defisit anggaran dan implikasinya - badan pendidikan dan pelatihan keuangan

6
8/20/2019 Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan http://slidepdf.com/reader/full/defisit-anggaran-dan-implikasinya-badan-pendidikan-dan-pelatihan-keuangan 1/6 2/29/2016 Defisit Anggaran dan Implikasinya - Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-perbendaharaan/20920-defisit-anggaran-dan-implikasinya 1/6 BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Serambi    Publikasi  Artikel    Artikel Anggaran dan Perbendaharaan    Defisit Anggaran dan Implik Defisit Anggaran dan Implikasinya  Dibuat: Senin, 20 April 2015 10:17  Ditulis oleh Abu Samman Lubis Oleh: Abu Samman Lubis* Abstrak  Kebijakan defisit selama ini terlihat bahwa defisit merupakan kebijakan yang tidak dapat dihindari untuk dilakukan. Alasan utamanya terjadi gap antara penerimaan dan pengeluaran. Di satu sisi penerimaan tumbuh lebih rendah daripada tingkat pengeluaran terutama peningkatan pada sisi pengeluaran rutin. mengharuskan pemerintah melakukan kebijakan kontraktif dengan memperbesar pengeluaran yang ditujukan untuk menggenjot sisi produksi sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah berkomitmen mempertahankan kebijakan makro ekonomi yang mengedepankan prinsip kehati-hatian, termasuk dalam pengelolaan anggaran yang tidak defisit berlebihan. Pada saat yang sama, pemerintah berupaya senantiasa mengantisipasi keadaan ekonomi dunia yang penuh ketidakpastian. Kata kunci: Defisit Anggaaran dan Implikasinya I. Latar Belakang  Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan suatu komponen penting di dalam penyelenggaraan suatu negara. Hal tersebut dapat dimengerti karena APB N merupakan “mesin” penggerak penyelenggaraan negara. Dalam penyusunan APBN biasanya diadakan pada dua pilihan, antara kebijakan defisit atau surplus. Kebijakan defisit menjadi pilihan ketika tujuan makro ekonomi dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga pemerintah lebih banyak melakukan pengeluaran (ekspansif). Tetapi sebaliknya jika tujuan anggaran adalah mengendalikan laju pertumbuhan ekonomi maka pemerintah akan mengurangi pengeluarannya (kontraktif). Bagi Indonesia, berdasarkan sejarah kebijakan APBN-nya bahwa kebijakan defisit selalu menjadi pilihan utama, bahkan kebijakan defisit mempunyai hubungan dengan rezim kekuasaan. Dengan defisit memberikan konsekuensi tekanan berat dalam APBN, yaitu lewat pembayaran bunga dan cicilan. Akibat kebijakan defisit juga APBN menjadi sensitif terhadap kondisi makro ekonomi. Dengan latar belakang permasalahan defisit anggaran yang selalu muncul dalam setiap penyusunan APBN, dengan sendirinya defisit telah menjadi pilihan tetap dalam kebijakan  L

Upload: vivi-anggrianii

Post on 07-Aug-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

8/20/2019 Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

http://slidepdf.com/reader/full/defisit-anggaran-dan-implikasinya-badan-pendidikan-dan-pelatihan-keuangan 1/6

2/29/2016 Defisit Anggaran dan Implikasinya - Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-perbendaharaan/20920-defisit-anggaran-dan-implikasinya 1/6

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN

Serambi Publikasi Artikel Artikel Anggaran dan Perbendaharaan Defisit Anggaran dan Implik

Defisit Anggaran dan Implikasinya

Dibuat: Senin, 20 April 2015 10:17

Ditulis oleh Abu Samman Lubis

Oleh: Abu Samman Lubis*

Abstrak

Kebijakan defisit selama ini terlihat bahwa defisit merupakan kebijakan yang tidak dapat

dihindari untuk dilakukan. Alasan utamanya terjadi gap antara penerimaan dan pengeluaran. Di satu

sisi penerimaan tumbuh lebih rendah daripada tingkat pengeluaran terutama peningkatan pada sisi

pengeluaran rutin. mengharuskan pemerintah melakukan kebijakan kontraktif dengan memperbesar

pengeluaran yang ditujukan untuk menggenjot sis i produksi sehingga meningkatkan pertumbuhan

ekonomi.

Pemerintah berkomitmen mempertahankan kebijakan makro ekonomi yang mengedepankan

prinsip kehati-hatian, termasuk dalam pengelolaan anggaran yang tidak defis it berlebihan. Pada saat

yang sama, pemerintah berupaya senantiasa mengantisipasi keadaan ekonomi dunia yang penuh

ketidakpastian.

Kata kunci: Defisit Anggaaran dan Implikasinya

I. Latar Belakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negar a (APBN) merupakan suatu komponen penting di

dalam penyelenggaraan suatu negara. Hal tersebut dapat dimengerti karena APB N merupakan

“mesin” penggerak penyelenggar aan negara.Dalam penyusunan APBN biasanya diadakan pada dua pilihan, antara kebijakan defisit atau

surplus. Kebijakan defisit menjadi pilihan ketika tujuan makro ekonomi dimaksudkan untuk

menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga pemerintah lebih banyak melakukan

pengeluaran (ekspansif). Tetapi sebaliknya jika tujuan anggaran adalah mengendalikan laju

pertumbuhan ekonomi maka pemerintah akan mengurangi pengeluarannya (kontraktif).

Bagi Indonesia, berdasarkan sejarah kebijakan APBN-nya bahwa kebijakan defisit selalu

menjadi pilihan utama, bahkan kebijakan defisit mempunyai hubungan dengan rezim kekuasaan.

Dengan defisit memberikan konsekuensi tekanan berat dalam APBN, yaitu lewat pembayaran

bunga dan cic ilan. Akibat kebijakan defisit juga APBN menjadi sensit if terhadap kondisi makroekonomi.

Dengan latar belakang permasalahan defisit anggaran yang selalu muncul dalam setiap

penyusunan APBN, dengan sendirinya defisit telah menjadi pilihan tetap dalam kebijakan

L

Page 2: Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

8/20/2019 Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

http://slidepdf.com/reader/full/defisit-anggaran-dan-implikasinya-badan-pendidikan-dan-pelatihan-keuangan 2/6

2/29/2016 Defisit Anggaran dan Implikasinya - Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-perbendaharaan/20920-defisit-anggaran-dan-implikasinya 2/6

anggaran. Oleh karena itu, tulisan ini akan dijelaskan kenapa harus defisit anggaran, apa

penyebabnya dan implikasinya dalam perekonomian nasional.

II. PEMBAHASAN

a.

Pengertian

Ilmu dan praktek ekonomi mengenal alternatif. Pengeluaran tidak perlu mengecil, tetapi

penerimaan yang mengecil pada tahun ini bisa ditutup dengan penerimaan yang lebih besar daritahun-tahun mendatang. Artinya, sebagian penerimaan dari tahun ini merupakan utang yang harus

ditutup oleh tahun-tahun mendatang. Istilahnya adalah anggaran defisit/defisit anggaran. Dengan

kata lain defisit anggaran terjadi apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaannya, dan jika

sebaliknya adalah surplus, yaitu apabila penerimaannya lebih besar daripada pengeluarannya.

Kegiatan ekonomi keseluruhan tidak perlu menciut, laju pertumbuhan ekonomi tidak perlu

tertahan. Hanya saja pengeluaran tahun ini menjadi lebih besar daripada penerimaan tahun ini.

Sesungguhnya alternatif itu juga sudah dilaksanakan dalam anggaran negara kita. Apa yang

disebut sebagai penerimaan pembangunan (pembiayaan) pada dasarnya adalah utang dari luar

negeri yang diharapkan bisa dilunasi dari penerimaan tahun-tahun mendatang.

Sejak tahun 2003 APBN anggaran kita sudah defisit , bahkan dapat dikatakan tahun-tahun

mulai periode orde lama, orde baru, dan sampai pemerintahan saat ini k ebijakan defisit sudah

dijalankan dan sampai saat ini masih dipertahankan sebagai kebijakan anggaran.

b.

Penyebabnya

Adapun faktor penyebab terjadinya pembengkakan pengeluaran negara salah satunya

karena tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sehingga pengeluaran meningkat dengan cepat,

sedangkan laju pertumbuhan penerimaan yang tidak diharapkan atau laju penerimaan yang tidak

stabil. Penyebab defisit bisa muncul dalam kondisi krisis ekonomi, karena keadaan ini akan

berimbas kepada anggaran negara. Dalam keadaan krisis akan memaksa pemerintah untuk

mengadakan pengeluaran ekstra untuk memperbaiki keadaan ekonomi (pemulihan ekonomi). Oleh

karena itu, ekspansi anggaran akan memacu pertumbuhan ekonomi, dengan demikian dapat

dikatakan penyerapan dan efektivitasnya merupakan masalah krusial.

Anggaran negara dapat dilihat dari dua sis i, yaitu sis i belanja negara dan sis i pendapatan.

Dalam dua tahun anggaran dapat dilihat komposisi anggaran yang dalam APBN Perubahan

(APBN-P) 2015 belanja ditetapkan Rp 1.984,1 triliun. Jumlah itu lebih tinggi Rp 107,3 triliun

dibandingkan dengan APBN Perubahan (APBN-P) 2014 sebesar Rp 1,876,8 triliun. APBN-P 2015

defisit direncanakan Rp 222,5 triliun, turun dibandingkan dengan APBN 2014 defisit sebesar 241,5

triliun. Dengan defisit tersebut diharapkan lebih ekspansif dalam memacu perekonomian untuk

mencapai pertumbuhan ekonomi, karena setiap penambahan pengeluaran akan mendorong

pertumbuhan ekonomi asal ditujukan untuk belanja yang produktif.

Penurunan defisit dapat terjadi penerimaan negara meningkat lebih besar dibandingkan

dengan perkiraan perubahan dari sisi pengeluaran. Adapun menyebab rendahnya pengeluaran:

pertama, tertundanya penyelesaian anggaran; kedua, rendahnya pembiayaan subsidi dan

pembayaran bunga utang luar negeri yang diikuti dengan lebih cepatnya apresiasi rupiah;

tertundanya beberapa penarikan pinjaman luar negeri; keempat, terlambatnya otorisasi

pembelanjaan dana-dana proyek.

Dalam APBN 2014 kebijakan defisit masih dipertahankan sebagai kebijakan anggaran

seperti tersebut di atas ditetapkan sebesar Rp241,5 triliun, tetapi dalam pelaksanaannya defisit

berubah menjadi Rp227,4 triliun atau turun sebesar Rp14,1 triliun. Penurunan ini antara lain

Page 3: Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

8/20/2019 Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

http://slidepdf.com/reader/full/defisit-anggaran-dan-implikasinya-badan-pendidikan-dan-pelatihan-keuangan 3/6

2/29/2016 Defisit Anggaran dan Implikasinya - Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-perbendaharaan/20920-defisit-anggaran-dan-implikasinya 3/6

disebabkan subsidi BBM lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan perubahan pada sisi

pengeluaran.

Kemudian pada pemerintahan Joko Widodo, kebijakan defisit anggaran 2015 masih

dipertahankan, yakni dengan menetapkan defisit sebesar Rp222,5 triliun.

c.

Implikasinya

Sebagaimana di katakan di atas, bahwa defisit terjadi karena pengeluaran anggaran lebihbesar dari penerimaan. Dari aspek pengeluaran defisit anggaran dapat terjadi karena adanya

penerapan kebijakan utang luar negeri, namun demikian harus dapat mengelola utang dengan baik,

kalau tidak, akan dengan sengaja pemerintah mengabaikan generasi mendatang.

Dalam manajemen pengeluaran juga terkait pengelolaan utang luar negeri yang ditujukan

untuk melihat efektifitas penggunaannya lewat pembiayaan sektor-sektor produktif. Adapun

dengan konsep pengelolaan utang akan terkait aspek makro ekonomi, seperti nilai tukar, inflasi

dan variabel moneter lainnya yang ikut menentukan besarnya volume hutang suatu negara.

Sedangkan dalam hal penerimaan negara dijadik an alat pengimbang pengeluaran (menekandefisit anggaran sekecil mungkin). Penerimaan ini haruslah berupa akumulasi penerimaan yang

netral. Adapun kebijakan yang netral yang dimaksud adalah kebijakan perpajakan. Sehingga

kebijakan perpajakan diarahkan untuk meningkatkan penerimaan. Salah satu cara meningkatkan

penerimaan pajak melalui peningkatan sumber daya manusia (fiskus) pegawai pajak.

Di sisi lain peningkatan penerimaan pemerintah melalui pajak sudah menjadi keharusan

mengingat tax ratio yang masih rendah. Kebijakan perpajakan diarahkan untuk meningkatkan

penerimaan perpajakan lewat ekstensifik asi dan intensif ikasi. Penerimaan negara dari pajak ini,

memang masih sangat potensial untuk ditingkatkan terutama setelah diaktifkan/difokuskan

lembaga penyanderaan, namun perlu didukung dengan pengawasan yang ketat. Di samping itu,faktor utama yang perlu diperhatikan adalah menjaga kestabilan ekonomi. Penerimaan pajak

tergantung pada pertumbuhan ekonomi, kalau ekonomi tumbuh/meningkat maka pajak akan

meningkat. Di samping itu juga, secara umum, pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan

menciptakan lapangan kerja guna mengatasi pengangguran dan mengurangi kemiskinan.

Oleh karena itu, secara teori peningkatan defisit dilakukan untuk mengejar pertumbuhan

ekonomi, dalam jangka panjang defisit anggaran akan tetap memberikan dorongan untuk

pertumbuhan ekonomi sebanyak mungkin, asal bukan untuk pembayaran rutin, utang, atau

pembayaran bunga obligasi.

Terlepas dari sudut analisis, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan sehubungan

dengan pencapaian sasaran defisit , yaitu: mengurangi subsidi serta pengetatan kebijakan rutin

dan pembangunan. Pengurangan subsidi merupakan kebutuhan mendesak, karena itu

penyumpang terbesar bagi tidak sehatnya APBN selama ini. Hal ini dapat dilihat pada APBN 2015

bahwa subsidi energi turun menjadi Rp344,7 dibandingkan dengan APBN 2014 sebesar Rp 350,3

triliun. Konsep subsidi ada yang menginginkan seharusnya dihapus dan diganti dengan alokasi

anggaran pembangunan yang menyentuh langsung terhadap pelayanan publik, atau pelayanan

yang diterima secara langsung oleh masyarakat miskin.

d. Apa yang harus dilakukan agar perekonomian meningkat?

Sebagaimana dijelakan di atas, penerimaan pajak tergantung pada pertumbuhan ekonomi,

kalau ekonomi tumbuh/meningkat maka pajak akan meningkat. Oleh karena itu, perlu dipikirkan

bagaimana menggairahkan perekonomian sehingga laju pertumbuhan dapat meningkat, pemerintah

Page 4: Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

8/20/2019 Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

http://slidepdf.com/reader/full/defisit-anggaran-dan-implikasinya-badan-pendidikan-dan-pelatihan-keuangan 4/6

2/29/2016 Defisit Anggaran dan Implikasinya - Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-perbendaharaan/20920-defisit-anggaran-dan-implikasinya 4/6

perlu mempertimbangkan isu-isu yang berkembang di kalangan pengamat ekonomi, yakni menurut

Prof. ekonomi sekaligus dekan untuk program MBA di INSEAD, Antonio Fatas, suatu ketika ia

mengatakan dalam seminar bisnis untuk wartawan, Rabu (17/10/2007) di Singapura, bahwa

investasi harus berkontribusi 30 persen terhadap Produk Domistik Bruto per tahun jika suatu

negara ingin perekonomiannya tumbuh enam persen.

Ada beberapa hal yang menjadi faktor untuk menunjang pertumbuhan ekonomi suatu

negara, yaitu:

1.

InvestasiInvetasi merupakan kata kunci dalam hal produksi, sedangkan produksi merupakan faktor

utama pertumbuhan ekonomi. Korea Selatan merupakan salah satu negara miskin yang

mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih dari enam persen pada periode 1960-2005,

dengan rata-rata kontribusi investasi terhadap PDB sebesar 30 persen dalam kurun waktu

tersebut.

2. Inovasi

Inovasi juga menjadi faktor penunjang pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya insentip dalam

hal inovasi, misalnya hak cipta, bisa mendorong produktivitas suatu negara, selain itu

3.

Kebijakan kelembagaan (pemerintah) serta stabilitas politik.

Dalam hal tertentu terdapat penyebab investasi belum tumbuh/pertumbuhan lambat yaitupembangunan/perbaikan berbagai proyek infrastruktur sangat lambat. Untuk menopang percepatan

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan stok infrastruktur merupakan salah satu

persyaratan mutlak. Beberapa contoh dari kurang baiknya infrastruktur adalah (a) pelabuhan dan

transportasi darat yang buruk menyebabkan pengiriman barang dengan container dari pabrik ke

pelabuhan berjalan lambat. Kesemrawutan penanganan container di pelabuhan dan pelayanan

yang buruk dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman dan ketibaan. Padahal faktor ketepatan

waktu merupakan persyaratan penting bagi sistem kanban atau just in time dalam jaringan

produksi global, (b) persoalan listrik yang tak memadai dari segi jumlah pasokan dan keandalan,

dan (c) pasokan gas dan air bersih.

Kesemuanya inilah yang pada akhirnya menyebabkan kos tetap (fixed cost) dalam

berusaha di Indonesia menjadi sangat mahal dan pada gilirannya mengikis daya saing

perekonomian.

Berdasarkan World Competitivenness Yearbook 2007 keluaran International Institute for

Management Development (IMD), dalam menghitung daya saing keseluruhan dikelompokkan ke

dalam empat faktor utama, yaitu: (1) kinerja ekonomi, (2) efisiensi pemerintahan, (3) efisiensi

bisnis; dan (4) infrastruktur.

Di samping itu, beberapa tahun yang lalu (2007) dan dapat menjadi rujukan di tahun 2015,

bahwa pada 2007 beberapa analisis menjelaskan sebab iklim investasi tak kunjung membaik

adalah (1) akibat ekses desentralisasi. Banyak kebijakan baru sudah baik, akan tetapi tidak efektif

karena kerangka implementasi yang tidak konsisten dan lemah. Seperti kebijakan desentralisasi,

integrasi administrasi keuangan negara, dan anti korupsi satu sama lain telah menghambat

program pembangunan, (2) akibatnya siklus pembelanjaan proyek menjadi berpluktuasi dengan

sangat tajam, dengan proyek-proyek ditumpuk pada akhir tahun (backloading), (3) peraturan

perburuhan, (4) tumpang tindih berbagai peraturan, misalnya antara peraturan pertambangan

dengan desentralisasi dan pemeliharaan lingkungan hidup, dan (5) kita tidak bisa memanfaatkan

maksimal booming dalam pertambangan. Ketika harga batu bara tinggi, output batu bara tahun

2007 menunjukkan gejala merosot, proses kebijakan pemerintah cenderung melemah.

Konsep dan strategi masa kini dan masa depan pembangunan berkelanjutan ekonomi

Indonesia, dipengaruhi oleh globalisasi, desentralisasi, dan demokratisasi, dengan penjelasan

sebagai berikut.

1. Globalisasi

Arus globalisasi yang makin deras tampaknya tidak bisa lagi ditolak. Globalisasi ibarat pedang

Page 5: Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

8/20/2019 Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

http://slidepdf.com/reader/full/defisit-anggaran-dan-implikasinya-badan-pendidikan-dan-pelatihan-keuangan 5/6

2/29/2016 Defisit Anggaran dan Implikasinya - Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-perbendaharaan/20920-defisit-anggaran-dan-implikasinya 5/6

bermata dua. Ia membuka peluang dan cakrawala baru bagi mereka yang ikut serta untuk maju

lebih cepat.Ia membawa pula risiko-risiko baru. Menutup diri atau melawan arus globalisasi

bukanlah opsi yang realistis.

Sik ap terbaik bagi suatu perekonomian atau negara adalah pragmatis, melibatkan diri dalam

globalisasi secara cerdas. Tujuan utamanya, memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari

globalisasi itu dan sejauh mungkin menghindari risiko negatifnya. Kegamangan hanya akan

merugikan.

2. Demokratisasi

Ekonom senior lainnya, Dr. Sjahrir, menilai demokratisasi yang berlangsung saat ini

menghasilkan kondisi politik yang penuh keanekaragaman kegiatan politik. Dari sisi positif,

terlihat hubungan yang lebih langsung antara pemilih dan pemimpin mereka di berbagai level.

Di sisi negatif, yang amat menonjol adalah berlangsungnya kekerasan bersifat fisik hingga

potensi retaknya hubungan sesama bangsa akibat semakin berkurangnya kepercayaan antara

rakyat dan pemimpin.

3. Desentralisasi

Desentralisasi yang merupakan proses baru menghasilkan suatu dinamika ekonomi dan politik

yang berpengaruh langsung pada kehidupan perekonomian, tingkat kemiskinan, dan stabilitas

ekonomi-politik di suatu wilayah. Desentralisasi sebagai kelanjutan dari semangat demokrasi,

menurut Sjahrir, ternyata menghasilkan prioritas anggaran daerah yang tidak memihak rakyat.

Kecenderungan APBD di tingkat I dan II adalah meningkatnya pengeluaran rutin dan

berkurangnya pengeluaran pembangunan. Tidak heran bahwa dalam fase reformasi, angka-

angka indeks pembangunan manusia nyaris tidak beranjak.

III. Penutup

Defisit anggaran harus diarahkan pada mekanisme pemanfaatan, yaitu jenis penggunaan

dan kelembagaan yang menjamin efektifitas dari penggunaannya. Penggunaan defisit anggaran

untuk pembiayaan konsumsi akan membahayakan perekonomian dalam jangka panjang. Tapi

apabila pembiayaan defisit anggaran tersebut digunakan untuk memperluas kapasitas produksi

dan memperkuat anggaran tidak akan memberatkan generasi mendatang.

Kebijakan defisit selama ini terlihat bahwa defisit merupakan kebijakan yang tidak dapat

dihindari untuk dilakukan. Alasan utamanya terjadi gap antara penerimaan dan pengeluaran. Di

satu sisi penerimaan tumbuh lebih rendah daripada tingkat pengeluaran terutama peningkatan

pada sisi pengeluaran rutin. mengharuskan pemerintah melakukan kebijakan kontraktif dengan

memperbesar pengeluaran yang ditujukan untuk menggenjot sis i produksi sehingga

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya untuk kesejahteraan rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

UU No. 12 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2013 tentang APBN-P 2014.

UU No. 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas UU No. 27 Tahun 2014 tentang APBN-P 2015.

Harian Kompas. 2007. “Tuntutan Pembangunan Infrastuktur” Analisis Ekonomi Faisal Basri. 25 Juni.

Jakarta.

Harian Kompas. 2006. “Mencari Format Ekonomi yang Pas” 21 Juni. Jakarta.

*Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Malang

Page 6: Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

8/20/2019 Defisit Anggaran Dan Implikasinya - Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

http://slidepdf.com/reader/full/defisit-anggaran-dan-implikasinya-badan-pendidikan-dan-pelatihan-keuangan 6/6

2/29/2016 Defisit Anggaran dan Implikasinya - Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-perbendaharaan/20920-defisit-anggaran-dan-implikasinya 6/6

E S E L O N I K E M E N T E R I A N K E U A N G A N

Hakcipta © BPPK | Peta Situs| Tentang Kami| Email BPPK| FAQ| Prasyarat| Hubungi Kami| Ikuti Kami

Jalan Purnawarman No 99 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan . Telp: 021-29054300 . Fax: 021-7244912

|