traktus

gastrointestinal, dan lokasi lainnya) nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai

leukopenia, trombositopenia (≤100.000), dan peningkatan ataupun penurunan hematokrit

≥20% atau terdapat bukti kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau

hiponatremia/albuminemia.3

DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat secara global, nasional

dan lokal. Lebih dari 2,5 milyar penduduk (lebih dari 40 % populasi di dunia) beresiko

terinfeksi DBD. Saat ini DBD menjadi penyakit endemik dilebih dari 100 negara di

Afrika, Amerika, Mediterania Timur, dan Asia Tenggara.4 Beberapa dekade terakhir ini,

insiden DBD menunjukkan peningkatan yang sangat pesat diseluruh penjuru dunia.

Sebanyak dua setengah milyar atau dua perlima penduduk dunia beresiko terserang DBD

dan sebanyak 1,6 milyar (52%) dari penduduk yang beresiko tersebut hidup di wilayah

Asia Tenggara. WHO memperkirakan sekitar 50 juta kasus infeksi DBD tiap tahunnya.9

Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.

Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD tahun 2011 di Asean, dengan jumlah

kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang. Pada tahun 2012 kasus DBD di Indonesia

menurun dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah kematian 403 orang.8,9

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk genus

Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm

terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Terdapat 4

serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang semua nya dapat menyebabkan

demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe ini ditemukan di

Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak.10,11,12

Manifestasi klinis DBD sama seperti demam dengue (DD) dan ditambah dengan

adanya manifestasi perdarahan (uji rumple leede positif), serta kriteria lab yaitu

trombositopenia (< 100.000 sel/mm3) dan peningkatan hematokrit > 20%. Manifestasi

klinis pada demam dengue yaitu adanya sakit kepala, nyeri retroorbita, nyeri otot, nyeri

Page 6: demam berdarah dengue

sendi/tulang, dan manifestasi perdarahan.6 Dari anamnesis pada pasien ini diketahui,

demam dirasakan tinggi pada perabaan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, muncul

mendadak, terus menerus dan naik turun, adanya ruam di dada dan wajah, badan terasa

lemas, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi/tulang serta pasien berasal dari daerah endemis

DBD. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/60 mmHG, nadi 90 x/menit,

respirasi 24x/m, suhu tubuh 36,40C serta didapatkan rumple leede (+).

Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk DBD adalah pemeriksaan darah

lengkap (DL) berupa kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), leukosit, jumlah trombosit

dan hapusan darah tepi. Leukosit dapat normal atau menurun, umumnya terdapat

trombositopenia pada hari ke 3-8, adanya peningkatan Ht ≥ 20% dari Ht awal

membuktikan adanya kebocoran plasma yang umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi

antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase

Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang

mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun

IgG.1 Tes IgG atau IgM antidengue merupakan suatu tes cepat dengan teknik pengujian

immunocromatographic untuk mendeteksi sekaligus membedakan antibodi IgG dan IgM

terhadap virus dengue di dalam serum. Antibodi IgM akan muncul pada hari ke 3-5 sejak

gejala dan bertahan untuk jangka waktu 30-60 hari. Antibodi IgG muncul disekitar hari

ke 14 dan bertahan seumur hidup. Infeksi dengue sekunder ditunjukkan dengan tingkat

antbodi IgG meningkat dalam 1-2 hari setelah gejala muncul dan merangsang respon

antibodi IgM setelah 20 hari infeksi. Adapun pemeriksaan lainnya yaitu nonstructural

protein 1 (NS1), dimana antigen NS1 dapat dideteksi pada hari pertama setelah demam

dan akan menurun sehingga tidak terdeteksi setelah hari ke 5-6. Deteksi antigen virus ini

dapat digunakan untuk diagosis awal menentukan adanya infeksi dengue.5,6,13,14 Adapun

pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan yaitu foto toraks PA (posterior anterior)

tegak dan lateral dekubitus kanan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada

hemitoraks kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan

pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG.12,14

Pada pemeriksaan laboratorium pasien ini didapatkan leukopenia (4500/mm3),

trombositopenia (37.000/mm3), eritrosit: 5,43.106/ul, Hb: 16,4 g/dl, hematokrit 46,3%,

Page 7: demam berdarah dengue

dan malaria negatif (-), pemeriksaan IgM anti dengue (+) sedangkan Antibodi IgG anti

dengue negatif (+). Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan radiologis.

Berikut ini kriteria diagnosis Demam Dengue (DD) yang terdiri dari probable DD

dan confirm DD serta DBD menurut WHO tahun 2011 :

Diagnosis probable DD 3,6

Demam akut dengan dua gejala atau lebih dari gejala- gejala dibawah ini:

1. Sakit kepala

2. Nyeri retroorbita

3. Nyeri otot

4. Nyeri sendi/tulang

5. Manifestasi perdarahan

6. Lekopenia (leukosit < 5000 sel/mm3

7. Peningkatan hematokrit (5-10%)

Diagnosis confirmed DD:

1. Isolasi virus dengue dari serum , CSF atau sampel otopsi

2. Empat kali lipat atau peningkatan yang lebih besar dalam serum IgG atau

peningkatan IgM

3. Deteksi virus dengue atau antigen di dalam serum jaringan cairan serebrospinal

oleh immunohistokimia, immunofloresensi atau .

4. Deteksi virus dengue urutan genom dengan transkripsi terbalik polymerase chain

reaction.

Diagnosis DBD sesuai dengan kriteria WHO 2011: 4,6

Kriteria klinis :

Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus

selama 2-7 hari.

Manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, ptekie, purpura, ekimosis,

epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan melena

Pembesaran hati

Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (< 120

mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak

gelisah.

Page 8: demam berdarah dengue

Kriteria laboratorium

Trombositopenia (< 100.000/mikroliter)

Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit > 20% dari nilai dasar atau

menurut standar umur dan jenis kelamin.

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan:

Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau

peningkatan hematokrit >20%

Dijumpai hepatomegali sebelum terjadi perembesan plasma

Dijumpai tanda pembesaran plasma (efusi pleura dan hipoalbuminemia)

Perhatian:

- Pada kasus syok, hematokrit yang tinggi dan trombositopenia yang jelas,

mendukung diagnosis Dengue Shock Syndrome (DSS)

- Nilai LED rendah (<10mm/jam) saat syok membedakan DSS dari syok sepsis.

Berikut ini adalah tabel derajat penyakit infeksi virus dengue 3

DBD Derajat Tanda dan Gejala Laboratorium

DD Demam disertai 2 atau lebih

tanda: sakit kepala, nyeri retro

orbital, mialgia, arthralgia

Leukopenia, serologi

dengue positif

DBD I Demam dan manifestasi

perdarahan (uji bendung positif)

dan tanda perembesan plasma.

Trombositopenia

(<100.000 sel/mm3):

peningkatan hematokrit >

20 %

DBD II Seperti derajat 1 ditambah

perdarahan spontan

Trombositopenia

(<100.000/ul): peningkatan

hematokrit >20%

DBD III Seperti derajat 1 atau 2 di

tambah kegagalan sirkulasi

(nadi lemah, tekanan nadi <20

mmHg, hipotensi, gelisah,

Trombositopenia

(<100.000/ul): peningkatan

hematokrit >20%

Page 9: demam berdarah dengue

diuresis menurun.

DBD IV Syok berat disertai dengan

tekanan darah dan nadi tidak

terukur

Trombositopenia

(<100.000/ul): peningkatan

hematokrit >20%

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan gejala klinis + trombositopenia +

hemokonsentrasi, dikonfirmasi dengan deteksi antigen virus dengue (NS-1) atau uji

serologi anti dengue positif (IgM anti dengue atau IgM/IgG anti dengue positif). Pada

pasien ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang,

pasien didiagnosis kerja dengan DBD derajat I.

Diagnosis banding perlu dipertimbangkan bilamana terdapat kesesuaian klinis

dengan demam tifoid, campak, influenza, chikungunya dan leptospirosis. Adanya

trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi dapat membedakan antara DBD

dengan penyakit lain.9-5,10 Perbedaan DBD dengan penyakit lainnya. Pada DBD

ditemukan gejala klinis demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung

terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif,

ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi dan pembesaran hati serta kriteria

laboratoris yaitu adanya leukopenia, trombositopenia ataupun peningkatan Hematokrit ≥

20% dari hematokrit awal. Syok ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan

tekanan nadi (< 120 mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien

tampak gelisah. Demam tifoid didapatkan gejala klinis yaitu demam, gangguan saluran

cerna, gangguan pola buang air besar dan didapatkan titer widal 0: 1/160 atau titer H:

1/160 satu kali pemeriksaan. Pada campak didapatkan manifestasi klinis malaise, batuk,

nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis, eritema yang muncul dari belakang telinga. Pada

influenza didapatkan demam, nyeri otot, batuk, pilek, pada pemeriksaan laboratorium

tidak didapatkan trombositopenia maupun leukopenia. Pada cikungunya seluruh anggota

keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan influenza. Bila dibandingkan

dengan DBD, cikungunya memperlihatkan serangan demam mendadak, masa demam

lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular, injeksi

konjungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Pada leptospirosis didapatkan gejala

demam yang mendadak tinggi sampai menggigil disertai sakit kepala, nyeri otot,

Page 10: demam berdarah dengue

hiperestasia kulit, mual, muntah, diare, bradikardi relatif, ikterus dan injeksi siliar mata. 15-18 Pada pasien tidak ditemukan adanya manifestasi klinis seperti fotofobia,

konjungtivtis, ikterus, eritema di belakang telinga, dan gangguan saluran cerna serta

kriteria laboratoris pasien terdapat leukopeni, trombositopeni dan IgM anti dengue

positif.

Diagnosis dini dan memberikan nasehat untuk segera dirawat bila terdapat tanda

syok merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain

perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang waktu masuk keadaan umumnya

tampak baik dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong. Kunci

keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada ketrampilan para dokter untuk mengatasi

masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan

baik. 1,9,19

Indikasi rawat inap DBD:1,5,19

DBD derajat II, III, IV

DBD derajat I dengan: hiperpirexia, kejang, intake tidak masuk, cenderung

meningkat, atau

Pada dasarnya penanganan DBD bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan

cairan plasma sebagai peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan.

Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa.

Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. 5,12

Page 11: demam berdarah dengue

Penanganan DBD secara umum sebagai berikut:6

1. Simptomatik terhadap hiperpireksia -> parasetamol, analgetika

2. Monitoring terjadinya syok, biasanya pd hari ke 3, kontrol tanda vital tiap 1-2

jam, Ht tiap 3-4 jam, monitor produksi urin

3. Cairan/Plasma diberikan bila Ht > 20% yaitu NS, RL/Ringer acetate, D5 in NS

1:1 atau 1:2, Plasma / Dextran 40 atau albumin 5%

4. Koreksi elektrolit & gangguan metabolik

5. Oksigen pada keadaan syok

6. Transfusi darah bila perdarahan banyak

Penanganan DBD derajat I dan II WHO tahun 2011 menurut jumlah total ( oral + intra

venous ) cairan yang diberikan dalam 48 jam adalah :

– maintenance + 5 % defisit : 100 – 120 ml/jam

– maintenance + 7 % defisit : 120 – 150 ml/jam

– maintenance + 10 % defisit : 300 – 500 ml/jam

Jumlah diatas harus ditambah dan disesuaikan dengan derajat kehilangan plasma

berdasarkan tanda vital, urin output, dan kadar hematokrit. Volume cairan kristaloid per

hari yang diperlukan sesuai rumus berikut 1500 + {20x(BB dalam kg – 20)}, transfusi

trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan perdarahan spontan dan masif

dengan jumlah trombosit <100.000/mm3 disertai atau tanpa koagulasi intravaskular

diseminata (KID). Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan DL tiap 24 jam.1,9,12

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah istirahat, IVFD RL 35 gtt/m, paracetamol

500 mg 3x1 tablet, serta pasien disarankan untuk banyak minum. Kebutuhan cairan

pasien per hari adalah 1900 cc dan maintenance + 5 % defisitnya berjumlah 3900 cc.

Hal – hal yang perlu dipantau pada pasien ini yaitu tingkat kesadaran, tanda vital,

manifestasi perdarahan, muntah dan nyeri perut serta pemeriksaan hematologi lengkap.

Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya DSS ataupun komplikasi yang mungkin

terjadi seperti ensefalopati/ ensefalitis, sindrom uremik hemolitik, edema paru,

kardiomiopati, hepatitis, edema serebral, pankreatitis dan KID.3

Terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang

dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting

Page 12: demam berdarah dengue

dalam penanganan kasus DBD.1,9,12 Prognosis dari pasien ini adalah baik, karena pasien

memberikan respon baik terhadap pengobatan yang diberikan dan tidak ditemukan

adanya komplikasi.

Indikasi rawat jalan DBD, bebas demam minimal 24 jam tanpa menggunakan

antipiretik, nafsu makan telah kembali, perbaikan klinis (tidak ada demam, tidak ada

distres pernafasan), diuresis baik, minimum 2-3 hari setelah sembuh dari syok serta tidak

ada kegawatan nafas karena efusi pleura, tidak ada asites, trombosit > 50.000 /mm3. Pada

kasus DBD tanpa komplikasi jumlah trombosit akan meningkat ke nilai normal dalam 3 –

5 hari).6

Page 13: demam berdarah dengue

DAFTAR PUSTAKA

1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. Dalam

Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V. Editor : Sudoyo AW dkk. Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : 2007.

2. Whitehorn J, Farrar J. Dengue. Br. Med. Bull. 2010; 95 : 161-73

3. Subdirektorat pengendalian arbovirus- Dit ppbb ditjen pp dan pl kementrian Ri,

Tahun 2011

4. WHO 2012. Dengue and Severe Dengue (online) (diupdate januari 2012.

Available from: http://WHO. Int/ medicentre/factsheets/fs 117

5. Centre for disease control and prevention dengue clinical guidance. Update 2010

sep 1. Available from: http:// cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.html

6. World Health organization. Southeast asia regional office. Comprehensive

guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemoragic fever.

WHO; 2011. P.l 1-67

7. WHO dengue for diagnosis, treatment and control. 2009:1-146

8. Thomas Suroso, Hadinegro SR, wuryadi dkk (editor): pencegahan dan

penanggulangan penyakit DD & DBD, Depkes RI, Jakarta, 2010

9. World Health Organization. Comprehensive guidelines for prevention and control

of dengue and dengue haemorrhagic fever. Revised and expanded edition. Searo.

2011.

10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buletin jendela epidemiologi demam

berdarah dengue, Jakarta. Badan Litbang dan Pengembangan Kesahatan. 2010

11. Lestari K. Epidemiologi dan pencegahan Demam Berdarah dengue di Indonesia.

Farmaka. 2007; 5:12-29.

12. Sanford JP. Infeksi Arbovirus dalam Harrison prinsip-prinsip Ilmu Penyakit

Dalam. Edisi 13. Volume 2. Jakarta : EGC, 1999 : 955-6.

13. Reiter P. Yellow fever and dengue: a threat to europe?. Euro surveil. 2010;15(10):

19509

14. Chen Lh, Wilson ME. Dengue and chikungunya infections in travelers. Oct 2010.

Curr.opin. infect.dis. 2010; 23 (5):438-44

Page 14: demam berdarah dengue

15. Hairani LK. Gambaran epidemiologi demam berdarah di Indonesia. FKM UI.

2009.

16. Jawa Pos National Network (JPNN). Kasus DBD Relatif Turun. 2011

17. Gasem M.H. Gambaran klinik dan diagnosis Leptospirosis pada manusia.

Kumpulan makalah symposium, leptospirosis. Badan penerbit Universitas

Dipenegoro, 2011.

18. James, Chin. 2010. Diterjemahkan I Nyoman kandun. Cara Manual

pemberantasan penyakit menular, edisi 17.gerakan II.

19. Guzman MG, Halstead SB, Artsob H, Buchy P, Farrar J, Gubler DJ, et all.

Dengue: a continuing global threat. Nat Rev Microbiol. 2010;8(12 suppl):S7-16.