definisi tipologi

9
6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Tipologi Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengambil suatu kebijakan pada kegiatan perencanaan adalah dengan cara memanfaatkan metode tipologi. Sebagai contoh, suatu wilayah dapat dibagi ke dalam tipe-tipe berdasarkan sumber daya alam misalnya kepadatan penduduk, atau daya dukung lahan. Pembentukan tipologi ini bertujuan untuk mengembangakan pendekatan kebijakan yang bersifat spesifik sesuai dengan tipe wilayah tersebut. Definisi tipologi itu sendiri adalah studi pengklasifikasian tipe-tipe dengan karakteristik tertentu (www.education.yahoo.com ). Selain itu tipologi dapat juga berarti suatu metode dimana orang atau benda dapat diklasifikasikan sebagai suatu tipe tertentu (www.adamranson.freeserve.com ). Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa secara umum tipologi adalah pengklasifikasian suatu objek berdasarkan karakteristik tertentu yang terkait dengan objek. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengklasifikasian itu sendiri berarti proses, cara, perbuatan menggolong-golongkan menurut ciri khas tertentu. 2.2 Definisi Tutupan Lahan dan Penggunaan Lahan Menurut Sabins (1997), tutupan lahan menggambarkan unsur-unsur seperti vegetasi, batuan atau bangunan-bangunan yang merepresentasikan permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan menggambarkan suatu persil lahan yang digunakan untuk agrikultur, tempat tinggal, industri, atau lainnya. Dalam pengertian lain menurut [Lillesand dan Kiefer (1994)], tutupan lahan merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan tanpa mengkaitkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut, sedangkan penggunaan lahan merupakan kegiatan manusia yang terkait dengan lahan.

Upload: reizitosz-beel

Post on 23-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kajian pustaka tentang tipologi

TRANSCRIPT

Page 1: definisi tipologi

6

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Tipologi

Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengambil suatu kebijakan pada kegiatan

perencanaan adalah dengan cara memanfaatkan metode tipologi. Sebagai contoh, suatu

wilayah dapat dibagi ke dalam tipe-tipe berdasarkan sumber daya alam misalnya

kepadatan penduduk, atau daya dukung lahan. Pembentukan tipologi ini bertujuan untuk

mengembangakan pendekatan kebijakan yang bersifat spesifik sesuai dengan tipe

wilayah tersebut.

Definisi tipologi itu sendiri adalah studi pengklasifikasian tipe-tipe dengan karakteristik

tertentu (www.education.yahoo.com). Selain itu tipologi dapat juga berarti suatu metode

dimana orang atau benda dapat diklasifikasikan sebagai suatu tipe tertentu

(www.adamranson.freeserve.com).

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa secara umum tipologi adalah

pengklasifikasian suatu objek berdasarkan karakteristik tertentu yang terkait dengan

objek. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengklasifikasian itu sendiri berarti

proses, cara, perbuatan menggolong-golongkan menurut ciri khas tertentu.

2.2 Definisi Tutupan Lahan dan Penggunaan Lahan

Menurut Sabins (1997), tutupan lahan menggambarkan unsur-unsur seperti vegetasi,

batuan atau bangunan-bangunan yang merepresentasikan permukaan bumi, sedangkan

penggunaan lahan menggambarkan suatu persil lahan yang digunakan untuk agrikultur,

tempat tinggal, industri, atau lainnya. Dalam pengertian lain menurut [Lillesand dan

Kiefer (1994)], tutupan lahan merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi

lahan tanpa mengkaitkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut, sedangkan

penggunaan lahan merupakan kegiatan manusia yang terkait dengan lahan.

Page 2: definisi tipologi

7

Dari uraian di atas dapat diketahui perbedaan antara tutupan lahan dan penggunaan lahan.

Tutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada pada permukaan bumi pada

periode tertentu, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan aktivitas manusia pada

bidang lahan tertentu. Sebagai contoh dapat dilihat Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Contoh Tutupan Lahan

Gambar 2.1 menunjukkan jenis tutupan lahan kebun dan hutan. Penggunaan lahan pada

tutupan kebun dan hutan dapat berubah penggunaannya misalnya menjadi daerah

pemukiman, rekreasi, industri, atau lainnya.

Secara garis besar tutupan lahan mengacu pada wilayah vegetasi atau non vegetasi

sehingga pola perubahan tutupan lahan yang terjadi dapat berupa:

• Wilayah vegetasi tetap menjadi wilayah vegetasi

• Wilayah vegetasi berubah menjadi wilayah non vegetasi

• Wilayah non vegetasi berubah menjadi wilayah vegetasi

• Wilayah non vegetasi tetap menjadi wilayah non vegetasi

Wilayah vegetasi dapat berupa semak, sawah, kebun, dan hutan sedangkan wilayah non

vegetasi dapat berupa pemukiman, jalan, dan perairan.

2.3 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Menurut Aronoff (1989), SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan

untuk menyimpan, mengelola, dan memanipulasi data geografis. SIG dapat digunakan

untuk memasukkan, menyimpan, mengevaluasi, mengintegrasikan, memanipulasi,

menganalisis, dan menampilkan data-data yang memiliki nilai posisi/lokasi di permukaan

bumi sehingga data ini dikenal orang sebagai data yang bergeoreferensi.

Page 3: definisi tipologi

8

Salah satu keunggulan SIG adalah kemampuan SIG dalam melakukan analisis spasial

diantaranya [Prahasta2005]:

1. Tumpang Susun

Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi

masukannya. Sebagai contoh, untuk menghasilkan wilayah-wilayah yang sesuai

untuk budidaya tanaman tertentu (misalnya padi) diperlukan data ketinggian

permukaan bumi, kadar air tanah, dan jenis tanah, maka fungsi analisis spasial

tumpang susun akan dikenakan terhadap ketiga data spasial (dan atribut) tersebut.

2. Klasifikasi

Fungsi ini mengklasifikasikan atau mengklasifikasikan kembali suatu data spasial

(atau atribut) menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu.

Sebagai contoh, nilai-nilai persentase kemiringan permukaan bumi dapat

diklasifikasikan menjadi data spasial baru yang dapat digunakan untuk merancang

perenanaan pengembangan suatu wilayah. Adapun contoh kriteria yang digunakan

adalah 0-14% untuk pemukiman, 15-29% untuk pertanian dan perkebunan, 30-44%

untuk hutan produksi, dan 45% ke atas untuk hutan dan taman nasional.

2.4 Metode Klasifikasi

Secara umum, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data biasanya merupakan data

mentah (raw data) berupa deretan angka-angka yang menunjukkan tentang karakteristik

tertentu. Data mentah ini biasanya sulit untuk dimengerti karena jumlah data yang cukup

besar dan penyajian data yang masih acak. Berikut adalah contoh data mentah berupa

besarnya kepadatan penduduk dalam satu wilayah. Jika X = kepadatan penduduk dalam

persentase, maka nilai X adalah sebagai berikut

78 65 84 68 68 72

54 70 67 90 67 85

67 90 89 85 75 60

89 85 72 73 64 72

72 73 73 64 72 73

84 68 73 64 84 68

90 72 68 72 90 72

Page 4: definisi tipologi

9

Data di atas merupakan data mentah karena data tersebut belum dapat memberikan

gambaran informasi secara tepat, misalnya berapa banyak kecamatan yang persentase

kepadatan penduduknya antara 80–90%. Agar data mentah ini dapat memberikan

informasi yang berguna maka perlu dilakukan proses pengolahan data. Salah satu cara

dalam mengolah data adalah dengan melakukan klasifikasi data.

Klasifikasi data adalah pengelompokan data sesuai karakteristik yang dimiliki dengan

keperluan pengelompokan data (www.depkop.go.id). Tujuan dari klasifikasi data adalah

sebagai berikut:

1. Mengelompokkan sifat-sifat yang sama ke dalam kelompok atau kelas yang sama.

2. Memudahkan perbandingan.

3. Mengelompokkan informasi penting dan menghilangkan hal-hal yang tidak perlu.

4. Menunjukkan sifat yang menonjol sehingga mudah dilihat sekilas.

5. Memudahkan perlakuan statistik selanjutnya atas data yang telah dikumpulkan,

misalnya untuk analisis, interpretasi, atau penyusunan laporan.

Beberapa hal yang perlu ditentukan dalam proses pengklasifikasian data diantaranya:

• Jumlah kelas

• Interval Kelas

Jumlah Kelas

Dalam menentukan jumlah kelas, hal-hal yang harus diperhatikan, antara lain:

• Luas penyebaran dari hasil penelitian yang akan dikelompokkan

• Jumlah individu-individu/keadaan yang akan dikelompokkan

• Jenis-jenis atau keterangan yang akan dikelompokkan

Interval Kelas

Interval kelas adalah jarak yang terletak antara dua nilai yang diketahui. Interval kelas

akan menunjukkan suatu kelompok nilai yang dibatasi oleh batas atas dan batas bawah.

Page 5: definisi tipologi

10

Dalam menentukan interval kelas, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:

• Interval kelas harus meliputi semua data, dipilih dari harga yang terendah sampai

harga yang tertinggi

• Interval kelas tidak boleh dimulai dengan suatu harga yang sama besarnya dengan

harga kelas sebelumnya.

Tabel 2.1 Contoh Pengelompokkan Kelas

Pengelompokkan Kelas

0-5 0-4

5-10 5-9

10-15 10-14

15-20 15-19

20-25 20-24

Tabel 2.1 menunjukkan dua contoh pengelompokkan kelas. Kolom pertama merupakan

contoh pengelompokan kelas yang kurang baik dan kolom kedua merupakan contoh

pengelompokkan kelas yang baik. Pada kolom pertama pengelompokkan kelasnya

membingungkan karena ada pembagian harga yang berulang pada kelas lainnya, seperti

5, 10, 15, dan 20, sehingga dianggap kurang baik.

Dalam melaksanakan proses klasifikasi data diperlukan suatu metode yang baik yang

dapat secara tepat menghasilkan suatu pengklasifikasian objek. Metode klasifikasi

merupakan suatu cara penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut

kaidah atau standar yang telah ditetapkan. Metode klasifikasi diperlukan untuk

mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Beberapa metode klasifikasi yang dikembangkan antara lain:

1) Metode Quantile (MQ)

MQ merupakan metode klasifikasi yang mendistribusikan sekelompok nilai atribut ke

dalam kelas-kelas yang mengandung jumlah data yang sama. Penggunaan metode ini

Page 6: definisi tipologi

11

akan mempunyai perbedaan interval kelas untuk setiap kelasnya tetapi memiliki

kesamaan pada jumlah data setiap kelasnya.

Salah satu contoh penggunaan metode Quantile (MQ) adalah dalam mengklasifikasi

kecamatan berdasarkan persentase kepadatan penduduknya. Gambar 2.2 menunjukkan

grafik persentase kepadatan penduduk setiap kecamatan.

Gambar 2.2 Grafik Persentase Kepadatan Penduduk

Dengan menggunakan metode Quantile (MQ), hasil pengklasifikasiannya dapat dilihat

pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tabel Hasil Pengklasifikasian Dengan Menggunakan Metode Quantile (MQ)

Quantile Jenis Kelas Kecamatan Interval Kelas Kelas 1 ABCD 1-3 Kelas 2 EFGH 3-10 Kelas 3 IJKL 11-24 Kelas 4 MNOP 25-52

Kelemahan metode Quantile (MQ) terlihat pada data D dan E dengan nilai data yang

sama namun terpisah ke dalam 2 kelas. Kedua data ini seharusnya berada pada kelas yang

sama. Begitu juga dengan data L, M, dan N dengan nilai data yang kurang lebih sama dan

seharusnya berada pada kelas yang sama. Di samping itu, penggunaan metode ini

kemungkinan dapat menghasilkan pengelompokkan kelas yang kurang baik dengan

adanya pembagian harga yang berulang seperti nilai 3 pada kelas 1 dan kelas 2. Di sisi

Persentase Kepadatan Penduduk

1 1 2 3 38 8 9 11 14 16

24 26 26

4552

0

10

20

30

40

50

60

A B C D E F G H I J K L M N O P

Kecamatan

Pers

enta

se

Page 7: definisi tipologi

12

lain metode ini memberikan kelebihan seperti terlihat pada masing-masing kelas yang

terdiri dari empat buah data.

2) Metode Equal Interval (MEI)

MEI merupakan suatu metode klasifikasi yang membagi interval nilai-nilai atribut ke

dalam sub-sub interval dengan ukuran yang sama. MEI merupakan kebalikan dari metode

MQ. Penggunaan MEI akan mempunyai kesamaan interval kelas untuk setiap kelasnya

tetapi mempunyai perbedaan pada jumlah data setiap kelasnya.

Salah satu contoh penggunaan metode Equal Interval (MEI) adalah dalam

mengklasifikasi kecamatan berdasarkan persentase kepadatan penduduknya. Data yang

digunakan pada metode Equal Interval sama dengan data yang diklasifikasikan pada

metode Quantile (Gambar 2.2).

Dengan menggunakan metode Equal Interval (MEI), hasil pengklasifikasiannya dapat

dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Tabel Hasil Pengklasifikasian Dengan Menggunakan Metode Equal Interval (MEI)

Equal Interval Jenis Kelas Kecamatan IntervalKelas 1 ABCDEFGHI 1-13 Kelas 2 JKLMN 14-26 Kelas 3 - 27-39 Kelas 4 OP 40-52

Kelebihan Metode Equal Interval (MEI) terlihat pada pembagian interval yang sama

untuk masing-masing kelas sedangkan kelemahan metode ini terlihat pada jumlah data

untuk setiap kelasnya. Terjadi kelebihan jumlah kecamatan pada kelas 1, kekurangan

jumlah kecamatan pada kelas 2, dan kekosongan jumlah kecamatan pada kelas 3.

Berdasarkan hasil pengklasifikasian yang dilakukan dengan metode Quantile (MQ) dan

metode Equal Interval (MEI) di atas, maka secara umum terlihat kelebihan dan

kekurangan dari masing-masing metode klasifikasi tersebut (Tabel 2.4):

Page 8: definisi tipologi

13

Tabel 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Klasifikasi

Kelebihan Kekurangan

Metode Quantile (MQ) Setiap kelas data akan

mempunyai jumlah data

yang sama sehingga setiap

kelasnya tidak akan pernah

mengalami kekosongan

data atau kelebihan atau

kekurangan data

Pada kelasnya kemungkinan

akan terdapat nilai-nilai

atribut yang kurang lebih

tidak sama

Metode Equal Interval

(MEI)

Setiap kelas akan

mempunyai interval kelas

yang sama, sehingga nilai-

nilai atribut yang kurang

lebih sama akan berada

pada satu kelas

Dapat terjadi suatu

kemungkinan kekosongan

jumlah data atau kelebihan

atau kekurangan jumlah data

pada setiap kelasnya

Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode

klasifikasi, maka dipilihlah MEI sebagai metode penyusunan tipologi perubahan tutupan

lahan. Alasan pemilihan penggunaan metode MEI ini adalah agar setiap nilai-nilai data

yang kurang lebih sama dimasukkan pada kelas yang sama.

Metode Equal Interval (MEI) membagi suatu kelompok data pada interval kelas yang

sama dengan jumlah data yang dapat bervariasi pada setiap kelasnya. Interval kelas dapat

ditentukan dengan cara mengurangi nilai terbesar suatu kelompok data dengan nilai

terkecilnya yang selanjutnya selisih luas ini dibagi dengan jumlah kelasnya. Formulanya

adalah seperti pada persamaan 2.1. [Supranto, 1983]

k

RangeIK = ..........................................................................................(2.1)

dengan

Page 9: definisi tipologi

14

IK : Interval Kelas

Range : Nilai terbesar-Nilai terkecil

k : Banyaknya kelas

Besar interval kelas selain ditentukan oleh nilai terbesar dan nilai terkecil juga ditentukan

oleh jumlah kelasnya. Penentuan pembagian jumlah kelas dapat menggunakan aturan

Sturgess.

Aturan Sturgess mengatur pembagian jumlah kelas mendekati 1 + 2log n. Formulanya

dapat juga dituliskan seperti pada persamaan 2.2. [Supranto, 1983]

k = 1 + 3.3 * log n ...............................................................................(2.2)

dengan

k : jumlah kelas

n : jumlah data