demam berdarah dengue
DESCRIPTION
DEMAM BERDARAH DENGUETRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue
2.1.1 Definisi.
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dari golongan arbovirus yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa
sebab yang jelas, berlangsung 2-7 hari, manifestasi perdarahan, trombositopenia
(≤ 100.000), hemokonsentrasi (≥ 20%) disertai atau tanpa pembesaran hati.1
2.1.2 Penyebab.
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh Virus Dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus Dengue sampai sekarang
dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, Dengue-4) termasuk dalam
kelompok Arthropod Borne Virus (Arbovirus). Ke-empat serotipe virus ini telah
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan
merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2,
Dengue-1 dan Dengue-4.1,9
2.1.3 Mekanisme Penularan.
Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina.
Nyamuk ini mendapat Virus Dengue sewaktu menggigit atau menghisap darah
orang yang sakit DBD atau tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus
Dengue. Orang yang mengandung Virus Dengue, tetapi tidak sakit dapat pergi
kemana-mana dan menularkan virus tersebut kepada orang lain di tempat yang
ada nyamuk Aedes aegypti.10
Virus Dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar ke
seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar liurnya. Bila nyamuk tersebut menggigit
atau menghisap darah orang lain, virus itu akan berpindah bersama air liur
nyamuk. Apabila orang yang ditulari tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-
anak), maka ia akan menderita DBD. Nyamuk yang sudah mengandung Virus
4
Dengue, seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain. Dalam darah
manusia, Virus Dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang
satu minggu.10
Gambar 2.1 Mekanisme Penularan DBD10
Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia antara lain :
1. Status Pendidikan
Keluarga dengan tingkat pendidikan rendah biasanya sulit untuk menerima
arahan dalam pemenuhan gizi dan sulit diyakinkan mengenai pentingnya
pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain seperti
pencegahan penyakit menular.9
2. Kepadatan Penghuni Rumah
Apabila di suatu rumah ada nyamuk penular DBD yaitu Aedes aegypti
maka akan menularkan penyakit DBD pada semua orang yang tinggal di rumah
tersebut atau di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak terbang nyamuk yaitu
100 meter dan orang yang berkunjung ke rumah tersebut.9
3. Umur
DBD pada umumnya menyerang anak-anak, tetapi tidak menutup
kemungkinan orang dewasa tertular penyakit DBD. Dalam dekade terakhir ini
terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok usia dewasa.10
Penularan Virus Dengue melalui gigitan nyamuk lebih banyak terjadi di
tempat yang padat penduduk seperti di perkotaan dan pedesaan pinggir kota. Oleh
karena itu, penyakit DBD lebih bermasalah di daerah sekitar perkotaan.11
5
Tempat yang potensial untuk terjadi penularan DBD adalah:
1. Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis).
2. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang
datang dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran
beberapa tipe Virus Dengue cukup besar. Tempat-tempat tersebut antara lain :
a. Sekolah yang disebabkan karena siswa sekolah berasal dari berbagai
wilayah serta siswa sekolah merupakan kelompok umur yang paling
susceptible terserang DBD.
b. Rumah sakit atau puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
c. Tempat umum lainnya seperti hotel, pertokoan, pasar, restoran dan tempat
ibadah.
3. Pemukiman baru di pinggir kota karena di lokasi ini penduduknya berasal dari
berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau
carier yang membawa Virus Dengue yang berlainan dari masing-masing
daerah asal.11
2.1.3 Gejala
Gejala Demam Berdarah Dengue sebagai berikut :1
1. Masa inkubasi biasanya berkisar antara 4 – 7 hari.
2. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus
berlangsung 2 – 7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian
naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.
3. Tanda-tanda perdarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya
berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu
atau lebih. Manifestasi perdarahan yaitu petekie, purpura, ekimosis,
perdarahan konjungtiva, epistaksis, pendarahan gusi, hematemesis,
melena dan hematuri. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas
gigitan nyamuk. Untuk membedakannya regangkan kulit, jika hilang
maka bukan petekie. Uji Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan
6
ringan, dapat dinilai sebagai presumptif test (dugaan keras) oleh karena
uji Tourniquet positif pada hari-hari pertama demam terdapat pada
sebagian besar penderita DBD. Namun, uji Tourniquet positif dapat juga
dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam chikungunya), infeksi
bakteri (Typhus abdominalis) dan lain-lain. Uji Tourniquet dinyatakan
positif, jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1 inci persegi (2,5
x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa
cubiti).
4. Pembesaran hati (hepatomegali)
Sifat pembesaran hati:
a. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit.
b. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit.
c. Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus.
5. Renjatan (syok)
Sebab renjatan yaitu karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma
ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang terganggu. Tanda-tanda
renjatan sebagai berikut:
a. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
tangan dan kaki.
b. Penderita menjadi gelisah.
c. Sianosis di sekitar mulut.
d. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.
e. Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang.
6. Trombositopeni
a. Jumlah trombosit (≤ 100.000) biasanya ditemukan diantara hari ke 3 –
7 sakit.
b. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah
trombosit dalam batas normal atau menurun.
c. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila
normal maka diulang tiap`hari sampai suhu turun.
7
7. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarakan
hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang
peka terjadinya perembesan plasma sehingga dilakukan pemeriksaan
hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit
mendahului peningkatan hematokrit. Hemokonsentrasi dengan
peningkatan hematokrit ≥ 20%, mencerminkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian,
bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau
perdarahan.
8. Gejala klinik lain
Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri
otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi,
dan kejang. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan
penurunan kesadaran sehingga sering didiagnosis sebagai ensefalitis.
Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan
gastrointestinal dan renjatan.
2.2 Upaya Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue6
2.2.1 Pencegahan.
Pencegahan dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan tempat umum
dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN-DBD). PSN-DBD merupakan keseluruhan kegiatan masyarakat dan
pemerintah untuk mencegah penyakit DBD, yang disertai pemantauan hasil-
hasilnya secara terus-menerus. Gerakan PSN-DBD merupakan bagian terpenting
dari seluruh upaya pemberantasan penyakit DBD.12
Kegiatan PSN-DBD dapat
dilakukan dengan melakukan 3 M, yaitu :10
1. Menguras tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik, dan lain-lain.
8
Departemen Kesehatan Republik Indonesia juga mencanangkan 3 M plus
yaitu 3 M ditambah dengan :9,10
1) Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat
lainnya yang sejenis seminggu sekali.
2) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak.
3) Menutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain
misalnya dengan tanah.
4) Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti
pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat-tempat lain yang
dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumha-
rumah kosong dan lain-lain.
5) Melakukan larvasidasi yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik
(abate/lainnya). Misalnya, di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di
daerah yang sulit air. Lavarsidasi bila menggunakan abate disebut
abatisasi. Takaran melakukan larvasidasi dengan menggunakan bubuk
abate 1 G adalah untuk 100 liter cukup dengan 10 gram bubuk abate 1 G
dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok
makan, satu sendok makan peres (yang diratakan di atasnya) berisi 10
gram abate 1 G. Selanjuntya, tinggal membagikan atau menambahkannya
sesuai dengan banyaknya air yang akan diabatisasi. Takaran tidak perlu
benar-benar tepat.
6) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air.
7) Memasang kawat kasa di rumah.
8) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
9) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar.
10) Tidur menggunakan kelambu.
11) Memakai obat nyamuk yang dapat mencegah dari gigitan nyamuk.
Pemantauan hasil PSN-DBD dipantau secara berkala oleh Kelompok Kerja
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (POKJA DBD) Desa/Kelurahan,
Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
(POKJANAL DBD) tingkat kecamatan dan POKJANAL DBD tingkat
Kabupaten/Kota, yaitu :12
9
1. Pemantauan oleh POKJA DBD Desa/Kelurahan.
Pemantauan dilaksanakan dengan pemeriksaan jentik oleh kader tingkat
Desa/Kelurahan yaitu oleh jumantik (Juru Pemantau Jentik). Langkah-langkah
pemeriksaan jentik oleh jumantik, sebagai berikut :12
A. Persiapan12
a. Pemetaan dan pengumpulan data penduduk, rumah/bangunan dan
lingkungan oleh puskesmas.
b. Pertemuan/pendekatan :
a) Pendekatan lintas sektor di tingkat desa (RW, RT, swasta, LSM,
kelompok potensial lain dan tokoh masyarakat (Toma) dan tokoh
agama (Toga).
b) Pertemuan tingkat kelurahan/desa yang dihadiri oleh Ketua RW, RT,
swasta, LSM, kelompok potensial lain dan tokoh masyarakat dan
tokoh agama.
c) Pertemuan Tingkat RT yang dihadiri oleh warga setempat.
Pada pertemuan tersebut disampaikan tentang perlunya dilaksanakan
pemberantasan intensif jentik tersebut dan rencana pelaksanaannya.
c. Tentukan rumah/keluarga yang akan dikunjungi/diperiksa dengan cara :
a) Misalnya di suatu desa/kelurahan terdiri dari 10 RW, 100 RT, dengan
3000 rumah/bangunan, 10 RT per RW dan 30 rumah/bangunan per
RT.
b) Pemeriksaan dilakukan secara berurutan yang dimulai dari RT 1
sampai dengan RT yang ke-100, misalnya hari pertama pemeriksaan
di 4 RT (RT 1 sampai RT 4), hari ke-2 di RT 5 sampai RT 8, demikian
seterusnya sampai sehingga dalam 25 hari kerja sudah mencakup
seluruh RT yang ada.
c) Pemeriksaan cukup dilakukan pada 10 rumah/bangunan di masing-
masing RT. Untuk menentukan 10 rumah/bangunan mana yang akan
dikunjungi/diperiksa diantara 30 rmah/bangunan yang ada di suatu RT
(misalnya RT 1), maka mulailah dari rumah/bangunan pertama
(rumah/bangunan ke-1), selanjutnya ke-4, ke-7, dan seterusnya (selang
3 rumah/bangunan).
10
d) Untuk kunjungan bulan berikutnya (putaran ke-2) di RT yang sama,
mulailah dari rumah/bangunan ke-2, selanjutnya ke-5, ke-8, ke-11 dan
seterusnya.
e) Untuk kunjungan bulan berikutnya lagi (putaran ke-3), mulai dari
rumah/bangunan ke-3, selanjutnya ke-6, ke-9, ke-12 dan seterusnya.
f) Setelah seluruh rumah/bangunan dikunjungi, maka mulai lagi dari
rumah ke-1 dan seterusnya seperti di atas.
g) Pada hari yang sama, lakukan cara yang sama seperti pada RT 1, di 3
RT lainnya (RT 2sampai dengan RT 4).
h) Demikian seterusnya untuk RT lainnya.
B. Melakukan kunjungan rumah.12
a. Buatlah rencana kapan masing-masing rumah/keluarga akan dikunjungi
misalnya untuk jangka waktu 1 bulan.
b. Pilihlah waktu yang tepat untuk berkunjung (pada saat keluarga sedang
santai).
c. Mulailah pembicaraan dengan menanyakan sesuatu yang sifatnya
menunjukkan perhatian kepada keluarga itu. Misalnya menanyakan
keadaan anak atau anggota keluarga lain.
d. Selanjutnya menceritakan keadaan atau peristiwa yang ada kaitannya
dengan penyakit demam berdarah, misalnya adanya anak tetangga yang
sakit demam berdarah atau adanya kegiatan di desa/kelurahan/RW
tentang usaha pemberantasan demam berdarah dengue atau berita di surat
kabar/majalah/televisi/radio tentang penyakit DBD.
e. Membicarakan tentang penyakit demam berdarah, cara penularan, dan
lain-lain, serta memberikan penjelasan tentang hal-hal yang ditanyakan
tuan rumah. Gunakan gambar-gambar atau alat peraga untuk lebih
memperjelas.
f. Mengajak untuk bersama-sama memeriksa tempat penampungan air dan
barang-barang yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk baik
di dalam maupun di luar rumah/bangunan. Cara-cara memeriksa jentik,
yaitu :
11
a) Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat
penampungan air lainnya.
b) Jika tidak tampak, tunggu ± 0,5-1 menit, jika ada jentik akan
muncul ke permukaan air untuk bernapas.
c) Di tempat yang gelap gunakan senter.
d) Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng,
plastik, ban bekas, dan lain-lain.
e) Jika ditemukan jentik, maka kepada tuan rumah/pengelola
bangunan diberi penjelasan tentang cara yang dapat menjadi
tempat berkembang biak nyamuk baik di dalam ataupun di luar
rumah.
f) Jika tidak ditemukan jentik, maka kepada tuan rumah disampaikan
pujian dan memberikan saran untuk terus menjaga agar selalu
bebas jentik dan tetap menjaga kebersihan rumah/bangunan dan
lingkungannya.
C. Mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan12
a. Tulislah nama desa/kelurahan yang akan dilakukan pemeriksaan jentik.
b. Tulislah nama keluarga/pengelola (petugas kebersihan) banguanan dan
alamatnya pada kolom yang tersedia.
c. Bila ditemukan jentik tulislah tanda (+), dan apabila tidak ditemukan
tulislah tanda (-) di kolom yang tersedia pada formulir JPJ 1.
d. Tulislah hal-hal yang perlu diterangkan pada kelompok keterangan
seperti rumah/kavling kosong, penampungan air hujan, dan lain-lain.
e. Satu lembar formulir di isi untuk kurang lebih 30 KK.
f. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik berupa angka bebas jentik (ABJ) ke
puskesmas sebulan sekali. ABJ dicatat pada kolom JPJ 2.
Angka Bebas Jentik (ABJ)10
: Jumlah rumah tanpa jentik X 100%
Jumlah rumah yang diperiksa
2. Pemantauan oleh POKJANAL DBD tingkat Kecamatan.
a. Pemantauan Jentik Berkala dilakukan oleh petugas Puskesmas atau tenaga
terlatih dengan memeriksa 100 rumah sampel per Desa/Kelurahan, Sekolah
dan Tempat Umum, setiap 3 bulan (Januari, April, Juli, dan Oktober).
12
b. Angka Bebas Jentik (ABJ) tiap Desa/Kelurahan disajikan dalam forum PWS
DBD dan Daftar Sekolah dan Tempat Umum yang ditemukan jentik
disampaikan pada pertemuan bulanan di tingkat kecamatan yang dihadiri
oleh para Kepala Desa/Kelurahan dan anggota Pokjanal DBD.
c. Tiga Desa/Kelurahan yang paling rendah ABJ nya dilakukan “Sweeping
PSN DBD” yaitu kerja bakti PSN DBD diikuti dengan PJB ulangan.
3. Pemantauan oleh POKJANAL DBD tingkat Kabupaten/Kota.12
a. PJB dilakukan oleh petugas Dinkes Kabupaten/Kota di tempat tumum
tertentu, setiap 3 bulan.
b. ABJ rumah (rata-rata ABJ Desa/Kelurahan) dan ABJ sekolah per
kecamaatan disajikan dalam form PWS DBD serta Daftar Tempat Umum
yang ditemukan jentik, disampaikan pada pertemuan lintas sektor
(pertemuan berkala Pokjanal DBD) setiap 3 bulan.
4. Pemantauan oleh POKJANAL DBD tingkat Provinsi.12
ABJ rumah (rata-rata Desa/Kelurahan), ABJ sekolah dan ABJ Tempat
Umum disajikan dalam form PWS DBD dan disampaikan pada pertemuan
lintas sektor (pertemuan berkala Pokjanal DBD) setiap 3 bulan.
5. Pemantauan oleh POKJANAL DBD tingkat pusat.12
ABJ rumah (rata-rata ABJ Desa/Kelurahan), ABJ sekolah dan ABJ
Tempat Umum, disajikan dalam form PWS DBD dan disampaikan pada
pertemuan lintas sektor (pertemuan berkala Pokjanal DBD) setiap 3 bulan.
2.2.2 Penemuan, Pertolongan dan Pelaporan.6
Penemuan, pertolongan dan pelaporan penderita penyakit demam berdarah
dengue dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara sebagai
berikut :5
a. Keluarga yang anggotanya menunjukkan gejala penyakit demam
berdarah dengue memberikan pertolongan pertama (memberi minum
13
banyak, kompres dingin dan obat penurun panas yang tidak mengandung
asam salsilat) dan dianjurkan segera memeriksakan kepada dokter atau
unit pelayanan kesehatan.
b. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan, penentuan diagnosis dan
pengobatan/perawatan sesuai dengan keaadaan penderita dan wajib
melaporkan kepada puskesmas.
c. Kepala keluarga diwajibkan segera melaporkan kepada Lurah/Kepala
Desa melalui Kader, Ketua RT/RW.
d. Kepala asrama, ketua RT/RW yang mengetahui adanya penderita
tersangka diwajibkan untuk melaporkan kepada puskesmas atau melalui
Lurah/Kepala Desa.
e. Lurah/Kepala Desa yang menerima laporan, segera meneruskannya
kepada puskesmas.
f. Puskesmas yang menerima laporan wajib melakukan penyelidikan
epidemiologi dan pengamatan penyakit.
2.2.3 Pengamatan Penyakit Dan Penyelidikan Epidemiologi.6
a. Pengamatan penyakit dilaksanakan oleh Puskesmas yang menemukan
atau menerima laporan penderita tersangka untuk :
a) Memantau situasi penyakit demam berdarah dengue secara teratur
sehingga kejadian luar biasa dapat diketahui sedini mungkin.
b) Menentukan adanya desa rawan penyakit demam berdarah dengue.
b. Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu
oleh masyarakat. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan
penderita/tersangka lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular
penyakit demam berdarah dengue di rumah penderita/tersangka dan
rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter,
serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran
penyakit lebih lanjut. 5
Ini artinya, penyelidikan epidemiologi merupakan
kegiatan pecarian penderita panas atau yang 1 minggu yang lalu
menderita panas dan pemeriksaan jentik di rumah kasus DBD dan 20
rumah lain disekitarnya.13
Tujuan dilakukan penyelidikan epidemiologi
14
adalah untuk mengetahui luasnya penyebaran penyakit, mengetahui
apakah di lokasi itu terjadi keadaan yang menjurus kepada Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan merupakan langkah untuk membatasi penyebaran
penyakit. Penyelidikan epidemiologi dilakukan oleh petugas puskesmas
segera setelah mendapat informasi tentang adanya kasus DBD yang
dirawat di rumah sakit atau puskesmas. Cara pelaksanaan penyelidikan
epidemiologi, sebagai berikut:13
a) Pemberitahuan kepada ketua RT/RW.
b) Kader, Ketua RT/RW, Ketua lingkungan, Kepala Desa membantu
petugas kesehatan dengan menunjukkan rumah penderita/tersangka
dan mendampingi petugas kesehatan dalam pelaksanaan penyelidikan
epidemiologi.6
c) Pemeriksaan jentik (bila ditemukan jentik diberikan penyuluhan).
d) Melakukan wawancara : menanyakan ada/tidaknya penderita panas
(bila ditemukan penderita yang sakit panas saat itu dan belum berobat,
dianjurkan untuk periksa ke dokter/puskesmas.
e) Pengisian formulir penyelidikan epidemiologi (PE).
f) Penyampaian lisan hasil dan tindak lanjut pemeriksaan jentik kepada
Ketua RT/RW. Jika kesimpulan formulir PE “ya”, maka disampaikan
kepada Ketua RT/RW bahwa lokasi tersebut akan dilakukan fogging
dan Ketua RT/RW diminta menggerakan warga untuk melakukan
PSN, sebelum dilakukan fogging. Jika kesimpulan PE “tidak”, maka
kepada Ketua RT/Rw diberika penjelasan bahwa kesimpulan hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa kemungkinan menjalarnya penyakit
DBD sangat kecil. Meskipun demikian, Ketua Rt/RW diminta untuk
melaksanakan PSN/Kebersihan lingkungan untuk mencegah
kemungkinan penjalaran penyakit. Selanjutnya, perlu disampaikan
pula bahwa penularan penyakit demam berdarah dapat terjadi dimana-
mana.
c. Kepala puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan jika
adanya Kejadian Luar Biasa kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.6
15
2.2.4 Penanggulangan Seperlunya.6
a. Penanggulangan seperlunya dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu
oleh masyarakat untuk membatasi penyebaran penyakit.
b. Jenis kegiatan yagn dilakukan disesuaikan dengan hasil penyelidikan
epidemiologi sebagai berikut :
a) Apabila :
1) ditemukan penderita/tersangka demam berdarah dengue lainnya
atau
2) ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan
ditemukan jentik
dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval 1
minggu) disertai penyuluhan di rumah penderita/tersangka dan
sekitarnya dalam radius 200 meter dan sekolah yang bersangkutan bila
penderita/tersangka adalah anak sekolah.
b) Bila terjadi Kejadian Luar Biasa atau wabah, dilakukan penyemprotan
insektisida (2 siklus dengan interval 1 minggu) dan penyuluhan di
seluruh wilayah yang terjangkit.
c) Bila tidak ditemukan keadaan diatas, dilakukan penyuluhan di RT/RW
yang bersangkutan.
c. Tugas dan peran petugas kesehatan dan sektor terkait serta masyarakat
dalam penanggulangan seperlunya :
a) Camat dan Lurah yang menerima laporan rencana penanggulangan
seperlunya, memerintahkan warga setempat melalui ketua RW untuk
melaksanakan PSN dan membantu kelancaran pelaksanaan
penanggulangan seperlunya.
b) Petugas kesehatan atau tenaga terlatih melakukan penyemprotan
insektisida 2 siklus dengan interval 1 minggu dan memberikan
penyuluhan kepada masyarakat.
16
c) Ketua RT dibantu pemuka masyarakat dan Kader menyampaikan
informasi tentang rencana penanggulangan seperlunya dan membantu
pelaksanaan penyuluhan.
d) Ketua RT dan Kader mendampingi petugas kesehatan dalam
pelaksanaan penyemprotan.
e) Keluarga melakukan PSN secara serentak dan mengikuti petunjuk-
petunjuk dalam pelaksanaan penanggulangan seperlunya.
2.2.5 Penanggulangan Lain.6
a. Penanggulangan lain dilakukan di desa/kelurahan rawan oleh petugas
kesehatan dibantu masyarakat untuk mencegah terjadinya Kejadian Luar
Biasa dan membatasi penyebaran penyakit ke wilayah lain.
b. Jenis kegiatan penanggulangan lain disesuaikan dengan stratifikasi
daerah rawan (berdasarkan besarnya masalah penyakit demam berdarah
dengue), sebagai berikut :
a) Desa/Kelurahan rawan I (endemis)
yaitu desa/kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir, setiap tahun
terjangkit penyakit demam berdarah dengue. Kegiatan
penanggulangannya meliputi :
1) Penyemprotan masal
2) Pemeriksaan jentik berkala di rumah dan tempat umum
3) Penyuluhan kepada masyarakat
b) Desa/Kelurahan rawan II (sporadis)
yaitu desa/kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir terjangkit penyakit
demam berdarah dengue tetapi tidak setiap tahun. Kegiatan
penanggulangannya meliputi :
1) Pemeriksaan jentik berkala di rumah dan tempat umum.
2) Penyuluhan kepada masyarakat.
c) Desa/Kelurahan rawan III (potensial)
yaitu desa/kelurahan yang dalam 3 tahun yang terakhir tidak pernah
terjangkit penyakit demam berdarah dengue, tetapi penduduknya
padat, mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah
17
lain dan persentase rumah yang ditemukan jentik lebih dari 5%.
Kegiatannya penanggulangannya meliputi :
1) Pemeriksaan jentik berkala di tempat umum.
2) Penyuluhan kepada masyarakat.
c. Tugas dan peran petugas kesehatan dan sektor lain serta masyarakat
dalam penanggulangan lain sebagai berikut :
a) Penyemprotan masal :
1) Petugas kesehatan atau tenaga terlatih melakukan penyemprotan
insektisida 2 siklus dengna interval seminggu, sebelum musim
penularan, di sebagian atau seluruh wilayah desa.
2) Camat, Lurah/Kepala Desa, Ketua RT/RW, Kepala Dusun, Pemuka
Masyarakat, Kader dan Keluarga membantu kelancaran
pelaksanaan penanggulangan seperlunya.
b) Pemeriksaan jentik berkala di rumah dan tempat umum.
2.2.6 Penyuluhan Kepada Masyarakat.6
a. Penyuluhan dilakukan agar masyarakat berpartisipasi aktif dalam
pencegahan dan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.
b. Penyuluhan dilaksanakan :
a) Oleh petugas/pejabat kesehatan dan sektor lain serta warga
masyarakat yang mempunyai pengetahuan tentang penyakit demam
berdarah dengue pada berbagai kesempatan.
b) Melalui berbagai jalur informasi dan komunikasi kepada masyarakat.
c) Secara intensif sebelum musim penularan penyakit demam berdarah
dengue terutama di daerah rawan.
c. Peran petugas/pejabat kesehatan dan sektor lain serta masyarakat dalam
penyuluhan sebagai berikut :
a) Keluarga mengikuti/menghadiri kegiatan penyuluhan.
b) Kader/tenaga pemeriksa jentik lain melakukan penyuluhan kepada
keluarga pada waktu kunjungan rumah.
c) Petugas kesehatan melakukan penyuluhan kepada penderita/tersangka
dan keluarganya pada waktu melakukan pemeriksaan atau perawatan
18
dan kunjungan rumah, serta pada berbagai pertemuan kelompok
masyarakat dan pertemuan dinas.
d) Juru penerangan (Jupen) melakukan penyuluhan pada berbagai
kesempatan dalam tugasnya memberikan penerangan kepada
masyarakat.
e) Guru melakukan penyuluhan kepada murid melalui pelajaran intra
maupun ekstra-kurikuler.
f) Warga masyarakat, ketua RT/RW, tokoh masyarakat formal maupun
informal yang mempunyai pengetahuan tentang penyakit DBD dapat
melakukan penyuluhan pada berbagai kesempatan pertemuan.
g) Pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat melakukan penyuluhan
kepada masyarakat pada berbagai kesempatan melalui media masa
seperti tv, radio, majalah, surat kabara dan lain-lain.
h) Pejabat/petugas yang terkait dalam penyampaian informasi kepada
masyarakat memberikan fasilitasi bagi terselenggaranya penyuluhan
kepada masyarakat.