dedap durhaka

9
SMPN 20 PEKANBARU “ANAK DURHAKA” Adaptasi dari cerita rakyat “DEDAP DURHAKA” user 3/20/2015 .

Upload: bunga-indah-putrii

Post on 04-Jan-2016

73 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

naskah drama

TRANSCRIPT

Page 1: DEDAP DURHAKA

SMPN 20 PEKANBARU

“ANAK DURHAKA”

Adaptasi dari cerita rakyat “DEDAP DURHAKA”

user

3/20/2015

.

Page 2: DEDAP DURHAKA

Adegan I

Di ruang tamu, emak, bujang dan abah sedang duduk. abah duduk di atas kursi sembari menikmati kopi, emak melipat baju, bujang mondar-mandir tak karuan.

Emak : sedari tadi hilir mudik, hilir mudik, apa yang sedang kau fikirkan bujang?

Bujang : (menatap emak)

Emak : kemarilah, duduk dan ceritakan kepada emak apa yang mengganggu fikiran mu?

Bujang : mak, bagaimana kalau aku pergi merantau ke kota?

Emak : (tersenyum kecut) untuk apa kau ke kota? Disini sajalah, hidup bersama emak dan abah.

Bujang : bujang nak mencari pekerjaan mak, mau sampai kapan kita mau hidup seperti ini? Nanti kalau bujang sudah sukses, bujang akan balek dan hidup bersama abah dan emak.

Emak : sudahlah nak, jangan berfikir berlebihan. Lebih baik kau fokus saja pada ladangmu.

Bujang : emak, tapi mau sampai kapan mak? Bujang tak kuat lagi mak, hidup dalam kemiskinan seperti ini. Bujang ingin hidup seperti teman-teman bujang yang lain mak. Si Ijong, dia sekarang menjadi pedagang kaya dan hidup bahagia di kota, si Abas dia sekarang menjadi orang terkaya di kota. Bujang kapan mak? Bujang iri dengan mereka semua!!

Abah : mereka itu orang-orang beduit bujang. Hidup tak susah, makan tak kesah, duit banyak, tanah berlimpah. Janganlah kau samakan kita ni dengan orang-orang tu. Kita cuman orang papa, untuk makan saja sudah susah. (berjalan keluar)

Bujang : tapi bah!! Bujang ke kota untuk memperbaiki itu semua. Bujang yakin bujang bisa berhasil bah.

Abah : sudahlah, lebih baik sekarang kau berangkat ke ladang.

Bujang termenung sendiri. Emak bangkit dari duduknya berjalan keluar sembari menepuk bahu Bujang.

Bujang : bagaimanapun saya harus ke kota lalu menjadi orang yang sukses!! Saya akan terus membujuk emak dan abah.

Pak cik masuk.

Pakcik : kenape mike nak ke kota tu bujang? Hidup di kota bukannya gampang. Mike harus kerja keras! Sudahlah, ikuti saje apa yang dikate sama mak kau tu. Die berucap macam tu, untuk kebaikan mike juge.

Bujang : bujang nak ke kota tu pun karna Emak, pak cik. Sedih rasenye hatini tengok Mak sama Abah banting tulang macam tu. Bujang nak liat Mak sama Abah tu bahagia, mungkin dengan bujang merantau ke kota dan menjadi orang sukses, Bujang bisa membahagiakan Emak sama Abah.

Page 3: DEDAP DURHAKA

Pak cik : (menghembuskan nafas) pak cik pun tak bisalah berucap banyak. Pak cik ni cuman nak beri mike nasehat. Tapi, kalau mike memang bekeras nak pegi ke kota tu, bicarakanlah baik-baik dengan Emak dan Abah mike. Yakinkan mereka, supaye mike bisa peri dengan restu mereka.

Bujang : iyaa pak cik, terimakasih.

Pak cik : yalah, pak cik nak cakap sama Abah mike dulu. Pak cik kebalakang dulu ya.

Bujang : (mengangguk)

Pak cik berjalan keluar. Bujang termenung sebentar, lalu bangkit dari duduknya berniat keluar, tapi tidak jadi karena ada Emak, yang sedari tadi mendengar percekapan Bujang dengan Pak cik.

Emak : emak sama abah, sudah bahagia dengan kehidupan kita yang sekarang ni. Jadi jangan berfikiran macam tu lagi. Dan, berhentilah berucap nak merantau ke kota. Berhenti jugalah memikirkannya!

Bujang : tapii Mak!!

Emak : emak sudah berkata jangan Bujang, mak harap kau mendengarkannya dan melakukannya.

Bujang : maaf mak, tapi keputusan Bujang sudah bulat. Bujang akan ke kota besok lusa, bujang akan mencari pekerjaan disana, dan seperti janji bujang, bujang akan pulang saat bujang sudah sukses, dan bujang akan menemui emak dan abah saat itu.

Emak : (menatap bujang sedih) apa perkataan emak ni tak ada artinya lagi untukmu nak?

Bujang : bukan begitu mak!! Bujang hanya benar-benar bertekad untuk membahagiakan emak dan abah!

Emak : (berbalik dan menahan tangis) baiklah, emak tak akan melarang ananda lagi. Terserah ananda saja. (berjalan keluar)

Bujang : emak dengarkanlah dulu mak. Mak!!

Bujang keluar mengejar emak.

Adegan II

Emak dan Abah sedang duduk. Emak menatap kosong, Abah seperti sedang memikirkan sesuatu.

Emak : apa yang sebaiknya kita lakukan Abah? Apa tak masalah jika kita melepaskan Bujang pergi merantau?

Abah : itulah hal yang dia inginkan. Kita sebagai orang tua hanya boleh mendukung saja.

Emak : tapi Bah, kehidupan di kota sangat keras. Bagaimana bila dia pada akhirnya malah mengalami kesulitan?

Page 4: DEDAP DURHAKA

Abah : dia sudah besar. Tidak perlu kau mengkhawatirkan hal semacam itu.

Emak : lalu? Apa kita biarkan saja dia pergi?

Abah : dia itu Bujang mak! Bujang!! Dia pasti tahu bagaimana cara menghadapi masalah yang mungkin akan menghampirinya nanti selama dia di sana.

Emak : tapi hati Emak masih berat melepasnya Abah. (menahan tangi)

bujang masuk.

Bujang : (menghampiri Emak, lalu berlutut) tolong restui bujang Mak. Bujang akan kembali bila bujang sudah menjadi orang yang sukses. Tolong mak!! Tolong restui Bujang.

Emak : emak sudah merestuimu nak, kalau itu memang kehendakmu, emak bisa apa? Emak Cuma bisa berharap kau selalu diberi keselamatan, kesehatan, dan kemudahan oleh Allah. Ingatlah nak, bila kesusahan menghampiri kau dan kau tak bisa lagi menghadapinya, emak dan abah akan selalu disini menunggumu. Pergilah nak, pergilah bujang, jemputlah kesuksesan mu itu nak.

Bujang : terimakasih mak, terimakasih abah. (menyium tangan emak dan abah)

Abah : cepatlah kau berkemas, abah sudah meminta tolong Pak cik kau untuk mengantarkan kau ke terminal. (berjalan keluar)

Bujang dan emak menyusul berjalan keluar.

Adegan III

3 tahun berikutnya.

Bujang, istri pertamanya, dan kedua orang mertuanya sedang berbincang di ruang tamu.

Ayah : tak terasa sudah 3 tahun kau hidup bersama kami bujang. Dan sudah 2 tahun pula kau berumah tangga dengan anakku. Kapan kau akan memperkenalkan kedua orang tuamu kepada kami?

Bujang : (gugup dan tertawa canggung) hahahahaha... iya Yah. Nanti bila sudah waktunya aku akan memperkenalkan kedua orang tua ku Yah.

Istri : tapi kapan bang? Oh iya, bagaimana kalau satu minggu lagi? Bukankah minggu depan ayah dan abang akan berlayar, bagaimana kalau sebelum kita pergi berdagang, kita pergi dulu ke kampung halaman abang?

Ibu : ibu setuju, jadi kita bisa bersilaturahmi dengan keluarga kau bujang. Aku juga nak tau, seperti apa orang tua yang sudah membesarkanmu dan menjadikanmu anak yang sangat pintar dan tampan seperti ini.

Page 5: DEDAP DURHAKA

Bujang : (tertawa canggung) orang tua ku hanyalah orang biasa Bu. Tapi mereka sangat disegani oleh orang-orang kampung. Karena jasa mereka yang selalu menyelesaikan permasalahan dikampung dengan sangat baik.

Ibu : wahhh, pasti orang tua mu adalah salah satu konglomerat di kampung halaman mu kan?

Bujang : ahh, bukan begitu Ibu.

Istri : abang ini, sudahlah jangan merendah begitu. Sudah jelas bahwa kedua orang tua abang adalah orang yang sangat terpandang. Sudah pasti lah mereka adalah konglomerat besar di kampung halaman abang. Aku ingat, abang bilang sebelum pindah ke kota, abang bekerja di kebun, pasti kebun itu semuanya adalah milik keluarga abang kan? Ahh, betapa beruntungnya aku menikah dengan lelaki seperti abang. Sudahlah pintar, gagah, kaya pula lagi.

Ayah : kau melupakan satu hal anakku. Suamimu ini sangat baik, ramah, dan sangat menghormati orang yang lebih tua darinya.

Ibu : iya, itu benar sekali.

Istri : ibu, ayolah kita berkemas untuk keberangkatan kita minggu depan.

Ayah : mengapa kau sudah ingin berkemas saja? Keberangkatan kita masih minggu depan.

Istri : aku sudahh tidak sabar ayah. Aku ingin bertemu dengan mertuaku yang sangat terpandang itu.

ayah dan ibu tertawa, bujang tertawa canggung.

Ayah : ada-ada sajalah kau ini. Baiklah, ayo kita mulai berkemas.

Ayah, ibu, dan istri beranjak pergi keluar.

Ayah : kau tidak ikut bujang?

Istri : biarkan sajalah ayah, biarkan saja abang ku duduk manis disini. Ayo Ayah Ibu.

Bujang termenung sendiri.

Bujang : bagaimana ini? Bagaimana kalau mereka tau yang sebenarnya? Bagaimana kalau mereka tahu emak dan abah hanyalah orang biasa? Bagaimana kalau mereka tahu emak dan abah hanyalah orang miskin yang makan pun mengharap dari pemberian orang. Ohh tuhan, apa yang harus aku lakukan. (berteriak frustasi)

Bujang : aku tauu!! Aku tau! Aku hanya perlu mengatakan bahwa kedua orang tua ku telah meninggal sebelum kami berangkat minggu depan. Mungkin, apabila aku berkata begitu, mereka tidak akan meminta untuk bertemu dengan orang tua ku lagi. Iyaa!! Aku akan mengatakannya!! (tertawa senang)

Bujang berjalan keluar.

Page 6: DEDAP DURHAKA

Adegan IV

Emak dan abah sedang duduk di ruang tamu. Abah batuk-batuk.

Emak : kemana lah si Bujang ni Bah? Sudah 3 tahun dia merantau ke kota, tapi sampai sekarang tak sekalipun dia memberi kabar. Dia sedang susah atau sudah berhasil, dia sehat atau sedang sekarat. Tak ada sekalipun dia datang ke gubuk kecil kita ini bah.

Abah : sudahlah mak, lebih baik kita doakan saja dia, semoga si bujang selalu dilindungi oleh sang illahi dan selalu diberi kesehatan. Mungkin dia sedang sibuk, dan tak sempat mengunjungi gubuk kecil kita ini.

Emak : tapi emak sangat merindukan dia Bah, sedang apa anak ku semata wayang itu, sedang dimana dia? Apa yang sedang dia lakukan? Sudah bertemu jodohnya kah anakku itu bah? Seperti apa wajahnya kini? Aku benar-benar merindukannya bah.

Abah : aku juga sangat merindukannya. Anakku yang ku besarkan dengan keringat ku. Anak yang sejak dari lahir selalu aku sayangi. Aku juga merindukannya mak, tapi kalu kita memang ingin melihatnya sukses, kita harus berani melepasnya pergi jauh.

Emak : (menangis) anakku sayang, anakku...

Abah : sudahlah mak, lebih baik kau beristirahat sekarang. (berjalan menuju tempat duduk emak)

Emak : kita sudah tua bah, masih sempatkah kita menatap wajahnya bah? Kapan dia akan kemari bah? Aku takut, Allah mengambil nyawaku disaat aku belum sempat melihat anakku itu Bah.

Abah : sadarlah mak!! Jangan berucap macam tu!! Dia pasti akan kembali mak!! Tak baik kau berucap macam tu!!

Emak : (menangis) anakkuu...

Abah memapah emak menuju keluar.

Adegan V

Bujang, istri, dan kedua mertuanya sedang dalam perjalanan berlayar. Bujang tampak murung.

Istri : ada apa dengan mu bang? Mengapa kau tampak sangat murung? Apa kau masih memikirkan kematian kedua orang tua mu? Tenanglah, kita akan segera menuju kampung halamanmu.

Bujang : (tersenyum kecut) aku merasa sedih bila harus ke kampung halaman ku sekarang. Aku belum siap melihat jasad Emak dan Abah ku. Aku akan merasa benar-benar hancur.

Istri : tenanglah bang, aku akan ada di belakangmu untuk mendukungmu. Aku akan menguatkanmu, dan memberikan kekuatan untukmu. Tenanglah bang. (menepuk nepuk bahu bujang)

Page 7: DEDAP DURHAKA

Ayah : janganlah kau bersedih bujang, sebentar lagi kita akan sampai di kampung halaman mu.

Ibu : tenanglah anakku, kami mengerti betapa terlukanya kau sekarang. Tapi, kau harus kuat. Kami yakin kau mampu untuk menghadapi ini semua. (menggenggam tangan Bujang)

Bujang : terimakasih ibu.

Ayah : kita sudah sampai!!!

Istri : iyaa, lihatlah bang, itu orang-orang kampungmu. Apa mereka semua sedang menunggumu? Ohh tuhan, betapa sangat dihargainya dirimu bang. (menggandeng tangan bujang)

Bujang : (tersenyum kecut)

Abah, emak, Ijah dan pak cik berlari menuju dermaga.

Emak : abah, lihatlah. Itu bujang bah!! Bujang anak kitaa!! (berlari menghampiri Bujang) bujang anakku.. anakku bujang!!! Kau kembali nak!!

Istri : siapa wanita tua ini bang? Mengapa dia memanggilmu dengan panggilan anakku?? Apakah dia Emak mu? Tapi, bukankah kau bilang emak dan abah mu baru saja meninggal dunia?

Ijah : abang?? Berani sekali kau berucap begitu?? Emak dan abah mu sudah menunggu mu selama 3 tahun. Dan kau bilang apa? Emak dan abah sudah meninggal? Dimana letak hati nuranimu bang??

Ayah : emak dan abah? Apa yang sebenarnya dibicarakan oleh mereka bujang?

Bujang : (terdiam mematung)

Abah : bujang, anak abah. Kemari nak, apa kau tidak merindukan emak dan abah mu?

Emak : kemarilah nak, apa kau tidak ingin memeluk emak??

Bujang : diam kalian semuaaa!!!!!! Kau bukan emaak ku dan kau juga bukan abahku!! Emak dan abahku sudah meninggal!! Jadi berhentilah memanggilku anakmu!! (mendorong abah dan emak dengan kasar)

Ijah dan pak cik : bujang!!!!!!

Emak : ya allah, inikah balasan mu kepada kami nak? Kepada kami yang telah membesarkanmu?? Kepada aku emakmu?? Kepada aku yang telah melahirkanmu?? Terkutuklah kau nak!!!! Terkutuklah kau nak!!! (teriak)

Abah : (memeluk emak)

Bujang : (terduduk lemas)

Istri, ayah, dan ibu terdiam kaget. Pakcik dan Ijah tertunduk.

~~THE END~~