definisi
DESCRIPTION
nnjTRANSCRIPT
3.1 Definisi
Osteomielitis (osteo – berasal dari bahasa yunani, yang berarti tulang, mielo yang
berarti sum-sum tulang, dan –it is adalah inflamasi) yang berarti suatu infeksi dari tulang dan
sumsum tulang. Osteomielitis dapat diklasifikasikan pada organisme penyebabnya (bakteri
piogenik atau mikobakteria), durasi, dan anatomi lokasi infeksi.
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi
kadang-kadang disebabkan oleh jamur. Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak
(sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding
sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan,
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai,
bagian dari tulang bisa mati. Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk
abses(pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot.
Osteomielitis ialah radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik,
walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi
atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sum-sum, korteks, dan periosteum (Dorland,
2010).
3.2. Etiologi
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara:
Aliran darah
Penyebaran langsung
Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang
belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan
terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika
sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul
atau patah tulang lainnya. Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi
tulang belakang (penyakit Pott).
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka,
selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang. Infeksi ada
sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa
hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau
gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
Staphylococcus aureus, Streptococcus, dan Haemophilus influenza adalah yang paling
umum menyebabkan osteomielitis hematogen pada anak-anak. Organisme bakteri yang
jarang menyebabkan osteomielitis termasuk Borrelia burgdorferi (penyakit Lyme),
Mycobacterium tuberculosis, Brucella, dan bakteri anaerob Clostridium dan Bacteroides.
Organisme yang tidak biasa menyebabkan infeksi secara umum tetapi bersimbiosis dengan
penyakit immunocomprimesed seperti jamur (Blastomyces, Cryptococcus, Histoplasma,
Sporotrichum, dan Coccidioidomycoses) dan atipikal mikobakteri (kansasii, avium-
intracellulare, fortuitum, triviale, dan scrofulaceum). Peningkatan populasi
immunocompromised karena penyebab iatrogenik (misalnya, transplantasi organ) dan
penyakit lain (misalnya, AIDS dan rheumatoid arthritis) telah meningkatkan spektrum bakteri
yang dapat menyebabkan infeksi muskuloskeletal. Beberapa bukti bahkan menunjukkan
bahwa penyakit Paget merupakan manifestasi lambat suatu infeksi tulang.
3.2 Patogenesis
Seluruh infeksi harus selalu adanya keterkaitan antara penyerangan mikroba dan
pertahanan penjamu. Infeksi terjadi apabila jika organisme bersifat virulen dan jumlah
inokulum yang besar. Bakeri dapat masuk kedalam tubuh secara langsung dengan adanya
trauma tembus, dengan penyebaran secara hematogen dari sisi sampingnya atau suatu focus
infeksi, atau paparan selama opeasi.
Pada osteomielitis akut anak-anak, metafisis biasanya terlibat. Hal ini dikarenakan pembulh
darah arteri nutrisi kosong sampai dengan vena-vena sinusoidal, menyebabkan aliran yang
melambat dan turbulen pada perbatasan ini. Kondisi ini memudahkan bakteri berpindah ke
endothelium dan menempel pada matrix. Juga, tekanan oksigen yang rendah pada daerah ini
menurunkan aktivitas fagositik dari sel darah putih. Thrombosis menyebabkan daerah yang
terkena menjadi nekrosis yang bisa menyebabkan terbentuknya abses. Kumpulan pus dan
tekanan yang dihasilkan, dapat meembus korteks melalui system haversian dank anal
Volkmann dan akan dikumpulkan dibawah periostium. Abses subperiostium dapat
menstimulasi terbentuknya involucrum periosteal. Sekali mengenai korteks, pus dapat
menembus jaringan lunak sampai permukaan kulit, membentuk sinus pengeluaran (draining
sinus).
3.3 Klasifikasi
3.3.1 Osteomielitis Hematogen Akut
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang
disebabkan oleh bakteri piogenik dimana mikro-organisme berasal dari focus di tempat lain
dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak-anak dan
sangat jarang pada orang dewasa. Osteomielitis hematogen akut pada dasarnya adalah
penyakit pada tulang yang sedang tumbuh. Diagnosis yang dini sangat penting oleh karena
prognosis tergantung dari pengobatan yang tepat dan segera. Osteomielitis hematogen akut
sering sekali mengenai metafisis tulang panjang pada anak-anak, tersering pada femur dan
diikuti oleh tibia, humerus, radius, ulna, dan fibula. Secara klinis, pasien memiliki gejala
seperti inflamasi yang akut. Rasa nyeri biasanya terlokalisir, tetapi bisa saja menjalar
kebagian tubuh lainnya. Pada pemeriksaan sering didapatkan terdapatnya nyeri local dan
biasanya diikuti dengan pergerakan yang terbatas pada sendi sebelahnya, tetapi bengkak dan
kemerahan agak jarang dijumpai. Tanda sistemik seperti demam dan menggigil biasanya ada,
dan bayi biasanya menunjukkan irritable atau letargik dan tidak ada selera makan.
Faktor predisposisi osteomilitis akut adalah :
1. Umur, terutama mengenai bayi dan anak-anak
2. Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki dari pada wanita dengan
3. perbandingan 4:1
4. Trauma; hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut
5. Lokasi; osteomielitis hematogen akut sering terjadi di daerah metafisis karena daerah
ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang.
6. Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya focus infeksi sebelumnya
(seperti bisul, tonsilitis) merupakan faktor predisposisi osteomielitis hematogen akut.
Penyebaran osteomielitis melalui dua cara, yaitu :
1. Penyebaran umum
Melalui sirkulasi darah berupa bakteremia dan septicemia
Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifocal pada daerah-daerah
lain
2.Penyebaran local
Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah kulit
Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi arthritis septic
Penyebaran ke medulla tulang sekitarnya sehingga system sirkulasi dalam tulang
terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang local dengan terbentuknya tulang
mati yang disebut dengan sekuestrum
Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada umur, daya
tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui aliran darah dari
focus tempat lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan dapat menimbulkan septicemia.
Embolus infeksi kemudian masuk ke dalam juksta epifisis pada daerah metafisis disertai
pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam tulang dimana jaringan tulang tidak dapat
berekspansi akan menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan dalam
tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi darah dan timbulnya thrombosis pada
pembuluh darah tulang yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Selain itu, pembentukan
tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis (terutama
anak-anak) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti mati yang disebut
involucrum dengan jaringan sekuestrum didalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir
minggu kedua. Apabila pus menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus (discharge) dari
involucrum keluar melalui lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak
dan kulit.
Pada tahap selanjutnya penyakit akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah
tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang
membentuk abses tulang kronis yang disebut abses bordie.
Gambaran klinis osteomielitis hematogen tergantung dari stadium pathogenesis dari
penyakit. Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif dan cepat. Pada
keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bacterial pada kulit dan saluran napas
bagian atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi, nyeri tekan dan
terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.
Gejala-gejala umum yang timbul akibat bakteremia dan septicemia berupa panas tinggi,
malaise serta nafsu makan yang berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan
dan gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi, gangguan akan semakin
berat bila terjadi spasme local. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi
sendi atau infeksi sendi (arthritis septik).
Pada orang dewasa lokalisasi infeksi biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang
terjadi akibat torakosintesis atau akibat prosedur urologis dan dapat ditemukan adanya
riwayat kencing manis, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau pengobatan dengan imunosupresif,
oleh karena itu riwayat hal-hal yang tersebut di atas perlu ditanyakan.
Pada pemeriksaan darah ditemukan:
Sel darah putih meningkat sampai 30000, dengan peningkatan LED
Pemeriksaan titer antibody anti-stafilokokus
Kultur darah untuk menentukan jenis bakterinya dan uji sensitivitas.
Pemeriksaan feses, untuk dilakukan kultur atas kecurigaan infeksi oleh bakteri
Salmonella.
Biopsy, dilakukan pada tempat yang dicurigai untuk menyingkirkan dengan suatu tumor.
Karena gambaran klinis dan radiologis yang diperlihatkan pada osteomielitis menyerupai
beberapa neoplasma inflamasi seperti leukemia akut limfositik, sarcoma Ewing, dan
histiocitosis sel Langerhans (yang disebut juga dengan granuloma eosinofilik). Maka dari itu,
biopsy dapat menyingkirkan sebuah tanda infeksi dari suatu tumor.
Pemeriksaan radiologis akan didapatkan hasil:
Foto polos pada 10 hari pertama, tidak ditemukan kelainan radiologis yang berarti dan
mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak. Gambaran destruksi tulang dapat
terlihat setelah 10 hari (2 minggu) berupa rarefaksi tulang yang bersifat difus pada daerah
metafisis dan pembentukan tulang baru di bawah periosteum yang terangkat. Akan terlihat
gambaran lesi radiolusen dan perubahan dari periosteum.
Pemeriksaan radioisotope dengan 99mtechnetium akan memperlihatkan penangkapan
isotop pada daerah lesi. Dengan menggunakan teknik label leukosit dimana 111mindium
menjadi positif
Pemeriksaan ultrasonografi, dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi. Juga
memperlihatkan suatu area radiolusen pada tulang kanseolus dan adanya perubahan pada
periosteum. MRI (Magnetic Resonance Imaging), menunjukkan gambaran inflamasi awal
dari sumsum tulang dengan inflamasi periosteum dan jaringan lunak sekelilingnya sebagai
bentuk progresivitas infeksi. Pada tahap selanjutnya maka akan terbentuk abses yang akan
terlihat sebagai suatu tanda dari gambaran kontras gadolinium.
3.3.2. Osteomielitis Hematogen Subakut
Kelainan ini dapat ditemukan di beberapa negara dengan insiden yang hampir sama
dengan osteomielitis akut. Gejala osteomielitis subakut lebih ringan oleh karena organisme
penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten. Osteomielitis hematogen subakut
biasanya di sebabkan oleh stafilokokus aureus dan umumnya berlokasi di bagian distal femur
dan proksimal tibia.
Patologi. Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan
mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi yang terdiri atas
sel-sel inflamasi akut dan kronis dan biasanya terdapat penebalan trabekula.
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak-anak dan remaja.
Gambaran klinis yang ditemukan adalah atrofi otot, nyeri local, sedikit pembengkakan dan
dapat pula penderita menjadi pincang. Terdapat rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama
beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan. Suhu tubuh penderita biasanya normal.
Leukosit umumnya normal, tetapi laju endap darah meningkat. Dengan foto rontgen biasanya
ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur
atau kadang-kadang pada daerah diafisis tulang panjang.
3.3.3. Osteomielitis Kronis
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak
terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis dapat juga terjadi setelah
fraktur terbuka atau setelah Tindakan operasi pada tulang.
Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh Stafilokokus aureus (75%), atau E. colli,
Proteus, atau Pseudomonas. Stafilokokus epidermidis merupakan penyebab utama
osteomielitis kronis pada operasi-operasi ortopedi yang menggunakan implant.
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat terjadinya
resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada kulit. Sekuestrum ini merupakan benda
asing bagi tulang dan mencegah terjadinya penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada
kulit). Sekuestrum diselimuti oleh invoucrum yang tidak dapat keluar/dibersihkan dari
medulla tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya terjadi destruksi dan
sklerosis tulang yang dapat terlihat pada foto rontgen.
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus setelah operasi,
yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai dengan demam dan nyeri local yang
hilang timbul di daerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkin dapat ditemukan
sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka
atau osteomelitis pada penderita.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan LED, leukositosis, serta
peningkatan titer antibody anti-stafilokokus. Pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas
diperlukan untuk menentukan organism penyebabnya.
3.4 Tatalaksana
1 Istirahat dan pemberian analgesic untuk menghilangkan rasa nyeri
Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah
Istirahat local dengan bidai atau traksi.
2 Pemberian antibiotic secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu stafilokokus aureus
sambil menunggu hasil biakan. Antibiotic diberikan 3-6 minggu dengan melihat keadaan
umum dan laju endap darah penderita. Antibiotic tetap diberikan hingga 2 minggu setelah
laju endap darah normal.
3 Drainase bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan sistemik antibiotic gagal
(tidak ada perbaikan keadaan umum), maka dapat dipertimbangkan drainase bedah. Pada
drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra-oseus
kemudian dilakukan pemeriksaan biakan kuman. Drainase dilakukan selama beberapa
hari dengan menggunakan cairan Nacl 0,9% dan dengan antibiotic.
3.5 Komplikasi
1. Septicemia
Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotic yang memadai, kematian akibat septicemia
pada saat ini jarang ditemukan.
2. Infeksi yang bersifat metastatic
Infeksi dapat bermetastasis ke tulang/sendi lainnya, otak dan paru-paru, dapat bersifat
multifocal dan biasanya terjadi pada penderita dengan status gizi yang jelek.
3. Arthritis supuratif
Dapat terjadi pada bayi muda karena lempeng epifisis bayi (yang bertindak sebagai barier)
belum berfungsi dengan baik. Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut
di daerah metafisis yang bersifat intra-kapsuler (misalnya pada sendi panggul) atau melalui
infeksi metastatic.
4. Gangguan pertumbuhan
Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan lempeng epifisis yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga tulang yang terkena akan menjadi lebih
pendek. Pada anak yang lebih besar akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis yang
merupakan stimulasi bagi tulang untuk tumbuh. Pada keadaan ini tulang tumbuh lebih cepat
dan menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang.
5. Osteomielitis kronis
Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka osteomielitis akut akan
berlanjut menjadi osteomielitis kronis.
3.6 Diagnosis banding
1. Selulitis
2. Arthritis supuratif akut
3. Demam reumatik
4. Krisis sel sabit
5. Penyakit Gaucher
6. Tumor Ewing
subakut osteomielitis hematogenous telah terjadinya lebih berbahaya dan tidak memiliki tingkat
keparahan gejala, yang membuat diagnosis gangguan ini sulit. Osteomielitis subakut relatif umum.
Jones et al. melaporkan bahwa 35% pasien dengan infeksi tulang utama memiliki subakut
osteomielitis.
Gejala-gejala sistemik mungkin mereda, tapi satu atau lebih fokus di tulang mungkin berisi materi
bernanah, granulasi rangkaian yang dijangkiti atau sequestrum (Fig. 16-10). Intermiten yang
mengalami eksaserbasi akut bisa terjadi selama bertahun-tahun dan sering merespon untuk
beristirahat dan antibiotik. Ciri khas osteomielitis kronis terinfeksi mati tulang dalam amplop
jaringan lunak dikompromikan. Foci terinfeksi dalam tulang dikelilingi oleh sclerotic, relatif avascular
tulang ditutupi oleh menebal periosteum dan bekas luka otot dan jaringan subkutan. Amplop ini
avascular dari jaringan parut daun sistemik antibiotik pada dasarnya tidak efektif.
1. mengistirahatkan bagian yang terinfeksi
2. pemberian antibiotik spektrum luas
3. mengurangi nyeri dan sebagai tatalaksana suportif
4. mengidentifikasi organisme yang menginfeksi
5. mengeluarkan pus secepat dan sebersih mungkin serta mengurangi tekanan
intraoseus
6. stabilisasi tulang apabila terjadi fraktur
7. mengeradikasi jaringan avaskular dan nekrotik serta mengembalikan kontinuitas
apabila terjadi gap pada tulang
8. mempertahankan jaringan lunak dan kulit