definisi uang , saham , pasar modal dan sistem kurs
DESCRIPTION
Materi - Materi ekonomi mengenai Definisi Uang , Saham , Pasar Modal dan Sistem KursTRANSCRIPT
Uang
Definisi uang
Dalam Ekonomi Tradisional, uang didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
dapat diterima secara umum. Alat tukar itu bisa berupa benda apa saja yang dapat diterima
oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa.
Dalam ilmu ekonomi modern definisi Uang adalah :
Menurut D.H. Robertson dalam bukunya Money, disebutkan bahwa uang adalah sesuatu yang
bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-barang.
Menurut R.G. Thomas dalam bukunya Our Modern Banking menjelaskan bahwa uang adalah
sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian
barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang.
Menurut A.C. Pigou dalam bukunya The Veil of Money, yang dimaksud uang adalah alat
tukar.
Jenis-Jenis Uang
Uang yang beredar dalam masyarakat atau menurut lembaga yang mengeluarkan
dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis, yaitu :
• Uang kartal
Uang kartal adalah alat pembayaran yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat
dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari.
• Uang giral
Uang giral merupakan uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan
(deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan. Untuk menarik uang ini, orang menggunakan
cek. Cek yang dibuat atas nama statu rekening deposito merupakan perintah kepada bank
untuk membayar kepada orang yang ditunjuk pemilik rekening.
Jenis-jenis uang menurut bahan pembuatannya dibedakan menjadi :
• Uang logam
Uang logam biasanya terbuat dari emas atau perak karena emas dan perak memenuhi
syarat-syarat uang yang efisien. Karena harga emas dan perak yang cenderung tinggi dan
stabil, emas dan perak mudah dikenali dan diterima orang. Disamping itu, emas dan perak
tidak mudah musan. Emas dan perak juga mudah dibagi-bagi menjadi unit
yang lebih kecil. Di zaman sekarang, uang logam tidak dinilai dari berat emasnya, namun
dari nilai nominalnya. Nilai nominal itu merupakan pernyataan bahwa sejumlah emas dengan
berat tertentu terkandung di dalamnya.
• Uang kertas
Uang kertas adalah uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap tertentu dan
merupakan alat pembayaran yang sah. Menurut penjelasan UU No. 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia, yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang dalam bentuk lembaran
yang terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas).
Jenis-jenis uang menurut nilainya dibedakan menjadi :
• Uang penuh (Full bodied Money)
Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai yang tertera diatas uang
tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakan. Dengan kata lain nilai nominal = nilai
intrinsik. Jika uang itu terbuat dari emas, maka nilai uang itu sama dengan nilai emas yang
dikandungnya.
Contoh : uang emas dan uang perak.
• Uang tanda (Token Money)
Nilai uang dikatakan sebagai uang tanda apabila nilai yang tertera diatas uang lebih
tinggi dari nilai bahan yang digunakan untuk membuat uang atau dengan kata lain nilai
nominal lebih besar dari nilai intrinsik uang tersebut. Misalnya, untuk membuat uang Rp.
1.000,00,- pemerintah mengeluarkan biaya Rp. 750,00,00. Contoh : uang kertas
Fungsi Uang
Fungsi uang dibedakan menjadi dua yakni fungsi asli dan fungsi turunan.
Fungsi asli meliputi :
a. Sebagai alat tukar
Fungsi ini sangat penting sebab pertukaran tanpa menggunakan uang sangat sulit
terlaksana. Dengan adanya uang, maka kesulitan-kesulitan yang timbul karena barter
dapat diatasi. Pertukaran dapat langsung dilakukan antara barang-barang yang dinginkan
dengan uang yang dimiliki.
b. Sebagai alat satuan hitung
Dengan adanya uang uang, maka nilai suatu barang dapat diukur dan diperbandingkan.
Nilai suatu barang dapat dinyatakan dengan harga. Penggunaan uang sebagai alat satuan
hitung akan memudahkan masyarakat menentukan nilai suatu barang.
Fungsi turunan meliputi :
a. Sebagai alat penundaan pembayaran
Transaksi-transaksi barang dan jasa seringkali dilakukan dengan pembayaran tertunda
(kredit). Fungsi ini dapat dilakukan dengan baik jika nilai uang stabil. Nilai uang
dikatakan stabil apabila uang yang dibelanjakan memperoleh barang yang jumalh dan
mutunya sama setiap sata. Apabila syarat tersebut tidak terpenuhi maka fungsi uang
sebagai alat penundaan pembayaran tidak dapat terlaksana dengan sempurna.
b. Sebagai alat penimbun kekayaan
Dahulu orang menimbun kekayaan dalam bentuk emas, tanah, rumah, sawah dan
hewan peliharaan , namun sekarang seseorang dapat menimbun kekayaan dalam bentuk
uang.
Sejarah Uang
Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang
panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang berusaha
memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia lapar, membuat
pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana, mencari buah-buahan untuk konsumsi
sendiri; singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhannya.
Perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa yang
diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk memenuhui seluruh kebutuhannya. Untuk
memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari orang yang
mau menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya.
Akibatnya muncullah sistem barter', yaitu barang yang ditukar dengan barang.
Namun pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini.
Di antaranya adalah kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang
diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk
memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran
yang seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah timbul pikiran-
pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar.
Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima
oleh umum (generally accepted), benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh
atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer
sehari-hari; misalnya garam yang oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun
sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat sampai sekara
Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat sampai sekarang. Orang Inggris menyebut
upah sebagai salary yang berasal dari bahasa Latin , salarium yang berarti garam.
Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-
kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum mempunyai
pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan pengangkutan
(transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan akibat kurangnya daya
tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan lama.
Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan uang logam. Logam dipilih sebagai
alat tukar karena memiliki nilai yang tinggi sehingga digemari umum, tahan lama dan tidak
mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah dipindah-pindahkan.
Logam yang dijadikan alat tukar karena memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas dan
perak. Uang logam emas dan perak juga disebut sebagai uang penuh (full bodied money).
Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai nominalnya (nilai yang
tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap orang berhak menempa uang,
melebur, menjual atau memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas dalam menyimpan
uang logam.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul kesulitan ketika perkembangan
tukar-menukar yang harus dilayani dengan uang logam bertambah sementara jumlah logam
mulia (emas dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk
transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah uang kertas
Mula-mula uang kertas yang beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas dan
perak sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang kertas yang
beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang
disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan
jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas
(secara langsung) sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan 'kertas-bukti'
tersebut sebagai alat tukar.
Sejarah Uang Indonesia
Masa Awal Kemerdekaan
Keadaan ekonomi di Indonesia pada awal kemerdekaan ditandai dengan hiperinflasi
akibat peredaran beberapa mata uang yang tidak terkendali, sementara Pemerintah RI belum
memiliki mata uang. Ada tiga mata uang yang dinyatakan berlaku oleh pemerintah RI pada
tanggal 1 Oktober 1945, yaitu mata uang Jepang, mata uang Hindia Belanda, dan mata uang
De Javasche Bank.
.
Mata uang Hindia Belanda dan mata uang De Javasche bank
Diantara ketiga mata uang tersebut yang nilai tukarnya mengalami penurunan tajam
adalah mata uang Jepang. Peredarannya mencapai empat milyar sehingga mata uang Jepang
tersebut menjadi sumber hiperinflasi. Lapisan masyarakat yang paling menderita adalah
petani, karena merekalah yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang.
.
.
Mata uang Jepang (Dai Nippon Teikoku Seihu)
Kekacauan ekonomi akibat hiperinflasi diperparah oleh kebijakan Panglima AFNEI
(Allied Forces Netherlands East Indies) Letjen Sir Montagu Stopford yang pada 6 Maret
1946 mengumumkan pemberlakuan mata uang NICA di seluruh wilayah Indonesia yang
telah diduduki oleh pasukan AFNEI. Kebijakan ini diprotes keras oleh pemerintah RI, karena
melanggar persetujuan bahwa masing-masing pihak tidak boleh mengeluarkan mata uang
baru selama belum adanya penyelesaian politik. Namun protes keras ini diabaikan oleh
AFNEI. Mata uang NICA digunakan AFNEI untuk membiayai operasi-operasi militernya di
Indonesia dan sekaligus mengacaukan perekonomian nasional, sehingga akan muncul krisis
kepercayaan rakyat terhadap kemampuan pemerintah RI dalam mengatasi persoalan ekonomi
nasional.
Karena protesnya tidak ditanggapi, maka pemerintah RI mengeluarkan kebijakan
yang melarang seluruh rakyat Indonesia menggunakan mata uang NICA sebagai alat tukar.
Langkah ini sangat penting karena peredaran mata uang NICA berada di luar kendali
pemerintah RI, sehingga menyulitkan perbaikan ekonomi nasional.
Mata Uang NICA
Oleh karena AFNEI tidak mencabut pemberlakuan mata uang NICA, maka pada
tanggal 26 Oktober 1946 pemerintah RI memberlakukan mata uang baru ORI (Oeang
Republik Indonesia) sebagai alat tukar yang sah di seluruh wilayah RI. Sejak saat itu mata
uang Jepang, mata uang Hindia Belanda dan mata uang De Javasche Bank dinyatakan tidak
berlaku lagi. Dengan demikian hanya ada dua mata uang yang berlaku yaitu ORI dan NICA.
Masing-masing mata uang hanya diakui oleh yang mengeluarkannya. Jadi ORI hanya diakui
oleh pemerintah RI dan mata uang NICA hanya diakui oleh AFNEI. Rakyat ternyata lebih
banyak memberikan dukungan kepada ORI. Hal ini mempunyai dampak politik bahwa rakyat
lebih berpihak kepada pemerintah RI dari pada pemerintah sementara NICA yang hanya
didukung AFNEI.
Untuk mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing yang ada di Indonesia,
pemerintah RI pada tanggal 1 November 1946 mengubah Yayasan Pusat Bank pimpinan
Margono Djojohadikusumo menjadi Bank Negara Indonesia (BNI). Beberapa bulan
sebelumnya pemerintah juga telah mengubah bank pemerintah pendudukan Jepang Shomin
Ginko menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Tyokin Kyoku menjadi Kantor Tabungan
Pos (KTP) yang berubah nama pada Juni 1949 menjadi Bank tabungan Pos dan akhirnya di
tahun 1950 menjadi Bank Tabungan Negara (BTN). Semua bank ini berfungsi sebagai bank
umum yang dijalankan oleh pemerintah RI. Fungsi utamanya adalah menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat serta pemberi jasa di dalam lalu lintas pembayaran.
Terbentuknya Bank Indonesia
Jauh sebelum kedatangan bangsa barat, nusantara telah menjadi pusat perdagangan
internasional. Sementara di daratan Eropa muncul lembaga perbankan sederhana, seperti
Bank van Leening di negeri Belanda. Sistem perbankan ini kemudian dibawa oleh bangsa
barat yang mengekspansi nusantara pada waktu yang sama. VOC di Jawa pada 1746
mendirikan De Bank van Leening yang kemudian menjadi De Bank Courant en Bank van
Leening pada 1752. Bank itu adalah bank pertama yang lahir di nusantara, cikal bakal dari
dunia perbankan pada masa selanjutnya. Pada 24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda
mendirikan bank sirkulasi dengan nama De Javasche Bank (DJB). Selama berpuluh-puluh
tahun bank tersebut beroperasi dan berkembang berdasarkan suatu oktroi dari penguasa
Kerajaan Belanda, hingga akhirnya diundangkan DJB Wet 1922.
Masa pendudukan Jepang telah menghentikan kegiatan DJB dan perbankan Hindia
Belanda untuk sementara waktu. Kemudian masa revolusi tiba, Hindia Belanda mengalami
dualisme kekuasaan, antara Republik Indonesia (RI) dan Nederlandsche Indische Civil
Administrative (NICA). Perbankan pun terbagi dua, DJB dan bank-bank Belanda di wilayah
NICA sedangkan "Jajasan Poesat Bank Indonesia" dan Bank Negara Indonesia di wilayah RI.
Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik Indonesia dan Belanda, ditetapkan
kemudian DJB sebagai bank sentral bagi Republik Indonesia Serikat (RIS). Status ini terus
bertahan hingga masa kembalinya RI dalam negara kesatuan. Berikutnya sebagai bangsa dan
negara yang berdaulat, RI menasionalisasi bank sentralnya. Maka sejak 1 Juli 1953
berubahlah DJB menjadi Bank Indonesia, bank sentral bagi Republik Indonesia.
Perkataan “rupiah” berasal dari perkataan “Rupee”, satuan mata uang India. Indonesia
telah menggunakan mata uang Gulden Belanda dari tahun 1610 hingga 1817. Setelah tahun
1817, dikenalkan mata uang Gulden Hindia-Belanda. Mata uang rupiah pertama kali
diperkenalkan secara resmi pada waktu Pendudukan Jepang sewaktu Perang Dunia ke-2,
dengan nama rupiah Hindia Belanda. Setelah berakhirnya perang, Bank Jawa (Javaans
Bank, selanjutnya menjadi Bank Indonesia) memperkenalkan mata uang Rupiah Jawa sebagai
pengganti. Mata uang gulden NICA yang dibuat oleh Sekutu dan beberapa mata uang yang
dicetak kumpulan gerilya juga berlaku pada masa itu.
Pada 8 April 1947 Gubernur Propinsi Sumatera mengeluarkan rupiah URIPS-Uang
Republik Indonesia Propinsi Sumatera.Sejak 2 November 1949, empat tahun setelah
merdeka, Indonesia menetapkan Rupiah sebagai mata uang kebangsaannya yang
baru. Kepulauan Riau dan Irian Barat memiliki variasi rupiah mereka sendiri tetapi
penggunaan mereka dibubarkan pada tahun 1964 di Riau dan 1974 di Irian Barat.Krisis
ekonomi Asia tahun 1998 menyebabkan nilai rupiah jatuh sebanyak 35% dan membawa
kejatuhan pemerintahan Soeharto.
Sistem Kurs
Kurs (Exchange Rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu
merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan
nilai inilah sering disebut dengan kurs (exchange rate). Nilai tukar biasanya berubah-ubah,
perubahan kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi. Pada dasarnya terdapat lima jenis
system kurs utama yang berlaku (Kuncoro,1996:27) yaitu: sistem kurs mengambang
(floatingexchang rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak
(crawling pegs), sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs tetap (fixed exchange
rate).
Dalam sistem perdagangan, kurs mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan
nilai antar mata uang. jadi kurs menunjukkan harga suatu mata uang jika dituliskan dengan
mata uang lain. Saat membaca kurs, ada dua hal yang harus selalu diingat yaitu mata uang
yang ditulis pertama merupkan mata uang dasar (base currency) dan nilai base currency
adalah sebesar 1 (satu). Contoh, kurs USD/JPY 120.01 berarti satu USD setara dengan
120.01 JPY. Dalam prakteknya kurs mengalami pergeseran dan fluktuasi. Pergeseran kurs
adalah akibat adanya beberapa faktor ekonomi dan non ekonomi (Triyono, 2008). Fluktuasi
kurs adalah pergeseran kurs yang sangat ekstrim.
Sistem Kurs di Indonesia
Peranan Bank Indonesia
Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal yakni mencapai dan menjaga
kestabilan nilai rupiah. Hal ini mengandung dua aspek yakni kestabilan nilai mata uang
rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin pada laju inflasi; serta kestabilan nilai mata
uang rupiah terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar.
Dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang, Bank Indonesia menerapkan prinsip
akuntabilitas dan transparansi melalui penyampaian informasi kepada masyarakat luas secara
terbuka melalui media massa setiap awal tahun mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan
moneter, dan serta rencana kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran moneter pada
tahun yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara tertulis kepada Presiden
dan DPR sesuai dengan amanat Undang-Undang
Berdasarkan undang-undang republik indonesia nomor 3 tahun 2004 tentang
perubahan atas undang-undang republik indonesia nomor 23 tahun 1999 tentang bank
Indonesia. Pada pasal 10, Bank Indonesia berwenang:
1. menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi;
2. melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara cara yang termasuk
tetapi tidak terbatas pada:
1. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing;
2. penetapan tingkat diskonto;
3. penetapan cadangan wajib minimum;
4. pengaturan kredit atau pembiayaan.
Dalam peranannya sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia membuat suatu inflation
targeting dengan cara mentapkan sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
periode 2008 – 2010, masing-masing sebesar 5,0%, 4,5%, dan 4,0% dengan deviasi ±1%.
Namun demikian, berdasarkan perkembangan terkini, Bank Indonesia mengusulkan kepada
Pemerintah tentang perubahan sasaran inflasi 2010-2012 menjadi sebesar 5% ± 1%, 5% ±
1%, dan 4,5% ± 1.
Pada kebijakan implementasi kurs yang digunakan di Indonesia, BI telah melakukan berbagai
cara yakni :
1. Periode Sistem Nilai Tukar Tetap dan Sistem Nilai Tukar Mengambang Ketat:
1. Nopember 1978 dari Rp425 per dolar menjadi Rp625 per dolar
2. Maret 1983 dari Rp625 per dolar menjadi Rp825 per dolar
3. September 1986 dari Rp1134 per dolar menjadi Rp1644 per dolar
4. Periode Sistem Nilai Tukar mengambang Fleksibel:
Bank Indonesia melakukan 8 kali pelebaran pita intervensi yaitu
1. September 1992 dari Rp6 (0,25%) menjadi Rp10(0,50%)
2. Januari 1994 dari Rp10 (0,50%) menjadi Rp20 (1%)
3. September 1994 dari Rp20 (1%) menjadi Rp30 (1,5%)
4. Mei 1995 dari Rp30 (1,5%) menjadi Rp44 (2%)
5. Desember 1995 dari Rp44 (2%) menjadi Rp66 (3%)
6. Juni 1996 dari Rp66 (3%) menjadi Rp118 (5%)
7. September 1996 dari Rp118 (5%) menjadi Rp192 (8%)
8. Juli 1997 dari Rp192 (8%) menjadi Rp304 (12%)
Selain itu dalam periode nilai tukar mengambang flexible ini Bank Indonesia: Setiap
hari mengeluarkan nilai tukar (kurs) tengah harian, dan melakukan intervensi di pasar valuta
asing untuk menjaga agar nilai tukar bergerak dalam koridor yang telah ditetapkan.
Mekanisme dan Dampaknya
Pergerakan kurs dibentuk oleh beberapa faktor-faktor ekonomi dan faktor non-
ekonomi, diantaranya: suku bunga, jumlah uang beredar, dan neraca pembayaran (faktor-
faktor ekonomi), dan keamanan, keadaan politik, tingkat korupsi, serta lain-lain (faktor-faktor
non ekonomi). Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya
ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi, 1996:129),
Akibatnya timbul depresiasi dan apresiasi. Depresiasi mata uang negara membuat harga
barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri. Sedang apresiasi rupiah
terhadap dollar AS adalah kenaikan rupiah terhadap dollar AS. Apresiasi mata uang suatu
negara membuat harga barangbarang domestik menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri
(Sukirno, 1981:297).
Dinamisasi dari pergerakan kurs dan flukutasinya dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Jika kita lihat pergeseran kurs rupiah terhadap dollar amerika dari 1 januari 2010
hingga 9 Mei 20010 terjadi fluktuasi pada awal bulan Mei. Salah satu faktornya adalah imbas
dari pemberitaan dalam negeri terhadap pemunduran jabatan Sri Mulyani dari Menteri
Keuangan menjadi Managing Director Bank Dunia.Dunia investor panik sehingga menarik
sejumlah investasinya didalam negeri. Ketidakpercayaan investor, terutama investor asing
akhirnya membawa fluktuasi terhadap depresiasi kurs rupiah itu sendiri.
Pada hakekatnya fluktuasi kurs mata uang tidak perlu terjadi kalau sistem moneter
internasional menggunakan mata uang tunggal, misalnya dengan menggunakan standar emas
dan atau perak dan atau perunggu. Pergerakan nilai tukar yang fluktuatif ini mempengaruhi
perilaku masyarakat dalam memegang uang, selain faktor-faktor yang lain seperti tingkat
suku bunga dan inflasi. Kondisi ini didukung oleb laju inflasi yang meningkat tajam dan
menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional.
Fluktuasi kurs menjadi sangat menganggu dalam dunia perdagangan internasional,
karena harus menggunakan standar kurs yang tepat agar tidak terjadi kerugian bagi pengespor
atau pengimpor. Berbagai kalangan dunia usaha telah meminta pemerintah dan otoritas
moneter menjaga fluktuasi nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu tajam atau
paling tinggi lima persen agar mereka masih bisa bersaing di pasar internasional maupun
domestik. Adapun di sisi lain, Boediono (wakil presiden Indonesia) menghendaki agar kurs
terhadap dolar tidak dipatok karena dapat dijadikan ajang bagi para spekulan untuk
berspekulasi yang justru akan merugikan masyarakat.
Sistem devisa bebas dan ditambah dengan penerapan sistem floating exchange rate di
Indonesia sejak tahun 1997, menyebabkan pergerakan nilai tukar di pasar menjadi sangat
rentan oleh pengaruh faktor-faktor ekonomi maupun non ekonomi. (Triyono, 2008),
sebaiknya pemerintah selalu melakukan usaha-usaha agar nilai tukar tetap terkendali. Baru-
baru ini, pemerintah yakni kementerian keuangan menetapkan Nilai Kurs sebagai Dasar
Pelunasan Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Ekspor, dan Pajak Penghasilan yang diterima atau diperoleh berupa
uang asing harus terlebih dahulu dinilai ke dalam uang rupiah. Sebagai contoh, 1 dollar
amerika mempunya nilai dasar kurs 9.019,00 rupiah. Hal ini untuk mengarai terjadinya
fluktuasi kurs, sehngga diperlukan peletakan nilai dasar kurs .
Pasar Modal
Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Kegiatan jual beli saham dan obligasi sebenarnya telah dimulai pada abad XIX. Pada
tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs mendirikan cabang bursa di
Batavia. Bursa ini merupakan bursa tertua keempat di Asia, setelah Bombay, Hongkong dan
Tokyo. Bursa yang dinamakan Vereniging voor de Effectenhandel, memperjualbelikan
saham dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi
yang diterbitkan pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan
Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan
Belanda lainnya (Rusdin, Pasar Modal, Bandung; Alfabeta, 2006, hal 4).
Minat masyarakat terhadap pasar modal mendorong didirikannya bursa di kota
Surabaya (11 Juni 1925) dan Semarang (1 Agustus 1925). Perkembangan pasar modal pada
saat itu, terlihat dari nilai efek yang mencapai NIF 1,4 milyar, pun demikian perkembangan
pasar modal ini mengalami penyurutan akibat Perang Dunia II. Akibatnya, pemerintah Hindia
Belanda mengambil kebijakan untuk memusatkan perdagangan efeknya di Batavia dan
menutup bursa efek di Semarang dan Surabaya. Pada tanggal 17 Mei 1940, secara
keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup.
Di masa kemerdekaan, pada tahun 1950, pemerintah mengeluarkan obligasi Republik
Indonesia, yang menandakan mulai aktifnya Pasar Modal Indonesia. Pada tanggal 31 Juni
1952, Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali. Penyelenggaraan tersebut kemudian diserahkan
kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efeknya (PPUE). Namun pada tahun 1958,
terjadi kelesuan dan kemunduran perdagangan di Bursa, akibat konfrontasi pemerintah
dengan Belanda. Pemerintah di masa Orde Baru, berusaha untuk mengembalikan
kepercayaan rakyat terhadap nilai mata uang Rupiah. Pemerintah melakukan persiapan
khusus untuk membentuk pasar modal. Pada tahun 1976, pemerintah membentuk Bapepam
(Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa.
Hal tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah untuk membentuk Pasar Uang dan
Pasar Modal. Pada tanggal 10 Agustus 1977, berdasarkan Keppres RI No 52/ 1976, pasar
modal diaktifkan kembali. Perkembangan pasar modal selama tahun 1977–1987, mengalami
kelesuan. Pada tahun 1987-1988, pemerintah menerbitkan paket-paket deregulasi. Paket
deregulasi ini adalah: Paket Desember 1987 (Pakdes 87), Paket Desember 1988 (Pakto 88),
dan Paket Desember 1988 (Pakdes 88). Penerbitan paket deregulasi ini menandai liberalisasi
ekonomi Indonesia. Dampak dari adanya ketiga kebijakan tersebut, pasar modal Indonesia
menjadi aktif hingga sekarang.
Pengertian Pasar Modal
Menurut Husnan (2003) adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik
yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Menurut
Usman (1990:62), umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat
dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat pemilikan.
Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi dan surat berharga yang
bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih jauh dapat juga didefinisikan bahwa
obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti
penyertaan dari perusahaan.
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga
perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti
sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan
memakai jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah, 2000 : 4). Dilihat dari pengertian
akan pasar modal diatas, maka jelaslah bahwa pasar modal juga merupakan salah satu cara
bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada
masyarakat
Investasi dan Pelaku Pasar Modal
Dewasa ini telah dikembangkan suatu model dalam pengambilan keputusan tentang
usul investasi yang berada dalam suatu portofolio, dimana proyek baru yang diusulkan itu
dikaitkan dengan proyek-proyek lainnya yang ada dalam suatu perusahaan.
Proyek-proyek investasi itu mempunyai risiko yang tidak independent Awat (1999 : 276).
Harapan keuntungan suatu portofolio adalah rata-rata tertimbang dari harapan keuntungan
surat berharga yang diperbandingkan dalam portofolio tersebut. Para pemain utama yang
terlibat di pasar modal dan lembaga penunjang yang terlibat langsung dalam proses transaksi
antara pemain utama sebagai berikut Kasmir(2001 : 183-189) :
1. Emiten.
Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau melakukan
emisi di bursa (disebut emiten). Dalam melakukan emisi, para emiten memiliki berbagai
tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam rapat umum pemegang saham (RUPS),
antara lain :
a. Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para investor akan digunakan untuk meluaskan
bidang usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi.
b. Memperbaiki struktur modal, menyeimbangkan antara modal sendiri dengan modal asing.
c. Mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan dari pemegang saham lama kepada
pemegang saham baru.
2. Investor.
Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan yang
melakukan emisi (disebut investor). Sebelum membeli surat berharga yang ditawarkan,
investor biasanya melakukan penelitian dan analisis tertentu. Penelitian ini mencakup
bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten dan analisis lainnya.
Tujuan utama para investor dalam pasar modal antara lain :
a. Memperoleh deviden. Ditujukan kepada keuntungan yang akan diperolehnya berupa bunga
yang dibayar oleh emiten dalam bentuk deviden.
b. Kepemilikan perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki maka semakin besar
pengusahaan (menguasai) perusahaan.
c. Berdagang. Saham dijual kembali pada saat harga tinggi, pengharapannya adalah pada
saham yang benar-benar dapat menaikkan keuntungannya dari jual beli sahamnya.
d. Penjamin emisi (underwriter). Lembaga yang menjamin terjualnya saham/obligasi sampai
batas waktu tertentu dan dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten.
e. Perantara perdagangan efek (broker / pialang). Perantaraan dalam jual beli efek, yaitu
perantara antara si penjual (emiten) dengan si pembeli (investor). Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh broker antara lain meliputi :
1) Memberikan informasi tentang emiten
2) Melakukan penjualan efek kepada investor
f. Perdagangan efek (dealer), berfungsi sebagai :
1) Pedagang dalam jual beli efek
2) Sebagai perantara dalam jual beli efek
g. Penanggung (guarantor). Lembaga penengah antara si pemberi kepercayaan dengan si
penerima kepercayaan. Lembaga yang dipercaya oleh investor sebelum menanamkan
dananya.
h. Wali amanat (trustee). Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi amanat
(investor). Kegiatan wali amanat meliputi :
1) Menilai kekayaan emiten
2) Menganalisis kemampuan emiten
3) Melakukan pengawasan dan perkembangan emiten
4) Memberi nasehat kepada para investor dalam hal yang berkaitan dengan emiten
5) Memonitor pembayaran bunga dan pokok obligasi
6) Bertindak sebagai agen pembayaran
i. Perusahaan surat berharga (securities company). Mengkhususkan diri dalam perdagangan
surat berharga yang tercatat di bursa efek. Kegiatan perusahaan surat berharga antara lain :
1) Sebagai pedagang efek
2) Penjamin emisi
3) Perantara perdagangan efek
4) Pengelola dana
j. Perusahaan pengelola dana (investment company). Mengelola surat-surat berharga yang
akan menguntungkan sesuai dengan keinginan investor, terdiri dari 2 unit yaitu sebagai
pengelola dana dan penyimpan dana.
k. Kantor administrasi efek. Kantor yang membantu para emiten maupun investor dalam
rangka memperlancar administrasinya.
1) Membantu emiten dalam rangka emisi
2) Melaksanakan kegiatan menyimpan dan pengalihan hak atas saham para investor
3) Membantu menyusun daftar pemegang saham
4) Mempersiapkan koresponden emiten kepada para pemegang saham
5) Membuat laporan-laporan yang diperlukan
Jenis dan Fungsi Pasar Modal
Pasar modal dibedakan menjadi 2 yaitu pasar perdana dan pasar sekunder :
1. Pasar Perdana ( Primary Market )
Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para
pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham tersebut
belum diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu sekurang-kurangnya
6 hari kerja. Harga saham di pasar perdana ditetukan oleh penjamin emisi dan perusahaan
yang go public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan.
Perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan memperluas
barang modal untuk memproduksi barang dan jasa. Selain itu dapat juga digunakan untuk
melunasi hutang dan memperbaiki struktur pemodalan usaha. Harga saham pasar perdana
tetap, pihak yang berwenang adalah penjamin emisi dan pialang, tidak dikenakan komisi
dengan pemesanan yang dilakukan melalui agen penjualan.
2. Pasar Sekunder ( Secondary Market )
Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara investor
setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu selambat-lambatnya
90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan di bursa.Dengan
adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek setiap saat. Sedangkan
manfaat bagi perusahaan, pasar sekunder berguna sebagai tempat untuk menghimpun
investor lembaga dan perseorangan.Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan
ekspetasi pasar, pihak yang berwenang adalah pialang, adanya beban komisi untuk penjualan
dan pembelian, pemesanannya dilakukan melalui anggota bursa, jangka waktunya tidak
terbatas. Tempat terjadinya pasar sekunder di dua tempat, yaitu:
1.Bursa reguler
Bursa reguler adalah bursa efek resmi seperti Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Bursa
Efek Surabaya (BES)
2.Bursa paralel
Bursa paralel atau over the counter adalah suatu sistem perdagangan efek yang
terorganisir di luar bursa efek resmi, dengan bentuk pasar sekunder yang diatur dan
diselenggarakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), diawasi dan
dibina oleh Bapepam. Over the counter karena pertemuan antara penjual dan pembeli tidak
dilakukan di suatu tempat tertentu tetapi tersebar diantara kantor para broker atau dealer
.
Fungsi Pasar Modal
Tempat bertemunya pihak yang memiliki dana lebih (lender) dengan pihak yang
memerlukan dana jangka panjang tersebut (borrower). Pasar modal mempunyai dua fungsi
yaitu ekonomi dan keuangan. Di dalam ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk
memindahkan dana dari lender ke borrower.Dengan menginvestasikan dananya lender
mengharapkan adanya imbalan atau return dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi
borrower, adanya dana dari luar dapat digunakan untuk usaha pengembangan usahanya tanpa
menunggu dana dari hasil operasi perusahaannya.Di dalam keuangan, dengan cara
menyediakan dana yang diperlukan oleh borrower dan para lender tanpa harus terlibat
langsung dalam kepemilikan aktiva riil
KARAKTERISTIK PASAR MODAL DI INDONESIA
Dalam perjalanannya, pasar modal di tanah air memiliki karakteristik berikut :
a. Dominasi asing
Sudah bukan rahasia lagi bahwa transaksi perdagangan efek di bursa lebih banyak didominasi
oleh asing. Sebagai misal, nilai perdagangan saham selama tahun 1998 di BEJ anjlok dari
rata-rata Rp 500 miliar menjadi hanya Rp 100 miliar lantaran hengkangnya investor asing.
b. Belum efisien
Pasar modal yang efisien adalah pasar modal dimana harga sekuritas yang diperdagangkan
mencerminkan semua informasi yang relevan. Dalam pasar yang efisien, akan sangat sulit
bagi pemodal untuk memperoleh keuntungan abnormal. Penelitian yang dilakukan oleh Suad
Husnan (1991) maupun Siddharta Utama (1992) terhadap efisiensi pasar modal di Indonesia
terutama di Bursa Efek Jakarta (BEJ) menyimpulkan bahwa BEJ tidak efisien dalam bentuk
lemah (weak form test). Ketidakefisienan tersebut disebabkan oleh kondisi-kondisi yang
mendukung efisiensi pasar tidak terpenuhi, ada beberapa faktor yang diduga menjadi
penyebab ketidakefisienan yaitu: pertama, tingkat likuiditas yang masih rendah dan kedua,
belum terbukanya para emiten dalam mengungkapkan informasi yang benar atas
perusahaannya (Manajemen dan Usahawan, Nomor 6 Tahun XXI, Juni 1992).
c. Moral Hazard
Mengambil sedikit contoh, masih terdapat kasus insider information atau cornering. Insider
information terjadi dalam transaksi perdagangan saham Super Indah Makmur (1996), Super
Mitory Utama (1996), Bank Mashill Utama dan Semen Gresik (1998). Sementara cornering
terjadi pada saham Bank Pikko (1997).
d. Celah peraturan dan lemahnya pengawasan otoritas bursa
Mekanisme pengawasan yang dilakukan otoritas bursa terkadang dinilai masih lemah dalam
mengatasi berbagai konflik. Konflik yang terjadi, biasanya lebih disebabkan oleh lemahnya
regulasi „rambu-rambu‟ kebebasan pelaku bursa untuk memperjuangkan kepentingannya
masing-masing. Sebagai misal, BEJ tidak melakukan delisting terhadap Inti Indo Rayon
Utama yang hampir sembilan bulan tidak beroperasi. Selain itu, tentu kita masih ingat kasus
saham yang hilang yang bahkan sampai saat ini masih saja terjadi. Jika pada tahun 1996
saham yang hilang di BEJ baru sebanyak 163.000, tahun 1997 meningkat jumlahnya menjadi
2, 576 juta dan pada 1998 menjadi 30 juta.
e. Investor retail belum optimal
Selama ini, transaksi yang dilakukan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya lebih
memperlihatkan gambaran investor yang berduit. Sementara, investor retail hanya punya
kemampuan membeli efek dalam jumlah sedikit.
f. Isu lebih dominan ketimbang persuasi otoritas bursa dan penguasa moneter
Di pasar modal manapun, isu jelas berpengaruh terhadap pergerakan indeksDi Amerika
Serikat, isu dapat ditepis seketika oleh pernyataan pengelola bursa, otoritas moneter,
pemerintah maupun kongres. Namun di Indonesia, pernyataan pejabat pemerintah maupun
otoritas bursa belum sepenuhnya dipercaya oleh investor. Terkadang, mereka lebih
mempercayai isu yang timbul.Sebagai contoh, harga saham Telkom pernah jatuh pada sekitar
bulan Maret 1997 lantaran desas-desus yang mengatakan bahwa pemerintah akan
mempersingkat hak monopoli Telkom.
g. Belum ada kontrol efektif terhadap penggunaan dana hasil penjualan saham
Idealnya, dana hasil penjualan saham dipergunakan untuk melakukan ekspansi pada core
business, dan bukan untuk melakukan diversifikasi atau malah untuk membayar utang. Hal
ini pernah terjadi di tahun 1996 ketika hasil penjualan saham Telkom sebesar US$ 600 juta
dipergunakan untuk membayar hutang luar negeri.
h. Risiko relatif tinggi
Kendati JP.Morgan menilai peringkat risiko ekonomi (economic risk) di Indonesia telah turun
dari peringkat 87 (tahun 1998) menjadi peringkat 53 (Januari 1999), penurunan peringkat
tersebut bukan risiko investasi di Indonesia (termasuk di pasar modal tentunya) menjadi lebih
kecil. Hal ini disebabkan karena Indonesia masih mempunyai banyak pekerjaan rumah yang
mesti diselesaikan seperti kasus referendum, hutang luar negeri, kemampuan pemerintahan
Gus Dur, dsb
Undang-Undang yang Mengatur Pasar Modal
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1995
Tentang
PASAR MODAL
BAB I Ketentuan Umum
BAB II Badan Pengawas Pasar Modal
BAB III Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian
BAB IV Reksa Dana
BAB V Perusahaan Efek, Wakil Perusahaan Efek, dan Penasihat Investasi
BAB VI Lembaga Penunjang Pasar Modal
BAB VII Penyelesaian Transaksi Bursa dan Penitipan Kolektif
BAB
VIII
Profesi Penunjang Pasar Modal
BAB IX Emiten dan Perusahaan Publik
BAB X Pelaporan dan Keterbukaan Informasi
BAB XI Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam
BAB XII Pemeriksaan
BAB
XIII
Penyidikan
BAB
XIV
Sanksi Administratif
BAB XV Ketentuan Pidana
BAB
XVI
Ketentuam Lain-Lain
BAB Ketentuan Peralihan
XVII
BAB
XVIII
Ketentuan Penutup
SAHAM
Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang
mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan saham, memungkinkan
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang untuk 'menjual' kepentingan
dalam bisnis - saham (efek ekuitas) - dengan imbalan uang tunai. Ini adalah metode utama untuk
meningkatkan modal bisnis selain menerbitkan obligasi. Saham dijual melalui pasar primer (primary
market) atau pasar sekunder(secondary market).Saham merupakan surat berharga yang menunjukan
kepemilikan atau penyertaan modal investor di dalam sutu perusahaan.penjualan saham pertamakali
di sebut dengn istilah pasar perdana (primary market).
Contoh surat saham
Jenis-jenis saham
Ada beberapa tipe dari saham, termasuk saham biasa (common stock) dan saham
preferen (preferred stock).Saham preferen biasanya disebut sebagai saham campuran karena
memiliki karakteristik hampir sama dengan saham biasa. Biasanya saham biasa hanya
memiliki satu jenis tapi dalam beberapa kasus terdapat lebih dari satu, tergantung dari
kebutuhan perusahaan.Saham biasa memiliki beberapa jenis, seperti kelas A, kelas B, kelas
C, dan lainnya.Masing-masing kelas dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri dan
simbol huruf tidak memiliki arti apa-apa.
1. Saham Preferen
Saham Preferen memiliki karakteristik sebagai berikut:
Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang berbeda
Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari saham biasa
dalam hal pembagian dividen
dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat dibayarkan
pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa
Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara pemegang saham
dan organisasi penerbit terbentuk
2. Saham Biasa
Memiliki karakteristik:
Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru
Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja
Bila ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dapat dikelompokkan menjadi :
1. Blue chip stocks, saham biasa yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin dalam
industrinya, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen
2. Income stocks, saham suatu emiten dengan kemampuan membayarkan dividen lebih tinggi
dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya
3. Growth stocks, terdiri dari well-known dan lesser-known
4. Speculative stocks, saham secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun,
mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, namun belum pasti
5. Counter cyclical stocks, saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun
situasi bisnis secara umum
Masyarakat dapat membeli saham biasa di bursa efek via broker. Di Indonesia,
pembelian saham harus dilakukan atas kelipatan 500 lembar atau disebut juga dengan 1 lot.
Saham pecahan ( tidak bulat 500 lembar ) bisa diperjualbelikan secara over the counter.Salah
satu tujuan masyarakat untuk membeli saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan
cara:
1. Meningkatnya nilai kapital (capital gain).
2. Mendapatkan dividen.
Penawaran Saham Perusahaan kepada masyarakat pertama kali sebelum listing di bursa
dinamakan Initial Public Offering (IPO), sedangkan jika sudah terdaftar (listing) dan
perusahaan ingin menambah saham beredar dengan memberikan hak terlebih dahulu kepada
pemegang saham lama untuk membeli-nya dinamakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) atau dikenal juga dengan sebutan Right Issue.
Beberapa perusahaan Indonesia melakukan dual listing saham di Bursa Efek Jakarta
dan New York Stock Exchange. Saham yang diperjualbelikan di NYSE tersebut biasa dikenal
dengan American Depositary Receipt(ADR). Harga saham, bisa naik atau pun turun, seiring
dengan situasi dan kondisi yang ada. Seperti saat krisis moneter pada tanggal 15 September
1998, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga merupakan barometer saham di Indonesia
terpuruk hingga mencapai nilai 292,12 poin.Pada bulan September pula, IHSG mencapai nilai
terendah yaitu 254 poin.Hal ini menyebabkan saham-saham di dalam negeri menjadi under
value. Dalam periode 2002-2007, nilai IHSG telah pulih bahkan sudah beberapa kali
memecahkan rekor. Contohnya pada tahun 2006 dan tahun 2007 IHSG memposisikan dirinya
sebagai salah satu indeks yang memiliki kinerja terbaik dunia ( peringkat 2 setelah Cina,
mencapai level 2.745,826 poin).Pada tanggal 11 Desember 2007, IHSG mencapai level
2.810,262 poin sekaligus menorehkan sejarah sebagai level indeks tertinggi sepanjang sejarah
Indonesia. Selain itu, IHSG mengalami peningkatan rata-rata tahunan sebesar 42,18%
sebagai pergerakan indeks tertinggi dibandingkan dengan peningkatan indeks di Asia.
Obligasi
Obligasi adalah suatu istilah yang digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu
pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk
membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo
pembayaran. Ketentuan lain dapat juga dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya
identitas pemegang obligasi, pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan
oleh penerbit. Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap di atas 10
tahun. Misalnya saja pada Obligasi pemerintah Amerika yang disebut "U.S. Treasury
securities" diterbitkan untuk masa jatuh tempo 10 tahun atau lebih. Surat utang berjangka
waktu 1 hingga 10 tahun disebut "surat utang" dan utang di bawah 1 tahun disebut "Surat
Perbendaharaan. Di Indonesia, Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun yang
diterbitkan oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara (SUN) dan utang di bawah 1 tahun
yang diterbitkan pemerintah disebut Surat Perbendaharan Negara (SPN).
Obligasi secara ringkasnya adalah merupakan utang tetapi dalam bentuk sekuriti. "Penerbit"
obligasi adalah merupakan sipeminjam atau debitur, sedangkan "pemegang" obligasi adalah
merupakan pemberi pinjaman atau kreditur dan "kupon" obligasi adalah bunga pinjaman
yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Dengan penerbitan obligasi ini maka
dimungkinkan bagi penerbit obligasi guna memperoleh pembiayaan investasi jangka
panjangnya dengan sumber dana dari luar perusahaan.
Pada beberapa negara, istilah "obligasi" dan "surat utang" dipergunakan tergantung pada
jangka waktu jatuh temponya. Pelaku pasar biasanya menggunakan istilah obligasi untuk
penerbitan surat utang dalam jumlah besar yang ditawarkan secara luas kepada publik dan
istilah "surat utang" digunakan bagi penerbitan surat utang dalam skala kecil yang biasanya
ditawarkan kepada sejmlah kecil investor. Tidak ada pembatasan yang jelas atas penggunaan
istilah ini. Ada juga dikenal istilah "surat perbendaharaan" yang digunakan bagi sekuriti
berpenghasilan tetap dengan masa jatuh tempo 3 tahun atau kurang . Obligasi memiliki risiko
yang tertinggi dibandingkan dengan "surat utang" yang memiliki risiko menengah dan "surat
perbendaharaan" yang memiliko risiko terendah yang mana dilihat dari sisi "durasi" surat
utang dimana makin pendek durasinya memiliki risiko makin rendah.
Obligasi dan saham keduanya adalah merupakan instrumen keuangan yang disebut sekuriti
namun bedanya adalah bahwa pemilik saham adalah merupakan bagian dari pemilik
perusahan penerbit saham, sedangkan pemegang obligasi adalah semata merupakan pemberi
pinjaman atau kreditur kepada penerbit obligasi. Obligasi juga biasanya memiliki suatu jangja
waktu yang ditetapkan dimana setelah jangka waktu tersebut tiba maka obligasi dapat
diuangkan sedangkan saham dapat dimiliki selamanya ( terkecuali pada obligasi yang
diterbitkan oleh pemerintah Inggris yang disebut gilts yang tidak memiliki jangka waktu jatuh
tempo.
Jenis-jenis obligasi
Obligasi suku bunga tetap memiliki kupon bunga dengan besaran tetap yang dibayar
secara berkala sepanjang masa berlakunya obligasi.
Obligasi suku bunga mengambang atau biasa juga disebut dengan Floating rate
note (FRN) memiliki kupon yang perhitungan besaran bunganya mengacu pada suatu
indeks pasar uang seperti LIBOR atau Euribor.
Junk bond atau "obligasi berimbal hasil tinggi" adalah obligasi yang memiliki
peringkat dibahah peringkat investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat
kredit. Oleh karena obligasi jenis ini memiliki risiko yang cukup tinggi maka investor
mengharapkan suatu imbal hasil yang lebih tinggi.
Obligasi tanpa bunga atau lebih dikenal dengan istilah (zero coupon bond) adalah
obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini diperdagangkan
dengan pemberian potongan harga dari nilai pari. Pemegang obligasi menerima secara
penuh pokok hutang pada saat jatuh tempo obligasi.
Obligasi inflasi atau lebih dikenal dengan sebutan (Inflation linked bond), dimana
nilai pokok utang pada obligasi tersebut adalah mengacu pada indeks inflasi. Suku
bunga pada obligasi jenis ini lebih rendah daripada obligasi suku bunga tetap . Namun
dengan bertumbuhnya nilai pokok utang sejalan dengan inflasi, maka pembayaran
pelunasan obligasi ini akan meningkat pula. Pada periode tahun 1980an, pemerintah
Inggris adalah yang pertama kalinya menerbitkan obligasi jenis ini yang diberi nama
Gilts. Di Amerika obligasi jenis ini dikenal dengan nama "Treasury Inflation-
Protected Securities" (TIPS) dan I-bonds.
Obligasi indeks lainnya, adalah surat utang berbasis ekuiti (equity linked note) dan
obligasi yang mengacu pada indeks yang merupakan indikator bisnis seperti
penghasilan, nilai tambah ataupun pada indeks nasional seperti Produk domestik
bruto.
Efek Beragun Aset adalah obligasi yang pembayaran bunga dan pokok utangnya
dijamin oleh acuan berupa arus kas yang diperoleh dari penghasilan aset. Contoh dari
obligasi jenis ini adalah Efek beragun KPR (mortgage-backed security-MBS),
collateralized mortgage obligation (CMOs) dan collateralized debt obligation (CDOs).
Obligasi subordinasi obligasi yang memiliki peringkat prioritas lebih rendah
dibandingkan obligasi lainnya yang diterbitkan oleh penerbit dalam hal terjadinya
likuidasi. Dalam hal terjadinya kepailitan maka ada hirarki dari para kreditur. Pertama
adalah pembayaran dari likuidator, kemudaian pembayaran utang pajak, dan lain-lain.
Pemegang obligasi yang pembayarannya diutamakan adalah obligasi yang memiliki
tanggal penerbitan paling awal yang disebut obligasi senior, setelah obligasi ini
dilunasi maka barulah pembayaran pelunasan obligasi subordinasi dilakukan. Oleh
karena risikonya lebih tinggi maka obligasi subordinasi ini biasanya memiliki
peringkat kredit lebih rendah daripada obligasi senior. Contoh utama dari obligasi
subordinasi ini dapat ditemui pada obligasi yang diterbitkan oleh perbankan dan pada
Efek Beragun Aset . Penerbitan yang berikutnya umumnya dilakukan dalam bentuk
"tranches"[2]
. Senior tranches dibayar terlebih dahulu dari tranches subordinasi.
Obligasi abadi, Obligasi ini tidak memiliki suatu masa jatuh tempo. Obligasi jenis ini
yang terkenal dalam pasar obligasi adalah "UK Consols" yang diterbitkan oleh
pemerintah Inggris, atau juga dikenal dengan nama Treasury Annuities atau Undated
Treasuries. Beberapa dari obligasi ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1888 dan
masih diperdagangkan hingga hari ini. Beberapa obligasi jenis ini juga memiliki masa
jatuh tempo yang sangat panjang sekali seperti misalnya perusahaan West Shore
Railroad yang menerbitkan obligasi dengan masa jatuh tempo pada tahun 2361 (atau
abad ke 24). Terkadang juga obligasi abadi ini dilihat berdasarkan dari nilai tunai
obligasi tersebut pada saat ini yang nilai pokoknya mendekati nol.
Obligasi atas unjuk adalah merupakan sertifikat resmi tanpa nama pemegang dimana
siapapun yang memegang obligasi tersebut dapat menuntut dilakukannya pembayaran
atas obligasi yang dipegangnya tersebut. Biasanya juga obligasi ini diberi nomer urut
dan didaftarkan guna menghindari pemalsuan namun dapat diperdagangkan seperti
layaknya uang tunai. Obligasi ini amat berisiko terhadap kehilangan dan kecurian.
Obligasi ini sering disalah gunakan untuk menghidari pengenaan pajak.ref>Eason,
Yla (June 6, 1983). "Final Surge in Bearer Bonds" New York Times.</ref> Para
perusahaan di Amerika menghentikan penerbitan obligasi atas unjuk i9ni sejak tahun
1982 dan secara resmi dilarang oleh otoritas perpajakan pada tahun 1983.[3]
Obligasi tercatat adalah obligasi yang kepemilikannya ataupun peralihannya
didaftarkan dan dicatat oleh penerbit atau oleh lembaga administrasi efek.
Pembayaran bunga dan pembayaran pokok utang akan dtransfer langsung kepada
pemegang obligasi yang namanya tercatat.
Obligasi daerah atau di Amerika dikenal sebagai (municipal bond) adalah obligasi
yang diterbitkan oleh negara bagian, teritorial, kota, pemerintahan setempat, ataupun
lembaga-lembaganya. Bunga yang dibayarkan kepada pemegang obligasi seringkali
tidak dikenakan pajak oleh negara bagian yang menerbitkan, namun obligasi daerah
yang diterbitkan guna suatu tujuan tertentu tetap dikenakan pajak.
Obligasi tanpa warkat atau lebih dikenal sebagai Book-entry bond adalah suatu
obligasi yang tidak memiliki sertifikat, dimana mahalnya biaya pembuatan sertifikat
serta kupon mengakibatkan timbulnya obligasi jenis ini. Obligasi ini menggunakan
sistem elektronik terpadu yang mendukung penyelesaian transaksi efek secara
pemindahbukuan di pasar modal.[4]
Obligasi lotere atau juga disebut Lottery bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh
suatu negara (biasanya negara-negara Eropa). Bunganya dibayar seperti tata cara
pembayaran bunga pada obligasi suku bunga tetap tetapi penerbit obligasi akan
menebus obligasi yang diterbitkannya secara acak pada waktu tertentu dimana
penebusan atau pelunasan obligasi yang beruntung terpilih akan dilakukan dengan
harga yang lebih tinggi daripada nilai yang tertera pada obligasi .
Obligasi perang atau War bond adalah suatu obligasi yang diterbitkan oleh suatu
negara guna membiayai perang
Jenis obligasi di Indonesia
Secara umum jenis obligasi dapat dilihat dari penerbitnya, yaitu, Obligasi perusahaan dan
Obligasi pemerintah. Obligasi pemerintah sendiri terdiri dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Obligasi Rekap, diterbitkan guna suatu tujuan khusus yaitu dalam rangka Program
Rekapitalisasi Perbankan;
2. Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit APBN;
3. Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai
defisit APBN namun dengan nilai nominal yang kecil agar dapat dibeli secara ritel;
4. Surat Berharga Syariah Negara atau dapat juga disebut "obligasi syariah" atau
"obligasi sukuk", sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN
namun berdasarkan prinsip syariah.
Pasar obligasi
Sebagai suatu efek, obligasi bersifat dapat diperdagangkan.
Ada dua jenis pasar obligasi yaitu:
1. Pasar Primer Merupakan tempat diperdagangkannya obligasi saat mulai diterbitkan. Salah
satu persyaratan ketentuan Pasar Modal, obligasi harus dicatatkan di bursa efek untuk dapat
ditawarkan kepada masyarakat, dalam hal ini lazimnya adalah di Bursa Efek Surabaya (BES)
sekarang Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Pasar Sekunder Merupakan tempat diperdagangkannya obligasi setelah diterbitkan dan
tercarat di BES, perdagangan obligasi akan dilakukan di Pasar Sekunder. Pada saat ini,
perdagangan akan dilakukan secara Over the Counter (OTC). Artinya, tidak ada tempat
perdagangan secara fisik. Pemegang obligasi serta pihak yang ingin membelinya akan
berinteraksi dengan bantuan perangkat elektronik seperti email, online trading, atau telepon.
Aspek Pajak Obligasi
Jenis obligasi dan tarifnya
Dari aspek perpajakan obligasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Obligasi dengan kupon (interest bearing bond)
o atas bunganya dikenakan Pajak Pengasilan dengan tarif 20% dari jumlah bruto
bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period).
o Atas diskontonya dikenakan Pajak Penghasilan sebesar 20% dari selisih lebih
harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo di atas
harga perolehan, tidak termasuk bunga berjalan (accrued interest).
2. Obligasi tanpa bunga (zero coupon bond)
o Hanya atas diskontonya saja yang dikenakan Pajak Penghasilan, yaitu sebesar
15% dari selisih harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat
jatuh tempo obligasi di atas harga perolehan obligasi.
Tata Cara Pemotongan PPh Final atas obligasi
Pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan yang diterima dari obligasi yang
diperdagangkan atau dilaporkan perdagangannya di bursa efek, dilakukan oleh :
Penerbit obligasi (emiten) atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran :
1. atas bunga, yang diterima oleh pemegang interest bearing bond, pada saat
jatuh tempo bunga; dan
2. atas diskonto, yang diterima baik oleh pemegang interest bearing bond
maupun pemegang zero coupon bond, pada saat jatuh tempo obligasi.
Perusahaan efek (broker) atau bank selaku pedagang perantara :
1. atas bunga dan diskonto bagi pemegang interest bearing bond dan atas
diskonto bagi pemegang zero coupon bond, yang diterima penjual obligasi
pada saat transaksi.
Perusahaan efek (broker), bank, dana pensiun, dan reksadana, selaku pembeli obligasi
langsung tanpa melalui pedagang perantara atas bunga dan diskonto dari interest
bearing bond dan zero coupond bond yang diterima atau diperoleh penjual obligasi
pada saat transaksi.
Kelebihan saham biasa adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada kewajiban tetap untuk membayar dividen kepada pemegang saham biasa.
2. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo.
3. Saham biasa kurang beresiko bagi perusahaan apabila dibandingkan sumber pembiayaan
lainnya baik saham preferen maupun hutang jangka panjang. Dari segi investor saham biasa
memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi karena sangat tergantung pada besarnya keuntungan
sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih besar daripada tingkat
keuntungan obligasi maupun saham preferen yang relatif kecil.
4. Memungkinkan untuk diversifikasi usaha, meningkatkan likuiditas, mendapat tambahan
kas dan lebih mudah dalam mengukur nilai perusahaan.
5. Perusahaan semakin transparan dan semakin banyak pihak yang ikut mengamati kegiatan
perusahaan karena dengan menjual sahamnya ke publik berarti perusahaan tersebut menjadi
milik publik.
Sedangkan kelemahan saham biasa adalah sebagai berikut :
1. Dengan menjual saham biasa akan mengancam kendali yang dipegang pemegang saham
mayoritas.
2. Menurunnya laba per lembar saham sebagai akibat bertambahnya jumlah lembar saham
yang beredar.
3. Timbulnya Agency Problem yang meningkatkan Agency Costs karena adanya konflik
antar kelompok seperti pemilik perusahaan, manajer atau pengelola usaha, dan karyawan.
(Suci Bungaran)
http://www.wealthindonesia.com/stock-market/apa-kelebihan-dan-kelemahan-saham-
biasa.html
UNDANG-UNDANG SAHAM
Pada bulan Februari 2012, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2012 yang mengatur tentang pelepasan (divestasi) bertahap saham perusahaan
pertambangan asing hingga maksimum 51 persen kepada pihak Indonesia. Urutan yang
mengambil alih adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan swasta
nasional.
Seiring dengan peraturan pemerintah tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2012 (Permen ESDM) yang
mengatur tentang keharusan mengolah hasil tambang mineral dan batu bara kepada semua
pemegang izin usaha pertambangan tiga bulan setelah Permen ESDM keluar, tanpa
pengolahan, hasil tambang tidak boleh dieskpor.
Dalam pandangan Menko Perekonomian Hatta Rajasa, PP No. 24 Tahun 2012 merupakan
penegasan agar perusahaan asing hanya memiliki saham maksimum 49 persen. Perusahaan
yang telah diwajibkan antara lain, Newmont Nusa Tenggara dan Kaltim Prima Coal. Selain
itu, pemerintah juga akan mengambil alih semua saham Nippon Asahan Aluminium Jepang,
dari PT Inalum pada 31 Oktober 2013.
Kebijakan ini bisa membawa dampak positif, yaitu kekayaan sumber daya alam dapat
dikuasai sebagian besar oleh investor lokal. Pada sisi lain, juga dapat berdampak negatif,
karena investor menjadi tidak nyaman berinvestasi di Indonesia.
Substansi PP No.24 Tahun 2012
PP No. 24 Tahun 2012, pada satu sisi memberikan harapan baru bagi investor lokal. Pada sisi
lain juga menimbulkan banyak tantangan. PP ini melakukan perubahan besaran porsi
divestasi yang harus dilakukan pihak asing. Berdasarkan PP sebelumnya, yaitu PP 23 Tahun
2010, pihak asing hanya wajib menjual saham ke investor lokal sebesar 20% selama setelah 5
tahun berproduksi. Pada PP yang baru ini, kewajiban divestasi tersebut meningkat menjadi
51%.
Substansi yang ada dalam PP 24 Tahun 2012, antara lain larangan pengalihan IUP/IUPK ke
pihak lain dan pengecualiannya, batasan satu perusahaan yang boleh memiliki lebih dari satu
WIUP, IUP untuk asing diberikan oleh Menteri, diperbolehkannya pengalihan sebagian
WIUP atau WIUPK operasi produksi BUMN ke pihak lain.
Konsistensi Dengan UU Minerba
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka tambang sebagai kekayaan alam yang terkandung di
dalam bumi merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan, pemanfaatannya harus
dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
serta berkeadilan.
Untuk memenuhi amanat Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, telah diterbitkan Undang-Undang
Nomor 2 tahun 2009 Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). UU Minerba
diharapkan dapat memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah pembaruan dan
penataan kembali kegiatan pengelolaan dan pengusahaan pertambangan mineral dan
batubara.
UU Minerba merupakan landasan dan pedoman baru bagi upaya memanfaatkan seluruh
kekayaan tambang semaksimal mungkin. Paling tidak UU ini memiliki 6 (enam) kelebihan
dibandingkan dengan UU No. 11 Tahun 1967.
Pertama pengusahaan dan pengelolaan pertambangan dilakukan melalui pemberian izin oleh
pemerintah. Dengan pola ini, posisi negara berada di atas perusahaan pertambangan, sehingga
negara memiliki kewenangan untuk mendorong perubahan kesepakatan bila ternyata
merugikan bangsa Indonesia.
Mekanisme perdagangan saham di Indonesia
Pertama yang perlu dilakukan adalah investor harus menjadi nasabah pada perusahaan efek
dahulu. Investor membuka rekening dengan membayarkan deposit sejumlah Rp 25 juta,
sementara yang lain mewajibkan sebesar Rp 15 juta dan seterusnya.Jumlah yang disetorkan
bervariasi.Pada dasarnya,batasan minimal atau jumlah nominal membeli saham tidak ada tapi
di Bursa Efek Indonesia pembelian minimal 500 lembar atau 1 lot, misalnya harga saham
perusahaan XYZ senilai Rp 100,00 maka dana minimal yang dibutuhkan untuk membeli satu
lot sama dengan Rp 50.000,00 ( 500 lembar dikali Rp 100,00 ). Transaksi penjualan atau
pembelian dapat dilakukan pada Hari bursa.
Keuntungan pemilik saham :
Dividen ,yaitu bagian keuntungan yang di berikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang
di hasilkan perusahan .
Capital Gain,adlh selisih antara haga beli dan harga jual yang lebih tinggi.
Mislnya seorng investor membeli sahm bank BNI dengan harga RP.900,000 beberpa waktu
kemudian investor menjual saham tersebut dengan harga RP.1.200.000 per lembar.berarti ia mendapat
capital gain sebesar RP.300.000 per lembar saham yang dijual.
Tempat perdagangan saham
Tempat lain untuk membeli saham selain IDX / Indonesia Stock Exchange ( Indonesia ),
yaitu Nasdaq / Nasdaq Stock Market ( Amerika Serikat ), NYSE / New York Stock Exchange
( New York ), SEAQ / Stock Exchange Automated Quotations ( London ), Euronext ( merger
pasar saham antara negara Paris, Amsterdam, dan Brussels ), TSE / Tokyo Stock Exchange (
Tokyo ), SGX / Singapore Exchange ( Singapura ) dan tempat perdagangan lainnya ( terdapat
kurang lebih 69 tempat perdagangan / bursa saham di seluruh dunia ).
Daftar Pustaka
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/uang-definisi-fungsi-dan-jenisnya.htmlSumber:
http://id.shvoong.com/social-sciences/1997528-fungsi-uang/#ixzz2D39GlTSR
http://gudang-sejarah.blogspot.com/2009/02/sejarah-uang.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Saham
http://id.wikipedia.org/wiki/Obligasi